Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT Jiwasraya
Bayu Atletiko Yanida Putera
Dipublikasikan pada 25 April 2016
A. Pengantar
Untuk dapat memproleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu dilakukan
analisis atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana data finansial itu
tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansial adalah rasio
keuangan.
Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan suatu kegunaan yang penting dalam menganalisis kesehatan
ekonomi perusahaan. Menurut Keow
4 ; 7 : Hasil dari e ga alisis lapora keua ga adalah rasio
keuangan berupa angka-angka dan rasio keuangan harus dapat menjawab pertanyaan-perta yaa .
Analisis Laporan Keuangan menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan
dan trend angka –angka dalam beberapa periode. Salah satu tujuan dari analisis laporan keuangan
menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan bagaimana akan terjadi dimasa yang akan
datang.
Menurut Kown (2004: 108) : Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas empat
pertanyaan yaitu :
1. Bagaimana Likuiditas Perusahaan?
2. Apakah Manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva?
3. Bagaimana perusahaan didanai?

4. Apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup?

A. Pembahasan
Rasio keuangan dapat dibagi kedalam tiga bentuk umum yang sering dipergunakan yaitu Rasio Likuiditas,
Rasio Solvabilitas ( Leverage ), dan Rasio Rentabilitas.
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajian
financial jangka pendek yang berupa hutang – hutang jangka pendek (short time debt).
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya
dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
3. Rasio Rentabilitas
Rasio ini disebut juga sebagai Ratio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan.

Berikut adalah laporan keuangan yang disajikan oleh PT Jiwasraya (Persero) tahun 2013 dan 2014:

a. Rasio Likuiditas
Dalam kalkulasi Rasio Likuiditas, salah satu metode yang umum digunakan adalah Rasio Cepat yang

merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Dalam perhitungan rasio ini, data diambil
dari neraca perusahaan, dengan mengasumsikan bahwa akun Aset Reasuransi adalah aset tetap (menimbang
bahwa tidak ada keterangan lebih lanjut) dan dengan pertimbangan jumlahnya yang sangat besar dibanding
aset – aset lancar. Karena merupakan aset tetap, maka akun yang dimaksud tidak diolah dalam perhitungan.
Rasio cepat dihitung dengan rumus :


��

=



=



= ,




��

=

= ,

Dari data di atas dapat diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan utang jangka pendek
guna menjalankan kegiatan operasional meningkat pada tahun 2014. Angka 1,768 artinya setiap 1 (satu)
rupiah utang lancar dapat dijamin / dicover dengan 1,768 (satu koma tujuh enam delapan) rupiah aset lancar.
Pada u u ya, perusahaa sudah dapat dikataka cukup a a jika e capai a gka ‘asio Cepat di atas
1,2 (0,15 - 0,2 adalah batas aman untuk toleransi nilai likuidasi). Dengan angka 1,768 pada tahun 2014, dapat
dikatakan bahwa PT Jiwasraya (Persero) memiliki ruang yang sangat luas untuk melaksanakan kegiatan
operasionalnya, atau secara singkat dapat dikatakan manajemen operasional perusahaan berjalan dengan
sangat baik.

b. Rasio Solvabilitas
PT Jiwasraya (Persero) telah melampirkan perhitungan Rasio Solvabilitas bersama dengan laporan
keuangan, yang dituangkan dalam gambar berikut:


Dari angka di atas, terlihat penurunan pada Rasio Solvabilitas dari 174,49% pada tahun 2013 menjadi
140,81% pada 2014. Jika dianalisis secara sekilas, baik akun aset maupun kewajiban sama – sama mengalami
peningkatan dengan proporsi yang tidak jauh berbeda. Namun demikian, terjadi peningkatan yang cukup
tajam pada akun Risiko Kegagalan Pengelolaan Aset (Schedule A). Hal inilah yang menyebabkan Rasio
Solvabilitas menurun.
Meski demikian, rasio solvabilitas pada tahun 2014 sebesar 140,81% atau 1,4081 dapat dikategorikan cukup
aman, sehingga utang maupun risiko diperkirakan masih dapat dikelola secara baik. Meski demikian,
manajemen risiko dan penggunaan utang jangka panjang yang tepat harus dilakukan untuk mencegah
kembali menurunnya rasio tersebut di masa mendatang.
c. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas digunakan untuk mengukur produktivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki guna menghasilkan keuntungan. Dua rasio yang digunakan pada perhitungan Rasio Rentabilitas
ini adalah Gross Profit Margin dan Return on Equity.
c. 1. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin mengukur perbandingan laba kotor yang didapat terhadap penjualan, atau secara mudah
dapat dikatakan jumlah laba yang didapat setiap satu rupiah penjualan. Dirumuskan sebagai berikut:




=



= ,

=



=

= ,

Tidak ada angka batas yang pasti untuk menentukan baik atau tidaknya perusahaan dalam rasio Gross Profit
Margin, karena marjin laba kotor akan bervariasi sesuai dengan jenis usaha perusahaan. Meski demikian,
kenaikan yang cukup berarti pada rasio ini artinya adalah kenaikan produktivitas yang cukup signifikan dari
tahun 2013 ke tahun 2014.
c. 2. Return on Equity
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan

keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat
dihitung dengan rumus:

� �

=

� �=

=



,







� �



=

= 1,946

Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada rasio Return on Equity, artinya dari setiap modal saham yang
ditanamkan, terjadi peningkatan laba bersih yang didapatkan, hal ini merupakan pertanda yang baik. Namun,
harus juga diperhatikan bahwa angka hasil kalkulasi yang cukup besar (sekitar 2) menunjukkan bahwa jumlah
pendanaan berupa saham pada perusahaan masih sedikit; liabilitas / utang mengambil porsi lebih banyak
dalam pendanaan perusahaan.
Untuk meningkatkan modal yang nantinya diharapkan berujung pada peningkatan laba bersih, sekaligus
sebagai penyeimbang instrumen utang pada perusahaan, sebaiknya PT Jiwasraya menjual lebih banyak lagi
saham, baik itu kepada pemerintah maupun swasta, sepanjang proporsinya masih sesuai aturan BUMN.
Secara umum, kinerja keuangan PT Jiwasraya (Persero) sangat baik dan mengalami kenaikan produktivitas
pada tahun 2014 dibanding tahun sebelumnya.