BAB III TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI KETENT
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI KETENTUAN WARIS DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM
ADAT DI INDONESIA
3.1. Pengertian Dan Sifat Hukum Waris Adat Di Indonesia
Hukum Waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang sistem
dan azas-azas hukum waris, tentang harta warisan, pewaris, dan waris serta cara bagaimana
harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada waris. 1
Sedangkan menurut pendapat Ter Haar
“… het adatrecht de rechtsregelen, welke betrekking hebben op het boeiende, eeuwige proces
van doorgeven en overgaan van het materiele en immateriele vermogan van generatie op
generatie”2
Artinya “… hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari
abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud
dari generasi ke generasi.”
Hal yang penting dalam hukum dalam warisan ini adalah bahwa pengertian pewarisan itu
memperlihatkan adanya tiga unsur yang masing-masing merupakan unsur esensialia (mutlak)
yaitu:3
A. Seorang peninggal warisan yang pada wafatnya meninggalkan harta kekayaan.
B. Seorang atau beberapa orang ahli waris yang berhak menerima kekayaanyang
ditinggalkan itu.
C. Harta warisan atau harta peninggalan yaitu kekayaan “in concreto” yang ditinggalkan
dan sekali beralih kepada ahli waris itu.
1 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm 7
2 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm 7 lihat Ter Haar,
Beginselen
en stelsel van het adatrecht, JB. Wolters Groningen Djakarta, 4e druk, 1950, hlm 197
3 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: Gunung Agung, 1995, hlm 162
Apabila dikaji, maka dapatlah disimpulkan asas-asas dalam hukum pewarisan adat ini
pada prinsipnya adalah asas kerukunan dan asas kesamaan hukum dalam pewarisan, tetapi
juga terdapat asas-asas yang bersifat umum sebagai berikut: 4
A.
B.
C.
D.
E.
Asas ketuhanan dan pengendalian diri
Asas kesamaan hak dan kebersamaan hak
Asas kerukunan dan kekeluargaan
Asas musyawarah dan mufakat
Asas keadilan dan parimirma
Asas-asas tersebut kebanyakan nampak dalam masalah pewarisan dan penyelesaian harta
warisan, tetapi tidaklah bahwa asas-asas itu hanya milik hukum waris adat, ia pun
merupakan asas-asas yang terdapat dan juga berpengaruh dalam bidang hukum adat yang
lain, seperti didalam hukum ketatatnegaraan adat, hukum perkawinan adat, hukum
perjanjian adat, dan hukum pidana adat.5
Hukum adat waris menunjukkan corak-corak yang khas dari aliran pikiran tradisional
Indonesia. Oleh karena itu hukum adat waris memperlihatkan perbedaan yang timbul dari
principal dengan hukum waris perdata barat dan hukum waris islam 6
A. Hukum adat waris tidak mengenal “legitimie portie”
Akan tetapi hukum adat waris menetapkan dasar persamaan hak. Hak sama ini
mengandung hak untuk diperlakukan sama oleh orangtuanya di dalam proses
meneruskan dan mengoperkan harta benda keluarga. Di samping dasar
persamaan hak hukum adat waris juga meletakkan dasar kerukunan pada proses
pelaksanaan pembagian berjalan secara rukun dengan memerhatikan keadaan
istimewa dari setiap waris.
B. Harta warisan tidak boleh dipaksakan untuk dibagi antara para ahli waris
C. Harta peninggalan dapat bersifat tidak dapat dibagi-bagi atau pelaksanaan
pembagiannya ditunda untuk waktu yang cukup lama atau hanya sebagian yang
dibagi-bagi
4 Laksanto Utomo, Hukum Adat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016, hlm 101
5 Hilman Hadikusuma, Op cit, hlm 21
6 Laksanto Utomo, Op Cit, hlm 101-102
D. Dikenal memberi kepada anak angkat, hak nafkah dari harta peninggalan oang tua
angkatnya
E. Dikenal sistem “Penggantian Waris”
F. Pembagiannya merupakan tindakan bersama, berjalan secara rukun dalam
suasana ramah tamah dengan memerhatikan keadaan khusus tiap waris.
G. Anak perempuan, khususnya di Jawa apabila tidak ada anak laki-laki, dapat
menutup hak mendapat bagian harta peninggalan kakek neneknya dan saudarasaudara orang tuanya.
H. Harta peninggalan tidak merupakan satu kesatuan harta warisan, melainkan wajib
diperhatikan sifat / macam, asal dan kedudukan hukum daripada barang masingmasing yang terdapat dalam harta peninggalan itu.
Hukum adat waris sangatlah erat hubungannya dengan sifat-sifat kekeluargaan
daripada masyarakat hukum yang bersangkutan beserta pengaruhnya pada harta
kekayaan yang ditinggalkan dan berada dalam masyarakat itu. Lain daripada itu, hukum
adat waris juga mendapat pengaruh tidak hanya dari perubahan-perubahan sosial 7.
3.2. Sistem Pewarisan Adat Di Indonesia
Di Indonesia dapat dijumpai empat sistem kewarisan hukum adat sebagai berikut: 8
A. Sistem Pewarisan Keturunan
Secara teoritis sistem keturunan itu dapat dibedakan dalam tiga corak, yaitu:
1. Sistem Patrilineal
Yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis bapak, dimana kedudukan
pria lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan wanita di dalam pewarisan
2. Sistem Matrilineal
Yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis ibu, dimana kedudukan
wanita lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan pria di dalam pewarisan.
3. Sistem Parental atau Bilateral
Yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis orang tua, atau menurut
garis dua sisi (bapak-ibu), dimana kedudukan pria dan wanita tidak di bedakan
di dalam pewarisan
7 Soerojo Wignjodipoero, Op.Cit, hlm 164
8 Hilman Hadikusuma, Op Cit, hlm 23
B. Sistem Pewarisan Individual
Pewarisan dengan sistem individual atau perseorangan adalah sistem pewarisan
dimana setiap waris mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan atau memiliki
harta warisan menurut bagiannya masing-masing. 9 Setelah harta warisan itu diadakan
pembagian, maka masing-masing waris dapat menguasai dan memiliki bagian harta
warisannya untuk diusahakan, dinikmati, ataupun orang lain.
Kebaikan dari sistem pewarisan individual antara lain ialah bahwa dengan pemilikan
secara pribadi maka waris dapat bebas menguasai dan memiliki harta warisan
bagiannya untuk digunakan sebagai modal kehidupan
9 Ibid, hlm 24-25
TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI KETENTUAN WARIS DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM
ADAT DI INDONESIA
3.1. Pengertian Dan Sifat Hukum Waris Adat Di Indonesia
Hukum Waris adat adalah hukum adat yang memuat garis-garis ketentuan tentang sistem
dan azas-azas hukum waris, tentang harta warisan, pewaris, dan waris serta cara bagaimana
harta warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada waris. 1
Sedangkan menurut pendapat Ter Haar
“… het adatrecht de rechtsregelen, welke betrekking hebben op het boeiende, eeuwige proces
van doorgeven en overgaan van het materiele en immateriele vermogan van generatie op
generatie”2
Artinya “… hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana dari
abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud
dari generasi ke generasi.”
Hal yang penting dalam hukum dalam warisan ini adalah bahwa pengertian pewarisan itu
memperlihatkan adanya tiga unsur yang masing-masing merupakan unsur esensialia (mutlak)
yaitu:3
A. Seorang peninggal warisan yang pada wafatnya meninggalkan harta kekayaan.
B. Seorang atau beberapa orang ahli waris yang berhak menerima kekayaanyang
ditinggalkan itu.
C. Harta warisan atau harta peninggalan yaitu kekayaan “in concreto” yang ditinggalkan
dan sekali beralih kepada ahli waris itu.
1 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm 7
2 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm 7 lihat Ter Haar,
Beginselen
en stelsel van het adatrecht, JB. Wolters Groningen Djakarta, 4e druk, 1950, hlm 197
3 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: Gunung Agung, 1995, hlm 162
Apabila dikaji, maka dapatlah disimpulkan asas-asas dalam hukum pewarisan adat ini
pada prinsipnya adalah asas kerukunan dan asas kesamaan hukum dalam pewarisan, tetapi
juga terdapat asas-asas yang bersifat umum sebagai berikut: 4
A.
B.
C.
D.
E.
Asas ketuhanan dan pengendalian diri
Asas kesamaan hak dan kebersamaan hak
Asas kerukunan dan kekeluargaan
Asas musyawarah dan mufakat
Asas keadilan dan parimirma
Asas-asas tersebut kebanyakan nampak dalam masalah pewarisan dan penyelesaian harta
warisan, tetapi tidaklah bahwa asas-asas itu hanya milik hukum waris adat, ia pun
merupakan asas-asas yang terdapat dan juga berpengaruh dalam bidang hukum adat yang
lain, seperti didalam hukum ketatatnegaraan adat, hukum perkawinan adat, hukum
perjanjian adat, dan hukum pidana adat.5
Hukum adat waris menunjukkan corak-corak yang khas dari aliran pikiran tradisional
Indonesia. Oleh karena itu hukum adat waris memperlihatkan perbedaan yang timbul dari
principal dengan hukum waris perdata barat dan hukum waris islam 6
A. Hukum adat waris tidak mengenal “legitimie portie”
Akan tetapi hukum adat waris menetapkan dasar persamaan hak. Hak sama ini
mengandung hak untuk diperlakukan sama oleh orangtuanya di dalam proses
meneruskan dan mengoperkan harta benda keluarga. Di samping dasar
persamaan hak hukum adat waris juga meletakkan dasar kerukunan pada proses
pelaksanaan pembagian berjalan secara rukun dengan memerhatikan keadaan
istimewa dari setiap waris.
B. Harta warisan tidak boleh dipaksakan untuk dibagi antara para ahli waris
C. Harta peninggalan dapat bersifat tidak dapat dibagi-bagi atau pelaksanaan
pembagiannya ditunda untuk waktu yang cukup lama atau hanya sebagian yang
dibagi-bagi
4 Laksanto Utomo, Hukum Adat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016, hlm 101
5 Hilman Hadikusuma, Op cit, hlm 21
6 Laksanto Utomo, Op Cit, hlm 101-102
D. Dikenal memberi kepada anak angkat, hak nafkah dari harta peninggalan oang tua
angkatnya
E. Dikenal sistem “Penggantian Waris”
F. Pembagiannya merupakan tindakan bersama, berjalan secara rukun dalam
suasana ramah tamah dengan memerhatikan keadaan khusus tiap waris.
G. Anak perempuan, khususnya di Jawa apabila tidak ada anak laki-laki, dapat
menutup hak mendapat bagian harta peninggalan kakek neneknya dan saudarasaudara orang tuanya.
H. Harta peninggalan tidak merupakan satu kesatuan harta warisan, melainkan wajib
diperhatikan sifat / macam, asal dan kedudukan hukum daripada barang masingmasing yang terdapat dalam harta peninggalan itu.
Hukum adat waris sangatlah erat hubungannya dengan sifat-sifat kekeluargaan
daripada masyarakat hukum yang bersangkutan beserta pengaruhnya pada harta
kekayaan yang ditinggalkan dan berada dalam masyarakat itu. Lain daripada itu, hukum
adat waris juga mendapat pengaruh tidak hanya dari perubahan-perubahan sosial 7.
3.2. Sistem Pewarisan Adat Di Indonesia
Di Indonesia dapat dijumpai empat sistem kewarisan hukum adat sebagai berikut: 8
A. Sistem Pewarisan Keturunan
Secara teoritis sistem keturunan itu dapat dibedakan dalam tiga corak, yaitu:
1. Sistem Patrilineal
Yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis bapak, dimana kedudukan
pria lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan wanita di dalam pewarisan
2. Sistem Matrilineal
Yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis ibu, dimana kedudukan
wanita lebih menonjol pengaruhnya dari kedudukan pria di dalam pewarisan.
3. Sistem Parental atau Bilateral
Yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis orang tua, atau menurut
garis dua sisi (bapak-ibu), dimana kedudukan pria dan wanita tidak di bedakan
di dalam pewarisan
7 Soerojo Wignjodipoero, Op.Cit, hlm 164
8 Hilman Hadikusuma, Op Cit, hlm 23
B. Sistem Pewarisan Individual
Pewarisan dengan sistem individual atau perseorangan adalah sistem pewarisan
dimana setiap waris mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan atau memiliki
harta warisan menurut bagiannya masing-masing. 9 Setelah harta warisan itu diadakan
pembagian, maka masing-masing waris dapat menguasai dan memiliki bagian harta
warisannya untuk diusahakan, dinikmati, ataupun orang lain.
Kebaikan dari sistem pewarisan individual antara lain ialah bahwa dengan pemilikan
secara pribadi maka waris dapat bebas menguasai dan memiliki harta warisan
bagiannya untuk digunakan sebagai modal kehidupan
9 Ibid, hlm 24-25