PENINJAUAN KURIKULUM BERBASIS KONSERVASI doc

PENINJAUAN KURIKULUM BERBASIS KONSERVASI PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB DAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FBS UNNES
MELALUI STUDI PENELUSURAN ALUMNI
Oleh : Dr. Zaim Elmubarok, M.Ag, Retno Purnama Irawati, S.S., M.A, Ai Sumirah
Setiawati, S. Pd., M. Pd.

RINGKASAN
Sejak kedua prodi ini menyelenggarakan perkuliahan yang pertama kali tahun 2005
(meluluskan sarjana pertama kali tahun 2009) hingga saat ini tahun 2014, belum pernah
melakukan studi penelusuran alumni. Selain itu, status akreditasi kedua prodi ini akan berakhir
pada tahun 2015, sehingga studi penelusuran alumni sangat diperlukan sebagai bahan
penyusunan evaluasi diri dan borang akreditasi prodi. Berkaitan dengan kurikulum, saat ini prodi
Prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNNES menerapkan
Kurikulum 2012 Berbasis Kompetensi dan Konservasi. Masukan dari stakeholders pengguna
lulusan prodi Prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang akan sangat
bermanfaat bagi perbaikan kurikulum tersebut.
Berdasarkan beberapa masalah yang dapat teridentifikasi tersebut, maka rumusan
masalah yang akan dikaji dalam artikel ini adalah profil alumni prodi Prodi Pendidikan Bahasa
Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang secara umum baik yang sudah masuk dalam pasar kerja
ataupun yang belum terserap di dunia kerja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
desain penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sample dari satu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Subjek penelitian
adalah alumni kedua prodi, dari mahasiswa tahun angkatan 2005 sampai dengan mahasiswa
tahun angkatan 2009 (periode lulusan tahun 2009 hingga tahun 2014). Alumni tersebut tersebar
di banyak kota, terutama di daerah Jawa Tengah, dengan profesi yang beraneka ragam. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini mencakup metode non-tes meliputi teknik
angket, wawancara, dan dokumentasi.
A. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) menjadi isu yang
sangat penting karena negara dengan kualitas SDM yang baik akan mempunyai daya saing
tinggi. Karena itu, peningkatan kualitas SDM mutlak harus menjadi agenda strategis negara.
Namun demikian fakta menunjukkan secara umum potret kualitas SDM Indonesia masih belum
membanggakan. Hal tersebut tercermin dari komposisi angkatan kerja yang masih didominasi
lulusan pendidikan dasar dan menengah; masih banyaknya pengangguran terdidik/sarjana; dan
masih rendahnya peringkat daya saing SDM bangsa kita dibanding negara-negara lain.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional Februari Tahun 2013 yang dilakukan Biro
Pusat Statistik ditemukan bahwa lapangan kerja Indonesia masih didominasi oleh lulusan
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sebanyak 54,6 juta orang, atau 47,90 persen dari
total 114,02 juta pekerja hanya berpendidikan Sekolah Dasar. Bandingkan dengan pekerja

0


lulusan Diploma sebanyak 3,2 juta orang (2,82 persen), atau Sarjana yang hanya 8,0 juta orang
(6,96 persen) (Hakim 2013:9).
Hal ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, adanya ketidaksesuaian antara kurikulum
perguruan tinggi dengan perkembangan dunia kerja dan industri. Kedua, sulitnya mahasiswa
memilih program pendidikan yang mereka minati karena berbagai alasan, mulai dari mahalnya
biaya program pendidikan yang diminati mahasiswa dan ketidakberhasilan calon mahasiswa
mendapatkan akses karena terbatasnya kuota yang ditawarkan universitas untuk program
pendidikan yang diminati mahasiswa. Sebagai dampaknya terlihat dari banyaknya jumlah
pengangguran terdidik. Berdasarkan data per bulan Februari 2013 jumlah pengangguran dengan
latar

pendidikan

Sarjana sebanyak

421.717 orang, dan latar

belakang


pendidikan

akademi/Diploma 1, 2, 3 sebanyak 192.762 orang (Hakim 2013:10).
Rendahnya daya saing SDM negara Indonesia merupakan salah satu permasalahan besar
bangsa yang memerlukan penanganan segera. Menurut data World Economic Forum, posisi daya
saing Indonesia tahun 2013–2014 berada pada urutan ke 38 dari 148 negara yang disurvei. Di
posisi ini, Indonesia berada jauh di bawah Singapura yang menempati urutan ke-2, Malaysia
(24), Brunei Darussalam (26), dan Thailand (37) (Hakim 2013:10).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap daya saing suatu bangsa adalah pendidikan
masyarakatnya. Pendidikan memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi
kontribusi siginifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Masyarakat dengan
pendidikan yang baik akan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatannya, yang secara
kolektif akan meningkatkan pendapatan negara. Saat ini, dan di masa mendatang, sumber daya
alam bukan lagi menjadi daya saing utama suatu bangsa, melainkan penguasaan atas ilmu
pengetahuan dan teknologi (Hakim 2013:10).
Dari waktu ke waktu dunia pendidikan senantiasa dihadapkan pada sejumlah
permasalahan yang nyaris tak terpecahkan. Hal ini disebabkan oleh karena dinamika kehidupan
manusia dan masyarakat itu sendiri berkembang sangat cepat, demikian juga perkembangan ilmu
dan teknologi, sehingga tuntutan akan kompetensi individu senantiasa berubah dan mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Kompetensi individu merupakan produk dari proses

pendidikan yang dialaminya. Secara garis besar permasalahan pendidikan di Indonesia sampai
dengan awal tahun 2000-an dapat dikelompokkan menjadi tiga: 1) pemerataan pendidikan dan
perluasan akses, 2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, dan 3) penguatan tata kelola,
akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Sejauh ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, baik
melalui kebijakan yang bersifat makro maupun mikro. Berbagai upaya tersebut ternyata belum
1

membuahkan hasil sebagaimana diharapkan. Khusus terkait dengan persoalan relevansi, hingga
awal tahun 2000 masih belum terwujud situasi yang menunjukkan adanya keterkaitan yang erat
antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, padahal antara keduanya seharusnya terjalin
kerjasama yang sinergis. Dunia pendidikan seakan-akan berjalan sendiri, tanpa merisaukan
kebutuhan dunia kerja. Demikian juga dunia kerja seolah berjalan sendiri tanpa harus
besinggungan dengan dunia pendidikan. Rendahnya relevansi tersebut tidak hanya terjadi pada
tingkat sekolah menengah tetapi juga perguruan tinggi (PT). Untuk level perguruan tinggi, dapat
dilihat misalnya dari banyaknya lulusan PT, dalam hal ini adalah sarjana, yang menganggur. Dari
tahun ke tahun angka pengangguran terdidik semakin bertambah. Fakta ini tentu sangat
memprihatinkan dan sekaligus disayangkan, karena sebenarnya bangsa Indonesia masih sangat
memerlukan tenaga terdidik dalam jumlah besar untuk melanjutkan pembangunan dan
meningkatkan kemampuan bangsa dalam memasuki persaingan global.

Persoalan pengangguran tersebut antara lain disebabkan oleh kurang sesuainya
kompetensi yang dimiliki lulusan dengan tuntutan dunia kerja. Dengan kata lain, keterkaitan
antara program pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dengan kebutuhan
dunia kerja, masih rendah. Kondisi seperti itu menimbulkan dampak negatif berganda. Di satu
sisi masyarakat dan pemerintah harus mengeluarkan biaya pendidikan yang sangat besar tertapi
di sisi yang lain kompetensi yang dimiliki lulusan ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Dengan kata lain terjadi ketidakefektifan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Untuk mengetahui tingkat relevansi antara program pendidikan yang diselenggarakan
oleh sebuah lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi) dengan kebutuhan lapangan kerja,
maka diperlukan kajian terhadap lulusan yang dihasilkan. Studi penelusuran alumni seperti itu
akan diperoleh berbagai informasi penting, antara lain kebutuhan riil yang diperlukan dunia
kerja, kekurangan yang dimiliki lulusan, kelemahan kurikulum yang selama ini digunakan, dan
harapan alumni terhadap almamaternya terkait dengan penyelenggaraan pendidikan ke depan.
Studi penelusuran alumni menjadi salah satu agenda penting bagi program studi Prodi
Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang untuk memperbaiki kualitas layanan
akademik dan meninjau kurikulum. Program studi Pendidikan Bahasa Arab S1 merupakan salah
satu prodi pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang dengan nomor SK
Pendirian 2686/D/T/2006, yang turut serta mengembangkan kurikulum internasional. Prodi
Pendidikan Bahasa Arab menyelenggarakan pendidikan bahasa Arab dengan tujuan
menghasilkan lulusan diharapkan mempunyai kemampuan akademik professional, unggul,

berkarakter, dan terampil, serta mampu bersaing di dunia global. Peringkat akreditasi Program
Studi Prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang saat ini adalah B.
2

Berbagai permasalahan muncul terkait dengan lulusan yang sudah dihasilkan oleh prodi
Prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNNES. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah (1) minimnya informasi tentang kinerja alumni kedua prodi sejak
kedua prodi ini menghasilkan lulusan, (2) belum tersedia data tentang jenis-jenis pekerjaan yang
diperoleh kedua prodi ini, (3) belum diperoleh data tentang penyebaran alumni kedua prodi, baik
berdasarkan bidang pekerjaan yang diperoleh maupun penyebaran secara geografis, (4) belum
diperoleh informasi tentang kompetensi yang diperlukan stakeholders di dunia kerja bagi alumni
kedua prodi, (5) belum diperoleh informasi tentang kesesuaian kompetensi alumni kedua prodi
dengan kebutuhan stakeholders di dunia kerja, (6) belum diperoleh informasi tentang masukan
mata kuliah yang diperlukan oleh stakeholders, (7) belum diperoleh informasi tentang kendala
yang dihadapi alumni kedua prodi dalam memperoleh pekerjaan, (8) belum diperoleh informasi
tentang kendala yang dihadapi alumni dalam mengembangkan diri setelah berhasil lulus dari
kedua prodi ini, (9) potensi dan kesempatan bersaing di dunia kerja belum dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk mengembangkan kedua prodi ini, (10) bagi mahasiswa yang semula sudah
bekerja, belum diperoleh informasi tentang nilai tambah yang diperoleh setelah menyelesaikan
studi mereka di kedua prodi ini dalam rangka mengembangkan karirnya, dan (11) alumni kedua

prodi yang tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Pada sisi lain, Prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang dituntut
untuk terus mereorganisasi diri dan meningkatkan kualitas layanan akademik kepada publik.
Salah satunya melalui penilaian kinerja program studi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN PT), penyusunan laporan Evaluasi Diri sebagai dasar pijakan konsolidasi
organisasi dan pengembangan program kegiatan akademik, dan pelaksanaan audit mutu
akademik internal dan eksternal yang berkelanjutan. Salah satu butir evaluasi diri dan isian
borang akreditasi ialah mengenai keberadaan lulusan setelah meninggalkan bangku kuliah dan
masukan stakeholders pengguna lulusan untuk perbaikan dan peninjauan kurikulum.
Sejak prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang menyelenggarakan
perkuliahan yang pertama kali tahun 2005 (meluluskan sarjana pertama kali tahun 2009) hingga
saat ini tahun 2014, belum pernah melakukan studi penelusuran alumni. Selain itu, status
akreditasi prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNNES akan
berakhir pada tahun 2015, sehingga studi penelusuran alumni sangat diperlukan sebagai bahan
penyusunan evaluasi diri dan borang akreditasi prodi. Berkaitan dengan kurikulum, saat ini prodi
Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNNES menerapkan Kurikulum
2012 Berbasis Kompetensi dan Konservasi. Masukan dari stakeholders pengguna lulusan prodi
Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang akan sangat bermanfaat bagi peninjauan
3


kembali dan perbaikan kurikulum tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui permasalahan muncul terkait dengan lulusan yang sudah dihasilkan oleh prodi
Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNNES dan mendapatkan
berbagai informasi penting dari alumnus serta stakeholdres yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan akademik dan peninjauan kurikulum program studi ke depan.
Berdasarkan beberapa masalah yang dapat teridentifikasi tersebut, maka rumusan
masalah yang akan dikaji dalam artikel ini adalah kondisi alumni prodi Pendidikan Bahasa Arab
dan Pendidikan Bahasa Jepang selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran di kedua prodi
ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini kemudian
mempergunakan desain penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil
sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok
(Singarimbun, 1983). Survei merupakan studi yang bersifat kualitatif yang digunakan untuk
meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survei adalah suatu desain yang
digunakan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan
hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survei tidak ada intervensi, sehingga
penelitian survei hanya mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang, pengetahuan,
kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.
Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan
cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden. Dalam penelitian survei,

peneliti meneliti karakteristik atau hubungan sebab akibat antar variabel tanpa adanya intervensi
peneliti (Singarimbun, 1983).
Subjek penelitian adalah alumni prodi Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Bahasa
Jepang FBS UNNES, dari mahasiswa tahun angkatan 2005 sampai dengan mahasiswa tahun
angkatan 2009 (periode lulusan tahun 2009 hingga tahun 2014) serta stakeholders pengguna
alumni kedua prodi tersebut. Alumni tersebut tersebar di banyak kota, terutama di daerah Jawa
Tengah, dengan profesi yang beraneka ragam. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini mencakup teknik non-tes. Teknik non-tes meliputi teknik kuesioner, wawancara,
dan dokumentasi.
B. STUDI PENELUSURAN ALUMNI
Alumni adalah kata benda jamak dalam bahasa Inggris yang berarti lulusan pria dari
suatu sekolah. Bentuk tunggalnya adalah alumnus. Sedangkan alumna juga kata benda jamak
dalam bahasa Inggris yang berarti lulusan wanita dari suatu sekolah. Bentuk tunggalnya adalah
4

alumnae (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1995:25-26). Dalam studi penulusuran ini akan
menggunakan istilah bahasa Inggris yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu alumni
tanpa membedakan jenis kelamin dari lulusan tersebut.
Penelusuran alumni (tracer study) merupakan bagian penting dari aktivitas sebuah
lembaga pendidikan. Melalui penelusuran lulusan akan diperoleh berbagai informasi penting

yang sangat bermanfaat bagi lembaga pendidikan yang bersangkutan, bagi para lulusan, dan juga
lembaga-lembaga lain yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Studi penelusuran
alumni adalah survei dengan target sasaran lulusan dari suatu institusi pendidikan tinggi. Lulusan
diminta memberikan informasi mengenai keadaan dirinya dan institusi pendidikan tinggi
tempatnya belajar hingga mendapatkan kelulusan. Beberapa nama lain studi penelusuran alumni
adalah tracer study, graduate survey, follow up survey, dan alumni survey (Patria, 2012:2).
Tracer study memungkinkan sebuah lembaga pendidikan melacak kondisi lulusan yang
dihasilkan dan dari informasi yang diperoleh dapat diambil berbagai kebijakan dan tindakan
yang memberikan manfaat bagi para lulusan dan bagi pengembangan lembaga yang
bersangkutan. Salah satu manfaat penting dari penelitian tracer study adalah diperolehnya
informasi tentang relevansi program pendidikan yang diselenggarakan dengan kebutuhan
lapangan. Menjamin adanya relevansi antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan
merupakan keharusan bagi setiap lembaga pendidikan. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu, serta relevansi, dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai
dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Objek utama studi penelusuran alumni adalah meneliti proses transisi dari pendidikan
tinggi ke dunia kerja, analisis hubungan antara pendidikan tinggi dengan dunia kerja dari sudut
pandang tujuan individu seperti kepuasan kerja dan posisi kerja, pendapatan, jaminan kerja dan

jenis pekerjaan (Zembere dan Chinyama 2008:2). Faktor penting yang berkaitan dengan
kesuksesan lulusan adalah gender, motivasi kerja, kualifikasi studi dan kondisi pasar kerja,
evaluasi berdasarkan pengalaman dan pandangan dari lulusan, fasilitas dan kurikulum dan
umpan balik dari lulusan.
Studi penelusuran memiliki arti penting menjamin keberlangsungan proses evaluasi
penampilan jurusan atau program studi dan mengetahui perkembangan jurusan atau program
studi melalui pembandingan hasil studi penelusuran pertama dengan hasil studi penelusuran
berikutnya. SEARCA (2008:1) menambahkan bahwa studi penelusuran mempengaruhi

5

pengembangan sumber daya manusia melalui program jangka pendek dan jangka panjang dan
menjaga kualitas lulusan yang berdampak secara individual, institusi maupun negara.
Nazir (2005:65-66) menggolongkan studi penelusuran termasuk dalam metode deskriptif
berkesinambungan yaitu meneliti secara deskriptif secara terus-menerus suatu objek penelitian.
Penelitian ini biasanya dilakukan dalam meneliti masalah-masalah sosial. Fokus utama dari studi
penelusuran adalah memperoleh informasi dari lulusan yang sudah bekerja atau belum bekerja,
sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam rangka pengembangan atau penyempurnaan suatu
institusi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi penelusuran adalah studi yang
meneliti hubungan antara pendidikan tinggi dengan dunia kerja dari sudut pandang tujuan
individu seperti kepuasan kerja dan posisi kerja, pendapatan, jaminan kerja dan jenis pekerjaan.
Fokus utamanya adalah memperoleh informasi dari lulusan yang sudah bekerja atau belum
bekerja.
Manfaat studi penelusuran menurut Setiawan dan Muntaha (2000:68) adalah sebagai
bahan masukan untuk perbaikan proses belajar mengajar; sebagai bahan untuk mengevaluasi
kurikulum yang berlaku; sebagai bahan untuk mengevaluasi materi-materi perkuliahan; sebagai
bahan untuk mengevaluasi daya adaptasi lulusan di tempat kerja; sebagai bahan untuk
mengevaluasi angka pengangguran alumni dan mencari solusinya dan dijadikan alat membentuk
jaringan informasi.
Sedangkan SEARCA (2008:1-2) menyebutkan bahwa studi penelusuran bermanfaat
untuk memberi gambaran situasi sekarang dan pergerakan karir disaat setelah mahasiswa lulus
dari perguruan tinggi, sumber data atau dokumen yang memberikan sumbangan pada institusi
baik secara nasional maupun regional setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan tinggi, dan
memprediksi prospektif aturan masa depan dan sumbangan yang potensial bagi pengembangan
visi dan misi perguruan tinggi. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat studi
penelusuran adalah sebagai sumber data yang berguna bagi pengembangan dan evaluasi
kurikulum serta mengembangkan visi dan misi perguruan tinggi.
C. KONDISI ALUMNI PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB DAN PENDIDIKAN
BAHASA

JEPANG

SELAMA

DAN

SETELAH

MENGIKUTI

PROSES

PEMBELAJARAN DI KEDUA PRODI
Prodi pendidikan bahasa Arab dan bahasa Jepang pertama kali mempunyai mahasiswa
pada tahun 2005. Pada tahun 2006 (tepatnya bulan April), prodi pendidikan bahasa Arab resmi
berdiri sedangkan prodi pendidikan bahasa Jepang baru resmi berdiri pada bulan September
6

2006. Kedua prodi ini mempunyai akreditasi B dan baru berakhir masa akreditasi pada tahun
2015.
Sejak awal berdiri hingga tahun 2014 ini, kedua prodi sudah banyak menerima
mahasiswa dan meluluskan sarjana (S1). Tabel di bawah ini adalah gambaran jumlah mahasiswa
di prodi Pendidikan Bahasa Arab.
Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah

DITERIMA
7
16
26
40
55
38
55
59
64
59
419

KELUAR AKHIR LULUS AKTIF
1
6
6
0
0
16
16
0
2
24
24
0
0
40
37
3
4
51
43
8
1
37
27
10
8
47
0
47
4
55
0
55
4
60
0
60
2
57
0
57
26
393
153
240

Prodi pendidikan bahasa Jepang mempunyai mahasiswa untuk pertama kali tahun 2005
hingga sekarang selalu mempunyai jumlah mahasiswa yang banyak. Beberapa di antara
mahasiswa tersebut, merupakan mahasiswa S1 transfer dari program PKG, yang melanjutkan
studi S1 setelah menamatkan studi D3. Gambaran jumlah mahasiswa pada prodi pendidikan
bahasa Jepang, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Jumlah

DITERIMA
25
35
57
67
113
62
96
62
62
62
641

KELUAR AKHIR LULUS AKTIF
6
19
19
0
4
31
31
0
4
53
53
0
5
62
54
8
7
106
88
18
3
59
9
50
10
86
8
78
1
61
0
61
6
56
0
56
1
61
0
61
47
594
262
332

7

1.

Alumnus Yang Bekerja
Untuk mendapatkan gambaran alumnus yang telah bekerja dalam tracer study diperoleh

hasil dari angket yang dikirim kepada 153 orang alumnus dari prodi pendidikan bahasa Arab dan
262 orang alumnus dari prodi pendidikan bahasa Jepang. Angket yang dikembalikan berkisar
135 angket atau 88% dari total lulusan prodi pendidikan bahasa Arab dan 107 angket atau 41%
dari total lulusan prodi pendidikan bahasa Jepang.
Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa sebanyak 122 orang alumnus atau 80% dari
total lulusan prodi pendidikan bahasa Arab telah terserap di lapangan kerja yang ada, ada pula
yang menciptakan lapangan kerja sendiri sebagai wirausahawan. Tabel di bawah ini merupakan
tabel pekerjaan alumni prodi pendidikan bahasa Arab.

Tabel 3. Jenis Pekerjaan Alumni PBA

Jenis Pekerjaan Jumlah Alumnus Prosentase
82
54
Guru
18
12
Karyawan
17
11
Wiraswasta
13
8
Studi Lanjut
3
2
Dosen (kontrak)
2
1
Penerjemah
18
12
Tidak terdata
Jumlah
153
100
Sebanyak 82 orang alumnus atau 54% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Arab
berprofesi sebagai guru. Para alumnus merupakan guru honorer atau guru tetap yayasan, belum
ada yang menjadi PNS. Sebanyak 18 orang alumnus atau 12% dari total alumni prodi
pendidikan bahasa Arab berprofesi sebagai karyawan di perusahaan swasta. Adapun alumnus
yang berprofesi sebagai seorang wirausahawan atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
sebanyak 17 orang alumnus atau 11% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Arab. 13
orang alumnus atau 8% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Arab tidak bekerja karena
setelah lulus sarjana S1, mereka langsung melanjutkan studi ke jenjang magister (S2). 3 orang
alumnus atau 2% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Arab berprofesi sebagai dosen di
almamater mereka. 2 orang alumnus atau 1% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Arab
berprofesi sebagai penerhemah. Sedangkan sebanyak 18 orang alumni atau 12% dari total
alumni prodi pendidikan bahasa Arab tidak terdata.
Sedangkan kondisi pada prodi pendidikan bahasa Jepang, sebanyak 106 orang alumnus
atau 40% dari total lulusan prodi pendidikan bahasa Jepang sudah terserap di lapangan kerja
(jumlah total alumnus yang terdata). Jika bilangan pembagi adalah jumlah responden yang
mengembalikan angket, maka sebanyak 106 orang alumnus merupakan 99% dari lulusan prodi
8

pendidikan bahasa Jepang yang sudah terserap di lapangan kerja dan mengembalikan angket.
Tabel di bawah ini merupakan tabel pekerjaan alumni prodi pendidikan bahasa Jepang.
Tabel 4. Jenis Pekerjaan Alumni PBJ

Jenis Pekerjaan Jumlah Alumnus Prosentase
44
17
Guru
43
16
Karyawan
3
1
PNS
1
0,4
Studi Lanjut
4
2
Dosen (kontrak)
12
5
Penerjemah
155
59
Tidak terdata
Jumlah
262
100
Sebanyak 44 orang alumnus atau 17% dari total alumni prodi pendidikan bahasa
Jepang berprofesi sebagai guru. Para alumnus merupakan guru honorer atau guru tetap yayasan,
belum ada yang menjadi PNS. Sebanyak 43 orang alumnus atau 16% dari total alumni prodi
pendidikan bahasa Jepang berprofesi sebagai karyawan di perusahaan swasta. Para alumnus ini
banyak yang berkerja di perusahaan Jepang yang ada di Indonesia. Adapun alumnus yang
berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 3 orang alumnus atau 1% dari total
alumni prodi pendidikan bahasa Jepang. 1 orang alumnus atau 0,4% dari total alumni prodi
pendidikan bahasa Jepang tidak bekerja karena setelah lulus sarjana S1, mereka langsung
melanjutkan studi ke jenjang magister (S2). 4 orang alumnus atau 2% dari total alumni prodi
pendidikan bahasa Jepang berprofesi sebagai dosen di almamater mereka dan di universitas lain.
Profesi penerjemah digeluti oleh sekitar 12 orang alumni atau 5% dari total alumni prodi
pendidikan bahasa Jepang. Sedangkan sebanyak 155 orang alumni atau 59% dari total alumni
prodi pendidikan bahasa Jepang tidak terdata.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, dapat diketahui bahwa alumnus dari prodi
pendidikan bahasa Arab yang terserap bekerja sebagai guru berjumlah 82 orang alumnus atau
54% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Arab. Profesi menjadi seorang guru masih
menjadi profesi yang digemari oleh para alumnus. Hal tersebut sesuai dengan visi dan misi prodi
pendidikan bahasa Arab untuk menghasilkan tenaga kerja sebagai guru.
Sedangkan alumnus dari prodi pendidikan bahasa Jepang yang terserap bekerja sebagai
guru berjumlah 44 orang alumnus atau 17% dari total alumni prodi pendidikan bahasa Jepang.
Profesi yang ditekuni alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang lebih bervariasi dan hanya sedikit
dari total alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang terdata, yang berprofesi sebagai guru.
2. Relevansi Pekerjaan Alumnus

9

Gambaran pekerjaan para alumnus tersebut, jika diteliti lebih lanjut, tampak adanya
kesesuaian bidang ilmu dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni. Berdasarkan 135 angket dari
135 alumnus prodi pendidikan bahasa Arab, sebanyak 122 orang alumnus prodi pendidikan
bahasa Arab yang bekerja sedangkan 18 orang alumnus prodi pendidikan bahasa Arab sedang
studi lanjut.
Tabel 5. Relevansi Bidang Pekerjaan Dengan Latar Belakang Pendidikan
Jumlah Alumnus Prosentase
Relevansi
75
61
Sangat relevan
20
16
Relevan
8
7
Ragu-ragu
19
16
Tidak relevan
Jumlah
122
100
Alumnus prodi pendidikan bahasa Arab yang menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka
geluti sekarang sudah sangat sesuai atau sangat relevan berjumlah 75 orang alumnus atau 61%
dari total responden yang sudah bekerja. Alumnus yang menyatakan sangat relevan ini sebagian
besar berprofesi sebagai guru, dosen, dan sisanya penerjemah. 20 orang atau 16% dari total
alumnus prodi pendidikan bahasa Arab yang bekerja, menyatakan pekerjaan mereka relevan
dengan latar belakang pendidikan sarjana mereka. Pekerjaan mereka masih berhubungan dengan
bahasa Arab, meski tidak semua alumnus berprofesi sebagai guru.
Sebanyak 8 orang alumnus atau 7% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa Arab
yang bekerja menyatakan ragu-ragu apakah pekerjaan mereka masih relevan dengan latar
belakang pendidikan sarjana mereka. 8 orang alumnus ini tidak bekerja di bidang pekerjaan
yang memerlukan kemahiran bahasa Arab, akan tetapi mata kuliah kependidikan dan mata kuliah
lain yang mereka tempuh selama studi S1 cukup bermanfaat untuk menunjang pekerjaan mereka
sekarang.
Sebanyak 19 orang alumnus atau 16% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa
Arab, menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni sekarang tidak relevan dengan latar
belakang pendidikan sarjana mereka. Sebagian besar alumnus yang mengisi kolom ini berprofesi
sebagai wirausahawan yang tidak berhubungan dengan bahasa Arab dan keilmuan pendidikan.
Sementara itu kondisi berbeda ditemukan pada alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang.
Berdasarkan 107 angket dari 107 alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang, sebanyak 106 orang
alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang bekerja, sedangkan 1 orang alumnus prodi
pendidikan bahasa Jepang sedang studi lanjut. Tabel berikut merupakan relevansi bidang
pekerjaan alumnus dengan latar belakang pendidikan.
Tabel 6. Relevansi Bidang Pekerjaan Dengan Latar Belakang Pendidikan
Relevansi

Jumlah Alumnus Prosentase
10

Sangat relevan
Relevan
Ragu-ragu
Tidak relevan
Jumlah

31
45
15
15
106

29
43
14
14
100

Alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang menyatakan bahwa pekerjaan yang
mereka geluti sekarang sudah sangat sesuai atau sangat relevan berjumlah 31 orang alumnus
atau 29% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang bekerja. Alumnus yang
menyatakan sangat relevan ini sebagian besar berprofesi sebagai guru, dosen, dan penerjemah.
45 orang atau 43% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang bekerja,
menyatakan pekerjaan mereka relevan dengan latar belakang pendidikan sarjana mereka.
Pekerjaan mereka masih berhubungan dengan bahasa Jepang, karena bekerja sebagai karyawan
di perusahaan Jepang, meskipun ada juga yang berprofesi sebagai guru bahasa Jepang.
Sebanyak 15 orang alumnus atau 14% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa
Jepang yang bekerja menyatakan ragu-ragu apakah pekerjaan mereka masih relevan dengan latar
belakang pendidikan sarjana mereka. 15 orang alumnus ini tidak bekerja di bidang pekerjaan
yang memerlukan kemahiran bahasa Jepang, akan tetapi mata kuliah kependidikan dan mata
kuliah lain yang mereka tempuh selama studi S1 cukup bermanfaat untuk menunjang pekerjaan
mereka sekarang. Mereka ini banyak yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta, tetapi
bukan perusahaan Jepang. Ada juga yang berprofesi sebagai guru atau pengajar yang tidak
mengajarkan bahasa Jepang
Sebanyak 15 orang alumnus atau 14% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa
Jepang, menyatakan bahwa pekerjaan yang mereka tekuni sekarang tidak relevan dengan latar
belakang pendidikan sarjana mereka. Sebagian besar alumnus yang mengisi kolom ini berprofesi
sebagai karyawan atau PNS yang tidak berhubungan dengan bahasa Jepang dan keilmuan
pendidikan. Bidang pekerjaan yang mereka tekuni sekarang tidak berhubungan dengan bahasa
Jepang, misalnya sebagai staf administrasi perusahaan nasional atau daerah, pegawai TU, dan
lainnya.
Sedangkan bila ditinjau dari bidang ilmu, jawaban-jawaban alumni memberikan
gambaran bahwa alumni yang menempuh pendidikan di kedua prodi tersebut dan kemudian
terjun di bidang yang bukan menyentuh bidang pendidikan, dengan sendirinya akan memberikan
jawaban tidak sesuai atau tidak relevan. Sebaliknya alumnus yang bidang pekerjaannya sesuai
dengan latar belakang pendidikan jenjang sarjana mereka, seperti guru dan dosen, dengan
sendirinya akan memberikan jawaban sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.
3.

Kebutuhan Penguasaan Bahasa Asing
11

Bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya sering menjadi persyaratan utama
bagi calon pelamar kerja. Dewasa ini semakin banyak bidang pekerjaan yang mempersyaratkan
kompetensi penguasaan bahasa asing bagi calon tenaga kerjanya. Total sebanyak 122 orang
alumnus dari prodi pendidikan bahasa Arab yang telah bekerja, jika melihat tentang manfaat
mengikuti mata kuliah keterampilan bahasa Arab dan mata kuliah bahasa Inggris, alumnus pun
memberikan responnya. Respon alumnus terhadap penguasaan bahasa Arab dan bahasa asing
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Kebutuhan Penguasaan Bahasa Asing Bagi Alumnus
Jumlah Alumnus Prosentase
Kebutuhan Penguasaan Bahasa Asing
80
66
Sangat membutuhkan penguasaan bahasa asing
24
20
Membutuhkan penguasaan bahasa asing
10
8
Kurang membutuhkan penguasaan bahasa asing
8
7
Tidak membutuhkan penguasaan bahasa asing
Jumlah
122
100
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 24 orang alumnus atau 20% dari dari
total alumnus prodi pendidikan bahasa Arab yang bekerja, menyatakan adanya kebutuhan yang
tinggi untuk menguasai bahasa Arab dan atau bahasa Inggris bagi para alumnus. Bahkan
sebanyak 80 orang alumnus atau 66% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa Arab yang
bekerja, menyatakan sangat membutuhkan kemampuan penguasaan bahasa Arab dan atau bahasa
Inggris. Total keseluruhan alumni yang sudah bekerja yang menyatakan kebutuhan penguasaan
kemampuan bahasa Arab dan atau bahasa Inggris sebesar 86% atau 104 orang alumnus.
Alumnus yang menjawab pada kelompok ini, bekerja pada bidang yang berhubungan dengan
bahasa Arab, misalnya guru pengajar bahasa Arab, penerjemah, dan dosen bahasa Arab. Dengan
jawaban ini memberikan masukan yang berharga bagi institusi pendidikan, dalam hal ini prodi
pendidikan bahasa Arab, mengenai pentingnya pengembangan pembelajaran bahasa Arab dan
bahasa asing lainnya pada masa yang akan datang bagi peningkatan kompetensi lulusan.
Walau begitu dari seluruh alumni ada sekiitar 18 orang alumnus atau 15% dari dari
total alumnus prodi pendidikan bahasa Arab yang bekerja, menyatakan tidak membutuhkan dan
kurang membutuhkan bahasa Arab dan atau Inggris dalam bidang pekerjaan yang ditekuni. Dari
18 orang alumnus atau 15% alumni tersebut dapat diketahui 8 orang alumnus atau 7%
alumni diantaranya menyatakan tidak membutuhkan dan 10 orang alumnus atau 8% alumni
menyatakan pekerjaan yang ditekuni kurang membutuhkan kemampuan penguasaan bahasa Arab
dan atau bahasa Inggris. Pengertian tidak disini kemungkinan dalam bidang pekerjaannya tidak
ada hubungannya dengan penggunaan bahasa Arab dan atau bahasa Inggris. Mereka ini banyak

12

yang bekerja sebagai karyawan yang tidak memerlukan keahlian berbahasa asing, dan
wirausahawan di bidang yang tidak berkaitan dengan bahasa asing.
Kebutuhan pasar kerja terhadap tenaga kerja yang menguasai bahasa Jepang juga
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Total sebanyak 106 orang alumnus dari prodi
pendidikan bahasa Jepang yang telah bekerja dan terdata, jika melihat tentang manfaat mengikuti
mata kuliah keterampilan bahasa Jepang dan mata kuliah bahasa Inggris, alumnus pun
memberikan responnya. Respon alumnus terhadap penguasaan bahasa Jepang dan bahasa asing
lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Kebutuhan Penguasaan Bahasa Asing Bagi Alumnus
Jumlah Alumnus Prosentase
Kebutuhan Penguasaan Bahasa Asing
73
69
Sangat membutuhkan penguasaan bahasa asing
19
18
Membutuhkan penguasaan bahasa asing
6
6
Kurang membutuhkan penguasaan bahasa asing
8
8
Tidak membutuhkan penguasaan bahasa asing
Jumlah
106
100
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 19 orang alumnus atau 18% dari dari
total alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang bekerja, menyatakan adanya kebutuhan yang
tinggi untuk menguasai bahasa Jepang dan atau bahasa Inggris bagi para alumnus. Bahkan
sebanyak 73 orang alumnus atau 69% dari total alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang
bekerja, menyatakan sangat membutuhkan kemampuan penguasaan bahasa Jepang dan atau
bahasa Inggris. Total keseluruhan alumni yang sudah bekerja yang menyatakan kebutuhan
penguasaan kemampuan bahasa Jepang dan atau bahasa Inggris sebesar 87% atau 92 orang
alumnus. Alumnus yang menjawab pada kelompok ini, bekerja pada bidang yang berhubungan
dengan bahasa Jepang, misalnya guru pengajar bahasa Jepang, penerjemah, dan dosen bahasa
Jepang. Dengan jawaban ini memberikan masukan yang berharga bagi institusi pendidikan,
dalam hal ini prodi pendidikan bahasa Jepang, mengenai pentingnya pengembangan
pembelajaran bahasa Jepang dan bahasa asing lainnya pada masa yang akan datang bagi
peningkatan kompetensi lulusan.
Walau begitu dari seluruh alumni ada sekiitar 14 orang alumnus atau 14% dari dari
total alumnus prodi pendidikan bahasa Jepang yang bekerja, menyatakan tidak membutuhkan
dan kurang membutuhkan bahasa Jepang dan atau Inggris dalam bidang pekerjaan yang ditekuni.
Dari 14 orang alumnus atau 14% alumni tersebut dapat diketahui 8 orang alumnus atau 8%
alumni diantaranya menyatakan tidak membutuhkan dan 6 orang alumnus atau 6% alumni
menyatakan pekerjaan yang ditekuni kurang membutuhkan kemampuan penguasaan bahasa
Jepang dan atau bahasa Inggris. Pengertian tidak disini kemungkinan dalam bidang pekerjaannya
13

tidak ada hubungannya dengan penggunaan bahasa Jepang dan atau bahasa Inggris. Mereka ini
banyak yang bekerja sebagai karyawan yang tidak memerlukan keahlian berbahasa asing, dan
wirausahawan di bidang yang tidak berkaitan dengan bahasa asing.
4. Kondisi Alumni Selama Mengikuti Pembelajaran

Untuk memberikan gambaran kondisi alumni selama mengikuti pembelajaran saat ini
yang biasa dipergunakan untuk mengukur adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Tabel 9 di
bawah ini merupakan gambaran IPK lulusan dari prodi pendidikan bahasa Arab.
Tabel 9. IPK Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Arab

IPK
Jumlah Alumnus Prosentase
2,00 - 2,75
1
1
2,76 - 3,00
7
4
3,01 - 3,50
107
70
3,51 - 4
38
25
Jumlah
153
100
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh informasi bahwa 99% atau 152 orang
alumnus mempunyai IPK yang sesuai dengan standart perusahaan tempat mereka bekerja.
Perincian IPK yang sesuai dengan standart perusahaan tersebut, pertama¸ terdiri dari IPK 2,76 3,00 sebesar 4% atau 7 orang alumnus, IPK 3,01 - 3,50 sebesar 70% atau 107 orang
alumnus, dan IPK 3,51 – 4 sebesar 25% atau 38 orang alumnus.
Untuk memberikan gambaran kondisi alumni selama mengikuti pembelajaran saat ini
yang biasa dipergunakan untuk mengukur adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan partisipasi
selama mengikuti proses pembelajaran. Tabel 10 di bawah ini merupakan gambaran IPK lulusan
dari prodi pendidikan bahasa Jepang.
Tabel 10. IPK Lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Jepang
IPK
Jumlah Alumnus Prosentase
2,00 - 2,75
18
7
2,76 - 3,00
63
24
3,01 - 3,50
130
50
3,51 - 4
51
19
Jumlah
262
100
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh informasi bahwa 93% atau 244 orang
alumnus mempunyai IPK yang sesuai dengan standart perusahaan tempat mereka bekerja.
Perincian IPK yang sesuai dengan standart perusahaan tersebut, pertama¸ terdiri dari IPK 2,76 3,00 sebesar 24% atau 63 orang alumnus, IPK 3,01 - 3,50 sebesar 50% atau 130 orang
alumnus, dan IPK 3,51 – 4 sebesar 19% atau 51 orang alumnus.

14

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
______2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan ketujuh. Jakarta : Bumi
Aksara.
______2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bernardin, H.J., JEA Russel. 1993. Human Resource Management. New York: McGraw-Hill.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,. Kebijakan Publik, Dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. California: Sage Publications, Inc.
Echols, John M. & Shadily, Hasan. 1995. Kamus Inggris-Indonesia: An English-Indonesian
Dictionary. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Gibson, J.L; J.M Ivancevich, & J.H. Donelly, Jr. 1988. Organizations: Behavior, Structure,
Processes. Plano: Business Publications Inc.
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori dan Isu.
Yogyakarta: Gaya Media.
Matteson M.T. et.al. 1989. Management and Organizational Behavior Classics. Homewood:
BPI/IRWIN.
Milton, C.R. 1981. Human Behavior in Organization. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.
Minner, J.B. 1985. The Principle of Management. Columbus: Charles E.Merill Publishing
Company.
Moleong, J. Lexy. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Patria, Bhima. 2012. Working Paper no.2 Tahun 2012: Mengenal Survei Penelusuran Alumni
(Tracer Study). Yogyakarta: Unit Publikasi Fakultas Psikologi UGM.
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Manajemen Sumberdaya Manusia: Kebijakan Kinerja
Karyawan: Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas
Dunia. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE).
SEARCA.

2008.

Tracer

Study

on

SEARCA

Fellows

and

UC

Grantees.

http://aau.org/studyprogram/web/scholarship.

Setiawan, B dan Muntaha, A. 2000. Metode Penelitian Komunikasi II. Jakarta : Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
15

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1983. Metode Penelitian Survei. Jakarta: CV. Rasma
Agung.
Sudjana, N. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Zembere, S.N. dan Chinyama, MPM. 2008. The University of Malawi Graduate Tracer Study
1996. http://aau.org/studyprogram/notpub.
Sumber dari Internet :
http://blog.tp.ac.id
http://haydar85.wordpress.com/2008/07/07
http://retnadi-17.web.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/pp.pdf
http://yudithea.blogspot.com/2010/04

16