Pembentukan Modal Sosial Korporasi Terha

PEMBENTUKAN MODAL SOSIAL KORPORASI TERHADAP KOMUNITAS
DALAM PENGIMPLEMENTASIAN PROGRAM
(Studi kasus: perusahaan ekstraktif MIGAS)

Oleh:
Dwi Anisa Febrianti (110605895)

Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Konflik perusahaan tambang dan migas kian meningkat seiring dari tahun ke tahun.
Konflik yang terjadi dipicu oleh eksplorasi lahan baru yang dilakukan oleh perusahaan migas
dan pertambangan. Diketahui bersama, bahan tambang dan migas seperti batu bara, emas,
bijih besi, minak dan gas merupakan sumberdaya tidak terbaharui, sehingga jika sumber daya
tersebut habis, maka perusahaan tambang mencari lahan lain yang memiliki potensi tambang

dan migas untuk di eksplorasi. Seperti terlansir pada situs Jaringan Advokasi Tambang, ijin
pertambangan yang keluar pada tahun 2012 mencapai 10.235. angka tersebut masih belum
termasuk dengan perusahaan migas.
Kemudian pada tahun 2013 angka ijin pertambangan melonjak menjadi 11.000
(jatam.org, 2013). Tingginya angka ijin pertambangan, mengakibatkan eksploitasi besarbesaran yang menimbulkan berbagai konflik antara korporasi dengan masyarakat di sekitar
tambang (stakeholder). Eksploitasi besar-besaran antara tahun 2008-2011 melonjak menjadi
500-800% (jatam.org, 2013). Konflik yang terjadi antara korporasi tambang sepanjang tahun
2012-2013 adalah konflik antara suku Karonsie Dongi digusur oleh PT Inco di Sorowako
Sulawesi Selatan, ikan-ikan di karamba warga desa Betaua pada mati sejak PT. Ina Touna
Mining beroperasi di Tojo Una-una Seulawesi tengah, Newmont dibiarkan membuang
140.000 limbah tailing tambang setiap harinya ke laut Sumbawa NTB, PT Freeport bahkan
membuang sedikitnya 200.000 ton perharinya ke sungai Ajkwa di Papua, juga puluhan ribu
korban akibat dari kasus PT.Lapindo (jatam.org, 2012).

Tindakan penurunan angka konflik perlu dilakukan. Tidak hanya pemerintah yang
harus turun tangan dalam menyelesaikan koflik ini, seperti adanya pembatasan pemberian ijin
pertambangan, pemberian beberapa daftar kualifikasi yang harus dipenuhi oleh suatu
perusahaan yang ingin mengajukan ijin tambang, dan lain sebagainya. Tindakan lain dapat
pula dilakukan oleh perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).


Pembentukan modal sosial untuk mengurangi angka konflik merupakan salah satu bentuk
tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui program-program CSR yang
berbentuk pemberdayaan masyarakat sekitar tambang dan migas.
Pembentukan modal sosial ini dibutuhkan karena sumber daya itu sendiri melekat
pada satu jaringan sosial yang dapat diakses dan dimobilisasi melalui ikatan dalam suatu
jaringan (Lin 2001a). Jaringan dalam modal sosial akan mempermudah suatu perusahaan
tambang dan migas untuk memperoleh sumberdaya yang mereka butuhkan. Selain itu,
dengan membangun jaringan dengan masyarakat sekitar tambang dan migas, diharapkan
dapat

menurunkan

konflik

yang

terjadi.

Pembentukan


modal

sosial

ini,

dapat

diimplementasikan melalui program-program pemberdayaan yang dibentuk oleh perusahaan,
dengan jalan ini maka perusahaan menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan
keberadaannya. Tidak melulu konflik yang mengiringi berdirinya perusahaan tambang dan
migas tersebut, namun juga memberikan dampak positif untuk masyarakat yang ada di
sekitarnya.
Selain pembentukan modal sosial melalui program CSR, CSR sendiri juga merupakan
hal terpenting yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan, terutama untuk perusahaan
ekstraktif. Selain dikarenakan diperlukan dalam kelancaran bisnis, legitimasi sosial,
mengurangi konflik dan juga menjaga kerukunan antara korporasi dengan warga sekitar, CSR
juga merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan. Hal tersebut seperti
yang dikutip dalam sebuah disertasi,


sesuai dengan UU No 25 tahun 2007 mengenai

penanaman modal, dimana setiap perusahaan wajib untuk melaksanakan tanggung jawab
korporasi. Kemudian UU No 40 tahun 2007 Pasal 74 mengenai perseroa terbatas, yang
mengatakan bahwa korporasi wajib menjalankan tanggung jawabnya, namun tanggung jawab
ini dilakukan bukan sebagai beban. Selain itu, telah disahkannya ISO 26000 yang mana
tertulis bahwa perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab korporasinya.
Relasi antara industri atau korporasi dengan masyarakat, baik terhadap masyarakat
nasional maupun lokal, mendapat sorotan tajam akibat sejumlah dampak yang ditimbulkan
oleh kehadiran dan kegiatan tambang (Evans, 2008; Prayogo, 2013). Membangun relasi yang
baik antara korporasi, terutama korporasi yang bergerak dibidang ekstraktif seperti migas dan
tambang, diperlukan sekali. Mengingat perusahaan jenis ini mengeksplorasi alam, dan
seringkali berpindah-pindah disaat sumber daya alam sudah habis. Sehingga menimbulkan
kerusakan alam yang cukup berat. Hal tersebut tidak dapat diterima oleh komunitas lokal

sekitar perusahaan tersebut. Sehingga pembangunan relasi sangat dibutuhkan. Diantara
banyaknya perusahaan atau korporasi yang sering berkonflik dengan komunitas lokal di
sekitar pertambangan, masih terdapat pula perusahaan-perusahaan ekstraktif yang dapat
dengan baik membangun relasi dengan komunitas lokal. Dari relasi yang baik, maka
perusahaan bisa mendapatkan legitimasi sosial dari komunitas lokal, yang berguna untuk

melancarkan kegiatan bisnis. Sedangkan bagi masyarakat atau komunitas lokal, kehadiran
perusahaan juga menguntungkan mereka, karena mereka memperoleh program-program CSR
yang memberdayakan mereka, meningkatkan standar hidup mereka dan memberikan bantuan
baik secara ekonomi, pendidikan, bahkan kesehatan.
Berdasarkan topik yang dibahas sebelumnya, terdapat beberapa penelitian
sebelumnya yang kurang lebih memiliki bahasan yang sama dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis. Penulis akan mengelompokkan setiap literature yang terkait
berdasarkan perspektif apa yang menjadi acuan literature tersebut. Literature dibagi menjadi
beberapa perspektif. Yang pertama adalah perspektif structural fungsional yaitu literature
mengenai motivasi dan implementasi program corporate social responsibility PT. Unilever
Indonesia. Literature ini dikelompokkan kedalam perspektif structural fungsional,
dikarenakan tujuan dalam penulisan ini melihat bagaimana PT. Unilever ini sendiri
menjalankan CSRnya untuk menjadi corporate citizen berbasis kemitraan koperasi melalui
petani serta perempuan petani kedelai hitam. Disamping PT. Unilever membuat kemitraan
dengan koperasi dapat memperoleh akses ke pasokan kedelai hitam yang berkelanjutan dan
berkualitas tinggi, disisi lain, para petani perempuan juga memperoleh keuntungan dengan
adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh PT. Unilever ini sendiri. Kemudian tulisan keddua
yang dikelompokkan kedalam perspektif structural fungsional adalah tulisan mengenai
Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. Dalam tulisan ini terlihat
sekali bahwa perusahaan membuat program CSR tidak hanya untuk memajukan perusahaan

dan membangun citra yang baik, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan
stakeholdernya melalui penerapan berbagai program yang dilaksanakan. Program yang
dilakukan antara lain pada bidang kesehatan, pendidikan, kemiskinan, sosial, agama,
infrastruktur, dan lingkungan hidup. Penerapan program tersebut membawa pengaruh baik
dan positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Perspektif yang kedua ialah perspektif interaksionisme simbolik. Tulisan yang
menggunakan perspektif tersebut ialah Implementasi Kegiatan CSR dalam Membentuk
Reputasi Perusahaan. Hal tersebut terlihat dari hasil dan tujuan penelitian bahwa PT. Pupuk

Kalimantan Timur mengimplementasikan program peduli pendidikan dalam rangka
membentuk citra perusahaannya. Disisi lain, warga di sekitar perusahaan pupuk tersebut tidak
dengan keseluruhan memperoleh dampak positif dari keberadaan perusahaan. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang kurang komunikatif dalam menyebarkan informasi mengenai
program pendidikan yang dijalankan. Tulisan yang menggunakan perspektif ini juga yaitu
tulisan yang berjudul Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi CSR pada Masyarakat
Indonesia. dimana pada tulisan ini dikatakan bahwa CSR sebagai program sosial telah
memberikan banyak kontribusi dalam menangani berbagai macam permasalahan sosial yang
ada di masyarakat sekitar perusahaan. namun dalam perlaksanaannya masih terdapat banyak
kendala. Salah satunya adalah keabsahan CSR di mata hukum dan tidak adanya regulasi yang
jelas mengenai CSR itu sendiri.

Perspektif yang ketiga adalah perspektif konflik. Tulisan berjudul Implementasi CSR
sebagai Modal Sosial pada PT. Newmont. Pada tulisan ini terlihat bahwa pembentukan modal
sosial oleh PT.Newmont melalui berbagai program dibidang pendidikan, infrastruktur,
perbaikan kesehatan dan lain sebagainya berjalan baik. Namun sangat disayangkan karena
ketidakpercayaan masyarakat akan PT. Newmont meningkat yang terkait dengan eksplorasi
daerah Dodo yang merupakan daerah tempat dimakamkannya nenek moyang dan leluhur
mereka. Selain itu muncul pula berbagai tuntutan dari para nelayan disekitar PT. Newmont
yang menklaim ikan hasil tangkapan mereka menjadi berkurang sejak kemunculan PT.
Newmont di daerah mereka.
Berdasarkan perspektif penulisan beberapa literature yang telah dipaparkan diatas,
peneliti akan menggunakan perspektif structural fungsional hal ini terkait dengan tujuan
penelitian yang ingin melihat relasi antara korporasi dengan stakeholder. Dimana relasi yang
terbangun nantinya akan terdapat hubungan timbal balik dan antara korporasi dengan
stakeholder saling memiliki fungsi satu sama lain yang membuat mereka menjadi terkait.
I.2.Permasalahan
Pada tesis yang berjudul Motivasi dan Implementasi
Responsibility

berisikan


mengenai,

motivasi

PT.

Unilever

Coorporate Social
Indonesia

untuk

mengimplementasikan CSRnya berupa program Pengembangan Petani Kedelai Hitam
(P3KH) kebijakan bisnis berorientasi sosial. Motivasi dari Unilever ini mengacu pada produk
kecap bango yang berbasis kemitraan dengan koprasi melalui petani serta perempuan petani
kedelai hitam. Penelitian yang telah dilakukan mengenai motivasi ini merupakan penelitian

yang sudah sangat baik, mengingat tulisan ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
magister. Namun, terdapat beberapa kekurangan, yaitu peneliti hanya melihat sebatas

motivasi dari PT. Unilever dalam menjalankan program P3KHnya saja. Kemudian bagaimana
pengimplementasian programnya, hanya dilihat berdasarkan apakah program yang dilakukan
oleh PT. Unilever ini masuk kedalam kategori charity, philantrophy, dan citizenship saja.
Penulis tidak membahas mengenai bagaimana proses yang dilakukan oleh PT. Unilever
dalam melakukan pendekatan untuk memuluskan jalannya program yang telah dilakukan.
Selain itu, penulis juga tidak membahas bagaimana social capital antara PT. Unilever dengan
para petani perempuan dibangun. Padahal social capital merupakan hal yang penting dalam
menjalankan program CSR.
Kemudian pada tesis kedua yang berjudul Implementasi Kegiatan Coorporate Social
Responsibility dalam Membentuk Reputasi Perusahaan. Tulisan ini berisikan mengenai
bagaimana perusahaan membentuk reputasinya di mata stakeholder, dengan memberlakukan
program CSR dibidang pendidikan. Program tersebut sudah berjalan dengan baik dan
memberikan reputasi yang baik bagi perusahaan dimata stakeholdernya. Namun, belum
dilakukannya survey untuk mengetahui program yang tepat bagi masyarakat, proses
perencanaan untuk tujuan program dan juga proses evaluasi untuk mengetahui apakah
program sudah tepat sasaran. Dalam tulisan ini, hanya membahas mengenai bagaimana
program Coorporate Social Responsibility (CSR) dapat membentuk reputasi suatu
perusahaan. Menurut saya, tulisan ini kurang berguna untuk para penerima bantuan program
CSR dari PT. Pupuk Kalimantan Timur, terlihat bahwa program ini tidak berjalan dengan
sebagaimana mestinya. Seperti kurangnya komunikasi dan kurangnya publikasi mengenai

program ini kemasyarakat setempat, memperlihatkan bahwa program ini kurang matang
dalam persiapannya.selain itu, sebaiknya penulis melihat sisi lain seperti tanggapan dari
berbagai masyarakat sekitar yang kiranya tidak memperoleh informasi mengenai program
tersebut. sehingga data yang dihasilkan menjadi lebih kaya.
Tulisan selanjutnya berjudul Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat. Tulisan ini berisikan mengenai analisa efek CSR pada PT.Batamindo Investment
Cakrawala terhadap kesejahteraan sosial. Dalam mengimplementasikannya, PT. Batamindo
Investment Cakrawala dilakukan pada berbagai bidang seperti, kesehatan, pendidikan dan
aktivitas perekonomian. Hasil dari program yang jalankan adalah memberikan pengaruh
positif dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat disekitar lingkungan kawasan
industry Batamindo, Batam. Sayangnya penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode kuantitatif. Dimana peneliti menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data valid
mengenai kesejahteraan sosial di masyarakat. Menurut penulis, sebaiknya penelitian ini akan
lebih baik jika dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, sehingga hasil yang didapat
akan

lebih

menggambarkan


kesejahteraan

masyarakat

yang

sebenarnya.

Dengan

menggunakan kuesioner, bisa saja responden tidak menjawab pertanyaan yang disajikan
dengan keadaan yang sebenarnya atau bisa saja direkayasa demi kepentingan perusahaan
tersebut.
Tulisan yang terakhir berjudul Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Coorporate
Social Responsibility Pada Masyarakat Indonesia. Tulisan ini berisikan tentang, CSR yang
telah memberikan banyak kontribusi dalam menyelesaikan berbagai permasalah sosial.
Dalam pengimplementasiannya, CSR menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan.
Namun, CSR ini masih belum memiliki hukum yang jelas, walaupun begitu CSR sendiri
dapat meningkatkan semangat kebersamaan dalam berbagai komunitas yang berbeda.
Seharusnya tulisan ini juga berbicara mengenai modal sosial yang dibangun oleh korporasi
sehingga memperoleh legitimasi dari masyarakat disekitar perusahaan, karena hal tersebut
sangat sosiologis sekali untuk dibahas. Selain itu, saat ini CSR telah memiliki hukum yang
jelas sebagai kewajiban bagi perusahaan. seperti misalnya saja disahkannya ISO 26000 dan
juga UU No 40 tahun 2007 Pasal 74 mengenai kewajiban korporasi untuk melakukan
tanggung jawab korporasi.
Dari beberapa hasil studi literature diatas, terdapat satu studi literature yang dirasa
mendukung topic penelitian yang penulis ambil. Yaitu tulisan yang berjudul Implementasi
Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal Sosial Pada PT. Newmont. Tulisan
tersebut berisikan untuk mengetahui penerapan CSR yang sesuai dengan visi perusahaan dan
pasal 74 UU No. 40 tahun 2007 dan juga untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang
diperoleh dalam pengimplementasian program CSR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
PT. Newmont melakukan sejumlah program dalam pengimplementasiannya. Namun
sayangnya ketidakpercayaan warga semakin meningkat dan munculnya persepsi buruk yang
muncul akibat dari pencemaran yang dilakukan oleh PT. Newmont.
Sehubungan dengan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Newmont, penulis melihat
terdapat beberapa kesamaan yang dirasa dapat mendukung topic penulisan mengenai
pembentukan modal sosial ini. Pada PT. Newmont warga tidak percaya pada perusahaan
tersebut dan munculnya persepsi buruk. Sedangka pada perusahaan yang penulis pilih,
hubungan antara komunitas dengan perusahaan baik-baik saja. Malahan perusahaan

memperoleh legitimasi sosial dari masyarakat setempat. Sedangkan pada perusahaan migas
yang akan diteliti oleh penulis, hubungan antara masyarakat disekitar pertambangan migas
dengan perusahaan terjalin dengan baik. Dengan kata lain, keberhasilan pembengunan modal
sosial dapat terlihat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik hipotesa, bahwa perusahaan yang
akan penulis teliti telah membangun modal sosial terhadap komunitas setempat dengan baik.
Sehingga kehadirannya dirasa mampu mengatasi beberapa permasalahan sosial yang muncul
di masyarakat sekitar perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mampu membangun modal
sosial dengan komunitas lain seperti kementrian pendidikan dalam mengimplementasikan
program yang akan dilaksanakan. Berdasarkan permasalahan diatas, dapat terlihat bahwa dari
sekian banyak perusahaan ekstraktif yang melakukan program CSR namun banyak korporasi
yang tidak dapat berdamai dengan para stakeholder. Salah satu perusahaan tempat penulis
akan teliti justru sebaliknya. Korporasi tersebut justru dapat membangun modal sosial dengan
stakeholdernya dengan baik. Dan dari berbagai sumber belum ada konflik yang terjadi. Hal
tersebut memunculkan pertanyaan, yaitu bagaimana pembentukan modal sosial sehingga
tidak sampai terjadi konflik antara perusahaan ekstraktif terkait dengan para stakeholder.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, belum ada penelitian yang
membahas mengenai pembentukan modal sosial. Penulis mencoba mengisi kekosongankekosongan yang ada dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penulis akan berfokus pada
pembentukan modal sosial melalui pengimplementasian program. Penelitian sebelumnya
lebih banyak membahas mengenai implementasi program dan melakukan evaluasi program
yang telah dibuat oleh suatu perusahaan. apakah program tersebut telah sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh stakeholder atau belum. Namun belum banyak yang melihat,
sebenanya dalam melakukan implementasi program sendiri, dibutuhkan relasi yang terbangun
dengan baik antara korporasi dengan stakeholder. Yang membuat program dapat berjalan
dengan baik dan menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya konflik.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menjelaskan mengenai pembentukan modal sosial yang dilakukan melalui implementasi
program-program CSR yang dilakukan oleh korporasi terhadap stakeholder.

I.4. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pertanyaan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya pembentukan modal sosial melalui implementasi program
dilakukan?
I.5. Kerangka Konseptual
Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam
penelitian ini:
a. Modal Sosial
Modal sosial sendiri merupakan sumber daya yang melekat pada sebuah jaringan
sosial. Sumber daya tersebut dapat di akses atau dimobilisasi melalui ikatan dalam jaringan
(Lin 2001, dalam Hand Book of Social Capital: Chapter 2). Melalui relasi sosial atau melalui
jaringan sosial, actor dapat meminjam atau merebut sumber daya dari actor lain. Modal sosial
merupakan satu kesatuan dengan jaringan sosial. Dimana jaringan memiliki kondisi yang
dibutuhkan untuk mengakses dan menggunakan sumber daya yang melekat. Tanpa jaringan,
maka tidak mungkin untuk mengambil sumber daya yang melekat tersebut. Jaringan yang
terbuka akan memberikan fasilitas akses yang lebih baik atau memiliki sumber daya yang
lebih bervariasi.
b. Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR atau tanggung jawab korporasi secara sosial merupakan korporasi berkewajiban
untuk turut menciptakan kesejahteraan salam masyarakat, sekaligus secara bersamaan
membangun relasi saling mendukung antara korporasi dengan masyarakat sekitarnya
(Dennis, 2007; Freeman, 2005; Bartkus, 2002; Kotler, 2005; Saiia, 2003 dalam Prayogo,
2013). Korporasi pada industry tambang dan migas dituntut untuk memiliki tanggung jawab
yang lebih dari sekedar kepedulian terhadap masyarakat, utamanya masyarakat sekitar
operasi tambang, karena sifat industrinya yang eksploitatif terhadap sumber alam dan ekologi
local. Korporasi dituntut untuk melakukan tindakan nyata dan langsung yang dpat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, utamanya di sekitar lingkungan sosialnya (Prayogo,
2013).
Implementasi program membutuhkan dukungan dan partisipasi yang terus menerus
dari pimpinan dan manajemen perusahaan. menurut studi yang dilakukan oleh Robert

Ackerman, Implementasi Program CS terdiri dari tiga tahap (Anderson, 20:1989, dalam
Laksana 36:2012):
Tahap 1: Tahap komitmen, yaitu tahap dimana tom management menyadari pentingnya
keterlibatan dan tanggung jawab perusahaan terhadap permasalahan atau isu tertentu dan
kemudian mengeluarkanpernyataan kebijakan terkait hal tersebut.
Tahap 2: Tahap pembelajaran, yaitu tahap pengumpulan data, analisa dan evaluasi oleh
manajemen.
Tahap 3: Tahap Institusionalisasi, yaitu tahap dimana program diturunkan kepada lini
organisasi untuk dijalankan, tahap penggunaan sumber daya perusahan, pengkomunikasian
program dan evaluasi program.
Implementasi program merupakan langkah konkret menerapkan program kegiatan
yang telah dirumuskan. Dalam implementasi CSR kegiatan tambang khususnya,
implementasi program sebaiknya dilakukan sebelum proses konstruksi dilakukan. Hal ini
demikian karena korporasi perlu memperkenalkan jati dirinya sebelum melakukan operasi
tambang agar dapat diterima oleh masyarakat. Pendekatan korporasi terhadap masyarakat,
menentukan legitimasi sosialny, yang kemudian menentukan sikap masyarakat terhadap
keberadaan kegiatan tambang (Prayogo, 191: 2013).
I.6. Tinjauan Pustaka
I.6.1. Implementasi Program CSR
Tesis yang pertama berbicara mengenai motivasi dan implementasi program CSR PT.
Unilever Tbk. Implementasi program CSR yang dibuat melalui kebijakan, diambil
berdasarkan DNA Unilever yaitu bisnis bukan hanya sekedar bisnis semata, melainkan
adanya jiwa social entrepreneur. PT. Unilever ini membuat suatu program pengembangan
petani kedelai hitam (P3KH). Program ini merupakan salah satu jalan pembentukan modal
sosial PT Unilever. Dengan dibentuknya program ini, maka PT. Unilever telah
memberdayakan masyarakat terutama wanita petani kedelai hitam. Dengan dibentuknya
program ini, kepercayaan masyarakat yang menjadi stakeholder PT. Unilever diharapkan
akan semakin kuat. Dimana PT Unilever selalu melakukan pendekatan-pendekatan secara
emosional untuk menghidupkan trust masyarakat.
Selain karena PT. Unilever berhasil menemukan akses kedelai hitam yang berkualitas
tinggi, program tersebut juga menguntungkan masyarakat sekitar terutama petani wanita.

Karena mereka memiliki tempat untuk menjual kedelainya dan tidak perlu bersusah payah
mencari market. Kemudian, pendapatan para petani wanita ini menjadi lebih jelas. Hal ini
dikarenakan system harga yang ada tidak berdasarkan kendali dari tengkulak kedelai hitam,
sehingga harga dari kedelai hitam tersebut stabil. Implementasi kebijakan bisnis CSR ini,
memberikan peningkatan secara ekonomi untuk komunitas petani kedlai beserta keluarga.
Dan mereka, para epetani kedelai, memperoleh pelatihan-pelatihan yang kemudan akan
menguntungkan mereka. Mereka memperoleh skill tambahan karena adanya program
pelatihan, dan skill tersebut akan terus berguna walaupun PT Unilever tidak lagi
memberdayakan masyarakat tersebut. Sebagian besar penerima manfaat P3KH memberikan
nilai positif terhadap korporasi tersebut, karena telah memberikan suntikan moral untuk lebih
berdaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
Kemudian pada tulisan lainnya yang berjudul Implementasi CSR dalam Membentuk
Reputasi Perusahaan (Study Kasus Program Peduli Pendidikan di PT Pupuk Kalimantan
Timur). Pada tulisan ini, pembentukan modal sosial terlihat pada pelaksanaan program
pendidikan untuk para stakeholder disekitar perusahaan pupuk. Pelaksanaan program tidak
hanya berupa pemberian beasiswa dan bantuan kepada siswa dan siswi yang berada pada
perekonomian lemah, tetapi juga adanya program bimbingan belajar, seminar motivasi dan
lain sebagainya. Program tersebut membentuk kebersamaan para peserta dan keterikatan
kepada perusahaan. Para orangtua dari siswa dan siswi yang memperoleh bantuan,
menunjukkan sikap yang positif kepada perusahaan. para pesertapun menyatakan
kepuasannya atas implementasi program dan berimbas pada pandangan mereka terhadap
reputasi perusahaan.
Tulisan selanjutnya berjudul Implementasi CSR Sebagai Modal Sosial Pada PT
Newmont. Pada tulisan ini, terlihat pembentukan modal sosial PT Newmont melakukan 6
program implementasi dari CSR perusahaan, yaitu program pendidikan yang memberikan
bantuan pembangunan sarana pendidikan, penyediaan buku dan alat bantu mengahar dan lain
sebagainya. Kemudian yang kedua adalah program infrastruktur pengembangan kawasan
buyat pantai sebagai sarana dan objek wisata. Yang ketiga program perbaikan kesehatan,
berupa pembangunan pusat kesehatan desa oleh NMR, pemberian suplai peralatan,
penyediaan staff dan lain-lain. Kemudian yang keempat pendidikan kejuruan dan
pengembangan bisnis yang berupa mendukung pembangunan dan pelatihan personil,
membantu proyek perluasan pertanian dan lain sebagainya. Yang kelima adanya program
pertanian dan perikanan berupa pelatihan dakam teknik kultur kelautan. Dan yang terakhir

adalah program perbaikan habitat laut minahasa, berupa prakarsa dan pendanaan. Dalam
perjalanannya PT Newmont dapat dengan baik membentuk modal sosial dan memperoleh
kepercayaan dari masyarakat sekitar, namun sejak terjadinya kasus pembuangan limbah ke
laut yang menyebabkan nelayan merugi akibat hasil tangkapan berkurang, dan adanya
eksplorasi pertambangan di daerah Dodo yang merupakan tempat bersemayamnya nenek
moyang masyarakat sekitar, kepercayaan wargapun menjadi hilang.
Kemudian tulisan yang berjudul Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup
Masyarakat. Pada tulisan ini, pembentukan modal sosial tercermin dari komitmen perusahaan
untuk memperoleh kesejahterraan hidup bagi para stakeholdernya. PT Batamindo memiliki
indicator kesejahteraan berdasarkan pada peningkatan kesehatan, pendidikan dan aktivitas
perekonomian. Pendekatan yang dilakukan oleh PT Batamindo dalam membangun modal
sosialnya adalah dengan berfokus pada nilai-nilai local. Yang terakhir adalah tulisan yang
berjudul Analisis Sosiologis terhadap Implementasi CSR pada Masyarakat Indonesia. Dalam
membentuk modal sosialnya, program CSR dari perusahaan menyelesaikan permasalahanpermasalahan sosial yang ada di masyarakat, seperti kesempatan bekerja, kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan lingkungan. Walaupun mampu membangun modal sosial dengan
baik kepada para stakeholdernya, perusahaan-perusahaan yang menjalankan program CSR
masih terkendala dengan hukum dan hak asasi manusia. Karena pada masa tersebut, belum
ada penetapan hukum mengenai kewajiban melakukan CSR.
I.7. Delimitasi dan Limitasi Penelitian
Limitasi dalam penelitian ini pertama menyangkut masalah lokasi penelitian yang
sulit dijangkau. Dikarenakan lokasi stakeholder yang berada di daerah kepaluan seribu yang
menjadikan peneliti sulit untuk pergi kesana. Kendala keadaan alam salah satunya. Yaitu
cuaca yang tidak menentu dan ombak yang tinggi menjadikan peneliti tidak dimungkinkan
untuk mendatangi lokasi tersebut.

Selain itu, pihak korporasi yang tidak memberikan

informasi secara keseluruhan juga menjadi hambatan dalam melakukan penelitian ini.
Kemudian keterbatasan waktu, dimana penelitian yang dilakukan hanya beberapa hari saja.
Sehingga data yang dikumpulkan menjadi kurang maksimal dan mendalam.
Delimitasi dalam penelitian ini adalah, peneliti hanya akan meneliti mengenai
masalah pembentukan modal sosial dalam implementasi program CSR saja. Selain itu,
mengenai data-data lain yang diperoleh dalam pengumpulan data dan tidak sesuai dengan
penelitian ini, maka hanya akan menjadi dokumen pribadi peneliti.

I.8. Signifikansi Penelitian
a. Signifikansi Secara Akademis
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penerapan dari beberapa mata kuliah yang
telah dijalani selama enam semester ini, terutama mata kuliah kualitatif. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran berupa pembentukan social
capital dari korporasi terhadap stakeholder yang mampu meredam terjadinya koflik
dan menguntungkan kedua belah pihak. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dalam ilmu sosial yang dapat dipertimbangkan, terutama dalam bidang
CSR. dapat pula untuk menambah kekosongan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya yang lebih banyak berokus pada implementasi program. Sehingga dapat
menambah hal baru terkait dengan CSR.
b. Signifikansi Praktis
Signifikansi yang diperoleh oleh institusi terkait, yaitu penelitian ini dapat menjadi
landasan untuk mengetahui bagaimana pembentukan modal sosial yang baik sehingga
dapat mengurangi konflik atau bahkan meniadakannya sama sekali. Selain itu, dapat
juga sebagai tulisan yang menambah wawasan serta informasi mengenai CSR dan
modal sosial. Penelitian ini dapat pula digunakan oleh perusahaan lain, guna
mempelajari cara-cara yang dapat dilakukan untuk membangun modal sosial dengan
stakeholder.

BAB II
STRATEGI PENGUMPULAN DATA

II.1. Asumsi dan Rasionalisasi Pendekatan Kualitatif
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakanmetode untuk mengeksplorasi dan
memahami makna yang –oleh sejumlah individu atau sekelempok orang – dianggap berasal
dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2010). Metode penelitian ini mengumpulkan
data lapangan dimana masalah atau isi akan diiteliti. Informasi atau data dikumpulkan
melalui berbicara secara langsung atau melakukan interview, wawancara, dokumentasi dan
observasi perilaku informan yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti
mempelajari makna yang disampaikan oleh informan mengenai permasalah dan isu
penelitian, bukan makna yang dibangun sendiri oleh peneliti. Data penelitian ini diambil dari
berbagai informan, tidak bertumpu pada satu informan saja. (creswell 261-262, 2010)
Tujuan dasar atau rasionalisasi dalam penelitian kualitatif ini adalah dalam rangka
untuk mengetahui dan menjelaskan pembentukan modal sosial yang dilakukan oleh korporasi
melalui program-program yang telah dibuat, untuk diimplementasikan kepada stakeholder.
Dimana dengan program-program tersebut, hubungan antara korporasi dan stakeholder dapat
terjalin dengan baik. Hal tersebut dapat memudahkan korporasi untuk memperoleh legitimasi
sosial dan juga memudahkan korporasi dalam mengambil sumber daya alam yang berada di
sekitar stake holder, atau bahkan milik stakeholder tersebut. Namun, korporasi harus
memberikan timbal balik atas sumber daya yang diambil dari stakeholder. Seperti dengan
cara memberdayakan masyarakat sekitar korporasi, sehingga masyarakatnya menjadi lebih
mandiri.
II.2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Peneliti mengumpulkan informasi
secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data (Creswell, 2010).
Jadi dapat dilihat bahwa peneliti akan melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan

suatu program CSR yang diimplementasikan oleh korporasi dalam angka membentuk modal
sosial. Modal sosial yang didapatkan, digunakan untuk memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan oleh korporasi.
II.3. Peran Peneliti
Penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti harus
terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan partisipan.
Keterlibatan ini nantinya akan memunculkan serangkaian isu-isu strategis, etis, dan personal
dalam proses penelitian kualitatif (Locke et al, dalam Creswell, 2010).
Dalam penelitian ini, hubungan peneliti dengan partisipan atau informan hanyalah
sebatas hubungan peneliti dan informan saja. Dengan kata lain, hubungan yang terjalin
hanyalah hubungan biasa saja. Lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri yang
pertama di korporasi yang terkait dengan penelitian ini dan juga di salah satu pulau di
kepulauan seribu juka hal tersebut memungkinkan untuk dilakukan.
II.4. Prosedur Pengumpulan dan Argumentasi
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti berupa wawancara kualitatif. Peneliti
akan melakukan wawancara secara tatap muka dengan informan untuk memperoleh data
yang dibutuhkan. Selain itu, jika keadaan yang tidak memungkinkan, peneliti akan
mewawancara informan melalui telepon atau melalui media lain seperti melalui pesan
singkat. Wawancara yang dilakukan tidak terstruktur dan terbuka, dengan harapan dapat
memunculkan pandangan dan opini dari para informan. Pengumpulan data melalui
wawancara ini dilakukan, agar data yang diperoleh diharapkan lebih mendalam, selain itu
lebih jelas pula alasan mengapa program-program CSR yang dibuat diimplementasikan untuk
membangun modal sosial. Selain itu, melalui metode wawancara mendalam, diharapkan para
informan dapat lebih leluasa dalam memberikan informasinya.

Daftar Pustaka

Prayogo, Dody. 2013. Socially Responsible Corporation: Peta Masalah, Tanggung Jawab
Sosial dan Pembangunan Komunitas pada Industri Tambang dan Migas Indonesia. UI Press:
Jakarta.
Prayogo, Dody. 2013. Konflik antara Korporasi Dengan Komunitas Lokal: Sebuah Kasus
Empirik pada Indusri Geotermal di Jawa Barat. UI Press: Jakarta
Lin, Nan. 2008. The Handbook of Social Capital: A Network Theory of Social Capital.
Oxford University Press: New York
Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Kamal, Miko. CSR Tidak Lagi Wajib.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt502d8a41c9e04/csr-tidak-lagi-wajib-broleh-miko-kamal--phd. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014, Pukul 17:53
Anonym. Social Responsibility. http://www.iso.org/iso/iso26000. Diakses pada 18 Februari
2014, Pukul 12:53
Asy’ari, Hasan. 2009. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal
Sosial pada PT. Newmont. http://eprints.undip.ac.id/17529/. Diunduh pada 17 Februari 2014,
Pukul 21:26
Mapisangka, Andi. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat.
fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/ANDI_M-CSR1.pdf. Diunduh pada 17 Februari
2014, Pukul 21:36
Siregar, Chairil N. 2007. Analisis Sosiologis terhadap Implementasi Corporate Social
Responsibility pada Masyarakat Indonesia. journal.fsrd.itb.ac.id. Diunduh pada 18 Februari
2014, Pukul 12:38
Habibi, Muhammad. 2012. Motivasi dan Implementasi Program Coorporate Social
Responsibility PT. Unilever Indonesia. lontar.ui.ac.id. Diunduh pada 18 Februari 2014, Pukul
20:21
Laksana, Wijaya. 2012. Implementasi Corporate Social Responsibility dalam Membentuk
Reputasi Perusahaan. lontar.ui.ac.id. Diunduh pada 18 Februari 2014, Pukul 12:55

Anonym. 2012. HATAM (Hari Anti Tambang) 29 Mei 2012.
http://www.jatam.org/component/content/article/30-2012/150-hatam-hari-anti-tambang2012.html. Diakses pada 24 Maret 2014, Pukul 20:53
Anonym. 2012. Dukungan Peringatan Hari Tanpa Tambang (HATAM) - 29 Mei 2012.
http://www.jatam.org/saung-pers/siaran-pers/156-dukung-peringatan-hari-anti-tambanghatam-29-mei-2012.html. Diakses pada 24 Maret 2014, Pukul 20:53
Anonm, 2013. HATAM (Hari Tanpa Tambang) 29 Mei 2013. http://www.jatam.org/saungpers/seruan-aksi/275-hari-anti-tambang-hatam-29-mei-2013.html. Diakses pada 24 Maret
2014, Pukul 20:47

Lampiran
a. Panduan wawancara mendalam
1. Bagaimanakah pendekatan yang dilakukan korporasi kepada stakeholder?
2. Bagaimanakah cara membentuk program yang akan diimplementasikan oleh
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

CSR?
Apa sajakah Program-program yang dibentuk oleh CSR perusahaan?
Bagaimana korporasi mengimplementasian program yang telah dibentuk?
Sejak kapan program tersebut diimplementasikan?
Apakah korporasi melakukan perbaikan program?
Bagaimanakah hubungan antara korporasi dengan stakeholder saat ini?
Apakah stakeholder menerima dan menjalankan program tersebut dengan baik?
Pernahkah terjadi konflik antara korporasi dengan stakeholder?

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Kinerja Keuangan dan Sosial Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non Devisa di Indonesia; Shela Ayu Istighfarah; 080810201124

1 33 19

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162

Strategi Public Relations Radio Cosmo 101.9 FM Bandung Joged Mania Dalam Mempertahankan Pendengar Melalui Pendekatan Sosial

1 78 1

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada BUSN Non Devisa Konvensional yang Terdaftar di OJK 2011-2014)

9 104 46

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84