HUKUM WARIS ISLAM baru. docx

HUKUM WARIS ISLAM
Penggolongan Ahli Waris dan Hal Furudh

Nama Kelompok :
Sofyan Adi F

135010100111066

Arjuna Candra Wijaya

135010107111023

Muhammad Reza Fahmi

135010107111024

Iftitahus Surur

135010107111032

Ranti Permatasari


135010107111044

Azizah Afaf

135010107111045

Assa Yunita Mentari

135010107111048

PENGGOLONGAN AHLI WARIS DALAM
HUKUM WARIS ISLAM

SEBAB-SEBAB MEWARISI
Menurut islam, mempusakai atau mewarisi itu berfungsi menggantikan kedudukan si
mati dalam memiliki dan memanfaatkan harta miliknya. Bijaksana sekali kiranya kalau
penggantian ini di percayakan kepada orang-orang yang banyak memberikan bantuian ,
pertolongan, pelayanan, pertimbangan dalam kehidupan berumah tangga dan mencurahkan
tenaga dan harta demi pendidikan putra-putranya, seperti suami istri. Atau di percayakan

kepada orang-orang yang selalu menjunjung martabat dan nama baiknya dan selalu
mendoakan sepeninggalnya, seperti anak-anak turunnya . Atau di percayakan kepada orang
yang telah banyak menumpahkan kasih sayang, menafkahinya, mendidiknya dan
mendewasakannya, seperti orang tua. Atau di percayakan kepada orang yang telah
mengorbankan sebagian harta bendanya untuk membebaskan dari perbudakannya menjadi
manusia yang mempunyai hak kemerdekaan penuh dan cakap bertindak, seperti
maulal-‘ataqah (orang yang membebaskan budak).
Mereka-mereka tersebut diatas mempunyai hak dan dapat mewarisi, karena
mempunyai sebab-sebab yang mengikatnya. Menurut mufassirin, sebab-sebab terjadinya
kewarisan dalam Al-Qur’an ada 3, sebab-sebab itu adalah :
o Hubungan perkawinan
o Hubungan kekerabatan
o Hubungan memerdekakan budak (Wala’)
Ada 25 ahli waris yang diatur dalam ketentuan hokum waris islam,yang dapat
mewarisi harta pewaris yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Ahli Waris Laki-Laki Terdiri Dari:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah
3. Ayah
4. Kakek dari ayah dan terus ke atas

5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu

8. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah
10. Paman yang sekandung dengan ayah
11. Paman yang seayah dengan ayah
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah
13. Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah
14. Suami
15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak
Jika ahli waris laki-laki tersebut semua ada,maka yang mendapat bagian hanya tiga
orang,yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. Ayah
Ahli Waris Perempuan Terdiri Dari:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki,dan terus kebawah

3. Ibu
4. Nenek (ibu dari ibu) dan terus ke atas
5. Nenek (ibu dari ayah),dan terus kebawah
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan seayah
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. orang perempuan yang memerdekakan budak
Jika semua ahli waris perempuan tersebut ada,maka yang mendapat bagian hanya
lima orang,yaitu:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Saudara perempuan kandung
5. Istri
Jika ahli waris laki-laki dan perempuan sejumlah 25 orang tersebut semua ada,maka
yang mendapat bagian adalah:

1. Ayah
2. Ibu

3. Anak laki-laki
4. Anak perempuan
5. Suami atau istri

PENGGOLONGAN AHLI WARIS
Selanjutnya, ahli waris yang berjumlah 25 orang tersebut dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu :ahli waris dzawul furuudh, ahli waris ashabah dan Golongan Dzawul
Arham
1.GOLONGAN DZAWUL FURUUDH
Dzawul furuudh yang dimaksud adalah ahli waris yang mendapat bagian pasti
sebagaimana yang telah ditentukan dalam al-Qur’an maupun al-Hadis.Bagian-bagian yang
telah ditentukan dalam waris Islam tersebut adalah:
a. Setengah (1/2)
b. Seperempat (1/4)
c. Seperdelapan (1/8)
d. Dua pertiga (2/3)
e. Sepertiga (1/3)
f.

Seperenam (1/6)


2. GOLONGAN ASHABAH
Golongan ashabah adalah kelompok ahli waris yangb menerima bagian
sisa,sehingga jumlah bagiannya tidak tertentu.kelompok ashabah ini kalau mewaris
sendirian,tidak bersama dengan kelompok dzawul furudh maka bagian warisan diambil
semua.Sebaliknya jika kelompok ini bersama dengan dzawul furuudh dan setelah di bagi
ternyata harta warisan sudah habis,maka kelompok ashabah ini tidak mendapat apa-apa.
Adapun macam-macam Ashabah adalah : Ashabah binafsih ,ashabah bil ghair dan
ashabah ma’al ghair.
a. Ashabah Binafsih.

Ashabah binafsih yang dimaksud adalah ashabah dengan sendirinnya dan bukan
karena tertarik oleh ahli waris yang lain atau bersamaan dengan ahli waris yang lain,tetapi
asalnya memang sudah menjadi ashabah.
Yang termasuk kelompok ashabah binafsih antara lain:
1. anak laki-laki
2. cucu laki-laki dari anak llaki-laki dan terus kebawah
3. ayah
4. kakek dari pihak ayah dan terus keatas
5. Saudara laki-laki sekandung

6. Saudara laki-laki seayah
7. Anak saudara laki-laki sekandung
8. Anak saudara laki-laki seayah
9. Paman yang sekandung dengan ayah
10. Paman yang seayah dengan ayah
11. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan ayah
12. Anak laki-laki paman yang seayah dengan ayah
Apabila orang-orang yang tersebut diatas semiua ada maka tidak semua mereka di
beri bagian,akan tetapi harus didahulukan orang-orang yang lebih dekat pertaliannya
dengan pewaris,dengan memperhatikan urutan nomor 1-12 tersebut.
b. Ashabah Bil Ghair.
Ashabah bil ghair adalah kelompok ahli waris yang asalnya sebagai dzawul
furuudh,namun mereka mendapat bagian ashabah karena tertarik oleh ahli waris llain yang
berstatus ashabah.Yang termasuk kelompok ashabah bil ghair ini adalah:
1. Anak perempuan menjadi ashabah karena ditarik oleh anak laki-laki
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki menjadi ashabah karena ditarik oleh cucu
laki-laki dari anak laki-laki.
3. Saudara perempuan kandung menjadi ashabah karena ditarik oleh saudara
laki-laki kandung.
4. Saudara perempuan seayah menjadi ashabah karena ditarik oleh saudara

laki-laki seayah.
Dalam pembagian ashabah ini perlu diperhatikan pembagian antara laki-laki dan
perempuan dua banding satu,seperti dalam surat an-nisa’ ayat 176
c. Ashabah Ma’al Ghair

Ashabaah Ma’al Ghair adalah kelompok ahli waris yang mendapat bagian ashabah
karena mewaris bersama-sama

kelompok dzawul furuudh yang lain.yang termasuk

Ashabah Ma’al Ghair adalah:
1.Saudara perempuan sekandung apabila dia mewaris bersama dengan anak
perempuan atau cucu perempuan.
2.Saudara perempuan seayah,apabila dia mewaris bersama dengan anak
perempuan atau cucu perempuan.
3. GOLONGAN DZAWUL ARHAM
Dzawul arham adalah kelompok yang tidak disebut dalam dzawul furudh dan
ashabah namun mempunyai hubungan dekat dengan pewaris.Yang termasuk dalam Dzawul
Arham ini adalah:
1.Cucu dari anak perempuan

2.Anak dari saudara perempuan
3.Anak perempuan dari saudara laki-laki
4.Saudara ayah seibu
5.Saudara ibu
6.Saudara perempuan ibu
7.Saudara perempuan ayah
8.Ayahnya ibu
9.Anak perempuan paman

BAGIAN-BAGIAN YANG DITERIMA AHLI WARIS
Adapun bagian bagian yang diterima ahli waris sebagai berikut:
1. AHLI WARIS UTAMA
Ahli waris utama di dalam hukum waris islam terdiri dari 5 pihak yaitu janda, ayah,
ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Keberadaan salah satu pihak tidak menjadi
penghalang bagi pihak untuk menerima waris. Dengan kata lain, mereka secara
bersama akan menerima waris dengan bagian yang telah ditentukan. Uraian tentang
bagian waris para ahli waris utama adalah sebagai berikut:
A. Janda
1. Janda Perempuan
Bagian janda perempuan adalah:

a. 1/8 bagian jia pewaris mempunyai anak
b. ¼ bagian jika pewaris tidak mempunyai anak
2. Janda Laki-laki

Bagian janda laki-laki adalah:
a. ¼ bagian jika pewaris mempunyai anak
b. ½ bagian jika pewaris tidak mempunyai anak
B. Bagian Ayah
a.

mendapat bagian 1/6 apabila bersama-sama dengan anak laki-laki atau
cucu laki- laki dari anak laki-laki

b.

mendapat bagian 1/6 dan ashabah apabila bersama-sama dengan anak
peempuan atau cucu perempuan dan anak laki-laki

c.


Menjadi ashabah apabila tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki

C.Bagian Ibu
a.

mendapat bagian 1/6 apabila bersama-sama dengan anak atau cucu dari
anak laki-laki,atau bersama dengan dua orang saudara atau lebih,baik
saudara kandung,seayah,atau seibu

b.

mendapat 1/3 bagian apabila tidak ada anak,atau cucu dai anak lakilaki,atau tidak dua orang saudara atau lebih.

c.

mendapat 1/3 sisa apabila bersama-sama dengan ayah beserta suami atau
istri.

D. Anak Perempuan
a. ½ bagian jika seorang
b. 2/3 bagian jika beberapa orang
c. masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka mewaris bersama anak laki-laki.
E. Anak Laki-laki
a. masing-masing 1 bagian dari sisa jika mereka mewaris bersama dengan anak
laki-laki lainnya
b. masing-masing 2 bagian dari sisa jika mereka mewaris bersama anak
perempuan

2. AHLI WARIS UTAMA PENGGANTI
Pengertian ahli waris pengganti di dalam hukum waris islam tidak sama
dengan ahli waris pengganti di dalam hukum waris adat atau hukum waris
barat (BW) yang pada pokoknya hanya memandang ahli waris pengganti
adalah keturunan dari ahli waris yang digantikan keudukanya. Pengertian ahli
waris pengganti di dalam hukum waris islam adalah ahli waris yang haknya
terbuka sebagai akibat ketiadaan ahli waris tertentu.

A.Bagian kakek


bagian kakek sama dengan bagian ayah karena kakek di mahjub oleh ayah.

B.Bagian Nenek
a. mendapat 1/6 apabila tidak ada ayah (jika nenek dari pihak ayah) dan tidak ada ibu
(jika nenek dari pihak ibu.
b. terhalang oleh ayah,bagi nenek yang dari pihak ayah
c. terhalang oleh ibu,bagi nenek yang dari pihak ibu
C.Bagian Cucu Perempuan
Kedudukan cucu perempuan sebagai ahli waris masih belum terbuka jika:
1.

ada anak laki-laki atau cucu laki=lak yang lelbih tinggi derajatnya

2.

ada 2 anak perempuan atau cucu perempuan yang lebih tinggi derajatnya

Kedudukan cucu perempuan sebagai ahli waris baru terbuka jika:
1. hanya ada satu anak perempuan atau cucu perempuan yang lebih tinggi derajatna
2. ada cucu laki-laki yang menjadi muasib mereka
Bagian Waris cucu perempuan adalah:
a. ½ bagian jika seorang
b. 2/3 bagian jika beberapa orang
c. 1/6 bagian jika mereka mewaris sebagai cucu perempuan pelengkap
d. Masing-masing 1 bagian jika mereka mewaris bersama cuculaki-laki yang menjadi
muashibnya
D. Cucu Laki-Laki
Kedudukan cucu laki-laki sebagai ahli waris baru terbuka jika tidak ada anak laki-laki
(bapaknya). Oleh sebab itu, maka dapatlah dikatakan bahwa cucu laki-laki mempunyai
kedudukan sebagai pengganti anak laki-laki (bapaknya)

AHLI WARIS PENGGANTI
Ahli waris pengganti di dalam hukum waris islam adalah ahli waris yang haknya terbuka
sebagai akibat ketiadaan ahli waris tertentu. Ahli waris utama pengganti terdiri dari nenek
shahihah, kakek shahihah, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan cucu laki-laki dari anak
laki-laki, serta saudara sekandung/ sebapak dan saudara seibu.
a. Saudara seibu

Saudara seibu baru terbuka haknya jika tidak ada bapak dan anak. Kedudukan
saudara seibu, baik perempuan maupun laki-laki adalah sama. Jika saudara seibu
hanya satu orang maka bagiannya adalah 1/6, sementara jika lebih dari satu orang
maka bagiannya adalah 1/3 untuk semua
b. Saudara sekandung/sebapak
Seperti halnya saudara seibu, saudara sekandung/sebapak baru terbuka haknya jika
tidak ada bapak dan anak. Karena kedudukan anak laki-laki adalah ashabah, maka
tidak ada sisa yang dapatdiberikan kepada saudara sekandung/sebapak. Sementara
jika anak yang dimaksud adalah anak perempuan, maka kedudukan saudara
sekandung sebapak menjadi ashabah.

Contoh Kasus :
Istri meninggal,keluarga yang ditinggalkan: suami, ayah kandung, 2 saudara
perempuan seayah, satu saudara laki-laki seayah dan seibu kandung, empat saudara
perempuan seayah (lain ibu), dua saudara laki-laki seayah (lain ibu). Harta yang
ditinggalkan: Harta bawaan dan harta yang diperoleh selama perkawinan. Selama
perkawinan yang mencari nafkah istri (almarhumah).
Analisis :
Secara garis besar Hukum Islam membagi 2 (dua) golongan ahli waris. Golongan yang
pertama yaitu Zawil Furud, yaitu ahli waris yang mendapatkan harta warisan berdasarkan
bagian tertentu dari harta warisan yang prosentasenya telah ditentukan oleh Al Quran dan
Hadist. Golongan ini merupakan pihak yang pertama kali mendapatkan harta waris setelah
pewaris meninggal dunia.
Prosentase pembagian tersebut adalah ½, ¼, 1/8, 2/3, 1/3, dan 1/6 dari harta waris.
Yang termasuk golongan ahli waris yang berhak mendapatkan ½ dari harta waris yaitu :
1.

Anak Perempuan Tunggal;

2.

Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki;

3.

Saudara perempuan tunggal yang sekandung, atau apabila tidak ada maka saudara
perempuan tunggal yang sebapak.

4.

Suami apabila Pewaris tidak memiliki anak atau cucu dari anak laki-laki.

Yang termasuk dalam golongan ahli waris yang berhak mendapatkan ¼ harta waris yaitu:
1.

Suami apabila ahli waris memiliki anak atau cucu dari anak laki-laki;

2.

Istri (seorang atau lebih) apabila suaminya (Pewaris) tidak mempunyai anak atau cucu
dari anak laki-laki.

Yang termasuk dalam golongan ahli waris yang berhak mendapatkan 1/8 harta waris yaitu:
Istri (seorang atau lebih) apabila Pewaris mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.
Yang termasuk dalam golongan ahli waris yang berhak mendapatkan 2/3 harta waris yaitu:
1.

Dua orang anak perempuan atau lebih apabila Pewaris tidak mempunyai anak laki-laki;

2.

Dua orang cucu perempuan atau lebih apabila Pewaris tidak mempunyai anak
perempuan;

3.

Dua orang saudara perempuan atau lebih sekandung;

4.

Dua orang saudara perempuan atau lebih sebapak apabila pewaris tidak memiliki
saudara perempuan sekandung.

Yang termasuk dalam golongan ahli waris yang berhak mendapatkan 1/3 harta waris yaitu:
1.

Ibu apabila pewaris tidak mempunyai anak atau cucu atau tidak mempunyai saudara
baik laki-laki maupun perempuan sekandung maupun seayah atau seibu.

2.

Dua orang saudara atau lebih (laki-laki atau perempuan) yang seibu.

Yang termasuk dalam golongan ahli waris yang berhak mendapatkan 1/6 harta waris yaitu:
1.

Ibu apabila anaknya (Pewaris) mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki atau
saudara laki-laki maupun perempuan yang sekandung, seayah maupun seibu.

2.

Bapak apabila anaknya (Pewaris) mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki.

3.

Nenek baik dari ibu maupun bapak apabila Ibu tidak ada.

4.

Cucu perempuan (seorang atau lebih) dari anak laki-laki apabila Pewaris mempunyai
anak tunggal.

5.

Kakek apabila orang yang meninggal mempunyai anak atau cucu dari anak laki-laki
sedangkan bapaknya tidak ada.

6.

Seorang saudara (laki-laki atau perempuan) yang seibu.

7.

Saudara perempuan (seorang atau lebih) yang sebapak apabila pewaris hanya
mempunyai seorang saudara perempuan kandung.
Golongan ahli waris yang lain selain Zawil Furud disebut dengan istilah ‘Ashabah, yaitu

ahli waris yang mendapatkan sisa harta warisan pewaris setelah harta warisan tersebut
dibagikan kepada golongan ahli waris pertama atau Zawil Furud. Akan tetapi apabila tidak
ada ahli waris yang termasuk dalam golongan Zawil Furud tersebut maka ahli waris yang
termasuk golongan ‘Ashabah akan mendapatkan seluruh harta waris yang ditinggalkan oleh
Pewaris.

Pihak-pihak yang termasuk dalam golongan ‘Ashabah berdasarkan urutannya yaitu:
1.

anak laki-laki;

2.

cucu laki-laki dari anak laki-laki dan terus ke bawah asal pertaliannya masih terus lakilaki;

3.

bapak;

4.

kakek dari pihak bapak dan terus ke atas selama pertaliannya masih belum putus dari
pihak bapak;

5.

saudara laki-laki sekandung;

6.

saudara laki-laki sebapak;

7.

anak saudara laki-laki sekandung;

8.

anak saudara laki-laki sebapak;

9.

paman yang sekandung dengan bapak;

10.

paman yang sebapak dengan bapak;

11.

anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak;

12.

anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak.
Berdasarkan ketentuan di atas maka pihak-pihak yang merupakan ahli waris dari

Pewaris seperti yang ditanyakan oleh saudara yaitu:
Ahli waris yang berhak mendapatkan harta waris karena termasuk dalam golongan
suami, ayah kandung, 2 saudara perempuan seayah, satu saudara laki-laki seayah dan
seibu kandung, empat saudara perempuan seayah (lain ibu), dua saudara laki-laki
seayah (lain ibu).
Zawil Furud:
1.

Suami, berhak mendapatkan ½ harta waris karena pewaris tidak mempunyai anak.

2.

2 saudara perempuan seayah, berhak mendapatkan 2/3 harta waris.

Ahli waris yang berhak mendapatkan harta waris karena termasuk dalam golongan
‘Ashabah:
1.

Ayah Kandung;

2.

1 orang saudara laki-laki sekandung;

3.

1 orang saudara laki-laki seayah.
Walaupun demikian tidak secara langsung semua ahli waris tersebut akan mendapatkan

harta waris seperti yang disebutkan di atas. Dalam Hukum Islam ada suatu alasan yang
membuat seorang ahli waris terhalang untuk mendapatkan haknya, halangan tersebut
dikenal dengan istilah Hijab yang berarti dinding. Ada 2 Hijab yang dikenal yaitu Hijab

Nuqshan, yaitu dinding yang hanya mengurangi bagian ahli waris dan Hijab Hirman, yaitu
dinding yang menghalangi (menghapus) ahli waris untuk mendapat warisan karena ada ahli
waris yang lebih dekat hubungannya dengan Pewaris.
Berdasarkan ketentuan mengenai Hijab ini maka untuk kasus seperti di atas :
1 orang saudara laki-laki seayah kehilangan hak warisnya karena ter-hijab oleh saudara lakilaki sekandung. Saudara laki-laki sekandung juga kehilangan hak warisnya karena ter-hijab
oleh ayah kandung. 2 orang saudara perempuan sebapak kehilangan hak warisnya karena
ter-hijab oleh hak warisnya karena ter-hijab oleh ayah kandung.
Sementara mengenai ibu tiri Hukum Islam tidak memberikan hak untuk mewaris
kepadanya karena pada prinsipnya hubungan waris terjadi karena adanya hubungan
pertalian darah.
Dengan demikian maka ahli waris yang berhak mendapatkan harta waris yaitu suami
sebesar ½ dari harta waris dan ayah yang karena kedudukannya sebagai ‘Ashabah akan
mendapatkan seluruh dari sisanya atau ½ dari harta waris.
Harta yang akan di waris oleh Pewaris dalam hal ini pada prinsipnya adalah seluruh
harta yang merupakan haknya, baik itu berupa harta bawaan maupun harta campuran atau
gono-gini. Untuk yang harta campuran maka yang merupakan harta waris merupakan
sebagian dari harta campuran tersebut yang merupkan bagian atau hak dari pewaris,
biasanya haknya merupakan setengah dari harta tersebut, yang setengah lagi merupakan
hak dari Suami.

Daftar Pustaka
Drs. M. Toha Abdurrahmad, 1976, “Pembebasan Waris Dan Washiat Menurut Hukum Islam”,
Yogyakarta, Sumbangsih Papringan YK
Salman S., S.H. Prof Dr. Hr. Otje dan Haffas, S.H. Mustofa, 2002, “Hukum Waris Islam”,
Bandung, Refika Aditama
Thalib, S.H. Sajuri, 2004, “Hukum Kewarisan Islam di Indonesia”, Jakarta, Sinar Grafika
Ali ash Shabuni Muhammad, 1995, “Pembagian Waris Menurut Islam”, Jakarta, Gema Insani
Press