Pembentukan Dan Penggunaan Kata Yang Menyatakan ‘Orang’ Dalam Kata Bahasa Jepang Melalui Proses Sufiksasi (Setsubigo) Setsubitenka De Nihongo No ‘Hito’ To Iu Kotoba No Sakusei To Shiyou

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan untuk saling berinteraksi dan
saling bertukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan
suatu bahasa diperlukan sebagai alatnya, karena bahasa merupakan salah satu alat
komunikasi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan, berita dan hal-hal yang lain kepada orang lain (Sudjianto, 2004:54).
Mempelajari bahasa bukan hanya sekedar untuk dapat berbicara dengan
menggunakan suatu bahasa dengan lancar, tetapi kita juga mempelajari aspekaspek kebahasaan yang terdapat di dalamnya.
Namun dalam penggunaan bahasa tidak lepas dari kaidah dan aturan dalam
penggunaan bahasa tersebut. Bahasa Jepang memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bahasa Indonesia maupun dengan bahasa lainnya, baik itu huruf, kosakata,
partikel, maupun struktur kalimat. Hal ini tentunya menjadi kesulitan tersendiri
bagi para pembelajar bahasa Jepang dan berdampak pada kesalahan berbahasa.
Haryanta (2012: 28) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Bahasa merupakan kumpulan bunyi, bentuk, dan maksud. Bunyi dalam
bahasa dikaji pada fonologi, bentuk dikaji dalam morfologi dan sintaksis, maksud
dikaji dalam semantik.


8
Universitas Sumatera Utara

Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Dalam linguistik, yang
dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada
bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang memengaruhi
masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dengan adanya berbagai hal tersebut, maka
lahirlah berbagai cabang linguistik sebagai suatu ilmu yang bisa dipelajari,
seperti: fonetik , fonologi , morfologi , sintaksis , semantik , pragmatik ,
sosioloinguistik dan yang lainnya. (Sutedi, 2003:6)
Cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal disebut Morfologi (Verhaar, 2001:97). Istilah morfologi
dalam bahasa Jepang disebut keitairon. Keitairon merupakan cabang dari
linguistik yang menkaji tentang kata dan proses pembentukannya (Sutedi,
2003:42).
Pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdiri atas 3 proses, yaitu:
1. Afiksasi (setsuji)
2. Reduplikasi (jufuku)
3. Komposisi (fukugo)

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk
dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks,
dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan
dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177).
Reduplikasi ialah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh
karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari
9
Universitas Sumatera Utara

dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi
dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik) (Chaer, 2007: 182183).
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah
konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan
rumah sakit dalam bahasa Indonesia; akhirulkalam, malaikalmaut, dan
hajarulaswad dalam bahasa Arab, dan blackboard, bluebird, dan greenhouse
dalam bahasa Inggris (Chaer, 2007: 185).
Dalam proses pembentukan kata, terdapat proses pengimbuhan kata dalam

bahasa Jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting. Setsuji
menurut Matsuka Takahashi dan Takubo Yukinori (1995:62) yaitu adalah suatu
unsur yang menyusun kata (kata jadian), yang merupakan tambahan pada kata
dasar (jadian kata dasar) yang berdiri sendiri. Kata yang berada di depan kata
dasar disebut settougo (prefiks/ awalan) dan yang berada di belakang kata dasar
disebut setsubigo (sufiks/ akhiran). Sedangkan menurut Tokieda Saki (1995:583)
pengertian setsuji adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang
berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam suatu
kesatuan, yang ditambahkan pada suatu susunan kata baru.
Setsuji adalah salah satu unsur susunan kata. Biasanya ditambahkan pada kata
lain (kata dasar/ goki), tidak berdiri sendiri serta unsur yang membentuk satu kata
dengan diucapkan pada sambungannya. Tambahan lagi menurut Iori dkk

10
Universitas Sumatera Utara

(2000:396) setsuji adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang
melekat pada kata dasar (goki) dan marupakan bentuk yang menyatakan arti
secara tata bahasa dan lain-lain, serta menunjukkan kata yang tidak berdiri sendiri.
Afiksasi (setsuji) terbagi atas prefiks (settouji), sufiks (setsubiji) dan infiks

(secchuji). Dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks dan
sufiks. Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan
- 客/ „tamu‟, /go-kazoku/

atau di awal kata. Misalnya: /o-kyaku/

- 家族/

„keluarga‟, dan lain-lain. Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang
diimbuhkan di sebelah kanan kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi,
contoh dalam bahasa Jepang yaitu : /Tanaka-san/
/kihon-teki/ 基 本 - 的

中ー

/ „Tuan Tanaka‟,

/„pada dasarnya‟ dan lain-lain. Koizumi (1993:95)

menyatakan dalam bahasa Jepang infiks secara umum kurang terlihat, hanya ada

beberapa infiks. Contoh infiks /-e-/ pada kata: /mi-e-ru/ 見-え- / „kelihatan‟/.
Dalam proses pembentukan kata akhiran yang menunjukkan „orang‟, dalam
sufiksasi bahasa Jepang memiliki beberapa akhiran, yaitu: -in 員, -jin 人, -ka 家, ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師 (Vance, 2004: 59-123).
Di antara akhiran yang memiliki arti ‟orang‟ di atas, walau memiliki arti yang
sama, namun sebenarnya masing-masing akhiran tersebut memiliki persamaan
tetapi berbeda kata yang mengikutinya. Apabila suatu nomina ditambahkan
dengan sufiks /-jin/ belum tentu padanannya tepat walaupun /-jin/ tersebut
memiliki makna yaitu „orang‟ sehingga selalu terjadi kesalahan bagi pembelajar
bahasa Jepang untuk menentukan sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa
Jepang. Sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa Jepang jumlahnya banyak

11
Universitas Sumatera Utara

sekali. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian
tentang akhiran yang memiliki arti „orang‟ dalam kosa kata bahasa Jepang.
Adapun akhiran yang akan dibahas oleh penulis adalah setsubigo -in 員, -jin 人, ka 家, -ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam bahasa Jepang sufiks yang menyatakan „orang‟ sangat banyak namun
penulis hanya akan membahas sufiks yang paling banyak digunakan secara umum,

yaitu -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師 dan
untuk membentuk sufiks bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ memiliki
aturan-aturan tertentu. Masing-masing sufiks tersebut memiliki penggunaan yang
berbeda-beda, misalnya pada sufiks -ka 家 dan -sha 者 keduanya dapat
membentuk kata yang memiliki makna „pekerja‟ tetapi apakah setiap kata dasar
yang memiliki makna „pekerjaan‟ dapat selalu diikuti oleh sufiks tersebut,
kebanyakan pembelajar bahasa Jepang mengalami kesulitan untuk menentukan
sufiks apakah yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu pekerjaan maupun
status seseorang dalam lingkungan bermasyarakat. Padahal menguasai afiks dan
sufiks merupakan salah satu cara untuk memperbanyak kosakata bahasa Jepang
seperti yang diungkapkan oleh Timothy. J. Vance dalam bukunya “Prefiks dan
Sufiks Dalam Bahasa Jepang”.
Berdasarkan latar belakang yang penulis utarakan di atas, maka penulis
merumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

12
Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimana pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang menggunakan
setsubigo yang menyatakan „orang‟ ?

2. Bagaimana penggunaan setsubigo -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師 yang menyatakan “orang” dalam kosa kata
bahasa Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah d atas maka penulis hanya membahas
pembentukan dan pemakaian setsubigo -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, -sei
生, -sha 者, -shi 士, -shi 師 dalam kosa kata bahasa Jepang.
Dalam penelitian ini akan membahas permasalahan yang berkaitan dengan
proses morfemis melalui setsubigo dalam bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟
yaitu setsubigo -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, shi 師 yang terdapat pada:
1. Niponia No.38 tahun 2006 dan No.46 tahun 2008.
2. Niponika No.8 tahun 2012.
3. News ga Wakaru No.270 edisi Januari 2007.
4. Wink Up No.11 tahun 2009, No.3 tahun 2010, No.4 tahun 2010.
Untuk masing-masing sufiks akan dilakukan pembahasan mengenai proses
morfemis dan penggunaannya, yakni untuk sufiks -in 員 akan digunakan
sebanyak 5 contoh kata, sufiks -jin 人 akan digunakan sebanyak 6 contoh kata,
sufiks -ka 家 akan digunakan sebanyak 8 contoh kata, sufiks -ko 工 akan

13
Universitas Sumatera Utara


digunakan sebanyak 1 contoh kata, sufiks -nin 人 akan digunakan sebanyak 3
contoh kata, sufiks -sei 生 akan digunakan sebanyak 7 contoh kata, sufiks -sha 者
akan digunakan sebanyak 13 contoh kata, sufiks -shi 士 akan digunakan sebanyak
4 contoh kata, dan -shi 師 akan digunakan sebanyak 7 contoh kata.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Dalam proses morfemis dan morfologi tidak lepas dari morfem. Menurut
Samsuri (1981: 170), yang disebut dengan morfem adalah komposit bentukpengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. Dalam bahasa
jepang, morfem ini disebut dengan keitaisou 形態奏. Menurut Sutedi (2003:41)
morfem (keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak
bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi.
Samsuri (1981:190) menyatakan bahwa yang disebut dengan proses
morfologis/ morfemis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain. Cahyono (1995:145) menyatakan
proses morfologis merupakan proses pembentukan kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem lain yang merupakan bentuk dasar.
Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan
(dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan

(dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).
Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata

14
Universitas Sumatera Utara

(sebagai satuan sintaksis) menjadi bagian-bagian atau satuan-satuan yang lebih
kecil. Jadi, kalau dalam analisis morfologi; seperti menggunakan teknik
Immediate Constituen Analysis (ICAnalysis), terhadap kata berpakaian, misalnya,
mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu
bentuk pakaian dianalisis lagi menjadi pakai dan –an. Maka dalam proses
morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an menjadi
pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefiks ber- menjadi berpakaian. Jadi,
kalau analisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sdangkan
proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi
sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang
polimorfemis (Chaer, 2008:25).
Proses morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk
(afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna
gramatikl, dan (4) hasil proses pembentukan.

Hasil dari proses morfemis bahasa Jepang terdiri dari empat jenis yaitu:
haseigo (penggabungan dengan setsuji), fukugougo/ goseigo (kata majemuk),
shouryaku/ karikomi (akronim yang berupa suku kata/ silabis dari kosa kata
aslinya), dan toujigo (singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf
romaji) (Sutedi, 2003: 44-46).
Menurut Chaer (1994:178), sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi
akhir bentuk dasar. Kemudian menurut Keraf (1984:110), sufiks adalah semacam
morfem terikat yang diletakkan di belakang morfem dasar. Sementara menurut
Kridalaksana (2008:93), sufiks yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata dasar.

15
Universitas Sumatera Utara

Dalam bahasa Jepang juga terdapat banyak setsubiji. Dan ada kalanya dalam
sebuah kata terdapat banyak setsubiji.
Contoh:
Tatasareta = tat

= gokan


As

= shieki

Are

= ukemi

Ta

= kala/ kako

Maka pada kata /tatasareta/ memiliki sufiks yang menyatakan kako no shieki
ukemi (bentuk pasif menyuruh kala lalu).
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan linguistik bidang
morfolog khususnya mengenai afiksasi (setsuji). Sutedi (2003: 45) mengatakan
bahwa setsuji/ afiks memegang peranan penting dalam pembentukan kata.
Menurut Koizumi (1993: 95) afiks dalam bahasa Jepang terbagi atas 3 jenis yaitu:
a. Settouji
b. Setsubiji
c. Setsuchuuji
Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji
disebut haseigo (kata jadian). Proses pembentukannya bisa dalam bentuk setouji
+ morfem isi atau morfem isi + setsubiji (Sutedi, 2003: 45).

16
Universitas Sumatera Utara

Koizumi (1993: 96) menyatakan bahwa setsubiji yaitu setsuji yang
ditambahkan setelah gokan (kata dasar).
Harlpen dalam “The Kodansha Kanji Learners Dictionary” (1999: 318-839),
menyatakan bahwa sufiks dalam bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ adalah in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人 , -sei 生, -sha 者, -shi 士 , -shi 師.
Penggunaan sufiks-sufiks tersebut adalah sebagai berikut:
a. shi 師 (also suffix) means member of a profession or performer of an
action. “anggota dari suatu profesi, pelaku dari suatu kegiatan”.
b. In 員 (also suffix) means member of staff (profession), personnel, person
in charge. Member of an organization. “anggota staf (dalan profesi),
personil, seseorang yang bertugas, anggota dari suatu organisasi”.
c. Ka 家 (also suffix) means professional, member of a profession. Performer
of an action or person associated with something. “profesional, anggota
dari suatu profesi, pelaku dari suatu tindakan atau seseorang yang terkait
dengan sesuatu”.
d. Sha 者 (also suffix) means person (one) who performs an action or holds
an occupation; -er (as in reader). “orang yang melakukan suatu tindakan
atau memegang suatu jabatan”.
e. Jin 人 (also suffix) means human being, person, man; people, mankind.
Counter for people. “manusia, orang, seseorang, orang-orang, makhluk
hidup, satuan untuk orang”.
f. kou 工 (also suffix) means workman, worker, artisan, craftsman, mechanic.
“orang yang bekerja, pekerja, tukang, pengrajin, mekanik”.

17
Universitas Sumatera Utara

g. Shi 士 (also suffix) means for members of a profession, especially for a
licensed profession. “anggota dari suatu profesi, khusunya bagi profesi
yang berlisensi”.
h. sei 生 (also suffix) means student, pupil, scholar. “siswa, murid, pelajar”.
Menurut Renariah, setsubigo yang menyatakan „orang‟ adalah –jin, -sha, -ka, in, dan –shi (2005: 4-5) adapun setsubigo tersebut digunakan untuk:
a. 人 : suffik ini memiliki 3 makna, digunakan untuk menyatakan :
1. asal usul orang, dengan kata lain adalah orang yang berasal dari suatu
negara, daerah.
Contoh : 日本人
2. orang yang berkecimpung dalam suatu bidang tertentu
Contoh : 経済人
3. orang yang berperan dalam suatu hal.
Contoh : 保証人
b. 者 : suffik ini memiliki 2 makna, digunakan untuk menyatakan :
1. orang yang melakukan pekerjaan
contoh : 研究者
2. orang yang memiliki suatu sifat, hubungan
contoh : 関係者
c. 家 : suffik ini memiliki 2 makna, digunakan untuk menyatakan :
1. orang yang memiliki keahlian, profesi
contoh : 作家

18
Universitas Sumatera Utara

2. orang yang memiliki kecenderungan yang kuat dalam bidang tersebut
contoh : 勉強家
d.

員 : suffik ini memiliki 1 makna, digunakan untuk menyatakan :

orang yang bekerja atau bertugas dalam suatu kantor atau lembaga
Contoh : 職員
e.

士 : suffik ini memiliki 3 makna, digunakan untuk menyatakan :
1. orang yang memiliki karakter, sifat, jiwa dan berprofesi untuk membela
sesuatu kebenaran, keadilan dan kebaikan.
contoh : 弁護士
2. Samurai
Contoh : 武士
3. Orang yang memiliki pendidikan tinggi dan moral yang mulia.
Vance (2004: 59-123) mengatakan bahwa setsubigo yang memiliki arti „orang‟

adalah -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師.
Adapun penggunaannya adalah sebagai berikut:
a. -in 員: kata yang dibentuk dengan –in adalah kata benda yang mengacu
pada orang yang merupakan anggota dari kelompok tertentu yang
terorganisasi. Kata dasarnya mengacu pada kegiatan di mana anggota
kelompok terlibat. Kelompok itu sering kali merupakan organisasi
pemerintahan atau bisnis, dan dalam contoh semacam itu kata yang
bersufiks –in secara khusus mengacu kepada pegawai.
b. -jin 人 : kata yang dibentuk dengan –jin mengacu pada orang yang
tergabung dalam subgroup dari ras manusia seperti yang disebutkan kata

19
Universitas Sumatera Utara

dasarnya. Elemen ini dikenal dengan penerapannya yang reguler dengan
kata-kata dasar yang mengacu pada nama negara (seperti dalam /カナダ人/ kanada-jin / „orang kanada‟/ atau kelompok etnis (seperti dalam /アイ
ヌ - 人 / ainu-jin / „orang ainu‟/. Dalam beberapa kasus kata dasarnya
menyatakan era atau tempat yang tersurat. Dalam kasus lainnya, kata
dasarnya menyatakan bidang kehidupan atau kelompok-kelompok dalam
masyarakat yang tersirat, baik dengan menunjuk bidang atau kelompok itu
sendiri atau bebrapa bagian menonjol dari bidang atau kelompok tersebut
dan kata dasarnya menyatakan atribut yang dipakai bersama yang
mendefinisikan keanggotaan dalam subgroup.
c. -ka 家: kata yang dibentuk dengan –ka mengacu pada seseorang yang
memiliki status sosial tinggi atau keahlian atau pengetahuan istimewa
tertentu. Dalam kasus lainnya, mengacu kepada seseorang yang memiliki
sebuah antusiasisme atau watak tertentu.
d. -ko 工: kata yang dibentuk dengan –ko mengacu pada pekerja, khususnya
pekerja pabrik. Kata dasarnya memberi spesifikasi jenis pekerjaan, yang
mengacu pada kegiatannya sendiri, memberi spesifikasi status pekerja.
e. -nin 人 : kata yang dibentuk dengan –nin menunjuk pada orang yang
terlibat dalam satu kegiatan seperti yang disebutkan kata dasarnya. Dalam
hampir semua kasus, orang itu merupakan pelaku kegiatan tersebut.
f. -sei 生: kata yang dibentuk dengan –sei mengacu pada pelajar atau orang
yang mempelajari sesuatu dari jenis yang disebutkan kata dasarnya.

20
Universitas Sumatera Utara

g. -sha 者: kata dasarnya merupakan sebuah perbuatan atau kegiatan dan
orang itu merupakan pelakunya. Beberapa kata dengan setsubigo –sha
memiliki kata dasar yang mengacu pada atribut (contoh: / 権力-者 /
kenryoku-sha / „pengusaha‟/ ). Dalam hal lain, setsubigo –sha memiliki
pengertian suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku (contoh:
/ 容疑-者/ yougi-sha / „orang yang dicurigai‟/).
h. -shi 士: kata yang dibentuk dengan setsubigo –shi 士 mengacu pada orang
yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian
khusus. Kata dengan setsubigo –shi 士 mengandung arti lisensi dari jenis
tertentu (contoh: /建築-士/kenchiku-shi/‟arsitek berlisensi‟/). Namun ada
pula kasus-kasus di mana ia mengacu pada bidang keahlian. Kata-kata
dengan setsubigo –shi 士 berbeda dalam hal bahwa mereka merupakan
istilah penghormatan.
i. -shi 師: kata yang dibentuk dengan setsubigo –shi 師 mengacu pada orang
yang pekerjaan atau kegiatannya menuntut pengetahuan atau keahlian
khusus. Dalam cakupan pemakaian, setsubigo –shi 師 bertumpang tindih
dengan 士-shi, namun -shi 師 kurang memiliki nuansa penghormatan.
Banyak kata dengan -shi 師 mengacu pada orang yang kegiatannya tidak
diinginkan atau ilegal. Elemen - shi 師 juga digunakan sebagai titel
pemimpi agama.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harlpen, Renariah, dan Vance
sufiks yang memiliki arti „orang‟ adalah -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, -

21
Universitas Sumatera Utara

sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師. Sufiks yang menyatakan „orang‟ tersebut sebagian
besar memiliki makna yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang. Namun dalam penggunaannya sendiri banyak sufiks
yang dapat bertumpang tindih antara sufiks yang satu dengan sufiks lainnya.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah
dirumuskan. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang
menggunakan setsubigo yang menyatakan “orang”
b. Untuk mendeskripsikan penggunaan setsubigo yang menyatakan “orang”
dalam kosa kata bahasa Jepang.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:
a. Memberikan sumbangan kepada pembelajar bahasa Jepang khususnya
mengenai arti dan penggunaan setsubigo, sehingga kesalahan penggunaan
setsubigo dapat dikurangi.
b. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya khususnya bagi
pembelajar yang ingin meneliti setsuji dalam bahasa Jepang.
c. Memberikan informasi faktual mengenai proses morfologi khususnya
pemakaian setsubigo yang menyatakan orang dalam bahasa Jepang.

22
Universitas Sumatera Utara

1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Menurut Whitney (1960: 160), metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalahmasalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan,
menjabarkan suatu fenomena yang ada dengan menggunakan prosedur ilmiah
untuk menjawab masalah secara aktual. Langkah-langkah penelitian ini adalah
menentukan masalah aktual, pengumpulan data, pengolahan data, dan penarik
kesimpulan untuk menjawab masalah tersebut (Sutedi, 2005:16).
Winarno Surakhmad (1982:147) seperti yang dikutip dari Rina Rosiana
(2001:23) juga mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah salah satu metode
yang memiliki ciri:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah aktual.
2. Data yang dkumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisa secara morfologis.
Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research),
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bukubuku atau artikel yang ada hubungannya dengan pembahasan penelitian.
23
Universitas Sumatera Utara