Pembentukan Dan Penggunaan Kata Yang Menyatakan ‘Orang’ Dalam Kata Bahasa Jepang Melalui Proses Sufiksasi (Setsubigo) Setsubitenka De Nihongo No ‘Hito’ To Iu Kotoba No Sakusei To Shiyou

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta

___________. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT.Rineka Cipta

Harlpen, Jack. 1999. The Kodansha Kanji Learners Dictionary is Based on The

New Japanese-English Character. Tokyo: Kodansha International

LTD

Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusatraan. Surakarta: PT. Aksarra Sinergi Media

Koizumi, Tamotsu. 1993. Gengogaku Nyuumon. Tokyo: Kabushiki Kaisha Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Matsuura, Kenji. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama

Muchtar, Muhizar. 2006. Morfolog (kompilasi). Universitas Sumatera Utara Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Nelson, Andrew. 2006. Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc

Renariah. 2005. Afiks (sufiks) Bahasa Jepang yang Menyatakan ‘orang’ (jurnal). Media Komunikasi (edisi September). Jawa Barat: ASPBJI

Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama


(2)

Vance, Timothy J. 1993. Prefiks dan Sufiks dalam Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc

Verhaar. 1996. Azas-azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

http://japanindoholic.blogspot.com/2012/05/sufiks-akhiran-dalam-bahasa-jepang-i.html http://berkas-kuliah.blogspot.com/2013/02/pengertian-ciri-dan-jenis-afiks-dan.html


(3)

BAB III

PEMBENTUKAN DAN PENGGUNAAN KATA YANG MENYATAKAN „ORANG‟ DALAM KATA BAHASA JEPANG MELALUI PROSES

SUFIKSASI (SETSUBIGO)

Dalam pembentukan sebuah kata, bidang dalam linguistik yang paling berperan adalah morfologi. Dalam morfologi sendiri, proses morfemis merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan suatu kata. Pembahasan dalam bab ini akan lebih dikhususkan pada proses afiksasi pada kata dalam bahasa Jepang melalui sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -shi, dan -shi.

3.1 Pembentukan Kata Melalui Sufiks in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -shi, dan shi.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks in

Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –in員, yakni:

1. 職員 い shokuin

Kata shokuin terbentuk dari dua huruf yaitu kanji 職 dan 員. 職yang dapat

dibaca menjadi shoku dan shiki memiliki arti ketenagakerjaan, pekerjaan, dan kantor yang menunjukkan bahwa kanji 職 adalah kata benda. 職

merupakan gokan dan merupakan setsubi. 職 adalah morfem bebas

sementara 員 adalah morfem terikat. Pada pembentukan kata 職員tidak


(4)

2. 店員 い tenin

Kata tenin terbentuk dari dua huruf yaitu 店 dan 員. 店 dapat dibaca

menjadi ten dan mise. Apabila dibaca sebagai ten, 店 merupakan sebuah

bentuk morfem terikat namun bila dibaca sebagai mise maka

merupakan sebuah bentuk morfem bebas. Maka 店員 terbentuk dari ten

sebagai morfem terikat dan in yang juga merupakan morfem terikat. Pada pembentukan kata 店員tidak mengalami perubahan kelas kata.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks jin

Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –jin人, yakni:

1. 芸能人 い う geinoujin

Kata芸能人 terbentuk dari 芸能 sebagai gokan yang merupakan sebuah

bentuk morfem bebas dan 人 sebagai setsubi yang merupakan sebuah

bentuk morfem terikat. 芸 能 merupakan kata benda yang berarti dalam

pembentukan kata geinoujin tidak mengalami perubahan kelas kata.

2. 主人 goshujin

Kata 主 人 terbentuk dari yang merupakan suatu bentuk

penghormatan/ sonkei dan juga adalah sebuah settouji, 主 yang merupakan

gokan, dan sebagai setsubi. dapat dibaca menjadi aruji dan shu. Apabila dibaca sebagai aruji maka 主 meupakan morfem bebas namun


(5)

dalam pembentukan kata goshuujin terbentuk dari morfem terikat (go) + morfem terikat (shu) + morfem terikat (jin). Kata goshujin juga menunjukkan bahwa sebuah kata yang dibentuk melalui setsubi juga dapat dilekatkan dengan settouji di awal kata tersebut. Pada pembentukan kata

goshujin tidak terdapat perubahan kelas kata.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks ka

Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks -ka家, yakni:

1. 作家 sakka

Kata 作 家 terbentuk dari 作 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

dapat dibaca sebagai saku. Namun dalam pembentukan kata 作家 dapat

dilihat bahwa kata saku mengalami peleburan fonem menjadi sak-. Kata

sakka terbentuk dari sak- yang merupakan sebuah bentuk morfem terikat

dan –ka yang juga merupakan suatu bentuk morfem terikat. Dalam

pembentukan kata sakka tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

2. 法律家ほう houritsuka

Kata 法律家 terbentuk dari 法律 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

律 merupakan bentuk morfem bebas dan merupakan sebuah kata benda. Hal ini berarti dalam pembentukan kata houritsuka terdiri dari morfem bebas (houritsu) dan morfem terikat (-ka). Dalam pembentukan kata


(6)

Pembentukan Kata Melalui Sufiks kou

Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –kou 工, yakni:

1. 電気工 うdenkikou

Kata 電気工 terbentuk dari 電気 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

気 yang merupakan kata benda adalah suatu bentuk morfem bebas, maka dalam pembentukan kata denkikou terdiri dari morfem bebas (denki) dan morfem terikat (-kou). Pembentukan kata denkikou tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks nin

Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –nin 人, yakni:

1. 料理人 う ryourinin

Kata料理人 terbentuk dari 料理 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

理 yang merupakan kata benda merupakan suatu bentuk morfem bebas. Maka dalam pembentukan kata ryourinin terdiri dari morfem bebas (ryouri) dan morfem terikat (nin). Pada pembentukan kata ryourinin tidak terdapat perubahan kelas kata dari kata benda.

2. 商人 う shounin

Kata 商 人 terbentuk dari 商 sebagai gokan dan sebagai setsubi.


(7)

Apabila dibaca sebagai shou maka morfem 商 merupakan suatu bentuk

morfem terikat namun apabila dibaca sebagai akina(u) maka morfem

merupakan suatu bentuk morfem bebas. Hal ini berarti dalam pembentukan kata shounin terdiri dari morfem terikat (shou-) dan morfem terikat (-nin). Dalam pembentukan kata shounin sendiri tidak terdapat perubahan kelas kata dari kata benda.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks sei

Pada pembahasan ini akan dibahas contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –sei生, yakni:

1. 卒業生そ うせいsotsugyousei

Kata卒業生 terbentuk dari 卒業 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

業 yang merupakan kata benda adalah suatu bentuk morfem bebas. Maka dalam pembentukan kata sotsugyousei terdiri dari morfem bebas (sotsugyou) dan morfem terikat (-sei). Dalam pembentukan kata

sotsugyousei tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks sha

Pada pembahasan ini akan diambil contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –sha 者, yakni:

1. 担当者 う tantousha

Kata担当者 terbentuk dari 担当sebaga gokan dan sebagai setsubi.


(8)

menunjukkan bahwa dalam pembentukan kata tantousha terdiri dari morfem bebas (tantou) dan morfem terikat (sha). Dalam pembentukan kata tantousha tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks shi

Pada pembahasan ini akan diambil contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –shi 士, yakni:

1. 療法士 うほう ryouhoushi

Kata療法士 terbentuk dari 療法 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

法 yang merupakan kata benda adalah suatu bentuk morfem bebas. Hal ini menunjukkan dalam pembentukan kata ryouhoushi terdiri dari morfem bebas (ryouhou) dan morfem terikat (-shi). Dalam pembentukan kata

ryouhoushi tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

Pembentukan Kata Melalui Sufiks shi

Pada pembahasan ini akan diambil contoh kasus dari pembentukan kata melalui sufiks –shi師, yakni:

1. 漁師 う ryoushi

Kata 漁 師 terbentuk dari 漁 sebagai gokan dan sebagai setsubi.

yang merupakan kata benda dapat dibaca sebagai ryou dan tsunado(ru). Apabila dibaca sebagai ryou maka 漁 merupakan suatu bentuk morfem

terikat namun apabila dibaca tsunado(ru) maka 漁 merupakan suatu


(9)

terdiri dari morfem terikat (ryou-) dan morfem terikat (-shi). Dalam pembentukan kata ryoushi tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

2. 看護師 kangoshi

Kata 看護師 terdiri dari 看護 sebagai gokan dan sebagai setsubi. 看護

yang merupakan kata benda adalah suatu bentuk morfem bebas. Maka dalam pembentukan kata kangoshi terbentuk dari morfem bebas (kango) dan morfem terikat (shi). Dalam pembentukan kata kangoshi tidak mengalami perubahan kelas kata dari kata benda.

3.2 Penggunaan Sufiks Bahasa Jepang Yang Menyatakan „orang‟

Berikut adalah daftar kata-kata yang merupakan penggunaan sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -shi, dan –shi dalam bahasa Jepang yang didapat

dari sumber yang dijadikan sebagai bahan pencarian data dalam penelitian ini:

Sufiks –in員 Sufiks –jin人 Sufiks –ka家 Sufiks –kou工 Sufiks –nin

店員 い

外国人 い

作家 電気工

料理人 う

社員 い

魯山人 愛好家

あ い う

商 人 う

係 員 い

主人 研究家

職 人

警備員 い い

客 人 農家

職 員 い

関西人 い


(10)

芸能人 い う

芸術家 い

法律家 ほ う

演出家 え

Sufiks –sei生 Sufiks –sha者 Sufiks –shi士 Sufiks –shi

門 生

せ い

技術者 保育士

ほい

講師 う

先生 せ せい

消費者 う

療法士 うほう

漁師 う

同 級 生 う うせい

旅行者 う

栄養士 え い う

看護師

卒 業 生 そ うせい

経営者 いえい

運転士 う

美容師 う

研 究 生 うせい

購 入 者 う う

漫才師 ま い

優等生 う うせい

愛好者 あい う

教師 う

験生 せい

担当者 う

手品師

製作者 せい

先駆者 せ

研 究 者 う

修 行 者 う


(11)

生産者 せい

参加者

Dari beberapa contoh di atas akan dijelaskan mengenai penggunaan dari sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -shi, dan –shi.

Sufiks in

Sesuai dengan teori yang dikemukakan pada bab II bahwa sufiks –in dapat

digunakan untuk mengacu kepada kelompok itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada kata 警備員 い い yang memiliki arti sekuriti atau petugas keamanan.

Penggunaan yang mengacu kepada kegiatan di mana anggota kelompok terlibat, khususnya kepada pegawai dapat dilihat pada contoh kata berikut ini:

- 店員 い yang memiliki makna pegawai toko,

- 社員 い yang memiliki makna karyawan,

- 係員 い yang memiliki makna pegawai yang bertugas, dan

- 職 員 い yang memiliki makna staf dari suatu bagian yang

sedang bekerja.

Sementara itu penggunaan yang mengacu pada kegiatan di mana anggota kelompok terlibat pada organisasi pemerintahan atau bisnis tidak ditemukan dalam sumber penelitian ini.


(12)

Sufiks jin

Kata yang dibentuk dengan sufiks –jin memiliki beberapa makna, salah

satunya untuk menyatakan era atau tempat yang tersurat sesuai dengan kata dasarnya, hal ini dapat dilihat pada contoh kata berikut ini:

- 魯山人 yang memiliki makna penghuni gunung daerah rusia,

dan

- 関西人 い yang memiliki makna orang yang tinggal di Kansai.

Selain itu sufiks –jin juga dapat digunakan untuk menyatakan bidang

kehidupan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik dengan bidang maupun kelompok itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada contoh kata 外国人 い

yang memiliki makna orang yang berasal dari luar negeri.

Pada teori di mana sufiks –jin dapat menunjukkan beberapa bagian

menonjol dari suatu bidang atau kelompok tertentu terlihat pada contoh kata 主

人 yang memiliki makna tuan yang terhormat/ dihormati.

Pada contoh kata 芸 能 人 い う yang memiliki makna artis

penghibur, mengacu pada teori di mana sufiks –jin dapat digunakan untuk

menyatakan atribut untuk mendefinisikan keanggotaan dalam suatu subgrup.

Sufiks ka

Pada bab II disebutkan bahwa sufiks –ka digunakan untuk mengacu

kepada seseorang yang memiliki status sosial tinggi atau keahlian tertentu. Hal ini terlihat pada beberapa contoh kata berikut ini:


(13)

- 作家 yang memiliki makna penulis,

- 研究家 う yang memiliki makna ahli riset/ peneliti,

- 芸術家 い yang memiliki makna seniman,

- 法律家ほう yang memiliki makna ahli hukum, dan

- 演出家え yang memiliki makna sutradara.

Selain makna di atas, sufiks –ka juga mengacu kepada seseorang yang memiliki

antusiasme atau watak tertentu. Hal ini terlihat pada contoh kata berikut ini:

- 愛好家あい う yang memiliki arti seseorang yang tergila-gila pada

suatu hal,

- 農家 う yang memiliki arti petani, dan

- 美 食 家 yang memiliki arti seseorang yang senang makan

makanan yang enak.

Sufiks kou

Sufiks –kou merupakan sufiks yang paling sulit ditemukan contoh

pemakaiannya, 電気工 う yang memiliki arti tukang listrik merupakan

salah satu contoh kata yang mengacu kepada jenis pekerjaan yang ditunjukkan oleh objek kata dasarnya.

Sementara itu contoh kata untuk menujukkan makna di mana sufiks –kou

mengacu pada spesifikasi jenis pekerjaan yang kata dasarnya merupakan suatu kegiatan tidak ditemukan dalam sumber penelitian. Hal ini juga terjadi pada teori di mana sufiks –kou dapat memberi status pekerja.


(14)

Sufiks nin

Kata yang dibentuk dengan –nin menunjuk pada orang yang terlibat dalam

suatu kegiatan, hal ini dapat dilihat pada beberapa contoh kata berikut ini:

- 料理人 う yang memiliki arti juru/ ahli masak,

- 商人 う yang memiliki arti pedagang, dan

- 職人 yang memiliki arti tenaga pekerja.

Sufiks sei

Kata yang dibentuk dengan sufiks –sei mengacu kepada pelajar, hal ini

ditunjukkan pada contoh kata:

- 門 生 せい yang memiliki arti murid,

- 同級生 う うせい yang memiliki arti teman sekelas,

- 卒業生そ うせい yang memiliki arti siswa yang lulus,

- 優等生 う うせい yang memiliki arti murid terbaik, dan

- 験生 せい yang memiliki arti siswa peserta ujian.

Selain itu, sufiks –sei juga dapat digunakan untuk menunjukkan orang yang

sedang mempelajari suatu hal, adapun contoh katanya adalah:

- 先 生 せ せ い yang memiliki arti guru, seseorang yang mempelajari


(15)

- 研究生 うせい yang memiliki arti orang yang sedang berlatih

atau mempelajari suatu hal tertentu, umumnya digunakan pada dunia keartisan khususnya pada artis junior.

Sufiks sha

Dapat dilihat bahwa sufiks –sha merupakan sufiks dengan bentukan kata

yang paling banyak digunakan. Adapun sufiks –sha digunakan untuk mengacu

kepada pelaku dari suatu perbuatan atau kegiatan. Pengertian ini dapat dilihat pada contoh kata berikut ini:

- 旅行者 う yang memiliki arti pelancong,

- 経営者 い えい yang memiliki arti manajer, orang yang

memanajemen suatu hal,

- 担当者 う yang memiliki arti petugas,

- 研究者 う yang memiliki arti peneliti,

- 修行者 う yang memiliki arti pertapa, dan

- 参加者 yang memiliki arti peserta.

Sementara itu kata yang dibentuk dengan –sha juga dapat mengacu kepada

atribut seseorang, contohnya:

- 技術者 yang memiliki arti ahli teknik,

- 消費者 う yang memiliki arti konsumen,

- 購入者 う う yang memiliki arti pembeli,


(16)

- 製作者せい yang memiliki arti pencipta,

- 先駆者せ yang memiliki arti pelopor, dan

- 生産者せい yang memiliki arti produsen.

Selain kedua penggunaan di atas, sufiks –sha juga dapat digunakan untuk mengacu kepada suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku, dalam hal ini contoh katanya tidak ditemukan dalam sumber penelitian.

Sufiks shi

Kata yang dibentuk dengan sufiks –shi memiliki pengertian kepada orang

yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian khusus, contohnya ada pada kata:

- 療法士 うほう yang memiliki arti terapis,

- 栄養士えい う yang memiliki arti ahli gizi.

Sementara itu sufiks –shi juga dapat digunakan untuk menunjukkan suatu

pekerjaan yang membutuhkan suatu lisensi tertentu yang sayangnya tidak dapat ditemukan dalam sumber penelitian.

Kata yang dibentuk melalui sufiks –shi juga dapat digunakan untuk

mengacu kepada orang yang melakukan jenis pekerjaan tertentu, misalnya pada kata:

- 保育士ほい yang memiliki arti pengasuh,


(17)

Sufiks shi

Kata yang dibentuk dengan sufiks –shi dapat digunakan untuk mengacu

pada kegiatan yang tidak diinginkan atau ilegal. Contoh penggunaan pada sufiks

shi sesuai dengan pengertian ini tidak ditemukan dalam sumber penelitian. Hal ini

juga sama halnya dengan penggunaan sufiks –shi yang dapat digunakan untuk

menunjukkan sebagai titel pemimpin agama.

Sufiks –shi juga dapat digunakan untuk menunjukkan pelaku dari suatu

kegiatan, contohnya pada kata berikut ini:

- 講師 う yang memiliki arti dosen,

- 漁師 う yang memiliki arti nelayan,

- 看護師 yang memiliki arti perawat,

- 美容師 う yang memiliki arti ahli kecantikan,

- 漫才師ま い yang memiliki arti pelawak,

- 教師 う yang memiliki arti guru, dan

- 手品師 yang memiliki arti pesulap.

Pada beberapa contoh kata yang ditemukan pada sumber penelitian terdapat beberapa contoh kata yang memiliki gokan yang sama misalnya pada kata kenkyuusha, kenkyuusei, dan kenkyuuka. Ketiganya sama-sama memiliki

gokan yang sama yaitu kenkyuu namun setelah menjadi kata baru dengan sufiks

yang berbeda masing-masing kata dengan bentukan gokan yang sama tersebut memiliki arti yang berbeda. Hal ini membuktikan teori Vance di mana sufiks –sha


(18)

bahwa ternyata sufiks –sei juga dapat bertumpang tindih dengan sufiks –sha dan –

ka.

Hal yang sama juga terjadi dengan kata yang dibentuk dengan gokan aikou yaitu pada kata aikousha dan aikouka. Makna yang dimiliki oleh masing-masing kata tersebut tidak berbeda terlalu jauh, sama-sama memiliki makna seseorang yang menyukai suatu hal namun yang perlu ditekankan adalah tingkat/ level kesukaannya agak berbeda. Pada kata aikouka tingkat kesukaan/ kecintaan melebihi pada kata aikousha.

Kata shokuin dan shokunin juga memiliki gokan yang sama yaitu shoku. Namun Vance tidak menyebutkan bahwa sufiks –in dan sufiks –nin dapat

bertumpang tindih satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa sufiks –in dan –nin dapat bertumpang tindih.


(19)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada proses pembentukan kata melalui sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -shi, dan –shi hampir tidak mengalami perubahan kelas kata karena gokan dari kata yang dibentuk oleh sufiks yang menyatakan „orang‟

tersebut kebanyakan merupakan kata benda sementara kata yang dibentuk juga merupakan kata benda.

2. Gokan yang dapat diikuti oleh sufiks –in, jin, ka, kou, nin, sei, sha, -shi, dan –shi dapat berupa morfem bebas maupun morfem terikat.

3. Sufiks yang paling banyak digunakan secara umum adalah sufiks –sha,

sedangkan sufiks yang paling jarang digunakan adalah sufiks –kou.

4. Dalam penggunaannya, terdapat beberapa sufiks yang dapat bertumpang tindih walaupun kata yang dibentuk oleh sufiks yang berbeda dengan

gokan yang sama memiliki makna yang berbeda-beda.

5. Sufiks –in, -ka, -kou, -shi, dan –shi cenderung mengarah pada pelaku dari

suatu pekerjaan ataupun keahlian sementara pada sufiks –jin, -nin, dan – sha lebih banyak mengacu kepada pelaku dari suatu kegiatan. Sufiks –sei

sebagian besar mengacu kepada objek pelaku yang sedang mempelajari suatu hal.


(20)

4.2 Saran

1. Dalam bahasa Jepang, batas antara penggunaan sufiks sukar dibedakan, untuk menghindari kesalahan penggunaan kosa kata dalam bahasa Jepang ada baiknya mempelajari atau memeriksa dahulu kosa kata yang akan digunakan apakah sesuai dengan kaedah dan memiliki makna yang tidak rancu.

2. Sebaiknya lebih banyak lagi digunakan contoh pemakaian yang menunjukkan kata ganti orang dalam perkuliahan untuk menghindari kesalahan berbahasa Jepang.


(21)

BAB II

MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, DAN AFIKSASI

2.1 Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟ dan kata logi yang berarti „ilmu‟. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti „ilmu mengenai bentuk‟. (Chaer, 2008:3)

Haryanta (2012:172) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

J.W.M.Verhaar mengatakan morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata-kata secara gramatikal, karena setiap kata dapat dibagi atas segmen yang terkecil yang disebut fonem tetapi tidak harus berupa morfem. (2008:97)

L. Bloomfield (dalam Muchtar, 2008:2) menulis sebagai berikut, “By the morphology of a language we mean the constructions in which bound forms appear among the constituents.” Selanjutnya dikatakan, “By definition, the resultants forms are either bound forms or words, but never phrases.

H.A. Gleason membagi juga tata bahasa (grammar) atas morfologi dan sintaksis. Lalu mengenai morfologi ia berkata, “...: morphology the description


(22)

of the more intimate combinations of morphemes, roughly what are familiarly

called ‘words’;...

E.A. Nido berkata pula, ”Morphology is the study of morphemes and their arrangements informing words”.

Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon (形 態 論). Keitairon merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang kata dan

proses pembentukannya. Objek yang dikajinya yaitu tentang kata (語/go atau

/tango) dan morfem (形態素/keitaiso). (Sutedi, 2008:42)

Koizumi (1984:96) menyatakan bahwa 形態論 語形 文責 中心

形 態 素 扱 う 部 門 あ 意 味 担 う 最 単 語 分

Keitairon dewa, gokei no bunseki ga chuusin to naru. Keitaiso o atsukau

bumon de atte imi o ninau saishoutango ni wakerareru.” Keitairon/morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari bentuk kata yang dapat dibagi lagi menjadi kata-kata yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi ialah ilmu yang membicarakan konstruksi kata; dalam morfologi dibicarakan bagaimana kata dibentuk dari bagian-bagiannya yang oleh Verhaar disebutnya konstituen yang sifatnya gramatikal. Bahwa hasil paduan bagian-bagian itu selalu membentuk kata; dan bukan frase. Pembicaraan mengenai morfologi tidak boleh keluar dari batas kata.


(23)

2.2 Morfem

Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk-bentuk tersebut ternyata dapat hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. (Chaer, 2007:147)

Samsuri (1981:170) menyatakan bahwa yang disebut dengan morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang.

Menurut Koizumi dalam Situmorang (2007:11), morfem adalah potongan yang terkecil dari kata yang mempunyai arti. Potongan kata atau morfem tersebut ada yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak atau berbentuk terikat pada morfem lain.

Dalam bahasa Jepang, istilah morfem disebut sebagai keitaisou/形態素.

Morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak dapat dipecahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi. Misalnya, pada kata /daigaku/ 大学/‟universitas‟ terdiri dari dua huruf kanji yaitu

[大-/dai-] dan [/gaku]. Banyak kosakata lainnya yang menggunakan kedua

huruf tersebut, misalnya /daijin/ 大臣/‟menteri‟ , /kakudai/ 拡大/ „pembesaran‟ ,

/gakukou/ 学校/ „sekolah‟ , /gakusei/ 学生/ „mahasiswa‟, dan sebagainya. Secara

makna, kata /daigaku/ 大学 /‟universitas‟ terdiri dari dua satuan, yaitu [大-/dai-]


(24)

satuan yang lebih kecil yang mengandung makna. Satuan terkecil [大-/dai-] yang secara leksikal bermakna „besar‟ dan [学/gaku] yang secara leksikal bermakna „belajar/ilmu‟, masing-masing merupakan satu morfem. (Sutedi, 2008: 42-43)

Jika kita teliti beberapa definisi di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa morfem itu:

1. Selalu harus mempunyai makna;

2. Tidak dapat dibagi lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil karena makna yang terkandung di dalamnya akan hilang;

3. Bentuk yang terkecil itu selalu berulang dengan pengertian yang sama.

Sementara Chaer (2012:13-15) menyatakan bahwa pedoman untuk mengidentifikasi morfem adalah:

1. Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem.

2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda.

3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda.

4. Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit) tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk tersebut dapat djelaskan secara fonologis.

5. Bentuk yang hanya muncul dengan psangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem.


(25)

6. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama adalah juga merupakan morfem yang sama. 7. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan bahasa yang lebih besar

(klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi adalah juga merupakan morfem yang sama.

Menurut Chaer (2012:16), dalam kajian morfologi biasanya dibedakan adanya beberapa morfem berdasarkan kriteria tertentu, seperti kriteria kebebasan, keutuhan, makna, dan sebagainya.

Berdasarkan kebebasannya, morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa keterikatannya dengan morfem lain dapat langsung digunakan dalam pertuturan. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang harus terlebih dahulu bergabung dengan morfem lain untuk dapat digunakan dalam pertuturan.

Berdasarkan keutuhan bentuknya, dibedakan adanya morfem utuh dan morfem terbagi. Morfem utuh secara fisik merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua morfem dasar, baik bebas maupun terikat, serta prefiks, infiks, dan sufiks termasuk morfem utuh. Sedangkan yang dimaksud morfem terbagi adalah morfem yang fisiknya terbagi atau disisipi morfem lain.

Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata, dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Sedangkan yang tidak dapat menjadi dasar, melainkan hanya sebagai pembentuk disebut morfem afiks.


(26)

Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya dibedakan adanya morfem segmental dan morfem suprasegmental atau morfem nonsegmental. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, yakni morfem yang berupa bunyi dan dapat disegmentaskan. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang terbentuk dari nada, tekanan, durasi, dan intonasi.

Berdasarkan kehadirannya, secara konkret dibedakan adanya morfem wujud dan morfem tanwujud. Yang dimaksud dengan morfem wujud adalah morfem yang secara nyata ada, tetapi yang tanwujud kehadirannya tidak nyata.

Berdasarkan ciri semantik dibedakan adanya morfem bermakna leksikal dan morfem tak bermakna leksikal. Sebuah morfem disebut bermakna leksikal karena di dalam dirinya, secara inheren, telah memiliki makna. Semua morfem dasar bebas termasuk morfem bermakna leksikal, sebaliknya morfem afiks termasuk morfem tak bermakna leksikal.

Sutedi (2008:44) juga turut menyatakan bahwa morfem dalam bahasa Jepang dapat dibagi menjadi jiyuu keitaiso/ morfem bebas(自 形 態 素) dan kousoku keitaiso/ morfem terikat (拘 束 形 態 素). Jiyuu keitaiso merupakan

morfem yang dapat berdiri sendiri dan dapat dijadikan sebagai kata tunggal meskipun hanya terdiri dari satu morfem, sedangkan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri disebut kousoku keitaiso. Pemilahan lain morfem bahasa Jepang yaitu adanya naiyou keitaiso/ morfem isi 内 容 形 態 素 dan kinou keitaiso/

morfem fungsi (機能形態素). Naiyou keitaiso adalah morfem yang menunjukkan


(27)

sedangkan kinou keitaiso adalah morfem yang menunjukkan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau adjektiva, kopula,dan morfem pengekspresi kala atau jisei keitaiso.

Koizumi dalam Situmorang (2007:11-12) membagi morfem sebagai berikut:

1. Morfem dasar (形態素/keitaiso)

2. Morfem terikat (結語形態/ketsugokeitai)

3. Morfem berubah (異形態/ikeitai)

4. Morfem bebas (自 形態/jiyuukeitai)

Morfem dasar adalah bagian kata yang menjadi kata dasar dari perpaduan dua buah morfem atau lebih dalam proses morfologis. Morfem terikat adalah morfem yang ditambah untuk merubah arti atau makna kata dasar. Morfem ini tidak mempunyai arti apabila berdiri sendri. Morfem berubah adalah morfem yang bunyinya berubah apabila digabungkan dengan morfem lain dalam pembentukan kata. Baik morfem dasar maupun morfem terikat berubah bunyinya apabila diikatkan satu sama lain. Morfem bebas adalah morfem yang tidak berubah bunyi walaupun ada proses morfologis.

2.3 Proses Morfemis

Proses morfologis ataupun disebut dengan proses morfemis adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Proses


(28)

morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikal, dan (4) hasil proses pembentukan. (Chaer, 2012:25)

Samsuri (1994:190) mengatakan bahwa yang disebut dengan proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Situmorang (2007:11) menyatakan yang disebut dengan proses morfologis adalah apabila dua buah morfem disatukan, mengakibatkan terjadinya penyesuaian di antara kedua morfem tersebut. Proses tersebut terjadi dengan cara,

付 加 (fuka/ penambahan), 削 除 (sakujou/ penghapusan), 重 複 (jufuku/

pengulangan), ゼ 接辞(zerosetsuji/ imbuhan kosong).

Sementara menurut Koizumi (1993:105-109), proses morfologis dalam bahasa Jepang terjadi melalui 6 cara, yaitu 付加(fuka/ penambahan), 削除(sakujo/

pelesapan), 置換(chikan/ pergantian), ゼ 接時(zerosetsuji imbuhan kosong),

(jufuku/ pengulangan), dan 融合(yuugou/ penyatuan).

Fuka/penambahan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan

morfem pada kata dasar. Sakujo / pelesapan adalah proses pembentukan kata melalui proses morfemis yang menghilangkan morfem. Chikan/ pergantian adalah proses morfemis yang mengganti morfem dalam pembentukan kata baru. Zero

setsuji/ imbuhan kosong adalah morfem khusus yang ditambahkan dalam proses

morfemis. Jufuku/ pengulangan adalah proses morfemis yang mengulang morfemnya dalam membentuk kata baru. Yuugou / penyatuan adalah proses


(29)

morfemis yang menggabungkan atau menyatukan morfem-morfem dalam pembentukan kata.

Situmorang (2007: 12) menyatakan bahwa dalam proses morfologis bahasa Jepang terdapat rumusan sebagai berikut:

1. Keduanya morfem bebas, yaitu baik morfem dasarnya maupun morfem terikatnya adalah morfem bebas.

Contoh: tabe + nai

Kedua morfem tersebut mempunyai arti.

2. Kata dasarnya morfem bebas kemudian diikuti oleh morfem terikat. Contoh: ike + ba

3. Kata dasarnya morfem terikat dan diikuti oleh morfem bebas. Contoh: ko + nai

4. Kedua-duanya terdiri dari morfem terikat. Contoh: se-yo

Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah

gokeisei (語 形 ). Di atas telah disinggung bahwa dalam pembentukan kata, setsuji memegang peranan penting. Tetapi, suatu kata bisa juga dibentuk dengan

cara menggabungkan beberapa morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada empat macam (Sutedi, 2003: 44-46), yaitu:


(30)

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou keitaiso dengan setsuji disebut haseigo/ kata jadian (派 生 語). Proses pembentukannya dapat

dalam bentuk settouji + morfem isi atau morfem isi + setsubiji. 2. Fukugougo/ goseigo.

Kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi disebut dengan fukugougo atau gokeisei.

3. Karikomi/ shouryaku.

Karikomi/ shouryaku merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis)

dari kosa kata lainnya. 4. Toujigo.

Toujigo merupakan singkatan singkatan huruf pertama yang dituangkan

dalam huruf alfabet (romaji).

2.4 Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177). Sementara itu Muchtar (2006:35) berpendapat bahwa yang disebut afiksasi atau pengimbuhan adalah pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada morfem dasar bak morfem bebas maupun morfem terikat. Afiks dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran (Samsuri, 1981:190).


(31)

1. Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut prefiksasi.

2. Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut sufiksasi.

3. Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu, dalam proses yang namanya infiksasi.

4. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya, dalam proses yang dinamai konfiksasi, atau simulfiksasi, atau ambifikasi, atau sirkumfikasi.

Verhaar (2008: 107) juga menyatakan bahwa afiks memiliki dua fungsi utama yaitu:

1. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentuk alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal yang sama.

2. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.

Istilah afiks dalam bahasa Jepang disebut dengan setsuji (接辞). Adapun

pengertian setsuji menurut Koizumi (1993:95) adalah:

接辞 文法的 関係 示 形態素 異形態 (setsuji ha bunpouteki na kankei o shimesu suru keitaiso no ikeitai)

Yang artinya: setsuji adalah morfem berubah yang menunjukkan hubungan gramatikal.


(32)

Koizumi membagi setsuji berdasarkan bentuk (接辞 形式的分類) dan

isi (接辞 内容的分類).

Berdasarkan bentuk, setsuji terbagi menjadi:

1. Settouji (prefiks/ awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan gokan/ kata

dasar.

Contohnya pada kata 真 夏 manatsu yang merupakan bentukan dari

morfem 真- ma- sebagai settouji dan –夏-natsu sebagai gokan.

Beberapa contoh settouji yang banyak digunakan adalah dai mi

mukaku, dan lain sebagainya.

2. Setsubiji (sufiks/ akhiran), yaitu afiks yang diletakkan setelah gokan/ kata

dasar.

Contohnya pada kata 立 tatasareta yang merupakan bentukan

dari tat sebagai gokan, -as- sebagai shieki setsubiji, -are- sebagai ukemi

setsubiji, dan ta sebagai kakou setsubiji.

Beberapa contoh setsubiji yang banyak digunakan adalah betsu , -jou , -chuu, -teki的, dan lain sebagainya.

3. Setsuchuji (infiks/ sisipan), yaitu afiks yang disisipkan di tengah gokan/

kata dasar.

Contohnya pada kata 見 yang disisipkan setsuchuuji -え- menjadi 見え

.


(33)

1. Hasei setsuji, yaitu setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan dalam

kelas kata yang sama dapat memberi sifat khusus. Hasei setsuji juga terbagi atas setsuji yang dapat mengganti kelas kata (derivasi) dan setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata (infleksi).

2. Kussetsu setsuji, yaitu setsuji yang memberikan perubahan sistematis pada

kata dalam kelas kata yang sama berdasarkan kategori gramatikal.

2.5.Afiksasi Bahasa Jepang Yang Menyatakan „orang‟

Makna Sufiks –in -

Menurut Nelson (2006: 249), kanji 員 dapat dibaca menjadi en dan –in

dan memiliki makna anggota; jumlah; orang yang bertugas.

Menurut Vance (2004: 59), kata yang dibentuk dengan –in adalah kata

benda yang mengacu pada orang yang merupakan anggota dari kelompok tertentu yang terorganisasi. Dalam penggunaannya, -in dapat digunakan dalam kasus:

- Mengacu pada kelompok itu sendiri

Contoh: / 機動隊員/ kidoutai-in / „polisi anti kerusuhan‟

Kata dasarnya adalah / 機動隊/ kidoutai / „satuan anti kerusuhan‟

そ 学生 人 機動隊員3人 怪

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, sepuluh mahasiswa dan tiga polisi anti kerusuhan terluka.

- Mengacu pada kegiatan di mana anggota kelompok terlibat. Kelompok itu sering kali merupakan organisasi pemerintahan atau bisnis, dan dalam


(34)

contoh semacam itu kata yang berakhiran –in secara khusus mengacu

kepada pegawai.

Contoh: / 公務員/ koumu-in / „pegawai negeri‟

Kata dasarnya adalah / 公務 / koumu / „jasa umum‟

国立大学 教授 公務員

Para pengajar di universitas nasional adalah pegawai negeri.

Dalam cakupan pemakaiannya, -in bertumpang tindih dengan –sha dan – kou, walaupun –sha dan –kou tidak ditambahkan pada kata dasar yang mengacu

pada kelompok. Sebagai tambahan, -sha kurang memiliki arti eksplisit sebagai afiliasi kelompok (contoh / 指 者/ shidou-sha / „pemimpin‟ dan bandingkan

dengan / 指 員/ shidou-in / „pengawas‟), dan –kou mengandung arti pekerjaan

pabrik (contoh / 整 備 工/ seibi-kou / dan / 整 備 員/ seibi-in / „pekerja bagian pemeliharaan‟

Makna Sufiks jin -

Menurut Nelson (2006: 122), kanji人 dapat dibaca menjadi jin, nin, dan hito. Kanji人 memiliki makna orang, rakyat, manusia, kemanusiaan, kepribadian,

orang berbakat, orang dewasa, orang lain, pesuruh, utusan, pengunjung.

Menurut Vance (2004: 62), kata yang dibentuk dengan –jin mengacu pada

orang yang tergabung dalam subgroup dari ras manusia seperti yang disebutkan kata dasarnya. Elemen ini dikenal dengan penerapannya yang reguler dengan


(35)

kata-kata dasar yang mengacu pada nama negara (seperti dalam / カ ナ ダ 人/ kanada-jin / „orang kanada‟) atau kelompok etnis (seperti dalam / ア イ ヌ 人/ ainu-jin / „suku ainu‟), tetapi elemen ini pun memiliki cakupan pemakaian yang

cukup luas.

Dalam penggunaannya –jin dapat digunakan dalam kasus:

- Menyatakan era atau tempat yang tersurat.

Contoh: / 現代人/ gendai-jin / „manusia modern‟

Kata dasarnya adalah / 現代/ gendai / „zaman modern‟

現代人 い 戦 い

Gendai-jin ha itsumo sutoresu to tatakatte iru.

Manusia modern selalu berperang melawan stres.

- Menyatakan bidang kehidupan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang tersirat, baik dengan menunjuk bidang atau kelompok itu sendiri.

Contoh: / 財界人/ zaika-jin / „ahli keuangan‟

Kata dasarnya adalah / 財界/ zaikai / „dunia keuangan‟

新 い政策 財界人 非難

Atarashii seisaku ha zaika-jin ni hinan sareta.


(36)

- Menunjukkan beberapa menonjol dari bidang atau kelompok tertentu.

Contoh: / 国際人/ kokusai-jin / „kosmopolitan, warga dunia‟

Kata dasarnya adalah / 国際/ kokusai / „pergaulan internasional‟

子供 本当 国際人 べ

Kore kara ha kodomo-tachi o hontou no kokusai-jin ni suru beki da.

Mulai sekarang kita harus menjadikan anak-anak kita warga dunia sejati.

- Menyatakan atribut yang dipakai bersama yang mendefinisikan keanggotaan dalam subgroup.

Contoh: / 一般人/ ippan-jin / „orang awam, biasa‟

Kata dasarnya adalah / 一般 / ippan (no) / „umum,biasa‟

そ 学生 一般人 参加

Tidak hanya mahasiswa , tapi orang awam pun mengambil bagian dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Makna Sufiks ka -

Menurut Nelson (2006: 321), kanji家 dapat dibaca sebagai ka, ke, dan ie.

Kanji家 memiliki makna rumah, tempat tinggal/ kediaman, perumahan, keluarga,


(37)

Menurut Vance (2004: 76), kata yang dibentuk dengan –ka mengacu

kepada orang dari jenis seperti yang disebutkan kata dasarnya.

Dalam penggunaannya, -ka dapat digunakan dalam kasus:

- Mengacu kepada seseorang yang memiliki status sosial tinggi atau keahlian atau pengetahuan istimewa tertentu.

Contoh: / 投資家/ toushi-ka / „investor, penanam modal‟

Kata dasarnya adalah / 投資/ toushi / „penanaman modal‟

投資家 慎重 い

Kono goro toushika ha shinchou ni natte iru.

Para investor menjadi waspada belakangan ini.

- Mengacu kepada sesorang yang memiliki sebuah antusiasme atau watak tertentu.

Contoh: / 勉強家/ benkyou-ka / „orang yang rajin‟

Kata dasarnya adalah / 勉強/ benkyou / „belajar‟

長男 大変 勉強家

Chounan ha taihen na benkyou-ka da.

Putra tertuanya seorang pekerja keras.

Dalam cakupan pemakaiannya, -ka bertumpang tindih dengan beberapa elemen lainnya, termasuk –in, -sha, -shi, dan –tsu (tidak disinggung). Dalam


(38)

banyak kasus, terdapat perbedaan yang nyata apabila –ka bergabung dengan kata

dasar tertentu yang sama sebagaimana halnya –in atau –sha. Bandingkan / 銀行家

/ ginkou-ka / „banker‟ dengan / 銀行員/ ginkou-in / „pegawai bank‟, dan / 山家/ tozan-ka / „(pakar) pendaki gunung‟ dengan / 山者/ tozan-sha / „orang yang mendaki gunung‟.

Makna Sufiks kou -

Menurut Nelson (2006: 352), kanji 工 dapat dibaca ku, ko, takumi, dan takumu. Kanji工 memiliki makna tukang, montir, pabrik, pekerjaan, tukang kayu,

rencana.

Menurut Vance (2004: 94), kata yang dibentuk dengan –kou mengacu

pada pekerja, khususnya pekerja pabrik.

Dalam penggunaannya, sufiks –kou dapat digunakan dalam kasus:

- Memberi spesifikasi jenis pekerjaan, yang mengacu baik pada kegiatannya sendiri.

Contoh: / 印刷工/ insatsu-kou / „operator pers‟

Kata dasarnya adalah / 印刷/ insatsu / „percetakan‟

印刷工 決

Insatsu-kou tauchi ha suto o suru koto ni kimeta.


(39)

- Mengacu pada objek yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Contoh: / 機械工/ kikai-kou / „ahli/ tukang mesin‟

Kata dasarnya adalah / 機械/ kikai / „mesin‟

熟練 機械工 時間

Jukuren no kikai-kou ni naru ni ha jikan ga kakaru.

Membutuhkan waktu untuk menjadi tenaga teknis yang terampil.

- Memberikan spesifikasi status pekerja.

Contoh: / 臨時工/ rinji-kou / „pekerja temporer/ sementara‟

Kata dasarnya adalah / 臨時/ rinji(no) / „temporer/ sementara‟

工場 臨時工 い

Kono koujou ni ha rinji-kou ga takusan iru.

Ada banyak pekerja temporer di pabrik ini.

Dalam cakupan pemakaiannya, -kou bertumpang tindih dengan –in, namun

–in tidak dibatasi pada kata-kata yang mengandung arti pekerja pabrik.

Makna Sufiks nin -

Kanji人 memiliki makna yang sama dengan kanji人 yang dibaca sebagai

–jin namun menurut Martin dalam Vance (2004:96) adalah gagasan yang baik


(40)

Menurut Vance (2004: 96), kata yang dibentuk dengan –nin menunjuk

pada orang yang terlibat dalam suatu kegiatan seperti yang disebutkan kata dasarnya.

Dalam penggunaannya, sufiks –nin digunakan untuk menunjukkan pelaku

dari suatu kegiatan.

Contoh: / 傍聴人/ bouchou-nin / „pendengar‟

Kata dasarnya adalah / 傍聴/ bouchou / „mendengarkan‟

裁 傍聴人 許 い

Saiban de bouchou-nin ga memo o toru koto ha yurusarete iru.

Para pendengar diijinkan membuat catatan di pengadilan.

Cakupan pemakaian –nin bertumpang tindih dengan –sha. Dalam

kasus-kasus seperti / 行 人/ hakkou-nin atau / 行 者/ hakkou-sha / „penerbit‟,

beberapa kata dasar bergabung dengan yang mana saja, dan tidak ada perbedaan arti yang jelas. Namun walau bagaimanapun, -sha hampir selalu ditambahkan pada kata-kata dasar yang berasal dari bahasa Cina, sedangkan –nin bergabung

secara bebas dengan kata-kata dasar asli bahasa Jepang.

Makna Sufiks sei

Menurut Nelson (2006: 616), kanji生 dapat dibaca sho, sei, nama. Kanji

生 memiliki makna kelahiran, kehidupan, eksistensi, nafkah, siswa, mentah, segar,


(41)

Menurut Vance (2004: 111), kata yang dibentuk dengan –sei mengacu

kepada pelajar atau orang yang mempelajari sesuatu dari jenis yang disebutkan kata dasarnya.

Contoh: / 聴講生/ choukou-sei / „auditor‟

Kata dasarnya adalah / 聴講/ choukou / „pengauditan‟

あ 教授 講義 聴講生 出席 い

Ano kyouju no kougi ni ha choukou-sei ga takusan shusseki shite iru.

Banyak auditor sedang menghadiri kuliah profesor itu.

Makna Sufiks sha

Menurut Nelson (2006: 729) dapat dibaca sha dan mono. Kanji

memiliki makna orang, benda, seseorang, agen, perantara, aktor, pemain.

Menurut Vance (2004: 118), kata yang dibentuk dengan –sha mengacu

pada orang seperti yang ditunjukkan kata dasarnya.

Dalam penggunaannya, sufiks –sha dapat digunakan dalam kasus:

- Menunjukkan pelaku dari sebuah perbuatan atau kegiatan.

Contoh: / 視聴者/ shichou-sha / „penonton dan pendengar‟

Kata dasarnya adalah / 視聴/ shichou / „melihat dan mendengar‟


(42)

Shinchou-sha no hagaki o yomu terebi bangumi ni ninki ga atsumatte kita.

Acara televisi di mana kartu pos dari penontonnya dibacakan telah menjadi populer.

- Beberapa kata dengan –sha memiliki kata dasar yang mengacu pada

atribut.

Contoh: / 重傷者/ juushou-sha / „orang yang terluka parah‟

Kata dasarnya adalah / 重傷/ juushou / „luka parah‟

事故 重傷者 3人

Kono jiko de juushou-sha ga sannin deta.

Tiga orang terluka parah dalam kecelakaan ini.

- Memiliki pengertian suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku.

Contoh: / 容疑者/ yougi-sha / „orang yang dicurigai‟

Kata dasarnya adalah / 容疑/ yougi / „kecurigaan‟

容疑者 ま 逮捕

Yougi-sha ha mamonaku taiho sareta.

Orang yang dicurigai itu segera ditahan.

Dalam cakupan pemakaiannya, -sha bertumpang tindih dengan sejumlah elemen lain, termasuk –in, -ka, dan –shi. Sinonim terdekatnya adalah –nin, namun


(43)

tidak seperti –nin, -sha bergabung secara hampir eksklusif dengan kata-kata dasar

yang berasal dari bahasa Cina.

Makna Sufiks shi

Menurut Nelson (2006: 280), kanji士 dapat dibaca sebagai shi. Kanji

memiliki makna samurai, laki-laki, pria yang baik, sarjana, ksatria, dan sebagai akhiran dapat digunakan untuk gelar akademis.

Menurut Vance (2004: 121), kata yang dibentuk dengan –shi mengacu

kepada orang yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian khusus.

Dalam penggunaannya, sufiks –shi dapat digunakan dalam kasus:

- Mengandung arti lisensi dari jenis tertentu, kata dasarnya pada khususnya mengacu pada kegiatan yang terlibat dalam pekerjaan itu.

Contoh: / 操縦士/ soujuu-shi / „pilot‟

Kata dasarnya adalah / 操縦/ soujuu / „operasi, penyetiran‟

ンボ機 ベ ン操縦士 無事 着陸

Janbo-ki ha beteran soujuu-shi no okage de buji ni chakuriku shita.

Berkat pilot veteran itu, jumbo jet-nya mendarat dengan selamat.

- Dapat digunakan untuk mengacu pada bidang keahlian tertentu,


(44)

Kata dasarnya adalah / 栄養/ eiyou / „nutrisi‟

次女 病院 栄養士 い

Jijo ha byouin de eiyoushi o shite iru.

Putri keduanya bekerja sebagai ahli gizi di sebuah rumah sakit.

- Beberapa elemen lainnya umumnya digunakan dalam kata-kata yang mengacu pada orang yang melakukan pekerjaan.

Kata-kata dengan –shi berbeda dalam hal bahwa mereka merupakan istilah

penghormatan, dan adalah tidak umum –shi digunakan dalam tempat

elemen-elemen lain ini untuk memberikan nuansa penghormatan.

Makna Sufiks shi

Menurut Nelson (2006: 73), kanji 師 dapat dibaca sebagai shi dan

memiliki makna guru, tuan, majikan, teladan, tentara.

Menurut Vance (2004: 123), kata yang dibentuk dengan –shi mengacu

pada orang yang pekerjaan atau kegiatannya menuntut pengetahuan atau keahlian khusus.

Dalam cakupan pemakaiannya, sufiks –shi dapat digunakan dalam kasus:

- Mengacu pada orang yang kegiatannya tidak diinginkan atau ilegal.

Contoh: / 詐欺師/ sagi-shi / „penipu‟


(45)

そ 詐欺師 逮捕

Sono sagi-shi ha yatto taiho sareta.

Penipu itu akhirnya ditahan.

- Mengacu pada kegiatan itu sendiri.

Contoh: / マッサー 師/ massaaji-shi / „pembawa pesan‟

Kata dasarnya adalah / マッサー / massaaji / „pesan‟

ー ッパ カン ナビア マッサー 師 いい いう

Yoroppa de ha sukanjinabia no massaaji-shi ga ii to iu.

Di eropa, katanya pembawa pesan berkebangsaan Skandinavia itu bagus.


(46)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan untuk saling berinteraksi dan saling bertukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan suatu bahasa diperlukan sebagai alatnya, karena bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan, berita dan hal-hal yang lain kepada orang lain (Sudjianto, 2004:54). Mempelajari bahasa bukan hanya sekedar untuk dapat berbicara dengan menggunakan suatu bahasa dengan lancar, tetapi kita juga mempelajari aspek-aspek kebahasaan yang terdapat di dalamnya.

Namun dalam penggunaan bahasa tidak lepas dari kaidah dan aturan dalam penggunaan bahasa tersebut. Bahasa Jepang memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahasa Indonesia maupun dengan bahasa lainnya, baik itu huruf, kosakata, partikel, maupun struktur kalimat. Hal ini tentunya menjadi kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa Jepang dan berdampak pada kesalahan berbahasa.

Haryanta (2012: 28) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

Bahasa merupakan kumpulan bunyi, bentuk, dan maksud. Bunyi dalam bahasa dikaji pada fonologi, bentuk dikaji dalam morfologi dan sintaksis, maksud dikaji dalam semantik.


(47)

Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Dalam linguistik, yang dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang memengaruhi masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dengan adanya berbagai hal tersebut, maka lahirlah berbagai cabang linguistik sebagai suatu ilmu yang bisa dipelajari, seperti: fonetik , fonologi , morfologi , sintaksis , semantik , pragmatik ,

sosioloinguistik dan yang lainnya. (Sutedi, 2003:6)

Cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal disebut Morfologi (Verhaar, 2001:97). Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon. Keitairon merupakan cabang dari linguistik yang menkaji tentang kata dan proses pembentukannya (Sutedi, 2003:42).

Pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdiri atas 3 proses, yaitu:

1. Afiksasi (setsuji) 2. Reduplikasi (jufuku) 3. Komposisi (fukugo)

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177).

Reduplikasi ialah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari


(48)

dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik) (Chaer, 2007: 182-183).

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan

rumah sakit dalam bahasa Indonesia; akhirulkalam, malaikalmaut, dan hajarulaswad dalam bahasa Arab, dan blackboard, bluebird, dan greenhouse

dalam bahasa Inggris (Chaer, 2007: 185).

Dalam proses pembentukan kata, terdapat proses pengimbuhan kata dalam bahasa Jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting. Setsuji menurut Matsuka Takahashi dan Takubo Yukinori (1995:62) yaitu adalah suatu unsur yang menyusun kata (kata jadian), yang merupakan tambahan pada kata dasar (jadian kata dasar) yang berdiri sendiri. Kata yang berada di depan kata dasar disebut settougo (prefiks/ awalan) dan yang berada di belakang kata dasar disebut setsubigo (sufiks/ akhiran). Sedangkan menurut Tokieda Saki (1995:583) pengertian setsuji adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam suatu kesatuan, yang ditambahkan pada suatu susunan kata baru.

Setsuji adalah salah satu unsur susunan kata. Biasanya ditambahkan pada kata

lain (kata dasar/ goki), tidak berdiri sendiri serta unsur yang membentuk satu kata dengan diucapkan pada sambungannya. Tambahan lagi menurut Iori dkk


(49)

(2000:396) setsuji adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang melekat pada kata dasar (goki) dan marupakan bentuk yang menyatakan arti secara tata bahasa dan lain-lain, serta menunjukkan kata yang tidak berdiri sendiri.

Afiksasi (setsuji) terbagi atas prefiks (settouji), sufiks (setsubiji) dan infiks (secchuji). Dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks dan sufiks. Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan atau di awal kata. Misalnya: /o-kyaku/ - 客/ „tamu‟, /go-kazoku/ - 家族/ „keluarga‟, dan lain-lain. Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang diimbuhkan di sebelah kanan kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi, contoh dalam bahasa Jepang yaitu : /Tanaka-san/ 中ー / „Tuan Tanaka‟,

/kihon-teki/ 基 本 -的 /„pada dasarnya‟ dan lain-lain. Koizumi (1993:95)

menyatakan dalam bahasa Jepang infiks secara umum kurang terlihat, hanya ada beberapa infiks. Contoh infiks /-e-/ pada kata: /mi-e-ru/ 見-え- / „kelihatan‟/.

Dalam proses pembentukan kata akhiran yang menunjukkan „orang‟, dalam

sufiksasi bahasa Jepang memiliki beberapa akhiran, yaitu: -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi 師 (Vance, 2004: 59-123).

Di antara akhiran yang memiliki arti ‟orang‟ di atas, walau memiliki arti yang sama, namun sebenarnya masing-masing akhiran tersebut memiliki persamaan tetapi berbeda kata yang mengikutinya. Apabila suatu nomina ditambahkan dengan sufiks /-jin/ belum tentu padanannya tepat walaupun /-jin/ tersebut

memiliki makna yaitu „orang‟ sehingga selalu terjadi kesalahan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk menentukan sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa Jepang. Sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa Jepang jumlahnya banyak


(50)

sekali. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian tentang akhiran yang memiliki arti „orang‟ dalam kosa kata bahasa Jepang. Adapun akhiran yang akan dibahas oleh penulis adalah setsubigo -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi .

1.2 Rumusan Masalah

Dalam bahasa Jepang sufiks yang menyatakan „orang‟ sangat banyak namun

penulis hanya akan membahas sufiks yang paling banyak digunakan secara umum, yaitu -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi 師dan

untuk membentuk sufiks bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ memiliki aturan-aturan tertentu. Masing-masing sufiks tersebut memiliki penggunaan yang berbeda-beda, misalnya pada sufiks -ka dan -sha 者 keduanya dapat membentuk kata yang memiliki makna „pekerja‟ tetapi apakah setiap kata dasar

yang memiliki makna „pekerjaan‟ dapat selalu diikuti oleh sufiks tersebut,

kebanyakan pembelajar bahasa Jepang mengalami kesulitan untuk menentukan sufiks apakah yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu pekerjaan maupun status seseorang dalam lingkungan bermasyarakat. Padahal menguasai afiks dan sufiks merupakan salah satu cara untuk memperbanyak kosakata bahasa Jepang

seperti yang diungkapkan oleh Timothy. J. Vance dalam bukunya “Prefiks dan Sufiks Dalam Bahasa Jepang”.

Berdasarkan latar belakang yang penulis utarakan di atas, maka penulis merumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:


(51)

1. Bagaimana pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang menggunakan

setsubigo yang menyatakan „orang‟ ?

2. Bagaimana penggunaan setsubigo -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi yang menyatakan “orang” dalam kosa kata

bahasa Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah d atas maka penulis hanya membahas pembentukan dan pemakaian setsubigo -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei

, -sha , -shi , -shi dalam kosa kata bahasa Jepang.

Dalam penelitian ini akan membahas permasalahan yang berkaitan dengan proses morfemis melalui setsubigo dalam bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ yaitu setsubigo -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi yang terdapat pada:

1. Niponia No.38 tahun 2006 dan No.46 tahun 2008. 2. Niponika No.8 tahun 2012.

3. News ga Wakaru No.270 edisi Januari 2007.

4. Wink Up No.11 tahun 2009, No.3 tahun 2010, No.4 tahun 2010.

Untuk masing-masing sufiks akan dilakukan pembahasan mengenai proses morfemis dan penggunaannya, yakni untuk sufiks -in 員 akan digunakan

sebanyak 5 contoh kata, sufiks -jin 人 akan digunakan sebanyak 6 contoh kata,


(52)

digunakan sebanyak 1 contoh kata, sufiks -nin 人 akan digunakan sebanyak 3

contoh kata, sufiks -sei akan digunakan sebanyak 7 contoh kata, sufiks -sha

akan digunakan sebanyak 13 contoh kata, sufiks -shi 士 akan digunakan sebanyak

4 contoh kata, dan -shi akan digunakan sebanyak 7 contoh kata.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Dalam proses morfemis dan morfologi tidak lepas dari morfem. Menurut Samsuri (1981: 170), yang disebut dengan morfem adalah komposit bentuk-pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. Dalam bahasa jepang, morfem ini disebut dengan keitaisou 形態奏. Menurut Sutedi (2003:41)

morfem (keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi.

Samsuri (1981:190) menyatakan bahwa yang disebut dengan proses morfologis/ morfemis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Cahyono (1995:145) menyatakan proses morfologis merupakan proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem lain yang merupakan bentuk dasar.

Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Prosedur ini berbeda dengan analisis morfologi yang mencerai-ceraikan kata


(53)

(sebagai satuan sintaksis) menjadi bagian-bagian atau satuan-satuan yang lebih kecil. Jadi, kalau dalam analisis morfologi; seperti menggunakan teknik

Immediate Constituen Analysis (ICAnalysis), terhadap kata berpakaian, misalnya,

mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu bentuk pakaian dianalisis lagi menjadi pakai dan –an. Maka dalam proses

morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an menjadi

pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefiks ber- menjadi berpakaian. Jadi,

kalau analisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sdangkan proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang polimorfemis (Chaer, 2008:25).

Proses morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna gramatikl, dan (4) hasil proses pembentukan.

Hasil dari proses morfemis bahasa Jepang terdiri dari empat jenis yaitu:

haseigo (penggabungan dengan setsuji), fukugougo/ goseigo (kata majemuk), shouryaku/ karikomi (akronim yang berupa suku kata/ silabis dari kosa kata

aslinya), dan toujigo (singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf romaji) (Sutedi, 2003: 44-46).

Menurut Chaer (1994:178), sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Kemudian menurut Keraf (1984:110), sufiks adalah semacam morfem terikat yang diletakkan di belakang morfem dasar. Sementara menurut Kridalaksana (2008:93), sufiks yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata dasar.


(54)

Dalam bahasa Jepang juga terdapat banyak setsubiji. Dan ada kalanya dalam sebuah kata terdapat banyak setsubiji.

Contoh:

Tatasareta = tat = gokan

As = shieki

Are = ukemi

Ta = kala/ kako

Maka pada kata /tatasareta/ memiliki sufiks yang menyatakan kako no shieki

ukemi (bentuk pasif menyuruh kala lalu).

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan linguistik bidang morfolog khususnya mengenai afiksasi (setsuji). Sutedi (2003: 45) mengatakan bahwa setsuji/ afiks memegang peranan penting dalam pembentukan kata. Menurut Koizumi (1993: 95) afiks dalam bahasa Jepang terbagi atas 3 jenis yaitu:

a. Settouji

b. Setsubiji

c. Setsuchuuji

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji disebut haseigo (kata jadian). Proses pembentukannya bisa dalam bentuk setouji


(55)

Koizumi (1993: 96) menyatakan bahwa setsubiji yaitu setsuji yang ditambahkan setelah gokan (kata dasar).

Harlpen dalam “The Kodansha Kanji Learners Dictionary” (1999: 318-839),

menyatakan bahwa sufiks dalam bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ adalah -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi .

Penggunaan sufiks-sufiks tersebut adalah sebagai berikut:

a. shi (also suffix) means member of a profession or performer of an action. “anggota dari suatu profesi, pelaku dari suatu kegiatan”.

b. In (also suffix) means member of staff (profession), personnel, person in charge. Member of an organization. “anggota staf (dalan profesi), personil, seseorang yang bertugas, anggota dari suatu organisasi”.

c. Ka (also suffix) means professional, member of a profession. Performer of an action or person associated with something. “profesional, anggota dari suatu profesi, pelaku dari suatu tindakan atau seseorang yang terkait

dengan sesuatu”.

d. Sha (also suffix) means person (one) who performs an action or holds an occupation; -er (as in reader). “orang yang melakukan suatu tindakan

atau memegang suatu jabatan”.

e. Jin (also suffix) means human being, person, man; people, mankind. Counter for people. “manusia, orang, seseorang, orang-orang, makhluk

hidup, satuan untuk orang”.

f. kou (also suffix) means workman, worker, artisan, craftsman, mechanic. “orang yang bekerja, pekerja, tukang, pengrajin, mekanik”.


(56)

g. Shi (also suffix) means for members of a profession, especially for a licensed profession. “anggota dari suatu profesi, khusunya bagi profesi yang berlisensi”.

h. sei (also suffix) means student, pupil, scholar. “siswa, murid, pelajar”.

Menurut Renariah, setsubigo yang menyatakan „orang‟ adalah –jin, sha, ka, -in, dan –shi (2005: 4-5) adapun setsubigo tersebut digunakan untuk:

a. 人 : suffik ini memiliki 3 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. asal usul orang, dengan kata lain adalah orang yang berasal dari suatu negara, daerah.

Contoh : 日本人

2. orang yang berkecimpung dalam suatu bidang tertentu Contoh : 経済人

3. orang yang berperan dalam suatu hal. Contoh : 保証人

b. 者 : suffik ini memiliki 2 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. orang yang melakukan pekerjaan contoh : 研究者

2. orang yang memiliki suatu sifat, hubungan contoh : 関係者

c. 家 : suffik ini memiliki 2 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. orang yang memiliki keahlian, profesi contoh : 作家


(57)

2. orang yang memiliki kecenderungan yang kuat dalam bidang tersebut contoh : 勉強家

d. 員 : suffik ini memiliki 1 makna, digunakan untuk menyatakan :

orang yang bekerja atau bertugas dalam suatu kantor atau lembaga Contoh : 職員

e. 士 : suffik ini memiliki 3 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. orang yang memiliki karakter, sifat, jiwa dan berprofesi untuk membela sesuatu kebenaran, keadilan dan kebaikan.

contoh : 弁護士

2. Samurai Contoh : 武士

3. Orang yang memiliki pendidikan tinggi dan moral yang mulia.

Vance (2004: 59-123) mengatakan bahwa setsubigo yang memiliki arti „orang‟ adalah -in , -jin , -ka , -ko , -nin , -sei , -sha , -shi , -shi 師.

Adapun penggunaannya adalah sebagai berikut:

a. -in 員: kata yang dibentuk dengan –in adalah kata benda yang mengacu

pada orang yang merupakan anggota dari kelompok tertentu yang terorganisasi. Kata dasarnya mengacu pada kegiatan di mana anggota kelompok terlibat. Kelompok itu sering kali merupakan organisasi pemerintahan atau bisnis, dan dalam contoh semacam itu kata yang bersufiks –in secara khusus mengacu kepada pegawai.

b. -jin 人: kata yang dibentuk dengan –jin mengacu pada orang yang


(58)

dasarnya. Elemen ini dikenal dengan penerapannya yang reguler dengan kata-kata dasar yang mengacu pada nama negara (seperti dalam /カナダ

-人/ kanada-jin / „orang kanada‟/ atau kelompok etnis (seperti dalam /アイ

ヌ-人/ ainu-jin / „orang ainu‟/. Dalam beberapa kasus kata dasarnya

menyatakan era atau tempat yang tersurat. Dalam kasus lainnya, kata dasarnya menyatakan bidang kehidupan atau kelompok-kelompok dalam masyarakat yang tersirat, baik dengan menunjuk bidang atau kelompok itu sendiri atau bebrapa bagian menonjol dari bidang atau kelompok tersebut dan kata dasarnya menyatakan atribut yang dipakai bersama yang mendefinisikan keanggotaan dalam subgroup.

c. -ka 家: kata yang dibentuk dengan –ka mengacu pada seseorang yang

memiliki status sosial tinggi atau keahlian atau pengetahuan istimewa tertentu. Dalam kasus lainnya, mengacu kepada seseorang yang memiliki sebuah antusiasisme atau watak tertentu.

d. -ko 工: kata yang dibentuk dengan –ko mengacu pada pekerja, khususnya

pekerja pabrik. Kata dasarnya memberi spesifikasi jenis pekerjaan, yang mengacu pada kegiatannya sendiri, memberi spesifikasi status pekerja. e. -nin 人: kata yang dibentuk dengan –nin menunjuk pada orang yang

terlibat dalam satu kegiatan seperti yang disebutkan kata dasarnya. Dalam hampir semua kasus, orang itu merupakan pelaku kegiatan tersebut.

f. -sei 生: kata yang dibentuk dengan –sei mengacu pada pelajar atau orang


(59)

g. -sha 者: kata dasarnya merupakan sebuah perbuatan atau kegiatan dan

orang itu merupakan pelakunya. Beberapa kata dengan setsubigo –sha

memiliki kata dasar yang mengacu pada atribut (contoh: / 権 力-者 / kenryoku-sha / „pengusaha‟/ ). Dalam hal lain, setsubigo –sha memiliki

pengertian suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku (contoh: / 容疑-者/ yougi-sha / „orang yang dicurigai‟/).

h. -shi : kata yang dibentuk dengan setsubigo –shi士mengacu pada orang

yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian khusus. Kata dengan setsubigo –shi士mengandung arti lisensi dari jenis

tertentu (contoh: /建築-士/kenchiku-shi/‟arsitek berlisensi‟/). Namun ada

pula kasus-kasus di mana ia mengacu pada bidang keahlian. Kata-kata dengan setsubigo –shi 士 berbeda dalam hal bahwa mereka merupakan

istilah penghormatan.

i. -shi : kata yang dibentuk dengan setsubigo –shi師 mengacu pada orang

yang pekerjaan atau kegiatannya menuntut pengetahuan atau keahlian khusus. Dalam cakupan pemakaian, setsubigo –shi師 bertumpang tindih

dengan 士-shi, namun -shi 師 kurang memiliki nuansa penghormatan.

Banyak kata dengan -shi 師 mengacu pada orang yang kegiatannya tidak

diinginkan atau ilegal. Elemen - shi 師 juga digunakan sebagai titel

pemimpi agama.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harlpen, Renariah, dan Vance sufiks yang memiliki arti „orang‟ adalah -in , -jin , -ka , -ko , -nin ,


(60)

-sei , -sha , -shi , -shi 師. Sufiks yang menyatakan „orang‟ tersebut sebagian

besar memiliki makna yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Namun dalam penggunaannya sendiri banyak sufiks yang dapat bertumpang tindih antara sufiks yang satu dengan sufiks lainnya.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah dirumuskan. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang menggunakan setsubigo yang menyatakan “orang”

b. Untuk mendeskripsikan penggunaan setsubigo yang menyatakan “orang” dalam kosa kata bahasa Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

a. Memberikan sumbangan kepada pembelajar bahasa Jepang khususnya mengenai arti dan penggunaan setsubigo, sehingga kesalahan penggunaan

setsubigo dapat dikurangi.

b. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya khususnya bagi pembelajar yang ingin meneliti setsuji dalam bahasa Jepang.

c. Memberikan informasi faktual mengenai proses morfologi khususnya pemakaian setsubigo yang menyatakan orang dalam bahasa Jepang.


(61)

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Whitney (1960: 160), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang ada dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual. Langkah-langkah penelitian ini adalah menentukan masalah aktual, pengumpulan data, pengolahan data, dan penarik kesimpulan untuk menjawab masalah tersebut (Sutedi, 2005:16).

Winarno Surakhmad (1982:147) seperti yang dikutip dari Rina Rosiana (2001:23) juga mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah salah satu metode yang memiliki ciri:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dkumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa secara morfologis.

Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku atau artikel yang ada hubungannya dengan pembahasan penelitian.


(1)

DisetujuiOleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DepartemenSastraJepang Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “PEMBENTUKAN DAN PENGGUNAAN KATA YANG MENYATAKAN „ORANG‟ DALAM KATA BAHASA JEPANG MELALUI PROSES SUFIKSASI (SETSUBIGO)”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sastra, Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya , Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan dan doa kepada penulis. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis dengan tulus ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi Sastra Jepang, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Wali yang telah mendidik penulis selama perkuliahan dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis serta banyak memberikan arahan, masukan dan kritik yang membangun dan mendorong semangat penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(3)

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah mendidik penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan dan bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan kritikan yang membangun selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Dosen Penguji yang telah mendidik penulis sejak awal perkuliahan dan bersedia meluangkan waktunya sebagai penguji dan banyak memberikan arahan, masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

7. Untuk keluarga di rumah, Papa dan Mama yang selalu membantu baik dengan semangat dan material terima kasih banyak maafkan anakmu ini sudah membuat Papa dan Mama menunggu lama. Adikku Stevie dan Vincent yang banyak mengingatkan dan sedikit banyak membantu walau tidak banyak membantu.

8. Teman-teman di kampus, Gio dan Siska yang selalu menemani penulis selama perkuliahan dengan formasi duduk yang sama setiap perkuliahan. Khususnya kepada Kak Wilma, Hanum, dan Siska yang setia menemani dan meneror penulis untuk menyiapkan skripsi, tanpa kalian penulis bukan apa-apa. Kepada teman-teman cosplay, Lupi, Bang Dhiko, Kak Herna, Kak Uci, Marari, Steve, Stella yang setia menunggu penulis menyelesaikan studinya untuk berjuang kembali menyelesaikan pesanan yang menumpuk. Tidak lupa kepada seseorang yang sudah setia mengingatkan, menyindir, memberi semangat,


(4)

kritikan, dan juga banyak bantuan selama penulis mengerjakan skripsi. Kepada senior dan junior serta teman-teman angkatan 2007, rekan-rekan shaberokai, serta bang Joko di kantor jurusan yang sudah banyak direpotkan oleh mahasiswa tahun akhir seperti penulis. Juga kepada RR. Siti teman seperjuangan terakhir di kampus, penulis ucapkan terima kasih banyak.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dengan segala keterbatasan dari pengetahuan penulis, oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Medan, 15 Januari 2014 Penulis

Melani Sugiarti 070708023


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 7

1.4.2 Kerangka Teori ... 9

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 15

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 15

1.6Metode Penelitian ... 16

BAB II MORFOLOGI, MORFEM, PROSES MORFEMIS, DAN AFIKSASI ... 17

2.1 Morfologi ... 17

2.2 Morfem ... 19

2.3 Proses Morfemis ... 23


(6)

2.5 Afiksasi Bahasa Jepang yang Menyatakan „orang‟ ... 29

BAB III PEMBENTUKAN DAN PENGGUNAAN KATA YANG MENYATAKAN „ORANG‟ DALAM KATA BAHASA JEPANG MELALUI PROSES SUFIKSASI (SETSUBIGO) ... 42

3.1 Pembentukan Kata Melalui Sufiks –in, -jin, -ka, -kou, -nin, -sei, -sha, -shi, dan –shi師 ... 42

3.2 Penggunaan Sufiks Bahasa Jepang yang Menyatakan „Orang‟ ... 48

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

4.1 Kesimpulan ... 58

4.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA