Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar
ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan
penyakit yang kronis atau tergolong berat. Untuk memberikan keringanan biaya,
pemerintah mengeluarkan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program
JKN adalah program pelayanan kesehatan yang merata dan tidak diskriminatif yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Program JKN ini diimplementasikan ke dalam Undang-Undang
(UU) Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Pemberlakuan peraturan BPJS diberikan secara merata pada seluruh peserta
JKN dengan mutu pelayanan yang sama dari setiap golongan. Sebagaimana
dinyatakan bahwa semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan
kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran (Kemenkes RI, 2013).
Dalam tahun pertama pelaksanaan JKN yang diselenggarakan BPJS
Kesehatan, memang sudah berjalan relatif baik. Namun upaya reformasi program
jaminan sosial untuk memberikan perlindungan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan di lapangan. Khususnya yang

berkaitan dengan ketentuan umum bahwa pasien harus memperoleh pelayanan

Universitas Sumatera Utara

kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Dalam hal
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai
dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
(BPJS, 2014).
Namun sosialisasi ketentuan umum bahwa pasien harus memperoleh
pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar
kepada masyarakat masih sangat terbatas. Hal ini terbukti dari banyaknya masyarakat
peserta JKN belum tahu mengenai sistem rujukan ini dan bahkan ada yang langsung
berobat ke rumah sakit. Inilah yang menjadi persoalan, ketika langsung ke rumah
sakit pasien tidak akan dilayani kecuali jika sudah mendapatkan rujukan dari
pelayanan kesehatan primer, dengan pengecualian jika pasien JKN dalam kondisi
gawat darurat akan tetap dilayani.
Persoalan lain yang berhubungan dengan rujukan pelayanan kesehatan di era
JKN ini adalah adanya kenyataan masih tingginya jumlah kasus-kasus penyakit yang
seharusnya dapat dituntaskan di layanan primer dirujuk ke


fasilitas pelayanan

sekunder. Dengan kata lain, sering terjadi indikasi medis penyakit pasien sebenarnya
masuk kategori 155 jenis penyakit yang mampu dilayani oleh dokter di fasilitas
kesehatan pelayanan primer, namun dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder. Sehingga
memberi dampak pada banyaknya rujukan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 mengatur adanya rujukan
berjenjang dan menetapkan ada dua jenis rujukan yaitu rujukan medis dan rujukan

Universitas Sumatera Utara

kesehatan. Rujukan medis berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan (pengiriman
pasien, specimen, transfer pengetahuan). Rujukan kesehatan berkaitan dengan upaya
pencegahan dan peningkatan kesehatan (sarana, teknologi dan operasional). Namun
tidak mudah mengembangkan RS rujukan medis maupun kesehatan. Manajemen RS
perlu mendukung sistem tersebut dengan infrastruktur dan sistem yang baik.
Berbagai faktor yang mempengaruhi banyak rujukan pelayanan kesehatan di
rumah sakit sekunder diantaranya adalah kompetensi dokter dan sarana prasarana
yang belum mendukung.


Beberapa fasilitas kesehatan pelayanan primer tidak

memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan apa yang diatur pada Permenkes Nomor 75
tahun 2014 tentang Puskesmas Pasal 16 ayat (3) bahwa jenis tenaga kesehatan di
puskesmas paling sedikit terdiri dari: dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian. Selain itu kondisi
fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan
demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
Hasil penelitian sejenis yang variabelnya hampir sama dengan variabel
penelitian ini adalah dari Misnaniarti (2013) tentang analisis kebijakan Pemerintah
Daerah dalam pengembangan Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta
menyambut Universal Health Coverage.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Pemprov Sumsel akan tetap menjalankan peningkatan mutu dan jumlah pemberi
pelayanan kesehatan guna mengatasi perilaku masyarakat yang lebih memilih berobat
ke rumah sakit sehingga mengganggu sistem rujukan.


Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian di atas menjadi acuan dalam penelitian ini karena variabel
yang dikaji memiliki kemiripan yaitu variabel ketersediaan sumber daya manusia
(tenaga kesehatan dan non kesehatan) dan sarana prasarana/fasilitas kesehatan.
Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie. Rumah sakit ini tergolong kelas C dengan
jumlah tempat tidur berturut-turut pada periode 2012-2014 adalah 72 tempat tidur,
99 tempat tidur, dan 185 tempat tidur. Jumlah tempat tidur terbanyak ada di Kelas III
yaitu 95 tempat tidur. Pada umumnya pasien JKN masuk dalam kategori Kelas III,
sehingga sering terjadi kekurangan tempat tidur. Ketika disarankan untuk menempati
Kelas II atau I, pasien cenderung enggan karena berat dengan aturan penambahan
biaya kamar.
Hasil survey pendahuluan di rumah sakit ini, diperoleh data tingginya jumlah
rujukan pelayanan kesehatan JKN dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (13
puskesmas) pada periode 2014 sebanyak 1.561 rujukan. Jumlah meningkat dibanding
tahun sebelumnya (yaitu sebelum diberlakukannya program JKN oleh BPJS),
sehingga jumlah tempat tidur yang ada tidak bisa mengimbangi jumlah pasien yang
dirawat inap. Sebagian pasien menolak menggunakan kamar kelas II atau I karena

adanya penambahan biaya kamar. Sehingga menunggu kamar kosong, ada beberapa
pasien sementara ditempatkan di lorong ruang rawat inap. Dari 1.561 rujukan
pelayanan kesehatan dari 13 puskesmas di Kabupaten Pidie pada periode 2014, yang
dirujuk balik sebanyak 341 rujukan (21,84%). Pelayanan kesehatan yang dirujuk
balik seperti kasus penyakit yang masuk ke dalam kategori 155 jenis penyakit yang

Universitas Sumatera Utara

mampu ditangani oleh puskesmas tapi karena keterbatasan dokter (ada puskesmas
yang tidak memiliki dokter) dan kurangnya kemampuan dokter menangani maka
terpaksa dirujuk ke rumah sakit. Juga pelayanan kesehatan seperti rongent, darah dan
sampel penyakit terpaksa dirujuk karena keterbatasan sarana prasarana medis di
puskesmas. Sedangkan yang dirujuk inap memberi dampak pada tingkat hunian
kamar rawat inap (BOR) rumah sakit yang pada tahun 2012 sebesar 38,41% dan
tahun 2013 sebesar 49,09% meningkat tajam menjadi 93,99% pada tahun 2014.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Bagian Humas,

diketahui bahwa

rujukan pelayanan kesehatan JKN dari fasilitas kesehatan tingkat I ke RSUD Tgk

Abdullah Syafii Kabupaten Pidie, sebagian besar indikasi medisnya masuk dalam 155
jenis penyakit yang bisa ditangani fasilitas tingkat dasar (puskesmas). Hal ini karena
puskesmas ternyata tidak sanggup memberikan pelayana kesehatan. Sehingga setelah
proses pemberian pelayanan kesehatan lanjutan, pasien dirujuk balik ke puskesmas.
Sedangkan rujukan pelayanan kesehatan yang indikasi medisnya memang bukan jenis
penyakit yang mampu ditangani puskesmas akan langsung dirawat inap. Selanjutnya
bila dibutuhkan pelayanan kesehatan yang melebihi kemampuan RSUD Tgk
Abdullah Syafii Kabupaten Pidie, maka akan dirujuk lanjut ke rumah sakit kelas B.
Hasil wawancara dengan 2 Kepala Puskesmas diperoleh informasi bahwa ada
beberapa pelayanan kesehatan yang dirujuk ke rumah sakit yang masuk dalam
kategori 155 penyakit yang harus ditangani di layanan primer. Hal ini diakibatkan
oleh keterbatasan sarana medis di puskesmas seperti alat rontgen dan alat
pemeriksaan darah belum ada. Hasil wawancara dengan 2 orang pasien rujukan

Universitas Sumatera Utara

bahwa sarana prasarana kesehatan yang tersedia di puskesmas memang masih
terbatas sehingga sebagian pasien meminta dirujuk langsung ke rumah sakit.
Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena rujukan pelayanan kesehatan
JKN di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam penelitian dengan

judul: Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tgk Abdullah Syafii
Kabupaten Pidie Aceh.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat-obatan dan
kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan di puskesmas terkait dengan
meningkatnya rujukan pelayanan kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii
Kabupaten Pidie Aceh.
2. Bagaimana manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN dari puskesmas di
RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai
adalah:

Universitas Sumatera Utara


1. Untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat-obatan dan
kelengkapan fasilitas kesehatan di Puskesmas terkait dengan rujukan pelayanan
kesehatan JKN ke RSUD Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.
2. Untuk menganalisis manajemen rujukan pelayanan kesehatan JKN dari
puskesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii Kabupaten Pidie
Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan antara lain:
1. Bagi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi mahasiswa tentang manajemen
rujukan pelayanan kesehatan JKN di rumah sakit.
2. Bagi BPJS, Rumah Sakit dan Puskesmas
Hasil penelitian ini akan memberikan informasi guna upaya membenahi dan
menyempurnakan manajemen rujukan pelayanan kesehatan BPJS.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan referensi, masukan
dan pertimbangan maupun perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang tertarik
melakukan penelitian dengan topik bahasan yang sama tentunya dengan lingkup

yang lebih luas.

Universitas Sumatera Utara