Pengaruh Intellectual Capital dan Struktur Kepemilikan terhadap Maket Value Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Intellectual Capital
2.1.1.1 Pengertian Intellectual Capital
Istilah intellectual Capital pertama kali diperkenalkan oleh Jon Kenneth
Galbraith pada tahun 1969 (Chang dan Hsieh, 2011). Banyak peneliti yang
memberikan konsep intellectual capital yang secara hakikat sama. tapi dengan
cara penyampaian yang berbeda. Edvinsson (2000) mendefinisikan intellectual
capital sebagai gabungan human capital dan structural capital.
Menurut Burr & Girardi (2002) “Modal intelektual adalah produk dari
interaksi antara kompetensi, komitmen, dan pengendalian kerja dari karyawan.
Kapasitas intelektual dari SDM yang dimiliki organisasi dapat dilihat dari kualitas
Kompetensi, komitmen organisasi, dan pengendalian pekerjaan yang dimiliki oleh
Karyawan”. Bontis et al., (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi tiga konstruksi utama dari modal intelektual yaitu human
capital, structural capital, dan customer capital.
Menurut Edvinsson (2000) “Modal intelektual merupakan Potensi
pendapatan di masa depan yang merupakan kombinasi dari modal manusia
(kecerdasan, keahlian, pengetahuan) dan potensi dari orang-orang dalam

organisasi”. Sedangkan menurut Klein dan Prusak (Stewart, 1997) intellectual
capital adalah materi intelektual yang telah difomalisasi, ditangkap, dan
dimaanfaatkan untuk memproduksi aset yang nilainya lebih tinggi. Setiap

Universitas Sumatera Utara

organisasi menempatkan materi intelektual dalam bentuk aset dan sumber daya,
perspektif dan kemampuan eksplisit dan tersembunyi, data, informasi,
pengetahuan, dan mungkin kebijakan. Elemen-elemen dalam modal intelektual
terdiri dari human capital (Modal Manusia), Structural Capital (Modal
Struktural), dan Customer Capital (Modal Pelanggan).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa intellectual capital adalah jumlah dari
apa yang dihasilkan oleh human capital, structural capital, dan customer capital
yang berupa pengetahuan dan kecanggihan teknologi yang dapat memberikan
nilai lebih bagi perusahaan yaitu berupa keunggulan dalam bersaing.

2.1.1.2 Komponen Intellectual Capital
1. Modal Manusia (Human Capital )
Modal Manusia (Human Capital) adalah keahlian dan kompetensi yang
dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya

untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam human capital
yaitu pendidikan, pengalaman, keterampilan. Menurut Bontis (2004) human
capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi,
dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan
filsafatnya. Jika perusahaan berhasil dalam mengelola pengetahuan karyawannya.
maka hal itu dapat meningkatkan human capital. Sehingga human capital
merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam
tiap individu atau dengan kata lain adalah sumber daya manusia yang ada di
dalamnya. Human capital ini mendukung structural serta customer capital.

Universitas Sumatera Utara

2. Modal Struktural (Structural Capital)
Modal Struktural (Structural Capital) adalah infrastruktur yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam
structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten,
merk dagang dan kursus pelatihan. Menurut Pertiwi dan Sakini (2005) structural
capital atau organizational capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang
tersimpan dalam organisasi dan manajemen perusahaan.
Structural capital merupakan infrastruktur pendukung dari human capital

sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun
karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Maka kemampuan karyawan tersebut tidak
akan menghasilkan modal intelektual. Dengan kata lain structural capital adalah
semua hal selain manusia yang berasal dari pengetahuan yang berada dalam suatu
organisasi termasuk struktur organisasi, strategi, rutinitas, software dan hardware
dan semua hal yang nilainya lebih tinggi dari nilai wujudnya.
3. Modal Pelanggan (Customer Capital)
Modal

Pelanggan

(Customer

Capital)

adalah

orang-orang


yang

berhubungan dengan perusahaan yang menerima pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan tersebut. Menurut Sawarjuwono (2003) Customer capital merupakan
komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Customer
capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di luar
perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan, bagaimana
loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Jadi customer capital dapat diartikan

Universitas Sumatera Utara

sebagai kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan
pasar sehingga menghasilkan hubungan baik dengan pihak luar.
Komponen intellectual capital tersebut dapat diukur dengan

melihat

kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah
indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). Value added

ini diperoleh dari selisih antara output dan input. Nilai output adalah revenue dan
mencakup produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijual. Sedangkan
input meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi
barang dan jasa dalam rangka menghasilkan revenue kecuali beban karyawan
yang tidak termasuk dalam input. Beban karyawan tidak termasuk dalam input
karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai.

2.1.1.3 Value Added Intellectual Coefficient
Metode value added intellectual coefficient (VAIC) dikembangkan oleh
Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value
creation efficiency dari asset berwujud (tangible asset) dan asset yang tidak
berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. VAIC merupakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja intellectual capital
perusahaan.
Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin dilakukan, karena
dikonstruksi dari akun- akun dalam laporan keuangan perusahaan(neraca,
laba/rugi).

Universitas Sumatera Utara


Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan
value added (VA). Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai
keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan
nilai (vallue creation). VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.
Output (OUT) merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk
dan jasa yang dijual di pasar., sedangkan input (IN) mencakup seluruh beban yang
digunakan dalam memperoleh revenue. Hal yang penting dalam model ini adalah
bahwa beban karyawan (labour expense) tidak dihitung sebagai biaya (cost) dan
tidak termasuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic
adalah memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value
creating entity).
VA dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital (HC) dan structural
capital (SC). Hubungan lainnya dari VA adalah capital employed (CE), yang
dalam hal ini diberi label dengan VACA. VACA adalah indikator untuk VA yang
diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan
bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada
perusahaan

yang lain,


maka berarti

perusahaan tersebut

lebih

dalam

memanfaatkan capital employed-nya. Dengan demikian, pemanfaatan capital
employed yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan.
Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. ‘Value Added Human Capital’
(VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan
kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan. Konsisten

Universitas Sumatera Utara

dengan pandangan para penulis IC lainnya, Pulic berargumen bahwa total salary
and wage costs adalah indikator dari HC perusahaan.
Hubungan ketiga adalah “structural capital coefficient’ (STVA), yang

menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA
mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan
merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC
bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia independen terhadap value
creation (Pulic: 1999). Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value
creation , maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut.
Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang
hai ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sector industri tradisional
(Pulic, 2000). Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual
perusahaan dengan menjumlahkan koefisien- koefisien yang telah dihitung
sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru
yang unik, yaitu VAIC (Tan et al., 2007).

2.1.2

Nilai Pasar (Market Value)
Nilai pasar atau market value mencerminkan persepsi pasar yang berasal

dari investor, kreditor, maupun stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan
(Abidin, 2000). Nilai pasar dalam penelitian ini diukur dengan Market to Book

Value Ratio (M/B).
Market to Book Value Ratio (M/B) menunjukkan nilai sebuah perusahaan
yang diperoleh dengan membandingkan nilai pasar perusahaan (market valueMV) dengan nilai bukunya (book value- BV). Market value merupakan persepsi

Universitas Sumatera Utara

pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi
perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. Nilai pasar
adalah keseluruhan nilai saham yang dimiliki oleh perusahaan.
Dengan kata lain nilai pasar adalah jumlah yang harus dibayar untuk
membeli perusahaan secara keseluruhan. Naik turunnya nilai pasar perusahaan
dipengaruhi oleh nilai buku perusahaan, tingkat laba, gambaran ekonomi, serta
spekulasi dan kepercayaan diri pada kemampuan perusahaan dalam menciptakan
nilai. Sedangkan nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas
perusahaan berdasarkan pencatatan historis dan biasanya tercantum dalam neraca.
Akan tetapi nilai buku berbeda dengan jumlah total aset dan kewajiban
perusahaan. Dengan kata lain jika perusahaan menjual seluruh aset dan membayar
semua kewajibannya, maka selisih dari jumlah tersebut adalah nilai buku
perusahaan (Najibullah. 2005).
Market to Book Value Ratio (M/B) bertujuan untuk mengukur seberapa

jauh atau selisih antara nilai pasar perusahaan dengan nilai bukunya. Jika ternyata
selisih antara nilai pasar dengan nilai buku perusahaan terlalu jauh (cukup
signifikan), maka menandakan bahwa terdapat “hidden asset” yang tidak
tercantum dalam laporan keuangan perusahaan. Hal ini berati bahwa nilai yang
dilaporkan dalam laporan keuangan sudah tidak berarti lagi. Apabila digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan maka dapat menyesatkan. Karena nilai
perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan bukan nilai perusahaan yang
sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

Telah dilakukan berbagai upaya untuk menyamakan nilai keduanya. Salah
satu caranya adalah dengan menaikkan nilai buku perusahaan. Jika nilai buku
naik, maka M/B juga akan naik sehingga dapat menaikkan persepsi pasar akan
nilai perusahaan. Nilai buku perusahaan dapat ditingkatkan dengan melakukan
berbagai efisiensi yang dapat meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya
perusahaan dengan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan seefisien
dan semaksimal mungkin.

2.1.3 Teori Keagenan (Agency Theory)

Dalam agency theory, mengatur hubungan pemegang saham digambarkan
sebagai hubungan antara agent dengan principal. Dimana manajer sebagai agent
dan shareholder sebagai principal. Agent diberikan mandat oleh shareholder
(principal) untuk menjalankan bisnis demi kepentingan principal (Pujiati dan
Widanar, 2009).
Anthony dan Govindarajan (2003) mengatakan bahwa hubungan agensi
terjadi apabila satu pihak sebagai principal sepakat memakai pihak lain (agent)
untuk melaksanakan beberapa jasa dan dalam melakukannya principal membuat
keputusan otoritas bagi agent. Di dalam perusahaan, pemegang saham adalah
principal dan para manajer (CEO atau CFO) adalah agen mereka. Suatu ancaman
bagi pemegang saham jika manajer bertindak untuk kepentingan sendiri bukan
untuk kepentingan pemegang saham. Dalam kondisi ini masing-masing pihak
memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam
agency theory. yaitu adanya konflik kepentingan.

Universitas Sumatera Utara

Teori keagenan lebih menekankan pada penentuan pengaturan kontrak
yang efisien dalam hubungan antara pemilik dengan agent. Kontrak yang efisien
adalah kontrak yang jelas untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan
kewajiban sehingga dapat meminimumkan timbulnya konflik keagenan. Dalam
teori ini menjelaskan kontrak dimana satu orang atau lebih (owners atau
pemegang saham atau pemilik atau investor) menunjuk seorang lainnya (agen atau
pengurus atau manajemen yang mengelola perusahaan) untuk melakukan
pekerjaan atas nama pemilik. Pekerjaan tersebut termasuk pendelegasian
wewenang untuk pengambilan keputusan. Dalam hal ini, manajemen diharapkan
oleh pemilik untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada secara maksimal
sehingga dapat mensejahterakan pemilik baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang (Rahmayani, 2010).
Teori agensi memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga membuat konflik
kepentingan antara principal dan agent. Manajemen tidak selalu bertindak untuk
kepentingan pemilik karena pada umumnya pemilik memiliki motif yang bersifat
jangka panjang sebaliknya manajemen bersifat jangka pendek. sehingga mereka
cenderung

memaksimalkan

profit

jangka

pendek

dengan

mengabaikan

keuntungan jangka panjang. Adanya perbedaan tujuan dan pemisahan
kepemilikan dan pengendalian perusahaan antara pemilik dan pengelola
perusahaan dapat menimbulkan konflik. Penyatuan kepentingan ini sering
menimbulkan masalah keagenan atau konflik agensi (Jensen dan Meckling, 1976).

Universitas Sumatera Utara

Pengaruh dari konflik antara pemilik dan agen ini akan menyebabkan
penurunan nilai perusahaan. Kerugian inilah yang merupakan agency cost bagi
perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Terdapat tiga jenis agency cost yaitu
biaya pengawasan oleh prinsipal, bonding cost oleh agen, dan kerugian residual.
Biaya pengawasan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk
membatasi aktivitas agen yang berbeda dengan kepentingan prinsipal. Dalam
beberapa situasi tertentu, agen memungkinkan untuk membelanjakan sumber daya
perusahaan (bonding cost) untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang
dapat merugikan prinsipal. Sedangkan kerugian residual merupakan nilai uang
yang ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami prinsipal yang
disebabkan adanya perbedaan keputusan agen dan keputusan yang akan
memaksimumkan kepentingan prinsipal (Rahmayani, 2010).
Untuk mengurangi agency cost dapat dilakukan beberapa cara diantaranya,
pertama adanya kontrak yang efisien (kontrak yang baik antara prinsipal dengan
agen adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi apa saja yang harus
dilakukan manajer dalam mengelola dana investor dan spesifikasi tentang
pembagian return antara manajer dan investor). Kedua, dengan meningkatkan
jumlah kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dengan
meningkatkan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk menyejajarkan
kepentingan manajer dan pemegang saham.
2.1.4 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu
pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan

Universitas Sumatera Utara

keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi
konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Pendekatan
ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan
sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insiders
dan outsiders melalui pengungkapan informasi di dalam pasar modal.
Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan.
Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan. Motivasi pemilik
dan kreditur (corporate governance) dalam proses insentif yang membentuk
motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk
mencapai tujuan perusahaan. Setelah strategi ditentukan maka langkah
selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya
yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kesemua tahapan tersebut tidak terlepas dari peran pemilik dapat
dikatakan

bahwa

peran

pemilik

sangat

penting

dalam

menentukan

keberlangsungan perusahaan. Persentase kepemilikan ditentukan oleh besarnya
persentase jumlah saham terhadap keseluruhan saham perusahaan. Seseorang
yang memiliki saham suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai pemilik
perusahaan walaupun jumlah sahamnya hanya beberapa lembar.
Classens et al., (1999) dalam Wardhani (2006) melakukan penelitian
terhadap struktur kepemilikan di Republik Ceko. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa nilai suatu perusahaan akan lebih tinggi apabila perusahaan tersebut
dimiliki oleh lembaga keuangan yang disponsori oleh bank. Karena akan
menjalankan fungsi monitoringnya dengan lebih baik dan investor percaya bahwa

Universitas Sumatera Utara

bank tidak akan melakukan ekspropriasi atas aset perusahaan disamping juga
perusahaan akan lebih mudah mendapatkan suntikan dana dari bank tersebut.
Dalam penelitian selanjutnya Classens et al., (1999) dalam Wardhani
(2006) menyatakan bahwa kepemilikan oleh bank akan menurunkan kemungkinan
perusahaan untuk mengalami kebangkrutan. Apabila struktur kepemilikan
perusahaan dimiliki oleh dewan direksi atau dewan komisarisnya, maka dewan
tersebut justru akan melakukan tindakan ekspropriasi yang menguntungkannya
secara pribadi. Karena keputusan yang diambil oleh direksi akan lebih cenderung
untuk menguntungkan dirinya dan secara keseluruhan akan merugikan perusahaan
sehingga kemungkinan nilai perusahaan akan cenderung mengalami penurunan.
Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem
kendali perusahaan. Banyaknya jumlah non eksekutif pada dewan direksi dan
fungsi terpisah dari CEO dan pimpinan perusahaan dapat meningkatkan
perputaran direktur pelaksana pada perusahaan yang memiliki kinerja buruk.
Kebanyakan perusahaan emiten di Indonesia memiliki pemegang saham dalam
bentuk institusi bisnis seperti Perseroan Terbatas yang terkadang merupakan
representasi dari pendiri perusahaan.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan memiliki motivasi
yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitor perusahaan serta manajemen
dan dewan direksinya.
2.1.4.1

Kepemilikan Manajerial
Sujoko dan Soebiantoro (2007) dalam Sabrina (2010) mengatakan

bahwa kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen

Universitas Sumatera Utara

perusahaan yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh
manajemen. Struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut
pandang yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan.
Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial
sebagai suatu instrumen atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik
keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan
ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan
manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi
antara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam
perusahaan.
Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya
kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta
memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar kepemilikan
manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk
meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk
memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan. Karena
manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang
diambil. Selain itu manajemen juga ikut menanggung kerugian apabila keputusan
yang diambil oleh mereka salah.

Universitas Sumatera Utara

2.1.4.2

Kepemilikan Publik
Untuk mencapai tujuan utama suatu perusahaan yaitu meningkatkan

nilai perusahaannya, diperlukan pendanaan yang dapat diperoleh baik melalui
pendanaan

internal

maupun

pendanaan

eksternal.

Masalah

pendanaan

berpengaruh pada tingkat kapitalisasi modal. Sumber pendanaan eksternal yang
dimaksud dapat diperoleh antara lain melalui saham dari masyarakat (publik).
Untuk menggerakkan ekonomi secara riil tidak bisa hanya dari konsumsi, secara
fundamental diperlukan investasi. Salah satunya adalah pasar modal terutama
untuk memulihkan kepercayaan investor.
Oleh karena itu diperlukan upaya yang besar dan waktu yang panjang
untuk memulihkan kepercayaan. Jika strategi yang diambil mengundang investasi
langsung di sektor riil. Berdasarkan fakta pasar modal Indonesia digerakkan oleh
investor dengan jumlah terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal
Indonesia belum berakar. Pemerintah perlu memberikan perhatian terhadap
pengembangan pasar modal dengan tujuan untuk membangun pasar modal kita
yang efisien dan berdaya saing kuat.
Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan
meningkatkan proporsi kepemilikan saham oleh masyarakat (publik). Penyertaan
saham oleh masyarakat mencerminkan adanya harapan dari masyarakat bahwa
pihak manajemen perusahaan akan mengelola saham tersebut dengan sebaikbaiknya dan dibuktikan dengan tingkat laba dan kinerja perusahaan yang baik.
Menurut Rosma (2007) kepemilikan publik menunjukkan besarnya private
information yang harus dibagikan manajer kepada publik. Private information

Universitas Sumatera Utara

tersebut merupakan informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer
seperti standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan, keberadaan
perencanaan bonus, dan sebagainya.
Jensen (1976) menyatakan bahwa publik mempunyai peran penting dalam
menciptakan well-functioning government system karena mereka memiliki
financial interest dan bertindak independen dalam menilai manajemen. Semakin
besar persentase saham yang ditawarkan kepada publik. maka semakin besar pula
internal yang harus diungkapkan kepada publik sehingga kemungkinan dapat
mengurangi intensitas terjadinya manajemen laba. Oleh karena itu kepemilikan
publik dianggap berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2.1.4.3

Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh

perusahaan multinasional. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak
yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan (Djakman dan Machmud, 2008).
Menurut Hadi dan Sabeni (2002) bahwa perusahaan asing mendapat
pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar
negeri. Perusahaan asing mungkin memiliki sistem informasi yang lebih efisien
untuk memenuhi kebutuhan internal dan perusahaan induk serta kemungkinan
permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan.
Pemasok, dan masyarakat umum.
Seperti diketahui negara-negara luar terutama Eropa dan United State
merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial seperti

Universitas Sumatera Utara

pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan
seperti efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air (Djakman dan
Machmud, 2008). Hal ini juga yang menjadikan dalam beberapa tahun terakhir
ini. perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi
demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Simerly dan Li, 2001 dalam
Fauzi, 2008).
2.1.5

Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur merupakan industri yang cukup sangat dekat

dengan kehidupan manusia. Manufaktur adalah suatu cabang industri yang
mengaplikasikan mesin, peralatan, tenaga kerja, dan suatu medium proses untuk
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Istilah ini bisa
digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan tangan sampai ke produksi
dengan teknologi tinggi. Namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk
dunia industri bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi pasar
bebas. manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara masal untuk dijual
ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Saleh et al., (2009) telah melakukan penelitian mengenai faktor- faktor
yang mempengaruhi kinerja intellectual capital dari sudut pandang tata kelola
perusahaan khususnya struktur kepemilikan. Saleh et al., (2009) menguji apakah
struktur kepemilikan yang diwakili oleh kepemilikan keluarga, kepemilikan
manajerial, pemerintah dan kepemilikan asing secara signifikan berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

terhadap kinerja intellectual capital perusahaan perbankan di Malaysia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, pemerintah, dan asing
berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital. Sedangkan kepemilikan
keluarga mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja intellectual capital.
Wibowo dan Mailani (2010) dalam penelitiannya mengenai Intellectual
capital serta efeknya terhadap nilai pasar pada studi emiten non perbankan
menyatakan bahwa Intellectual capital tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai pasar perusahaan non perbankan berbeda dengan penelitian Chen
(2005) yang menyatakan bahwa Intellectual capital mempunyai pengaruh positif
yang signifikan terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan.
Steven Firer (2002) melakukan penelitian bertujuan untuk menguji
hubungan antara tingkat pengungkapan intellectual capital dengan tiga faktor
struktur kepemilikan: (1) owenrship diffusion; (2) kepemilikan manajemen; (3)
kepemilikan pemerintah. Hasil menunjukkan bahwa kecenderungan pelaporan
dipengaruhi oleh informasi yang ada. Pelaporan intellectual capital cenderung
lebih sedikit pada perusahaan yang kepemilikannya tidak menyebar. Perusahaan
dengan kepemilikan manajemen yang tinggi lebih sedikit dalam melaporkan
intellectual capital.
Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitiannya terhadap teori keagenan
serta struktur kepemilikan mendukung adanya hubungan linier antara struktur
kepemilikan dan kinerja. Clarke et.al., (2010) dengan menggunakan metode
pengukuran VAIC menyatakan bahwa struktur intellectual capital berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam performance perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian terdahulu tentang intellectual capital dan Struktur Kepemilikan
Tahun. Peneliti. Judul. Variabel. dan Hasil penelitian

No
1.

Nama
Peneliti.
Tahun
Saleh
(2009)

Judul
Ownership
Structure and
Intellectual
Capital
Performance In
Malaysia

Variabel
Variabel
Dependen :
Kinerja
intellectual
Capital

Teknik
Analisis
Analisis
regresi
linier
berganda

Variabel
Independen :
Kepemilikan
keluarga.
Kepemilikan
asing.
Kepemilikan
pemerintah.
Kepemilikan
Manajerial

2

3

Chen et al. (2005)

Wibowo dan
Mailani
(2010)

An empirical
investigation of
the
relationship
between
intellectual
capital and
firms’ market
value
and financial
performance
Analisis
Pengaruh Book
Value.
Economic Value
Added. dan
Intellectual
Capital
Terhadap
Market Value
Perusahaan

Variable
Dependen :
Nilai Pasar.
Kinerja
perusahaan

Analisis
regresi
linier
berganda

Variabel
Independen :
Modal
intelektual
Variabel
Dependen :
Market Value
Per Share
Variabel
Independen :
IC diwakilkan
oleh Book Value
Per Share

Regresi
Linier
Sederhana

Hasil
Kepemilikan
manajerial.
pemerintah dan
asing
berpengaruh
positif terhadap
kinerja
intellectual
capital.
Sedangkan
kepemilikan
keluarga
mempunyai
pengaruh
negatif terhadap
kinerja
Intellectual
Capital
IC berpengaruh
terhadap nilai
pasar dan
kinerja
perusahaan
serta kinerja
keuangan
perusahaan

Variabel IC
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap market
value
perusahaan

Universitas Sumatera Utara

Sambungan Tabel :
Nama
Peneliti.
No
Tahun
4.

5.

Steven Firer
(2002)

Jensen dan
Meckling
(1976)

Judul

Variabel

Firm Ownership
Structure and
Intellectual
Capital
Disclosures

Variable
Independen :
Ownership
Concentration.
Percentage
of
outstanding
Shares.
Government
Ownership

Theory of the
Firm:
Managerial
Behavior.
Agency Costs
and Ownership
Structure

Variabel
Dependen :
Intellectual
Capital
Disclosure
Variabel
Independen :
Ownership
Structure
diwakilkan
dengan inside
equity. outside
equity. debt

Teknik
Analisis
Analisis regresi
linier berganda

Terdapat
hubungan
negatif antara
ICD dengan
OwnDis dan
PerExeOwn.
dan terdapat
hubungan
positif antara
ICD dengan
GLCOwn

Multiple linier
regression

Teori keagenan
serta struktur
kepemilikan
mendukung
adanya
hubungan linier
antara struktur
kepemilikan dan
kinerja
perusahaan

Partial Least
Square
(PLS)

HCE dan SCE
berpengaruh
positif secara
signifikan
terhadap semua
variabel
dependen
sedangkan CEE
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
variabel
dependen
tersebut

Variabel
Dependen :
Agency Cost
6.

Clarke. et.al.
(2010)

Intellectual
Capital and Firm
Performance in
Australia

Variabel
Independen :
Kinerja
Intellectual
Capital. HCE.
SCE. CEE
Variable
Dependen :
ROA.ROE.
Revenue
Growth. and
Employee
Productivity

Hasil

Sumber: diolah dari beberapa hasil penelitian (2014)

Universitas Sumatera Utara

2.3

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dimaksudkan untuk lebih memudahkan penelitian

didalam kelanjutan penulisan skripsi. Dengan adanya kerangka konseptual
diharapkan penulis dapat mendefenisikan setiap variabel yang ada dan
dikembangkan menurut pemikiran sendiri lalu simpulan dapat dibuat sehingga
model penelitian dapat digambarkan.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh Intellectual capital (Value Added Capital Employed. Value Added
Human Capital. Structural Capital Value Added) terhadap Market to Book
Value Ratio (M/B).
2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Market to Book Value Ratio
(M/B).
3. Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Market to Book Value Ratio (M/B).
4. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Market to Book Value Ratio (M/B).
Kerangka pemikiran penelitian tersebut dapat disusun menjadi model
kerangka seperti Gambar 2.1 berikut :
Kinerja Intellectual Capital
VAICTM :
a.

VACA

b.

VAHU

c.

STVA

Struktur Kepemilikan :
a.
b.

c.

Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Publik
Kepemilikan Asing

Nilai Pasar :
Market to Book
Value Ratio
(M/B)

Gambar 2.1
Model kerangka konseptual
Hubungan Kinerja Intellectual Capital dan Struktur Kepemilikan terhadap
Nilai Pasar Perusahaan

Universitas Sumatera Utara

2.4

Hipotesis
Hipotesis merupakan harapan peneliti berkenaaan dengan hubungan antara

dua atau lebih variabel yang kebenarannya perlu diuji lebih lanjut melalui
pengumpulan data. Sehingga dapat berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap
masalah penelitian (Kuncoro. 2003).
Berdasarkan perumusan masalah tersebut dapat diambil hipotesis yaitu :
1. Value Added Capital Employed (VACA) mempengaruhi Nilai Pasar (Market to
Book Value).
2. Value Added Human Capital (VAHU) mempengaruhi Nilai Pasar (Market to
Book Value).
3. Structural Capital Value Added (STVA) mempengaruhi Nilai Pasar (Market to
Book Value).
4. Kepemilikan Manajerial mempengaruhi Market to Book Value (M/B).
5. Kepemilikan Publik mempengaruhi Market to Book Value (M/B).
6. Kepemilikan Asing mempengaruhi Market to Book Value (M/B).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Return on Asset Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 10 108

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Intellectual Capital, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009

1 5 15

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Intellectual Capital, Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 200

0 3 17

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 117

Pengaruh Intellectual Capital dan Struktur Kepemilikan terhadap Maket Value Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Intellectual Capital dan Struktur Kepemilikan terhadap Maket Value Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Intellectual Capital dan Struktur Kepemilikan terhadap Maket Value Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 18

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 3 21

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 14