Dominasi Dan Dinamika Etnis Melayu Dalam Pemilihan Kepala Desa Kwala Gunung Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara Chapter III IV

BAB III
HUBUNGAN ANTAR SUKU DAN ANALISIS

III.1. Hubungan Harmonis Suku Melayu-Jawa di Kwala Gunung
Etnisitas atau kesukuan merupakan istilah yang relatif baru. Konotasi arti
yang terkandung dalam istilah tersebut lebih dipergunakan untuk menunjuk
kandungan sifat-sifat atau kualitas kesukubangsaan, karenanya etnisitas dapat pula
diartikan sebagai “kesukubangsaan“. Pada hakekatnya, berbagai konsepsi ethnic
group atau suku bangsa yang selama ini ada, lebih berpangkal dari konsep
budaya, karenanya keaneka ragaman suku bangsa juga tergantung dari sudut
manakah kebudayan didefinisikan.
Semakin beraneka ragam suku bangsa disuatu negara, maka semakin
banyak terdapat variasi perbedaan kebudayaan, karena jika hanya mendasarkan
konsepsi hukum bangsa semata tidak cukup dipakai untuk menganalisis etnisitas
berbagai perbedaan yang ada, tidak selalu dapat dianggap etnisitas sepanjang
diantara mereka terjadi efektivitas relasi yang mencerminkan suatu tinggi
rendahnya level integrasi sosial. Dengan kata lain, bahwa fenomena utama dari
masalah etnisitas yang dianggap sebagai masalah kesukubangsaan apabila
interaksi mereka cukup rendah, karena itulah banyak ahli cenderung menilai
bahwa etnisitas adalah lebih merupakan fenomena politik.
Studi


etnisitas

penting

bagi

suatu

negara

yang

plural,

agar

keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional

51

 

Universitas Sumatera Utara

kearah terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan
tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan loyalitas dan solidaritas diantara
kebudayaan yang berbeda. Untuk menuju bagian dari masyarakat yang lebih luas,
misalnya sebagai satu nation state, pada dasarnya ada tiga masalah pokok yang
dibahas dalam etnisitas.
Pelaksanaan pemilihan kepala desa di Indonesia sering menimbulkan
permasalahan di daerah-daerah di Indonesia seperti konflik yang terjadi pada saatsaat momentum pelaksanaan pemilihan kepala desa di desa yang memiliki etnis
yang heterogen. Pemahaman etnisitas penting bagi suatu daerah atau desa, agar
keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional
kearah untuk terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan
tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan, loyalitas dan solidaritas
diantara kebudayaan yang berbeda yang ada di desa-desa tersebut.
Permasalahan yang timbul di daerah yang merusak dan mengancam
stabilitas nasional seperti:
-


Pertama, budaya politik etnis dalam pemilihan kepala Daerah.

-

Kedua,

mental

pejabat

birokrasi

yang

mengedepankan

jiwa

etnosentrisme pada etnis lain.
-


Ketiga, kurangnya pemahaman Pancasila dan konstitusi terhadap hakhak bernegara.

-

Keempat, budaya kompetisi tidak sehat.

-

Kelima, kesadaran dari etnis lain terhadap kebudayaan lokal.

52
 

Universitas Sumatera Utara

-

Keenam, etnis pendatang tidak mampu melakukan asimilasi dan
akulturasi didaerah yang dia tempati.


Ide

multikulturalisme

pada

dasarnya

adalah

gagasan

mengatur

keberagaman dengan prinsip dasar pengakuan dengan keragaman itu sendiri
(politics of recognition). Lebih jauh lagi, gagasan ini menyangkut pengaturan
relasi antara kelompok mayoritas dan minoritas. Diskursus ide yang berkaitan
dengan kesukuan sejauh ini berkaitan dengan penghargaan eksistensi masyarakat
dan stabilisasi pengakuan terhadap kelompok minoritas baik dari sisi etnis

maupun kepercayaan.
Gelombang pasang diskusi multikulturalisme sebagai ide tak bisa
dilepaskan dari keterbatasan teori demokrasi yang saat ini ada, menyangkut upaya
menjawab pertanyaan seperti apa sebuah daerah demokratis mengelola isu
keberagaman kelompok etniskultural. Dalam konteks ini gagasan heterogenisasi
digunakan oleh banyak kalangan. Multikulturalisme sesungguhnya merupakan
salah satu dari sebagian alternatif pemikiran dalam mengelola keberagaman.
Alternatif lain yang tersedia adalah otonomi territorial dan non territorial
power sharing atau yang lebih dikenal sebagai demokrasi konsensual. Inti
gagasan yang terakhir ini adalah representasi politik berdasarkan keberadaan
kelompok yang ada disebuah masyarakat. Gagasan yang dikenal sebagai power
sharing ini lebih jauh lagi mendasarkan diri pada prinsip sebagai berikut:
-

Pertama, ide proporsionalitas.

-

Kedua, koalisi besar dikabinet.


53
 

Universitas Sumatera Utara

-

Ketiga, pemilikan hak veto.

-

Keempat, pemberian otonomi pada kelompok minoritas, misalnya
pemberian hak pemerintahan sendiri44.

Pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa karakteristik hubungan antar etnis
disebuah daerah masing masing memiliki upaya untuk mendapatkan pengakuan
terhadap eksistensi kelompok minoritas lewat ide multikulturalisme menyangkut
hak menggunakan bahasa ibu bagi masing-masing kelompok dan upaya
institusionalisasi ide multikulturalisme ini tidak mudah.
Disamping kebutuhan perangkat hukum dan infrakstruktur pengaturan

teknis yang amat rumit, ide ini memiliki nilai politis yang sangat kuat yakni
sebagai syarat bagi keharmonisasian suatu wilayah (daerah). Lebih jauh lagi
adalah pertanyaan sejauh mana hak-hak kelompok minoritas ini dapat dieksekusi
apabila dikaitkan dengan eksistensi nation state disisi lain. Apakah ide liberal ini
akan mentoleransi kemungkinan praktek liberal oleh kelompok minoritas itu
terhadap komunitasnya. Terlepas dari pandangan kritis diskursus ide ini dilevel
akademik dan rumitnya pengejewantahan gagasan ini di level praktis, mulai
tampaknya raut keterbatasan teoritisasi liberal tentang pengelolaan pluralitas dapat
terus menjadi remantik bagi keberlangsungan diskusi ini ke depan.
Pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung pada tanggal 26 Mei 2015
lalu merupakan bentuk yang nyata suatu wilayah menununjukan harmonisasinya.
Setiap suku baik itu suku mayoritas Jawa (62%) serta suku yang lebih minoritas
                                                            
44

Ibid., Syamsuddin Haris.,Hal.27.

54
 


Universitas Sumatera Utara

seperti suku Melayu (24%), suku Batak (65%) dan 8% suku lainnya menunjukan
keberagaman yang sangat maksimal.
Hal ini diperkuat oleh Bapak Abdul Latif yang mengatakan:
“Kesadaran tentang keberagaman terhadap konstitusi membuat
masyarakat dan pemerintah desa di sini tidak diskriminasi atas etnis
lain yang hidup dan berdomisili didaerah di Desa Kwala Gunung.
Disamping itu etnis lain selain dari suku Jawa yang mayoritas
diberikan pengetahuan tentang tradisi masyarakat lokal, dengan tujuan
etnis lain yang minoritas dapat berinteraksi dengan etnis mayoritas di
Kwala Gunung, siapa yang mampu mengharmonisasikannya dia yang
akan jadi pemimpin disini dan Jum’ah Haidiryah sangat mampu” 45 .
Dengan strategi ini, konflik yang terjadi dimasyarakat dapat diminimalisir,
karena masing-masing etnik punya peranan yang sama dalam mensukseskan
pembangunan di Desa Kwala Gunung. Wujudnya adalah ketika pada perayaan
hari-hari besar negara, seluruh etnis dipersatukan dalam kegiatan, baik kegiatan
olahraga, kesenian maupun dalam kehidupan keagamaan atau perayaan budaya
dari masing-masing etnis.
Interaksi yang terlihat dan telah menjadi tradisi pada sebagian masyarakat

yang ada di Kwala Gunung, adalah tradisi yang ada pada etnis Jawa, dalam
penyelenggaraan yang tadinya hanya bersifat rasa syukur kepada sang pencipta
atas keberhasilan panen, yang diwujudkan dalam kegiatan perayaan ritual
keagamaan. Telah menjadi tradisi pada sebagian mayarakat penduduk Kwala
Gunung yang juga di rayakan semua etnis di desa tersebut.
                                                            
45
Wawancara dengan Bapak Abdul Latifyang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung
sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib. 

55
 

Universitas Sumatera Utara

Hal ini menunjukan antara etnis Jawa dan etnis lain terjalin hubungan
yang sangat harmonis. Sehingga etnis Jawa dan enis Melayu serta etnis lain
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Kwala
Gunung. Kemudian untuk menelusuri interaksi antar etnik lain, kita dapat melihat

Desa Kwala Gunung dalam bidang perekonomian dikuasai secara merata oleh
etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Batak dan etnis yang lain dalam berbagai bentuk
usaha. Ini dapat dilihat dari kepemilikan usaha-usaha yang dapat menggerakkan
perekonomian di Desa Kwala Gunung ini.
Secara teori, hubungan dominasi etnis sendiri pada dasarnya sudah
mengandung kekerasan struktural, karena bukan merupakan hubungan setara,
melainkan ditandai oleh keunggulan dominan satu pihak dan ketergantungan pada
pihak lain. Kalau dominasi ini kemudian menimbulkan represi langsung oleh
pihak yang kuat dalam bidang politik, atau perbedaan yang terlalu besar dalam
penguasaan aset dan penghasilan ekonomi, maka cepat atau lambat akan muncul
perlawanan dari pihak yang mengalami deperesi atau ketergantungan.
Hal ini di perkuat oleh bapak Abdul Latif yang mengatakan :
“Jika kepemimpinan Jum’ah Haidiryah yang merupakan suku melayu
tidak maksimal bisa menyebabkan konflik antara pihak yang menguasai
dan pihak yang merasa dikuasai, yang apabila mengalami peningkatan,
dapat berkembang menjadi kekerasan. Peran strategi komunikasi juga
sangat diperlukan dalam pengelolaan konflik terutama pada konflik
laten di Desa Kwala Gunung” 46.
                                                            
46

Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang kbjmerupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung
sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib. 

56
 

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi harmonis antar suku merupakan kunci Jum’ah Haidiryah
menjaga toleransi suku. Komunikasi merupakan kunci dalam mengelola konflik,
dengan komunikasi seseorang dapat mengelola konflik kearah yang lebih baik.
Komunikasi yang baik dapat membantu pihak yang bertikai mengidentifikasi
masalah serta dapat memahami masalah dari sudut pandang masing-masing pihak.
Komunikasi dapat mencegah konflik di Desa Kwala Gunung, apabila aktor
komunikasi menggunakan pesan yang dapat diterima secara psikolog dan sosial
oleh para pihak yang terlibat komunikasi, dan jika salah satu atau semua aktor
komunikasi menghormati simbol adat, suku, agama dan kepercayaan, serta jika
salah satu aktor atau semua aktor komunikasi mau dan mampu menempatkan diri
atau setara dengan pihak yang lain.
Strategi komunikasi harmonisasi etnis merupakan strategi komunikasi
Jum’ah Haidiryah untuk mengelola konflik di Desa Kwala Gunung. Dengan pola
hubungan yang dipenuhi dengan suasana saling mendukung dan bukan pola
hubungan yang menang sendiri di Desa Kwala Gunung, pola hubungan yang
saling bergantung atau membutuhkan dan bukan pola hubungan dimana kedua
pihak saling menandingi di Desa Kwala Gunung, pola hubungan yang
ditunjukkan dengan kemajuan dan bukan menunjukkan kemunduran di Desa
Kwala Gunung dan hubungan yang diisi dengan saling percaya dan optimisme
kerjasama dalam mencapai tujuan bersama, bukan tujuan bersama yang diisi
dengan saling tidak percaya dan pesimisme untuk mencapai tujuan bersama di
Desa Kwala Gunung.

57
 

Universitas Sumatera Utara

Secara garis besar masyarakat Desa Kwala Gunung adalah masyarakat
religius dengan prinsip keagamaan yang bersumber pada kegamaan yang
harmonis, ditambah dengan agama Islam menjadi agama mayoritas di derah
tersebut. Hal inilah yang memperkuat harmonisasi interaksi antar etnis di Desa
Kwala Gunung Sebagai perekat persaudaraan antar etnis. Kesadaran seperti ini
akan membuat pemerintah daerah dan masyarakat Desa Kwala Gunung
khususnya memperlakukan etnis lain diluar etnis Jawa dan Melayu mendapatkan
hak yang sama bahkan pada jabatan politik tertinggi di desa itu sebagai kepala
desa tidak dipersoalkan oleh masyarakat Desa Kwala Gunung.
Interaksi antar etnis yang harmonis menjadi harapan semua desa di
Indonesia. Setelah melihat tragedi yang terjadi di negara lain yang porak poranda
karena etnis, hal ini harus kita hindari bersama, sehingga upaya yang harus
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah memperlakukan semua etnis yang ada di
Desa Kwala Gunung secara adil dan merata dalam semua kegiatan dan kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah desa.
Data sesuai dengan fakta yang ada pada Desa Kwala Gunung termasuk
salah satu daerah yang ada di Indonesia yang menunjukan tentang kehidupan
antar etnisnya sangat harmonis. Hal inilah tentang seperti apa upaya pemerintah
desa dalam membina kehidupan antar etnis yang ada di Desa Kwala Gunung.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa dan pemerintah daerah di kecamatan
Lima Puluh memperlakukan semua etnis di Desa Kwala Gunung, sama dengan
etnis lokal, selanjutnya perlakuan masyarakat Desa Kwala Gunung pada etnis lain

58
 

Universitas Sumatera Utara

diluar Desa Kwala Gunung (etnis lainnya) adalah melibatkan mereka dalam
semua aktivitas, misalnya setiap tanggal 17 Agustus dilaksanakan perayaan
olahraga dan kesenian, seluruh masyarakat dilibatkan tak terkecuali etnis diluar
Jawa dan Melayu di Desa Kwala Gunung.
Hal ini dipertegas oleh Bapak Syahmidun yang mengatakan:
“Selain itu pembinaan interaksi antar etnis dilakukan dengan melalui
penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah daerah pada generasi
muda melalui peran karang taruna yang ada pada kecamatan Lima
Puluh dan Desa Kwala Gunung, desa-desa yang ada, kegiatan seperti
ini sangat efektif karena pemerintah daerah memiliki rasa tanggung
jawab yang sama pada seluruh etnis yang ada di Desa Kwala Gunung.
Dengan kegiatan seperti itu seluruh komponen masyarakat Desa Kwala
Gunung merasa diperhatikan oleh pemerintah desa. Sehingga dengan
demikian hal itu akan membuat kehidupan antar etnis Desa Kwala
Gunung menjadi semakin harmonis” 47.

Pemerintahan daerah merupakan perpanjangan pemerintahan pusat yang
ada di daerah, pemerintahan desa adalah bagian dari pelaksanaan organisasi
negara dalam hal melaksanakan fungsi pemerintahan di desa. Kita ketahui
bersama bahwa tanggung jawab pemerintah daerah dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan sistem desentralisasi adalah dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang telah diberikan kewenangan dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Termasuk dalam hal stabilitas didaerahnya.

                                                            
47

Wawancara dengan Bapak Syahmidun merupakan Tokoh Masyarakat etnis Jawa Kwala
Gunung di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul. 08.00 wib. 

59
 

Universitas Sumatera Utara

Persoalan etnis kalau tidak dicermati dengan baik, akan menjadi
penghambat dalam melaksanakan pembangunan didalam negeri khusunya Desa
Kwala Gunung, pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat untuk
menjawab tuntutan pemerintah daerah yang menghendaki adanya sistem
desentralisasi kekuasaan, yaitu daerah meminta sebagian kewenangan dan potensi
pendapatan asli daerahnya dikelola oleh daerah untuk kepentingan kesejateraan
masyarakat Desa Kwala Gunung.
Menyadari hal itu, maka konsep pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah desa di Desa Kwala Gunung harusnya berwawasan nusantara artinya
konsep ini mewajibkan kepada kita terutama pemerintah daerah agar supaya untuk
bersikap adil dan bijaksana terhadap etnis yang ada di Desa Kwala Gunung.
Pembinaan etnisitas harus menjadi perhatian pemerintah desa untuk dapat
menghindari perilaku etnosentrisme dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
dapat mengancam stabilitas daerah.
Pembinaan etnisitas didaerah mengenai masalah etnisitas menjadi
tanggung jawab bersama dengan pemerintah pusat dimana salah satu tujuan
pembinaan stabilitas nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional
sangat dipengaruhi oleh interaksi yang baik antar etnis yang sama-sama
diinginkan oleh etnis yang ada. Ketika terjadi problem antar etnis didaerah, secara
langsung akan mengancam stabilitas keamanan di desa tersebut. Oleh karena itu
pemerintah Desa Kwala Gunung yang dipimpin Jum’ah Haidiryah (etnis Melayu)
selama ini mengharapkan kepada pemerintah daerah untuk dapat membantu

60
 

Universitas Sumatera Utara

membina keharmonisan antar etnis di Desa Kwala Gunung. Harmonisasi yang
dibangun oleh Jum’ah Haidiryah untuk periode ketiga memimpin Desa Kwala
Gunung menunjukan kemampuannya menjaga stabilitas keharmonisan antar etnis.
Apabila

selama

ini

Jum’ah

Haidiryah

(Melayu)

tidak

mampu

menyelesaikan keharmonisan tentu dia tidak akan terpilih untuk ketiga kalinya
dan pasti akan diambil alih suku lain diluar Melayu dan berpotensi mengakibatkan
permasalahan etnis. Permasalahan etnis merupakan suatu masalah nasional kalau
pembinaan etnis tidak mampu menumbuhkan rasa kebangsaan kepada etnis
disemua daerah, akan mengancam integritas desa termasuk di Desa Kwala
Gunung. Oleh karenanya pembinaan etnis harus menjadi perhatian oleh semua
komponen bangsa ini sehingga tidak menjadi ancama di Desa Kwala Gunung.
Caranya adalah dengan menanamkan rasa kebangsaan dan memberikan
pemahaman Pancasila sebagai dasar Negara dan konstitusi pada generasi antar
etnis yang ada di daerah.

III.2. Ketokohan yang Kuat
Politik berbasis ketokohan merupakan jenis politik yang terfokus pada
tokoh dan cenderung mengabaikan organisasi dalam memobilisasi dukungan yang
ada. Kecenderungan ini terlihat dari dominannya peran aktor politik dibandingkan
dengan etnis atau organisasi yang menaunginya. Hal ini ditandai dengan
munculnya aktor-aktor di tingkat lokal yang menjadi pemimpin dan pejabat publik
meskipun tidak mempunyai basis dukungan partai politik yang kuat.

61
 

Universitas Sumatera Utara

Kemunculan fenomena politik berbasis ketokohan ini tidak terlepas dari
kecenderungan perilaku memilih masyarakat Indonesia yang bersifat psikologis.
Ketokohan merupakan faktor yang penting dalam membentuk pilihan politik
masyarakat Indonesia. Temuan ini sekaligus menyatakan bahwa perilaku memilih
masyarakat Indonesia semenjak pemilu 1955, cenderung dipengaruhi oleh faktor
sosiologis atau budaya, seperti agama, etnisitas, wilayah, dan kelas sosial.
Pengaruh ketokohan di Desa Kwala Gunung, kecamatan Lima Puluh
sangat meyakinkan. Kepribadian kandidat atau peran ketokohan mempunyai
pengaruh yang kuat dalam membentuk perilaku memilih. Bukti kuatnya pengaruh
ketokohan Jum’ah Haidiryah dapat dilihat dari fenomena kemenangannya pada
tiga kali pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung periode 2004-2009,
periode 2009-2015 dan 2015-2020. Dalam studinya tentang pengaruh kepribadian
disimpulkan bahwa ketokohan Jum’ah Haidiryah merupakan faktor yang paling
kuat dalam mempengaruhi pilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Keputusan
akhir pemberian suara dalam pemilu sangat dipengaruhi oleh kesukaan terhadap
tokoh desa tersebut.
Di antara calon yang terdaftar dalam pemilihan kepala desa, Jum’ah
Haidiryah adalah sosok yang paling disukai oleh pemilih, di atas Jumali 387 suara
dan Rudi Hartono 227 suara. Temuan ini menunjukkan bahwa keberhasilan
Jum’ah Haidiryah sangat jelas berhubungan dengan evaluasi positif pemilih atas
diri Jum’ah Haidiryah yang bersuku melayu mengalahkan tokoh yang bersuku
Jawa yang merupakan suku mayoritas di Desa Kwala Gunung.

62
 

Universitas Sumatera Utara

Pemilihan Kepala Desa di Desa Kwala Gunung ini menghasilkan temuan
menarik bahwa secara umum, kecenderungan demokrasi di Indonesia saat ini
mengarah kepada politik berbasis pada ketokohan atau “figure-based politics”,
yaitu jenis politik yang terfokus pada figure-figur individual. Hal ini ditandai
dengan munculnya aktor-aktor di tingkat lokal yang menjadi pemimpin dan
pejabat publik meskipun tidak mempunyai basis organisasi dan kesukuan yang
kuat. Sejalan dengan munculnya politik berbasis ketokohan,temuan lain yang
cukup menarik di Desa Kwala Gunung ini adalah munculnya fenomena politik
populisme. Populisme yang dimaknai sebagai pemerintahan yang lebih
mengutamakan kepentingan rakyat dan dekat dengan rakyat, seolah menjadi gaya
baru bagi para elit lokal yang akan berlomba dan tengah menduduki jabatan
publik khususnya pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung ini.
Lahirnya elit lokal seperti Jum’ah Haidiryah merupakan bukti bahwa
politik populisme telah menjadi sebuah “tren” yang ditunggu-tunggu oleh rakyat.
Munculnya politik populisme menjadi pertanda bahwa hubungan patron-klien
(elit-massa) yang berkembang di Indonesia, cenderung di dasarkan atas hubungan
kharismatik, bukan berbasiskan program-progam politik yang lebih bersifat
transparan dan akuntabel. Apabila ditelisik lebih dalam, dinamika pemilu, pilpres,
dan pilkada di Indonesia dewasa ini tidak terlepas dari pengaruh sosok kandidat
dalam setiap ajang pertarungan dalam merebut hati pemilih. Tidak bisa dinafikan
bahwa pemilih cenderung melihat ukuran figuritas dari seorang kandidat
ketimbang organisasi ataupun kesukuan yang mengusungnya. Mungkin saja

63
 

Universitas Sumatera Utara

alasan yang sederhana adalah pergeseran orientasi tersebut seiring dengan adanya
perubahan dalam tatanan di Desa Kwala Gunung tersebut, sehingga pemilih
mempunyai kecenderungan untuk memilih orang yang dikenal daripada
mendasarkan basis politik kesukuan tertentu.
Pada studi efek kualitas tokoh atau pemimpin terhadap perilaku memilih
dan sikap partisan, konsep kualitas tokoh dipahami seperti yang dipersepsikan
oleh pemilih. Secara umum kualitas tersebut mencakup sejumlah dimensi; yaitu
kompetensi, integritas, ketegasan, empati, dan kesukaan calon yang akan
bertarung pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala Gunung. Berkaitan dengan
pilihan politik dalam pemilihan kepala desa, efek kualitas tokoh juga terlihat pada
pilihan politik seseorang tokoh. Efek ini terlihat lebih kuat dan konsisten apabila
dibandingkan dengan pemilu legislatif pada umumnya yang rentan akan politik
uang. Secara umum, penilaian atas kualitas tokoh berhubungan erat dengan
pilihan atas calon kepala desa. Semakin positif penilaian terhadap kualitas
personal seorang tokoh, semakin besar pula probabilitas calon tersebut untuk
dipilih. Efek ini tetap sangat signifikan dalam tiga kali pemilihan kepala desa
yang terakhir meskipun dikontrol dengan faktor-faktor lain yang dinilai penting
dalam mempengaruhi pilihan calon kepala desa, terutama identitas kesukuan.
Terlepas dari berbagai faktor tersebut,afeksi positif pada tokoh mendorong
pemilih memilih Jum’ah Haidiryah menang dengan 406 suara disusul oleh Jumali
387 suara dan Rudi Hartono 227 suara pada pemilihan kepala desa di Desa Kwala
Gunung yang lalu.

64
 

Universitas Sumatera Utara

Hal ini diperkuat oleh Bapak Abdul latif yang mengatakan:
“Kualitas Personal calon kepala desa menunjukkan populasi pemilih di
Desa Kwala Gunung mendambakan calon kepala desa yang jujur atau
bisa dipercaya. Jujur atau bisa dipercaya adalah kualitas personal
paling penting yang harus dimiliki oleh kepala desa. Hal ini
menunjukkan bahwa bagi pemilih pada umumnya, kualitas personal
kepala desa yang ditandai oleh sifat jujur, justru menjadi ukuran yang
paling penting dibandingkan kepintaran, ketegasan, dan wibawa seorang
calon kepala desa” 48.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa kepribadian calon kepala desa ternyata
berpengaruh positif terhadap perilaku pemilih. Apabila seorang kandidat dinilai
memiliki sifat-sifat positif oleh pemilih, maka semakin tinggi pula preferensi
memilih terhadap calon tersebut. Kemudian temuan lain dari pemilihan kepala
desa di Desa Kwala Gunung menyatakan bahwa variabel kepribadian kandidat
bertujuan untuk mengukur keyakinan mengenai pribadi kandidat di mata pemilih,
misalnya jujur, dapat dipercaya, dapat mengambil keputusan, terpelajar, pandai,
berpengalaman, kuat, ramah, dan memenuhi kualifikasi.
Efek figuritas (ketokohan) juga dipercaya menjadi faktor penentu pilihan
politik seseorang. Perilaku pemilih pada pemilukada di Desa Kwala Gunung
menegaskan bahwa bahwa figuritas mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
pilihan politik seseorang. Perilaku pemilih berdasarkan ketokohan dipengaruhi

                                                            
48

Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung
sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib 

65
 

Universitas Sumatera Utara

oleh pertimbangan popularitas, kemampuan, dan track record yang dimiliki oleh
seorang kandidat seorang kepala desa.
Hal ini diperkuat oleh Bapak Syamidun yang mengatakan:
‘Secara umum pemilih di Desa Kwala Gunung lebih melihat figur
kandidat daripada latar belakang organisasi yang mengusungnya.
Artinya Pemilih di desa Kwala Gung semakin terbuka dalam
menentukan pilihan politiknya. Orientasi pemilih di daerah tersebut
lebih bersifat klasik, yakni mendasarkan pilihannya politiknya pada isu
ketokohan, harmonisasi, kandidat, dan ekonomi” 49.

III.3. Visi Misi Membangun
Pelaksanaan pemilihan umum termasuk pemilihan kepala desa dengan
bebas, rahasia, jujur, dan adil sehingga pilkada langsung dapat menjadi suatu
sistem rekruitmen pejabat publik yang dapat memenuhi parameter demokrasi. Hal
ini berlanjut ke pemilihan kepala desa di Kwala Gunung. Saat ini pemilihan
kepala desa telah menjadi agenda penting bagi setiap desa. Calon kepala desa
fokus pada mengefektifkan strategi pendekatan kepada pemilih di pemilihan
kepala desa, maka seorang kontestan dituntut harus mampu memasarkan dirinya
ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan kemajuan jaman dan keterbatasan di
daerah pemilihan. Metode pemasaran politik (political marketing) merupakan
strategi kampanye yang sedang disukai saat ini, secara sadar ataupun tidak
pendekatan marketing dalam dunia politik telah dilakukan oleh para kontestan
untuk dapat menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada pemilih (warga).
                                                            
49

Wawancara dengan Bapak Syahmidun merupakan Tokoh Masyarakat etnis Jawa Kwala
Gunung di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal 23 Januari 2016, Pukul. 08.00 wib. 

66
 

Universitas Sumatera Utara

Pemilih yang memiliki pengetahuan politik lebih luas akan memberikan
perhatian lebih pada isu-isu kebijakan dan kesamaan ideologi, sedangkan pemilih
dengan pengetahuan politik yang lebih sedikit, cenderung untuk memilih
berdasarkan partai yang ada sejak lama dalam menangani permasalahan politik,
walaupun beberapa pemilih melakukan evaluasi terhadap kandidat lewat
pendekatan yang didasarkan pada ingatan, kebanyakan pemilih melakukan proses
evaluasi tersebut dengan suatu pola tertentu.
Pemilih dengan pengetahuan politik yang lebih sedikit akan menggunakan
pendekatan berdasarkan ingatan, dengan proses memasuki tempat pemungutan
suara dan mengambil keputusan lewat pertimbangan yang dapat pemilih
munculkan dalam benak pemilih pada saat tersebut, sementara pemilih yang lain
dengan pengetahuan politik yang lebih luas, akan melakukan pendekatan yang
terproses, mengkonstruksikan evaluasi dari masing-masing kandidat selama
kampanye berlangsung, dan akan menggunakan hasil evaluasi tersebut ketika
memberikan suara di bilik pemungutan suara.
Desa Kwala Gunung Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu daerah
otonom di Indonesia yang baru selesai menggelar pemilihan kepala desa pada Mei
2015, secara umum proses pemilihan kepala desa di Kwala Gunung dengan lancar
dan damai. Beberapa hal yang sangat menarik pada pesta demokrasi di Desa
Kwala Gunung ketika menilik dari kandidat pasangan calon di Desa Kwala
Gunung Jum’ah Haidiryah pada 26 Mei 2015 yang lalu adalah periode ketiganya
memimpin Desa Kwala Gunung setelah dua periode sebelumnya yaitu, periode

67
 

Universitas Sumatera Utara

2004-2009 dan periode 2009-2015. Pada Pemilihan kepala desa 26 Mei 2015 yang
lalu Jum’ah Haidiryah (Melayu) bertarung dengan Jumali (Jawa) dan Rudi
Hartono (Jawa). Sehingga strategi dan konsep pemasaran politik yang diterapkan
Jum’ah Haidiryah sangat menarik dalam proses pemilihan kepala desa di Desa
Kwala Gunung.
Hal ini diperkuat oleh Bapak Jum’ah Haidiryah yang mengatakan :
“Pertimbangan yang menjadi tolok ukur pemilih rasional adalah
hitungan untung rugi yang akan dia dapatkan ketika ia menjatuhkan
pilihan politiknya terhadap salah Calon tertentu dalam setiap pemilihan.
Dalam tradisi pemilih rasional, seorang akan memilih kandidat yang
bisa memaksimalkan keuntungan (setidaknya kepentingan pribadi) dan
meminimalisir kerugian. Salah satu hal yang turut menjadi pertimbangan
pemilih dalam pemilu adalah isu atau program kerja Calon kepala desa
yang sedang berkompetisi di Desa Kwala Gunung. Pertimbangan ini
cukup beralasan karena pemilih tidak akan serta merta memberikan
suaranya kepada partai atau calon presiden yang tidak mempunyai
program kerja yang jelas” 50.

Program kerja calon kepala desa sejatinya merepresentasikan kebijakan
sang calon dan janji-janji yang akan diberikannya apabila Calon kepala desa
tersebut terpilih. Progam kerja dan janji-janji ini dapat mempengaruhi
pertimbangan pemilih mengenai kebijakan sosial dan ekonomi, khususnya
yang terkait dengan urusan publik.

                                                            
50

Wawancara dengan Bapak Jum’ah Haidiryah yang juga merupakan Calon kepala desa Incumbent
yang memenangkan pemilihan kepala desa 26 Mei 2014 di kediamannya di Desa Kwala Gunung
pada 24 Januari 2016. 

68
 

Universitas Sumatera Utara

Pemilih sebenarnya sedang mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
yang akan dia peroleh manakala sang calon kepala desa terpilih menjadi kepala
desa. Implikasinya, tiap pemilih akan memberikan suara untuk kandidat yang
diperkirakan akan memberikan keuntungan yang lebih besar kepada dirinya.
Pemilih akan memilih kandidat yang memiliki kebijakan yang dapat
memaksimalkan aliran keuntungan yang akan pemilih dapatkan sebagai
warganegara daripada kandidat yang tidak dapat memberikan keuntungan.
Calon pemilih akan melihat tipe pemimpin ideal menurut pemilih dalam
pemilihan kepala desa yang menunjukkan bahwa salah satu tipe kepala desa yang
ideal adalah pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas. Melalui visi dan
misi inilah rakyat bisa mengetahui program-program kerja pemimpinnya dan juga
bisa mengetahui ke mana negara akan dibawa, apakah ke arah yang lebih baik
atau malah lebih buruk dalam pemilu presiden 2014, program kerja calon presiden
yang terkait isu buruh dapat dilihat dari visi dan misi calon presiden yang sudah
mendaftar.
Hal ini dipertegas oleh Bapak Jum’ah Haidiryah yang mengatakan :
“Rasional pemilih di Desa Kwala Gunung ditentukan oleh faktor yang
berbeda-beda antara pemilih yang satu dengan pemilih yang lain dan
dipengaruhi siapa calon yang ada. Rasional pemilih didasarkan atas
pendidikan yang dimiliki oleh warga Desa Kwala Gunung,
keterjangkauan informasi dan akses kampanye, serta tingkatan umur
pemilih di Desa Kwala Gunung. Melalui mobilisasi politik dan visi misi
masyarakat ke dalam kehidupan publik” 51.
                                                            
51

Wawancara dengan Bapak Jum’ah Haidiryah yang juga merupakan Calon kepala desa Incumbent
yang memenangkan pemilihan kepala desa 26 Mei 2014 di kediamannya di Desa Kwala Gunung
pada 24 Januari 2016. 

69
 

Universitas Sumatera Utara

III.4. Mampu Menjaga Keselarasan
Secara sosial psikologis kepemimpinan merupakan produk dari interaksi
sosial.Kepemimpinan yang baik tentunya berhubungan dengan keselarasan yang
ada dalam sebuah ruang lingkup kekuasaan. Dalam sebuah tatanan pemerintahan
yang memerlukan kerjasama antar masyarakat, masyarakat menyadari bahwa
masalah yang utama adalah masalah keselarasan. Pada masalah ini perhatian
belum cukup dicurahkan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra
ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan
itu disandarkan kepada pengalaman, intuisi dan kecakapan praktis. 52
Konsep tentang keselarasan suatu wilayah melahirkan peranan baru yang
harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat peranan dari pemimpin
sebagai orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab
untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain, beralih kepada
anggapan bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan
koordinator bagi kelompoknya. Fungsinya yang utama ialah membantu kelompok
untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya
sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas
dan memberikan keselarasan. Pemimpin yang mampu menjaga keselarasan pada
umumnya berbeda dengan pemimpin lain karena penggunaan secara meluas
contohnya pribadi dan model peranan, sikapnya yang mengandalkan taktik tidak
                                                            
52

Bagir Manan.,Op.,Cit.,hal.89.

70
 

Universitas Sumatera Utara

konvensional,

serta

penggunaan

praktek

pemberian

kekuasaan

untuk

memperlihatkan seperti apa wawasannya bisa dicapai.
Demikian pula, wawasan mereka mungkin berisi unsur-unsur kinerja yang
memberikan rangkaian peraturan keputusan untuk memecahkan masalah seharihari dan cara pendekatan yang mampu menjaga keselarasan. Pemimpin mampu
menjaga keselarasan memperlihatkan taktik tidak kovensional yang harus
digunakan oleh kepemimpinan kalau ingin mencapai wawasan pemimpin dan
melalui pujian pemimpin kharismatik membina kepercayaan pengikut kepada
kemampuan mereka mencapai keselarasan. Pemimpin yang mampu menjaga
keselarasan semakin dipandang kharismatik.53
Jum’ah Haidiryah selama ini dianggap mampu memperpadukan nilai-nilai
kunci di Desa Kwala Gunung dan sangat mampu dianggap memadukan semua
unsur untuk saling selaras. Keahlian Jum’ah Haidiryah dalam hal wawasan,
komunikasi, membina kepercayaan, dan memotovasi sangat luar biasa. Jum’ah
Haidiryah dianggap memiliki kelengkapan penuh keahlian ini, kemungkinannya
besar sekali bahwa meraka akan dipandang sebagai pemimpin kharismatik.
Kepemimpinan kharismatik selama ini selalu identik dengan pengamatan
pemimpin di politik dan keagamaan yang mampu menjaga keselarasan kehidupan
masyarakat di Desa Kwala Gunung.
Masyarakat Desa Kwala Gunung dalam dua periode kepemimpinan
Jum’ah Haidiryah dianggap mampu membangun keselarasan yang maksimal.
                                                            
53

Donni Edwin dkk.,Op.,Cit.,Hal.,67.

71
 

Universitas Sumatera Utara

Jum’ah Haidiryah membuat sebuah sistem baru maupun lembaga baru berupa
institusi kepengurusan yang melibatkan masyarakat desa. Kepemimpinan Jum’ah
Haidiryah dalam menjaga keselarasan memang bukan sesuatu yang baru namun
tetap relevan dan penting dikaji. Banyaknya perhatian terhadap kepemimpinan,
mengingat peran strategi dalam tatanan pemerintahan desa.
Dalam hal ini Jum’ah Haidiryah memiliki program yang sangat maksimal
dalam membangun keselarasan di Desa Kwala Gunung yaitu:54
-

Pertama, pada dasarnya, proses transformasi dalam berbagai bidang
kehidupan yang multidimensional berlangsung di Desa Kwala Gunung
melalui proses administrasi desa. Dimana semua urusan administrasi
yang berhubungan dengan Pemerintahan desa diusahakan untuk dapat
diselesaikan dengan cepat.

-

Kedua, selama ini pelayanan tidak hanya diarahkan pada masalah
sumber daya manusia aparatur desa, kelembagaan desa dan sistem
tatalaksana desa. Namun, selama kepemimpinan Jum’ah Haidiryah
model pelayanan yang hanya menekankan pada sistem dan aspek
teknis pelayanan Desa Kwala Gunung dengan sasaran harus
dilaksanakan dengan maksimal.

-

Ketiga, dilihat dari perspektif administrasi desa, bahwa tantangan desa
selama ini menuntut paradigma baru manajemen, pemimpin perubahan
dan kemampuan mengelola informasi serta produktivitas pegawai

                                                            
54

KAUR Desa Kwala Gunung 

72
 

Universitas Sumatera Utara

berbasis ilmu pengetahuan di desa dan kepemimpinan Jum’ah
Haidiryah dianggap mampu menyelesaikannya.
Nasib sebuah pemerintahan, baik pusat maupun daerah, akan sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan para pemimpin dalam mewujudkan keselarasan.
Keberhasilan sebuah rezim dan penguasa dalam membangun legitimasi kekuasaan
sering dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam menyelenggarakan pelayanan
publik yang baik dan memuaskan masyarakat.
Keberhasilan pemimpin dalam mewujudkan keselarasan ini bisa dijadikan
contoh untuk para pimpinan di jajaran aparatur negara yang memiliki kepentingan
untuk melakukan pembaharuan dalam praktik penyelenggaraan pelayanan publik
dalam menjaga keselarasan. Apakah dapat mempertahankan jabatannya atau tidak
dipengaruhi kualitas pelayanan publik yang diberikan. Pertimbangan tersebut
memperkuat niat membangun paradigma baru kepemimpinan yang berbasis
pelayanan. Pelayanan sebagai sebuah konsep dasar paradigma baru kepemimpin,
berangkat dari pemikiran bahwa, nilai dasar dari ajaran administrasi publik adalah
”memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa membedakan siapa yang
dilayani”.
Hal ini diperkuat oleh bapak Abdul Latif yang mengatakan:
“Pelayanan yang sama rata yang dilakukan oleh Jum’ah Haidiryah
selama ini dalam memimpin Desa Kwala Gunung bahwa
kepemimpinan yang berbasis melayani untuk menjaga keselarasan.
Melayani bermakna memberikan sesuatu jasa atau dalam bentuk lain
secara ikhlas kepada orang lain (masyarakat) atau pelayanan
berdasarkan hati nurani. Sikap ikhlas Jum’ah Haidiryah menuntut

73
 

Universitas Sumatera Utara

suatu komitmen yang kuat terhadap diri sendiri di desa, institusi dan
masyarakat yang dilayani serta pengorbanan” 55.
Komitmen bermakna sikap keberpihakan yang tinggi terhadap masyarakat
yang dilayani. Sebagai sebuah proses, komitmen menuntut konsistensi dari para
pemimpin. Sikap ini menjadi penting, karena konsistensi akan memberikan
kenyamanan dan ketenangan serta keamanan bagi masyarakat terutama di Desa
Kwala Gunung. Konsep-konsep yang telah dikembangkan, keterlibatan para
pemimpin sangat tinggi dan menentukan keberhasilan pelayanan yang dilakukan
pemerintahan desa. Bahkan dalam model pelayanan yang dikembangkannya,
secara tegas menempatkan kepemimpinan sebagai faktor utama dalam kualitas
manajemen pelayanan.
Pada pemerintahan yang dipimpin oleh Jum’ah Haidiryah memperlihatkan
bahwa Desa Kwala Gunung merupakan desa unggul dan dapat berkembang pesat,
karena daerah tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan
pelayanan yang prima. Sikap ikhlas berkorban Jum’ah Haidiryah untuk
kepentingan yang lebih besar dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung.
Konsep kepemimpinan berbasis pelayanan menjadi sangat penting di Desa Kwala
Gunung, sebagai konsekuensi logis dalam sistem demokrasi, dimana rakyat atau
masyarakat adalah yang berkuasa. Tercantum dalam konsep demokrasi,
masyarakat bukan didudukkan sebagai obyek kekuasaan tetapi sebagai subyek
                                                            
55

Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung
sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib 

74
 

Universitas Sumatera Utara

dan sekaligus obyek penyelenggaraan pemerintahan negara. Hal ini bermakna
sumber kekuasaan berada di tangan masyarakat. Kepemimpinan dalam sistem
politik demokratis, hakikatnya adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan
partisipatif, kecerdasan multikultural dan sosial dan bahkan kecerdasan spiritual.
Kemampuan partisipatif dimaknai, sebagai sikap kepemimpinan yang selalu
mendengar keluhan dan kebutuhan masyarakat dan bukan hanya mau didengar
saja. Kecerdasan multi-kultural sebagai konsep dasar kepemimpinan pelayanan,
dengan asumsi dasar bahwa sebuah kepemimpinan yang berhasil adalah sebuah
kepemimpinan yang mengenal, memahami, mendalami dan menghargai nilai-nilai
budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini kemudian diperkuat oleh Bapak Abdul Latif yang mengatakan:
“Kepemimpinan Jum’ah Haidiryah mencerminkan konsep kecerdasan
sosial sebagai konsep kepemimpinan pelayanan di Desa Kwala Gunung
yang menunjukan kemampuan seorang pemimpin terhadap aspirasi
masyarakat yang dilayani di desa. Kemampuan spiritual sebagai dasar
dan landasan kepemimpinan pelayanan, bahwa Jum’ah Haidiryah
percaya sentuhan langsung akan lebih efektif dibandingkan pendekatan
lain dalam menjaga keselarasan di Desa Kwala Gunung” 56.

                                                            
56

Wawancara dengan Bapak Abdul Latif yang merupakan Mantan kepala Desa Kwala Gunung
sebelum kepemimpinan Bapak Jum’ah Haidiryah di kediamannya di Desa Kwala Gunung, tanggal
23 Januari 2016, Pukul.12.00 wib 

75
 

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, telah didapatkan
temuan-temuan terkait hubungan antar suku di Desa Kwala Gunung, Kecamatan
Lima Puluh dan dominasi kemenangan etnis Melayu dalam pemilihan kepala desa
di Desa Kwala Gunung. Untuk memberikan penjelasan mengenai temuan-temuan
tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipaparkan sebagai hasil analisis hubungan
antar suku di Desa Kwala Gunung, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
Konsep pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa di Desa
Kwala Gunung harusnya dijadikan sebagai wawasan nusantara artinya konsep ini
mewajibkan kepada kita terutama pemerintah daerah untuk bersikap adil dan
bijaksana terhadap etnis yang ada di daerah seperti di Desa Kwala Gunung ini.
Pembinaan etnisitas harus menjadi perhatian pemerintah desa untuk dapat
menghindari perilaku etnosentrisme dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
akan dapat mengancam stabilitas daerah.
Kualitas personal calon kepala desa menunjukkan populasi pemilih di
Desa Kwala Gunung mendambakan calon kepala desa yang jujur atau bisa
dipercaya. Jujur atau bisa dipercaya adalah kualitas personal paling penting yang
harus dimiliki oleh kepala desa. Temuan ini menunjukkan bahwa bagi pemilih
pada umumnya, kualitas personal kepala desa yang ditandai oleh sifat jujur, justru

76
 

Universitas Sumatera Utara

menjadi ukuran yang paling penting dibandingkan kepintaran, ketegasan, dan
wibawa seorang calon kepala desa.
Pada pemerintahan yang dipimpin oleh Jum’ah Haidiryah memperlihatkan
bahwa Desa Kwala Gunung merupakan desa unggul dan berkembang pesat,
karena daerah tersebut dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kecerdasan dalam
hal berkomunikasi dan mampu memberikan pelayanan yang prima. Sikap ikhlas
berkorban Jum’ah Haidiryah untuk kepentingan yang lebih besar dalam menjaga
keselarasan di Desa Kwala Gunung selama ini.
Konsep kepemimpinan berbasis pelayanan menjadi sangat penting di Desa
Kwala Gunung, sebagai konsekuensi logis dalam sistem demokrasi, dimana
rakyat atau masyarakat adalah yang berkuasa. Dalam konsep demokrasi,
masyarakat bukan didudukan sebagai obyek kekuasaan tetapi sebagai subyek dan
sekaligus obyek penyelenggaraan pemerintahan negara. Hal ini bermakna sumber
kekuasaan berada di tangan masyarakat. Kepemimpinan dalam sistem politik
demokratis, hakikat-nya adalah kepemimpinan yang memiliki kemampuan
partisipatif, kecerdasan multikultural dan sosial dan bahkan kecerdasan spiritual.
Artinya kemampuan Jum’ah Haidiryah dalam memimpin Desa Kwala
Gunung selama dua periode sebelumnya sudah menjadi jaminan tersendiri bagi
masyarakat Desa Kwala Gunung. Etnisitas dan primordialisme bukan menjadi isu
yang utama ketika berlangsung pemilihan kepala desa.

77
 

Universitas Sumatera Utara

IV.2.Implikasi Teori
Pelaksanaan Pemilihan kepala desa di Indonesia sering menimbulkan
permasalahan di daerah-daerah di Indonesia sepertia konflik yang terjadi pada
saat-saat momentum pelaksanaan pemilihan kepala desa yang heterogen. Pada
hakekatnya, berbagai konsepsi etnisitas lebih berpangkal dari konsep budaya,
karenanya keaneka ragaman suku bangsa juga tergantung dari sudut manakah
kebudayan didefinisikan.
Semakin beraneka warnanya etnis disuatu daerah, maka semakin banyak
terdapat variasi perbedaan kebudayaan. Karena jika hanya mendasarkan konsepsi
hukum bangsa semata, kiranya tidak cukup dipakai untuk menganilisis
etnisitas.berbagai perbedaan yang ada, tidak selalu dapat dianggap etnisitas
sepanjang diantara mereka terjadi efektivitas relasi yang mencerminkan suatu
tinggi rendahnya level integrasi sosial.
Dengan kata lain, bahwa fenomena utama dari masalah etnisitas yang
dianggap sebagai masalah kesukubangsaan apabila interaksi mereka cukup
rendah. Pemahamanetnisitas penting bagi suatu daerah atau desa, agar
keanekaragaman suku bangsa dapat dikembangkan sebagai strategi nasional
kearah terwujudnya integrasi nasional. Nasionalisme yang dikembangkan
tentunya membutuhkan adanya saling pengakuan loyalitas dan solidaritas diantara
kebudayaan yang berbeda.
Persoalan etnis kalau tidak dicermati dengan baik, akan menjadi
penghambat dalam melaksanakan pembangunan didalam negeri khusunya Desa

78
 

Universitas Sumatera Utara

Kwala Gunung, pemberian otonomi daerah oleh pemerintah pusat untuk
menjawab tuntutan pemerintah daerah yang menghendaki adanya sistem
desentralisasi kekuasaan, dimana daerah meminta sebagian kewenangan dan
potensi pendapatan asli daerahnya dikelola oleh daerah untuk kepentingan
kesejateraan masyarakat Desa Kwala Gunung.
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa etnis mayoritas bisa kalah dalam
sebuah pemilihan kepala desa. Artinya telah terjadi pergeseran stigma selama ini
etnis mayoritas hampir dipastikan memenangkan sebuah pemilihan. Hasil
penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain:
1. Teori etnisitas menjelaskan bagaimana penelitian ini memberikan
penjelasan bahwa ada suatu proses pemahaman lain mengenai etnis
mayoritas yang mendominasi suatu wilayah akan pasti memenangkan
pemilihan, tetapi hal ini tidak berlaku di Desa Kwala Gunung karena
untuk yang ketiga kalinya etnis minoritas mengalahkan etnis mayoritas
di Desa Kwala Gunung.
2. Teori Strategi menjelaskan mengenai bagaimana cara seorang calon
melakukan kompetisi menggunakan strategi dalam setiap pemilihan.
Strategi menjadi sangat penting dalam pemilihan kepala desa di
seluruh Indonesia, termasuk di desa Kwala Gunung. Dalam penelitian
ini telah dibuktikan bahwa strategi ketokohan yang kuat dari calon
kepala desa yang berasal dari etnis minoritas dalam menjaga

79
 

Universitas Sumatera Utara

keselarasan kehidupan bermasyarakat mampu mengalahkan strategi
dari calon-calon yang berasal dari etnis mayoritas.
3. Teori Otonomi Desa menjadi sangat penting mengingat sejak jaman
orde baru, desa baru bisa melaksanakan pemilihan kepala desa secara
langsung dan hal ini ditemukan di desa Kwala Gunung. Masyarakat
dapat menggunakan hak pilihnya murni sesuai pilihan hati nuraninya
tanpa ada intervensi ataupun pengaruh kesukuan.

80
 

Universitas Sumatera Utara