Analisis Mitigasi Risiko Supply Chain Bahan Baku Crumb Rubber Pada PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk Chapter III VII

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1.

Supply Chain Management
Menurut (Eko, 2005) supply chain pertama kali digunakan oleh beberapa

konsultan logistik pada sekitar tahun 1980-an, yang kemudian oleh para
akademisi dianalisis lebih lanjut pada tahun 1990-an. Supply chain atau dapat
diterjemahkan “rantai pasokan” adalah rangkaian hubungan antar perusahaan atau
aktivitas yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal
sampai ke pembeli atau pelanggan. Supply chain menyangkut hubungan yang
terus-menerus mengenai barang, uang, dan informasi. Barang umumnya mengalir
dari hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir
baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Dilihat secara horizontal, ada
lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier (pemasok),
manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedagang besar), retailer
(pengecer), dan customer (pelanggan). Secara vertikal ada beberapa komponen
utama supply chain, yaitu buyer (pembeli), transporter (pengangkut), warehouse
(penyimpan), seller (penjual), dan sebagainya.

Dengan demikian, manajemen supply chain pada hakikatnya adalah
perluasan, pengembangan konsep, dan arti dari manajemen logistik. Kalau.
Manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian
tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi dalam satu
perusahaan, maka manajemen supply chain mengurusi hal yang sama, tetapi

Universitas Sumatera Utara

meliputi antar perusahaan yang berhubungan dengan arus barang, mulai dari
bahan mentah sampai barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh pelanggan.
Pada hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi lebih lanjut dari
manajemen logistik antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan lebih
meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan keakuratan perkiraan
kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan fasilitas
lain, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih
meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir

3.2.

Pengukuran Kinerja Supply Chain Output

Menurut (Beamon, 1999) beberapa parameter pengukuran kinerja supply

chain output adalah sebagai berikut:
a. Penjualan, yaitu total pendapatan.
b. Keuntungan, yaitu total pendapatan dikurangi dengan pengeluaran.
c. Tingkat pemenuhan, yaitu jumlah order yang dapat dipenuhi atau selesai
dengan segera.
d. Pengiriman tepat waktu (on time deliveries), yaitu mengukur kinerja item,
order, atau pengiriman produk.
e. Backorder/stockout, yaitu mengukur kinerja item, order, atau ketersediaan
produk.
f. Waktu respon pelanggan (customer response time), yaitu jumlah waktu
antara pemesanan hingga pengiriman order.

Universitas Sumatera Utara

g. Manufacturing lead time, yaitu total jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu item atau batch.
h. Kesalahan pengiriman, yaitu jumlah kesalahan pengiriman yang terjadi.
i.


Keluhan pelanggan (customer complaints), yaitu jumlah keluhan yang
disampaikan oleh pelanggan.

3.3.

Model SCOR (Supply Chain Operations Reference)
Menurut (nyoman, 2005) SCOR adalah suatu model acuan dari operasi

supply chain. Seperti halnya kerangka yang dijelaskan pada bagian sebelumnya,
SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini
mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu business process
reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam kerangka lintas
fungsi dalam supply chain.

3.4.

Jenis Risiko Supply Chain
Menilai risiko yang terjadi, pertama kali kategori risiko harus ditentukan


mengelompokkan sembilan kategori risiko yaitu: gangguan, keterlambatan, sistem
breakdown, peramalan, properti kekayaan intelektual, pengadaan, piutang,
persediaan, dan kapasitas. Beberapa kategori risiko yaitu: kualitas, ketergantungan
suplier, sistem informasi, manajemen dan kemanan. Mengkategorikan risiko
menjadi sepuluh kategori antara lain: permintaan, penundaan, discruption,
persediaan, manufacturing, kapasitas, suplai, sistem, sovereign, transportasi.
Kategori risiko rantai pasok lainnya yaitu: Penundaan informasi, regulatory

Universitas Sumatera Utara

compliance, aksi dari pesaing, lingkungan politik, fluktuasi harga pasar,
ketidakpastian biaya dan kualitas supplier. Katagori risiko rantai pasok kedalam
operasi dan gangguan, yang mana risiko operasi meliputi permintaan, supply dan
biaya ketidakpastian. Sedangkan gangguan risiko meliputi: tsunami, gempa, krisis
ekonomi

3.5.

Risiko
Risiko adalah probabilitas suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian


ketika kejadian tersebut terjadi selama periode tertentu. Pengaruhnya dapat diukur
dengan mengalikan frekuensi kejadian dan dampak dari kejadian tersebu. Risiko
selalu dikaitkan dengan ketidakpastian, namun risiko tidak selalu sama dengan
ketidakpastian. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah risiko diartikan
sebagai probabilitas kerugian dari suatu kejadian, sedangkan ketidakpastian
dinyatakan sebagai exogenous disturbance.
Risiko dapat timbul dari setiap kejadian tetapi dapat dikelola berdasarkan
kebutuhan organisasi. Pendekatan dalam mengelola risiko ini disebut dengan
manajemen risiko. Risk management merujuk pada perencanaan, monitoring, dan
pengontrolan kegiatan yang didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh
aktivitas

analisis

risiko.

Aktivitas

manajemen


risiko

digunakan

untuk

menghindari, mengurangi, mentransfer, membagi, atau menerima risiko tersebut.
Aktivitas manajemen risiko dapat diimplementasikan pada seluruh level
organisasi, mulai dari level strategis, level taktis, hingga level operasional,
(Sherlywati, 2016)

Universitas Sumatera Utara

3.6.

HOR (House Of Risk) 1
Menurut (Dewi, 2010) merupakan tahapan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi risiko yang akan ditangani. Proses identifikasi harus melibatkan

risiko baik yang terkontrol maupun tidak terkontrol oleh perusahaan. Dalam tahap
ini akan dihasilkan suatu daftar risiko yang didapat dari identifikasi sumber risiko,
apa saja yang menjadi risiko (what), dimanakah risiko tersebut muncul/
ditemukan (where), bagaimana risiko tersebut timbul di tempat tersebut (how) dan
mengapa risiko tersebut timbul (why), yang risiko tersebut berdampak terhadap
pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan. HOR1 (Gambar 2) menggambarkan
langkah-langkah pada tahap identifikasi risiko

3.7.

HOR (House Of Risk) 2
Proses perancangan strategi dilakukan menggunakan matriks House of

Risk (HOR) fase kedua untuk menyusun aksi-aksi mitigasi dalam menangani
risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok. HOR (House Of Risk) 2 Gambar
3.3 menggambarkan langkah-langkah pada tahap perancangan strategi, yaitu
(Dewi, 2010):

3.8.


Pareto Diagram
Menurut Alferdo pareto (1848-1923) mendedifikasikan penelitian intensif

tentang pendistribusian kekayaan dieropa. Dia menemukan bahwa hanya sedikit
orang dengan banyaknya uang yang mereka miliki, dan banyak orang dengan
uang yang sedikit. Ketidakseimbangan distribusi kekayaan ini menjadi bagian

Universitas Sumatera Utara

integrasi dari pada teori ekonomi. Dr. Jhosep Juran menyadari konsep ini sebagian
universal yang dapat diapliksikan kedalam banyak bagian. Dia mengemukakan
Phrase tentang bagian vital View dan useful money.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.


Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Bakrie Sumatra Plantation pada bulan Januari

2017 yang bergerak dalam bidang pengolahan crumb rubber (karet). Lokasi
pabrik berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 1 Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera
Utara.

4.2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menggungkapkan karakteristik dari variabel-variabel secara
akurat tentang fakta-fakta suatu objek.

4.3.

Objek Penelitian
Objek penelitian adalah risiko aktivitas rantai pasok crumb rubber yang


ada di perusahaan PT.Bakrie Sumatera Plantations Tbk.

4.4.

Variabel Penelitian
Menurut hubungan antara satu variabel dangan variabel yang lain,

variabel-variabel penelitian dibagi atas:
Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sedangkan variabel

Universitas Sumatera Utara

independen (variabel bebas) dapat diartikan sebagai variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono, 2012):
1. Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah:
a.

Risiko internal merupakan salah satu resiko dimana perusahaan suplier

memiliki kontrol. Meliputi risiko Produksi, kualitas dan risiko teknologi
(Iryaning ,2016)
a)

Risiko produksi merupakan risiko yang muncul dari kegiatan operasional
dan manajerial akibat terganggunya suatu proses.

b) Risiko kualitas merupakan risiko yang timbul akibat kesalahan dalam
menerapkan aturan yang ditetapkan perusahaan. Misal: besar order,
kebijakan safety stock, transportasi.
c)

Risiko teknologi merupakan risiko yang timbul dari proses kerusakan
yang terjadi di suatu proses

b.

Risiko eksternal perusahaan tetapi masih didalam jaringan supply chain,
meliputi risiko permintaan dan risiko supply.
a)

Risiko Harga merupakan risiko yang timbul akibat pangsa pasar yang
tidak stabil.

b) Risiko

Pasokan

merupakan

risiko

yang serupa

timbul

akibat

terganggunya aliran bahan baku
c)

Risiko Transportasi merupakan risiko yang timbul akibat jarak yang
dituju terlalu jauh

Universitas Sumatera Utara

d) Risiko Informasi merupakan risiko yang terjadi akibat timbulnya
perbedaan informasi

2. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini mitigasi resiko.

4.5.

Kerangka Konseptual Penelitian
Suatu penelitian merupakan alur berpikir yang logis mengenai penelitian

yang dilakukan sehingga penelitian tersebut dilakukan secara benar sesuai dengan
yang seharusnya.

4.6.

Blok Diagram Prosedur Penelitian
Rancangan penelitian terdiri atas:

1. Identifikasi masalah rantai pasok (supply chain) antara perusahaan pemasok
dan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
2. Melakukan studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan dilakukan
observasi keadaan awal aktivitas supply chain antara pemasok dengan
perusahaan. Mencari informasi pendukung risiko yang terjadi pada aktivitas
perusahaan

serta

wawancara

dengan

pihak

perusahaan

melakukan

brainstorming dan pembuatan kuesioner.
3. Melakukan studi literatur dari buku dan jurnet mengenai mitigasi risiko.

Universitas Sumatera Utara

4.

Menyebarkan kuisioner ke pemasok dan perusaahaan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk, serta menambahkan pesaing atau kompetior. Kompetitor
sejenis digunakan untuk mendapatkan data objective yang mengerti akan
aktivitas perusahaan.

5. Melakukan pengumplan data yang terkait
Data primer data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran langsung
terhadap objek penelitian di lapangan yaitu hasil wawancara risiko yang
terjadi pada perushaan, pemasok serta perusahaan kompetitor.
Data skunder merupakan data perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah
perusahaan, struktur organisasi, dan informasi-informasi lainnya. Serta data
penerimaan bahan baku latex.
6. Melakukan pengolahan data dengan menggunakan HOR fase 1 dan HOR fase
2 pada penelitian
7. Melakukan analisis pemecahan masalah pada penelitian
8. Memberikan kesimpulan dan saran untuk penelitian

4.7.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara/interview tentang

risiko yang terhadap pihak logistik perusahaan, data kuesioner dan brainstorming.

4.8.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

yang digunakan untuk memitigasi risiko.

Universitas Sumatera Utara

4.9.

Pengolahan data

Pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Identifikasi Risiko
Tahap ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dan berpotensi
terjadi dalam aktivitas rantai pasok. Salah satu aspek penting yang akan
dilakukan dalam mengidentifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang
mungkin terjadi sebanyak mungkin dengan cara survei lapangan,
brainstorming, wawancara dan kuesioner. Wawancara dan kuesioner yang
dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada Logistic Manager PT
BSP, pemasok (supplier), Logistic Manager perusahaan lain
2. Pengukuran Risiko
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran risiko dengan pemetaan aktivitas pemasok bahan baku crumb
rubber dengan cara observasi dan berasal dari arsip perusahaan. Aktivitas
dipetakan dengan model SCOR (Supply Chain Operational Reference)
untuk mengklasifikasi aktivitas supply chain. Aktivitas proses supply
chain berdasarkan dibagi menjadi lima proses yaitu : plan, scource, make,
deliver, dan retrun.
3. Evaluasi Risiko
Tahap ini melakukan kriteria risiko yang ditetapkan dan memutuskan
risiko dapat diterima atau memerlukan perlakuan khusus dengan
menentukan prioritas risiko dari peringkat nilai ARP. Pada tahap ini
menggunakan model HOR 1. Dalam model tersebut kejadian risiko dan

Universitas Sumatera Utara

agen risiko dinilai kolerasinya dengan hasil akhir adalah nilai aggregate
risk priority (ARP). Kemudian dirangking menggunkan prinsip 80/20
menghasilkan agen risiko terpilih. Menggunakan model HOR 2 bersamaan
degan agen risiko terpilih. Pada fase kedua ini dihitung nilai total
keefektifan aksi mitigasi (TEk), derajat kesulitan melakukan aksi mitigasi
(Dk) dan total kefektifan derajat kesulitan melakukan aksi mitigasi (ETDk).

4.10. Analisa Data
Analisis pemecahan masalah yaitu Tahapan ini penjabaran deskriptif dari
agen risiko terpilih untuk memitigasi risiko dari model HOR fase 1 dan aksi
mitigasi yang telah diusulkan dari hasil pemetaan pada HOR fase 2 (bayu rizki,
2014). Memlilih dari setiap perusahaan yang diteliti, kompetitor dan pemasok
yang menjadi prioritas utama dalam mitigasi risiko.

4.11. Kesimpulan dan Saran
Langkah akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi
hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran untuk penelitian
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1

Pengumpulan Data

5.1.1. Aktivitas Pemasok dan Perusahaan
Aktivitas perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk adalah sebagai
berikut

5.1.2 Data Risiko Perusahaan
Aktivitas perusahaan tidak terlepas dari risiko. Risiko yang terjadi di dalam
aktivitas supply chain antara supplier sampai ke perusahaan dapat dilihat sebagai berikut:
1.

Perubahan mendadak dalam Master Schedule pada kegiatan perencanaan
produksi dapat disebabkan oleh:
a. Permintaan yang mendadak
b. Belum ada perencanaan jangka panjang
c. Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas

2.

Harga material tidak valid pada perencanaan anggaran perusahaan dapat
disebabkan oleh :
a. Referensi harga material yang tidak akurat

3.

Keterlambatan penerimaan barang dari pemasok pada kegiatan penerimaan bahan
disebabkan oleh:
a. Transportasi tidak layak pakai / rusak
b. Jarak tempuh jauh

4.

Ketidaksesuaian spesifikasi bahan mengakibatkan risiko terhadap proses inspeksi
bahan. Hal ini disebabkan oleh :

Universitas Sumatera Utara

a. Kualitas barang dari pemasok tidak sesuai dengan standar mutu
5.

Kurangnya informasi mengenai pemasok yang memiliki potensi mengakibatkan
risiko terhadap komunikasi pada supplier. Disebabkan oleh:
a. Gangguan komunikasi

6.

Supplier tidak memenuhi kesepakatan dalam kontrak mengakibatkan risiko
terhadap kontrak dengan supplier. Hal ini disebabkan oleh:
a. Keterlambatan pengadaan barang.
b. Supplier tidak memenuhi kontrak
7. Material gudang rusak mengakibatkan risiko penyimpanan. Hal ini disebabkan:
a. Penumpukan bahan terlalu lama

8.

Mesin berhenti beroperasi mengakibatkan risiko dalam kegiatan proses produksi.
Hal ini disebabkan:
a. Kurang maintenace pada mesin produksi
b. Kesalahan setup dan setting mesin
c. Usia peralatan tua

9.

Kualitas tidak sesuai dengan standar mutu mengakibatkan risiko terhadap
pengujian produk. Hal ini disebabkan oleh:
a. Proses Inspeksi tidak sempurna.
b. Temperature pada mesin pengeringan tidak konsiten
c. Penambahan bahan kimia tidak sesuai dengan standarisasi

10.

Keterlambatan pengiriman produk mengakibatkan risiko pada pengiriman
produk. Hal ini disebabkan oleh:
a. Kesalahan dalam pemberian identitas barang

11.

Pengembalian bahan terlambat mengakibatkan risiko pada kegiatan pengembalian
bahan kepada pemasok. Hal ini disebabkan oleh:

Universitas Sumatera Utara

a. Keterlambatan menangani material yang datang

5.2

Pengolahan Data

5.2.1 Pemetaan Aktivitas Rantai Pasok
Pemetaan aktivitas supply chain dan identifikasi risiko dan agen risiko.
Pemetaan aktifitas supply chain crumb rubber didapat dengan cara observasi dan
wawancara. Aktivitas yang telah di petakan dengan model SCOR (Supply Chain
Operation Refrence), yaitu plan, source, make, deliver, dan return untuk
mengklasifikasikan aktivitas suppy chain. Pemetaan aktivitas rantai pasok
merupakan tahap awal dalam metode House of Risk (HOR). Kelima proses
tersebut berfungsi seperti yang diuraikan, yaitu:
1.

Plan
Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk

menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi
dan pengiriman.
2.

Source
Source yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi

permintaan.
3.

Make
Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen

menjadi produk yang diinginkan pelanggan.
4.

Deliver

Universitas Sumatera Utara

Deliver yaitu proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun
jasa.
Return

5.

Return yaitu proses pengembalian atau pengembalian

produk karena

berbagai alasan.
Pemetaan aktivitas ini dilakukan dengan cara wawancara di PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk.
5.2.2

House of Risk Fase I (Fase Identifikasi Risiko)
House of Risk fase I digunakan untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen

risiko yang berpotensi timbul sehingga hasil output dari HOR fase 1 yaitu
pengelompokan agen risiko ke dalam agen risiko prioritas sesuai dengan nilai Aggregate
Risk Potential (ARP). Langkah penerapan model HOR adalah sebagai berikut (Zulia,
2016):
a. Identifikasi risk event (��) dan risk agent (��)

b. Perhitungan occurrence dan severity variabel �� dan ��

c. Membangun matriks hubungan korelasi �� dan �� dengan ketentuan, 0: tidak ada
korelasi, 1: korelasi lemah, 3: korelasi sedang dan 9: korelasi kuat.

d. Perhitungan nilai ARP dari �� menggunakan rumus:
e. ����=��∙Σ��∙��� (2)

f. Peringkat ARP dari masing-masing ��.

g. Pembuatan diagram pareto �� (pemilihan prioritas ��).
5.2.2.1.

Identifikasi Risiko

5.2.2.1.1 Identifikasi Kejadian Risiko (Risk Event)

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi kejadian risiko (Ei) untuk masing-masing proses yang telah
terdefinisi pada tahap sebelumnya. Risiko ini merupakan semua kjadian yang mungkin
timbul pada proses rantai pasok yang mengakibatkan kerugian pada perusahaaan.
Kejadian risiko yang terjadi di PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk dapat dilihat dilihat
pada Tabel 5.3.

5.2.2.1.2. Identifikasi Agen Risiko (Risk Agent)
Pengukuran tingkat dampak (Si) suatu kejadian risiko terhadap proses bisnis
perusahaan. Nilai severity ini menyatakan seberapa besar gangguan yang ditimbulkan
oleh suatu kejadian risiko terhadap proses perusahaan. Agen risiko yang terjadi di PT.
Bakrie Sumatera Plantation Tbk dapat dilihat pada Tabel 5.4.

5.2.2.2

Penilaian Risiko

5.2.2.2.1 Penilaian Kejadian Risiko (Risk Event)
Penilaian terhadap severity pada proses rantai pasok merupakan penilaian
yang berhubungan dengan seberapa besar kemungkinan terjadinya dampak yang timbul
akibat adanya kegagalan atau kecacatan yang terjadi. Nilai severity dihasilkan melalui
kuesioner yang sudah dilakukan terhadap bagian yang paham akan risiko seperti bagian
logistik dan supplier pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Rekapitulasi penilaian
kejadian risiko dapat dilihat pada Tabel. Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa
terdapat lima kejadian risiko yang memiliki nilai skala dua, dua kejadian risiko yang
memiliki nilai skala tiga, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala enam, satu
kejadian risiko yang memiliki nilai skala tujuh, dua kejadian risiko yang memiliki nilai
skala delapan, pada pemasok

Universitas Sumatera Utara

Terdapat satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala dua, tiga kejadian risiko
yang memiliki nilai skala tiga, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala empat, dua
kejadian risiko yang memiliki nilai skala lima, dua kejadian risiko yang memiliki nilai
skala enam, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala tujuh, pada perusahaan yang
diteliti
Terdapat dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala dua, satu kejadian risiko
yang memiliki nilai skala tiga, dua kejadian risiko yang memiliki nilai skala empat, dua
kejadian risiko yang memiliki nilai skala lima, satu kejadian risiko yang memiliki nilai
skala enam, satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala tujuh, dua kejadian risiko yang
memiliki nilai skala delapan, dan satu kejadian risiko yang memiliki nilai skala sembilan,
pada perusahaan kompetitor

5.2.2.2.2 Penilaian Agen Risiko (Risk Agent)
Penilaian terhadap occurrence dilakukan untuk mengetahui seberapa sering
kemungkinan terjadinya suatu kegagalan pada proses rantai pasok. Sama seperti penilaian
terhadap severity, penilaian terhadap occurrence juga dilakukan dengan cara pembagian
kuesioner terhadap bagian yang paham akan risiko seperti bagian logistik dan supplier
pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Rekapitulasi penilaian agen risiko dapat dilihat
pada Tabel 5.6
Berdasarkan Tabel 5.5. dapat diketahui bahwa terdapat tiga agen risiko yang
memiliki nilai skala satu, terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala dua, terdapat
dua agen risiko yang memiliki nilai skala tiga, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala
empat, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala lima, dua agen risiko yang memiliki
nilai skala enam, dua agen risiko yang memiliki nilai skala tujuh, satu agen risiko yang
memiliki nilai skala delapan pada pemasok.

Universitas Sumatera Utara

terdapat terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala dua, terdapat tiga
agen risiko yang memiliki nilai skala tiga, satu agen risiko yang memiliki nilai skala
empat, empat agen risiko yang memiliki nilai skala lima, empat agen risiko yang
memiliki nilai skala enam, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala tujuh, dan satu agen
risiko yang memiliki nilai skala delapan pada perusahaan yang diteiti
Terdapat tiga agen risiko yang memiliki nilai skala tiga, empat agen risiko yang
memiliki nilai skala empat, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala enam, empat agen
risiko yang memiliki nilai skala tujuh, tiga agen risiko yang memiliki nilai skala delapan,
dan satu agen risiko yang memiliki nilai skala sembilan.

5.2.2.3. Penilaian Tingkat Hubungan (Relationship)
Pengukuran nilai korelasi (relationship) antara suatu kejadian risiko dengan
agen penyebab risiko. Bila suatu agen risiko menyebabkan timbulnya suatu risiko, maka
dikatakan terdapat hubungan. Nilai kolerasi (Rij) tediri atas (0,1,3,9) dimana 0
menunjukan tidak ada hubungan kolerasi, 1 menggambarkan hubungan kolerasi kecil, 3
menggambarkan kolerasi sedang 9 menggambarkan kolerasi tinggi. Rekapitulasi
penilaian tingkat hubungan dapat dilihat pada Tabel 5.6

Universitas Sumatera Utara

V-56

Universitas Sumatera Utara

5.2.2.3.

Perhitungan Aggregate Risk Potensial (ARP)
Perhitungan Aggregate Risk Potensial (ARP) bertujuan untuk menentukan

proritas dalam proses penanganan suatu agen risiko. Agen risiko tersebut kemudian akan
diurutkan berdasarkan nilai ARP tertinggi hingga terendah. Perhitungan Aggregate Risk
Potensial (ARP) diperoleh menggunakan rumus (Achmad, 2012:
���� = �� �


�� ���

Keterangan:
ARPj

= Aggregate Risk Potensial

Oj

= Tingkat peluang terjadinya agen risiko (Occurance level of risk)

Si

= Tingkat dampak sebuah kejadian risiko (Severity level of risk)

Rij

= Tingkat keterhubungan antara agen risiko (j) dengan risiko (i)

Contoh perhitungan ARP perusahaan yang diteliti:
ARP1 = 7 [9(6) + 1(5) + 3(6) +1(7)]
ARP1 = 7 [ 54 +5 + 18 + 7]
ARP1 = 7 [84]
ARP1 = 588
Jadi ARP1 didapat sebanyak 588
Penentuan ranking agen risiko yang terbesar yaitu 588 bahwa agen risiko
memiliki prioritas utama dalam penanganannya dibandingkan dengan yang lain sehingga
menjadi peringkat pertama. Tabel House of Risk dapat dilihat pada Tabel 5.10. berikut ini.

V-57

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel di peroleh nilai ARP yang merupakan hasil output dari House
of Risk fase I. Tabel tersebut dapat diketahui nilai dari tingkat dampak (severity) dari
kejadian risiko yang telah diidentifikasi, penilaian tingkat peluang kemunculan kejadian
risiko (occurance) dari agen risiko, penilaian tingkat hubungan (relationship) antara
kejadian risiko dan agen risiko, dan nilai Aggregate Risk Potensial (ARP). Tabel House
of Risk fase I yang digunakan untuk menentukan agen risiko yang harus diberikan
prioritas untuk dilakukan penanganan dengan menggunakan House of Risk Fase II.

5.2.3. House of Risk Fase II (Fase Penanganan Risiko)

House of Risk fase II dilakukan bertujuan perencanaan aksi mitigasi. Aksi
mitigasi yang dimaksudkan adalah tindakan untuk mengurangi dampak dari agen
risiko sebelum risiko itu terjadi. Alternatif aksi mitigasi diperoleh dari
brainstorming anara peneliti dengan perusahaan (Bayu, 2014).

5.2.3.1 Aksi Mitigasi Risiko (Penanganan Risiko)
Aksi mitigasi yang dimaksudkan adalah tindakan untuk mengurangi dampak dari
agen risiko sebelum risiko itu terjadi. Alternatif aksi mitigasi diperoleh dari
brainstorming anara peneliti dengan perusahaan. Penanganan risiko yang diusulkan ada
pada Tabel 5.17.

5.2.3.2.

Hubungan antara Penanganan Risiko dengan Agen Risiko
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengukur nilai kolerasi

(hubungan) antara aksi mitigasi dengan agen risiko terpilih. Penilaian dilakukan dengan
pengisian kuisioner untuk memberikan penilaian hubungan antara aksi mitigasi dengan
agen risiko terpilih. Penilaian hubungan aksi mitigasi dengan agen risiko terpilih

I-58
Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Rekapitulasi
penilaian dapat dilihat pada Tabel 5.20.

5.2.3.3.

Perhitungan Total Effectiveness (TE)
Langkah kedua yaitu perhitungan Total Effectiveness bertujuan untuk menilai

keefektifan dari aksi mitigasi. Dengan cara mengalikan nilai kolerasi antara agen risiko (j)
dengan aksi preventive (k). Dari setiap penanganan risiko yang telah diusulkan dihitung
menggunakan rumus (Bayu, 2014):
��� = �
Keterangan:



���� ���

TEk

= Total keefektifan (Total Effectiveness) dari tiap strategi mitigasi

ARPi

= Agregate Risk Potential

Ejk

= Hubungan antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risiko

Contoh perhitungan TE pada Perusahaan yang Diteliti:
TE1 = [ (588*9)]
TE1 = 5259
Tabel Perhitungan Total Effectiveness dapat dilihat pada Tabel 5.23:

5.2.3.5 Perhitungan Effectiveness To Difficulty Ratio (ETDk)
Mengukur keefektifan derajat kesulitan (effectiveness to difficulty ratio), dengan
cara membagi nilai total keefektifan (TEk) dengan derajat kesulitan melakukan aksi.
Perhitungan keefektifan derajat kesulitan bertujuan untuk menentukan rangking prioritas
dari semua aksi, dengan contoh perhitungan sebagai berikut (Bayu, 2014).

Universitas Sumatera Utara

ETDk = TEk/ Dk
Keterangan:
ETDk

= Total keefektivan derajat kesulitan (Effectiveness To Difficulty ratio)

TEk

= Total keefektifan (Total Efffectiveness)

Dk

= Derajat kesulitan untuk melakukan aksi

Contoh perhitungan ETD perusahaan yang diteliti :
ETD1 = 5259 / 3
ETD1 = 1764
Perhitungan Effectiveness To Difficulty (ETD) ditunjukkan pada Tabel 5.30 berikut ini.

5.2.3.6 Ranking Prioritas Penanganan Risiko
Langkah keempat penentuan ranking prioritas penanganan risiko pada tahap ini
dilakukan dengan berdasarkan hasil perhitungan ETD tertinggi dimana ranking ini
berfungsi untuk menunjukkan penanganan mana yang bisa diterapkan terlebih dahulu.
Tabel hasil House of Risk fase II merupakan hasil akhir dalam House of Risk, dimana
untuk mengetahui peringkat penanganan risiko yang akan dilakukan penanganan terlebih
dahulu dapat dilihat pada Tabel 5.34. berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis House Of Risk Fase I
Hasil pengamatan data didapat rekapitulasi data penilaian Severity risiko
melalui metode FMEA, data penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Berdasarkan risiko

yang telah

dilakukan, didapatkan peringkat dari

pemasok, perusahaan yang diteliti, dan kompetior. Peringkat yang menjadi
prioritas mitigasi dari pemasok adalah Jarak tempuh jauh, Refrensi harga material
yang tidak akurat, Gangguan komunikasi, Permintaan yang mendadak, Tidak
layak pakai / rusak, Alat transportasi tidak memadai, dan Kurangnya maintenance
pada mesin-mesin produksi.
Peringkat yang menjadi prioritas mitigasi dari perusahaan yang diteliti
adalah Permintaan yang mendadak, Kesalahan set up dan setting mesin,
Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas, Kualitas barang dari
pemasok tidak sesuai dengan standar mutu, Jarak tempuh jauh, dan Keterlambatan
menjalani material yang datang, dan Penumpukan Barang Terlalu Lama.
Peringkat yang menjadi prioritas mitigasi dari perusahaan kompetitor
adalahPermintaan yang mendadak, Tidak layak pakai / rusak, Belum ada
perencanaan jangka panjang, Proses inspeksi tidak sempurna, Permintaan barang

Universitas Sumatera Utara

tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas, Supplier tidak memenuhi kontrak,
Kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi, dan Usia peralatan tua.

6.2 Analisis House Of Risk Fase II
Dari hasil perhitungan di pengolahan data didapat rekapitulasi prioritas
dari tabel Pareto sebagai berikut.
Dilihat dari data diatas bahwa dapat dilihat terdapat kesamaan risiko dari
supplier, perusahaan yang diteliti dan perusahaan kompetitor yaitu permintaan
barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas dan permintaan yang mendadak.
Ini disebabkan kurangnya komunikasi maupun kurangnya schedule antara
perusahaan, konsumen maupun pemasok.
Perbedaan yang signifikan antara ketiga prioritas risiko pemasok,
perusahaan yang diteliti dan perusahaan kompetitor yaitu pada pemasok lebih
mengarah ke pengadaan bahan, dari perusahaan yang diteliti lebih mengarah ke
pengadaan barang dan perusahaan kompetitor lebih mengarah ke maintenance.
6.3 Evaluasi House Of Risk Fase I
Peringkat yang menjadi prioritas risiko mitigasi dari pemasok ada 7 risiko,
perusahaan yang diteliti ada 7 risiko dan perusahaan kompetitor ada 8 risiko.
Prioritas dilakukan untuk melihat risiko yang terlebih dahulu ditangani karena dari
risiko prioritas terpilih dianggap mewakili risiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara

6.4 Evaluasi House Of Risk Fase II
Dilihat dari perbandingan antara pemasok, perusahaan yang diteliti dan
perusahaan kompetitor, bahwa risiko pemasok lebih menjuru ke pengadaan
barang seperti Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi yang jelas,
refrensi harga material tidak akurat dan kesalahan dalam pemberian identitas
barang. Pengadaan adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa, yang
dibutuhkan dalam kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan.
Pengadaan bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi peningkatan
keuntungan (profit) sebuah perusahaan. Penanganan resiko yaitu Menjalani
komunikasi diantara kedua belah pihak untuk membuat standar spesifikasi yang
jelas dan Up to date pangsa pasar akan biaya dan Evaluasi kinerja
supplier(Widiastuti, 2008).
Risiko perusahaan yang diteliti lebih menjuru ke pengadaan barang seperti
Permintaan yang mendadak dan Permintaan barang tidak menyebutkan spesifikasi
yang jelas. Pengadaan barang dan jasa pada suatu instansi atau perusahaan
merupakan kegiatan rutin yang selalu dilakukan. Pengadaan barang dan jasa
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang serta jasa yang diperlukan guna
keberlangsungan operasional instansi atau perusahaan. Penanganan resiko yaitu
Melakukan penjadwalan ulang pada permintaan, dan Menjalani komunikasi
diantara kedua belah pihak untuk membuat standar spesifikasi yang jelas
(Heryandi, 2011).
Risiko perusahaan kompetitor lebih menjuru ke maintenance seperti
Tidak layak pakai / rusak, Kurangnya maintenance pada mesin-mesin produksi,

Universitas Sumatera Utara

dan usia peralatan tua. maintenance dimaksudkan sebagai aktifitas untuk
mencegah kerusakan, sedangkan istilah maintenance dimaksudkan sebagai
tindakan untuk memperbaiki kerusakan. Perawatan preventif seperti inspeksi,
perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin
selama beroperasi terhindar dari kerusakan. Penanganan resiko yaitu Menerapkan
maintenance secara berkala, dan Pemeliharaan mesin secara preventif dan
Mengganti peralatan

Universitas Sumatera Utara

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1

Kesimpulan
Hasil pengolahan data dan analisis pembahasan memberikan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:
1.

Identifikasi risiko terdapat 19 agen risiko (Risk Agent) dan 11 kejadian
risiko (event risk)

2.

Prioritas risiko yang dimitigasi untuk pemasok ada 7 risiko, perusahaan
yang diteliti ada 7 risiko, dan perusahaan kompetitor ada 8 risiko.

3.

Penanganan risiko pada pemasok lebih mengarah ke pengadaan barang,
perusahaan yang diteliti lebih mengarah ke maintenance dan perusahaan
kompetitor lebih mengarah ke pengadaan barang.

7.2.

Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

yaitu:
1.

Aksi mitigasi yang diusulkan dapat menjadi pertimbangan perusahaan
untuk mengatasi risiko perusahaan

2.

Penelitian terhadap risiko sebaiknya dilakukan secara berkala agar risikorisiko yang belum diketahui dapat teridentifikasi dan aksi mitigasi yang
diperoleh menjadi lebih baik dalam menangani risiko supply chain.

Universitas Sumatera Utara