Penumbuhan dan Laju Eksploitasi Kerang Bulu Anodara gubernaculum (Reeve, 1844) Family Arddae di Perairan Tanjungbalai Sumalera Ulara

TINJAUAN PUSTAKA

Kerang Bulu (A. gubernaculum)
Kerang adalah organisme yang hidup dengan cara menyaring makanan,
(filter feeders), terhadap material yang tersuspensi di perairan atau dari sedimen.
Karena kerang kurang bergerak, maka akan terpengaruh oleh adanya logam berat
yang ada di sekitarnya dapat masuk dalam tubuh kerang tersebut. Unsur logam
berat yang terakumulasi sebagai akibat terjadinya interaksi antara logam berat
dengan sel atau jaringan tubuh organisme. Hal ini mengakibatkan kandungan
logam berat dalam tubuh kerang tersebut akan lebih tinggi dibandingkan dengan
lingkungan sekitarnya (Sari, 2015).
Kerang Bulu adalah salah satu kerang dari genus anadara yang memiliki
ukuran 35 – 59 mm. Kerang Bulu (A. gubernaculum) dapat dilihat pada Gambar
2.Biasanya spesies ini dapat dijumpai di daerah Cilincing, Jawa Barat, dan Laut
Jawa (Darma, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Sampel Kerang Bulu (A.gubernaculum)
Cangkang


kiri

lebih

besar

daripada

cangkang

kanan(inequivalvis).Cangkang berbentuk elips memanjang.Tepiventral cangkang
cenderung mendatar dan melebar padabagian posterior.Cangkang tebal, berat, dan
berwarna

putih.Permukaan

cangkang

dihiasirusuk-rusuk


radial

yang

sangatnyata.Rusuk radial datar, tanpa tonjolan.Jumlah rusukradial 33–36.Jarak
antar rusuk lebih sempit daripada lebarrusuk. Lapisan periostrakum tebal dan
terdapat modifikasiberupa lapisan seperti berudu dan “rambut”. Deretan“rambut”
tersebut terdapat di “parit”, di antara rusuk-rusukradial.Lapisan periostrakum
berwarna coklat kehitaman. Daerah gigi kardinal sempit memanjang. Permukaan
cangkang bagian dalam berwarna putih. Bekas perlekatan otot adduktor posterior
berukuran lebih besar daripada bekas perlekatan otot adduktor anterior. Bekas
perlekatan otot adduktor anterior terletak pada anteriodorsal cangkang, sedangkan
bekas

perlekatan

ototadduktor

posterior


terletak

pada

bagian

Universitas Sumatera Utara

posteriodorsalcangkang. Bekas perlekatan otot pedal retraktor anteriorberukuran
kecil dan terletak di bawah daerah kardinal,pada bagian dorsal bekas perlekatan
otot

adduktor

anterior.Bekas

perlekatan

otot


pedal

retraktor

posterior

berukurankecil memanjang dan terletak di bawah daerah kardinal,pada bagian
dorsal otot adduktor posterior. Garis palialada, namun kurang jelas.Tidak terdapat
lekuk palial(Ambarwati dan Trijoko, 2011).
Makanan kerang terutama terdiri atas plankton dan bahan organik terlarut,.
Kerang memperolehmakanan dengan cara (filter feeder) yang berupa fitoplankton
dan zooplankton kecil. Kerang aktifmenyaring makanan dari kolom air dengan
insangnya (Rizal dan Jailani, 2013).
Ukuran plankton yang dimakan oleh Kerang juga bervariasi,jenis dan
ukuran makanan yang masuksangat tergantung pada umurnya.Kebiasaanmakan
kerang dapat diketahui melaluianalisis makanan yang terdapat di dalamsaluran
pencernaan (Melinda,dkk., 2015).

Hubungan Panjang Bobot
Pada dasarnya pertumbuhan adalah pertamgahan ukuran suatu organisme

atau ekosistem dalam jangka waktu tertentu.Panjang adalah ukuran suatu benda
atau organism dari ujung atas sampai ujung bawah, sedangkan lebar adalah
ukuran berat suatu benda atau organisme.Jadi hubungan antara panjang dan berat
merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perbandinganproduksi
suatu sumberdaya perikanan. Hubungan panjang dan berat akan menentukan pola
pertumbuhan yaitu allometrik atau isometric. Laju pertumbuhan organisme
perairan bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan tempat organisme itu
berada (Sari, 2015).

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat dalam
suatu waktu.Pertumbuhan dapat diartikan pula sebagai pertambahan jaringan
akibat pembelahan sel secara mitosis. Pola pertumbuhan Kerang terdiri dari
pertumbuhan allometrik positif, artinya pertambahan berat lebih dominan
daripada
pertambahan panjang. Allometrik negatif, pertambahan panjang lebih dominan
daripada pertambahan berat (Abida, dkk., 2014)
Hubungan antara panjang dan berat memiliki nilai konstanta b. Sebagian
besar nilai b ini berkisar antara 2,4-3,5. Apabila nilai b yang menunjukkan

konstanta panjang dan berat itu sama dengan 3 maka pola pertumbuhannya
disebut isometric yang berarti pertambahan panjang seimbang dengan
pertambahan beratnya. Sedangkan jika konstanta itu lebih dari 3 maka pola
pertumbuhannya disebut allometrik yang berarti pertumbuhan panjang lebih cepat
dari pada petambahan beratnya positif yang berarti pertambahan berat lebih cepat
dari pada pertumbuhan panjangnya (Sari, 2015).
Pertumbuhan kerang dipengaruhi oleh faktor kondisi lingkungan seperti
ketersediaan makanan serta suhu, substrat, arus, dan salinitas. Keadaan tersebut
akan mempengaruhi pertambahan panjang dan tinggi cangkang, yang akan di
gunakan untuk melindungi jaringan dan akan melakukan pergerakan (Harris et al,
1999),
Pertumbuhan organisme dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam
individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal
yangmempengaruhi pertumbuhan organisme yaitu keturunan (genetik), jenis

Universitas Sumatera Utara

kelamin,umur, parasit dan penyakit, sedangkan faktor eksternalnya yaitu makanan
dan suhuperairan (Sari, 2015).
Kecepatan pertumbuhan kerang ditemukan lebih rendah pada populasi

yang terdiri dari individu – individu yang berlainan umurnya. Hal ini disebabkan
oleh adanya kompetisi antara organisme dalam usahanya mendapatkan bahan
makanan (Niswari, 2004).
Hubungan panjang bobot menunjukkan

pertumbuhan

yang

bersifat

relatif artinya dapat berubah menurut waktu. Apabila terjadi perubahan terhadap
lingkungan dan ketersediaan makanan diperkirakan nilai b juga akan berubah
(Sulistiono, 2001).

Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan hal yang penting dari pertumbuhan kerang,
karena faktor kondisi dapat digunakan untuk menganalisis populasi. Beragamnya
faktor kondisi disebabkan oleh pengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan
kematangan gonadnya. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari Kerang

dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Presentase bobot
daging Kerang terhadap bobot total Kerang (Sari, 2015).
Kerang yang berukuran kecil mempunyai faktor kondisi yang lebih tinggi,
kemudian menurun ketika kerang tersebut bertambah besar, serta peningkatan
nilai faktor kondisi dapat terjadi karena perkembangan gonad yang akan mencapai
puncak sebelum memijah (Komala, 2011).

Parameter Pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Panjang asimtotik (L∞) merupakan nilai rata -rata panjang kerang P. erosa
yang sangat tua (umur yang tidak terbatas) atau dengan kata lain tidak mampu lagi
bertambah panjang. Nilai koefisien pertumbuhan (K) merupakan penentu seberapa
cepat kerang mencapai panjang asimtotiknya atau panjang maksimumnya (Sparre
dan Venema,1999).
Menurut Setyobuanto (2004) yang diacu oleh Tamsar dkk (2013), nilai
pada ukuran panjang maksimum untuk Kerang Bulu (Anadara gubernaculum)
merupakan pertumbuhan maksimal yang sudah tidak memungkinkan untuk
tumbuh atau bertambah panjang lagi, Jika terdapat energi berlebih maka energi

tersebut digunakan untuk reproduksi maupun perbaikan sel-sel yang rusak.
Pertumbuhan ini sangat ditentukan oleh koefisien pertumbuhan (K), karena
apabila nilai koefisien rendah maka dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
untuk bisa tumbuh maksimal.
Menurut Setyobudiandi (2004) yang diacu oleh Nasrawati dkk (2016)
yang menyatakan bahwa pada wilayah perairan lajupertumbuhan hewan perairan
cenderung melambatpada saat suhu air rendah, sehingga kerang yangberumur tua
maka pertumbuhannya semakinlambatdan bahkan sudah tidak dapat lagi
tumbuhkarena sudah mencapai panjang maksimum.

Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Menurut Widodo dan Suadi (2006) yang diacu oleh Damayanti (2010),
dalam populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas total mencangkupmortalitas
alami yang terdiri dari proses-proses seperti pemangsaan, penyakit, dankematian
melalui perubahan-perubahan drastis dari lingkungan. Dalam populasiyang
dieksploitasi,

mortalitas

total


terdiri

dari

mortalitas

alami

dan

Universitas Sumatera Utara

mortalitaspenangkapan. Dalam menentukan tingkat dan pola yangmemadai dari
mortalitas penangkapan secara substansial dihambat oleh kesulitandalam
melakukan estimasi kelimpahan populasi dan laju dinamika populasi serta
keragamannya.
Eksploitasi E > 0,5 dikategorikan tingkat eksploitasi tinggi (overfishing),
eksploitasi E = 0,5 dikategorikan tingkat eksplitasi berimbang, sedangkan
eksploitasi E < 0,5 di kategorikan tingkat eksploitasi rendah (underfishing)

(Sparre dan Venema, 1999).
Hasil analisis laju mortalitas alami pada kerang P. erosa jantan diperoleh
1,74 tahun, dan mortalitas akibat penangkapan adalah 1,46 tahun, sehingga
diperoleh tingkat eksploitasi sebesar 0,46 tahun, Pada kerang P. erosa betina
diperoleh laju mortalitas alami sebesar 2,46 tahun, akibat penangkapan adalah
1,10 tahun sehingga diperoleh tingkat eksploitasi adalah 0,31 tahun (Tamsar,
2013).

Faktor-Faktor Fisika dan Kimia
Sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Bermacam-macam
faktor fisik-kimia dapat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan
produktivitas tumbuhan terestial maupun perairan. Faktor-faktor yang sangat
penting bagi tumbuhan tersebut ialah cahaya, suhu, kadar zat-zat hara. Kisaran
suhu di biosfer terestial dapat mencapai suatu tingkat yang dapat mempengaruhi
produktivitas (Sitorus, 2009).
Karakteristik lingkungan perairan yang sesuai bagi pertumbuhan kerang
hijau adalah lingkungan perairan dengan suhu berkisar antara 27 – 32oC, salinitas

Universitas Sumatera Utara

antara 27 – 35 o/oo, pH 6 – 8, kecerahan 3,5 – 4 m, arus yang tidak terlalu kuat,
pada kedalaman 1 – 7 m (Niswari, 2004).

Suhu
Suhu salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya seperti air
memiliki kisaran perubahan suhu kisaran yang kecil dan jarang melebihi batas
total organisme. Tetapi daerah intertidal tempat hidup kerang ini dipengaruhi oleh
suhu udara selama periode yang berbeda-beda dan memiliki kisaran yang dapat
melebihi batas letal, sehingga organisme intertidal termasuk kerang hijau dapat
mati baik karena kedinginan maupun kepanasan (Sari, 2015).
Suhu berperan sebagai pengatur proses metabolisme dan fungsi fisiologis
organisme. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi
badan air. Suhu juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem
perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang baik bagi
pertumbuhannya. Suhu merupakan faktor penting di lingkungan perairan tawar
karena secara langsung mempengaruhi biota, terutama laju metabolisme dan
reproduksi, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor lingkungan lain
seperti kelarutan gas, viskositas air dan sebaran densitas air. Suhu ambient untuk
suatu wilayah spesifik berkaitan dengan faktor-faktor oseanografi dan geografi,
dan dapat spesifik ekosistem (Effendi, 2003).
Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang jatuh ke
permukaan air yang sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer dan sebagian lagi
diserap dalam bentuk energi panas.Pengukuran suhu sangat perlu untuk

Universitas Sumatera Utara

mengetahui karakteristik perairan. Suhu air merupakan faktor abiotik yang
memegang peranan penting bagi hidup dan kehidupan organisme perairan
(Suherman, dkk., 2002).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang besar pengaruhnya,
baik terhadap telur maupun larva. Air memiliki kisaran perubahan suhu yang kecil
dan jarang melebihi batas letal, sehingga organisme intertidal termasuk kerang
dapat mati jika baik karena kedinginan maupun kepanasan (Nybakken, 1998).
Salinitas
Menurut Litasari (2002) yang diacu oleh Niswari (2004), disamping faktor
makanan, salinitas juga berpengaruh pada pertumbuhan Kerang, dimana pada
wilayah perairan yang salinitasnya rendah maka kerang cenderung memiliki
ukuran cangkang yang lebih pendek bila dibandingkan dengan Kerang yang hidup
pada wilayah yang bersalinitas tinggi.

Kedalaman
Kedalaman menentukan seberapa dalam cahaya matahari dapat menembus
lapisan air. Cahaya matahari dalam suatu perairan sangat penting dalam
membantu prosesfotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, dan melalui
proses fotosintesis dapat meningkatkan kandungan oksigen terlarut (Zulfia dan
Aisyah, 2013).
Kedalaman yang lebih rendah dapat menyebabkan kerang mudah
mengalami kekeringan dan perairan mudah keruh, sedangkan kedalaman yang
terlalu dalam berakibat gelombang cenderung lebih besar dan membutuhkan tali
jangkar ataupun patok yang lebih panjang (Wisnawa dan Yudi, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Kecerahan
Kecerahan perairan sangat dipengaruhi oleh keberadaan padatan
tersuspensi, zat-zat terlarut, partikel-partikel dan warna air. Pengaruh kandungan
lumpur yang dibawa oleh aliran sungai dapat mengakibatkan tingkat kecerahan air
lebih rendah, sehingga dapat menurunkan perairan (Nybakken, 1988).
Nilai

kecerahanmenunjukkan

jumlah

cahaya

matahari

masuk

ke

dalamperairan yang dipengaruhi oleh adanya padatantersuspensi baik organik
maupun anorganik. Kecerahan suatu perairan ditentukan oleh adanyakandungan
bahan organik yang ada di dalamnya. Semakintinggi kandungan bahan organik
menyebabkan nilaikecerahan semakin berkurang (Zulfia dan Aisyah, 2013).
Kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan proses fermentasi
yang terjadi di perairan. Kecerahan perairan dapat diukur dengan alat yang
dinamakan Keping Secchi. Selanjutnya dikatakan bahwa kecerahan keping Secchi
< 3 m adalah tipe perairan yang subur (eutropik), antara 3-6 m kesuburan sedang
(mesotrofik) dan > 6 m digolongkan pada tipe perairan kurang subur (oligotrofik)
(Suherman, dkk., 2002).
pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) adalah singkatan dari puissance negatif de H, yaitu
logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu larutan atau
cairan. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuhan dan binatang
air (Herawati, 2008).
pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air. Biasanya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H, pH sangat
penting sebagai parameter kualitas air, karena ia mengontrol tipe dan laju

Universitas Sumatera Utara

kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu makhluk-makhluk
akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai
pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menjunjung
kehidupan organisme air (Sitorus, 2009).
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme, karena akan mengakibatkan terjadinya gangguan
metabolism dan respirasi. Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi dan
pada umumnya sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH
(Ira, 2013).
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan tumbuhan dan hewan perairan sehingga dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk menilai kondisi suatu perairan sebagai lingkungan tempat hidup.
Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai lingkungan hidup, air yang
agak basa dapat mendorong proses pembongkaran bahan organik yang ada dalam
air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan dan
fitoplankton (Herawati, 2008).
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mmepunyai nilai pH
netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH
yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai
8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
biasanyamenyukai nilai pH berkisar 7,0–8,5. Nilai pH ini akan mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

proseskimiawi perairan seperti proses nitrifikasi akan berhenti jika nilai pH
rendah. NilaipH alkalis sangat mendukung untuk terjadinya laju dekomposisi pada
suatu perairan (Satrioadjie, 2010).
Oksigen Terlarut
Kandungan oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam
suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di
dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi
terutama oleh faktor suhu. Konsentrasi menurun sejalan dengan meningkatnya
suhu air. Peningkatan menyebabkan konsentrasi oksigen menurun dan sebaliknya
suhu

yang semakin

rendah

meningkatkan

konsentrasi

oksigen

terlarut

(Yazwar, 2008).
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme
karena dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian
organisme dan efek tidak langsung meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang
pada akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri.Kandungan DO sangat
berhubungan dengan tingkat pencemaran, jenis limbah dan banyaknya bahan
organik di suatu perairan. Selain itu, kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran secara alamiah tergantung pada kadar DO dan banyaknya organisme
pengurai (Ira, 2013).
Oksigen terlarut dalam air sangat penting untuk menunjang pernafasan dan
merupakan komponen utama dalam metabolisme perairan. Oksigen mempunyai
pengaruh yang menentukan dalam siklus nitrogen yang membedakan proses
nitrifikasi dan denitrifikasi. Pada umumnya oksigen terlarut memiliki distribusi

Universitas Sumatera Utara

vertikal yang menurun dengan meningkatnya kedalaman dan sebaliknya
(Herawati, 2008).
Karakteristik kimiawi, oksigen terlarut memegang peranan sangat penting
dalam perairan dalam fungsinya sebagai salah satu yang dibutuhkan oleh
organisme perairan. Salah satu yang memengaruhi kadar oksigen terlarut di
perairan adalah suhu. Oksigen terlarut juga menentukan kuantitas organisme suatu
perairan. Selain itu oksigen terlarut juga dipengaruhi faktor lain seperti tekanan
uap air dan salinitas. Oksigen larut di kolom air dengan berbagai reaksi dan proses
kimia yang berlangsung di perairan, namun fluktuasi suhu akan menimbulkan
perubahan konsentrasi oksigen terlarut di perairan (Purba dan Khan, 2010).
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat
diatmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami

bervariasi

tergantung dari suhu, tekanan parsial oksigen dalam atmosfer, dan turbulensi air.
Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan
atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Herawati, 2008).

Nitrit
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang
sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen.Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat,
dan antara nitrat dan gas nitrogen. Keberadaan nitrit menggambarkan
berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar
oksigen terlarut sangat rendah. Nilai ammonia yang tinggi dapat memberikan efek

Universitas Sumatera Utara

negatif bagi kehidupan fitoplankton. Daya racun ammonia akan meningkat
sebanding dengan meningkatnya pH dan kandungan CO (Wulandari, 2009).
Rendahnya konsentrasi nitrit di lapisan permukaan karena pada lapisan ini
oksigen yang tersedia cukup melimpah dengan adanya difusi oksigen dari
atmosfir. Dengan bantuan bakteri, oksigen tersebut akan mengoksidasi nitrit
menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan nitrit menjadi nitrat sehingga
konsentrasi nitrit di lapisan permukaan menjadi kecil (Risamasu dan Prayitno,
2011).

Nitrat
Nitrogen merupakan bagian essensial dari seluruh kehidupan karena
berfungsi sebagai pembentuk protein dalam pembentukan jaringan, sehingga
aktivitas yang utama seperti fotosintesa dan respirasi tidak dapat berlangsung
tanpa tersedianya nitrogen yang cukup (Herawati, 2008).
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami.Nitrat merupakan
salah satu nutrien senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan
tumbuhan.Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh
ketersediaan nutrient. Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak
pernah lebih dari 0.1 mg/1, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0.2 mg/1 maka
akan mengakibatkan eutrofikasi (Ira, 2013).
Nitrat merupakan bentuk senyawa nitrogen yang stabil, sebagai salah satu
unsur penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan pada konsentrasi
tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan fitoplankton secara tidak terbatas bila
beberapa syarat lain seperti konsentrasi fosfor dapat terpenuhi. Nitrat merupakan

Universitas Sumatera Utara

unsur hara yang digunakan untuk menyusun klorofil, sehingga proses
pembentukan klorofil pada fitoplankton akan terhenti dengan cepat jika terjadi
defisiensi nitrat (Herawati, 2008).
Kadar nitrat semakin tinggi bila kedalaman bertambah, sedangkan untuk
sebaran horizontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai (Patty, 2015)

Fosfat
Fosfat

merupakan

nutrien

metabolik

yang

sangat

penting

dan

keberadaannya seringkali mempengaruhi produktivitas perairan umum. Fosfat
merupakan salah satu unsur essensial bagi pembentukan protein dan metabolisme
sel organisme. Dalam perairan, fosfor terdapat dalam senyawa fosfat yang berada
dalam bentuk anorganik (orthofosfat, metafosfat dan polifosfat) dan organik
dalam tubuh organisme melayang dan senyawaan organik. Polifosfat anorganik
seringkali terdapat dalam perairan yang mengandung fosfor organik terlarut
(Herawati, 2008).
Fosfat sangat diperlukan sebagai transfer energi dari luar ke dalam sel
organisme, karena itu fosfat dibutuhkan dalam jumlah yang kecil (sedikit). Fosfat
merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.Konsentrasi
fosfat jauh lebih kecil daripada konsentrasi ammonia dan nitrat. Fosfor dan
nitrogen biasanya berada dengan perbandingan 1 : 15. Kenaikan jumlah sel
diatom diiringi dengan penurunan kadar fosfat (Wulandari, 2009).
Konsentrasi rata - rata fosfat yakni sebesar 0.52 mg/l dan sebesar 0.67
mg/l. Sementara berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 nilai baku mutu
fosfat adalah 0.015 mg/l. Tingginya nilai fosfat diduga bersumber dari limpasan
limbah industri perikanan dan pemukiman penduduk yang menghasilkan limbah

Universitas Sumatera Utara

organik. Fosfat dalam suatu perairan bersumber dari diantaranya limbah industri,
domestik dan pertanian, serta hancuran bahan organic (Ira, 2013).
Tingginya kadar fosfat di dasar perairan karena dasar perairan umumnya
kaya akan zat hara, baik yang berasal dari dekomposisi sedimen maupunsenyawasenyawa organik yang berasaldari jasad flora dan fauna yang mati (Patty, 2015).

Substrat
Substrat dasar perairan merupakan salah satupotensi abiotik yang luar
biasa.Substrat bergunasebagai habitat, tempat mencari makan, dan memijahbagi
sebagian besar organisme akuatik. Selain itu dasar perairan memiliki
komposisiyang sangat kompleks mulai dari substrat berukuran kecil sampai batubatuan (Ningsih, dkk., 2013).
Ukuran sangat berpengaruh dalam menentukan kemampuan gastropoda
dan bivalvia menahan sirkulasi air. Bahan organik dan tekstur sedimen sangat
menentukan keberadaan dari gastropoda dan bivalvia. Tekstur sedimen atau
substrat dasar merupakan tempat untuk menempel dan merayap atau berjalan,
sedangkan bahan organik merupakan sumber makanannya. Semakin halus tekstur
substrat dasar maka kemampuan dalam menjebak bahan organik akan semakin
besar. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran butir sedimen turut mempengaruhi
kandungan bahan organik dalam sedimen atau dapat dikatakan semakin kecil
ukuran partikel sedimen semakin besar kandungan bahan organiknya (Riniatsih
dan Kushartono, 2009).

Organik

Universitas Sumatera Utara

Kandungan bahan organik yang tinggi akan mempengaruhi tingkat
keseimbangan perairan. Tingginya kandungan bahan organik akan mempengaruhi
kelimpahan organisme, dimana terdapat organisme-organisme tertentu yang tahan
terhadap tingginya kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominansi oleh
spesies tertentu dapat terjadi (Perdana, dkk., 2014)
Karbon organik merupakan indikator kesuburan dan faktor penentu
pertumbuhan pada substrat. Komunitas yang hidup dalam substrat akan
merombak karbon organik menjadi bahan makanan yang digunakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup (Kelana, dkk., 2015).
Tinggi dan rendahnya kandungan bahan bahan organik dalam sedimen
diakibatkan oleh gelombang yang membongkar material sedimen yang terbawa
oleh arus ataupun pasang surut, apabila arus kencang maka partikel-partikel
sedimen yang halus akan terbawa ke laut dalam, sedangkan partikel kasar akan
mengendap (Nasdwiana, 2016).

Universitas Sumatera Utara