Peran Negara Anggota Asean Dalam Mewujudkan Penegakan HAM di Myanmar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dekade terakhir abad ke-20 ditandai dengan berbagai perubahan mendasar
dalam hubungan internasional. Berbagai isu yang selama kurun waktu Perang Dingin
dimarjinalkan, pada pasca Perang Dingin ini menjadi isu-isu penting. Salah satu isu
yang yang menjadi sorotan adalah Hak Asasi Manusia (HAM). Perhatian masyarakat
internasional pada isu-isu HAM juga didorong oleh proses transisi demokrasi di
beberapa Negara berkembang dan upaya Negara (Barat) untuk memanfaatkan
Overseas Development Asistance (ODA) guna memajukan “good governance”,
pelaksanaan

HAM,

Liberalisasi

pasar,

perlindungan

dan


pembangunan

berkelanjutan. 1
Tiga tahun setelah PBB berdiri, Majelis Umum mencanangkan pernyataan
umum tentang hak-hak asasi manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada
tanggal 10 Desember 1948. Dapatlah dikatakan bahwa deklarasi tersebut merupakan
tonggak sejarah bagi pengembangan Hak Asasi Manusia, sebagai standar umum
untuk mencapai keberhasilan bagi semua rakyat dan semua bangsa. 2
Sebagaimana tercantum pada Universal Declaration of Human Rights, Hak
Asasi Manusia adalah semua hak dan kebebasan-kebebasan yang mutlak dimiliki
oleh semua manusia tanpa pengecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis

1

G.Carolina Hernendez, 1995 ASEAN Perspective on Human Rights and Democracy in International
Relations, UP-CIDS, Quezon city.
2
Basic Fact about the United Nations hlm.218


1
Universitas Sumatera Utara

2

kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan, kebangsaan hak milik,
kelahiran atapun kedudukan lain. Pengakuan atas martabat manusia adalah dasar
kemerdekaan, keadilan dan peradilan di dunia.
Deklarasi tersebut terdiri dari 30 pasal yang mengumandangkan seruan agar
rakyat menggalakkan dan menjamin pengakuan yang efektif dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan yang telah ditetapkan dalam
deklarasi. Dalam deklarasi tersebut berisikan mengenai hak-hak sipil dan politik
tradisional beserta hak-hak ekonomi, social dan budaya. Hak-hak yang diuraikan
dalam deklarasi tersebut dapat dikatakan sebagai sintesa antara konsepsi liberal berat
dan konsepsi sosialis. Dalam deklarasi universal tersebut belum ada ketentuan
mengenai hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri.
Pasal 1 dan 2 deklarasi mengatakan bahwa :
Semua orang dilahirkan dengan martabat dan hak-hak yang sama dan berhak atas
semua hak dan kebebasan sebagaimana yang ditetapkan oleh deklarasi tanpa
membeda-bedakan baik dari segi ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan

politik, maupun yang lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, hak milik, kelahiran, atau
kedudukan yang lain.
Sedangkan dalam Pasal 3 sampai 21 deklarasi tersebut menempatkan hak-hak
sipil dan politik yang menjadi hak semua orang. Pasal 22 sampai 27 dari deklarasi

Universitas Sumatera Utara

3

tersebut berisikan hak-hak ekonomi sosial dan kebudayaan yang menjadi hak semua
orang. 3
Meskipun HAM diakui sebagai prinsip yang universal, tidak dapat dibagi dan
tidak dapat dicabut, namun institusi dan mekanisme HAM sendiri terbagi-bagi dan
beragam, baik pada tingkat internasional, regional dan nasional. Hingga kini belum
terdapat mekanisme baku yang berlaku secara global mengenai pelaksanaan HAM. 4
Komitmen ASEAN terhadap penegakan HAM secara internasional tercermin
pada partisipasi seluruh Negara ASEAN pada waktu itu, dalam Konfrensi Dunia
tentang HAM di Wina, Austria, Pada tahun 1993 yang mengesahkan Vienna
Declaration and Programme of Action of the World Confrence on Human Rights.
Selain itu pada saat ini, kesepuluh Negara anggota ASEAN telah mengaksesi

Universal Declaration of Human Rights (UDHDR). 5
Pada

konfrensi

tersebut

menegaskan

perlunya

mempertimbangkan

kemungkinan pembentukan sebuah pengaturan di tingkat regional dan sub regional
guna memajukan dan melindungi HAM apabila hal tersebut belum ada. Sebagai
langkah persiapan, para menteri negara-negara Asia telah bertemu di Bangkok pada
April tahun 1993 dan mengesahkan Bangkok Declaration yang menyampaikan
aspirasi dan komitmen kawasan Asia terhadap HAM.

3


Boer Mauna.2005 Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global, Penerbit Alumni, Bandung hlm 675
4
Ibid, hlm.679
5
Ibid

Universitas Sumatera Utara

4

ASEAN yang didirikan pada tahun 1967 melalui penandatanganan Deklarasi
Bangkok, antara lain bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan
sosial, pembangunan kebudayaan dan peningkatan upaya-upaya menciptakan
perdamaian dan stabilitas regional. Walaupun tidak secara spesifik mengangkat isu
tentang peningkatan HAM, namun secara implisit tujuan-tujuan ASEAN tersebut
berkaitan erat dengan upaya peningkatan HAM di kawasan . 6
Maksud dan tujuan ASEAN sebagaimana ditegaskan dalam deklarasi
Bangkok 1967 telah merefleksikan perhatian terhadap masalah-masalah berkaitan

dengan HAM. Deklarasi tersebut secara tegas merujuk pada “kemajuan sosial dan
pembangunan budaya,” “penghormatan kepada keadilan dan hukum,” dan
“peningkatan standar hidup masyarakat”,Tujuan-tujuan tersebut menjadi fokus dari
berbagai program kerjasama fungsional yang menggambarkan keinginan kuat
pemerintah Negara-negara ASEAN untuk memajukan HAM. 7
ASEAN sendiri secara umum telah menganggap

HAM sebagai prinsip

penting baik dalam hubungan internasional maupun dalam masalah dalam negeri.
Meskipun tidak dinyatakan secara ekspilisit, namun salah satu tujuan ASEAN
sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Bangkok yaitu: memperkokoh perdamaian
dan stabilitas kawasan dengan menjungjung tinggi rasa keadilan dan norma hukum
dalam hubungan antara Negara-negara di kawasan dengan berpegang teguh pada
prinsip-prinsip piagam PBB (to promote regional peace and stability through abiding
6

Reza Imran Fauzi,2009 Skripsi : Kerjasama ASEAN dalam Upaya Pendirian Institusi dan Mekanisme
HAM di ASEAN, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta hlm 7.
7

ASEAN Selayang Pandang,1992 Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia, Jakarta

Universitas Sumatera Utara

5

respect for justice and rule of law in the relationship among countries of the region
and adherence to principles of the United Nation Charter) 8
Upaya-upaya dalam memberikan prioritas terhadap masalah HAM di ASEAN
terus bergulir. Hal ini antara lain ditandai oleh pengesahan “Human declaration of
AIPO” pada tahun 1993 oleh ASEAN Interparliamentary Organization (AIPO) yang
menyatakan bahwa, “Adalah menjadi tugas tanggung jawab dari negara-negara
ASEAN untuk membentuk suatu mekanisme HAM regional yang tepat.”Selain itu,
beberapa Negara anggota ASEAN telah meratifikasi tiga konvensi yang merupakan
instrument internasional tentang HAM, yaitu International Covenant on civil and
political rights, The International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights
serta First Protocol International Covenant on Civil and political rights.9
Pemahaman Negara-negara anggota ASEAN tentang HAM, sesuai dengan
latar belakang sejarah dan sosial budayanya berbeda dengan pemahaman HAM versi

Negara

maju

(barat).

Sebagaimana

tercantum

dalam

Deklarasi

ASEAN

Interparliamentary Organization (AIPO). ASEAN mengakui HAM memiliki dua
aspek yang saling meyeimbangkan. Aspek pertama, adalah mengakui hak dan
kebebasan Individu. Aspek kedua, menetapkan kewajiban individu kepada
masyarakat dan Negara.

Perbedaan persepsi mengenai pelaksanaan HAM terutama terjadi antara
Negara maju (Barat) dan Negara-negara berkembang. Negara-negara barat sangat

8

loc.,Cit.,hlm.7. Reza Imran Fauzi.
Human Rights Declaration of AIPO , Kuala Lumpur, 1997 Paragraf ke-4

9

Universitas Sumatera Utara

6

menekankan HAM sebagai hak individu yang harus ditegakkan bagaimanapun
kondisinya. Sebaliknya Negara-negara berkembang mengecam pandangann tersebut
,karena dengan demikian HAM menjadi terlalu individual dan dikhawatirkan dapat
membahayakan kestabilan hidup bermasyarakat.
Negara-negara Asia lebih menekankan pembangunan sebagai unsur utama
yang secara otomatis akan mendorong perbaikan pelaksanaan HAM. Penekanan pada

pembangunan ekkonomi yang stabil dengan sendirinya kurang memberi ruang bagi
muculnya perbedaan politik, hak sipil serta kebudayaan.Sebaliknya pihak Barat
mengkritik pandangan tersebut sebagai pembenaran atas sikap otoriter para penguasa
di Asia. 10
Meskipun Asia merupakan satu-satunya benua yang belum memiliki
mekasnisme HAM regional yang disepakati bersama, bukan berarti Negara-negara di
Asia mengabaikan HAM. Praktek penegakan HAM di Negara-negara Asia sangat
beragam dikarenakan berbagai perbedaan yang ada seperti ideologi politik, sistem
ekonomi, agama, dan kebudayaan . Dengan mempertimbangkan berbagai perbedaaan
tersebut, pembentukan mekasnisme HAM sub-regional (Asia Tenggara) dirasakan
lebih mudah terwujud dibandingkan mekanisme di tingkat regional (Asia). 11
Kepedulian Negara-negara anggota ASEAN terhadap masalah HAM yang
tercermin dalam kesepakatan ASEAN mengenai perlunya pemberdayaan HAM di

10

Departemen Penerangan Republik Indonesia, Konsep Hak Asasi Manusia, Jakarta,1995
Heng Keng Chiam . 1992 “ Approprite Regional Mechanism n Human Rights within ASEAN :
National Human Rights Commision’s Role, Workshop on ASEAN Regional Mechanism on Human
Rights, Manila.

11

Universitas Sumatera Utara

7

kawasan Asia Tenggara. Sebagai tindak lanjut, ASEAN kemudian mendeklarasikan
keinginannya untuk membentuk suatu mekansime HAM regional. Komunike
bersama pertemuan tingkat menteri ASEAN ke 26 di Singapura pada bulan Juli 1993,
antara lain menyatakan bahwa “ dalam rangka mendukung deklarasi Wina dan
Program Aksi 25 Juli 1993 , ASEAN juga harus mempertimbangkan pembentukan
suatu mekanisme HAM regional yang tepat.”Hal tersebut menegaskan niat Negaranegara ASEAN yang berkeinginan untuk saling berkoordinasi dan melakukan
berbagai pendekatan bagi pembentukan dan perlindungan HAM di kawasan.
Sebagai tindak lanjut dari komunike bersama AMM ke 26, pembicaraan
mengenai kemungkinan pembentukan mekanisme HAM ASEAN dimulai tahun 1995
melalui upaya pembentukan suatu kelompok kerja bagi mekanisme HAM ASEAN. 12
Pada tingkat regional, komitmen ASEAN dalam penegakan HAM tercermin
sepakat bahwa ASEAN seharusnya mengkoordinasikan pendekatan bersama terhadap
HAM dan aktif berpartisipasi serta memberikan kontribusi pada pelaksanaan,
pemajuan, dan perlindungan HAM. Dinyatakan juga bahwa pelanggaran HAM
mendasar tidak dapat ditolerir dalam bentuk apapun. Para Menteri luar negeri
ASEAN meminta seluruh pemerintah Negara-negara ASEAN untuk menjaga standar
kemanusiaan dan menghormati martabat manusia.
Dalam kaitan ini ASEAN sebenarnya telah memiliki kerangka kerjasama
regional yang ada seperti ASEAN Vision 2020 dan Hanoi Plan Action. Pada ASEAN

12

Lia-aan.Thio 1999. “Implemating Human Rights in ASEAN Countries :Promises to keep and milies
to go before I sleep” , The Yale Human Rights & Development Law Journal, Vol.2.

Universitas Sumatera Utara

8

Vision 2020 dinyatakan semangat dan keterbukaan masyarakat ASEAN yang
menghormati

identitas

nasionalnya,

memiliki

akses

yang

tepat

untuk

mengembangkan sumber daya manusia tanpa melihat jenis kelamin, ras, agama,
bahasa atau sosial dan latar belakang kebudayaan.
Hanoi Plan Action (HPA) sebagai penjabaran dari ASEAN Vision 2020 yang
disetujui tahun 1998, meminta Negara-negara ASEAN untuk meningkatkan
pertukaran informasi di bidang HAM antar Negara ASEAN untuk mempromosikan
dan melindungi HAM dan kebebasan masyarakat yang mendasar sesuai dengan
piagam PBB, deklarasi dunia mengenai HAM dan deklarasi Wina serta Program aksi.
Pada tanggal 15 Desember 2008 ASEAN telah sepakat dalam suatu piagam
ASEAN (ASEAN Charter). Dalam pasal 2 dan 14 piagam tersebut terdapat asas-asas
yang menjadi fundamen bagi ASEAN sebagai suatu komunitas.Salah satu asas atau
prinsip dalam piagam ASEAN tersebut adalah pengakuan dan perlindungan terhadap
Hak Asasi Manusia.
Kebijakan luar negeri merupakan instrumen pokok dari politik luar negeri,
guna memperjuangkan atau mengamankan kepentingan nasional.Untuk mendapatkan
kepentingan nasionalnya, banyak Negara menggunakan powernya baik yang bersifat
hard power (contohnya kekuatan militer yang memiliki daya paksa) ataupun yang
bersifat soft power (seperti kebudayaan, nilai-nilai dan kebijakan luar negeri). 13

13

ASEAN Selayang Pandang, 1992 Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia, Jakarta

Universitas Sumatera Utara

9

Soft-power diplomacy tentu saja merupakan alternative terbaik daripada
pendekatan hard-power yang melibatkan penggunaan ancaman, boikot, dan bahkan
kekuatan militer seperti tidak jarang kita saksikan dalam masa pasca-peristiwa 11
September 2001 di Amerika Serikat.
ASEAN kini kembali memiliki leverage, bobot, dan postur yang cukup
disegani untuk memainkan peran lebih besar dalam kancah internasional. Hubungan
internasional saat ini sangat jauh berbeda dengan berbagai keadaan yang sudah
pernah dikenal sebelumnya. Globalisasi semakin nyata memperkuat interdepedensi
antar Negara. Terjadi penguatan peran dan peningkatan jumlah aktor – aktor non
Negara dalam dinamika hubungan internasional bersamaan dengan revolusi teknologi
informasi dan telekomunikasi. Batas-batas Negara pun semakin menjadi kabur,
seiring dengan semakin realtifnya konsep kedaulatan Negara.
Myanmar merupakan bagian dari ASEAN dan merupakan unsur penting
dalam perkembangan organisasi regional ini kedepannya. Pada tahun 2012 terjadi
konflik etnis di Rakhine atau lebih dikenal dengan Rohingya yang mengakibatkan
banyak nya korban jiwa. Sudah tentu kasus tersebut menyebabkan terjadinya
Pelanggaran Hak Asasi Manusia besar-besaran.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan paparan di atas yang telah
dikemukakan. Maka diajukanlah permasalahan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

10

1. Bagaimanakah tinjauan umum tentang Hak Asasi Manusia?
2. Apakah faktor penyebab terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Myanmar?
3. Bagaimanakah peran Negara anggota ASEAN dalam mewujudkan
penegakan HAM di Myanmar?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dan manfaat yang hendak dicapai
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam tulisan ini yaitu:
a. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan umum tentang Hak Asasi Manusia.
b. Untuk mengetahui apa-apa saja yang menjadi factor penyebab terjadinya
pelanggaran Hak Asasi Manusia di Myanmar.
c. Untuk mengetahui sejauh manakah peran Negara anggota ASEAN dalam
mewujudkan penegakan HAM di Myanmar.
D. Keaslian Penelitian
Skripsi ini berjudul “Peran Negara Anggota ASEAN Dalam
Mewujudkan Penegakan HAM Di Myanmar”. Di dalam penulisan skripsi ini
dimulai dengan mengumpulkan bahan - bahan , baik melalui literature yang
diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan
disamping itu dilakukan juga penelitian. Dan sehubungan dengan keaslian judul
skripsi ini penulis melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

11

Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut
belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh
orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu menjadi
tanggung jawab penulis sendiri.
E. Tinjauan Kepustakaan
Saat ini di dunia masih mengnut system Westphalian yang menjunjung tinggi
kedaulatan Negara. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun kerasnya tekanan
masyarakat internasional, namun keputusan akhir kasus tersebut tetap merupakan
wewenang Negara yang bersangkutan. Demikian pula halnya dalam pelaksanaan
HAM, meskipun Negara – Negara anggota ASEAN kerap mendapatkan sorotan
dari masyarakat internasional, pelaksanaan HAM masing – masing Negara sangat
tergantung pada pemerintahan masing – masing Negara. 14
Dalam Deklarasi Wina mengenai HAM, dinyatakan pentingnya memperkuat
HAM secara umum sebagaimana termuat dalam instrumen-intrumen HAM
internasional. Deklarasi tersebut juga menyatakan pentingnya pembentukan
aturan-aturan HAM regional dan sub-regional untuk mempromosikan dan
melindungi HAM, secara lengkap dinyatakan sebagai berikut :

15

“Regional arrangements play a fundamental role in promoting and
protecting human rights. They should reinforce universal human rights
14

Ibid
Faisal Rachman, 2008 Kebangkitan Diplomasi Indonesia (Bunga Rampai Pemikiran Diplomat Muda
Indonesia). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Departemen Luar Negeri Republik Indonesia , Jakarta.
15

Universitas Sumatera Utara

12

standards, as contained in international human rights instruments, and their
protection…” 16
(Vienna Declaration and Program of Action, paragraph 37)
Pada tahun 2015 diharapkan ASEAN terintegrasi baik secara ekonomi,
sosial dan politik sebagai suatu komunitas terintegrasi dalam “Masyarakat
ASEAN”. Dalam proses mencapai integrasi tersebut, para pemimpin ASEAN
telah membuat suatu piagam sebagai landasan bagi pembentukan komunitas
tersebut yaitu piagam ASEAN (ASEAN Charter). Dalam pasal dua piagam
tersebut terdapat asas-asas yang menjadi fundamen bagi ASEAN sebagai
suatu komunitas. Salah satu asas atau prinsip dalam piagam ASEAN tersebut
adalah pengakuan dan perlindungan terhadap HAM yang berbunyi berikut ini
: 17
“respect for fundamental freedoms, the promotions and protection of human
rights, and the promotion of social justice ; dan “in conformity with the
purposes and principles of the ASEAN Charter relating to the promotion and
protecting of human rights and fundamental freedoms, ASEAN shall establish
an ASEAN human rights body”
Dengan ditandatanganinya piagam ASEAN tersebut pada bulan
November 2007 selain itu dalam piagam ASEAN mengamanatkan akan
pentingnya tentang penegakan HAM di kawasan. 18

16

Charter of The Association of Southeast Asian Nation (ASEAN), Article 2 (2)(i).
Ibid, Article 14
18
Soerjono Soekanto. 1986 Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta hlm 32.
17

Universitas Sumatera Utara

13

F. Metode Penelitian
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berupa aturanaturan dan fakta-fakta mengenai mekanisme dan kerjasama HAM di
ASEAN.
A. Bahan Hukum Primer
Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang diperoleh dari
ketentuan-ketentuan hukum internasional yang berupa :
1. Piagam PBB
2. United Nation Declaration of Human Rights
3. Vienna Declaration and Programme of Action of the World
Confrence on Human Rights.
4. Deklarasi Bangkok
5. Human Declaration of AIPO
6. ASEAN Vision 2020
7. Hanoi Plan Action
8. Vientiane Action Program
9. Piagam ASEAN (ASEAN Charter)
10. Kovenan Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on
Civil and Political Rights)
11. Prinsip-Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang yang Berada di
Bawah Bentuk Penahanan Apapun atau Pemenjaraan (Body of

Universitas Sumatera Utara

14

Principles for the Protection of All Persons under Any Form of
Detention or Imprisonment)
12. Hukum Perlindungan Negara (State Protection Act) 1975
B. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer seperti misalnya:
1. Hasil-hasil karya kalangan umum yang berbentuk buku, skripsi,
makalah, jurnal, atau berita surat kabar.
2. Hasil-hasil seminar yang berbentuk buku,makalah,atau jurnal.
C. Bahan Hukum Tersier
Yaitu berupa kamus hukum dan umum yang berfungsi sebagai
petunjuk dalam menjelaskan mengenai bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder, serta bahan lain yang diperlukan dalam
penelitian atau bahan-bahan pendukung lainnya yang diperoleh
melalui internet.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan
dengan mempelajari dan mengkaji bahan-bahan yang berkaitan dengan
penelitian yang dihadapi. Yang dilakukan di :

19

19

Sugeng Istanto.1994 Hukum Internasional, Universitas Katolik Atma Jaya, Yogyakarta hlm 70-71

Universitas Sumatera Utara

15

a. Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara
b. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
c. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
3. Analisis Data
Analisis data pada peneilitian hukum ini dilakukan secara deskriptif kualitatif,
yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menggambarkan, menjelaskan, dan
menganalisis fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian berdasarkan bahan-bahan
hukum yang secara sistemik dan akurat tentang Soft Diplomacy Indonesia dengan
ASEAN. 20
Metode Penafsiran berupa :
1. Penafsiran Gramatikal, yaitu penafsiran terhadap suatu ketentuan yang sesuai
dengan pengertian lugas dan wajar dari kata-kata dan kalimat ketentuan
tersebut untuk mengetahui kehendak para pihak yang berjanji.
2. Penafsiran Sistematis, yaitu merupaksn penafsiran suatu undang-undang
sebagai bagian dari keseluruhan system perundang-undangan dengan jalan
menghubungkan dengan undang-undang lain.
3. Penafsiran Teleologis, yaitu dengan cara melihat makna suatu ketentuan
hukum berdasarkan tujuan dari pembuat ketentuan tersebut.
Dalam proses penelitian ini juga digunakan cara berpikir deduktif, indukatif, dan
komparatif.
20

Sudikno Mertokusumo.1988 Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty,Yogyakarta.hlm 147.

Universitas Sumatera Utara

16

1. Deduktif, yaitu cara berfikir yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus.
2. Induktif, yaitu cara berfikir yang bersifat khusus kemudian ditarik pada halhal yang bersifat umum.
3. Komparatif, yaitu cara berfikir yang merupakan penyimpulan dari
perbandingan antara ketentuan hukum dengan ketentuan hukum atau fakta
dengan fakta lainnya.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat diuraikan,
yaitu :
1. Bab I

Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian
penelitian,

tinjauan

kepustakaan,

metode

penelitian

dan

sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Umum Tentang Hak Asasi Manusia
Pengertian dan latar belakang Hak Asasi Manusia, Pelanggaran
Hak Asasi Manusia, Perlindungan Hak Asasi Manusia, Perangkat
Hukum Internasional tentang Hak Asasi Manusia.

Universitas Sumatera Utara

17

3. Bab III Kondisi Masyarakat dan Pelanggaran HAM yang terjadi di
Myanmar
Tinjauan umum masyarakat Myanmar dan Etnis Rohingya, faktor
– faktor penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di
masyarakat Myanmar dan Etnis Rohingya.
4. Bab IV Peran Anggota Negara ASEAN Dalam Mewujudkan Penegakan
HAM di Myanmar
Tantangan HAM bagi Negara – Negara anggota ASEAN,
penegakan HAM di Myanmar sebagai anggota Negara ASEAN,
upaya – upaya yang dilakukan pemerintah Myanmar dalam
penegakan perlindungan terhadap HAM, peran Negara anggota
ASEAN dalam mewujudkan penegakan HAM di Myanmar.
5. Bab V Penutup
Dalam bab terakhir dari penulisan skripsi ini akan dibahas
mengenai kesimpulan dan selanjutnya akan ditulis saran yang
berkaitan dengan Peran Anggota Negara ASEAN dalam
mewujudkan penegakan HAM di Myanmar.

Universitas Sumatera Utara