Keanekaragaman Serangga di Atas Permukaan Tanah Pada Tanaman Jambu Air (Syzygium samarangense) (Blume) Merr. & Perry) dan Jambu Biji (Psidium guajava L.) di Lapangan

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Jambu Air
Klasifikasi botani tanaman jambu air Deli Hijau adalah sebagai berikut:
Kingdom:

Plantae,

Divisi:

Spermatophyta,

Sub

divisi:

Angiospermae,

Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Myrtales, Keluarga: Myrtaceae, Genus: Syzigium,
Spesies:


Syzygium

samarangense

(Blume)

Merr.

&

Perry

(Merril and Perry, 1938)
Syzygium samarangense merupakan tanaman pohon dengan tinggi
mencapai 15 m, memiliki lebar batang yang sempit dan melengkung,
berdiameter 25-50 cm, batang sering kali bercabang dekat pangkal dengan lebar
kanopi tidak teratur.
Daun terletak secara berlawanan yang berbentuk jorong sampai berukuran
10-25 cm x 5-12 cm, lapisan kulit daun memiliki tepi yang tipis berwarna bening

putus-putus, ketika daun dihancurkan akan menimbulkan aromatik, tebal tangkai
daun sekitar 3-5 mm.
Bunga jambu memiliki tipe terminal, bunga muncul pada ketiak daun
dengan jumlah 3 - 30 bunga, ukuran bunga 3-4 cm, panjang kelopak sampai
tabung sekitar 1,5 cm dengan ventricoseter dapat di ujung bunga, panjang daun
telinga bunga 3-5 mm, jumlah kelopak 4 berbentuk bundar seperti spatulat dengan
ukuran 10-15 mm, bunga berwarna kuning sampai putih, terdapat banyak benang
sari dengan panjang sampai 3 cm (Orwa et al., 2009).
Buah biasanya berwarna merah cerah, kadang terdapat buah berwarna
kehijauan sampai putih atau berwarna krem, buah berbentuk seperti buah pir
menyempit di dasar dan meluas di bagian atas, dihiasi dengan 4 kelopak daun

Universitas Sumatera Utara

5

telinga berdaging dan rata pada bagian atas, panjang buah 3,4-5 cm dan
lebar 4,5 - 5,4 cm. Kulit buah sangat tipis, daging buah berwarna putih, renyah
dan kandungan air tinggi, rasa daging buah cenderung asam manis hingga
hambar. Umumnya buah mengandung biji sebanyak 1-2 dengan bentuk biji agak

membulat dan lebar sekitar 0,5 - 0,8 cm, terkadang pada beberapa buah tidak
terdapat biji (Steenis et al., 2003).
Syarat Tumbuh
Iklim
Unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jambu air
Deli Hijau antara lain: curah hujan, intensitas sinar matahari, temperatur udara
dan kelembaban udara siang dan malam hari. Tanaman air jambu Deli Hijau akan
tumbuh dengan baik pada dataran rendah, dengan curah hujan rata-rata
500-3000 mm/tahun dengan temperatur udara antara 18-28˚C, kelembaban udara
yang diinginkan 50-80 %, dan intensitas cahaya matahari yang ideal antara
40-80% (Tim Peneliti, 2012).
Angin sangat berperan dalam pembudidayaan jambu air.Angin berfungsi
dalam membantu penyerbukan pada bunga. Tanaman jambu air akan tumbuh baik
di daerah yang curah hujannya rendah/ kering, sekitar 500-3.000 mm/tahun dan
musim kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan
memberikan kualitas buah yang baik dan rasa lebih manis. Cahaya matahari
berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan. Intensitas cahaya
matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40-80 %. Suhu yang
cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu air adalah 18-28 ˚C, kelembapan udara
50-80 % (Prihatman, 2000).


Universitas Sumatera Utara

6

Tanah
Media tanam yang dikehendaki jambu air Deli Hijau adalah tanah yang
mempunyai drainase dan aerase yang baik serta subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai 5,5 – 7,0
pada tanah topografi datar, kedalaman air tanah antara 50-150 cm, dengan
ketinggian tempat 20-600 m dpl (Tim Peneliti, 2012).
Jambu air sangat cocok tumbuh pada daerah datar. Tanah yang subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik baik untuk petumbuhan jambu air.
Derajat keasaman tanah (pH) yang sesuai adalah 5,5-7,5. Kedalaman kandungan
air yang ideal untuk tempat budidaya jambu air adalah 0-50 cm, 50-150 cm dan
150-200 cm (Prihatman, 2000).
Botani dan Morfologi Jambu Biji
Secara taksonomi jambu biji dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom: Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae,
Kelas: Dicotyledonae, Ordo : Myrtales, Famili : Myrtaceae, Genus : Psidium,

Spesies : Psidium guajava L. (Steenis et al., 2003).
Jambu biji perdu atau pohon kecil dengan tinggi 3-10 m, percabangan
banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna
coklat kehijauan.
Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut
halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak
jorong,ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk ke atas,
pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau
(Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Universitas Sumatera Utara

7

Buah jambu biji berdompolan, bentuknya globose, bulat telur, lonjong
atau berbentuk buah pir, atau bentuknya seperti bentuk telur terbalik. Daging buah
berwarna putih kekuningan atau merah muda (Steenis et al., 2003).
Syarat Tumbuh
Iklim
Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan,

namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman
jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah subtropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000
mm/tahun dan merata sepanjang tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008).
Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan
optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari.Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal
musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan
Juli-September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari
bersamaan musim penghujan (Prihatman, 2000).
Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan
tumbuh di dataran rendah dan sedang.Apabila udara mempunyai kelembaban
yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air.Kondisi demikian cocok
untuk pertumbuhan tanaman jambu biji.
Tanah
Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
Jambu biji dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak
mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan

Universitas Sumatera Utara


8

sedikit pasir (Prihatman, 2000).
Derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman
lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari pH tersebut maka perlu
dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
Tanaman ini mampu tumbuh dalam keadaan tanah yang salin dan
kekeringan serta pH antara 4.5 sampai 8.2 ,tanaman jambu bijidapat tumbuh subur
pada daerah tropis dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl.
Keanekaragaman Serangga (Insect Diversity)
Serangga memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem
pertanian, tidak hanya sebagai kelas terbesar dari filum artropoda, tetapi juga
kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan ekosistem pertanian yang
dinamis dan kurang stabil (Chinery, 1991). Keadaan ekosistem pertanian yang
lebih sederhana dapat menyebabkan satu atau lebih organisme pemakan tumbuhan
menjadi hama. Perubahan status dari bukan hama menjadi hama disebabkan
karena berlimpahnya tanaman makanan. Di samping itu, akan terjadi dominasi
suatu suatu jenis serangga terhadap serangga lainnya, karena di dalam ekosistem
banyak mekanisme alami yang bekerja secara efektif dan efisien. Kondisi ekologi
yang ada berpengaruh terhadap kehadiran organisme (Sosromarsono, 1981;

Untung dan Sudomo, 1997). Kondisi ini juga terjadi pada tanaman jambu air dan
jambu biji, yang merupakan tanaman perkebunan rakyat (98%).
Serangga-serangga yang berasosiasi pada tanaman jambu memiliki
peranan yang beragam. Serangga tersebut dapat berperan sebagai fitofag,
predator, polinator, maupun hanya singgah sementara pada tanaman jambu mete
(Freitas dan Paxton 1996). Pengetahuan mengenai jenis dan peranan serangga

Universitas Sumatera Utara

9

pada tanaman ini penting untuk diketahui terutama hubungannya dalam teknik
pengelolaannya. Serangga yang berstatus sebagai hama, populasinya diupayakan
berada dalam keadaan keseimbangan di bawah ambang kerusakan. Serangga
hama dapat menyerang pohon jambu mete pada berbagai fase pertumbuhan
seperti akar, batang, cabang, bunga dan inflorenscence, serta buah.
Menurut Krebs (1978), ada 6 faktor yang saling berkaitan menentukan
derajat naik turunnya keragaman, jenis yaitu :
o Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas
tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari

pada komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan
dalam ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.
o Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin
kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin
tinggi keragaman jenisnya.
o Kompetisi, terjadi apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang
sama yang ketersediannya kurang, atau walaupun ketersediannya cukup,
namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu
memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau
sebaliknya.
o Pemangsaan, mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang
berbeda di bawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar
kemunginan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman,
apabila intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau rendah dapat
menurunkan keragaman jenis.

Universitas Sumatera Utara

10


o Kestabilan iklim, makin stabil, suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam suatu
lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil, lebih memungkinkan
keberlangsungan evolusi.
o Produktifitas, juga dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang
tinggi.
Serangga memiliki keragaman yang luar biasa mungkin didasarkan pada
kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan tanaman, yang telah memicu
timbal balik adaptasi, spesialisasi dan evolusi bersama lebih dari ratusan juta
tahun. Serangga berinteraksi dengan tanaman dalam berbagai peran, yang paling
penting

sebagai

penyerbuk

dan

juga

sebagai


predator

(Whitney and Federle, 2012).
Status Hama Pada Tanaman Jambu
Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini
yang terbanyak anggotanya), sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada
serangga lain), sebabagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai
penyerbuk (misalnya tawon dan lebah dan sebagai penular (vector) bibit penyakit
tertentu (Putra, 1994).
Serangga fitofagus
Serangga fitofagus adalah serangga pemakan tumbuhan. Beberapa jenis
serangga fitofagus ada yang bersifat monofagus atau polifagus. Serangga
monofagus berarti hanya memakan satu atau beberapa jenis tumbuhan saja,
sedangkan serangga polifagus dapat memakan beberapa jenis tumbuhan dalam
satu famili (Gullan & Cranston 2000). Serangga dianggap sebagai hama ketika
keberadaannya merugikan kesejahteraan manusia, estetika suatu produk, atau

Universitas Sumatera Utara

11

kehilangan hasil panen. Dengan demikian, walaupun banyak serangga fitofagus
yang memakan bagian-bagian tanaman jambu mete, tetapi yang tergolong hama
hanya beberapa jenis saja.
Hama utama atau hama kunci merupakan spesies hama pada kurun waktu
yang lama selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang
berat, sehingga memerlukan usaha pengendalian yang seringkali dalam daerah
yang luas. Tanpa usaha pengendalian, maka hama ini akan mendatangkan
kerugian ekonomi bagi petani. Biasanya pada suatu agroekosistem hanya satu
atau dua hama utama. Sisanya adalah hama kategori hama yang lain
(Untung, 2001).
Hama yang merupakan hama utama pada pertanaman jambu biji di
berbagai negara adalah lalat buah. Hama lain merupakan hama sekunder, pada
populasi rendah tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang nyata. Namun jika
populasi melimpah pada suatu lokasi pertanaman atau keberadaannya berasosiasi
dengan organisme pengganggu tanaman lain, hama tersebut menjadi penting
(Gould and Raga, 2002).
Lalat buah subfamili dacinae merupakan salah satu hama yang banyak
menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan
secara luas maupun tanaman pekarangan seperti mangga, belimbing, jambu,
nangka, semangka, melon, pare, dan cabai. Akibat serangan hama ini produksi
dan mutu buah menjadi rendah, bahkan dapat mengakibatkan gagal panen karena
buah berjatuhan sebelum masak atau buah menjadi rusak saat dipanen. Informasi
dari perdagangan internasional menyatakan lalat buah merupakan ancaman utama
sebagai hama kontaminan dan bersifat sebagai species invasive (Suputa, 2006).

Universitas Sumatera Utara

12

Serangga Penyerbuk
Serangga penyerbuk berperan penting dalam penyerbukan tanaman
berbunga, khususnya tanaman yang bersifat entomofili. Aktivitas serangga
penyerbuk pada bunga memiliki potensi dan efektivitas yang berbeda dalam
penyerbukan tanaman (Atmowidi 2008). Aktivitas kunjungan penyerbuk pada
bunga dimulai pada pagi hari, meningkat hingga siang hari dan menurun pada
sore hari (Pateel and Sattagi, 2007).
Tanaman memerlukan bantuan penyerbuk untuk pembentukan buah.
Menurut Freitas and Paxton (1996), ada beberapa jenis serangga yang telah
diketahui mengunjungi inflorescence, yaitu semut, lebah, kupukupu dan tabuhan.
Peranan serangga-serangga tersebut bervariasi dalam penyerbukan. Camponotus
sp. (Hymenoptera: Formicidae) berperan sedikit dibandingkan dengan Apis
mellifera (Hymenoptera: Apidae) dan Centris tarsata (Hymenoptera: Apidae)
dalam proses penyerbukan bunga karena semut tersebut tidak kontak langsung
dengan organ reproduksi bunga. Demikian juga dengan peran beberapa jenis
kupu-kupu. Aphrissa sp. (Lepidoptera: Pieridae) kadang-kadang mengunjungi
bunga yang sudah tua, Danaus erippus Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae) sering
mengunjungi bunga ketika polen hanya tersedia sedikit, sedangkan E. Hegesra
(Lepidoptera: Nymphalidae) hanya kadang-kadang mengunjungi bunga tanaman
(Freitas and Paxton, 1996).
Menurut Freitas et al., (2002), tanaman yang mendapat bantuan penyerbuk
dalam proses pembuahan, menghasilkan hasil panen yang lebih banyak. Oleh
sebab itu, agar hasil produksi meningkat harus diperhatikan pengelolaan serangga
penyerbuk agar populasinya cukup ketika musim pembungaan. Selain itu strain

Universitas Sumatera Utara

13

tanaman dipilih yang dapat menghasilkan polen yang cocok satu sama lain.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat juga dapat membunuh penyerbuk.
Musuh Alami
Predator merupakan hewan yang membunuh, memangsa dan memakan
seluruh atau sebagian bagian dari mangsanya dan membutuhkan banyak mangsa
untuk terus berkembang (Price et al., 2011). Kelompok serangga predator paling
dominan umunya berasal dari ordo Coleoptera (famili Coccinellidae, Carabidae,
dan Staphylinidae), Neuroptera (famili Chrysopidae), Hymenoptera (famili
Formicidae),

Diptera,

Hemiptera

(famili

Reduviidae),

Odonata

(famili

Libellulidae) dan ordo Mantodea (famili Mantidae) (Borror et al. 1996).
Keanekaragaman serangga predator pada suatu ekosistem sangat penting untuk
diketahui, terutama dalam kaitan penekanan populasi serangga hama melalui
pengendalian hayati. Semakin beragamnya keanekaragaman predator pada suatu
ekosistem mampu menekan kerugian hasil akibat serangga hama (Furlong, 2010).
Predator merupakan hewan yang membunuh, memangsa dan memakan
seluruh atau sebagian bagian dari mangsanya dan membutuhkan banyak mangsa
untuk terus berkembang (Price et al., 2011).
Parasitoid didefinisikan sebagai perilaku memakan tubuh arthropoda
lainnya (inang), bahkan membunuhnya (Godfray, 1958). Serangga parasitoid
merupakan serangga yang stadia pradewasanya menjadi parasit pada atau di
dalam tubuh serangga lain, sementara imago hidup bebas mencari nektar dan
embun madu sebagai makanannya (Purnomo, 2010). Parasitoid kini telah
dimanfaatkan sebagai agen pengendali hama secara hayati. Beberapa spesies dari
famili Tachinidae, Ichneumonidae, Braconidae, dan famili dari subordo

Universitas Sumatera Utara

14

Chalcidoidea telah banyak dilaporkan mengendalikan populasi inangnya. Salah
satu contoh di Indonesia, parasitoid Brachymeria (Chalcididae) dimanfaatkan
untuk mengendalikan ledakan hama ulat

bulu Arctornis submarginata

(Lepidoptera: Lymantriidae) pada tanaman mangga di Probolinggo awal
tahun 2011 (Ant/ICH, 2011).
Larva Tachinidae bersifat endoparasit pada inang. Endoparasit merupakan
perilaku larva yang memakan tubuh inang dari bagian dalam organ tubuh inang.
Induk Tachinidae akan menempatkan telur di dalam tubuh inang. Telur kemudian
menetas menjadi larva dan memakan tubuh inang dari dalam. Hal ini akan
langsung membunuh inang. Kemampuannya ini telah dimanfaatkan untuk
mengendalikan hama.
Braconidae merupakan kelompok serangga parasitoid Hymenoptera
penting sebagai pengendali hayati karena jenis-jenisnya menyerang hama-hama
utama komoditas pertanian dan kehutanan. Kelompok famili Baconidae ada yang
bersifat ektoparasitoid atau endoparasitoid, soliter atau berkelompok. Famili ini
dapat menyerang inang pada semua fase hidup inang, mulai dari telur, larva, pupa
sampai imago. Inang dari Braconidae berasal dari ordo Lepidoptera, Coleoptera,
Hemiptera, Hymenoptera, Neuroptera dan Psocoptera (Borror et al., 1996).
Braconidae merupakan parasitoid penting yang telah berhasil dimanfaatkan untuk
mengendalikan hama. Salah satunya adalah parasitoid Opius sp. yang merupakan
parasitoid potensial dalam mengendalikan Liriomyza huidobrensis (Diptera:
Agromycidae) yang merupakan penggerek daun pada berbagai jenis komoditi
pertanian (Purnomo et al., 2008).

Universitas Sumatera Utara

15

Parasitoid dan predator dapat ditemui diarea pertanaman jambu.
Mesocomis orientalis dan Trichogramma sp. merupakan parasitoid telur C.
Trifenestrata. Tingkat parasitisasi Trichogramma sp. berkisar antara 60-80%
(Wikardi and Wahyono, 1991). Di samping itu, Supeno (2006) menemukan
ektoparasitoid imago S. indicora yang merupakan anggota famili Epipyropidae.
Wereng pucuk ini juga dapat dikendalikan dengan menggunakan parasitoid telur
Aphanomerus sp. (Hymenoptera: Platygasteridae) (Purnayasa, 2003; Wahyono,
2005),

parasitoid

pupa

Brachymeria

sp.

dan

Tetrastichus

sp.

(Mardiningsih et al., 2004).
Predator seperti semut (Hymenoptera: Formicidae) dapat ditemukan pada
pertanaman jambu. Semut semut tersebut ada yang bersifat sebagai predator
maupun pemakan bahan organik tanah. Semut-semut yang berasosiasi dengan
serangga penghasil embun madu seperti aphid, Stictococcus sp., Planococcoides
njalensis dan T. aurantii adalah Pheidole megacephala, Crematogaster africana
Mayr, Crematogaster striatula Emery, Oecophylla longinoda Latr., Cataulacus
guineensis Smith, Polyrachis laboriosa Smith, dan Camponotus olivieri F.
(Dwomoh et al., 2008). Jenis predator lainnya adalah Chilomenes lunata F.
(Coleoptera: Coccinellidae). Menurut Dwomoh et al. (2008), kumbang ini dapat
memangsa larva dan nimfa H. schoutedeni. Dysdercus superstitiosus dan H.
schoutedeni juga dapat dimangsa oleh Sphodromantis lineola (Burm), Tarachodes
afzelii Roy, dan Amorphoscelis sp. (Dictyoptera: Mantidae) (Dwomoh et al.
2008). Hasil penelitian Karmmawati et al., (2004) menunjukkan bahwa kehadiran
semut dapat menekan persentase pucuk terserang Helopeltis

Universitas Sumatera Utara

16

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga
Keadaan lingkungan hidup mempengaruhi keanekaragaman bentukbentuk hayati dan banyaknya jenis makhluk hidup (biodiversitas) dan sebaliknya
lingkungan. Semua jenis flora dan fauna telah berevolusi untuk menyesuaikan
hidup dengan lingkungan. kehidupan seranggapun sangat bergantung pada
habitatnya. Oleh karena itu faktor lingkungan sangat menentukan dan
berpengaruh pada perkembangan serangga. Faktor abiotik seperti salinitas, pH,
kandungan bahan-bahan, suhu dll.), dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim,
cuaca, angin, suhu, dll.) (Tarumingkeng, 1991).
Lingkungan biotik merupakan bagian dari keseluruhan lingkungan yang
terbentuk oleh semua fungsi makhluk hidup yang satu dan lainnya saling
berinteraksi. Faktor-faktor abiotik yang penting dalam mempengaruhi kehidupan
serangga adalah temperatur, cahaya, presipitas, kelembaban dan angin, serta
faktor-faktor abiotik lainnya yang kurang penting yang termasuk di dalam faktorfaktor cuaca dan iklim (Suratmo, 1974).
Menurut Willmer (1982) diacu dalam Kahono et al. (2003) iklim
merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. Iklim berpengaruh
langsung kepada kehidupan, pertumbuhan, reproduksi, dan kelimpahan serangga,
fenologi, dan musuh alami.
Faktor lingkungan tediri dari lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.
Faktor lingkungan fisik atau abiotik mencakup unsur-unsur litosfer (lithosphere
atau tanah: tipe, bahan induk, struktur, tekstur, sifat fisik dan kimia, kesuburan
dll.), hidrosfer (hydrosphere, lautan dan perairan lainnya: arus, kedalaman)

Universitas Sumatera Utara

17

Faktor fisik terhadap suhu, kelembapan, cahaya, angin, curah hujan yang mudah
di evaluasi. Kelembapan udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung dan
tidak langsung, serangga yang hidup di lingkungan kering mempunyai cara
tersendiri untuk mengifesienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air
yang terdapat pada fesces yang akan dibuang dan menggunakan air metabolik
tersebut. Hujan secara langsung dapat mempengaruhi populasi serangga hama
apabila hujan besar serangga hama banyak yang mati, berpengaruh terutama pada
pertumbuhan dan keaktifan serangga unsur yang penting dalam analisis hujan
adalah curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan. Angin mempengaruhi
metabolisme serangga, serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin
selanjutnya sumber cahaya panas yang utama di alam adalah radiasi surya
(Nenet et al., 2005).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45