Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk
didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana memiliki peran strategis dalam pembangunan berbagai sektor. Dalam
usahanya perusahaan perbankan mengumpulkan dana dan menyalurkan dana pada
masyarakat melalui kredit.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan sebagai salah satu sektor yang bergerak dibidang jasa keuangan
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya
berbagai bank di Indonesia baik bank miliki negara, bank asing, maupun bankbank daerah yang terus berupaya untuk tetap eksis dalam menjalankan usahanya
dengan menawarkan berbagai jasa perbankan seperti tabungan, deposito, giro,
fasilitas kredit, serta munculnya unit-unit usaha syariah pada bank-bank
konvensional.

Melalui pasar modal perusahaan perbankan berupaya menarik investor
untuk berinvestasi melalui penjualan sekuritas. Bursa Efek Indonesia merupakan

Universitas Sumatera Utara

pasar modal Indonesia yang memegang peranan penting dalam memobilisasi dana
dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Aktivitas investasi
merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan
ketidakpastian oleh para investor.
Tandelilin (2010 : 26) menyatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal
juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang
umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan bursa
efek.
Melihat peran penting perbankan dalam aktivitas ekonomi secara umum,
perusahaan-perusahaan perbankan senantiasa berupaya mencapai kinerja yang
optimal. Salah satu indikator perusahaan-perusahaan perbankan yang memiliki
kinerja yang bagus tercermin dari tingkat Return on Assets (ROA) perusahaan.

Return on Assets

yang tinggi mencerminkan tingkat efektivitas dan efisiensi

perbankan dalam mengelola aset sehingga memperoleh laba.
Dalam upaya meningkatkan kinerja perbankan, perusahaan sektor
perbankan berupaya meningkatkan penyaluran kredit sebagai sumber utama
pendapatan bank melalui bunga kredit. Statistik Perbankan Indonesia dan Sistem
Informasi Perbankan OJK, dalam salinan Laporan Tahunan Perbankan bahwa
pada tahun 2014 Triwulan III tercatat penyaluran kredit bank umum konvensional

Universitas Sumatera Utara

mencapi Rp. 3.561,295 Triliun kemudian pada Triwulan IV meningkat menjadi
Rp. 3.674, 308 Triliun meningkat sebesar 3,17%.
Meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan bank umum konvensional
secara umum ternyata tidak seiring dengan meningkatnya nilai Return on Assets
perbankan justru nilai Return on Assets Bank Umum Konvensional secara
keseluruhan mengalami penurunan seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut:


3,20%
3,15%
3,10%
3,05%
3,00%
2,95%
2,90%
2,85%
2,80%
2,75%
2,70%

3,13%
3,08%

2,91%
2,85%

ROA Bank Umum


Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2014
Sumber: Laporan
TahunanTW
Perbankan
Tahun
TW IV
IV
TW III 2014 (Statistik
TW IV Perbankan Indonesia dan
Sistem Informasi Perbankan OJK, Desember 2014) (data diolah)

Gambar 1.1
Return on Assets Bank Umum Konvensional Tahun 2012-2014
Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2012 Triwulan IV ROA bank
umum sebesar 3,13%, di tahun 2013 Triwulan IV menurun menjadi 3,08%,
selanjutnya di tahun 2014 Triwulan III ROA bank umum sebesar 2,91%, dan
penurunan tersebut berlanjut hingga Triwulan IV tahun 2014 menjadi sebesar
2,85%. Dengan demikian, dalam kurun waktu tersebut terjadi kecenderungan
penurunan ROA pada bank umum terutama di tahun 2014 merupakan kinerja
bank merupakan yang terendah.

Melihat kondisi tersebut, perusahaan perbankan dituntut agar terus
berupaya

meningkatkan

kinerjanya

ditengah

berbagai

hambatan

seperti

Universitas Sumatera Utara

perlambatan ekonomi, nilai kurs maupun iklim investasi dan bisnis yang bergerak
dinamis.
Dalam upaya tersebut, kinerja perbankan pada penelitian ini diukur dengan

menggunakan rasio Return on Assets. Return on Assets dipilih sebagai parameter
kinerja bank karena melalui Return on Assets dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan secara keseluruhan karena ROA
membandingkan laba dengan total aset dimana total aset dinilai lebih stabil
dibanding ekuitas serta lebih menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
mengelola kekayaannya secara keseluruhan dalam menghasilkan laba. Brigham
dan Houston (2010 : 148) menyatakan bahwa Return on Assets adalah rasio laba
bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. Dendawijaya
(2009 : 118) menyatakan bahwa Return on Assets digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan.
Tinggi rendahnya Return on Assets tentunya dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik faktor internal maupun eksternal perusahaan perbankan. Beberapa
faktor internal yang bisa berdampak pada kinerja perbankan diantaranya adalah
tingkat risiko kredit, dan efisiensi operasional. Dalam penelitian ini risiko kredit
ditinjau dari tingkat kecukupan modal dengan alat ukur Capital Adequacy Ratio
(CAR), tingkat likuiditas dengan alat ukur Loan to Deposit Ratio (LDR) dan
kualitas aktiva produktif dengan alat ukur Non Performing Loan (NPL) sedangkan
efisiensi operasional diukur dengan menggunakan rasio Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).


Universitas Sumatera Utara

Suhardjono dan Kuncoro (2002 : 562), menyatakan bahwa Capital
Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja
suatu bank dalam menghasilkan keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang
dimiliki Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 menetapkan rasio
kecukupan modal bank minimum sebesar 8%.
Rivai et al. (2013 : 469) menyatakan bahwa permodalan merupakan
penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur saat ini dan
mengantisivasi eksposur risiko dimasa datang. Selanjutnya, Rivai et.al. (2013 :
469) menyatakan bahwa capital, untuk memastikan kecukupan modal dan
cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul, modal merupakan benteng
pertahanan bagi bank.
Dengan demikian, jika rasio kecukupan modal (CAR) bank tinggi maka
perusahaan memiliki tingkat kecukupan modal untuk menjalankan usahanya
sehingga terhindar dari risiko kebangkrutan. Semakin tinggi nilai Capital

Adequacy Ratio (CAR) akan meningkatkan kinerja perbankan karena memiliki
sejumlah modal yang cukup untuk mengcover berbagai risiko yang dalam
menjalankan usahanya.
Selanjutnya, besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat (nasabah)
tercermin dari besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR). Jika LDR melampaui batas
yang ditetapkan regulasi sebesar 100%, maka ini berarti risiko kredit meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Jika Loan to Deposit Ratio terlalu tinggi melebihi aturan yang ditetapkan regulasi
maka tingkat likuiditas perbankan dinilai tidak sehat karena dikhawatirkan bank
tidak mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh deposan setiap
saat terutama jika sejumlah kredit yang disalurkan mengalami gagal bayar
tentunya hal ini menyebabkan meningkatnya risiko kredit.
Menurut Rivai et.al. (2013 : 484) menyatakan bahwa Loan to Deposit
Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang
diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena
itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan

likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar. Dengan demikian, tingkat LDR yang
tidak mampu dijaga oleh bank pada level tertentu dapat menurunkan Return on
Assets sebaliknya jika LDR berada pada level yang aman maka dapat
meningkatkan Return on Assets.
Selanjutnya risiko kredit yang diukur dengan rasio Non Performing Loan
(NPL) akan mencerminkat tingkat kredit bermasalah yang diberikan bank. Ismail
(2009: 226), menyatakan bahwa NPL (Non Performing Loan) adalah kredit yang
menunggak melebihi 90 hari. Dimana NPL terbagi menjadi Kredit Kurang
Lancar, Diragukan, dan Macet. Semakin kecil NPL maka semakin kecil pula
risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Dengan demikian, maka Non
Performing Loan dapat memberikan dampak negatif pada bank karena tidak risiko

Universitas Sumatera Utara

tidak tertagihnya kredit yang diberikan pada nasabah sehingga menyebabkan
kinerja mengalami penurunan dari sisi pendapatan.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Return on Assets adalah tingkat
efisiensi operasional perbankan. Semakin efisien operasional perbankan dalam
menjalankan usahanya tentunya dapat menghemat sejumlah biaya dan

memaksimalkan pendapatan. Sebaliknya bank yang tidak efisien dalam
operasionalnya tentunya akan mengalami sulit untuk memaksimalkan laba atau
mengalami kerugian.
Rasio efisiensi operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara biaya
yang dikeluarkan dengan pendapatan operasional. Riyadi (2006 : 159),
menyatakan bahwa BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti
semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam
menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan Melalui Surat Edaran BI No.
3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001, BI membuat ketentuan bahwa BOPO
maksimum sebesar 90%. Semakin tinggi rasio BOPO berarti semakin tidak efisien
biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga

kemungkinan bank untuk memperoleh laba semakin kecil. Ketidakefisiensian
bank tersebut dikarenakan karena Biaya Operasional yang sangat tinggi dan
Pendapatan Operasional yang tidak cukup tinggi. Maka bank tersebut harus
memperbaiki kinerja operasional bank agar menjadi efisien.


Universitas Sumatera Utara

Pada Tabel 1.1 berikut dapat dilihat data keuangan terkait dengan risiko
kredit, efisiensi operasional, dan laba pada beberapa perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Tabel 1.1
Data Keuangan Beberapa Perusahaan Perbankan
di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
Emiten

BNLI

BBRI

BABP

Tahun

Modal

Kredit

Kredit Bermasalah

Beban Operasional

Laba

2011

11.419.858

68.204.434

382.476

3.966.675

1.558.818

2012

16.797.965

122.830.812

509.140

4.495.536

1.888.081

2013

18.487.427

150.169.207

500.187

6.791.044

2.301.503

2014

19.832.236

157.876.854

1.007.259

10.117.024

2.047.287

2015

21.715.039

157.713.808

2.258.666

9.933.923

293.535

2011

41.815.988

269.454.726

1.455.572

13.737.272

18.755.880

2012

55.133.677

336.081.042

6.313.649

13.126.655

23.859.572

2013

69.472.036

419.144.730

6.731.905

15.354.813

27.910.066

2014

85.706.557

479.211.143

8.367.144

23.679.803

30.804.112

2015

110.580.617

547.318.355

11.402.507

27.154.270

32.494.018

2011

545.709

4.944.114

171.031

460.867

(125.002)

2012

608.389

5.043.065

205.448

331.117

6.010

2013

761.724

5.378.179

130.183

384.026

(66.542)

2014

119.567

6.128.833

241.529

524.417

(70.040)

1.495.512

7.047.265

172.171

663.414

11.188

2015
Sumber: www.idx.co.id

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa pada Bank Permata, Tbk (BNLI) nilai
jumlah kecukupan modal minimum, jumlah kredit, kredit bermasalah, dan beban
operasional cenderung mengalami peningkatan selama periode 2011-2015 namun
laba mengalami peningkatan dari tahun 2011-2013 dan mengalami mengalami
penurunan pada dua tahun terakhir di tahun 2014 dan 2015 bahkan penurunan
yang signifikan terjadi di tahun 2015.
Dengan demikian, terlihat bahwa meskipun modal minimum bank dan
jumlah kredit yang disalurkan terus meningkat, namun ternyata tidak selalu

Universitas Sumatera Utara

diiringi dengan peningkatan laba setiap tahunnya terutama di tahun 2014 dan
2015. Kredit bermasalah yang terus meningkat selama periode 2011-2015 juga
tidak selalu menyebabkan penurunan pada laba terutama dari tahun 2011-2013
saat kredit bermasalah meningkat laba juga mengalami peningkatan, namun
peningkatan kredit bermasalah di tahun 2014 dan 2015 menyebabkan penurunan
laba di tahun yang sama. Selanjutnya, beban operasional yang terus meningkat
dari tahun 2011-2013 tidak menyebabkan menurunnya laba pada tahun tersebut,
namun peningkatan beban operasional di tahun 2014 dan 2015 menyebabkan
terjadinya penurunan laba namun meskipun beban operasional tertinggi terjadi di
tahun 2014 namun laba terendah justru terjadi pada tahun 2015.
Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, (Persero), Tbk (BBRI) peningkatan yang
terjadi pada jumlah modal minimum, kredit, kredit bermasalah, dan beban
operasional selalu diiringi dengan meningkatnya laba. Semakin besar jumlah
modal minimum yang dimiliki BRI semakin besar laba yang dicapai, demikian
halnya dengan meningkatnya kredit yang disalurkan searah dengan meningkatnya
laba.

Namun peningkatan yang terjadi pada kredit bermasalah dan beban

operasional justru tidak menyebabkan terjadinya penurunan laba selama periode
2011-2015.
Selanjutnya pada PT. Bank MNC International, Tbk. (BABP) jumlah
modal minimum yang dimiliki bank dan jumlah kredit yang disalurkan terus
mengalami peningkatan, sedangkan kredit bermasalah, beban operasional dan laba
mengalami fluktuasi selama periode 2011-2015. Dengan demikian, terlihat bahwa
meningkatnya modal minimum dan jumlah kredit yang disalurkan tidak searah

Universitas Sumatera Utara

dengan meningkatnya laba bank justru pada tahun 2011, 2013 dan 2014 bank
mengalami kerugian dengan laba yang bernilai negatif. Demikian halnya dengan
fluktuasi yang terjadi pada kredit bermasalah dan beban operasional tidak sesuai
dengan fluktuasi yang terjadi pada laba. Saat jumlah kredit bermasalah dan beban
operasional meningkat, bank justru mampu mencapai laba yang positif, namun
saat jumlah kredit bermasalah dan beban operasional mengalami penurunan,
justru bank mengalami kerugian.
Dengan demikian, secara umum terlihat bahwa dari beberapa data
keuangan tersebut yang terkait dengan risiko kredit dan efisiensi operasional
terlihat adanya kesenjangan atau ketidaksesuaian antara risiko kredit, dan beban
operasional terhadap laba pada beberapa perusahaan perbankan tersebut. Saat
risiko kredit dan beban operasional meningkat, ternyata tidak selalu menyebabkan
penurunan pada laba justru peningkatan tersebut searah dengan meningkatnya
laba sebaliknya menurunnya risiko kredit dan beban operasional tidak serta merta
menyebabkan meningkatnya laba terkadang justru saat risiko kredit dan beban
operasional rendah laba yang dicapai malah menurun bahkan ada yang bermilai
negatif.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh
bagaimana pengaruh CAR, LDR, NPL, dan BOPO terhadap ROA dengan
memilih judul penelitian “Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional
Terhadap Kinerja Perusahan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode
2011-2015”.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.

Apakah

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015?
2.

Apakah

Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015?
3.

Apakah

Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015
4.

Apakah

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan
perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio
(CAR), terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Loan (NPL),
terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015.

Universitas Sumatera Utara

3.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR),
terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015.

4.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Beban Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), terhadap Return on Assets (ROA) pada
perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.

Bagi Perusahaan Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang berkaitan
dengan pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non
Performing Loan dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Return on Assets (ROA).

2.

Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non
Performing

Loan

(LDR),

Biaya

Operasional

Terhadap

Pendapatan

Operasional (BOPO) dan Return on Assets (ROA).
3.

Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk peneliti
selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT, RISIKO PASAR, DAN RISIKO OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014

5 38 78

Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

0 8 100

Pengaruh Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015).

1 7 33

Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

0 0 11

Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

0 0 2

Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

0 0 22

Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

0 0 3

Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015

0 0 1

PENGARUH RISIKO KREDIT DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - PENGARUH RISIKO KREDIT DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014 - POLSRI REPOSITORY

0 0 6