T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Perbandingan Delay, Jitter, dan Througphut Akibat Routing Information Protocol Version 2 dan Routing Information Protocol Next Generation T1 Full text

Analisis Perbandingan Delay, Jitter, dan Througphut akibat Routing
Information Protocol Version 2 dan Routing Information Protocol
Next Generation

Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti :
Ferdy Reinnagel Denny (672010037)
Indrastanti R. Widiasari, M.T.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016

i

Analisis Perbandingan Delay, Jitter, dan Througphut akibat

Routing Information Protocol Version 2 dan Routing Information
Protocol Next Generation
1)

Ferdy Reinnagel Denny, 2)Indrastanti R. Widiasari, M.T

Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Email: 1)ferdyreinnagel@gmail.com, 2)Indrastanti@staff.uksw.edu
Abstract

RIP used in IPv4 is RIPv2, whereas in addressing of IPv6 used RIPng. The basic
difference in both of the RIP protocols is in the header structure and the total of
byte that is used in each protocol. Based on the difference, so in this study will
analyze the performance of RIPv2 protocol on IPv4 and RIPng on IPv4 from the
throughput, jitter, and delay parameter. By using action research method, the
result of this study is that RIPng has a better throughput value rather than RIPv2
network protocol, delay parameter in the both of protocols shows that RIPng has
big delay timing, the third parameter is jitter which shows that the time variation

in RIPng is higher than RIPv2 protocol.
Abstrak

RIP yang digunakan pada IPv4 adalah RIPv2 sedangkan pada pengalamatan IPv6
menggunakan RIPng. Perbedaan mendasar dari kedua protokol RIP tersebut
terdapat pada struktur header dan jumlah bit yang digunakan pada masing-masing
protokol. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan
analisa Quality of Service dari protokol RIPv2 pada IPv4 dan RIPng pada IPv6
berdasarkan parameter throughput, jitter dan delay. Dengan menggunakan metode
action research diperoleh hasil RIPng memiliki nilai throughput yang lebih baik
dari protokol jaringan RIPv2, parameter delay pada kedua protokol menunjukkan
bahwa RIPng memiliki waktu delay yang besar, Parameter ketiga yaitu jitter,
menunjukkan bahwa variasi waktu pada protokol RIPng adalah lebih tinggi dari
protokol RIPv2
Kata Kunci : RIPv2, RIPng, Parameter QoS

1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.

2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

2

1. Pendahuluan
Jaringan internet hingga saat ini terus mengalami peningkatan, baik
peningkatan jumlah pengguna maupun peningkatan teknologi yang
digunakan. Peningkatan penggunan alamat komputer (IP Address) yang terus
meningkat mengharuskan teknik pengalamatan yang digunakan saat ini yaitu
pengalamatan versi 4 (32 bit) harus segera beralih ke sistem pengalamatan IP
versi 6 (IPv6) atau sistem pengalamatan 128 bit yang menyediakan lebih dari
340 triliun (undecilion) alamat pengguna. Perubahan dari IPv4 ke IPv6 tidak
hanya mengubah jumlah pengguna yang dimungkinkan dalam jaringan
komputer tetapi juga mengubah beberapa teknologi lainnya seperti protokol
routing dalam jaringan komputer.
Salah satu protokol routing yang dikembangkan dengan mengikuti
pengalamatan Ipv6 adalah RIP atau Routing Information Protocol. Pada
pengalamatan IPv4, protokol RIP yang digunakan adalah RIPv2 sedangkan
pada pengalamatan IPv6 menggunakan RIPng. Selain perbedaan versi

pengalamatan yang digunakan oleh kedua protokol tersebut, perbedaan
mendasar dari kedua protokol RIP tersebut adalah pada struktur header.
Header pada RIPv2 menggunakan 32 bit pada source address dan destination
address sedangkan pada RIPng besar bit yang digunakan untuk source
address dan destination address adalah 128 bit. Selain dari pada jumlah bit
yang digunakan pada source address dan destination address, pada RIPng
juga terdapat beberapa header extension seperti hop-by-hop header,
destination options header, routing header, fragment header, authentication
header, dan encapsulating security payload headerguna mendukung
kebutuhan atau opsi tambahan yang terdapat pada IPv6 [1].
Berdasarkan perbedaan yang terdapat pada RIPv2 dan RIPng baik
pada jumlah bit maupun pada struktur header yang dimiliki, maka pada
penelitian dilakukan tentang analisis Quality of Service dari protokol RIPv2
pada IPv4 dan RIPng pada IPv6.

2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Hasanah [2] yang melakukan analisis kinerja
Routing Information Protocol pada topologi ring, hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata delay yang dihasilkan dari

pengujian adalah 108 ms. Nilai rata-rata packet loss yang dihasilkan dari
adalah 2,5%. Sementara nilai rata-rata throughput adalah dan 0,763 kbps.
Penelitian terdahulu lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Yolanda [3] yang mengkaji tentang kinerja
protokol routing Open Shortest Path First (OSPF) dan Enhanced Interior
Gateway Routing Protocol (EIGRP). Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa nilai throughput pada protokol OSPF adalah lebih baik
dapa prokol EIGRP, dan nilai jitter pada kedua protol adalah relatif stabil .
3

Perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan adalah,
pada penelitian dilakukan analisa kinerja jaringan pada protokol Routing
Informasi Protocol Version 2 (RIPv2) dan Routing Information Protocol
Next Generation (RIPng) dengan membandingkan nilai dari variabel
throughput, delay, dan jitter.
Berdasarkan perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang
dilakukan adalah pada Transmission Control Protocol/Internet Protocol
(TCP/IP) adalah sekumpulan protokol yang didesain untuk melakukan
fungsi-fungsi komunikasi data pada jaringan.TCP/IP terdiri dari beberapa
protokol yang bertanggungjawab atas bagian tertentu dalam komunikasi

data. IP merupakan inti dari TCP/IP dan merupakan protokol terpenting
dalam internet layer [4]. Internet Protokol versi 4 (IPv4) merupakan
protokol komunikasi yang bertugas menyampaikan paket data melewati
jaringan komputer. Paket data pada lapisan ini terdiri dari header IP dan
datagram IP. Header IP berisi alamat pengirim, alamat IP penerima dan
metadata, struktur paket data IPv4 adalah seperti pada Gambar 1.

Gambar 1Format Paket Data IPv4 [5]

Gambar 1 merupakan format paket data pada IP versi 4 yang terdiri
dari version yang menunjukkan jenis dari format header dengan nilai pada
kolom 0x4, IHL (Internet Header length) yang menunjukkan panjang
header dalam satuan byte, TOS (Time of Service) menunjukkan parameter
dari jenis layanan yang diminta, total length menunjukkan panjang dari
datagram dalam satuan byte, identification menunjukkan urutan fragmentasi
dari sebuah paket, flags menunjukkan status fragmentasi dari sebuah paket
yang bertujuan untuk mengetahui apakah paket ini merupakan fragmentasi
terakhir atau masih ada selanjutnya, fragment offset yang menunjukkan nilai
offset suatu fragment yang akan digunakan kembali dalam penyusunan
paket data. TTL (time to live) digunakan untuk mengetahui umur dari

datagram, protocol menunjukkan protokol yang digunakan pada enkapsulasi
datagram, source IP address menunjukkan alamat pengirim, destination IP
address menunjukkan alamat tujuan, option berisi metadata parameter rute
4

pengirim dan proses pengiriman serta padding sebagai penambahanbyte
kosong untuk memenuhi syarat pengiriman suatu paket dengan panjang
minimal 64 byte [5].
Sistem pengalamatan IPv6 atau disebut juga dengan RIPng (internet
protocol next generation) merupakan generasi terbaru dalam pengalamatan
pengganti IPv4 sebagai standar IP, IPv6 menggunakan sistem pengalamatan
128 bit atau dapat menampung sebanyak dua alamat pengguna[6]. Berbeda
dengan IPv4, strukur header paket pada IPv6 telah mengalami beberapa
perubahan, strukur packet header IPv6 adalah seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 Format Paket Data IPv6 [5]

Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan
rute atau petunjuk dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Router
menggunakan IP address tujuan untuk mengirimkan paket, setiap router

harus saling bertukar dan memperlajari informasi sesama router yang saling
terhubung untuk mengetahui jalur atau rute terbaik [6]. Secara umum
terdapat dua jenis routing protocol, yaitu Distance vector dan Link State,
distance vector merupakan jenis routing protocol yang menggunakan
distance (metric) dan vector (arah) untuk mencapai tujuan. Informasi
routing hanya diperoleh dari router terdekat, yang dimaksud dengan
distance adalah berapa banyak jumlah hop yang harus dilalui oleh paket
sebelum mencapai tujuan. Distance vecto dikembangkan menggunakan
algoritma Bellman-Ford. Contoh distance vector yaitu BGP (Border
gateway protocol), RIP (Routing Information Protocol), EIGRP (Enhanced
Interior Gateway Routing Protocol).
Sementara link state merupakan protokol routing yang bekerja dengan
melakukan pelacakan atau penyelidikan terhadap semua koneksi yang ada
dalam jaringan, setiap router pada link state routingakan menerima jalur
yang dibentuk pada jaringan tersebut baik status koneksi, jenis dan tipe
koneksi, bahkan kecepatan dari koneksi tersebut. Link state dikembangkan
dengan menggunakan algoritma shortest path, contoh link state adalah

5


OSPF (Open Short Path First) dan IS-IS (Intermediate System to
Intermediate System).
Kinerja atau Quality of Service dari setiap protokol yang digunakan
dalam jaringan menentukan derajat kepuasan seorang pengguna terhadap
suatu layanan. International Telecomunication Unionmendefinisikan
Quality of Service (QoS) sebagai: “the collective effect of service
performance wich determines the degree os satisfaction of a user of the
services”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa QoS adalah kemampuan
suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dalam menyediakan
bandwidth,
dengan
memperhatikan
parameter
QoS
yaitu
throughput,delay,dan jitter.
Throughtput dapat diartikan sebagai kecepatan (rate) transfer data
efektif, yang diukur dalam bps. Throughtput merupakan jumlah total
kedatangan paket yang sukses yang diamati pada tujuan selama interval
waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut.

Persamaan untuk menghitung throughtput adalah :
�ℎ�

�ℎ

=


� � � � �
�� �
�� � �

(1)

Parameter kedua dalam QoS yaitu delay, delay merupakan waktu
yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari source ke destination.
Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media jaringan, dan kongesti. Nilai
delay berdasarkan TIPHON dapat dilihat dari persamaan berikut :
Persamaan untuk menghitung delay adalah :
����� =





� �


��
�� � �

� �

(2)

Parameter berikut ialah jitter atau variasi kedatangan yang diakibatkan
oleh panjangnya antrian, waktu pengelolaan data, dan juga waktu
penggabungan paket-paket data dalam perjalanan suatu paket data. Jitter
berhubungan erat dengan delay yang terjadi pada transmisi jaringan [7].
Persamaan untuk menghitung jitter adalah :
�� �� =



� � �� �� �
��
� �
�� � �
� �

(3)

Total variasi delay diperoleh dari persamaan :
Total variasi delay = Delay – Rata-rata Delay

6

(4)

3. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah tahapan penelitian yang dilakukan guna
menjawab permasalahan penelitian. Metode atau tahapan penelitian yang
digunakan terdiri dari beberapa tahapan yaitu diagnosing, action planning,
action taking, evaluating, dan learning.

Gambar 3 Langkah-langkah Penelitian [3]

Gambar 3 merupakan tahapan penelitian action research yang terdiri
dari 5 tahapan yaitu diagnosing, action planning, action taking, evaluating,
dan learnig.
1) Diagnosing
Tahapan diagnosing merupakan tahapan studi kepustakaan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian baik yang bersumber
dari buku maupun dari artikel ilmiah lainnya. Aktifitas yang
termasuk dalam tahapan diagnosing adalah melakukan kajian
permasalahan dari RIPv2 dan RIPng dari beberapa penelitian
terdahulu dan buku terkait.

7

2) Action Planning
Tahapan action planning merupakan tahapan konfigurasi kedua
jaringan baik yang menggunakan protokol RIPv2 maupun yang
menggunakan protokol RIPng yang terdiri dari beberapa router.
3) Action Taking
Tahapan action taking merupakan tahapan uji coba dengan
melakukan pengiriman paket data pada masing-masing protokol
dengan menggunakan ukuran data yang sama. Pada uji coba
dilakukan pengiriman paket data VoIP dan WEB.
4) Evaluating
Tahapan evaluating merupakan tahapan pengiriman paket data
pada tahapan sebelumnya dengan menghitung berbagai parameter
QoS pada kedua jaringan baik yang menggunakan protokol RIPv2
dan RIPng.
5) Learning
Tahapan terakhir dalam penelitian adalah learning atau penarikan
kesimpulan tentang QoS pada protokol RIPv2 dan RIPng.
4. Hasil dan Pembahasan
Perhitungan kinerja protokol RIPv2 dan RIPng dilakukan pada
jaringan yang terdiri dari 16 buah router yang terhubung dengan end user dan
server. Topologi jaringan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Topologi RIPv2 dan RIPng

Gambar 4 merupakan topologi yang digunakan oleh protokol RIPv2
dan RIPng yang yang menggabungkan end user dengan server menggunakan
16 router (15 hop) untuk protokol RIPv2 dan 15 router (15 hop) untuk
8

protokol RIPng. Penggunaan 15 hop dalam topologi dikarenakan baik
protokol RIPv2 maupun RIPng memiliki jumlah hop maksimal yang sama
yaitu 15 hop. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan paket data TCP dan
UDP yang melewati setiap router dari end user ke server dan dari server
mengirimkan kembali ke end user.
Berdasarkan topologi pada Gambar 4, pengujian dilakukan dengan
mengirimkan paket data melalui jaringan yang menggunakan protokol RIPv2
dan RIPng. Selanjutnya, dengan mengirimkan paket data pada jaringan, maka
akan dilakukan analisa protokol pada masing-masing jaringan. Hasil
pengujian kinerja pengiriman paket TCP dan UDP pada kedua protokol
routing adalah seperti pada Gambar 5.

Gambar 5 Header RIPv2

Gambar 5 merupakan header protocol RIPv2 yang terdiri ADDR
FAMILLY atau address family yang merupakan informasi protokol RIP yang
digunakan yaitu ADDR FAMILY 0x2 atau protokol RIPv2. Informasi
selanjutnya adalah NETWORK atau alamat jaringan yang dimiliki router saat
ini yaitu 192.168.1.0 dengan informasi SUBNETMASK 255.255.255.0.
Informasi lainnya yang terdapat pada header packet RIPv2 adalah NEXT
HOP yang merupakan informasi alamat tetangga yang akan dilewati oleh
paket data. Informasi terakhir yang terdapat pada header protocolRIPv2
adalah METRIC atau jumlah hop yang diperlukan untuk sampai ke alamat
tujuan.

Gambar 6 Header RIPng

Gambar 6 merupakan header protocol RIPng yang terdiri dari Prefix
yang merupakan alamat tujuan. Elapsed Route Tag yang merupakan
informasi yang terdapat pada header RIPng dengan value 0x0. Informasi

9

Metric pada header RIPng merupakan informasi banyaknya hop yang akan
dilewati untuk sampai pada alamat tujuan yaitu 0x1.
Hasil pengujian untuk kinerja pengiriman paket TCP dan UDP pada
kedua protokol routing adalah seperti pada Gambar 7.

Gambar 7 Perbandingan Throughtput TCP RIPv2 dan RIPng

Gambar 7 merupakan perbandingan nilai throughput pada protokol
RIPv2 dan RIPng. Dari gambar terlihat bahwa pada menit pertama nilai
throughput RIPv2 adalah 0 byte/detik sedangkan pada jaringan dengan
protokol RIPng nilai throughput pada menit 0 adalah 8000 byte/detik atau
62.5 Kbps. Nilai throughput tertinggi pada protokol RIPv2 terjadi pada range
waktu 1-5 menit yaitu sebesar 8000 byte/detik sedangkan nilai throughput
tertinggi pada protokol RIPng terjadi pada menit awal pengiriman. Nilai
throughput terendah pada protokol RIPng terjadi pada range waktu menit ke
5-10 sebesar 4000 byte/detik. Semakin besar nilai throughtput maka semakin
besar jumlah data yang diterima oleh user dalam jaringan sebaliknya, semakin
rendah nilai throughtput maka semakin sedikit jumlah paket data yang
diterima user.

10

Gambar 8 PerbandinganThroughtput UDP RIPv2 dan RIPng

Gambar 8 merupakan perbandingan nilai throughput paket data UDP
pada protokol RIPv2 dan RIPng. Dari gambar terlihat bahwa pada menit
pertama nilai throughput RIPv2 adalah 0 byte/detik sedangkan pada jaringan
dengan protokol RIPng nilai throughput pada menit 0 adalah 61.000 byte/detik
atau 476.56 Kbps. Nilai throughput UDPtertinggi pada protokol RIPv2 dan
RIPng terjadi pada waktu 15-20 menit yaitu sebesar 160.000 – 180.000
byte/detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa baik pada paket data TCP dan
UDP jaringan yang menggunakan RIPng memiliki nilai throughput yang
tinggi dari pada jaringan yang menggunakan protkol RIPv2.

11

Gambar 9 Perbandingan Delay RIPv2 dan RIPng

Gambar 9 merupakan perbandingan waktu delay pada protokol RIPv2
dan RIPng. Dari gambar terlihat bahwa waktu delay pada menit pertama
berada pada 0.030 – 0.031 detik pada protokol RIPng dan waktu delay pada
menit pertama untuk protokol RIPv2 berada pada 0.030 detik. Waktu delay
tertinggi pada protokol RIPv2 dan RIPng adalah 0.033 yang terjadi antara
menit 10-15 pengiriman paket data. Sementara waktu delay terendah untuk
protokol RIPng adalah antara 0.029 – 0.030 yang terjadi pada menit ke 5 dan
untuk protokol RIPv2 adalah antara 0.028 yang terjadi pada menit ke 0-5.

12

Gambar 10 Perbandingan Jitter RIPv2 RIPng

Gambar 10 merupakan perbandingan waktu delay pada protokol
RIPv2 dan RIPng. Dari gambar terlihat bahwa waktu jitter pada menit pertama
protokol RIPv2 adalah 4x10-7 detik, sedangkan pada protokol RIPng adalah
6x10-7 - 7x10-7 detik. Kisaran waktu jitter tertinggi pada protokol RIPv2
berada pada 6x10-7 - 7x10-7 detik dan kisaran jitter terendah berada pada 2x107
detik. Kisaran waktu jitter tertinggi pada protokol RIPv2 berada pada 6x10-7 7x10-7 detik dan kisaran jitter terendah berada pada 3x10-7 - 4x10-7 detik.
Berdasarkan pengujian nilai throughput pada paket data TCP dan
UDP diperoleh hasil bahwa jaringan yang menggunakan protokol RIPng
memiliki nilai throughput yang lebih baik dari pada jaringan protokol RIPv2.
Tingginya nilai throughput pada protokol RIPng terjadi karena pada protokol
RIPng yang berjalan pada IPv6 telah mengalami penyederhanaan format
header yang secara langsung mempengaruhi penggunaan bandwidth dalam
jaringan sehingga proses pengiriman data lebih efisien selain dari pada itu
pada RIPng fragmentasi tidak lagi dilakukan oleh router-router tetapi
dilakukan pada host pengirim sehingga keutuhan paket data dapat dijamin.
Berbeda dengan hasil pengujian throughput, hasil pengujian parameter delay
pada kedua protokol menunjukkan bahwa protokol RIPng memiliki waktu
delay yang lebih besar dari pada protokol RIPv2, tingginya waktu delay pada
protokol RIPng disebabkan oleh adanya deteksi unreachabilitas neighbor yang
memberikan waktu delay bagi upper-layer dalam menyampaikan konfirmasi
reachabilitas-nya selama sekian detik. Parameter ketiga yang digunakan
dalam mengukur Quality of Service protokol adalah jitter, hasil pengukuran
jitter menunjukkan bahwa variasi waktu pada protokol RIPng adalah lebih
tinggi dari RIPv2, tingginya jitterpada RIPng juga terjadi karena adanya
penggunaan waktu yang digunakan oleh RIPng dalam mendeteksi
13

unreachabilitasneighbor, hal ini dapat dilihat dari bentuk grafik jitter pada
protokol RIPng yang terjadi secara konstan yang berbeda dengan jitter pada
RIPv2 yang terjadi secara fluktuatif.
5. Simpulan
Perhitungan pada Quality of Service protokol RIPv2 dan RIPng
dilakukan pada jaringan yang terdiri dari 16 router (15 hop) yang terhubung
dengan enduser dan server. Pengujian yang dilakukan dengan mengirimkan
paket data TCP dan UDP yang melewati setiap router dari enduser ke server
dan sebaliknya.
Dari hasil pengujian antara kedua protokol RIPv2 dan RIPng didapat
bahwa nilai throughput pada paket data TCP dan UDP diperoleh hasil
jaringan yang menggunakan protokol RIPng memiliki nilai throughput yang
lebih baik dari protokol jaringan RIPv2 karena pada protokol RIPng yang
berjalan pada RIPv6 telah mengalami penyederhanaan format header yang
secara langsung mempengaruhi penggunaan bandwidth dalam jaringan
sehingga proses pengiriman paket data ke enduser dan server lebih efisien.
Pengujian yang kedua hasil parameter delay pada kedua protokol
menunjukkan bahwa RIPng memiliki waktu delay yang besar, tingginya
delay pada protokol RIPng disebabkan adanya deteksi menguji atau
kemampuan dari sebuah router yang memberikan waktu delay bagi upper
layer dalam menyampaikan konfirmasi reachabilitas.
Parameter ketiga untuk menguji Quality of Service protokol adalah
jitter, menunjukkan bahwa variasi waktu pada protokol RIPng adalah lebih
tinggi dari protokol RIPv2, tingginya jitter pada protokol RIPng terjasi karena
adannya penggunaan waktu yang digunakan oleh RIPng dalam mendeteksi
sebuah unreachabilitasneighbor.

14

6.
[1]
[2]

[3]

[4]

[5]
[6]

[7]
[8]
[9]
[10]
[11]

Daftar Pustaka
Rafiudin, Rahmat. (2005). IPv6 Addressing. Elex Media Komputindo:
Jakarta.
Hasanah, U. Febri, Naemah Mubarakh, (2014). Analisis Kinerja Routing
Dinamis Dengan Teknik RIP (Routing Information Protocol) Pada
Topologi Ring Dalam Jaringan LAN (Local Area Network) Menggunakan
Cisco Packet Tracer, Jurnal Singuda Ensikom:Vol 7, No 3.
Yolanda, Dewi. (2011). Simulasi Kinerja Routing Protokol Open Shortest
Path First (OSPF) dan Enhanced Interior Gateway Routing Protokol
(EIGRP) Menggunakan Simulator Jaringan OPNET Modeler.Jurnal
Teknik Elektro Fakultas Teknik Brawijaya;Vol.1,No3
Siagian, Andre Wandi. (2015).Aplikasi Monitoring Jaringan Berbasis Web
Dengan Menggunakan Simple Network Management Protocol. Universitas
Sumatera Utara.
Mansfield Niall. (2004). Practical TCP/IP, Mendesain, Menggunakan,
dan Troubleshooting Jaringan. Penerbit Andi: Jogjakarta..
Sulistiyo, Wiwin. Listiyorini, Wahyu Muji. (2014) Dual Stack IPv6
Menggunakan Cisco Router : Studi Kasus SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan. Universitas Kristen Satya Wacana.
Orzach Yoram, (2013).Network Analysis Using Wireshark Cookbook,
Brimingham : Packet Publishing.
Tiphon, (1999). General Aspects Of Quality Of Service (Qos).
Kozierok, Charles M. (2005). The TCP/IP Guide v3.0.
Postel, J. dan Reynolds, J. (1985). File Transfer Protocol (FTP). RFC 959.
Siagian, Andre Wandi. (2015).Aplikasi Monitoring Jaringan Berbasis Web
Dengan Menggunakan Simple Network Management Protocol. Universitas
Sumatera Utara.

15

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65