Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Iklim Keselamatan Kerja
Konsep iklim keselamatan atau safety climate pertama kali diperkenalkan
oleh Zohar dalam Mulyasari (2013) yang menekankan pentingnya proses sosial
dan organisasi dalam mencegah kecelakaan. Menurut Zohar yang dikutip oleh
Winarsunu (2008) menyatakan bahwa iklim keselamatan kerja adalah sebuah
persepsi pekerja pada sikap manajemen terhadap keselamatan kerja dan persepsi
pada sejauh mana kontribusi keselamatan kerja didalam proses produksi secara
umum. Persepsi ini akan memengaruhi perilaku pekerja.
Iklim keselamatan kerja adalah bentuk spesifik dari iklim organisasi, yang
menggambarkan persepsi individu dari nilai keselamatan di lingkungan kerja
(Griffin dan Neal, 2000). Iklim keselamatan kerja merupakan ciri dan indikator
yang penting dari budaya keselamatan kerja di dalam organisasi. Penekanan iklim
keselamatan terletak pada persepsi pekerja mengenai peran manajemen didalam
melaksanakan program keselamatan kerja (Winarsunu, 2008).
Menurut Schultz dalam Winarsunu (2008), iklim keselamatan kerja paling
tidak harus meliputi 3 hal yang harus dibuat secara sehat dan menyenangkan,
yaitu: lingkungan fisik kerja, aspek psiko-sosial dari lingkungan komunitas, dan
hubungan pekerja-manajemen serta kebijakan kepegawaian.
Iklim keselamatan kerja mempunyai peranan penting terhadap budaya

keselamatan kerja melalui sikap (attitudes) yang diekspresikan dalam perilaku
keselamatan dan kesehatan kerja (safety behavior) setiap pekerja. Hal ini

8
Universitas Sumatera Utara

9

diketahui dari tindakan yang berorientasi pada tugas pokok dan kegiatan
pendukung untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja (Sholihah dan
Kuncoro, 2014).
2.1.1 Faktor-faktor iklim keselamatan kerja
Berbagai faktor telah di identifikasi sebagai komponen penting dari iklim
keselamatan. Faktor-faktor ini meliputi (Neal dan Griffin, 2000):
a. Nilai Manajemen (Management Value)
Nilai manajemen menunjukkan perhatian manajemen untuk kesejahteraan
pekerja dan bagaimana sikap manajemen terhadap keselamatan dan persepsi
bahwa keselamatan itu penting di tempat kerja.
b. Manajemen dan Praktek Organisasi (Management and Organizational
Practices)

Manajemen dan praktek organisasi meliputi kecukupan pelatihan,
penyediaan peralatan keselamatan dan kualitas sistem manajemen keselamatan.
Praktek keselamatan sejauh mana pihak manajemen menyediakan peralatan
keselamatan dan merespon dengan cepat terhadap bahaya-bahaya yang timbul.
Pelatihan adalah aspek yang sangat krusial dalam sistem personalia dan mungkin
metode yang sering digunakan untuk menjamin level keselamatan yang memadai
diorganisasi karena pelatihan sangat penting bagi pekerja. Peralatan keselamatan
mencakup

tentang

kecukupan

peralatan

keselamatan,

seperti

alat-alat


perlengkapan yang tepat disediakan dengan mudah.

Universitas Sumatera Utara

10

c. Komunikasi Keselamatan (Safety Communication)
Komunikasi keselamatan diukur dengan menanyakan dimana isu-isu
keselamatan dikomunikasikan.
d. Keterlibatan Pekerja dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Employee
Involvement in Workplace Health and Safety)
Keterlibatan karyawan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja sejauh
mana persepsi karyawan terhadap pentingnya penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja serta menerapkannya di tempat kerja.
Kines dkk (2011) berpendapat bahwa ada tujuh dimensi pembentuk iklim
keselamatan yaitu:
Tabel 2.1 Dimensi iklim keselamatan, aspek dan contoh
Dimensi
Aspek

1) Prioritas
manajemen
keselamatan,
komitmen dan
kompetensi

2) Pemberdayaan
manajemen
keselamatan

Persepsi pekerja terhadap
manajemen
a. memprioritaskan keselamatan
b. aktif dalam mempromosikan
keselamatan dan bereaksi terhadap
perilaku yang tidak aman
c. menunjukkan kompetensi dalam
penanganan keselamatan
d. berkomunikasi tentang
masalah keselamatan

Persepsi pekerja terhadap
manajemen pemberdayaan
pekerja dan mendukung partisipasi

Contoh
a. Manajemen menerima
pekerja mengambil risiko
ketika jadwal kerja
sedang padat
b. Kami yang bekerja di
sini memiliki keyakinan
pada kemampuan
manajemen untuk
menangani keselamatan.

3) Keadilan
manajemen
keselamatan

Persepsi pekerja terhadap

manajemen memperlakukan
pekerja yang terlibat dalam
kecelakaan yang wajar

Manajemen mendorong
pekerja untuk
berpartisipasi dalam
keputusan yang
mempengaruhi
keselamatan mereka
Manajemen mencari
penyebab, bukan orang
yang bersalah, ketika
terjadi kecelakaan

4) Komitmen
keselamatan
pekerja

Persepsi pekerja tentang bagaimana

mereka sendiri berhubungan
dengan keselamatan di tempat kerja
mengenai apakah mereka secara
umum:

Kami yang bekerja di sini
tidak mengambil
tanggung jawab untuk
keselamatan setiap orang
lain.

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 2.1 Lanjutan

5) Prioritas
keselamatan dan
non-penerimaan

risko pekerja

a. menunjukkan komitmen terhadap
keselamatan dan
aktif dalam mempromosikan
keselamatan
b. peduli kepada keselamatan masingmasing.
Persepsi pekerja tentang bagaimana
mereka sendiri berhubungan dengan
keselamatan di tempat kerja
tentang apakah mereka secara umum:
a. memprioritaskan keselamatan
sebelum tujuan produksi
b. tidak mengundurkan diri dengan
kondisi berbahaya atau menerima
pengambilan risiko
c. tidak menunjukkan keberanian.

Kami yang bekerja di
sini menerima perilaku

berbahaya asalkan tidak
ada kecelakaan.

6) Komunikasi
keselamatan,
pembelajaran,
dan kepercayaan
dalam kompetensi
keselamatan rekan
kerja

Persepsi pekerja tentang bagaimana
mereka sendiri berhubungan dengan
keselamatan kerja mengenai apakah
mereka umumnya:
a. membahas keselamatan setiap kali
masalah tersebut muncul dan belajar
dari pengalaman
b. saling membantu untuk bekerja
dengan aman

c. menganggap saran keselamatan dari
satu sama lain dengan serius dan
mencoba memecahkan solusi
d. mempercayai kemampuan satu
sama lain untuk memastikan
keselamatan dalam bekerja sehari-hari.

Kami yang bekerja di
sini dapat berbicara
dengan
bebas
dan
terbuka
tentang
keselamatan.

7) Kepercayaan
pekerja dalam
keberhasilan
sistem

keselamatan

Persepsi pekerja tentang bagaimana
mereka sendiri berhubungan dengan
keselamatan di tempat kerja
mengenai apakah mereka secara
umum:
a. mempertimbangkan sistem
keselamatan formal yang efektif,
misalnya petugas keselamatan,
perwakilan keselamatan,
komite keselamatan, putaran
keselamatan
b. melihat manfaat dalam perencanaan
awal
c. melihat manfaat dalam pelatihan
keselamatan.

Kami yang bekerja di
sini menganggap bahwa
putaran keselamatan
tidak berpengaruh pada
keselamatan.

Universitas Sumatera Utara

12

Indikator utama dalam mengukur iklim keselamatan kerja meliputi:
terdapat apresiasi pribadi terhadap risiko atau bagaimana calon pekerja
memandang risiko yang terkait dengan praktek kerja, prioritas kebutuhan pribadi
terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, serta manajemen diri dan
kebutuhan untuk merasa aman (Sholihah dan Kuncoro, 2014).
2.2 Alat Pelindung Diri
2.2.1 Definisi alat pelindung diri
Sebagian orang berpendapat bahwa keselamatan kerja hanya diartikan
sebagai dipakainya Alat Pelindung Diri (APD) seperti helmet, sarung tangan,
masker saat bekerja. Menggunakan APD dalam bekerja merupakan pilihan
terakhir setelah berbagai usaha untuk melindungi diri dari bahaya tidak berhasil.
APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai kemampuan
melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi pekerja
dari bahaya di tempat kerja (Rijanto, 2011). Menurut Cahyono (2004), Alat
Pelindung Diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil
apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/VII/
2010 pasal 1 ayat (1), alat pelindung diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu
alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja.
Pengunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap
upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi persyaratan antara
lain enak (nyaman) dipakai, tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan, dan

Universitas Sumatera Utara

13

memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi
(Suma’mur, 2009).
2.2.2 Jenis-jenis alat pelindung diri
Jenis-jenis APD berdasarkan penggunaanya dapat dikategorikan dalam
beberapa jenis:
A. Pelindung Kepala
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet (Cahyono, 2004). Helm
pengaman dirancang untuk menahan kepala dari benturan atau tusukan dari
benda-benda jatuh atau partikel-partikel dan dari sengatan listrik tegangan tingggi.
Helm pengaman juga dapat melindungi kepala dan rambut dari jeratan mesin, atau
terpapar pada lingkungan berbahaya (Rijanto, 2011).
Topi atau helm pengaman dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Kelas A: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda
yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik
akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan rendah.
b. Kelas B: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda
yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik
akibat kontak dengan konduktor listrik tegangan tinggi.
c. Kelas C: untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda
yang jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik (Rijanto, 2011).
Menurut ANSI Z89.1-1997 yang dikutip oleh Tambunan (2007),
berdasarkan arah beban benturan yang ditahan, helm (hard hats) dibedakan
menjadi dua tipe yaitu:

Universitas Sumatera Utara

14

a. Tipe I, melindungi bagian atas kepala saja.
b. Tipe II, melindungi bagian atas dan sebagian bagaian sisi kepala termasuk
telinga dan bagian belakang leher.
Untuk mendapat perlindungan yang optimum terhadap berbagai jenis
bahaya di tempat kerja, dari sisi desain helm pengaman atau sering juga disebut
helm proyek harus memenuhi berbagai jenis kriteria desain diantaranya
(Tambunan, 2007):
a. Bagian kulit pelindung/cangkang harus harus memiliki kemampuan untuk
menyerap sebagian besar gaya (force transmission) atau guncangan (shock
absorption) akibat benturan benda jatuh.
b. Bagian kulit pelindung tidak bisa tembus atau robek oleh benda jatuh.
c. Helm pengaman harus harus memiliki kemampuan insulasi terhadap
bahaya listrik.
d. Tahan api.
e. Tahan air (water resistant)
f. Bisa diatur penggunaannya sesuai dengan kebutuhan atau ukuran kepala
pengguna.
B. Pelindung Telinga
Prinsip pelindung telinga adalah kontak langsung antara bising dengan
organ telinga. Pencegahan kebisingan dapat dilakukan pada sumbernya, transmisi,
dan penerima bising (Hadipoetro, 2008).
Pelindung telinga ada 2 jenis yaitu: sumbat telinga (Ear Plug) dan tutup
telinga (Ear Muff) (Rijanto, 2011).

Universitas Sumatera Utara

15

a. Sumbat telinga (Ear Plug) hanya dapat menahan frekuensi tertentu saja,
sedangkan frekuensi untuk berbicara biasa (komunikasi) tidak terganggu.
Sumbat telinga biasanya terbuat dari bahan karet, plastik keras, plastik lunak,
lilin, kapas. Kemampuan atenuasi (daya lindung) sekitar 25-30 dB (decible).
Bila ada kebocoran sedikit saja dapat mengurangi atenuasi sampai 12 dB.
Kelemahan dari sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang
telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan
lubang telinga kiri.
b. Tutup telinga (Ear Muff) ada beberapa jenis yaitu atenuasinya pada
frekuensi biasa: 25-30 dB dan atenuasi pada frekuensi 2800-400 Hz, 35-45
dB.
C. Pelindung Mata
Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari paparan bahan
kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan
air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya,
benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010). Pelindung mata dikenal sebagai safety

glasses. Safety glasses berbeda dari kacamata biasa, karena pada bagian atas dan
sisi kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan
sinar ultra violet sampai persentase tertentu (Cahyono, 2004).

Universitas Sumatera Utara

16

D. Pelindung Wajah
Pelindung wajah dikenal sebagai goggles. Goggless memberikan
perlindungan lebih baik daripada safety glasses karena goggles terpasang dekat
dengan wajah dan mengitari area mata sehingga melindungi mata dari percikan
cairan, uap, uap logam, serbuk, debu, dan kabut. Jenis pelindung wajah lainnya
adalah face shield dan welding helmest. Face shield memberikan perlindungan
secara meyeluruh dan sering digunakan pada operasi pelebuuran logam, percikan
bahan kimia, atau partikel yang melayang. Welding helmets (topeng las)
memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Topeng las memakai lensa
absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi yang
dihasilkan selama operasi pengelasan (Cahyono, 2004).
E. Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk melindungi tangan dan
jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010).

Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak
hanya melindungi dari bahan kimia (Cahyono, 2004).
a. Sarung tangan Metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga
terpotong.
b. Sarung tangan kulit melindungi tangan dari permukaan kasar.

Universitas Sumatera Utara

17

c. Sarung tangan vinyl dan neoprene melindungi tangan terhadap bahan kimia
beracun.
d. Sarung tangan karet melindungi saat bekerja di sekitar arus listrik.
e. Sarung tangan Padded cloth melindungi tangan dari ujung yang tajam,
pecahan gelas dan vibrasi.
f. Sarung tangan Heat resistant mencegah terkena panas dan api.
g. Sarung tangan Latex disposable (sekali pakai dibuang) digunakan untuk
melindungi tangan dari germ dan bakteri.
h. Sarung tangan Lead-lined (berlapis timbal) digunakan untuk melindungi
tangan dari sumber radiasi.
Penampakan (features) pada safety gloves tidak dirancang semata-mata
untuk memenuhi estetika dan kenyamanan, namun lebih dari itu. Berikut ini
adalah penggolongan safety gloves berdasarkan features yang dimilikinya
(Tambunan, 2007):
a. Supported dan unsupported gloves
Secara visual, supported gloves dapat dilihat dari adanya penebalan seratserat benang atau garis-garis benang pada sarung tangan. Supported gloves lebih
sesuai untuk pekerjaan-pekerjaan yang berhadapan dengan bahaya tergores
(abrasi), tertusuk, dan sejenisnya.
b. Ketebalan (thickness)
Ketebalan gloves bervariasi, tergantung aplikasinya. Ketebalan ini harus
diberlakukan pada seluruh bagian gloves (termasuk perpanjangannya/proteksi

Universitas Sumatera Utara

18

pada bagian lengan) jika bahaya-bahaya tertentu yang dihadapi pekerja misalnya
bahaya percikan bahan kimia, juga membahayakan bagian tersebut.
c. Genggaman (grip/grasp)
Daya genggam pada safety gloves lebih ditujukan pada situasi “kebasahan”
pekerjaan. Di tempat dimana tingkat kebasahan pada benda kerja atau alat kerja
sangat tinggi, diperlukan sarung tangan dengan daya genggam yang tinggi untuk
mengurangi efek licin. Untuk menambah daya genggam, umumnya fabrikator
akan memberikan pola-pola tertentu pada sarung tangan seperti bintik, garis, dan
sebagainya.
d. Cuff
Cuff merupakan perpanjangan sarung tangan, dirancang untuk melindungi
bagian-bagian tangan mulai dari pergelangan tangan dengan panjang dan
karakteristik tertentu ke arah pengkal lengan. Bahan cuff antara lain denim, kain
rajut, kulit, dan sebagainya. Kegunaan cuff adalah untuk menambah luas area
proteksi dan memperkecil kemungkinan masuknya benda-benda atau partikelpartikel yang berbahaya bagi kulit tangan.
F. Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari tertimpa
benda-benda berat atau keras, tumpahan bahan kimia, kemungkinan tersandung
atau tergelincir. Banyak jenis-jenis sepatu keselamatan dan diantaranya adalah:
a. Sepatu latex/karet tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik ekstra
pada permukaan licin.

Universitas Sumatera Utara

19

b. Sepatu butyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol,
asam, garam dan basa.
c. Sepatu vinyl tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air pelumas dan
darah.
d. Sepatu nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli dan bahan kimia (Cahyono,
2004).
Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis resikonya (Rijanto,
2011):
a. Pada industri ringan atau tempat kerja biasa:
1. Cukup memakai sepatu yang baik.
2. Wanita tidak boleh memakai sepatu bertumit tinggi, atau sepatu dengan
telapak yang datar dan licin.
b. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot:
1. Dapat terbuat dari kulit, karet sintesis atau plastik.
2. Untuk melindungi jari-jari kaki terhadap kejatuhan atau benturan bendabenda keras, sepatu dilengkapi dengan penutup jari dari baja atau
campuran baja dengan karbon.
c. Untuk mencegah tergelincir, digunakan sol anti slip luar dari karet alam
atau sintesis dengan permukaannya kasar.
d. Untuk mencegah tusukan pada telapak kaki dari benda-benda runcing, sol
dilapisi dengan logam.
e. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat, tidak
boleh menggunakan paku.

Universitas Sumatera Utara

20

f. Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu baik dipakai pada tempat kerja
yang lembab, lantai yang panas.
G. Pelindung tubuh atau pakaian kerja
Pakaian pekerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pada
umumnya pakaian pekerja pria yang bekerja melayani mesin-mesin harus
berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada bagian dada atau punggung, tiada ada
lipatan-lipatan yang mungkin menimbulkan bahaya. Sedangkan pakaian
perempuan sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan
tidak mengenakan perhiasan (Rijanto, 2011).
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/
Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh
bagian badan (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8 tahun 2010).
H. Pelindung saluran pernapasan
Alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan perlindungan terhadap
sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja, seperti kekurangan oksigen,
pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap, dan uap logam), pencemaran oleh
gas atau uap (Rijanto, 2011). Untuk mencegah masuknya debu/uap kerja ke dalam
mulut dan hidung, maka mulut dan hidung harus diberi alat pelindung. Alat
pernapasan yang digunakan memiliki bermacam-macam bentuk, mulai dari yang
sederhana yaitu masker sekali pakai sampai respirator yang dilengkapi dengan
tabung oksigen (Cahyono, 2004).
Menurut Rijanto (2011), ada tiga jenis alat pelindung pernapasan yaitu
bersifat memurnikan udara, dihubungkan dengan suplai udara bersih dan dengan

Universitas Sumatera Utara

21

suplai oksigen. Contoh respirator antara lain respirator masker penyaring debu,
topeng dengan kanister, respirator dengan partum (cartridge), self-contained
breathing apparatus (SCBA).
Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
respirator yang tepat untuk masing-masing tempat kerja antara lain (Cahyono,
2004):
a. Identifikasi kontaminan di tempat kerja.
b. Perkirakan konsentrasi maksimal kontaminan.
c. Kenyamanan pemakai respirator.
d. Kesesuain dengan jenis dan tugas kerja.
e. Kesesuaian dengan bentuk wajah individu pemakai untuk mencegah
terjadinya celah yang terbuka.
I. Alat pelindung jatuh perorangan
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

No.8/MEN/VII/2010, Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak
pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga
pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun
tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur
lantai dasar. Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman
tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope),
alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender), alat penahan jatuh
bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

22

Menurut Rijanto (2011), alat pelindung jatuh diantaranya adalah sabuk
pengaman, tali tambatan, penahan jatuh dan peredam kejut, harness, penahan tali
pengaman (safety block), dan tali penggantung. Tali tambatan adalah suatu tali
fleksibel yang pendek, tali pengikat atau anyaman yang menghubungkan pekerja
dengan titik tambatan. Harness terdiri dari harness dada, dada-pinggang, tubuhpenuh, meliputi perlindungan bagian-bagian tubuh. Harness dapat membuat
pekerja lepas terjatuh lebih lama sebelum terhenti tanpa cedera tubuh. Penahan
tali pengaman merupakan alat portabel yang dipasang pada titik tambat di atas
area kerja dan kemudian talinya dihubungkan dengan sabuk pengaman atau
harness yang di pakai pekerja.
Menurut Anizar (2012), APD yang dapat dipergunakan sesuai dengan
faktor bahaya yang ada di lingkungan kerja dan bagian tubuh yang perlu
dilindungi, khususnya pada pekerja kernek bongkar CPO adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Alat pelindung diri menurut faktor bahaya dan bagian tubuh yang
perlu dilindungi
Faktor bahaya
Bagian tubuh yang
Alat pelindung diri
perlu dilindungi
Basah dan air

Terpeleset, jatuh

Kepala
Kaki
Tangan
Tubuh

Topi plastik
Sepatu bot karet
Sarung tangan karet/plastik
Safety belt/full body harness

Universitas Sumatera Utara

23

2.2.3 Syarat-syarat alat pelindung diri
Alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
(Sum’amur, 2009).
a. Nyaman dipakai.
b. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
c. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang dihadapi.
Proses penggunaan APD harus memenuhi kriteria:
a. Bahaya telah diidentifikasi.
b. APD yang dipakai sesuai dengan bahaya yang dituju.
c. Adanya bukti bahwa APD dipatuhi penggunaannya (Hadipoetro, 2014).
Menurut Ridley (2008), ada beberapa prinsip umum yang harus diikuti
supaya APD digunakan secara efektif:
a. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
b. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut.
c. Cocok bagi orang yang menggunakannnya.
d. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas.
e. Memiliki kontruksi yang sangat kuat.
f. Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan.
g. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.
Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh:
a. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.
b. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.
c. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.

Universitas Sumatera Utara

24

d. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokannya.
e. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan APD dengan rapi.
f. Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan (Ridley, 2008).
2.2.4 Manajemen alat pelindung diri
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
8/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, manajemen APD meliputi:
a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD.
b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan kebutuhan/kenyamanan
pekerja/buruh.
c. Pelatihan.
d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan.
e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan.
f. Pembinaan.
g. Inspeksi.
h. Evaluasi dan pelaporan.
Pemakaian APD secara rutin dilakukan sesuai dengan instruksi yang benar
dan melalui masa percobaan dan pelatihan. Untuk itu perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut (Hadipoetro, 2014).
A. Informasikan kepada setiap pekerja tentang:
a. Mengapa diperlukan penggunaan APD
b. Bila dan dimana alat pelindung diri digunakan
c. Bagaimana alat tersebut digunakan
d. Bagaimana memelihara peralatan pelindung diri

Universitas Sumatera Utara

25

B. Latih pekerja, dengan baik tentang cara menggunakan dan memelihara alat
pelindung diri.
C. Timbulkan minat, pekerja untuk menggunakan APD dalam masa percobaan
dan adaptasi dengan alat. Pemakain APD memerlukan waktu untuk beradaptasi
dan selama waktu percobaan dibawah pengawasan, sekurangnya beberapa
minggu.
D. Awasi dan periksa, secara teratur penggunaan dan pemeliharaan APD.
E. Sediakan suku cadang dan fasilitas, pemeliharaan ditempat kerja untuk
penggantian bagian yang rusak secara cepat.
F. Pastikan semua orang menggunakan APD sesuai dengan indikasi pekerjaan.
Berikan tanda peringatan di tempat kerja yang wajib menggunakan APD dan
untuk itu lakukan:
a. Identifikasi daerah tempat kerja yang membutuhkan APD
b. Sediakan APD sesuai dengan indikasi dan jumlah pekerja
c. Pada setiap tempat kerja, pasang tanda peringatan dengan gambar yang
menjelaskan jenis APD yang diperlukan didaerah tersebut
d. Awasi dan periksa penggunaan APD yang benar. Lakukan pemeriksaan
secara teratur.
G. Berikan dukungan untuk pembersihan dan pemerliharaan APD secara rutin.
Untuk itu dilakukan:
a. Bentuk tim pemeliharaan APD. Tetapkan program pemeliharaan
b. Identifikasi cara penyimpanan, pembersihan dan pemeliharaan
Dan sosialisasikan kepada seluruh pekerja yang memakai APD tersebut

Universitas Sumatera Utara

26

c. Sediakan fasilitas pemeliharaan yang diperlukan
d. Pastikan semua suku cadang selalu tersedia setiap saat
H. Pastikan bahwa APD dapat diterima oleh pekerja. Untuk itu:
a. Lengkapi setiap pekerja dengan APD yang baik, tepat dan nyaman dipakai
b. Lengkapi pemakai APD dengan informasi yang cukup tentang faktor risiko
ditempat kerja dan manfaat peralatan untuk melindungi diri
c. Pastikan bahwa setiap orang (pengawas, pekerja, pengunjung, dan lain-lain
menggunakan peralatan APD yang ditetapkan).
I. Sediakan tempat yang memadai tempat untuk menyimpan APD. Untuk itu:
a. Periksa nomor, ukuran, kualitas semua APD serta cara penyimpanannya
b. Pastikan bahwa APD tersebut mudah ditemukan dan inventarisasi
c. Buat rencana kerja pemeriksaan rutin terhadap penggunaan dan
pemeliharaan APD
d. Pelihara tempat penyimpanan APD dengan teratur
e. Libatkan para pemakai dalam semua prosedur dari butir diatas sepenuhnya
Prosedur penyimpanan yang baik merupakan bagian yang sangat penting dari
program pelatihan penggunaan APD.
2.2.5 Peraturan perundangan alat pelindung diri
Kewajiban dalam penggunaan APD di tempat kerja yang mempunyai
resiko terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diatur
didalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasalpasal yang mengatur tentang penggunaan APD antara lain:

Universitas Sumatera Utara

27

a. Pasal 3 ayat 1 sub f, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberikan alat-alat pelindung
diri pada pekerja”.
b. Pasal 9 ayat 1 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menunjukkan
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang, alat-alat pelindung diri bagi
tenaga kerja yang bersangkutan”.
c. Pasal 12 sub b, menyebutkan bahwa ”Dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk, memakai alat-alat pelindung diri yang
diwajibkan”.
d. Pasal 14 sub c, menyebutkan bahwa ”Pengurus diwajibkan menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 8/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri. Pasal-pasal yang mengatur tentang penggunaan APD
antara lain:
a. Pasal 2 ayat 1,2,3, menyebutkan bahwa “Pengusaha wajib menyediakan APD
bagi pekerja dan harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia atau standar
yang berlaku, serta APD diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma.
b. Pasal 3, menyebutkan bahwa “APD meliputi pelindung kepala, mata dan muka,
telinga, pernapasan, tangan, kaki, serta alat pelindung jatuh perorangan dan
pelampung”.

Universitas Sumatera Utara

28

c. Pasal 4 ayat 1, menyebutkan bahwa “APD wajib digunakan ditempat kerja”.
d. Pasal 7 ayat 1, menyebutkan bahwa “Pengusaha wajib melaksanakan
manajemen APD di tempat kerja”.
2.2.6 Pengadaan alat pelindung diri
Masalah-masalah dalam pengadaan APD sehingga pemakaiannya patut
dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Anizar, 2012).
1. Pengusaha merasa penyediaan APD hanya akan menambah beban biaya.
2. Pekerja mungkin merasa tidak nyaman.
3. Pengusaha tidak menyadari bahwa jika ada bahaya pada pekerjaan tertentu
APD mungkin akan menghindarkan biaya yang lebih besar akibat
terjadinya kecelakaan.
4. Perusahaan menyediakan APD tetapi para pekerja enggan memakainya.
2.3 Proses Pembongkaran Crude Palm Oil
Sopir mobil truk tangki yang mengangkut Crude Palm Oil (CPO) terlebih
dahulu melapor ke pos sekuriti untuk mengambil nomor daftar ke parkiran.
Kemudian memberikan surat tanda terima penyerahan/surat pengantar barang
kepada petugas krani timbang untuk ditimbang dan dicatat berat bruto tanki truk
dan nomor polisi serta kebun/PKS pengirim.
Selesai penimbangan berat bruto maka mobil tangki truk tersebut berjalan
menuju ke tempat pengambilan contoh CPO. Sebelum dilakukan pembongkaran,
muatan tangki truk tersebut diperiksa oleh petugas laboratorium yakni petugas
pengambilan contoh. Pengambilan contoh dilakukan dari manhole truk tangki

Universitas Sumatera Utara

29

dengan menggunakan zona sampel dan untuk setiap tangki truk diambil 1 (satu)
botol contoh untuk dianalisa. Petugas laboratorium mengambil contoh CPO dari
upper, middle, lower pada pada tangki truk untuk dianalisa. Hal ini dimaksudkan
adalah untuk memeriksa kembali kadar air apakah CPO didalam tangki tersebut
bercampur dengan air yang dapat mengakibatkan kerusakan mutu.
Petugas untuk pengambilan contoh minyak sawit adalah personil yang
telah mendapat pelatihan pengambilan contoh. Contoh diambil dengan cara yang
sudah ditentukan pengambilan yang dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Upper sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari
sepertiga tinggi bagian atas dari keseluruhan cairan.
b. Middle sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari
tinggi keseluruhan cairan.
c. Lower sampel adalah contoh yang diambil pada ketinggian setengah dari
sepertiga tinggi bagian bawah dari keseluruhan cairan.
d. Bottom sampel adalah contoh yang diambil pada permukaan dasar tangki.
e. Average sampel adalah contoh campuran upper, middle, lower sampel
dengan perbandingan yang sama (single tank composite sample).
Jika ternyata CPO dalam keadaan baik maka pembongkaran CPO dapat
dilaksanakan dengan catatan petugas pengambilan contoh harus mendapat paraf
pada kartu bongkar.
Kemudian mobil truk tangki menuju ke parkiran pembongkaran, dan pada
saat giliran membongkar CPO akan di panggil sesuai dengan nomor plat mobil
tangki truk untuk menuju sentral pembongkaran. Di area sentral pembongkaran

Universitas Sumatera Utara

30

terdapat pekerja kernek bongkar untuk mengeluarkan CPO dari mobil tangki truk
menuju manhole penyimpanan CPO. Pekerja kernek bongkar naik ke atas mobil
tangki truk untuk membantu mengeluarkan CPO dengan cara mendorong CPO
keluar memakai tongkat panjang yang terbuat dari besi. Saat CPO yang ada di
tangki truk sudah mulai habis, pekerja kernek bongkar masuk ke dalam tangki
truk untuk menggeruk sisa CPO menuju manhole tangki truk untuk dikeluarkan
hingga CPO yang ada di dalam tangki truk tidak ada lagi.
2.4 Kerangka Pikir
Iklim Keselamatan Kerja:
1. Nilai manajemen
2. Manajemen dan praktek organisasi
3. Komunikasi keselamatan
4. Keterlibatan pekerja dalam
keselamatan dan kesehatan kerja
Pekerja Kernek
Bongkar CPO

Penggunaan APD:
1. Kelengkapan menggunakan APD saat
bekerja
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisa Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas (Alb) Dari Crude Palm Oil Pada Vacum Dryer Dan Storage Tank Di Pt. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

10 53 42

Pengaruh Temperatur Terhadap Proses Pemurnian CPO pada Crude Oil Tank (COT) di Stasiun Klarifikasi di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

19 122 47

Penentuan Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas Pada CPO (Crude Palm Oil) Di PKS. PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

3 30 35

Gambaran Iklim Keselamatan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

4 51 98

Penerapan Safety Inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

25 196 165

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 7

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 1 3

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 14