Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya menjadi perhatian utama
bagi perusahaan. Dengan kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik
pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya dengan aman, nyaman, dan sehat setiap
saat. Hal ini akan meningkatkan produktivitas perkerja sehingga hasil produksi
perusahaan juga meningkat. Setiap pekerja baik sektor formal ataupun informal
haruslah menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja saat melakukan pekerjaan.
Setiap

pekerjaaan

memiliki

potensi

bahaya

untuk


menimbulkan

kecelakaan kerja. Besarnya potensi bahaya kecelakaan dan penyakit kerja tersebut
tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata
ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga
pelaksana (Kementerian Kesehatan RI., 2015).
Kondisi

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

di

Indonesia


cukup

mengecewakan hal ini dapat dilihat dari kasus kecelakaan akibat kerja tahun
2011-2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja
(Tahun 2011 terdapat 9.891 kasus kecelakaan kerja, Tahun 2012 terdapat 21.735
kasus kecelakaan kerja dan Tahun 2014 terdapat 24.910 kasus kecelakaan kerja).
Provinsi Sumatera Utara jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2013
yang paling tinggi pada 2013 yaitu 607 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011
terdapat 68 kasus kecelakaan kerja dan Tahun 2012 terdapat 397 kasus kecelakan
kerja) (Kementerian Kesehatan RI., 2015).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Berdasarkan undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 86 Ayat 1 dan 2, perusahaan harus mempersiapkan sarana dan prasarana
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan program-program yang dapat
mengurangi angka kecelakaan kerja di perusahaan.

Berdasarkan analisis kecelakaan kerja dan bencana di berbagai industri
terlihat bahwa penyebab utama kecelakaan bukanlah ketersediaan peralatan
keselamatan dan kesehatan kerja yang minim atau peraturan dan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, melainkan dipengaruhi oleh
budaya dan iklim keselamatan kerja di dalam organisasi tersebut (Sholihah dan
Kuncoro, 2014).
Menurut Zohar yang dikutip oleh Winarsunu (2008) menyatakan bahwa
iklim keselamatan kerja adalah sebuah persepsi pekerja pada sikap manajemen
terhadap keselamatan kerja dan persepsi pada sejauh mana kontribusi keselamatan
kerja. Penekanan iklim keselamatan terletak pada persepsi pekerja mengenai
peran manajemen didalam melaksanakan program keselamatan kerja (Winarsunu,
2008).
Menurut para peneliti yang dikutip Neal dan Griffin (2002), penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa persepsi iklim keselamatan positif terkait
dengan kepatuhan keselamatan dan negatif terkait dengan kecelakaan individu,
kelompok dan organisasi tingkat analisis.
Berdasarkan hasil penelitian Arcury dkk (2015), iklim keselamatan kerja
secara bermakna dikaitkan dengan setiap jenis alat pelindung diri yang disediakan
oleh pengusaha, dengan pengecualian dari safety harness (tali pengaman). Iklim


Universitas Sumatera Utara

3

keselamatan kerja secara bermakna dikaitkan dengan pekerja melaporkan mereka
menggunakan setiap jenis alat pelindung diri sebagian besar atau semua waktu.
Iklim keselamatan kerja secara bermakna dikaitkan dengan persen waktu pekerja
yang menggunakan kacamata, sarung tangan, dan topi keras, tapi tidak penutup
telinga atau safety harness. Iklim keselamatan kerja tidak terkait dengan
keyakinan tentang pentingnya alat pelindung diri.
Berdasarkan hasil penelitian Prihatiningsih dan Sugiyanto (2010), hasil
penelitian menunjukkan bahwa skor iklim keselamatan yang diperoleh subjek
berkisar antara 112 sampai dengan 172 dengan rerata empirik sebesar 143. Skor
kepatuhan yang diperoleh masing-masing subjek berkisar antara 6 samapi dengan
28 dengan rerata empirik sebesar 22. Hasil uji regresi ganda pengalaman personal
dan iklim keselamatan dengan kepatuhan pada pekerja kontruksi menunjukkan
nilai R2 sebesar 0,253 dengan F= 7,45 (p

Dokumen yang terkait

Analisa Perbandingan Kadar Asam Lemak Bebas (Alb) Dari Crude Palm Oil Pada Vacum Dryer Dan Storage Tank Di Pt. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

10 53 42

Pengaruh Temperatur Terhadap Proses Pemurnian CPO pada Crude Oil Tank (COT) di Stasiun Klarifikasi di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

19 122 47

Penentuan Kadar Air Dan Asam Lemak Bebas Pada CPO (Crude Palm Oil) Di PKS. PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

3 30 35

Gambaran Iklim Keselamatan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

4 51 98

Penerapan Safety Inspection Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

25 196 165

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 23

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 1 3

Gambaran Iklim Kesetan Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Kernek Bongkar Crude Palm Oil di PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung Tahun 2016

0 0 14