Analisis Keterpakaian Koleksi Literatur Anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan,

menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat
umum.Perpustakaan Umum juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan bagi
masyarakat

umum

dengan

menyediakan

berbagai

macam


informasi

ilmu

pengetahuan, budaya dan teknologi untuk meningkatkan dan memperoleh
pengetahuan bagi masyarakat luas.
Hermawan dan Zen (2006, 30) menyatakan bahwa, “Perpustakaan umum
adalah perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan
latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Siregar (2011, 38) Perpustakaan umum
didefenisikan, “sebagai suatu organisasi yang didirikan, didukung dan didanai oleh
masyarakat baik melalui pemerintah lokal, regional maupun nasional atau melalui
berbagai bentuk organisasi masyarakat”.
Selain kedua pendapat di atas Sjahrial-Pamuntjak (2000,3) menyatakan bahwa
Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku,
bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum.
Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh
masyarakat.Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan
pekerjaaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan
lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan


7
Universitas Sumatera Utara

membayar iuran sekedarnya sebagai tanda kenggotaan dari perpustakaan
tersebut.
Sedangkan Sutarno (2006, 37) menyatakan bahwa
perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai universitas rakyat, karena
perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka dari
berbagai displin ilmu, dan penggunaanya oleh seluruh lapisan masyarakat dan
memberikan kesempatan dan akses layanan bagi semua orang untuk
memanfaatkannya.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum adalah
lembaga pendidikan yang melayani seluruh lapisan masyarakat dengan menyediakan
berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya sebgai sumber belajar
oleh pengguna disuatu daerah tertentu sebagai sarana penunjang pengembangan
pendidikan masyarakat pada umumnya. Perpustakaan ini didanai oleh umum serta
jasa yang diberikan kepada pengguna bersifat

cuma-cuma artinya tidak perlu


membayar.
2.2

Literatur Anak
Sebagaimana halnya para orang dewasa, anak-anak juga memiliki rasa ingin

tahu untuk mengenal dunia di sekelilingnya. Pemenuhan rasa ingin tahu seorang anak
dapat dipenuhi lewat berbagai cara, dan salah satunya adalah lewat bacaan. Bahan
bacaan untuk anak-anak tersedia sangat beragam mulai cerita lucu, dongeng, fiksi,
puisi, komik dan buku pelajaran.Hal itu tidak berbeda dengan kebutuhan informasi
oleh orang dewasa yang juga dapat diperoleh lewat berbagai bahan bacaan. Orang
dewasa hanya tinggal memilih bahan bacaan dan informasi apa yang diinginkannya.
Baik orang dewasa maupun anak-anak sama-sama membutuhkan informasi yang

8
Universitas Sumatera Utara

memperkaya pengetahuan, sedang yang membedakan adalah buku atau informasi apa
yang dibutuhkan.

Nurgiyantoro (2010, 2) menyatakan bahwa
Literatur/sastra yaitu berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai
persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang
kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan
bahasa yang khas.
Untuk memperjelas pengertian literatur anak, penulis mengutip beberapa
pendapat tentang literatur bacaan anak-anak.
Menurut Hunt yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2010, 8) mengemukakan
bahwa literatur anak dapat didefinisikan sebagai “buku bacaan yang dibaca oleh,
yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan
sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak”.
Sedangkan menurut Puryanto (2008, 2)
literatur anak merupakan literatur yang ditujukan untuk anak, bukan sastra
tentang anak. Literatur tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anakanak, tetapi literatur untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk
anak-anak selaku pembacanya.
Selain pendapat di atas, Davis yang dikutip oleh Sarumpet (2010, 2)
menyatakan bahwa “literatur anak adalah bacaan yang dikomsumsi anak-anak dengan
bimbingan dan pengarahan anggota-anggota dewasa suatu masyarakat, sedang
penulisnya dilakukan oleh orang orang dewasa”.


9
Universitas Sumatera Utara

Pendapat lain dinyatakan oleh Nugiyantoro (2010, 6) literatur anak adalah
sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak,
yang berangkat dari fakta konkret dan mudah diimajinasikan.
Bahan bacaan anak usia balita lebih ditekankan pada gambar (picture books)
tanpa teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna-warnayang menyolok.
Setelah usia sekolah dasar anak diperkenalkan dengan huruf danangka. Oleh karena
itu koleksi untuk anak usia ini adalah buku-buku yang banyakgambar dan berwarnawarni, namun sudah mulai ada sedikit teks.Franz (1994, 26) menyatakan literatur
anak adalah “semua teks yang disusun oleh orang dewasa bagi anak anak dan
Literatur anak adalah semua jenis teks yang diterima oleh anak anak dalam bentuk
cerita bergambar, rekaman pita, tape recorder atau dari televisi dan pita video.”
Kurniawan (2009, 22) juga berpendapat bahwa “literatur anak adalah sastra
yang mengacu kepada dunia anak, kehidupannya, alur cerita-ceritanya dan bahasa
yang digunakan.”
Defenisi lain menurut Huck, dkk yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2010, 7)
menekankan bahwa: “children’s books are books that have the child’s eye at the
center. Buku anak atau literature anak adalah buku yang menempatkan sudut pandang
anak sebagai pusat dari cerita.Pendapat ini juga didukung oleh Tarigan (1995, 5)

mengungkapkan

bahwa

“literatur

anak

adalah

literatur

atau

sastra

yang

mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan
dipahami melalui mata anak-anak “through the eyes of a child”.”


10
Universitas Sumatera Utara

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa literatur anak adalah literatur atau
bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak, namun disusun oleh orang dewasa.Baik
dalam bentuk tertulis, tergambar, tercetak atau tidak tercetak.Pengungkapan bahasa
yang digunakan adalah bahasa yang khas, lebih bernuansa keindahan dan
mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, serta menempatkan
sudut pandang anak sebagai pusat dari cerita. Literatur atau bacaan anak perlu
disesuaikan dengan dunia anak- anak saat ini dan sesuai dengan usia mereka.
Sehingga dapat ditanggapi, dipahami dan mudah diimajinasikan.
2.2.1

Jenis-jenis Literatur Anak
Seperti halnya karya sastra secara umum, jenis literatur anak juga terdapat

bentuk prosa, puisi, dan drama.Jenis prosa dan puisi sastra anak adalah yang paling
banyak ditulis orang.Sedangkan karya jenis drama anak sangat jarang ditulis, bukan
berarti tidak ada.

Wahidin (2009. 1) menyatakan Hakikat dan sifat literatur anak dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya, yaitu :
1. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda
mati, seperti batu, sungai, air, lautan, sepatu,dan kue, dimana ilustrasinya
benda tersebut dapat berbicara,bertingkah laku dan berperasaan layaknya
seperti manusia.
2. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda
hidup, seperti dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia binatang.
3. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari dunia manusia
itu sendiri.
Sedangkan Nurgiyantoro (2005, 14) menyatakan bahwa literatur anak
memiliki berbagai jenis genre, yaitu :

11
Universitas Sumatera Utara

1. Realisme, yaitu cerita yang merepresentasikan berbagai peristiwa, aksi
dan interaksi, yang seolah-olah memang benar, dan penyelesaiannya pun
masuk akal dan dapat dipercaya (plausibel) .
2. Fiksi formula, yaitu cerita yang memiliki pola-pola tertentu yang

membedakannya dengan jenis yang lain.
3. Fantasi, yaitu cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima,
dikembangkan lewat imajinasi yang lazim.
4. Sastra tradisional, yaitu cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan
mulainya dan siapa penciptanya dan dikisahkan secara turun-temurun
secara lisan.
5. Puisi, yaitu sebuah sastra yang didalamnya terdapat pendayagunaan
berbagai unsur bahasauntuk mencapai efek keindahan.
6. Nonfiksi, yaitu bacaan yang ditulis secara artistik sehingga jika dibaca
oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan.
7. Fiksi, yaitu menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada
kebenaran faktual, ditulis relatif baru, pengarang jelas, boleh ditulis oleh
siapa saja, tetapi memang ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang
anak.
8. Komik, yaitu cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan kadangkadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu sudah
“berbicara sendiri”.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa jenis koleksi literatur anak
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya dan
memiliki beberapa jenis genre yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional,
puisi, nonfiksi, dan komik.

2.2.2

Fungsi Literatur Anak
Ditinjau dari segi fungsi pragmatignya, sastra/literatur anak berfungsi sebagai

pendidikan dan hiburan. Menurut Davis yang dikutip oleh Sarumpaet (1976, 23)
mengemukakan pengertian literatur atau sastra anak secara popular adalah
bacaan yang bersifat menghibur, sesuatu yang menyenangkan anak-anak.
Sastra juga berfungsi untuk mengembangkan kepribadian anak.Tokoh-tokoh
dalam bacaan anak secara tidak sadar mengajari anak dalam mengendalikan
emosi, bahkan menolong anak-anak dalam menghilangkan stres.

12
Universitas Sumatera Utara

Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang
sesuatu hal, pengetahuan, kreativitas atau keterampilan anak, serta memberi
pendidikan moral pada anak.
Suwardi Endraswara (2002, 24) menyatakan bahwa literatur anak juga
berfungsi sebagai:

1. Membentuk kepribadian,
2. Menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan
dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya.
Sehubungan dengan hal di atas Mussen & Kagan yang dikutip oleh Tarigan
(1995, 7) menyatakan bahwa
terdapat nilai psikologis yang penting dalam sastra atau literatur anak.
Literatur anak dapat berguna untuk mengembangkan kognitif anak karena
pengalaman-pengalaman sastra merupakan sarana merangsang penalaran
anak-anak.Bahasa berhubungan erat dengan penalaran dan merupakan
penunjang pikiran anak-anak. Semakin terampil seorang anak berbahasa,
semakin sistematis pula penalaran atau cara berpikir anak.
Selanjutnya Tarigan (1995, 8) mengungkapkan bahwa literatur anak
mengandung nilai bagi anak-anak yaitu nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.
1. Nilai Intrinsik
a. Memberi kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan,
b. Memupuk dan mengembangkan imajinasi,
c. Member pengalaman-pengalaman baru,
d. Mengembangkan wawasan menjadi perilaku insani,
e. Memperkenalkan kesemestaan pengalaman, dan
f. Memberi harta warisan sastra dari generasi terdahulu.
2. Nilai Ekstrinsik
a. Perkembangan bahasa,
b. Perkembangan kognitif,
c. Perkembangan kepribadian, dan
d. Perkembangan sosial
13
Universitas Sumatera Utara

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa literatur anak mampu
mengembangkan, merangsang dan mengendalikan kepribadian serta penalaran anak,
baik melalui cerita, tokoh, maupun bahasa yang tersaji dalam bacaan anak.Literatur
anak juga berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan sesuai dengan nilai intrinsik dan
ekstrinsik yang terkandung didalamnya.
2.2.3

Ciri Literatur Anak
Literatur

anak

secara

umum

memiliki

sejumlah

ciri

yang

dapat

membedakannya dengan literatur atau sastra remaja atau dewasa. Puryanto (2008, 7)
menyatakan secara garis besar, ciri dan syarat literatur anak adalah:
1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak
berbelit-belit, menggunakan setting yang ada disekitar atau ada di dunia
anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya
bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak,
sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan
anak.
2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan
anak, tidak terlau panjang, ada ritme dan bunyi yang serasi dan indah,
serta isinya bias menambah wawasan pikian anak.
Sedangkan Sarumpaet (1976, 29-32) menyatakan bahwa ada 3 ciri yang
menandai cerita anak itu berbeda dengan literatur orang dewasa, yaitu:
1. Unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema
dan amanat. Secara umum menghindari persoalan-persoalan yang
menyangkut seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan
kebencian, kekejaman, prasangka buruk, jahat, dan kematian.
2. Penyajian dengan gaya secara langsung, yaitu sajian cerita merupakan
deskripsi .Secara singkat dan langsung menuju sasaran. Menampilkan
dialog dan perilaku yang jelas yang mengarah pada tokoh utama,sehingga
tahu sifat tokoh baik dan jelek.
3. Fungís terapan, yaitu sajian cerita yang harus bersifat iformatif dan
mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan

14
Universitas Sumatera Utara

umum, ketrampilan khusus maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi
terapan dalam sastra anak ditunjukkan oleh unsur intrinsik pada teks
karya sastra.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa literatur anak adalah literatur atau
sastra anak yang dikonsumsi oleh anak-anak, namun disusun oleh orang
dewasa.Bentuk penyampaiannya khas dengan sudut pandang anak sebagai pusat
penceritaan, sehingga mudah dipahami dan diimajinasikan oleh anak-anak.Litertur
anak memiliki berbagai jenis yaitu dilihat dari tokoh atau penokohannya dan dari
bentuk genre literatur anak. Kriteria literatur anak dapat dilihat dari usia dan
perkembangan anak. Ada beberapa faktor pendukung kriteria literatur anak yaitu
informasi dan edukatif.Literatur anak juga memiliki berbagai macam fungsi dan
didalamnya terkandung nilai intrinsik dan ekstrinsik. Literatur anak memiliki ciri
yaitu isi yang terkandung harus mendidik, menyentuh, memiliki unsur pantangan,
penyajian dengan gaya secara langsung dan memiliki fungsi terapan.
2.3

Layanan Anak
Perpustakaan menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna.Jumlah jenis atau macam layanan pengguna perpustakaan sebenarnya
cukup banyak. Pada umumnya pelayanan yang diselenggarakan perpustakaan umum
adalah pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan audiovisual, pelayanan
terbitan berseri, pelayanan anak, pelayanan deposit (Akbar 2013, 1). Dari beberapa
jenis layanan tersebut, peneliti hanya menguraikan mengenai layanan anak.

15
Universitas Sumatera Utara

Berbagai kegiatan dipersiapkan untuk melayani kebutuhan anak-anak dalam
memenuhi rasa keingintahuan mereka akan informasi, jadi bahan pustaka harus sesuai
dengan kebutuhan anak-anak.
Perpustakaan sebaiknya menjadi tempat yang terbuka, atraktif, menantang dan
tidak menakutkan untuk semua anak. Pelayanan anak sama pentingnya dengan
pelayanan untuk orang dewasa. Joan M. Reitz (2002, 131) menyatakan bahwa
Library services intended for children up to the age of 12-13, including
juvenile collection development, lapsit services, storytelling, assistance with
homework assignments, and summer reading programs, usually provided by a
children’s librarian in the children’s room of a public library.
Pendapat di atas dapat diartikan sebagai berikut:
Layanan anak adalah pelayanan perpustakaan yang ditunjukan untuk anak
sampai anak berumur 12- 13 tahun, didalamnya termasuk pengembangan koleksi
anak muda, lapsit services, mendongeng, membantu pengajaran dalam mengerjakan
tugas atau pekerjaan rumah, program summer reading, biasanya disediakan oleh
pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan.
Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum (2006, 41) dinyatakan bahwa
layanan anak-anak adalah salah satu kegiatan layanan Perpustakaan Umum
menyediakan jasa untuk anak-anak. Anak-anak yang menjadi sasaran adalah
anak-anak pra-sekolah sampai usia 12-13 tahun. Perpustakaan dalam
memberikan layanan bagi mereka, terutama diarahkan untuk mengembangkan
imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta memberikan
sarana rekreasi yang mendidik. Sasaran atau target pemustaka layanan anak di
perpustakaan umum menurut IFLA Guidelines for Children’sLibraries
Services adalah bayi dan balita, anak anak pra-sekolah, murid sekolah sampai
umur 13 tahun, kelompok berkebutuhan khusus, orangtua dan anggota

16
Universitas Sumatera Utara

keluarga yang terkait, pemerhati anak dan orang dewasa lainnya yang berkerja
dengan anak-anak, buku dan media.
Sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan umum yaitu memberikan
pelayanan kepada pengguna/anak melalui pendayagunaan koleksi bahan pustaka
untuk keperluan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan rekreasi, maka salah
satu layanan yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum adalah layanan anak.
Menurut Hasiana (2009, 10-14) terdapat 4 unsur dalam suatu layanan anak,
yaitu :
1.

Koleksi
Bahan pustaka untuk anak lebih ditekankan pada gambar (picture book)
tanpa teks.Anak-anak banyak tertarik pada gambar dan warna-warna
yangmenyolok dan dengan buku bergambar yang deberi sedikit teks.
Bahan pustaka untuk anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Yang
dimaksud dengan bahan pustaka untuk anak ialah beragam materi yang
tersedia untuk anak, baik materi berbentuk buku maupun non-buku
(kaset, CD,VCD, DVD, film, games computer, dan lai-lain). Beberapa
macam buku untuk anak antara lain bacaan fiksi dan nonfiksi, board
books, sajak anak, buku alphabet, buku berhitung, buku bergambar, easy
books, bacaan untuk pemula, buku cerita bergambar dan buku cerita.
Berdasarkan isi kandungannya, materi untuk anak dibedakan menjadi
dua,
yakni fiksi dan non-fiksi.
a. Fiksi untuk anak adalah semua bentuk prosa naratif yang mengandung
unsur rekaan yang ditujukan (dalam beberapa materi bahkan
diciptakan oleh anak) untuk anak dengan mengikuti kriteria-kriteria
tertentu. Namun dapat juga karya tersebut, mungkin pada awalnya
ditujukan untuk orang dewasa tetapi karena dapat memenuhi
kriteriakriteria karya fiksi untuk anak maka karya tersebut juga dapat
dibaca oleh anak. Contoh karya fiksi yaitu seperti novel, buku cerita
rakyat, komik dan lain-lain.
b. Materi non fiksi adalah segala materi yang tidak berupa rekaan, yang
mengandung pengetahuan mengenai suatu aspek kehidupan
nyata/ilmiah/religi dan disampaikan dengan menggunakan gaya
bahasa dan penulisan serta penjelasan yang dapat dipahami anak tanpa
mengurangi nilai-nilai kandungan ilmiah/kenyataan/religi materi
tersebut. Salah satu contoh karya non fiksi yaitu koleksi buku Why,
yaitu buku pelajaran yang memiliki kandungan nilai ilmiah hanya saja
penyajiannya dalam bentuk komik bergambar.
17
Universitas Sumatera Utara

2

Fasilitas
Masa anak-anak merupakan masa terpenting karena dimasa inilah
seorang anak mulai peka menerima informasi di sekitarnya.Pentingnya
masa anak-anak ini perlu diisi dengan berbagai kegiatan yang menarik
minat mereka sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka.Suatu
perpustakaan perlu dilengkapin dengan berbagai fasilitas dalam
mendukung kegiatan yang berlangsung di dalamnya.Fasilitas yang
mendukung dalam pemberian pelayanan anak antara lain meja baca, dan
belajar, papan tulis, computer, karpet, mainan, ruang bermain, peralatan
dan perlengkapan belajar.

3

Jasa yang diberikan
Perpustakaan bukan hanya tempat membaca, namun dalam suatu
perpustakaan juga tersedia berbagai jasa yang diberikan. Jasa
perpustakaan anak antara lain :
1. Peminjaman
Jasa ini hampir ada disetiap perpustakaan. Salah satu tujuan datang ke
perpustakaan adalah untuk membaca buku dan apabila perlu buku
tersebut akan dipinjam untuk dibaca di rumah atau di tempat lain.
Peminjaman dapat dilakukan apabila peminjaman telah menjadi
anggota suatu perpustakaan.Membaca merupakan salah satu kegiatan
yang dilakukan oleh ppengguna suatu perpustakaan.Mungkin ia
memiliki tujuan dalam membaca buku.
2. Jasa bimbingan pembaca
Jasa ini berkaitan dengan bimbingan bacaan bagi perorangan
mengenai apa yang baik dibaca. Tujuan bimbingan pembaca ini adalah
menemukan apa yang sesuai bagi pengguna untuk kepentingan
pendidikan atau hiburan mereka
3. Menjawab pertanyaan (referens)
Penyediaan jasa referens merupkan salah satu layanan penting yang
ada dalam suatu perpustakaan.Layanan menjawab pertanyaan yang
ditanyakan oleh pengguna perpustakaan.Layanan refrens menjawab
pertanyaan yang ditanyakan oleh pengguna perpustakaan.
4. Pinjam antar perpustakaan
Pinjam antar perpustakaan adalah transaksi peminjaman materi
perpustakaan yang melibatkan dua perpustakaan. Pinjam antar
perpustakaan sejenis dilakukan untuk mengatasi kebosanan akan
koleksi buku yang itu-itu saja.
5. Layanan belajar
Salah satu fungsi perpustakaan adalah belajar.Pengguna dapat
memanfaatkan fasilitas yang ada dalam suatu perpustakaan untuk
mendukung belajar atau tugas mereka.
6. Bercerita
18
Universitas Sumatera Utara

Pustakawan perpustakaan dapat bercerita atau mendongeng sebagai
hiburan untuk anak. Mendongeng terkadang dilakukan dengan alat
bantu seperti papan cerita atau boneka.
4

Pustakawan/ staf layanan anak
Bukan hanya koleksi yang berperan dalam suatu perpustakaan, namun staf
perpustakaan juga tak kalah pentingnya. Agar kegiatan perpustakaan
berjalan dengan efekti dan efisien, diperlukan staf perpustakaan yang
mengerti akan kebutuhan penggunanya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan anak adalah kegiatan untuk
memberikan/ menawarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yaitu
anak – anak sampai umur 12-13 tahun, agar dapat memperkenalkan perpustakaan,
meningkatkan minat baca sejak dini dan membantu mereka dalam mengerjakan tugas
atau pekerjaan rumah. Suatu layanan anak memiliki 4 unsur yaitu koleksi, fasilitas,
jasa yang diberikan dan pustakawan/ staf layanan anak.
2.3.1

Tujuan Layanan Anak
Menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik yang sesuai

kebutuhan anak, akan membuat anak-anak betah berada diruangan anak untuk
membaca. Pelayanan yang diberikan antara lain koleksi, mendongeng, membimbing
kesenangan membaca, mendidik untuk belajar mandiri, membaca bersama, dan
sebagainya.
Sebagai salah satu layanan perpustakaan, layanan anak memiliki tujuan
tertentu. Menurut Anwar yang dikutip oleh Yusuf (2003, 175) tujuan utama dari
layanan anak-anak adalah :
1. Menyediakan koleksi berbagai bentuk bahan pustaka,serta penyajian
menarik perhatian anak dan mudah digunakan.

19
Universitas Sumatera Utara

2. Memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan
pustaka lainya yang sesuai dengan usianya.
3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca
(sebagai hobi) dan mendidik anak belajar mandiri.
4. Mempergunaan sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang
belajar seumur hidup.
5. Membantu anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah
pengetahuan sosialnya.
6. Berfungsi sebagai suatu kegiataan social masyarakat untuk
menyejahterakan anak-anak.
Sedangkan dalam IFLA Guidelines for Children’s Libraries Services, layanan
anak bertujuan untuk :
a. To facilitate the right of every child to
1. information
2. functional, visual, digital and media literacy
3. cultural development
4. reader development
5. lifelong learning
6. creative programs in leisure time
b. To provide children with open access to all resources and media
c. To provide various activities for children, parents and caregivers
d. To facilitate families’ entry into the community
e. To empower children and to advocate for their freedom and safety
f. To encourage children to become confident and competent people
g. To strive for a peaceful world.
Uraian di atas dapat diartikan sebagai berikut :
a. Memfasilitasi hak setiap anak untuk :
1. Informasi
2. Tugas fungsional, visual, literasi digital dan media
3. Pengembangan kebudayaan
4. Pengembangan pembaca
5. Pembelajaran seumur hidup

20
Universitas Sumatera Utara

6. Program kreatif pada waktu senggang
b. Menyediakan akses terbuka untuk semua sumber daya dan media bagi
anak
c. Menyediakan berbagai macam aktifitas untuk anak, orangtua serta
pemerhati anak
d. Memfasilitasi jalan masuk keluarga ke komunitas
e. Memberikan kekuasaan untuk anak dan mendukung kebebasan serta
keamanan mereka
f. Mendorong anak-anak agar menjadi individu yang percaya diri dan
berkompetensi
g. Memperjuangkan sebuah perdamaian dunia
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari layanan anak
memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak
dan membantu dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dalam berbagai
hal sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya
2.3.2

Fungsi Layanan Anak
Layanan anak merupakan salah satu layanan yang diselenggarakan oleh

perpustakaan umum.Layanan anak diadakan di perpustakaan umum karena pada
dasarnya perpustakaan umum melayani semua lapisan masyarakat.Layanan anak
merupakan upaya dari perpustakaan umum untuk menjaring pembaca sebanyakbanyaknya, dan sedini mungkin mengenalkan perpustakaan kepada anak-anak.

21
Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perpustakaan umum
harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sesuai dengan fungsi perpustakaan
umum, layanan anak juga memiliki fungsi yang sama.
Menurut Yusuf (1996, 21) fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Fungsi Edukatif
Perpustakaan Umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa
karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan
menambah pengetahuan secara mandiri. Budaya mandiri dapat
membentuk masyarakat yang belajar seumur hidup dan gemar membaca
2. Fungsi Informatif
Perpustakaan Umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya,
yaitu menyediakan buku-buku referensi, bacaan ilmiah populer berupa
buku dan majalah ilmiah serta data-data penting lainnya yang perlukan
pembaca.
3. Fungsi Kultural
Perpustakaan Umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil
budaya bangsa yang direkam dalam bentuk tercetak/terekam.Perpustakaan
merupakan tempat penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya budaya
manusia yang setiap waktu dapat diikuti perkembangannya melalui
koleksi perpustakaan.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan Umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah,
tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan
majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa.Bacaan fiksi dapat
menambah pengalaman atau menumbuhkan imajinasi pembacanya dan
banyak digemari oleh anak-anak dan dewasa.
Sehubungan dengan fungsi tersebut di atas Siregar (2004, 76) menjelaskan
peran utama perpustakaan umum yang ditugaskan pemerintah negara kepada suatu
perpustakaan umum yaitu :
1. Membantu masyarakat terutama remaja dan anak-anak menjadi melek
informasi termasuk didalamnya mengajarkan bagaimana cara menelusur
informasi dan mengembangkan kebiasaan membaca.

22
Universitas Sumatera Utara

2. Membantu orang dewasa untuk “belajar sepanjang hayat” dan belajar
kembali untuk perubahan atau peningkatan karir.
3. Memelihara dan mempromosikan kebudayaan.
Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui fungsi layanan anak sama seperti
fungsi perpustakaan umum, yaitu tediri dari fungsi edukatif, informatif, kultural, dan
rekreasi. Dan layanan anak yang diselenggarakan perpustakaan umum berperan untuk
mengajarkan, membantu, memelihara dan mempromosikan kebudayaan pada wilayah
tertentu serta sebagai sarana simpan karya manusia.Peran tersebut termasuk unik
karena tidak dapat dipenuhi oleh lembaga jenis lainnya.
2.3.3

Tugas Layanan Anak
Penyelenggaraan layanan anak bukan hanya untuk mengumpulkan dan

menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan layanan
anak diharapkan dapat membantu anak-anak dan pengguna lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas dalam proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu, segala bahan pustaka
yang dimiliki layanan anak harus dapat menunjang proses belajar mengajar sesuai
dengan tugas layanan anak yang sudah ditetepkan.
Menurut Bowler yang dikutip oleh Sumekar (2000, 24) tugas utama layanan
anak diperpustakaan adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan koleksi berbagai macam bahan pustaka yang disajikan
secara menarik dan mudah digunakan oleh anak- anak.
2. Memberi bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan
pustaka lainnya.
3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca
sebagai suatu hobi dan mendidik untuk belajar mandiri.
4. Memberi dukungan dalam masyarakat sebagai kekuatan social bersamasama dengan lemabaga lain yang berhubungan dengan kesejahteraan
anak.
23
Universitas Sumatera Utara

5. Menunjang pendidikan seumur hidup dengan menggunaka semua
sumber ada di perpustakaan.
6. Membantu anak dalam mengembangkan kecakapannya dan menambah
pengetahuannya.
7. Membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah.
Sedangkan menurut Yusuf (1996, 18 ) tugas layanan anak adalah sebagai
berikut :
1. Untuk melayani kebutuhan bahan pustaka anak.
2. Menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan kegairahan anak
untuk belajar dan membaca sedini mungkin.
3. Mendorong anak untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan
kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang
pendidikan formal, nonformal, dan informal .
4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa layanan anak mempunyai
tugas dalam pemenuhan informasi bagi penggunanya yaitu anak-anak dan pengguna
lain dalam memenuhi kebutuhan mereka akan informasi untuk keperluan pendidikan
maupun keperluan pribadi.
2.3.4

Jenis – Jenis Layanan Anak
Jenis layanan anak merupakan layanan yang diberikan suatu perpustakaan

kepada pengguna perpustakaan khususnya anak – anak.Akbar (2013, 9) menyebutkan
jenis-jenis layanan anak yang disediakan oleh perpustakaan antara lain:
1. Layanan membaca
Selain meminjamkan bahan pustaka anak- anak, perpustakaan umum
menyediakan layanan anak- anak Balita dan anak sampai usia 12 tahun.
Merka diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat
baca dan gemar belajar serta rekreasi yang mendidik.
2. Bimbingan membaca
Layanan ini diperlukan bagi anak- anak yang membutuhkan bacaan
khusus namun sulit untuk mendapatkannya.Anak- anak diperkenalkan
24
Universitas Sumatera Utara

kepada buku secara bertahap yaitu dengan memberikan buku bergambar
tanpa teks.Setelah mengenal huruf mereka diberi buku bergambar dengan
teks sederhana dan mudah dibaca.Setelah lancer membaca maka mereka
diberi buku dengan teks yang lebih banyak daripada gambar sampai
kepada buku yang hanya terdiri dari teks saja.Untuk acara bimbingan
membaca ini perlu dilakukan secara terencana dengan jadwal yang teratur
sehingga tidak menggangu ham pelajaran sekolah.
3. Layanan referens anak
Layanan kepada anak- anak perlu juga dilengkapi dengan layanan
referena.Anak- anak perlu diperkenalkan kepada buku- buku referens
sejak dini. Bahan refrens untuk anak- anak mencakup ensiklopedia,
kamus, atlas dan lain- lain. Pustakawan yang bertugas di bagian referens
anak- anak dapat memberi bimbingan bagaimana mencari informasi, cara
menggunakan buku referens dan menjawab pertanyaan anak- anak.
4. Acara mendongeng
Layanan mendongeng ini biasanya sangat digemari anak- anak terutama
usia balita dan usia awal sekolah dasar. Pada usia ini anak-anak memiliki
resa ingin tahu. Karena itu sangat tepat bila pada usia ini diperkenalkan
buku- buku yang sesuai dengan imajinasi anak- anak. Buku tersebut dapat
dibacakan oleh pustakwan dengan cara seperti mendongeng. Pustakawan (
dapat bekerja sama dengan guru TK dan SD) harus menggunakan koleksi
dan alat peraga yang ada di perpustakaan dalam mendongeng. Pembawa
cerita harus mempunyai pengetahuan tentang bacaan anak- anak yang
akan disampaikan. Waktu untuk melaksanakan acara mendongeng harus
disesuaikan dengan waktu berkunjung aka keperpustakaan, biasanya
waktu libur.Jadwal acara mendongeng tersebut harus diumumkan di
bagian pelayanan sehingga anak- anak mengetahui untuk berkunjung
apabila ingin mendengarkan dongeng tersebut.
5. Pertunjukan atau pemutaran film
Perpustakaan umum yang harus dimiliki berbagai kegiatan untuk layanan
anak- anak sebaiknya melaksanakan pertunjukan film anak- anak. Untuk
menyelenggarakan acara pemutaran film ini perpustakaan dapat bekerja
sama dengan pustakawan lain yang lebih besar memiliki koleksi film yang
lengkap dan peralatan pemutar film. Saat ini pemutaran film dapat
menggunakan alat pemutar VCD atau DVD yang diproyeksikan ke layar
melalui LCD proyektor.Beberapa film anak- anak juga tersedia dalam
bentuk VCD atau DVD. Beberapa jenis film dengan tema sejarah, flora
dan fauna, alam, pengenalan tentang Negara, penemuan ilmiah dan ruang
angkasa dapat menjadi pilihan untuk diputar.

25
Universitas Sumatera Utara

Di dalam Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah (1992, 38-39)
disebutkan bahwa jenis layanan yang bisa diberikan untuk anak di perpustakaan
umum antara lain yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Peminjaman Buku
Bimbingan Membaca
Layanan Rujukan
Mendongeng (story telling)
Pertunjukkan Film
Pertunjukkan Boneka
Mainan Anak

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis layanan anak
memberikan pelayanan yang bervariasi, antara lain peminjaman buku, membimbing
kesenangan membaca, layanan rujukan, mendongeng, pertujukan film, dan
sebagainya. Memilih buku bacaan untuk anak- anak bukanlah tugas yang mudah.
Kreteria bacaan anak-anak harus sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasannya.
2.4

Kategori Anak
Semua anak melewati tahapan intelektual dalam proses yang sama walau

tidak harus dalam umur yang sama. Tiap tahapan mempunyai karakteristik yang
membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu berkaitan dengan respon anak
terhadap bacaan. Ada beberapa pembagian kategori anak.
Menurut Pieget yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2005, 200) perkembangan
kategori anak dapat dibagi ke dalam empat tahapan yaitu:
“Pertama: tahap sensori-motor (the sensory-motor period, 0–2 tahun).
Tahap ini disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi
berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik
utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi
indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab akibat
26
Universitas Sumatera Utara

atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat
berkontak langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan
orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen.
Kedua: tahap praoperasional (the preoperational period, 2–7 tahun). Dalam
tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah
mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan
karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah
(i) buku-buku yang menampilkan gambar-gambar sederhana sebagai ilustrasi
yang menarik, (ii) buku-buku bergambar yang memberi kesempatan anak
untuk memanipulasikannya, (iii) buku-buku yang memberi ke-sempatan anak
untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan
(iv) buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan
tingkah laku dan perasaan anak.
Ketiga: tahap operasional konkret (the concrete operational, 7–11 tahun).
Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil.
Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan
karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah
buku-buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut. (i) Buku-buku
bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks. (ii) Buku-buku bacaan yang menampilkan
cerita yang sederhana baik yang menyangkut masalah yang dikisahkan, cara
pengisahan, maupun jumlah tokoh yang dilibatkan. (iii) Buku-buku bacaan
yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, bahkan mungkin
yang dalam bentuk diagram dan model sederhana. (iv) Buku-buku bacaan
narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita yang
dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat
lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan
persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau memprediksikan kelanjutan
cerita.
Keempat: tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke
atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir
abstrak. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah (i)
buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak
untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi
terhadap karakter tokoh; (ii) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur
cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat
membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang
menampilkan persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks.

27
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan Azhari (2004, 173) menyatakan bahwa
perkembangan pada umunya didasarkan pada perubahan-perubahan yang
terjadi pada tiga hal antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi
berdasarkan psikologis dan periodisasi berdasarka dedaktis.
1. Periodisasi berdasarkan perubahan biologis
Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles yang
menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa
dalam tiga periode, sebagai berikut:
a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)
b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah)
c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)
2. Periodisasi berdasarkan psikologis
Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch.Gejala
psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa
kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan
trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni;
a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan
b) pada permulaan masa pubertas.
3. Periodisasi berdasarkan dedaktis
Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan
ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan
dan bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak.Tokoh pencetus
pembagian periode ini adalah John Amos Comenius yang terkenal
konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang disesuaikan dengan
perkembangan anak. Secara singkat periodesasi yang dibuat Comenius
antara lain sebagai berikut:
a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun)
b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12 tahun)
c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18 tahun)
d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun)
Pendapat lain dikemukakan oleh Jalaluddin (2000, 117-137) yang membagi
perkembangan kedalam beberapa tahap yaitu:
1. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya, kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerakgerak, dan menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan
kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat
menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru
28
Universitas Sumatera Utara

tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan
untuk belajar.
2. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan
intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga
rasullullah menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada
pembentukan disiplin dan moral (Addibhu).
3. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang
masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak
berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal,
perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap
emosional ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka
dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa
peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan anak berjalan secara
bertahap melalui berbagai tahap perkembangan yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun),
tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), tahap
operasi formal (11 atau 12 tahun ke atas). Setiap perkembangan juga didasarkan pada
tiga perubahan antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan
psikologis, priodisasi berdasarka dedaktis. Dalam setiap fase perkembangan ditandai
dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun
perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat
dipahami dalam hubungan keseluruhannya.
2.5

Keterpakaian Koleksi
Untuk dapat memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan

perpustakaan, maka perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai
sumber informasi atau bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat melaksanakan
program kegiatan lembaga atau badan dimana perpustakaan itu bernaung. Menurut
29
Universitas Sumatera Utara

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 711) kata keterpakaian atau juga disebut
dengan pemanfaatan memiliki arti proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan sesuatu
untuk kepentingan sendiri.
Handoko yang dikutip oleh Handayani (2007, 28) menyatakan bahwa dari
segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal yaitu:
Faktor internal meliputi:
1. Kebutuhan yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan
informasi.
2. Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau
dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu
3.Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
Faktor eksternal meliputi:
1.Kelengkapan koleksi banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan
informasinya oleh mahasiswa
2.Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna. Keterampilan
pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan
ketepatan mereka memberi layanan
3.Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali
Sedangkan menurut Lasa (2005, 3117) “keterpakaian koleksi seperti
banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan sebagai
salah satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan.”
Pada dasarnya pemanfaatan koleksi perpustakaan mencakup dua hal yaitu
menggunakan koleksi dalam ruangan perpustakaan (in library use) dan meminjam
koleksi dari bagian sirkulasi untuk digunakan di luar perpustakaan (out library use).

30
Universitas Sumatera Utara

Lancaster (1993, 77) membatasi pengertian pemanfaatan koleksi di ruang baca
perpustakaan dengan bentuk pertanyaan di bawah ini :
1. If a book is removed from the shelves, casually glanced at and immediately
returned, has it been “used”?
2. If it is removed, some portion of it read at shelves, and then put back, has it
been used?
3. If it is carried to table, along with others, glanced atand pushed to one side,
has it been used?
Dalam pengertian sederhana definisi diatas menyatakan bahwa cara-cara yang
ditempuh oleh pengguna untuk memanfaatkan koleksi dalam format tercetak khususnya
buku diruang baca dapat dilakukan denganmengambil buku dari rak dan dikembalikan

lagi, hanya sebagian dibaca atau dibaca sekilas.
Secara umum, cara memanfaatkan koleksi perpustakaan menurut Zulkarnaen
(1997, 45) adalah :
1. Meminjam
Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi
perpustakaan setelah mendapatkan buku yang ia inginkan. Dengan
melakukan peminjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak untuk
membaca buku yang ia pinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa
peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi kemeja sirkulasi.
2. Membaca di tempat
Bagi pengguna yang memiliki waktu luang cenderung membaca di
ruang baca perpustakaan. Pengguna dapat memilih beberapa buku
untuk dibaca dan menghabiskan waktunya pada perpustakaan.
3. Mencatat informasi dari buku
Terkadang pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia
dapat dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan
informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku berbeda.
4. Memperbanyak (menggunakan jasa foto copy)
Dengan memanfaatkan fasilitas mesin foto copy, pengguna dapat
memiliki sendiri informasi-informasi yang ia inginkan. Cara seperti ini
biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas untuk ke
perpustakaan.

31
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa keterpakaian atau
pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat dilakukan didalam maupun diluar ruangan
dengan kegiatan yang mencakup membaca, mencatat, memfotokopi hingga
meminjam bahan pustaka.Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
dimana faktor internal yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal
yang meliputi kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani
pengguna dan keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali,sehingga mudah untuk
mengetahui efektifitas suatu perpustakaan.
2.6 Keterpakaian Koleksi Literatur Anak
Keterpakaian koleksi penting untuk diketahui karena dapat digunakan untuk
mengetahui pemanfaatan koleksi di perpustakaan.Data tersebut dapat menjadi laporan
koleksi mana yang sering dipakai sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan
pengadaan koleksi selanjutnya.Dalam kajian ilmu perpustakaan, keterpakaian koleksi
merupakan evaluasi pelayanan disuatu perpustakaan.Pada penelitian ini mengenai
keterpakaian koleksi literatur anak di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Menurut Thompson yang dikutip oleh Fransiska (2014, 3) menyatakan bahwa
pengukuran konsep keterpakaian/pemanfaatan dapat diukur dengan tiga indikator
yaitu intensitas penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah jenis koleksi yang
digunakan. Indikator tersebut mempunya tujuan masing-masing yaitu sebagai berikut:
1. Intensitas penggunaan (intensity of use)
Bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana kendala atau kehebatan koleksi
yang dimiliki oleh perpustakaan, sehingga mampu membantu pihak
manajemen dalam menyediakan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
32
Universitas Sumatera Utara

2. Frekuensi penggunaan (frequency of use)
Bertujuan untuk menunjukkan seberapa sering atau berapa kali pengguna
membutuhkan dan menggunakan koleksi yag ada di perpustakaan
3. Jumlah yang digunakan (diversity of sofware package used)
Bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana ketergantungan pengguna
terhadap koleksi perpustakaan dalam membantu proses belajar ataupun
memenuhi kebutuhan membaca.
Sedangkan Menurut Mount Sunt Vincent University Library yang dikutip oleh
Yulfimar (2003, 11) mengemukakan bahwa ada beberapa teknik untuk mengevaluasi
tingkat keterpakaian koleksi perpustakaan yaitu:
1. Memperhatikan tingkat judul berdasarkan standar umum, dapat dilihat
melalui:
a. Katalog perpustakaan
b. Bibliografi subjek
c. Analisis sitasi
d. Review essay
e. Bibliografi khusus
f. Daftar usulan dari pengguna
2. Sistem data perpustakaan mencakup keseluruhan judul dalam subjek
tertentu berhubungan dengan pengadaan, frekuensi sirkulasi peminjaman
dan statistic silang layanan.
3. Menguji secara langsung ke rak termasuk evaluasi kondisi fisik buku.
4. Survei pengguna tentang cakupan, kedalaman, kesesuaian, dan
kemuktakhiran bahan pustaka.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keterpakaian koleksi literatur anak
dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu intensitas penggunaan, frekuensi
penggunaan, dan jumlah yang digunakan, serta dengan beberapa teknik.
Dengan demikian peneliti menggunakan ketiga indikator tersebut yaitu:
intensitas penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah yang digunakan, dalam
menganalisis tingkat keterpakaian koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip
dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara.

33
Universitas Sumatera Utara