Analisis Keterpakaian Koleksi Literatur Anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

(1)

DAFTAR PUSTAKA Afrien, Deni. 2012. Perpustakaan Umum dan Khusus.Url:

http;//sintagieso.files.wordpress.com/.../perpustakaan-khusus-dan- umum.docx (Akses 5 Mei 2015).

Akbar, Andi. 2013. Jenis-jenis Layanan di Perpustakaan.Url:

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ---. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya

Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan.Bandung: Teraju Mizan Publika

Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran Presiasi Sastra. Yogyakarta: Radhita Buana

Franz, Kurt dan Bernhard Meier. 1994. Membina Minat Baca. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fransiska, Detria. 2014. Evaluasi Keterpakaian Koleksi(Studi Evaluatif tentang

Keterpakaian Koleksi Buku pada Perpustakaan Akademi Angkatan Laut Surabaya.Url

Handayani, dkk. 2007. Studi Korelasi M otivasi Pengguna dan Pemanfaatan Koleksi

CD-ROM di UPT Pusat Perpustakaan UII Yogyakarta. Jurnal Berkala Ilmu

Perpustakaan dan Informasi.Vol III no. 7. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamidi.(2005). Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal

dan laporan Penelitian.Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Hasiana, Nirma. 2009. Pelayanan Perpustakaan Literatur.

Url:http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127133-RB13N198p

Pelayanan%20perpustakaan-Literatur.pdf (Akses pada 11 Desember 2015) Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan


(2)

IFLA.“Guidelines for Children’s Libraries Services

(Diakses 18 Agustus 2015)

Jalaluddin.2000 Mempersiapkan Anak Saleh (Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah

Rasul Allah SAW).Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta : Balai Pustaka.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak: Dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,

Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Lasa, HS.2005. Manajemen Perpustakaan.Yogyakarta : Gama Media. Lancaster, FW. 1993. If You Want To Evolution Your Library. Ed. 2.Illinois :

Thomson – shore.

Mustafa, Hasan. 2000. Teknik Pengambilan

Sampel 2015)

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan

Sastra Anak. Yogjakarta:FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak : Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Perpustakaan Nasional RI. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah. Ed. I.

Jilid I.1992. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Perpustakaan Nasional RI. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. 2006. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX HISKI

Reitz, Joan M. 2002. ODLIS: Online Dictionary of Library and Information

science.pdf (Diunduh pada 11 Juni 2015)

Salim, Peter dan Yenny Salim.2002. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press


(3)

Santoso, Hari. 2011. Peran Buku Bacaan dan Lingkungan Dalam Menunjang

Perkembangan Bahasa Anak.Malang : UPT Perpustakaan Universitas Negeri

Malang

Sarumpaet, Riris K.1976. Bacaan Anak-anak. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

---. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Siregar, Ridwan. 2004. Perpustakaan : Energi Pengembangan Bangsa. Medan: USU

Press

---. 2011. Perencanaan Lokasi Perpustakaan Umum. Medan : USU Press

Sjahrial-Pamuntjak, Rusina. 2000. Pedoman Penyelenggara Perpustakaan. Jakarta: Djambatan

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumekar, Sri. 2000. Layanan Anak di 5 Perum Kotamadya DKI Jakarta: Suatu

Kajian Manajemen. Depok: Program Pasca Sarjana UI

Sutarno, N.S. 2006. Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: CV. Sagung Seto

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra.Bandung : Angkasa

Wahidin, Dadan. 2009. Hakikat Sastra Anak.

Yulfimar, Evi. 2003. Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Bidang Kedokteran pada

Perpustakaan USU.Medan: USU Press.

Yusuf. 2003. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: P2LPTK

Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta. Universitas Terbuka. Depdikbud.

Zulkarnaen, Sani. 2007. Pemanfaatan Koleksi Buku. Url :

http://www.ziddu.com/download/3023151/PemanfaatanKoleksiBuku.rtf.html (Akses pada 10 Juni 2015)


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah merupakan teknik yang digunakan penulis didalam melakukan penelitian untuk memperoleh hasil penelitian yang benar atau mendekati kebenaran, proses penelitian harus dilakukan dengan teknik-teknik tertentu sehingga metode dapat dipilih dan ditentukan dari berbagai macam teori ilmiah yang membahas tentang metode penelitian.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2010, 29) “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya yang berlaku untuk umum”.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.Sehingga penelitian ini menggambarkan suatu fakta-fakta dan sifat-sifat hubungan antarfenomena terhadap suatu peristiwa. Pada penelitian ini, peneliti hanya memaparkan secara apa adanya data yang telah diperoleh dari unit analisis.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) provinsi Sumatera Utara kota Medan, beralamat di Jalan Brigjend Katamso No. 45 K Medan.


(5)

3.3 Unit Analisis

Unit analisis dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus/komponen yang diteliti.Menurut Hamidi (2005, 75) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian.

Unit analisis penelitian ini adalah koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 574 judul dan 4.820 eksemplar .

Tabel 3.1. Rincian Koleksi Literatur Anak

No Klasifikasi Jumlah Judul Eksemplar

1. 000 29 257

2. 100 26 112

3. 200 70 283

4. 300 54 675

5. 400 53 413

6. 500 84 828

7. 600 29 189

8. 700 79 785

9. 800 120 986

10. 900 30 292

Jumlah 574 4.820

3.4 Populasi

Jumlah dari keseluruhan variabel disebut populasi yang merupakan subjek dengan kriteria tertentu dan berguna dalam perolehan data penelitian yang dibutuhkan. Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka penulis menetapkan


(6)

populasi penelitian.Menurut Arikunto (2010, 173).“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.Populasi pada penelitian ini adalah jumlah koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara denganjumlah 574 judul dan 4.820 eksemplar.

3.5 Sampel

Sampel diambil dalam penelitian sebagai bahan pertimbangan efisiensi dan mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari populasinya. Dalam penelitian pengambilan sampel yang tepat merupakan langkah awal dari keberhasilan penelitian, karena dalam pemilihan sampel yang dilakukan dengan tidak benar akan menghasilkan temuan yang kurang memenuhi sasarannya.

Menurut Sugiyono (2013,118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Mengingat populasi pepustakaan yang besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menetapkan sampel dari banyak populasi.

Untuk mengetahui banyaknya jumlah sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus Slovin yaitu :

�= �

�+�.�� Keterangan:

n = Ukuran sampel N= Ukuran populasi


(7)

Sesuai dengan rumus di atas, maka sampel penelitian ini adalah :

� = N

1 + N. e2

� = 4.820

1 + 4.820. (0,1)2 � = 4.820

1 + 48,2 � =4.820

49,2 � = 97,96

� = 98 eksemplar

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh sampel sebesar 98 eksemplar.Karena populasi penelitian berstrata secara tidak homogen maka teknik pengambilan sampel adalah menggunakan Proportionate Statified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2013,118) “Proportionate Statified Random Sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional”. Maka untuk menentukan sampel yang berimbang dengan besarnya strata digunakan rumus sampling fraction perstratum yaitu :

Keterangan:

= Sampling fraction stratum i

besarnya sub sampel per stratum yaitu: ��=��.�


(8)

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Berdasarkan Strata

No. Nomor Kelas Jumlah Populasi Sampel

1. 000 257

257

4.820�98 = 5,22 5

2. 100 112

112

4.820�98 = 2,27 2

3. 200 283

283

4.820�98 = 5,75 6

4. 300 675

675

4.820�98 = 13,72 14

5. 400 413

413

4.820�98 = 8,39 8

6. 500 828

828

4.820�98 = 16,83 17

7 600 189 189

4.820�98 = 3,84 4

8. 700 785 4.820785 �98 = 15,96 16

9. 800 986

986

4.820�98 = 20,04 20

10. 900 292

292

4.820�98 = 5,93 6

Jumlah 4.820 98

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian adalah:

a. Data primer, data yang diperoleh langsung dari riwayat sirkulasi koleksi literatur anak.

b. Data sekunder, data yang mendukung data primer yang bersumber dari jurnal, buku, majalah, laporan tahunan dan dokumen lain yang


(9)

3.7 Instrumen Penelitian

Untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, dalam suatu penelitian dibutuhkan alat /instrumen penelitian. Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010, 101) adalah alat bantu yang dipilih dan digunakannya menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel masalah yang diteliti.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah riwayat sirkulasi.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dilakukan, karena pada umumnya data yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk keperluan penelitian. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk sampel koleksi adalah mencatat buku yang sudah menjadi sampel. Bagian yang dicatat meliputi:

a. Tahun Terbit

Mengelompokkan semua sampel koleksi berdasarkan tahun terbitnya, dari tahun terbitterendah, tertinggi serta yang tidak memiliki tahun terbit.

b. Tahun Pinjam Buku

Peneliti mengelompokkan sampel koleksi berdasarkan tahun pinjam buku, yang dihitung dari tahun 20011-2015.


(10)

3.9 Alat Bantu Penelitian

Daftar riwayat sirkulasidari berbagai indikator.Untuk membangun dafatr

riwayat sirkulasisebagi alat/instrumen penelitian yang sistematis diperlukan

kisi-kisi.Menurut Arikunto (2006, 162), kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom”.Kisi-kisi ini dibuat untuk mengontrol dan memudahkan pengkoreksian. Kisi-kisi riwayat sirkulasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Alat Bantu Penelitian

No .

Keterpakaian

No. Kelas Judul Peminjaman Tahun Terbit Jumlah Koleksi (Eksemplar)

1 2

3.10 Teknik Analisis Data

Buku yang di analisis keterpakaiannya berjumlah 98 Judul. Adapun teknik yang penulis lakukan dalam analisis data sebuah koleksi yaitu:

a. Mengambil langsung buku di rak koleksi untuk melihat tingkat keterpakaian koleksi berdasarkan slip peminjaman.

b. Mengelompokkan sampel koleksi dengan judul dan nomor klasifikasi buku, tahun terbit dan eksemplar buku.

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapat dari hasil data, penulis menggunakan metode yang dikemukakan oleh Arikunto (2005, 57) yaitu:


(11)

0 % Tidak ada satupun 1-25 % Sebagian Kecil 26-49% Hampir Setengah

50% Setengah

51-75% Sebagian Besar 76-99% Pada Umumnya 100% Seluruhnya

c. Kemudian semua data diolah dalam bentuk penyajian tabel dan grafik. Analisis data tersebut didasarkan pada hasil pengumpulan data.


(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterpakaian koleksi adalah mendayagunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Keterpakaian koleksi perpustakaan adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan koleksi perpustakaan.

Berdasarkan metode keterpakaian koleksi yang digunakan, peneliti menganilisis keterpakaian koleksi berdasarkan 3 indikator yaitu intensitas penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah koleksi yang digunakan.

4.1 Intensitas Penggunaan

Untuk mengetahui intensitas penggunaan literatur anak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 :Intensitas penggunaan

Keterangan: D : Dipakai TD:Tidak Dipakai

No. Kelas Jumlah Sampel D % TD % JLH

(%)

000 5 3 3,1 2 2,0 5,1

100 2 1 1,0 1 1,0 2,04

200 6 5 5,1 1 1,0 6,12

300 14 12 12,3 2 2,0 14,28

400 8 5 5,1 3 3,1 8,16

500 17 13 13,3 4 4,1 17,34

600 4 3 3,1 1 1,0 4,08

700 16 11 11,2 5 5,1 16,32

800 20 15 15,3 5 5,1 20,4

900 6 5 5,1 1 1,0 6,12


(13)

Dari data pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 98 judul buku yang menjadi sampel dalam penelitian ini, ternyata 73 judul (74,6%) telah dipakai oleh pengguna layanan anak di BPAD dan buku yang tidak dipakai berjumlah 25 judul (25,4%). Dari uraian persentase buku yang dipakai oleh pengguna sebanyak 74,6 % dapat disimpulkan, bahwa kategori persentasenya adalah sebagian besar judul koleksi literatur anak dipakai oleh pengguna. Hal tersebut disebabkan karena koleksi yang digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna, sedangkan koleksi yang belum atau tidak digunakan disebabkan karena koleksinya tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna yang pada umumnya adalah anak-anak.

4.2 Frekuensi Penggunaan

Dari data yang diperoleh, maka untuk mengetahui seberapa sering pengguna membutuhkan dan menggunakan koleksi literatur anak yang ada di layanan anak pada kelas 000-900 dapat dilihat pada grafik berikut:

4.2.1 Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 000 Keterpakaian buku pada nomor kelas 000 dengan penggunaan 15 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:


(14)

Gambar 1. Peminjaman Buku Kelas 000

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 000 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 tidak ada peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 8 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 3 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 2 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 000 terbanyak pada tahun 2013.

2. Judul buku yang tidak dimanfaatkan

Untuk buku kelas 000 yang tidak dipinjam sebanyak 2 buku. 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(15)

4.2.2. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 100 Keterpakaian buku pada nomor kelas 100 dengan penggunaan 3 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 2. Peminjaman Buku Kelas 100 Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 100 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 tidak ada peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 1 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 tidak ada peminjaman e. Pada tahun 2015 tidak ada peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 100 terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam 0

0,5 1 1,5 2 2,5

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(16)

Untuk buku kelas 100 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.2.3. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 200 Keterpakaian buku pada nomor kelas 200 dengan penggunaan 22 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3. Peminjaman Buku Kelas 200

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 200 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 1 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 7 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 7 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 4 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 200 0

1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(17)

terbanyak pada tahun 2012 dan 2014 dengan jumlah peminjaman sama. 2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 200 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.2.4. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 300 Keterpakaian buku pada nomor kelas 300 dengan penggunaan 24 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4. Peminjaman Buku Kelas 300

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 300 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 2 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 6 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 7 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 6 kali peminjaman

0 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(18)

e. Pada tahun 2015 terdapat 3 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 300 terbanyak pada tahun 2013.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 300 yang tidak dipinjam sebanyak 2 buku.

4.2.5. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 400 Keterpakaian buku pada nomor kelas 400 dengan penggunaan 18 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 5. Peminjaman Buku Kelas 400 Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 400 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 3 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 8 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 4 kali peminjaman

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(19)

d. Pada tahun 2014 terdapat 3 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 tidak ada peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 400 terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 400 yang tidak dipinjam sebanyak 3 buku.

4.2.6. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 500 Keterpakaian buku pada nomor kelas 500 dengan penggunaan 27 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 6. Peminjaman Buku Kelas 500 Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 500 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 7 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman 0

2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(20)

c. Pada tahun 2013 terdapat 10 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 4 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 4 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 500 terbanyak pada tahun 2013.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 500 yang tidak dipinjam sebanyak 4 buku.

4.2.7. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 600 Keterpakaian buku pada nomor kelas 600 dengan penggunaan 6 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 7. Peminjaman Buku Kelas 600

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 600 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 2 kali peminjaman

0 0,5 1 1,5 2 2,5

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(21)

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 tidak ada peminjaman d. Pada tahun 2014 tidak ada peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 2 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 600

terbanyak pada tahun 2011, 2012, dan 2015 yaitu dengan jumlah peminjaman sama.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 600 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.2.8. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 700 Keterpakaian buku pada nomor kelas 700 dengan penggunaan 22 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 8. Peminjaman Buku Kelas 700

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(22)

Buku pada kelas 700 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 5 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 8 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 2 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 3 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 4 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 700 terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 700 yang tidak dipinjam sebanyak 5 buku.

4.2.9. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 800 Keterpakaian buku pada nomor kelas 800 dengan penggunaan 29 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 9. Peminjaman Buku Kelas 800 0

2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(23)

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 800 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 5 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 8 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 2 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 11 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 800 terbanyak pada tahun 2015.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 800 yang tidak dipinjam sebanyak 5 buku.

4.2.10. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 900 Keterpakaian buku pada nomor kelas 900 dengan penggunaan 12 kali peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 10. Peminjaman Buku Kelas 900 0

1 2 3 4 5

2011 2012 2013 2014 2015 TD


(24)

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui: 1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 900 yang dipinjam adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2011 terdapat 2 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 4 kali peminjaman c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kali peminjaman d. Pada tahun 2014 terdapat 1 kali peminjaman e. Pada tahun 2015 terdapat 2 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 900 terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 900 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku. 4.3 Jumlah Yang Digunakan

Berdasarkan riwayat sirkulasi layanan anak di BPAD, peneliti menganilisis jumlah koleksi berdasarkan tahun terbit 2010 ke atas sampai 2004 ke bawah dan memaparkan koleksi yang tidak di pinjam oleh pengguna.

4.3.1 Koleksi Buku Literatur Anak Berdasarkan Tahun Terbit

Untuk mengetahui keberadaan koleksi buku literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara pada kelas 000-900.Berikut hasil analisis berdasarkan tahun terbit 2010 ke atas sampai 2004 ke bawah dapat dilihat pada tabel berikut:


(25)

Tabel 4.2: Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Tahun Terbit Tahun

Terbit

Nomor Kelas

Jml %

000 100 200 300 400 500 600 700 800 900

≥ 2010 2 1 4 9 2 3 1 6 8 2 38 38,8

2005-

2009

1 1 1 2 4 6 3 7 6 4 35 35,7

2004-ke

bawah

1 0 0 3 2 6 0 2 5 0 19 19,4

Tanpa

Tahun

1 0 1 0 0 2 0 1 1 0 6 6,1

Jumlah 5 2 6 14 8 17 4 16 20 6 98 100

Dari data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa buku yang terbit tahun 2010 keatas memiliki koleksi sebanyak 38 (38,8%) judul, buku yang terbit tahun 2005-2009 terdapat 35 (35,7%) judul, buku yang terbit tahun 2004-ke bawah terdapat 19 (19,4%) judul, sedangkan buku yang tampa tahun terbit terdapat sebanyak 6 (6,1%) judul.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa buku yang terbit tahun 2010 keatas adalah buku yang terbanyak tersedia di layanan anak BPAD yaitu 38 judul dan buku yangterbit tahun 2004 ke bawah merupakan buku yang tersedia paling sedikit di perpustakaan BPAD yaitu 19 judul. Hal ini menunjukkan bahwa koleksi literatur anak di perpustakaanlebih banyak menyediakan koleksi terbaru atau koleksi yang ada sudah mutakhir.


(26)

4.3.2 Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Tahun Peminjaman

Keterpakaian koleksiliteratur anakdapat dilihat dari tahun peminjaman berdasarkan koleksi di rak. Berikut hasil keterpakaian koleksi literatur anak berdasarkan tahun peminjamandapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 : Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Koleksi Yang Ada di Rak Tahun

Pinjam

Nomor Kelas

Jml %

000 100 200 300 400 500 600 700 800 900

2011 0 0 1 2 3 7 2 5 5 2 27 13,3

2012 2 2 7 6 8 2 2 8 8 4 49 24,1

2013 8 1 3 7 4 10 0 2 3 3 41 20,2

2014 3 0 7 6 3 4 0 3 2 1 29 14,3

2015 2 0 4 3 0 4 2 4 11 2 32 15,8

Jumlah 15 3 22 24 18 27 6 22 29 12 178 87,7

TD 2 1 1 2 3 4 1 5 5 1 25 12,3

Jumlah 17 4 23 26 21 31 7 27 34 13 203 100

Dari data pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan, bahwa jumlah buku yang dipakai tahun 2011 sebanyak 27(13,3%) kali peminjaman, pada tahun 2012 adalah sebanyak 49 (24,1%) kali peminjaman, pada tahun 2013 adalah sebanyak 41 (20,2%) kali peminjaman, pada tahun 2014 adalah sebanyak 29(14,3%) kali peminjaman dan pada tahun 2015 digunakan sebanyak 32 kali peminjaman (15,8%), sedangkan keseluruhan buku yang dimanfaatkan pada tahun berbeda adalah 178 kali peminjaman (87,7%).


(27)

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keterpakaian paling banyak terdapat pada tahun 2012 yaitu 49 kali peminjaman, sedangkan jumlah keterpakaian yang paling sedikit pada tahun 2011 yaitu hanya sebanyak 27 kali peminjaman dan koleksi yang tidak dipakai berjumlah 25 buku. Dari data diatas dapat dilihat adanya ketidakseimbangan peminjamannya dengan tahun yang lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena pada tahun 2012 lebih banyak pengunjung yang datang ke perpustakaan dan pada tahun 2011 sangat sedikit digunakan oleh pengguna karena tingkat pengunjung ke perpustakaan juga sangat rendah yang datang.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data dalam rangka penelitian tentang analisis keterpakaian koleksi literatur anak yang dilakukan pada layanan anak diBadan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara, dapat disimpulkan bahwa:

1. Intensitas penggunaan koleksi yang dipakai berjumlah 73 judul buku. Hal ini disebabkan karena koleksi literatur anak yang digunakan memiliki tingkat relevansi tinggi atau sudah memenuhi kebutuhan pengguna, sedangkan koleksi tidak digunakan berjumlah 25 judul buku karena koleksi tersebut kurang diminati dan tidak memenuhi kebutuhan para pengguna yang umumnya adalah anak-anak.

2. Frekuensi penggunaan pada koleksi literatur anak yang paling banyak berdasarkan nomor kelas adalah pada notasi 800, berdasarkan tahun peminjaman yaitu pada tahun 2012 sebanyak 49 kali peminjaman, sedangkan jumlah keterpakaian yang paling sedikit pada tahun 2011 sebanyak 27 kali peminjaman dan koleksi literatur anak yang tidak dimanfaatkan berjumlah 25 buku.

3. Jumlah koleksi literatur anak berdasarkan tahun terbit 2004-kebawah sebanyak 19 judul buku, tahun terbit 200-2009 sebanyak 35 judul buku,


(29)

tidak memiliki tahun terbit sebanyak 6 judul buku. Dari data tersebut dapat diketahui adanya peningkatan dan kemuktahiran koleksi, sehingga jumlah koleksi yang digunakan juga semakin meningkat, karena koleksi tersebut berpengaruh dalam membantu proses belajar ataupun memenuhi kebutuhan pengguna, maka dapat disimpulkan sebagian besar judul koleksi literatur anak dipakai oleh pengguna.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis mengemukakan beberapa saran demi kemajuan dan kesuksesan perpustakaan terutama pada layanan anak di BPAD untuk masa yang akan datang yaitu:

1. Perpustakaan perlu mempertimbangkan kebijakan pengadaan koleksi literatur anak terhadap banyaknya eksemplar untuk setiap judul buku, karena banyak judul buku yang memiliki eksemplar banyak tetapi kurang dimanfaatkan oleh pengguna.

2. Perpustakaan sebaiknya menambah duplikat dari buku yang tingkat keterpakaiaan koleksinya yang tinggi dan buku-buku yang kurang terpakai sebaiknya dipromosikan dan dibuatkan daftarnya, agar buku-buku dapat bermanfaat kembali oleh pengguna.

3. Perpustakaanpada layanan anak di BPAD perlu melakukan penyiangan (weeding) terhadap koleksi perpustakaan agar pemanfaatan koleksi buku tersebut dapat ditingkatkan lebih lagi daya gunanya.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat umum.Perpustakaan Umum juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai macam informasi ilmu pengetahuan, budaya dan teknologi untuk meningkatkan dan memperoleh pengetahuan bagi masyarakat luas.

Hermawan dan Zen (2006, 30) menyatakan bahwa, “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Siregar (2011, 38) Perpustakaan umum didefenisikan, “sebagai suatu organisasi yang didirikan, didukung dan didanai oleh masyarakat baik melalui pemerintah lokal, regional maupun nasional atau melalui berbagai bentuk organisasi masyarakat”.

Selain kedua pendapat di atas Sjahrial-Pamuntjak (2000,3) menyatakan bahwa Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat.Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan


(31)

membayar iuran sekedarnya sebagai tanda kenggotaan dari perpustakaan tersebut.

Sedangkan Sutarno (2006, 37) menyatakan bahwa

perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai universitas rakyat, karena perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai displin ilmu, dan penggunaanya oleh seluruh lapisan masyarakat dan memberikan kesempatan dan akses layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum adalah lembaga pendidikan yang melayani seluruh lapisan masyarakat dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya sebgai sumber belajar oleh pengguna disuatu daerah tertentu sebagai sarana penunjang pengembangan pendidikan masyarakat pada umumnya. Perpustakaan ini didanai oleh umum serta jasa yang diberikan kepada pengguna bersifat cuma-cuma artinya tidak perlu membayar.

2.2 Literatur Anak

Sebagaimana halnya para orang dewasa, anak-anak juga memiliki rasa ingin tahu untuk mengenal dunia di sekelilingnya. Pemenuhan rasa ingin tahu seorang anak dapat dipenuhi lewat berbagai cara, dan salah satunya adalah lewat bacaan. Bahan bacaan untuk anak-anak tersedia sangat beragam mulai cerita lucu, dongeng, fiksi, puisi, komik dan buku pelajaran.Hal itu tidak berbeda dengan kebutuhan informasi oleh orang dewasa yang juga dapat diperoleh lewat berbagai bahan bacaan. Orang dewasa hanya tinggal memilih bahan bacaan dan informasi apa yang diinginkannya. Baik orang dewasa maupun anak-anak sama-sama membutuhkan informasi yang


(32)

memperkaya pengetahuan, sedang yang membedakan adalah buku atau informasi apa yang dibutuhkan.

Nurgiyantoro (2010, 2) menyatakan bahwa

Literatur/sastra yaitu berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas.

Untuk memperjelas pengertian literatur anak, penulis mengutip beberapa pendapat tentang literatur bacaan anak-anak.

Menurut Hunt yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2010, 8) mengemukakan bahwa literatur anak dapat didefinisikan sebagai “buku bacaan yang dibaca oleh, yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak”.

Sedangkan menurut Puryanto (2008, 2)

literatur anak merupakan literatur yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Literatur tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi literatur untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya.

Selain pendapat di atas, Davis yang dikutip oleh Sarumpet (2010, 2) menyatakan bahwa “literatur anak adalah bacaan yang dikomsumsi anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota-anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisnya dilakukan oleh orang orang dewasa”.


(33)

Pendapat lain dinyatakan oleh Nugiyantoro (2010, 6) literatur anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, yang berangkat dari fakta konkret dan mudah diimajinasikan.

Bahan bacaan anak usia balita lebih ditekankan pada gambar (picture books) tanpa teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna-warnayang menyolok. Setelah usia sekolah dasar anak diperkenalkan dengan huruf danangka. Oleh karena itu koleksi untuk anak usia ini adalah buku-buku yang banyakgambar dan berwarna-warni, namun sudah mulai ada sedikit teks.Franz (1994, 26) menyatakan literatur anak adalah “semua teks yang disusun oleh orang dewasa bagi anak anak dan Literatur anak adalah semua jenis teks yang diterima oleh anak anak dalam bentuk cerita bergambar, rekaman pita, tape recorder atau dari televisi dan pita video.”

Kurniawan (2009, 22) juga berpendapat bahwa “literatur anak adalah sastra yang mengacu kepada dunia anak, kehidupannya, alur cerita-ceritanya dan bahasa yang digunakan.”

Defenisi lain menurut Huck, dkk yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2010, 7) menekankan bahwa: “children’s books are books that have the child’s eye at the

center. Buku anak atau literature anak adalah buku yang menempatkan sudut pandang

anak sebagai pusat dari cerita.Pendapat ini juga didukung oleh Tarigan (1995, 5) mengungkapkan bahwa “literatur anak adalah literatur atau sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak “through the eyes of a child”.”


(34)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa literatur anak adalah literatur atau bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak, namun disusun oleh orang dewasa.Baik dalam bentuk tertulis, tergambar, tercetak atau tidak tercetak.Pengungkapan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang khas, lebih bernuansa keindahan dan mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, serta menempatkan sudut pandang anak sebagai pusat dari cerita. Literatur atau bacaan anak perlu disesuaikan dengan dunia anak- anak saat ini dan sesuai dengan usia mereka. Sehingga dapat ditanggapi, dipahami dan mudah diimajinasikan.

2.2.1 Jenis-jenis Literatur Anak

Seperti halnya karya sastra secara umum, jenis literatur anak juga terdapat bentuk prosa, puisi, dan drama.Jenis prosa dan puisi sastra anak adalah yang paling banyak ditulis orang.Sedangkan karya jenis drama anak sangat jarang ditulis, bukan berarti tidak ada.

Wahidin (2009. 1) menyatakan Hakikat dan sifat literatur anak dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya, yaitu :

1. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda mati, seperti batu, sungai, air, lautan, sepatu,dan kue, dimana ilustrasinya benda tersebut dapat berbicara,bertingkah laku dan berperasaan layaknya seperti manusia.

2. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda hidup, seperti dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia binatang.

3. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari dunia manusia itu sendiri.

Sedangkan Nurgiyantoro (2005, 14) menyatakan bahwa literatur anak memiliki berbagai jenis genre, yaitu :


(35)

1. Realisme, yaitu cerita yang merepresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memang benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal dan dapat dipercaya (plausibel) .

2. Fiksi formula, yaitu cerita yang memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain.

3. Fantasi, yaitu cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima, dikembangkan lewat imajinasi yang lazim.

4. Sastra tradisional, yaitu cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya dan dikisahkan secara turun-temurun secara lisan.

5. Puisi, yaitu sebuah sastra yang didalamnya terdapat pendayagunaan berbagai unsur bahasauntuk mencapai efek keindahan.

6. Nonfiksi, yaitu bacaan yang ditulis secara artistik sehingga jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan. 7. Fiksi, yaitu menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada

kebenaran faktual, ditulis relatif baru, pengarang jelas, boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi memang ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang anak.

8. Komik, yaitu cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu sudah “berbicara sendiri”.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa jenis koleksi literatur anak dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya dan memiliki beberapa jenis genre yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, nonfiksi, dan komik.

2.2.2 Fungsi Literatur Anak

Ditinjau dari segi fungsi pragmatignya, sastra/literatur anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Menurut Davis yang dikutip oleh Sarumpaet (1976, 23) mengemukakan pengertian literatur atau sastra anak secara popular adalah

bacaan yang bersifat menghibur, sesuatu yang menyenangkan anak-anak. Sastra juga berfungsi untuk mengembangkan kepribadian anak.Tokoh-tokoh dalam bacaan anak secara tidak sadar mengajari anak dalam mengendalikan emosi, bahkan menolong anak-anak dalam menghilangkan stres.


(36)

Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, pengetahuan, kreativitas atau keterampilan anak, serta memberi pendidikan moral pada anak.

Suwardi Endraswara (2002, 24) menyatakan bahwa literatur anak juga berfungsi sebagai:

1. Membentuk kepribadian,

2. Menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya.

Sehubungan dengan hal di atas Mussen & Kagan yang dikutip oleh Tarigan (1995, 7) menyatakan bahwa

terdapat nilai psikologis yang penting dalam sastra atau literatur anak. Literatur anak dapat berguna untuk mengembangkan kognitif anak karena pengalaman-pengalaman sastra merupakan sarana merangsang penalaran anak-anak.Bahasa berhubungan erat dengan penalaran dan merupakan penunjang pikiran anak-anak. Semakin terampil seorang anak berbahasa, semakin sistematis pula penalaran atau cara berpikir anak.

Selanjutnya Tarigan (1995, 8) mengungkapkan bahwa literatur anak mengandung nilai bagi anak-anak yaitu nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.

1. Nilai Intrinsik

a. Memberi kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan, b. Memupuk dan mengembangkan imajinasi,

c. Member pengalaman-pengalaman baru,

d. Mengembangkan wawasan menjadi perilaku insani, e. Memperkenalkan kesemestaan pengalaman, dan f. Memberi harta warisan sastra dari generasi terdahulu. 2. Nilai Ekstrinsik

a. Perkembangan bahasa, b. Perkembangan kognitif,


(37)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa literatur anak mampu mengembangkan, merangsang dan mengendalikan kepribadian serta penalaran anak, baik melalui cerita, tokoh, maupun bahasa yang tersaji dalam bacaan anak.Literatur anak juga berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan sesuai dengan nilai intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung didalamnya.

2.2.3 Ciri Literatur Anak

Literatur anak secara umum memiliki sejumlah ciri yang dapat membedakannya dengan literatur atau sastra remaja atau dewasa. Puryanto (2008, 7) menyatakan secara garis besar, ciri dan syarat literatur anak adalah:

1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada disekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.

2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlau panjang, ada ritme dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bias menambah wawasan pikian anak.

Sedangkan Sarumpaet (1976, 29-32) menyatakan bahwa ada 3 ciri yang menandai cerita anak itu berbeda dengan literatur orang dewasa, yaitu:

1. Unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Secara umum menghindari persoalan-persoalan yang menyangkut seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, jahat, dan kematian.

2. Penyajian dengan gaya secara langsung, yaitu sajian cerita merupakan deskripsi .Secara singkat dan langsung menuju sasaran. Menampilkan dialog dan perilaku yang jelas yang mengarah pada tokoh utama,sehingga tahu sifat tokoh baik dan jelek.

3. Fungís terapan, yaitu sajian cerita yang harus bersifat iformatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan


(38)

umum, ketrampilan khusus maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra anak ditunjukkan oleh unsur intrinsik pada teks karya sastra.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa literatur anak adalah literatur atau sastra anak yang dikonsumsi oleh anak-anak, namun disusun oleh orang dewasa.Bentuk penyampaiannya khas dengan sudut pandang anak sebagai pusat penceritaan, sehingga mudah dipahami dan diimajinasikan oleh anak-anak.Litertur anak memiliki berbagai jenis yaitu dilihat dari tokoh atau penokohannya dan dari bentuk genre literatur anak. Kriteria literatur anak dapat dilihat dari usia dan perkembangan anak. Ada beberapa faktor pendukung kriteria literatur anak yaitu informasi dan edukatif.Literatur anak juga memiliki berbagai macam fungsi dan didalamnya terkandung nilai intrinsik dan ekstrinsik. Literatur anak memiliki ciri yaitu isi yang terkandung harus mendidik, menyentuh, memiliki unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung dan memiliki fungsi terapan.

2.3 Layanan Anak

Perpustakaan menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.Jumlah jenis atau macam layanan pengguna perpustakaan sebenarnya cukup banyak. Pada umumnya pelayanan yang diselenggarakan perpustakaan umum adalah pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan audiovisual, pelayanan terbitan berseri, pelayanan anak, pelayanan deposit (Akbar 2013, 1). Dari beberapa jenis layanan tersebut, peneliti hanya menguraikan mengenai layanan anak.


(39)

Berbagai kegiatan dipersiapkan untuk melayani kebutuhan anak-anak dalam memenuhi rasa keingintahuan mereka akan informasi, jadi bahan pustaka harus sesuai dengan kebutuhan anak-anak.

Perpustakaan sebaiknya menjadi tempat yang terbuka, atraktif, menantang dan tidak menakutkan untuk semua anak. Pelayanan anak sama pentingnya dengan pelayanan untuk orang dewasa. Joan M. Reitz (2002, 131) menyatakan bahwa

Library services intended for children up to the age of 12-13, including juvenile collection development, lapsit services, storytelling, assistance with homework assignments, and summer reading programs, usually provided by a children’s librarian in the children’s room of a public library.

Pendapat di atas dapat diartikan sebagai berikut:

Layanan anak adalah pelayanan perpustakaan yang ditunjukan untuk anak sampai anak berumur 12- 13 tahun, didalamnya termasuk pengembangan koleksi anak muda, lapsit services, mendongeng, membantu pengajaran dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, program summer reading, biasanya disediakan oleh pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan.

Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2006, 41) dinyatakan bahwa

layanan anak-anak adalah salah satu kegiatan layanan Perpustakaan Umum menyediakan jasa untuk anak-anak. Anak-anak yang menjadi sasaran adalah anak-anak pra-sekolah sampai usia 12-13 tahun. Perpustakaan dalam memberikan layanan bagi mereka, terutama diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta memberikan sarana rekreasi yang mendidik. Sasaran atau target pemustaka layanan anak di perpustakaan umum menurut IFLA Guidelines for Children’sLibraries

Services adalah bayi dan balita, anak anak pra-sekolah, murid sekolah sampai


(40)

keluarga yang terkait, pemerhati anak dan orang dewasa lainnya yang berkerja dengan anak-anak, buku dan media.

Sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan umum yaitu memberikan pelayanan kepada pengguna/anak melalui pendayagunaan koleksi bahan pustaka untuk keperluan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan rekreasi, maka salah satu layanan yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum adalah layanan anak.

Menurut Hasiana (2009, 10-14) terdapat 4 unsur dalam suatu layanan anak, yaitu :

1. Koleksi

Bahan pustaka untuk anak lebih ditekankan pada gambar (picture book) tanpa teks.Anak-anak banyak tertarik pada gambar dan warna-warna yangmenyolok dan dengan buku bergambar yang deberi sedikit teks. Bahan pustaka untuk anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Yang dimaksud dengan bahan pustaka untuk anak ialah beragam materi yang tersedia untuk anak, baik materi berbentuk buku maupun non-buku (kaset, CD,VCD, DVD, film, games computer, dan lai-lain). Beberapa macam buku untuk anak antara lain bacaan fiksi dan nonfiksi, board

books, sajak anak, buku alphabet, buku berhitung, buku bergambar, easy books, bacaan untuk pemula, buku cerita bergambar dan buku cerita.

Berdasarkan isi kandungannya, materi untuk anak dibedakan menjadi dua,

yakni fiksi dan non-fiksi.

a. Fiksi untuk anak adalah semua bentuk prosa naratif yang mengandung unsur rekaan yang ditujukan (dalam beberapa materi bahkan diciptakan oleh anak) untuk anak dengan mengikuti kriteria-kriteria tertentu. Namun dapat juga karya tersebut, mungkin pada awalnya ditujukan untuk orang dewasa tetapi karena dapat memenuhi kriteriakriteria karya fiksi untuk anak maka karya tersebut juga dapat dibaca oleh anak. Contoh karya fiksi yaitu seperti novel, buku cerita rakyat, komik dan lain-lain.

b. Materi non fiksi adalah segala materi yang tidak berupa rekaan, yang mengandung pengetahuan mengenai suatu aspek kehidupan nyata/ilmiah/religi dan disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa dan penulisan serta penjelasan yang dapat dipahami anak tanpa mengurangi nilai-nilai kandungan ilmiah/kenyataan/religi materi tersebut. Salah satu contoh karya non fiksi yaitu koleksi buku Why, yaitu buku pelajaran yang memiliki kandungan nilai ilmiah hanya saja


(41)

2 Fasilitas

Masa anak-anak merupakan masa terpenting karena dimasa inilah seorang anak mulai peka menerima informasi di sekitarnya.Pentingnya masa anak-anak ini perlu diisi dengan berbagai kegiatan yang menarik minat mereka sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka.Suatu perpustakaan perlu dilengkapin dengan berbagai fasilitas dalam mendukung kegiatan yang berlangsung di dalamnya.Fasilitas yang mendukung dalam pemberian pelayanan anak antara lain meja baca, dan belajar, papan tulis, computer, karpet, mainan, ruang bermain, peralatan dan perlengkapan belajar.

3 Jasa yang diberikan

Perpustakaan bukan hanya tempat membaca, namun dalam suatu perpustakaan juga tersedia berbagai jasa yang diberikan. Jasa perpustakaan anak antara lain :

1. Peminjaman

Jasa ini hampir ada disetiap perpustakaan. Salah satu tujuan datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku dan apabila perlu buku tersebut akan dipinjam untuk dibaca di rumah atau di tempat lain. Peminjaman dapat dilakukan apabila peminjaman telah menjadi anggota suatu perpustakaan.Membaca merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ppengguna suatu perpustakaan.Mungkin ia memiliki tujuan dalam membaca buku.

2. Jasa bimbingan pembaca

Jasa ini berkaitan dengan bimbingan bacaan bagi perorangan mengenai apa yang baik dibaca. Tujuan bimbingan pembaca ini adalah menemukan apa yang sesuai bagi pengguna untuk kepentingan pendidikan atau hiburan mereka

3. Menjawab pertanyaan (referens)

Penyediaan jasa referens merupkan salah satu layanan penting yang ada dalam suatu perpustakaan.Layanan menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh pengguna perpustakaan.Layanan refrens menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh pengguna perpustakaan.

4. Pinjam antar perpustakaan

Pinjam antar perpustakaan adalah transaksi peminjaman materi perpustakaan yang melibatkan dua perpustakaan. Pinjam antar perpustakaan sejenis dilakukan untuk mengatasi kebosanan akan koleksi buku yang itu-itu saja.

5. Layanan belajar

Salah satu fungsi perpustakaan adalah belajar.Pengguna dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dalam suatu perpustakaan untuk mendukung belajar atau tugas mereka.


(42)

Pustakawan perpustakaan dapat bercerita atau mendongeng sebagai hiburan untuk anak. Mendongeng terkadang dilakukan dengan alat bantu seperti papan cerita atau boneka.

4 Pustakawan/ staf layanan anak

Bukan hanya koleksi yang berperan dalam suatu perpustakaan, namun staf perpustakaan juga tak kalah pentingnya. Agar kegiatan perpustakaan berjalan dengan efekti dan efisien, diperlukan staf perpustakaan yang mengerti akan kebutuhan penggunanya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan anak adalah kegiatan untuk memberikan/ menawarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yaitu anak – anak sampai umur 12-13 tahun, agar dapat memperkenalkan perpustakaan, meningkatkan minat baca sejak dini dan membantu mereka dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. Suatu layanan anak memiliki 4 unsur yaitu koleksi, fasilitas, jasa yang diberikan dan pustakawan/ staf layanan anak.

2.3.1 Tujuan Layanan Anak

Menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik yang sesuai kebutuhan anak, akan membuat anak-anak betah berada diruangan anak untuk membaca. Pelayanan yang diberikan antara lain koleksi, mendongeng, membimbing kesenangan membaca, mendidik untuk belajar mandiri, membaca bersama, dan sebagainya.

Sebagai salah satu layanan perpustakaan, layanan anak memiliki tujuan tertentu. Menurut Anwar yang dikutip oleh Yusuf (2003, 175) tujuan utama dari layanan anak-anak adalah :

1. Menyediakan koleksi berbagai bentuk bahan pustaka,serta penyajian menarik perhatian anak dan mudah digunakan.


(43)

2. Memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainya yang sesuai dengan usianya.

3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca (sebagai hobi) dan mendidik anak belajar mandiri.

4. Mempergunaan sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang belajar seumur hidup.

5. Membantu anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuan sosialnya.

6. Berfungsi sebagai suatu kegiataan social masyarakat untuk menyejahterakan anak-anak.

Sedangkan dalam IFLA Guidelines for Children’s Libraries Services, layanan anak bertujuan untuk :

a. To facilitate the right of every child to 1. information

2. functional, visual, digital and media literacy 3. cultural development

4. reader development 5. lifelong learning

6. creative programs in leisure time

b. To provide children with open access to all resources and media c. To provide various activities for children, parents and caregivers d. To facilitate families’ entry into the community

e. To empower children and to advocate for their freedom and safety f. To encourage children to become confident and competent people g. To strive for a peaceful world.

Uraian di atas dapat diartikan sebagai berikut : a. Memfasilitasi hak setiap anak untuk :

1. Informasi

2. Tugas fungsional, visual, literasi digital dan media 3. Pengembangan kebudayaan

4. Pengembangan pembaca 5. Pembelajaran seumur hidup


(44)

6. Program kreatif pada waktu senggang

b. Menyediakan akses terbuka untuk semua sumber daya dan media bagi anak

c. Menyediakan berbagai macam aktifitas untuk anak, orangtua serta pemerhati anak

d. Memfasilitasi jalan masuk keluarga ke komunitas

e. Memberikan kekuasaan untuk anak dan mendukung kebebasan serta keamanan mereka

f. Mendorong anak-anak agar menjadi individu yang percaya diri dan berkompetensi

g. Memperjuangkan sebuah perdamaian dunia

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari layanan anak memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak dan membantu dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dalam berbagai hal sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya

2.3.2 Fungsi Layanan Anak

Layanan anak merupakan salah satu layanan yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum.Layanan anak diadakan di perpustakaan umum karena pada dasarnya perpustakaan umum melayani semua lapisan masyarakat.Layanan anak merupakan upaya dari perpustakaan umum untuk menjaring pembaca sebanyak-banyaknya, dan sedini mungkin mengenalkan perpustakaan kepada anak-anak.


(45)

Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perpustakaan umum harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sesuai dengan fungsi perpustakaan umum, layanan anak juga memiliki fungsi yang sama.

Menurut Yusuf (1996, 21) fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Fungsi Edukatif

Perpustakaan Umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri. Budaya mandiri dapat membentuk masyarakat yang belajar seumur hidup dan gemar membaca 2. Fungsi Informatif

Perpustakaan Umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku referensi, bacaan ilmiah populer berupa buku dan majalah ilmiah serta data-data penting lainnya yang perlukan pembaca.

3. Fungsi Kultural

Perpustakaan Umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk tercetak/terekam.Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya budaya manusia yang setiap waktu dapat diikuti perkembangannya melalui koleksi perpustakaan.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan Umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa.Bacaan fiksi dapat menambah pengalaman atau menumbuhkan imajinasi pembacanya dan banyak digemari oleh anak-anak dan dewasa.

Sehubungan dengan fungsi tersebut di atas Siregar (2004, 76) menjelaskan peran utama perpustakaan umum yang ditugaskan pemerintah negara kepada suatu perpustakaan umum yaitu :

1. Membantu masyarakat terutama remaja dan anak-anak menjadi melek informasi termasuk didalamnya mengajarkan bagaimana cara menelusur informasi dan mengembangkan kebiasaan membaca.


(46)

2. Membantu orang dewasa untuk “belajar sepanjang hayat” dan belajar kembali untuk perubahan atau peningkatan karir.

3. Memelihara dan mempromosikan kebudayaan.

Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui fungsi layanan anak sama seperti fungsi perpustakaan umum, yaitu tediri dari fungsi edukatif, informatif, kultural, dan rekreasi. Dan layanan anak yang diselenggarakan perpustakaan umum berperan untuk mengajarkan, membantu, memelihara dan mempromosikan kebudayaan pada wilayah tertentu serta sebagai sarana simpan karya manusia.Peran tersebut termasuk unik karena tidak dapat dipenuhi oleh lembaga jenis lainnya.

2.3.3 Tugas Layanan Anak

Penyelenggaraan layanan anak bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan layanan anak diharapkan dapat membantu anak-anak dan pengguna lain dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu, segala bahan pustaka yang dimiliki layanan anak harus dapat menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan tugas layanan anak yang sudah ditetepkan.

Menurut Bowler yang dikutip oleh Sumekar (2000, 24) tugas utama layanan anak diperpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan koleksi berbagai macam bahan pustaka yang disajikan secara menarik dan mudah digunakan oleh anak- anak.

2. Memberi bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainnya.

3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca sebagai suatu hobi dan mendidik untuk belajar mandiri.

4. Memberi dukungan dalam masyarakat sebagai kekuatan social bersama- sama dengan lemabaga lain yang berhubungan dengan kesejahteraan


(47)

5. Menunjang pendidikan seumur hidup dengan menggunaka semua sumber ada di perpustakaan.

6. Membantu anak dalam mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuannya.

7. Membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah. Sedangkan menurut Yusuf (1996, 18 ) tugas layanan anak adalah sebagai berikut :

1. Untuk melayani kebutuhan bahan pustaka anak.

2. Menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan kegairahan anak untuk belajar dan membaca sedini mungkin.

3. Mendorong anak untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal .

4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca. Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa layanan anak mempunyai tugas dalam pemenuhan informasi bagi penggunanya yaitu anak-anak dan pengguna lain dalam memenuhi kebutuhan mereka akan informasi untuk keperluan pendidikan maupun keperluan pribadi.

2.3.4 Jenis – Jenis Layanan Anak

Jenis layanan anak merupakan layanan yang diberikan suatu perpustakaan kepada pengguna perpustakaan khususnya anak – anak.Akbar (2013, 9) menyebutkan jenis-jenis layanan anak yang disediakan oleh perpustakaan antara lain:

1. Layanan membaca

Selain meminjamkan bahan pustaka anak- anak, perpustakaan umum menyediakan layanan anak- anak Balita dan anak sampai usia 12 tahun. Merka diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat baca dan gemar belajar serta rekreasi yang mendidik.

2. Bimbingan membaca

Layanan ini diperlukan bagi anak- anak yang membutuhkan bacaan khusus namun sulit untuk mendapatkannya.Anak- anak diperkenalkan


(48)

kepada buku secara bertahap yaitu dengan memberikan buku bergambar tanpa teks.Setelah mengenal huruf mereka diberi buku bergambar dengan teks sederhana dan mudah dibaca.Setelah lancer membaca maka mereka diberi buku dengan teks yang lebih banyak daripada gambar sampai kepada buku yang hanya terdiri dari teks saja.Untuk acara bimbingan membaca ini perlu dilakukan secara terencana dengan jadwal yang teratur sehingga tidak menggangu ham pelajaran sekolah.

3. Layanan referens anak

Layanan kepada anak- anak perlu juga dilengkapi dengan layanan referena.Anak- anak perlu diperkenalkan kepada buku- buku referens sejak dini. Bahan refrens untuk anak- anak mencakup ensiklopedia, kamus, atlas dan lain- lain. Pustakawan yang bertugas di bagian referens anak- anak dapat memberi bimbingan bagaimana mencari informasi, cara menggunakan buku referens dan menjawab pertanyaan anak- anak.

4. Acara mendongeng

Layanan mendongeng ini biasanya sangat digemari anak- anak terutama usia balita dan usia awal sekolah dasar. Pada usia ini anak-anak memiliki resa ingin tahu. Karena itu sangat tepat bila pada usia ini diperkenalkan buku- buku yang sesuai dengan imajinasi anak- anak. Buku tersebut dapat dibacakan oleh pustakwan dengan cara seperti mendongeng. Pustakawan ( dapat bekerja sama dengan guru TK dan SD) harus menggunakan koleksi dan alat peraga yang ada di perpustakaan dalam mendongeng. Pembawa cerita harus mempunyai pengetahuan tentang bacaan anak- anak yang akan disampaikan. Waktu untuk melaksanakan acara mendongeng harus disesuaikan dengan waktu berkunjung aka keperpustakaan, biasanya waktu libur.Jadwal acara mendongeng tersebut harus diumumkan di bagian pelayanan sehingga anak- anak mengetahui untuk berkunjung apabila ingin mendengarkan dongeng tersebut.

5. Pertunjukan atau pemutaran film

Perpustakaan umum yang harus dimiliki berbagai kegiatan untuk layanan anak- anak sebaiknya melaksanakan pertunjukan film anak- anak. Untuk menyelenggarakan acara pemutaran film ini perpustakaan dapat bekerja sama dengan pustakawan lain yang lebih besar memiliki koleksi film yang lengkap dan peralatan pemutar film. Saat ini pemutaran film dapat menggunakan alat pemutar VCD atau DVD yang diproyeksikan ke layar melalui LCD proyektor.Beberapa film anak- anak juga tersedia dalam bentuk VCD atau DVD. Beberapa jenis film dengan tema sejarah, flora dan fauna, alam, pengenalan tentang Negara, penemuan ilmiah dan ruang angkasa dapat menjadi pilihan untuk diputar.


(49)

Di dalam Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah (1992, 38-39) disebutkan bahwa jenis layanan yang bisa diberikan untuk anak di perpustakaan umum antara lain yaitu :

a) Peminjaman Buku b) Bimbingan Membaca c) Layanan Rujukan

d) Mendongeng (story telling) e) Pertunjukkan Film

f) Pertunjukkan Boneka g) Mainan Anak

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis layanan anak memberikan pelayanan yang bervariasi, antara lain peminjaman buku, membimbing kesenangan membaca, layanan rujukan, mendongeng, pertujukan film, dan sebagainya. Memilih buku bacaan untuk anak- anak bukanlah tugas yang mudah. Kreteria bacaan anak-anak harus sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasannya. 2.4 Kategori Anak

Semua anak melewati tahapan intelektual dalam proses yang sama walau tidak harus dalam umur yang sama. Tiap tahapan mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu berkaitan dengan respon anak terhadap bacaan. Ada beberapa pembagian kategori anak.

Menurut Pieget yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2005, 200) perkembangan kategori anak dapat dibagi ke dalam empat tahapan yaitu:

“Pertama: tahap sensori-motor (the sensory-motor period, 0–2 tahun).

Tahap ini disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab akibat


(50)

atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen.

Kedua: tahap praoperasional (the preoperational period, 2–7 tahun). Dalam

tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik.

Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah (i) buku-buku yang menampilkan gambar-gambar sederhana sebagai ilustrasi yang menarik, (ii) buku-buku bergambar yang memberi kesempatan anak untuk memanipulasikannya, (iii) buku-buku yang memberi ke-sempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan (iv) buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak.

Ketiga: tahap operasional konkret (the concrete operational, 7–11 tahun).

Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut. (i) Buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. (ii) Buku-buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana baik yang menyangkut masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh yang dilibatkan. (iii) Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana. (iv) Buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau memprediksikan kelanjutan cerita.

Keempat: tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir

abstrak. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh; (ii) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang


(51)

Sedangkan Azhari (2004, 173) menyatakan bahwa

perkembangan pada umunya didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga hal antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis dan periodisasi berdasarka dedaktis.

1. Periodisasi berdasarkan perubahan biologis

Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles yang menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam tiga periode, sebagai berikut:

a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)

b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah) c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)

2. Periodisasi berdasarkan psikologis

Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch.Gejala psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan

trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni;

a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan b) pada permulaan masa pubertas.

3. Periodisasi berdasarkan dedaktis

Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan dan bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak.Tokoh pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius yang terkenal konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara singkat periodesasi yang dibuat Comenius antara lain sebagai berikut:

a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun)

b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12 tahun) c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18 tahun) d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun)

Pendapat lain dikemukakan oleh Jalaluddin (2000, 117-137) yang membagi perkembangan kedalam beberapa tahap yaitu:

1. Anak usia 0-7 tahun

Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada lingkungannya, kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak, dan menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru


(52)

tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar.

2. Anak usia 7-14 tahun

Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral (Addibhu).

3. Anak usia 14-21 tahun

Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan anak berjalan secara bertahap melalui berbagai tahap perkembangan yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), tahap operasi formal (11 atau 12 tahun ke atas). Setiap perkembangan juga didasarkan pada tiga perubahan antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis, priodisasi berdasarka dedaktis. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya.

2.5 Keterpakaian Koleksi

Untuk dapat memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan, maka perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi atau bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat melaksanakan


(53)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 711) kata keterpakaian atau juga disebut dengan pemanfaatan memiliki arti proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan sendiri.

Handoko yang dikutip oleh Handayani (2007, 28) menyatakan bahwa dari segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu:

Faktor internal meliputi:

1.Kebutuhan yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi.

2.Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu

3.Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu Faktor eksternal meliputi:

1.Kelengkapan koleksi banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa

2.Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna. Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan

3.Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali

Sedangkan menurut Lasa (2005, 3117) “keterpakaian koleksi seperti banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan.”

Pada dasarnya pemanfaatan koleksi perpustakaan mencakup dua hal yaitu menggunakan koleksi dalam ruangan perpustakaan (in library use) dan meminjam koleksi dari bagian sirkulasi untuk digunakan di luar perpustakaan (out library use).


(54)

Lancaster (1993, 77) membatasi pengertian pemanfaatan koleksi di ruang baca perpustakaan dengan bentuk pertanyaan di bawah ini :

1. If a book is removed from the shelves, casually glanced at and immediately returned, has it been “used”?

2. If it is removed, some portion of it read at shelves, and then put back, has it been used?

3. If it is carried to table, along with others, glanced atand pushed to one side, has it been used?

Dalam pengertian sederhana definisi diatas menyatakan bahwa cara-cara yang ditempuh oleh pengguna untuk memanfaatkan koleksi dalam format tercetak khususnya buku diruang baca dapat dilakukan denganmengambil buku dari rak dan dikembalikan lagi, hanya sebagian dibaca atau dibaca sekilas.

Secara umum, cara memanfaatkan koleksi perpustakaan menurut Zulkarnaen (1997, 45) adalah :

1. Meminjam

Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi perpustakaan setelah mendapatkan buku yang ia inginkan. Dengan melakukan peminjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak untuk membaca buku yang ia pinjam. Buku tersebut dapat diperpanjang masa peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi kemeja sirkulasi.

2. Membaca di tempat

Bagi pengguna yang memiliki waktu luang cenderung membaca di ruang baca perpustakaan. Pengguna dapat memilih beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya pada perpustakaan. 3. Mencatat informasi dari buku

Terkadang pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia dapat dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku berbeda. 4. Memperbanyak (menggunakan jasa foto copy)

Dengan memanfaatkan fasilitas mesin foto copy, pengguna dapat memiliki sendiri informasi-informasi yang ia inginkan. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas untuk ke perpustakaan.


(55)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa keterpakaian atau pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat dilakukan didalam maupun diluar ruangan dengan kegiatan yang mencakup membaca, mencatat, memfotokopi hingga meminjam bahan pustaka.Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal yang meliputi kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali,sehingga mudah untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan.

2.6 Keterpakaian Koleksi Literatur Anak

Keterpakaian koleksi penting untuk diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui pemanfaatan koleksi di perpustakaan.Data tersebut dapat menjadi laporan koleksi mana yang sering dipakai sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan pengadaan koleksi selanjutnya.Dalam kajian ilmu perpustakaan, keterpakaian koleksi merupakan evaluasi pelayanan disuatu perpustakaan.Pada penelitian ini mengenai keterpakaian koleksi literatur anak di Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Menurut Thompson yang dikutip oleh Fransiska (2014, 3) menyatakan bahwa pengukuran konsep keterpakaian/pemanfaatan dapat diukur dengan tiga indikator yaitu intensitas penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah jenis koleksi yang digunakan. Indikator tersebut mempunya tujuan masing-masing yaitu sebagai berikut:

1. Intensitas penggunaan (intensity of use)

Bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana kendala atau kehebatan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan, sehingga mampu membantu pihak manajemen dalam menyediakan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.


(56)

2. Frekuensi penggunaan (frequency of use)

Bertujuan untuk menunjukkan seberapa sering atau berapa kali pengguna membutuhkan dan menggunakan koleksi yag ada di perpustakaan

3. Jumlah yang digunakan (diversity of sofware package used)

Bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana ketergantungan pengguna terhadap koleksi perpustakaan dalam membantu proses belajar ataupun memenuhi kebutuhan membaca.

Sedangkan Menurut Mount Sunt Vincent University Library yang dikutip oleh Yulfimar (2003, 11) mengemukakan bahwa ada beberapa teknik untuk mengevaluasi tingkat keterpakaian koleksi perpustakaan yaitu:

1. Memperhatikan tingkat judul berdasarkan standar umum, dapat dilihat melalui:

a. Katalog perpustakaan b. Bibliografi subjek c. Analisis sitasi d. Review essay e. Bibliografi khusus

f. Daftar usulan dari pengguna

2. Sistem data perpustakaan mencakup keseluruhan judul dalam subjek tertentu berhubungan dengan pengadaan, frekuensi sirkulasi peminjaman dan statistic silang layanan.

3. Menguji secara langsung ke rak termasuk evaluasi kondisi fisik buku.

4. Survei pengguna tentang cakupan, kedalaman, kesesuaian, dan kemuktakhiran bahan pustaka.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keterpakaian koleksi literatur anak dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu intensitas penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah yang digunakan, serta dengan beberapa teknik.

Dengan demikian peneliti menggunakan ketiga indikator tersebut yaitu: intensitas penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah yang digunakan, dalam menganalisis tingkat keterpakaian koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara.


(57)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sebagai sumber informasi harus memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin agar perpustakaan dapat memberikan layanan dalam memenuhi kebutuhan informasi kepada pengguna yang mempunyai minat serta kebutuhan informasi yang berbeda-beda.Perpustakaan umum merupakan unit kerja/lembaga/badan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhan informasinya.

Dalam UU Perpustakaan No.43 Tahun 2007dinyatakan bahwa “Perpustakaan umum adalah lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat umum dengan berbagai lapisan dan golongan”. Perpustakaan umum dibuat untuk masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi. Perpustakaan umum menyediakan berbagai macam bahan koleksi bagi semua tingkatan usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai lanjut usia, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini, perpustakaan umum mempunyai nilai strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa karena fungsinya melayani semua lapisan masyarakat sebagai sarana pembelajaran.


(58)

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu jenis perpustakaan umum. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menyediakan informasi dan memberikan layanan kepada pengguna dari seluruh lapisan masyarakat.

Dalam hal ini perpustakaan umum menyediakan fasilitas untuk layanan anak. Menurut Reitz (2002, 131)

layanan anak adalah pelayanan perpustakaan yang ditunjukan untuk anak sampai anak berumur 12-13 tahun, di dalamnya termasuk pengembangan koleksi anak muda, mendongeng,membantu pengajaran dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, program summer reading, biasanya disediakan oleh pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan.

Layanan anak diselenggarakan oleh perpustakaan sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan umum yaitu, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui pendayagunaan koleksi bahan pustaka untuk keperluan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan rekreasi, maka salah satu layanan yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum adalah layanan anak atau juga dikenal dengan seksi pelayanan anak.

Anak belum dapat memilih bacaan yang baik untuk dirinya sendiri. Mereka akan membaca bacaan apa saja yang mereka temui tanpa memandang apakah bacaan tersebut sesuai untuk mereka atau tidak. Agar anak-anak dapat memperoleh bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan pikiran, perilakunya dan juga dengan tingkat pendidikannya, maka kita harus peduli dengan bahan bacaan yang akan diperuntukkan kepada anak-anak. Bacaan yang tepat akan berperan menunjang


(1)

3. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan kesabaran membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Eva Rabita, M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

waktu serta kesabaran dalam membimbing peneliti menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib, selaku Penguji I yang telah memberikan

saran yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik lagi.

6. Bapak Ishak, S.S, M.Hum, selaku Penguji II yang telah memberikan saran yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik lagi.

7. Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik peneliti selama perkuliahan.

8. Kepada seluruh pustakawan maupun staf perpustakaan di Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara terutama pada layanan anak yang telah membantu dan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini.

9. Kepada sahabat Bob Try, Maria, Shandy, bang Ucok, bang Ones, bang Domi, yang selalu memberi semangat, bantuan dan dukungan kepada peneliti.

10.Kepada teman-teman seperjuangan Christina, Mariani, Christine, Yuni, Yesy, Tiodora, David, Dana, Dikko, Suetha, dan seluruh angkatan 2011 yang tidak


(2)

mungkin disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan, semangat serta persaudaraan yang terjalin.

11.Kepada Abangda Novelty Gulo, Ganda Sitohang, Adek Rahman dan Kak Sarni, serta adik–adik stambuk peneliti Natal, Dion, Deaz, Krisna, Melisa, Jardi terimakasih untuk masukan, bantuan, kebersamaan, semangat dan nasihat yang berarti bagi peneliti.

12.Kepada seluruh anggota Keluarga Opung, Kak Nova, Kak Siska, Andre, Angel, Wiwik, Axel, Novi, dan yang lainnya, terimakasih atas doa dan semangatnya.

13.Kepada seluruh keluarga besar Ikatan Ilmu Perpustakaan dan Informasi S1 (IMPUS) terimakasih atas doa dan semangatnya kepada peneliti.

Peneliti berharap dan berdo’a semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Peneliti mengharapkan adanya masukan yang positif untuk memperbaiki skripsi ini selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2016

Monalisa Yulianti Panjaitan 110709024


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Perpustakaan Umum ... 7

2.2. Literatur Anak ... 8

2.2.1. Jenis-jenis Literatur Anak ... 11

2.2.2. Fungsi Literatur Anak ... 12

2.2.3.Ciri Literatur Anak ... 14

2.3. Layanan Anak ... 15

2.3.1. Tujuan Layanan Anak ... 19

2.3.2. Fungsi Layanan Anak ... 21

2.3.3. Tugas Layanan Anak ... 23

2.3.4. Jenis-jenis Layanan Anak ... 24

2.4. Kategori Anak ... 26

2.5. Keterpakaian Koleksi ... 29

2.6. Keterpakaian Koleksi Literatur Anak ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Pendekatan dan metode yang digunakan ... 34

3.2. Lokasi Penelitian ... 34

3.3. Unit Analisis ... 35

3.4. Populasi ... 35

3.5. Sampel ... 36

3.6. Jenis dan Sumber data ... 38

3.7. Instrumen Penelitian... 39

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.9. Alat Bantu Penelitian ... 40


(4)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Intensitas Penggunaan ... 42

4.2. Frekuensi Penggunaan ... 43

4.2.1. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 000 ... 43

4.2.2. Frekuensi Penggunaan Koleksi LiteraturAnak Pada Nomor Kelas 100 ... 45

4.2.3. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 200 ... 46

4.2.4. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 300 ... 47

4.2.5. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 400 ... 48

4.2.6. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 500 ... 49

4.2.7. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 600 ... 50

4.2.8. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 700 ... 51

4.2.9. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 800 ... 52

4.2.10. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 900 ... 53

4.3. Jumlah yang digunakan ... 54

4.3.1. Koleksi Buku Literatur Anak Berdasarkan Tahun Terbit ... 54

4.3.2. Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Tahun Peminjaman ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.1. Saran ... 59


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.Rincian Koleksi Literatur Anak ... 35

Tabel 3.2.Penentuan Sampel Berdasarkan Strata ... 38

Tabel 3.3.Alat Bantu Penelitian ... 40

Tabel 4.1.Intensitas Penggunaan ... 42

Tabel 4.2.Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Tahun Terbit ... 55


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Peminjaman Buku Kelas 000 ... 44

Gambar 2.Peminjaman Buku Kelas 100 ... 45

Gambar 3.Peminjaman Buku Kelas 200 ... 46

Gambar 4.Peminjaman Buku Kelas 300 ... 47

Gambar 5.Peminjaman Buku Kelas 400 ... 48

Gambar 6.Peminjaman Buku Kelas 500 ... 49

Gambar 7.Peminjaman Buku Kelas 600 ... 50

Gambar 8.Peminjaman Buku Kelas 700 ... 51

Gambar 9.Peminjaman Buku Kelas 800 ... 52