Usulan Rancangan Fasilitas Kerja pada Stasiun Pengulir Tangkai Sapu untuk Mengurangi Resiko Musculoskeletal Disorder di CV Arba Jaya

V-20

BAB I
LATAR BELAKANG

1.1.

Latar Belakang Permasalahan
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang tujuannya adalah mempelajari

sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam melakukan pekerjaannya,
sehingga di lakukan sebuah perancangan sistem kerja agar orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik dan benar secara EASNE (Efektif, Aman,
Sehat, Nyaman, dan Efisien).
CV. Arba Jaya merupakan industri kecil menengah yang bergerak di
bidang produksi sapu ijuk dan memasarkan sapunya ke grosir-grosir yang berada
disekitar kawasan Tj.Morawa dan Medan. Kualitas produksi sapu ijuk sangat
dipengaruhi oleh kemampuan operator dalam menjalankan alat produksi, industri
kecil menengah ini memproduksi 100 – 150 tangkai sapu perhari.
CV Arba Jaya memiliki beberapa stasiun, di antaranya stasiun pemotongan
tangkai sapu, stasiun penghalus tangkai sapu dan stasiun pembuatan ulir tangkai

sapu. Stasiun pengulir tangkai sapu membentuk ujung tangkai sapu agar memiliki
ulir untuk memudahkan proses penyatuan antara tangkai sapu dengan kepala sapu.
Pada Stasiun ini operator menjangkau
5–6 buah tangkai sapu yang terletak di lantai, lalu memasukkan ujung
tangkai sapu satu per satu ke dalam batangan pengulir menggunakan tangan kiri.
Operator memutar tuas pengulir secara manual menggunakan tangan kanan
dengan postur kerja membungkuk 60o. Aktivitas ini dilakukan terus menerus oleh

Universitas Sumatera Utara

V-21

operator selama 8 jam kerja. Operator

melakukan pekerjaannya tidak sesuai

dengan prinsip ergonomis yaitu membungkuk, jangkauan tangan berlebihan, dan
pekerjaan yang berulang-ulang sehingga menimbulkan kelelahan dan rasa nyeri
pada punggung dan pinggang, hal ini disebabkan ketidaksesuaian anthropometri
operator dengan alat. Pernyataan diatas didapat berdasarkan hasil wawancara dan

pengamatan langsung dilapangan. Aktivitas operator melakukan pekerjaannya
dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1. Operator Melakukan Aktivitas Produksi
Penelitian Sritomo Wignjosoebroto (2010) menyatakan fasilitas kerja yang
telah disesuaikan dengan antropometri mengakibatkan adanya penurunan tingkat
keluhan rasa sakit yang dialamioleh operator pada saat bekerja.
Keluhan MSDs pada operator akibat fasilitas kerja yang tidak ergonomis
diteliti oleh Batubara,dkk (2014) pada operator perajangan singkong di
Kecamatan Rasau, Kabupaten Kubu Raya, peneliti menyatakan bahwa belum
adanya alat merajang singkong dalam jumlah banyak dan alat kerja secara manual
menimbulkan keluhan rasa sakit pada operator dan memakan waktu yang lama,
peneliti menyimpulkan bahwa perancangan alat dengan mempertimbangkan
dimensi tubuh operator dapat meningkatkan produktivitas dan dapat mengurangi
MSDS pada operator dan dari hasil rancangan mesin diperoleh bahwa keluhan

Universitas Sumatera Utara

V-22


MSDS yang terjadi sebelum menggunakan rancangan alat sebesar 43,39% dan
sesudah menggunakan rancangan alat menjadi 33,77%
Penelitian yang dilakukan Terang Ukur Ginting (2015) di langkat bahwa
terdapat 9 variabel kebutuhan petani untuk mendapatkan alat penyadapan sesuai
dengan yang diinginkan. Pembangunan house of quality pada perancangan alat
penyadapan karet dapat diketahui bahwa kadar besi dan kekuatan kayu menjadi
masalah pada alat penyadapan karet yang harus diselesaikan. Kadar besi dan
kekuatan kayu menjadi sesuatu yang sangat penting terhadap daya tahan dan
kwalitas alat penyadap yang dimiliki oleh petani karet. Hasil perhitungan validitas
data alat penyadapan karet diketahui bahwa seluruh variabel dinyatakan valid
dikarenakan koefisien korelasi product moment bernilai lebih besar dari nilai r
tabel yaitu 0,191 yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan sebagai instrumen
pengumpulan data telah benar dan tidak perlu diganti. Dari hasil perhitungan
reliabilitas data juga didapatkan hasil yang reliable yang berarti bahwa
keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner telah layak
digunakan dan diolah lebih lanjut.
Keluhan musculoskeletal dapat dikurangi dengan perancangan ulang
sebuah alat pembuatan ulir tangkai sapu yang ergonomis sesuai dengan keinginan
operator untuk mempermudah saat mengulir tangkai sapu. Alat pengulir tangkai
sapu ini dirancang dengan menggunakan data-data yang telah dikumpulkan

melalui kuisoner SNQ, pengukuran antropometri dan melalui kuisoner REBA

Universitas Sumatera Utara

V-23

1.2.

Perumusan Masalah
Rumusan masalah penilitian ini adalah adanya keluhan rasa sakit pada

operator penguliran tangkai sapu. Timbulnya rasa sakit akibat aktivitas
membungkuk, menjangkau, dan memutar yang dilakukan secara repetitif selama 8
jam kerja. Alat yang tidak sesuai dengan postur tubuh operator membutuhkan
perancangan fasilitas kerja yang ergonomis

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan rancangan alat pengulir


tangkai sapu yang ergonomis sehingga mengurangi keluhan rasa sakit yang
dialami operator.
Tujuan khusus penelitian adalah:
1.

Mengidentifikasi keluhan rasa sakit operator dengan menggunakan
Standard Nordic Questionnaire (SNQ) dan menganalisa postur kerja
operator dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment).

2.

Merancang alat pembuatan ulir tangkai sapu dengan menggunakan metode
Quality Function Deployment (QFD).

1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah :


1.

Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan pengalaman
dalam menerapkan teori-teori Teknik Industri terutama dalam bidang

Universitas Sumatera Utara

V-24

Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja, khususnya dalam penilaian
beban serta postru kerja dan perancangan fasilitas kerja berdasarkan
dimensi dan prissip antropometri yang telah didapat di perguruan tinggi ke
dalam lingkungan industri secara nyata dalam menyelesaiakan suatu
permasalahan-permasalahan praktis.
2.

Bagi perusahaan
Menjadikan suatu pertimbangan sebagai masukan untuk merancang
fasilitas kerja yang ergonomis dalam usaha untuk mereduksi keluhan

muskoloskeletal.

3.

Bagi Departemen Teknik Industri
Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dan untuk
menambah literatur perpustakaan.

1.5.

Batasan dan Asumsi Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

3.

Penelitian hanya dilakukan di stasiun pembuatan ulir tangkai sapu.

4.


Pengukuran hanya dilakukan pada operator yang bertugas membuat ulir
tangkai sapu.

5.

Metode yang digunakan dalam penilaian postur kerja adalah metode
REBA (Rapid Entire Body Assesment) dan untuk perancangan alat
digunakan metode Quality Function Deployment(QFD)

Universitas Sumatera Utara

V-25

6.

Rancangan alat usulan, dalam perwujudan alatnya dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan peneliti.
Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1.


Operator yang diteliti bekerja dalam keadaan normal.

2.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik
dan sesuai standar.

3.

Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

4.

Operator yang akan diamati sudah berpengalaman dan telah terbiasa dalam
pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara