Efektivitas Polri Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Labuhanbatu (Studi Kasus Polres Labuhanbatu)

BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
PENCURIANKENDARAAN BERMOTOR
DI KABUPATEN LABUHANBATU
A. Faktor Internal
Disini sebab-sebab kejahatan dicari pada diri pelaku, mengapa sampai
melakukan kejahatan. Menuru Lombroso, kejahatan merupakan bakat
manusia yang dibawa sejak lahir. Berdasarkan pendapat ini, bahwa sifatsifat jahat seseorang dapat diturunkan sehingga kejahatan tersebut melekat
pada diri seseorang karena adanya proses pewarisan, sehingga mereka
sering melakukan kejahatan yang tidak berperikemanusiaan. Ajaran
Lombroso tersebut telah tidak berlaku, hal ini disebabkan karena tidak
semua penjahat berasal dari penjahat sebelumnya, juga diketahui bahwa
kejahatan bukanlah karena keturunan. 27
Penyebab lain dari faktor internal adalah pendidikan seseorang.
Pendidikan bagi manusia adalah perlu walaupun sangat sederhana. Dengan
adanya pendidikan menjadikan manusia dapat memahami diri serta potensi
yang dimiliki juga dapat memahami orang lain. Pada tingkatan yang lain
pendidikan memberikan pembaharuan bagi manusia karena mampu
memberikan pengertian-pengertian inovatif bagi manusia untuk mencapai
kesejahteraan. Dari sini pendidikan mampu mempengaruhi manusia secara
utuh. Rendahnya pendidikan seseorang akan menjadikan seseorang mudah

untuk berlaku jahat.
27

W.A. Bounger, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, (Jakarta: Ghalia-Indonesia, Edisi
Keempat, 1981), hal.100.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini bisa dipahami karena seseorang yang berpendidikan rendah
pastikan banyak mengalami kesulitan hidup bermasyarakat. Kesulitan
tersebut terkait dengan kesempatan untuk meraih kesejahteraan hidup,
dimana selalu identik dengan kesempatan kerja yang mampu diraih
seseorang. Semakin tinggi pekerjaan seseorang maka tingkat penghasilan
dalam mencapai kesejahteraan akan semakin tercapai. Hal ini akan berbeda
jika seseorang yang berpendidikan rendah mencapai kesejahteraan yang
diimpikannya.

Mereka

akan


mengalami

kesulitan

berkait

dengan

pendidikannya seperti ditolak dalam suatu pekerjaan tertentu atau kalaupun
diterima sering mendapat posisi pinggiran yang sering posisinya selalu
terancam kena PHK.
Kondisi-kondisi masyarakat yang terpinggirkan dan terancam PHK
seringkali menjadikan seseorang merasa cepat putus asa, dan buah dari
putus asa adalah mencari jalan pintas dalam mencapai tujuan. Hal ini
menjadikan orang yang berpendidikan rendah tergelincir dalam perbuatan
pidana karena putus asa. Satu hal yang sangat ironis adalah mereka mudah
tergelincir dalam perbuatan pidana yang bersifat konvensional atau
tradisional seperti, pembunuhan, pencurian dan lain-lain.
Demikian pula dengan pencurian kendaraan bermotor, maka dari

hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak serse Polres Labuhanbatu
didapat pemahaman, bahwa lebih banyak pelaku pencurian khususnya
pencurian kendaraan bermotor yang dari latar belakang pendidikannya dapat
diketahui berpendidikan rendah. Dari rendahnya pendidikan tesebut

Universitas Sumatera Utara

menjadikan mereka semakin sulit untuk meraih apa yang dicita-citakan,
yang berakibat mereka lebih mudah untuk putus asa dan sering menjadi buta
dan melakukan suatu kejahatan khususnya pencurian kendaraan bermotor. 28
Dengan rendahnya pendiddikan tersebut mereka akan mengalami
kesulitan berkait dengan pendidikannya seperti ditolak dalam suatu
pekerjaan tertentu atau kalaupun diterima sering mendapat posisi pinggiran
yang sering posisinya selalu terancam kena PHK. Dengan adanya PHK
tersebut maka timbullah pengangguran.
Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian atau biasa disebut
dengan istilah pengangguran seringkali menjadikan seseorang merasa cepat
putus asa, dan buah dari putus asa adalah mencari jalan pintas dalam
mencapai tujuan. Hal tersebut dapat menjadikan seorang pengangguran
dapat lebih mudah untuk melakukan suatu kejahatan. Demikian dengan

pencurian kendaraan bermotor AKP Fahrizal Sik berpandapat bahwa salah
satu penyebab kejahatan tersebut adalah banyaknya pengangguran.

28

Hasil Wawancara dengan AKP Fahrizal, Kasat Reskrim, Senin 28 April 2014, Polres
Labuhanbatu

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1
Faktor Pendidikan sebagai penyebab terjadinya pencurian Kendaraan Bermotor
di Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014 (Januari-Maret)
No

Tingkat Pendidikan

Persentase

1


Sekolah Dasar

36, 61 %

2

Sekolah Menengah Pertama

20, 18 %

3

Sekolah Menengah Atas

15, 96 %

4

Perguruan Tinggi


2, 34 %

5

Tidak bersekolah

24, 88 %

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

B. Faktor Eksternal
Selain beberapa faktor internal yang mempengaruhi maraknya aksiaksi pencurian kendaraan bermotor tersebut yang lebih mencari pada
penyebab pada diri pelaku maka dapat pula dijelaskan beberapa faktor lain
yang mempengaruhi maraknya aksi pencurian kendaraan bermotor tersebut.
Faktor ini lebih dititik beratkan pada situasi masyarakat yang terjadi
akhir-akhir ini. Faktor ini menjadi sangat berpengaruh ketika kondisi
masyarakat secara umum semakin sulit dan keputusan dirasakan oleh
banyak pihak. Beberapa faktor tersebut adalah :
1. Faktor Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu hal yang penting di dalam kehidupan
manusia, maka keadaan ekonomi dari pelaku tindak pidana pencurilah
yang kerap kali muncul melatarbelakangi seseorang melakukan tindak

Universitas Sumatera Utara

pidana pencurian. Para pelaku sering kali tidak mempunyai pekerjaan yang
tetap, atau bahkan tidak punya pekerjaan. Karena desakan ekonomi yang
menghimpit, yaitu harus memenuhi kebutuhan keluarga, membeli sandang
maupun pangan, atau ada sanak keluarganya yang sedang sakit, maka
seseorang dapat berbuat nekat dengan melakukan tindak pidana pencurian.
Rasa cinta seseorang terhadap keluarganya yang menyebabkan ia
sering lupa diri dan akan melakukan apa saja demi kebahagiaan
keluarganya. Terlebih lagi apabila faktor pendorong tersebut diliputi rasa
gelisah, kekhawatiran, dan lain sebagainya, disebabkan orang tua (pada
umumnya ibu yang sudah janda), atau isteri atau anak maupun anakanaknya, dalam keadaan sakit keras memerlukan obat sedangkan uang
sulit didapat. Oleh karena itu, maka seseorang pelaku dapat termotifasi
untuk melakukan pencurian. Faktor ini penulis kemukakan karena sesuai
dengan hasil wawancara penulis terhadap beberapa narapidana kasus
pencurian kendaraan bermotor di Polres Labuhanbatu, perhitungan

pendapatan pelaku curanmor penulis ukur dengan jumlah pendapatan dari
3 narapidana yang telah diwawancarai, dimana tingkat pendapatan rendah
yaitu Rp. 200.000/bulan sedangkan tingkat pendapatan tinggi adalah Rp.
450.000/bulan.

Data

tersebut

mrnunjukkan

bahwa

para

pelaku

berpenghasilan rendah, ini jelas menunjukkan bahwa faktor ekonomi
sangat berpengaruh terhadap pencurian kendaraan bermotor. 29


29

Hasil Wawancara dengan Suryono, Ridwan, Amrul, Narapidana Polres Labuhanbatu,
Senin 28 April 2014

Universitas Sumatera Utara

Hal ini berkaitan dengan faktor pekerjaan, yang menunjukkan bahwa
pencurian kendaraan bermotor tiap tahunnya disebabkan oleh perkembangan
peningkatan ekonomi dan kurangnya lapangan kerja yang tersedia di
masyarakat maupun lapangan kerja yang diciptakan oleh pemerintah. Dapat
dibuktikan dengan melihat data para pelaku pencurian kendaraan bermotor
kebanyakan tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga penghasilannya
tidak menentu, berbanding terbalik dengan tingkat kebutuhan hidup yang
semakin hari semakin tinggi. Belum lagi dengan mereka yang telah
berkeluarga, tekanan-tekanan akan selalu timbul dalam keluarganya,
sehingga terpaksa melakukan perbuatan yang tidak dibenarkan untuk
menghidupi keluarganya.
Contoh kasus yang dapat penulis paparkan dari hasil wawancara
dengan seorang narapidana di Polres Labuhanbatu 30 yang bernama Suryono

(38 tahun) yang dulunya bertani di lading milik orang lain yang juga
seorang residivis pencurian kendaraan bermotor mengaku mencuri
kendaraan bermotor dengan niat untuk dijual dan uangnya untuk membiayai
keluarganya. Ia sempat mengalami frustasi akibat tidak ada satupun tempat
yang didatanginya mau mempekerjakannya, oleh karena itu ia nekat seorang
diri untuk mencuri motor. Suryono ditangkap saat lari membawa motor
seorang warga di jalan Imam Bonjol Rantauprapat.
Adapun Ridwan (35 tahun) swasta, ia hanya lulusan SD. Karena tidak
mampu membiayai istri dan anaknya ia terpaksa melakukan pencurian

30

Hasil Wawancara dengan Suryono, Ridwan, Amrul, Op. cit

Universitas Sumatera Utara

motor, dan Amrul (19 tahun) ia hanya lulusan SD, berusaha mencari
pekerjaan tetapi tidak berhasil menemukan pekerjaan, ia terpaksa
melakukan pencurian sepeda motor di salah satu pusat pertokoan. 31


Tabel 2
Faktor Ekonomi Sebagai Penyebab Terjadinya Pencurian KendaraanBermotor
di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2010 s/d 2014 (Januari-Maret)
No

Pekerjaan

Persentase

1

Tuna Karya

28,16 %

2

Serabutan

23,47 %

3

Pedagang Kaki Lima

18,77 %

4

Supir

14,08 %

5

Lain-lain

11,73 %

Sumber : Unit Ranmor Sat Reskrim Polres Labuhanbatu Tahun 2010 s/d 2014

2. Faktor Lingkungan
Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dimana orang tersebut berada, pada pergaulan yang diikuti
dengan peniruan suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap
kepribadian dan tingkah laku seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah
keluarga dan lingkungan masyarakat itu sendiri.
Pergaulan teman-teman dan tetangga merupakan salah satu penyebab
terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Hal itu menunjukkan bahwa
31

Hasil Wawancara dengan Suryono, Ridwan, Amrul, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

dalam memilih teman harus memperhatikan sifat, watak, serta kepribadian
seseorang. Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan pergaulan, apabila bergaul dengan orang baik maka perbuatan
mereka pasti baik pula dan apabila bergaul dengan orang yang suka
melakukan

perbuatan

buruk

maka

besar

kemungkinan

akan

dipengaruhinya. 32
3. Faktor Lemahnya Penegakan Hukum
Pihak penegak hukum kadang-kadang menyimpang dari nilai-nilai
hukum yang hidup dalam masyarakat, sehingga ada pelaku kejahatan
pencurian kendaraan bermotor yang mendapat hukuman yang terlalu ringan.
Dan akhirnya begitu keluar dari lembaga pemasyarakatan maka pelaku
mengulangi perbuatan tersebut. Sekail lagi penulis mengemukakan bahwa
dalam hal ini, masalah keterampilan dan kesadaran yang tidak dimiliki
sehingga menyebabkan kejahatan pencurian itu dianggap sebagai pekerjaan
utama untuk menghidupi keluarganya.
C. Unsur-unsur Tindak Pidana Pencurian
Pencurian menurut Pasal 362 KUHP yaitu : “Barang siapa mengambil
barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan
maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling
banyak sembilan ratus rupiah”.
32

Hasil Wawancara dengan AKP Fahrizal, Op.cit

Universitas Sumatera Utara

Jenis-jenis pencurian yang diatur Pasal 362 KUHP sampai Pasal 367 KUHP
dikenal beberapa jenis yaitu :
1. Pencurian biasa, diatur dalam pasal 362 KUHP
2. Pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363 KUHP
3. Pencurian ringan diatur dalam Pasal 364 KUHP
4. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP
5. Pencurian dalam keluarga diatur dalam Pasal 367 KUHP
Berikut diuraikan mengenai unsure-unsur pencurian Pasal 362 sampai
dengan Pasal 367 KUHP:
a. Pasal 362 KUHP (pencurian biasa)
Pasal 362 KUHP berbunyi :”Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana
penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah”.
Pencurian menurut penjelasan Pasal 362 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 33
1). Perbuatan mengambil, yaitu mengambil untuk dikuasai.
Mengambil=mengambil

untuk

dikuasai,

maksudnya

waktu

pencuri

mengambil barang itu, barang tersebut belum ada dalam kekuasaannya,
apabila waktu memiliki itu barangnya sudah ada ditangannya, maka
perbuatan ini bukan pencurian, tetapi penggelapan (Pasal 372 KUHP).

33

R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia,1988), Hal 249

Universitas Sumatera Utara

Pengembalian (pencurian) itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang
tersebut sudah pindah tempat. Bila orang baru memegang saja barang it, dan
belum berpindah tempat, maka orang itu dapat dikatakan mencuri, akan
tetapi ia baru mencoba mencuri.
2). Yang diambil harus “sesuatu barang”
Sesuatu barang = segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang
(manusia tidak masuk), misalnya, uang, baju, kalung dsb. Dalam pengertian
barang masuk pula daya listrik dan gas meskipun tidak terwujud, akan tetapi
dialirkan dikawat atau pipa. Barang itu tidak perlu mempunyai harga
ekonomis.Oleh karena itu mengambil beberapa helai rambut warna (untuk
kenang-kenangan) tidak dengan izin wanita itu masuk pencurin, meskipun
dua helai rambut tidak ada harganya.
3). Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”
Sebagian kepunyaan oang lain misalnya A bersama B membeli sebuah
sepeda, maka sepeda itu kepunyaan A dan B, disimpan di rumah A,
kemudian dicuri oleh B atau A dan B menerima barang warisan dari C,
disimpan di rumah A kemudian dicuri oleh B. suatu barang yang bukan
kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang liar
yang hidup di alam, barang-barang yag sudah dibuang oleh yang punya.
4). Pengambilan itu harus dilakukan dengan masud untuk “memiliki”
barang itu dengan “melawan hukum” (melawan hak).
Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk
dimilikinya. Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukan

Universitas Sumatera Utara

pencurian. Seseorang menemui barang di jalan kemudian diambilnya.Bila
waktu mengambil itu sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, masuk
pencurian.
Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa barang akan diserahkan
pada polisi, akan tetapi serenta datang di rumah barang itu untuk dimiliki
sendiri (tidak diserahkan kepada polisi), ia salah menggelapkan (Pasal
372), karena waktu barang itu dimilikinya sudah berada ditangannya.
b. Pasal 362 KUHP (pencurian dengan pemberatan)
Pasal 362 KUHP berbunyi :
(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun, dihukum :
1. pencuri ternak
2. pencurian pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau
gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan
kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang.
3. pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan yang
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu
tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh orang yang berhak.
4. pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.
5. pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk
sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak,
memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Universitas Sumatera Utara

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengansalah satu
hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling
lama Sembilan tahun.

Pencurian

dalam

pasal

ini

dinamakan“pencurian berat” dan ancaman hukumannya berat. Yang
dimaksud dengan pencurian berat adalah pencurian biasa (Pasal 362
KUHP) yang disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut: 34
a. jika barang yang dicuri itu adalah hewan
Yang dimaksud dengan hewan sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 100 KUHP ialah : “semua binatang yang berkuku satu (kuda dan
keledai), binatang memamah biak (kerbau, lembu, kambing dan
sebagainya), dan babi.
b. jika pencurian itu dilakukan pada waktu sedang terjadi bermacammacam bencana seperti kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi, atau
gempa laut, peletusan gunung berapi, karam kapal, kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang.
Pencurian yang dilakukan dalam waktu seperti ini diancam hukuman
lebih berat karena pada waktu semua orang sedang menyelamatkan jiwa
dan raganya serta harta bendanya si pelaku mempergunakan
kesempatan itu untuk melakukan kejahatan yang menandakan bahwa
orang itu adalah rendah budinya.

34

Ibid, hal 251

Universitas Sumatera Utara

c. jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam hari di dalam rumah
sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada di rumahnya
yang dilakukan oleh orang yang berada di situ tanpa setahu atau tanpan
izin.
Waktu malam hari sebagaimana dimaksud Pasal 98 KUHP yaitu : “yang
disebut waktu malam yaitu waktu antara matahari terbenam dan matahari
terbit”.
Yang dimaksud rumah disini adalah bangunan yang dipergunakan
sebagai tempat tinggal siang dan malam, sebaliknya gubug, gerbong kereta
api dan petak-petak kamar di dalam perahu apabila diami siang dan malam
termasuk dalam pengertian rumah.
d. jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersamasama, supaya dapat dituntut menurut pasal ini, maka dua orang atau lebih
itu harus bertindak bersama-sama sebagaimana dimaksud oleh Pasal 55
KUHP, dan tidak seperti halnya yang dimaksud oleh Pasal 56 yakni
seorang bertindak sedang seorang lainnya hanya pembantu saja.
e. Jika untuk dapat masuk ke tempat kejahatan itu atau untuk dapat
mengambil barang yang akan dicuri itu, pencurian yang dilakukan dengan
jalan membongkar, memecah, memanjat atau memakai anak kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian palsu.
Yang diartikan membongkar adalah mengadakan perusakan yang agak
besar misalnya membongkar tembok pintu, jendela, dan sebagainya.Dalam
ini harus ada yang rusak, pecah, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Yang diartikan memecah adalah membuat kerusakan yang agak ringan
misalnya memecah kaca jendela. Dalam pasal ini yang diartikan dengan
memanjat adalah seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 99 KUHP yaitu :
“yang disebut memanjat termasuk juga masuk melalui lubang di dalam
tanah yang dengansengaja digali, begitu juga menyeberangi selokan atau
parit yang digunakan sebagai batas penutup”.
c. Pencurian ringan diatur dalam pasal 364 KUHP
Pasal 364 KUHP berbunyi :
“perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4,
begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila
tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang
ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh
lima ribu rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana dengan paling banyak dua ratus lima
puluh rupiah”.
Ini dinamakan pencurian ringan yaitu :
a. Pencurian biasa (Pasal 362), asal harga barang yang dicuri tidak lebih dari
Rp. 250,b. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih (Pasal 363 sub 4), asal
harga barang tidak lebih dari Rp. 250,- dan
c. Pencurian dengan masuk ketempat barang yang diambilnya dengan jalan
membongkar, memecah, dsb (Pasal 363 sub 5), jika :
1) Harga tidak lebih dari Rp. 250,- dan

Universitas Sumatera Utara

2) Tidak dilakukan dalam rumah atau pekarangan tertutup yang ada
rumahnya.
Dengan demikian maka pencurian yang meskipun harga barang yang
dicurinya tidak lebih dari Rp.250,- tidak bisa menjadi pencurian ringan,
yaitu : 35
a) Pencurian hewan
b) Pencurian pada waktu kebakaran dan malapetaka lain-lain (Pasal 363
sub 2)
c) Pencurian pada waktu malam, dalam rumah atau pekarangan tertutup
yang ada rumahnya, oleh orang yang berada disitu tidak dengan
setahunya atau kemauannya orang yang berhak (Pasal 363 sub 3), dan
d) Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365)
d. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365 KUHP
Pasal 365 KUHP berbunyi :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap basah, untuk
memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk
tetap menguasai barang yang dicuri.
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :
35

Ibid, hal 253

Universitas Sumatera Utara

1. jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dalam kereta api
atau trem yang sedang berjalan;
2. jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu;
3. jika masuk ketempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu
atau pakaian jabatan palsu;
4. jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun;
(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua tahun, jika perbuatan mengakibatkan
luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan
dalam No.1 dan 3”. 36
e. Pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 367 KUHP
Pasal 367 KUHP berbunyi :
(1) jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan dalam bab ini
adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan dan tidak
terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu
mungkin diadakan penuntutan;

36

Ibid, hal 265

Universitas Sumatera Utara

(2) jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan ranjang atau
terpisah harta kekayaan, atau jika dia adalah keluarga sedarah atau
semenda baik dalam garis lurus maupun garis menyimpang derajat
kedua, maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan
jika ada pengaduan yang terkena kejahatan
(3) jika menurut lembaga matriarhal, kekuasaan bapak dilakukan oleh
orang lain dari pada bapak kandung (sendiri), maka ketentuan ayat
diatas berlaku juga bagi orang itu”.
Meningkatnya jumlah pemilik kendaraan bermotor menurunkan
efektivitas pengawasan dan pengenalan identitas kendaraan bermotor,
sehubung dengan itu peningkatan angka laju pencurian kendaraan bermotor
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan
ataupun pemilik kendaraan bermotor. Faktor-faktor lain yang menjadi
pendukung dilaksanakan kejahatan pencurian kendaraan bermotor adalah
pencurian kendaraan bermotor lebih mudah dilaksanakan daripada bentuk
kejahatan terhadap harta benda yang lain seperti perampokan, penodongan
dan sebagainya. Hal ini dikarenakan: 37
1. Hasilnya sangat menguntungkan
2.

Kemungkinan tertangkap kecil, karena sangat sulit melakukan
pengenalan kembali kendaraan bermotor yang telah dicuri

3. Penjualan ataupun pemasaran kendaraan bermotor hasil kejahatan
mudah dilaksanakan
37

Soerjono Soekamto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor, (Jakarta: PT.
Bina Aksara, 1988), hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

4. Alat untuk melakukan kejahatan mudah dicari, antara lain obeng, kunci
palsu, kawat dan lain-lainnya
5. Tempat parkir tidak bertanggung jawab atas kehilangan kendaraan
bermotor
Selain faktor yang melatarbelakangi dan mendukung dilakukannya
kejahatan terhadap kendaraan bermotor, ada penyebab langsungnya yaitu
kelengahan

pemilik

kendaraan

serta

kurangnya

sistem

pengaman

kendaraan-kendaraan bermotor tertentu. 38
Dari segi kuantitas, kejahatan di Kabupaten Labuhanbatu jelas sudah
menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan, sedangkan dari segi
kuantitas kejahatan itu sendiri baik dilihat dari segi tujuan, pelaku, cara dan
motifasi maupun lokasi kejadian, jelas sudah menunjukkan keadaan yang
mengikat. Beberapa ciri peningkatan kuantitatif antara lain:
a. Dilihat dari segi sasaran
1. Semua korban kejahatan adalah orang-orang dewasa dan remaja
2. Semua sasaran kejahatan adalah barang-barang berharga
3. Pelaku-pelaku kejahatan telah berani melakukan perampokan di siang
hari di tempat ramai seperti pasar
b. Dilihat dari segi pelaku
Semua kejahatan umumnya dilakukan oleh orang dewasa secara sendirisendiri, kemudian berkembang jadi dilakukan oleh kelompok-kelompok
atau yang sering beroperasi secara diorganisir.
38

Ibid, hal 24

Universitas Sumatera Utara

c. Dilihat dari segi modus operandi
Semula hanya dipergunakan senjata tajam, alat-alat pengangkutan dan
alat komunikasi yang sederhana, sekarang para pelaku kejahatan telah
mempergunakan senjata api, alat-alat radio dan zat-zat kimia dalam
melakukan kejahatannya.
d. Dilihat dari segi Motif
Semula kejahatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok,
kemudian berkembang disertai motif-motif lain seperti membunuh untuk
tujuan memperoleh uang, semula kejahatan dilakukan sebagai cara
terakhir untuk mempertahankan hidup dalam masyarakat. Sekarang
kejahatan dilakukan secara sadis tanpa sedikitpun ada perasaan
kemanusiaan.
e. Cara menghancurkan barang bukti juga dilakukan dengan cara menjual
sebagian komponen kendaraan yang dicuri, atau membawa pergi
kendaraan ke daerah lain.

Universitas Sumatera Utara