Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil dalam Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU
HAMIL DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN
ANTENATAL CARE
Fatimah Jahra Ritonga*, Nur Asiah**
*Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
**Dosen Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Phone : 085270432152
Email : fatimahjahrar@yahoo.com
Abstrak
Pemeriksaan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman
dan memuaskan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal
care adalah pengetahuan,pendidikan,umur,ekonomi,sumber informasi, letak geografis dan dukungan
keluarga.
Kata kunci : Ibu hamil, Antenatal Care

PENDAHULUAN
Antenatal Care (pemeriksaan
kehamilan) sangatlah penting diketahui oleh
ibu hamil karena dapat membantu

mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Keuntungan yang lain yaitu untuk menjaga
agar selalu sehat selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas serta mengusahakan
bayi yang dilahirkan sehat, memantau
kemungkinan
adanya
resiko-resiko
kehamilan,
dan
merencanakan
penatalaksanaan yang optimal terhadap
kehamilan resiko tinggi serta menurunkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
perinatal (Mufdlilah, 2009).
Kematian ibu menurut World
Health Organization (WHO) adalah
kematian yang terjadi pada saat kehamilan,
persalinan atau dalam 42 hari setelah
persalinan

dengan
penyebab
yang
berhubungan langsung atau tidak langsung
dari kehamilan atau persalinannya (Depkes
RI, 2009). Penyebab langsung kematian
tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu

Perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan
infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak
langsung antara lain adalah ibu hamil
menderita penyakit atau komplikasi lain
yang sudah ada sebelum kehamilan,
misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, hepatitis, anemia, malaria (SKRT,
2001). Penyebab tersebut sebenarnya dapat
dicegah dengan pemeriksaan kehamilan
(Antenatal Care) yang memadai (Arsita,
2012).
Laporan

Survei
Demografi
Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan
angka kematian ibu adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007. Bahkan
WHO,UNICEF,UNFPA, dan World Bank
memperkirakan angka kematian ibu yang
lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup
(Arsita, 2012)

Angka kematian ibu di Sumatera
Utara tahun 2009 masih tinggi mencapai
260 per 10.000 kelahiran hidup. Namun,
tahun ini, angka kematian ibu diperkirakan
menurun menjadi 130 per 10.000 kelahiran
hidup. Berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia, selain keracunan
kehamilan, infeksi, status gizi, anemia (gizi
besi), (Penyebab pendarahan, BBLR) 40%,

pendarahan menjadi penyebab utama
kematian ibu saat melahirkan di Sumut.
Terlalu sering melahirkan dan terlalu rapat
jarak melahirkan juga menjadi risiko utama
kematian ibu.
Angka kematian ibu (AKI) saat
melahirkan
pada
2010
mencapai
249/100.000 kelahiran hidup. Jumlah
tersebut
melampaui
kematian
ibu
melahirkan
tingkat
nasional
yakni
228/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan

angka kematian bayi (AKB) di Sumatra
Utara pada 2010 lebih rendah dari nasional
yakni sebanyak 22/1.000 kelahiran hidup.
Di tingkat nasional, angka kematian bayi
34/1.000 kelahiran hidup.
Salah
satu
faktor
yang
berpengaruh terhadap tingginya angka
kematian ibu adalah sikap dan perilaku ibu
itu sendiri selama hamil dan didukung oleh
pengetahuan ibu terhadap kehamilannya.
Beberapa faktor yang melatar belakangi
resiko kematian ibu tersebut adalah
kurangnya partisipasi masyarakat yang
disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah,
kemampuan ekonomi keluarga rendah,
kedudukan sosial budaya yang tidak
mendukung

Menurut WHO (2010), Antental
Care
adalah
pengawasan
sebelum
persalinan
terutama
ditujukan
pada
pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Ada beberapa tujuan
Antenatal Care menurut (Kusmiyati,et
al.,2008)
yaitu mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan
bayi dengan memberikan pendidikan gizi,
kebersihan diri dan proses kelahiran bayi,
mendeteksi
dan
menatalaksanakan

komplikasi medis, bedah ataupun obstetri

selama
kehamilan,
mengembangkan
persiapan
persalinan
serta
rencana
kesiagaan
menghadapi
komplikasi,
membantu menyiapkan ibu untuk menyusui
dengan sukses, menjalankan puerperium
normal, dan merawat anak secara fisik,
psikologi dan sosial.

Menurut (Mufdlilah, 2009)
manfaat
Antenatal

Care
yaitu
Memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu hamil maupun bayinya
dengan alasan menegakkan hubungan
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi
komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan.
Pelayanan antental adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis kebidanan,
Dokter umum, bidan, perawat) untuk
ibu selama masa kehamilannya, sesuai
dengan standard minimal pelayanan
Antenatal Care yaitu (Mufdlilah, 2009) :
timbang berat badan, ukur tinggi badan,
ukur
tekanan
darah,

pemberian
imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri,
temu wicara serta pemberian tablet Fe.
Pemeriksaan pertama kali yang
ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat satu bulan, periksa
ulang satu kali sebulan sampai
kehamilan 7 bulan, periksa ulang 2x
sebulan sampai kehamilan 9 bulan,
periksa ulang setiap minggu sesudah
kehamilan 9 bulan, periksa khusus bila
ada
keluhan-keluhan.
Namun
berdasarkan Depkes RI (2009), setidaktidaknya ANC dilakukan sebanyak 4
kali selama kehamilan yaitu: satu kali
pada trimester I, satu kali pada trimester
ke II, dan dua kali pada trimester III.
Pelayanan antenatal care bisa
didapatkan di Rumah Sakit, Puskesmas,

Bidan Praktek Swasta, Dokter Praktek
Swasta, Posyandu. Pelayanan antenatal

care hanya diberikan oleh tenaga
kesehatan dan bukan dukun bayi
(Meilani, et al., 2009).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi ibu hamil dalam
melakukan pemeriksaan antenatal care
yaitu pengetahuan, pendidikan, umur,
ekonomi, sumber informasi, letak
geografis dan
Pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata
dan
telinga.
Pengetahuan
umumnya datang dari pengalaman, juga
bisa didapat dari informasi yang
disampaikan oleh guru, orangtua, buku,
dan surat kabar. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoadmojo, 2007). Perilaku
dalam bentuk pengetahuan, yaitu
pengetahuan situasi atau rangsangan
dari luar. Dalam hal pelayanan
antenatal, perilaku dalam bentuk
pengetahuan
tersebut
berbentuk
pengetahuan
tentang
manfaat
pemeriksaan
kehamilan,
frekuensi
periksa, gizi ibu hamil, standar
pelayanan 5T yang meliputi : pemberian
tablet darah (Fe), imunisasi TT,
penimbangan berat badan, pemeriksaan
tekanan darah, dan pemeriksaan tinggi
fundus uteri (Istiarti, 2000)
Ketidak mengertian ibu dan
keluarga
terhadap
pentingnya
pemeriksaan kehamilan berdampak pada
ibu
hamil
tidak
memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan.
Jika pengetahuan ibu baik tentang

persalinan, maka akan lebih siap dalam
menghadapi persalinan.
Peran seorang ibu hamil pada
program pemeriksaan antenatal care
sangatlah penting. Karenanya suatu
pemahaman tentang program ini amat
diperlukan untuk kalangan tersebut.
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu
terhadap
antenatal
care
sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu.
Slamet (1999), menyebutkan semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
atau
pengetahuan seseorang maka semakin
membutuhkan pusat-pusat pelayanan
kesehatan sebagai tempat berobat bagi
dirinya dan keluarganya. Dengan
berpendidikan tinggi, maka wawasan
pengetahuan semakin bertambah dan
semakin menyadari bahwa begitu
penting kesehatan bagi kehidupan
sehingga termotivasi untuk melakukan
kunjungan ke pusat-pusat pelayanan
kesehatan yang lebih baik.
Usia reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara 20-35 tahun,
dibawah dan diatas usia tersebut akan
meningkatkan resiko kehamilan maupun
persalinan. Pertambahan umur diikuti
oleh perubahan perkembangan organorgan dalam rongga pelvic. Pada wanita
usia muda, dimana organ-organ
reproduksi belum sempurna secara
keseluruhan dan kejiwaan yang belum
siap menjadi seorang ibu, maka
kehamilan dapat berakhir dengan suatu
keguguran, bayi berat lahir rendah
(BBLR), dan dapat disertai dengan
persalinan macet. Usia hamil pertama
yang ideal bagi seorang wanita adalah
20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim
wanita sudah siap menerima kehamilan
(Manuaba, 2005).
Masalah yang masih banyak
dijumpai pada kehamilan dan persalinan
adalah status biologis wanita yang

meliputi perkawinan usia muda kurang
dari 20 tahun dan banyaknya wanita
hamil pada usia 35 tahun (Manuaba,
2001). Kehamilan yang terjadi pada
wanita dibawah 20 tahun merupakan
kehamilan yang banyak menghadapi
risiko-risiko kesehatan sehubungan
dengan kehamilan dini dan banyak yang
memiliki pengetahuan yang terbatas
atau kurang percaya diri untuk
mengakses system pelayanan kesehatan
yang
mengakibatkan
kunjungan
pelayanan antenatal yang terbatas yang
berperan penting terhadap terjadinya
komplikasi, sehingga pada kelompok
usia ini diperlukan motivasi untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur
(Waspodo, 2005).
Status sosial ekonomi yang
rendah juga mempengaruhi perawatan
antenatal berupa kunjungan ke klinik.
Kurangnya
pendapatan
keluarga
menyebabkan berkurangnya alokasi
dana bagi ibu hamil untuk memperoleh
layanan kesehatan (Wiludjeng, 2005
dalam suprapto, 2002). Oleh karena itu
kelompok yang miskin mempunyai
resiko yang lebih besar untuk
mengalami perdarahan antepartum
dibandingkan dengan kelompok yang
mampu (Royston & Amstrong, 1994
dalam Hutapea, 2007)
Melalui media cetak maupun
elektronik berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga
seorang yang lebih sering terpapar
media massa (TV, Radio, Majalah,
Pamflet,
dan
lain–lain)
akan
mempengaruhi informasi media, berarti
paparan media massa mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki
seseorang.
Letak
geografis
sangat
menentukan
terhadap
pelayanan
kesehatan, ditempat yang terpencil ibu

hamil
sulit
memeriksakan
kehamilannya,
hal
ini
karena
transpontasi yang sulit menjangkau
sampai tempat terpencil (Depkes RI,
2001).
Wanita hamil tidak hidup sendiri
tetapi dalam lingkungan keluarga dan
budaya yang kompleks atau bermacammacam. Pada kenyataanya peranan
suami dan keluarga sangat besar bagi
ibu hamil dalam mendukung perilaku
atau tindakan ibu hamil dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo,
2003) menyimpulkan bahwa perilaku
kesehatan seseorang ditentukan antara
lain oleh ada atau tidaknya dukungan
masyarakat sekitarnya (social support).
Orang yang tinggal dilingkungan yang
menjunjung tinggi aspek kesehatan akan
lebih
antusias
dalam
menjaga
kesehatannya. Sebaliknya mereka yang
tinggal dilingkungan dengan pola hidup
tidak
sehat/tidak
memperhatikan
kesehatan akan cenderung tidak perduli
dengan pencegahan penyakit atau
pemeriksan kesehatan secara teratur.
Derajat kesehatan ibu dan anak
perlu ditingkatkan, maka dalam upaya
perbaikannya
perlu
pendekatanpendekatan yang dilakukan secara
holistik dan integratif yang tidak hanya
terbatas pada bidang kesehatan secara
medis saja, tetapi juga ekonomi,
pendidikan
dan
sosial
budaya(Maas,2007). Selain itu berbagai
masalah yang perlu diperhatikan dalam
upaya penanganan kehamilan dan
persalinan adalah jarak layanan
kesehatan, dimana pelayanan kesehatan
masih sulit dijangkau masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan lokalisasi
pelayanan kesehatan masih belum
terjangkau karena jarak yang jauh,
sehingga menyebabkan ibu hamil

enggan
untuk
memeriksakan
kehamilannya (Manuaba, 1998)

Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : PT Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA

(2007).
Promosi
Kesehatan & Ilmu Prilaku. Jakarta :
Rineka Cipta

Bronckopp, Dorothy (1999). Dasardasar riset keperawatan. Jakarta : EGC
Dinkes, (2005 ). Profil Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara .
Eka, Arsita (2012). Kesehatan Ibu dan
Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Fakultas Keperawatan USU (2006).
Pedoman Penyusunan Proposal dan
Skripsi Sarjana Keperawatan. Medan.
Istiarti, T. (2000). Menanti Buah Hati :
Kaitan
Antara
Kemiskinan
dan
Kesehatan.
Yogyakarta : Media
Pressindo
Manuaba, Ida Bagus Gde (1998). Ilmu
Kebiidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan (cetakan 1). Jakarta : EGC
(2001). Kapita Selekta
Pelaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
& Keluarga Berencana . Jakarta : EGC
(2001).
Konsep
Obstetri
dan
Ginekologi
Sosial
Indonesia . Jakarta : EGC
Mufdlilah (2009). Antenatal Care
Focused. Yogyakarta : Nuha Offset

Nursalam
(2003).
Konsep
dan
Penerapan
Penelitian
Ilmu
Keperawatan (edisi 1). Jakarta :
Salemba Medika
Saifuddin, (2005). Bunga Rampai
Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Pradihardjo
Sastroasmoro, Sudigdo (2011). Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi Ke-4. Jakarta : Sagung Seto.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ibu Hamil Dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care (ANC) di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Tahun 2013

4 96 110

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dalam Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Tahun 2012

2 62 79

FAKTOR – FAKTOR KEPUASAN IBU HAMIL PADA PELAYANAN ANTENATAL CARE DAN POST PERSALINAN Faktor – Faktor Kepuasan Ibu Hamil Pada Pelayanan Antenatal Care Dan Post Persalinan Di Rb Srilumintu Surakarta.

0 1 17

FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN IBU HAMIL PADA PELAYANAN ANTENATAL CARE DAN POST PERSALINAN DI Faktor – Faktor Kepuasan Ibu Hamil Pada Pelayanan Antenatal Care Dan Post Persalinan Di Rb Srilumintu Surakarta.

0 0 14

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care (Anc) K1 Ibu Hamil Di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

0 4 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care (Anc) K1 Ibu Hamil Di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

0 2 6

NASKAH PUBLIKASI Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care (Anc) K1 Ibu Hamil Di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

0 2 14

dalam melakukan Pemeriksaan antenatal care

0 0 33

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) DI KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeriksaan Antenatal Care 2.1.1. Defenisi - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dalam Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Tahun 2012

0 0 14