Macam Macam Perubahan Konstitusi docx

Macam Macam Perubahan Konstitusi
February 14, 2015 Filled under Pkn No Comments
dari kata dasar ubah yang berarti lain atau beda. Mengubah mengandung arti menjadi lain sedang
perubahan diartikan hal berubahnya sesuatu; pertukaran atau peralihan. Dapat kita jabarkan
bahwa perubahan yang oleh John M Echlos dan Hasan Shadily juga disebut amandemen tidak
saja berarti menjadi lain isi serta bunyi ketentuan dalam UUD, akan tetapi juga mengandung
sesuatu yang merupakan tambahan pada ketentuan-ketentuan dalam UUD yang sebelumnya
tid…

Macam Macam Konstitusi
July 21, 2014 Filled under Pkn No Comments
Macam Macam Konstitusi yang ada - Berikut ini adalah beberapa Macam Macam Konstitusi
undang undang 1) Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and
unwritten constitution). Suatu konstitusi disebut tertulis bila berupa suatu naskah (Doumentary
Constitution), sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak berupa suatu naskah (Non- Doumentary
Constitution) dan banyak di pengaruhi oleh tradisi konvensi. Contoh konstitusi I…

Ciri Ciri Konstitusi di Indonesia
June 30, 2014 Filled under Pkn No Comments
Ciri Ciri Konstitusi di Indonesia – Berikut ini adalah Ciri Konstitusi Indonesia Bentuk Negara
Kesatuan Bentuk pemerintahan republik Kedaulatan ada di tangan rakyat Sistem pemerintahan

presidensil Adanya pembagian kekuasaan antara legislatif,eksekutif & yudikatif Negara hukum
Desentralisasi Multi partai (teridiri dari banyak partai) A. Konstitusi Yang Penah Berlaku di
Indonesia 1. Pengertian dan Pentingnya Konstitusi Pengertian Konst…

Pengertian konstitusi menurut para ahli
October 25, 2014 Filled under Hukum, Pkn No Comments
Definisi dan Pengertian konstitusi menurut para ahli – berikut ini adalah beberapa Pengertian
konstitusi menurut para ahli dan tokoh Pengertian konstitusi menurut Hans Kelsen Konstitusi
menjadi dua arti yakni arti formal dan arti material. Konstutusi dalam arti formal adalah suatu
dokumen resmi, seperangkat norma hukum yang dapat dirubah hanya di bawah pengawasan
ketentuan-ketentuan khusus yang tujuannya untuk mebuat perubahan-perubahan it…

Tujuan Konstitusi Negara Indonesia

March 6, 2015 Filled under Pkn No Comments
Tujuan Konstitusi Negara Indonesia - Hukum pada umumnya bertujuan mengadakan tata tertib
untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada
di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama
dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Pentingnya konstitusi dalam suatu negara R…


Makalah Kewarganegaraan "Konstitusi"

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945
itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai
“kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicitacitakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi
negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi
lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi
suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat
menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang
kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap

elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945.
Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang
melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan
suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan
kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan
wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai
dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan
melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik
dan sempurna.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian konstitusi ?


2.

Apa saja istilah konstitusi ?

3.

Apa saja sifat dan fungsi konstitusi ?

4.

Apa tujuan konstitusi ?

5.

Bagaimana pentingnya konstitusi dalam negara ?

6.

Bagaimana perubahan konstitusi di Indonesia ?


7.

Bagaimana sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia ?

8.

Bagaimana klasifikasi konstitusi ?

C.

Tujuan Penulisan

1.

Untuk mengetahui pengertian konstitusi ?

2.

Untuk mengetahui istilah konstitusi ?


3.

Untuk mengetahui sifat dan fungsi konstitusi ?

4.

Untuk mengetahui tujuan konstitusi ?

5.

Untuk mengetahui pentingnya konstitusi dalam negara ?

6.

Untuk mengetahui perubahan konstitusi di Indonesia ?

7.

Untuk mengetahui sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia ?


8.

Untuk mengetahui klasifikasi konstitusi ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.
Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan
suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk
membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada
yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak tertulis
berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:

1)

Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk.

2)

Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”
berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.

3)

Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.

4)


Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja
sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.

5)

Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui hokum.
Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang
mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan diantara
keduanya.

Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:

Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya
hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan dokumen tertulis atau
tidak tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. Sebagai hukum
dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar dan hukum dasar yang tidak
tertulis / Konvensi.

Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat :
a.

Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek penyelenggaaraan Negara

b.

Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang Dasar dan
bearjalan sejajar.

c.

Diterima oleh rakyat negara.Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan sebagai
aturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai
hukum dasar memuat aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan
bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu
dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti piagam
dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar

negara. Contohnya adalah UUD 1945.

Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar,
hal tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar hanyalah
sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat hukum
dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:


Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi yang
mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban.



Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum dari
konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan sebagai suatu
kaidah hukum.



Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu naskah
sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan berlaku dalam suatu
negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Istilah Konstitusi
Istilah

konstitusi

secara

umum

menggambarkan

keseluruhan

sistem

ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
dan

ada

yang

tidak

tertulis.

Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara
terjadi perbedaan pendapat:
1.

Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
2.

Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari

undang-undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a.

Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)

b.

Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat dijadikan sebagai
suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur hukum ” Abstraksi ”.

c.

Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan berlaku
dalam suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :

1.

Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya yang
mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan penguasa;

2.

Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah dengan
harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk suatu sistem
ketatanegaraan tertentu;

3.

Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata cara
penyelenggaraan ketatanegaraan;

4.

Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara bagian.

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi
Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku).
Konstitusi

negara

memiliki

sifat

fleksibel

/

luwes

apabila

konstitusi

itu

memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman
/dinamika masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku
apabila konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian
rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas
nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehigga
menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak
disalahgunakan.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi. Sesuai
dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diarti kan
sebagai:
1)

Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;

2)

Undang-undang Dasar suatu negara. Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi
merupakan tonggak atau awal terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama
bagi penyelenggara negara. Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting

dan strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga
menjadi tolok ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti
sejarah

perjuangan

para

pendahulu

digariskan oleh pendiri negara

sekaligus

memuat

ide-ide

dasar

yang

( the founding fathers ). Konstitusi memberikan

arahan kepada generasi penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju
tujuannya.

D. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenangwenangpemerintah,

menjamin

hak-hak

pihak

yang

diperintah

(rakyat)

dan

menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya
tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang
berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan
terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah
dan menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasan yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan
terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga
negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,
menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1.

Jaminan hak-hak manusia;

2.

Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;

3.

Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:

1.

Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.

2.

Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

3.

Peradilan yang bebas dan mandiri.

4.

Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi utama dari
asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum
bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konstitusi
demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu :

1.

Konstitusi

bertujuan

untuk

memberikan

pembatasan

pembatasan

sekaligus

pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2.

Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri;

3.

Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

E.

Pentingnya Konstitusi Dalam Negara
Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam
disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang
Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana
kekuasaan negara harus dijalankan.
Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken dalam bukunya Net Staatsrecht
van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan bahwa konstitusi merupakan

barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar yang digariskan oleh the
founding father, serta memberi arahan kepada generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua agenda penting
kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau konstitusi
merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G.
Pringgodigdo, baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
1)

Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,

2)

Wilayah Tertentu

3)

Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan

4)

Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup
menjamin terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum
dasar yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah konstitusi
atau Undang-Undang Dasar.
Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi dari dua segi. Pertama,
dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat dasar dari struktur dan
memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de Maker) oleh karena yang
memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau lembaga. Mungkin bisa
dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan konstituante atau lembaga
diktator.
Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C. Wheare menggkaitkan pentingnya
konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat
oleh badan yang mempunyai ”wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui
sah untuk memberikan kekuatan hukum pada konstitusi.

F.

Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia

Dalam

UUD

1945

menyediakan

satu

pasal

yang

berkenaan

dengan

caraperubahan UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:


Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR harus
hadir;



Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah angggota
yang hadir.
Pasal 37 tersebut mengandung tiga norma, yaitu:



Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;



Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-kurangnya adalh
2/3 dari sejumlah anggota MPR;



Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan bentuk
konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong sulit,
juga karena dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat kesulitan
perubahan-perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:

1.

Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak, tidak
secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);

2.

Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan;

3.

Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas agama
atau kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar
1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan
masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:

1.

Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);

2.

Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);

3.

Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950 5Juli 1959);

4.

Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);

5.

Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);

6.

Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
Nopember 2001);

7.

Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember 2001 - 10
Agustus 2002);

8.

Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus 2002).

G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam bahasa Jepang yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa,3 orang dari
Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil.
BPUPKI ditetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan
ultah Tenno Heika pada tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh perumusnya
antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto Iskandardinata,
Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-lain.
UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di
kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan
sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada

tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1.

Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil
dari rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal
22 Juni 1945.

2.

menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.

3.

memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden
dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.

4.

pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).
Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945 ,maka secara formal Indonesia sempurna
menjadi sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim diperlukan oleh setiap
Negara telah ada, yaitu adanya :

1.

Rakyat .

2.

Wilayah.

3.

Kedaulatan.

4.

Pemerintahan

5.

Tujuan Negara.
6.

Bentuk Negara
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu

sejak zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab
hokum pada 624 – 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini sebenarnya menyusun

rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan
khususnya

pada

saat

membahas

masalah

dasar

Negara.diakhir

siding

I

BPUPKIberhasil membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang, panitia ini
pada tanggal 22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah
naskah mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II BPUPKI tanggal
11 Julu 1945. Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli
1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan
membentuk panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan
21 orang. Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan
ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian
sejak itu Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu
system ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian baik nama maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember
1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan konstitusi
RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama Indonesia
dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 – Sekarang.

H. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a)
1)

Konstitusi tertulis dan tidak tertulis

Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang dapat dijumpai
pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau dirancang oleh para penyusun
konstitusi dengan tujuan untuk memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi

proses undang-undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam
aturan-aturang yang sudah disiapkan.
2)

Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan proses yang
panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen, Referendum dan
konvensi.
b)

Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku

1)

Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu

a.

Elastic

b.

Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.

2)

Ciri-ciri konstitusi yang kaku

a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan undang-undang
yang lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan persyaratan yang
berat.
c)
1)

Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi

Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat kedudukan yang
paling tinggi dalam Negara dan berada diatas peraturan perundang-undang yang
lain.

2)

Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan
serta derajat.
d)

1)

Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan

Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system pembagian kekuasaan
antara pemerintah Negara serikat dengan pemerintah Negara bagian.

2)

Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena seluruh
kekuasaannya
konstitusi.

terpusat

pada

pemerintah

pusat

sebagaimana

diatur

dalam

e) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system pemerintahan
parlementer.
Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri system pemerintrahan presidensial
dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi system pemerintah presidensial begitu
pula sebaliknya

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.

Konstitusi dalam arti sempit, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undangundang Dasar.

2.

Konstitusi dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undangundang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi

3.

Dalam praktiknya, konstitusi dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis
(undang-undang) dasar dan yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.

4.

Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi
seluruh warga Negara.

5.

Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk
dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul. 1999. Konstitusi dan kelembagaan Negara. Jakarta: CV. Novindo
Pustaka Mandiri.

Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro. 1983. Asas-asas Hukum Tata Negara.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kusnardi, Moh. et.ai., 2000. Ilmu Negara. Jakarta:Gaya Media Pratama.

Lubis, M. Solly. 1982. Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni.

Thaib, Dahlan,et.al. 2001. Teori dan Hukum Konstitusi. Jakarta: PT
Persada.

Raja Grafindo

Ubaidillah, Ahmad, et.al. 2000. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,
HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.