PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MOBIL. pdf

1

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MOBILE LEARNING
PEMBELAJARAN GEOGRAFI GUNA MENINGKATKAN
SPATIAL THINKING PESERTA DIDIK KELAS X IPS

DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2016/2017
(Materi Dinamika Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan)

Farida Khoirunnisa ¹ ⃰
Djoko Subandriyo & Yasin Yusup ²

¹ Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, FKIP, UNS Surakarta
² Dosen Pendidikan Geografi, FKIP, UNS Surakarta
⃰ Keperluan Korespondensi, HP : 082242610483, e-mail:
faridakhoirunnisa05@gmail.com
This development research aims to (1) discover the appropriateness of
Interactive Multimedia m-learning (mobile learning) in Geography class as learning
media for Grade X SMAN 2 Surakarta. (2) discover the effectiveness of m-learning
Interactive Multimedia products for increasing the Spatial Thinking of Grade X
SMAN 2 Surakarta.

The method which is used in this research is Research and Development
(R&D) method. The subjects of the research are media experts, marerial experts, and
Grade X Social 1 and Grade X Social 3 classes. The sample technique of the research
is Proportional Random Sampling.Validity sheet of media experts, material experts,
students assessments, interviews, observations, questionnaires, tests and
documentation are used for data collection instruments.
The research and development results are (1) the development of m-learning
in Geography class based on Adobe Flash is avowedly appropriate for learning in
Grade X Social Clasa based on the assessment from the material experts, media
experts, teachers and students with modus scores 4(good category of Likert Scale) as
it has been decided by the researchers. (2) the application of m-learning in
Geography class based on Adobe Flash is provenly enhance the Spatial Thinking
ability of the students which has been discovered from 82% post-test scores
improvement.
Keywords: mobile learning, Adobe Flash, Spatial Thinking

2

PENDAHULUAN
Berdasarkan Permendikbud No. 81 A tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum 2013 dalam dunia pendidikan formal mengalami perubahan paradigma
yang diterapkan ke dalam sistem pendidikan nasional yang secara teoritis semula
Teacher Centered Learning (TCL) atau pembelajaran berpusat pada guru berubah

menjadi Student Centered Learning (SCL) atau pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Sejalan dengan sistem pendidikan tersebut peserta didik diharuskan untuk
mengeksplor sendiri berbagai minat, bakat dan potensi dalam belajar, meningkatkan
keaktifan dan kemandirian dalam mendapatkan ilmu serta pengetahuan dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar selain dari guru atau pendidik. Sesuai dengan
tujuan sistem pembelajaran pada Kurikulum 2013 yang menghendaki peserta didik
untuk belajar secara mandiri, maka dibutuhkan sumber belajar yang tentunya
menarik, efektif dan bersifat interaktif bagi peserta didik.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi saat ini
berpengaruh pada segala bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Teknologi yang kian maju dan mutakhir dapat membantu dalam variasi pengadaan
media pembelajaran bagi peserta didik. Salah satu pemanfaatan teknologi dalam
bidang pendidikan adalah pengembangan media pembelajaran interaktif m-learning
(mobile learning). M-learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan

berbagai perangkat seperti handphone android, I-phone, PDAs, komputer atau PC

dan lain sebagainya (Sutopo, 2012: 175). Menurut Andi dalam Husamah (2014:176)
mendefiniskan sebab m-learning sebagai penyampaian bahan pembelajaran
elektronik pada alat komputasi mobile agar dapat diakses dari mana saja dan kapan
saja. M-learning yang dikembangkan ini menggunakan software yang disebut dengan
Adobe Flash. Adobe Flash merupakan program aplikasi yang mampu membuat

berbagai macam aplikasi seperti animasi, gambar, game, video, CD tutorial dan lain
ebagainya. Beberapa kelebihan Adobe Flash menurut Pramono (2006:2) adalah (1)
Hasil akhir file flash memiliki ukuran yang lebih kecil (setelah dipublish (2) Adobe
Flash hampir mampu mengirim semua file gambar dan file-file audio sehingga

3

presentasi dengan flash dapat lebih hidup (3) Animasi dapat dibentuk, dijalankan dan
dikontrol (4) Flash mampu membuat file executable (*.exe) sehingga dapat
dijalankan pada PC manapun tanpa harus menginstall terlebih dahulu program flash
(5) Font presentasi tidak akan berubah meskipun PC yang digunakan tidak memiliki
font tersebut (6) Gambar flash merupakan gambar vektor sehingga tidak akan pernah

pecah meskipun dizoom beratus kali (7) Flash mampu dijalankan pada sistem operasi

Windows maupun Machintos.

Geografi merupakan salah satu mata pelajaran wajib di SMA IPS. Tujuan
pembelajaran Geografi di sekolah pada umumnya adalah mewujudkan peserta didik
yang memiliki kemampuan sikap dan keterampilan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir analitis dalam memahami gejala geosfer, dapat berpikir dan
menganalisis berbagai fenomena geosfer dengan sudut pandang spasial, memupuk
rasa cinta tanah air, menghargai keberadaan negara lain dan mampu menghadapi
masalah-masalah yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antara manusia dengan
lingkungannya (Ishikawa: 2012). Geografi merupakan bidang disiplin ilmu yang
mengkaji fenomena atau gejala alam, kehidupan manusia dan interaksi antara
keduanya yang dilihat berdasarkan aspek kelingkungan, kewilayahan dan
keruangannya. Maka dari itu agar dapat mengkajinya seorang geograf harus
mempunyai skill atau kemampuan spatial thinking yaitu kemampuan dalam melihat
fenomena secara keruangan. Spatial thinking merupakan cara berpikir yang
digunakan untuk memahami arti dalam suatu bentuk, ukuran, lokasi, arah/ tujuan,
dari objek, fenomena atau gejala atau posisi relatif ruangan dari berbagai objek,
proses atau gejala (National Research Council, 2006). Menurut Association of
American Geographers terdapat 8 kemampuan dasar spatial thinking yakni
Comparison, Aura, Region, Transition, Analogy, Hierarki, Pattern dan Association.


SMA Negeri 2 Surakarta merupakan salah satu sekolah yang telah
menggunakan kurikulum 2013, maka dari itu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
menerapkan sistem

Student

Centered

Learning .

Guna mendukung sistem

pembelajaran tersebut tentu seorang pendidik harus mengadakan kegiatan

4

pembelajaran yang aktif dan efektif salah satunya dengan menyediakan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Namun pada pelaksanaannya
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung monoton, sebab pendidik masih

menggunakan

metode

pembelajaran

ceramah

konvensional

dan

terkadang

pemanfaatan media pembelajaran hanya sebatas menggunakan powerpoint.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Research and Development atau penelitian dan
pengembangan. Penelitian jenis ini bertujuan untuk menemukan, merumuskan,
memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji kelayakan produk, menguji
keefektivan produk, model, metode, media dan lain sebagainya guna meningkatkan

kualitas pembelajaran dan pendidikan. Pada penelitian ini peneliti mengembangkan
produk media pembelajaran Geografi yang

berupa multimedia pembelajaran

interaktif m-learning pada materi Dinamika Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan guna meningkatkan spatial thinking peserta didik kelas X IPS SMA
Negeri 2 Surakarta.
Model pengembangan ini mengadopsi model dan desain pengembangan yang
dikembangkan oleh Stephen M. Alessi & Stanley R Trollip. Model pengembangan ini
memiliki tiga fase meliputi planning (perencanaan), design (desain) dan development
(pengembangan).
Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yakni kelas X IPS 1 sebagai
kelompok uji beta dengan jumlah 20 peserta didik dan kelas X IPS 3 kelompok uji
sumatif dengan jumlah 26 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik proportional random sampling yakni pemilihan sampel penelitian dilakukan
secara acak dan merata pada peserta didik yang memiliki kemampuan akademik
rendah, sedang dan tinggi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, angket, dokumentasi dan tes. Validitas data dilakukan oleh ahli materi, ahli
media dan peserta didik.


5

Teknik analisis data mencakup data kelayakan dan efektivitas multimedia
interaktif m-learning. Teknik analisis data kelayakan multimedia interaktif mlearning yang dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Teknik ini digunakan

untuk mengolah data ahli media, ahli materi, pendidik dan peserta didik. Setiap
indikator yang ada diberikan skor 1-5 (Harvey, 1998:21). Sedangkan analisis data
untuk mengetahui efektivitas produk m-learning adalah dengan menggunakan data
nilai pre-test dan postest peserta didik pada uji sumatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara geografis Secara astronomis SMA Negeri 2 Surakarta terletak pada
7°33’53”.45” S dan 110°49’36.01” T dan secara administrasi terletak di Jalan
Monginsidi No 40 Gilingan, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah.

Gambar 1. Peta Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta
Pengembangan m-learning sebagai media pembelajaran Geografi dalam
penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan tersebut dimulai dari

6


pengumpulan data awal, pembuatan desain produk, melakukan uji alpha yang berupa
validasi ahli materi dan ahli media, uji beta yang berupa penilaian dari peserta didik,
penilaian dari pendidik dan uji sumatif berupa pemberian soal pre-test dan post-test
atau secara garis besar terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, desain dan
pengembangan.
1. Validasi Ahli Materi
Angket validasi ahli materi terdiri dari 2 aspek dan 12 indikator. Berikut tabel
penilaian ahli materi terhadap m-learning.

Tabel 1. Hasil Validasi Ahli Materi
No
Aspek
Indikator
Skor Kriteria
1. Kualitas
Kesuaian materi dengan standar
4
Baik
materi

kompetensi
Kebenaran materi
4
Baik
Keluasan materi
3
Cukup
Ketepatan urutan penyajian materi
4
Baik
Keterbacaan teks
4
Baik
Kesesuaian gambar atau video
4
Baik
Kejelasan uraian materi
4
Baik
Pemberian soal dan latihan

4
Baik
Waktu penyajian materi
4
Baik
2. Kemanfaatan Penggunaan media pembelajran
4
Baik
materi
interaktif membantu dalam proses
pembelajaran
Memberikan motivasi pada peserta
3
Cukup
didik
Memberikan fokus pada peserta
4
Baik
didik
Sumber : Data Primer Penelitian dan Pengembangan, R&D 2016/2017
2. Validasi Ahli Media
Angket validasi ahli materi terdiri dari 4 aspek dan 15 indikator. Berikut
tabel penilaian ahli media terhadap m-learning.
Tabel 2. Hasil Validasi Ahli Media
No
Aspek
Indikator

Skor

Kriteria

7

1.

2.

Efektivitas
desain layar

Kemudahan
produk dalam
mengoperasikan
nya

Ketepatan ukuran tulisan

4

Baik

Ketepatan pemilihan jenis
huruf
Pemilihan warna tulisan
Tata letak gambar dan
animasi
Ilustrasi musik mendukung
proses pembelajaran
Keefektivan
penggunaan
animasi
Keserasian volume suara
dengan suara latar dan efek
suara
Kemudahan pengoperasian
media pembelajaran

4

Baik

4
4

Baik
Baik

4

Baik

4

Baik

4

Baik

5

Sangat
baik

Sistematika penyajian materi
4
Baik
dalam media pembelajaran
3. Efektivitas
Efektivitas navigasi maju
4
Baik
navigasi
mundur yang disajikan
Fungsi navigasi ke materi
4
Baik
pilihan
4. Kemanfaatan
Penggunaan
media
5
Sangat
media
pembelajaran mempermudah
baik
pembelajaran
proses pembelajaran
Penggunaan
media
5
Sangat
pembelajaran
memberikan
baik
motivasi bagi peserta didik
Penggunaan
media
4
Baik
pembelajaran relevan dalam
meningkatkan
perhatian
peserta didik terhadap materi
pembelajaran
Sumber : Data Primer Penelitian dan Pengembangan, R&D 2016/2017

8

3. Validasi Pendidik
Angket validasi ahli materi terdiri dari 2 aspek dan 12 indikator. Berikut
tabel penilaian pendidik terhadap m-learning.
Tabel 3. Hasil Validasi Pendidik
No
Aspek
Indikator
Skor
1.
Kualitas strategi Interaktivitas media
4
pembelajaran
Umpan
balik
dalam
4
mengerjakan soal dalam
media pembelajaran
Pemberian
motivasi
4
belajar peserta didik
Pengayaan materi
4
Respon peserta didik
4
Kemampuan
media
4
pembelajaran
dalam
mengkondisikan peserta
didik dalam belajar
2.
Kualitas teknis
Kejelasan
petunjuk
4
penggunaan
media
sehingga tidak membuat
peserta didik kesulitan
dalam mengoperasikannya
Kejelasan materi
4
Kejelasan gambar
4
Kejelasan video
4
Kejelasan animasi
4
Kejelasan soal-soal yang
4
diberikan

Kriteria
Baik
Baik

Baik
Baik
Baik
Baik

Baik

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Sumber : Data Primer Penelitian dan Pengembangan, R&D 2016/2017

9

4. Uji Beta
Penilaian oleh peserta didik mencakup 11 indikator. Berikut tabel hasil
penilaian oleh peserta didik pada uji beta .
Tabel 4. Hasil Penilaian Peserta Didik
No

Aspek

Nilai
Modus
4

Kriteria

Penjelasan

Baik

Secara rinci aspek penggunaan
program memiliki 5 butir
kriteria penilaian dengan 1 butir
kriteria termasuk dalam kategori
sangat baik yakni pada indikator
m-learning
Geografi
memberikan
waktu
dan
kesempatan belajar bagi peserta
didik. Sedangkan 4 kriteria
termasuk kedalam kategori baik
yakni pada tingkat kejelasan
konten, tingkat kemudahan
dalam mengakses m-learning,
tingkat konsistensi tampilandan
navigasi dan fasilitas interaksi
pada mobile learning.
Pada aspek kemudahan dalam
mempelajari isi materi dan
konten termasuk dalam kategori
baik dengan skor nilai 4 pada
indikator tingkat kemudahan
dalam mempelajari materi yang
disajikan pada m-learning,
produk m-learning memotivasi
peserta didik, kemudahan mlearning dalam mendukung
belajar peserta didik dan tingkat
kesesuaian
materi
yang
disajikan dalam m-learning.
Pada aspek tampilan produk
terdapat dua indikator yakni
tingkat kemenarikan produk mlearning untuk belajar dan
tampilan konten yang disajikan
dalam m-learning. Masingmasing indikator termasuk
kedalam kategori sangat baik
dengan skor nilai 5.

1.

Penggunaan
dan
pengoperasian
produk

2.

Kemudahan
dalam
mempelajari isi
materi
dan
konten

4

Baik

1.

Tampilan
produk

5

Sangat
Baik

Sumber : Data Primer Penelitian dan Pengembangan, R&D 2016/2017

10

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berikut ditampilkan hasil
skor modus penilaian pengembangan produk m-learning.
Tabel 5. Skor Modus Validasi dan Ujicoba Produk
Tahapan validasi dan ujicoba
Skor modus
Uji alpha / Validasi ahli materi
4
Uji alpha / Validasi ahli media
4
Validasi pendidik
4
Uji beta / Ujicoba peserta didik
4
Sumber:Data Primer Penelitian dan Pengembangan, R&D 2016/2017
Berikut merupakan tabel perbandingan hasil evaluasi sumatif peserta didik
dalam bentuk uji kompetensi yang diperoleh melalui pre-test dan post-test yang
meliputi kemampuan dasar spatial thinking.
Tabel 1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pre-test dan Post-test
No
Waktu
Rata-rata nilai
1
Pre-test
61,54
2
Post-test
82,31
Sumber : Data Primer Penelitian dan Pengembangan, R&D 2016/2017
1.

Comparison

Kemampuan comparison ialah kemampuan peserta didik untuk dapat
membandingkan satu tempat atau fenomena dengan tempat dan fenomena
lainnya. Misalnya membandingkan curah hujan, pendapatan, peta, citra satelit
dan grafik. Dari soal pre-test yang diujikan diperoleh hasil sebesar 51%.
Setelah dilakukan pre-test kemudian dilakukan post-test dan diperoleh hasil
sebesar 75%. Dari hasil pre-test dan post-test mengalami peningkatan sebesar
24%, sehingga dapat dikatakan peserta didik mengalami peningkatan dalam
kemampuan comparation.
2.

Aura

Kemampuan aura menjelaskan bahwa letak suatu tempat dapat
berpengrauh pada tempat yang berada didekatnya. Sebagai contoh nilai
properti yang berada di dekat pusat kota lebih mahal dibandingkan yang
berada di pedesaan, asap pabrik, kebisingan jalan raya dan lain sebagainya.

11

Hasil pre-test peserta didik kelas X IPS 3 diperoleh hasil sebesar 65% dan
mengalami peningkatan setelah dilakukan post-test sebesar 77%. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa peserta didik mengalami peningkatan
kemampuan aura sebesar 12%.
3.

Region

Kemampuan region menjelaskan bahwa tempat memiliki karakteristik
sama atau terkait dalam beberapa cara sehingga dapat ditarik garis
deliniasinya, misalnya daerah tanaman jagung, jalan kecil, lorong tornado dan
lain sebagainya. Hasil penelitian penguasaan kemampuan region dilakukan
dengan cara pre-test dan post-test. Dari hasil pre-test yang diujikan diperoleh
hasil sebesar 77% dan mengalami peningkatan 15% dengan hasil pre-test
sebesar 92%. Sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik mengalami
kemajuan dan peningkatan dalam hal kemampuan region.
4.

Transition

Kemampuan transition merupakan kemampuan peserta didik untuk
dapat menggambarkan apa yang terjadi antara dua tempat degan kondisi yang
diketahui. Contohnya kenampakan yang berubah secara bertahap atau tibatiba dari satu tempat ke tempat lain. Untuk mendapatkan hasil penelitian dari
penguasaan kemampuan transition dilakukan dengan cara menyajikan
beberapa soal yang terkait dengan hal tersebut. Dari soal pre-test

yang

diujikan diperoleh has ebesar 46%. Setelah dilakukan pre-test kemudian
dilakukan post-test. Dari soal post-test yang disajikan diperoleh hasil sebesar
85%. Dari hasil pre-test dan post-test tersebut mengalami selisih peningkatan
sebesar 39%, sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik mengalami
kemajuan dan peningkatan dalam hal kemampuan transition.
5.

Analogy

Kemampuan analogy ialah kemampuan peserta didik untuk dapat
menemukan tempat di benua atau lokasi lain yang memiliki posisi sama dan
kondisi serupa. Contoh iklim mediterania, hinterland, zona subduksi dan lain

12

sebagainya. Untuk mendapatkan hasil penelitian dari penguasaan kemampuan
analogy dilakukan dengan cara menyajikan beberapa soal yang terkait dengan

hal terseb. Dari soal pre-test yang diujikan diperoleh hasil sebesar 58%.
Setelah dilakukan pre-test kemudian dilakukan post-test dan diperoleh hasil
sebesar 85%. Dari hasil pre-test dan post-test tersebut mengalami selisih
peningkatan sebesar 27%, sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik
mengalami kemajuan dan peningkatan dalam hal kemampuan analogy.
6.

Hierarchy
Hierarchy merupakan kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi

hierarki spasial atau sekumpulan kenampakan yang saling berhubungan.
Sebagai contoh jaringan sungai, distribusi hierarki, hierarki politik dan lain
sebagainya. Hasil penelitian penguasaan kemampuan hierarchy dilakukan
dengan cara pre-test dan post-test. Hasil pre-test yang diujikan diperoleh hasil
sebesar 68% dan mengalami peningkatan 16% dengan hasil pre-test sebesar
84%. Sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik mengalami kemajuan dan
peningkatan dalam hal kemampuan hierarchy.
7.

Pattern

Kemampuan Pattern merupakan kemampuan peserta didik untuk dapat
menggambarkan susunan fitur atau kondisi suatu daerah atau wilayah. Contoh
susunan melingkar, cluster , memanjang, merata dan lain sebagainya. Guna
mendapatkan hasil penelitian dari penguasaan kemampuan

pattern maka

dilakukan pre-test dan post-test. Hasil pre-test peserta didik kelas X IPS 3
diperoleh hasil sebesar 50% dan mengalami peningkatan setelah dilakukan
post-test sebesar 85%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa peserta didik

mengalami peningkatan kemampuan pattern sebesar 35%.
8.

Association

Kemampuan association adalah kemampuan peserta didik untuk dapat
mengidentifikasi sejauh mana kenampakan dalam peta memiliki pola yang
sama. Misalnya mall dan jalan bebas hambatan, penyakit malaria dan lain

13

sebagainya. Hasil pre-test peserta didik diperoleh hasil sebesar 71% dan
mengalami peningkatan setelah dilakukan post-test sebesar 90%. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa peserta didik mengalami peningkatan
kemampuan association sebesar 19%. Berikut tampilan diagram persentase
skor spatial thinking.
Hasil pre-test peserta didik diperoleh hasil sebesar 71% dan mengalami
peningkatan setelah dilakukan post-test sebesar 90%. Dengan demikian dapat
diketahui

bahwa

peserta

didik

mengalami

peningkatan

kemampuan

association sebesar 19%. Berikut tampilan diagram persentase skor spatial
thinking.

Persentase Skor Spatial Thinking Peserta Didik
Association
Pattern
Hierarchy
Analogy
transition
Region
Aura
Comparison

Kenaikan
Post-test
Pre-test

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Gambar 2. Diagram Persentase Skor Spatial Thinking
Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan bantuan m-learning
Geografi berbasis web dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan. Nilai spatial thinking peserta didik kelas X IPS 3 pada hasil post-test
telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu 82%. Nilai spatial thinking
tersebut yaitu comparison 75%, aura 77%, region 92%, transition 85%, analogy
85%, hierarchy 84%, pattern 85% dan association 90%.

14

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.

Berdasarkan hasil penilaian produk dari ahli materi, ahli media, pendidik dan
ujicoba peserta didik diperoleh masing-masing skor modus 4 yang termasuk
dalam kategori baik dalam Skala Likert, sehingga dapat dinyatakan bahwa
multimedia pembelajaran interaktif m-learning Geografi untuk meningkatkan
spatial thinking layak digunakan sebagai media pembelajaran, sebab

berdasarkan penilaian produk telah memenuhi syarat dari batas minimal
kelayakan m-learning Geografi skor modus 3 (kategori cukup dalam Skala
Likert) sebagaimana yang telah ditentukan oleh peneliti.

2.

Multimedia pembelajaran interaktif m-learning Geografi

efektif untuk

meningkatkan spatial thinking berdasarkan hasil analisis peningkatan nilai
pre-test dan post-test yang telah dilaksanakan yakni 61,54 meningkat menjadi

82,31 dengan peningkatan sebesar 33.75%. Berdasarkan hasil pengamatan
kemampuan spatial thinking peserta didik mengalami peningkatan, yakni
dalam kemampuan comparison, aura, region, transition, analogy, hierarchy,
pattern dan association. Pada hasil pre-test kemampuan comparison peserta

didik sebesar 51% setelah dilakukan post-test meningkat menjadi 75%,
kemampuan aura peserta didik sebesar 65% setelah dilakukan post-test
meningkat menjadi 77%, kemampuan region peserta didik sebesar 77%
setelah dilakukan post-test meningkat menjadi 92%, kemampuan transition
peserta didik sebesar 46% setelah dilakukan post-test meningkat menjadi
85%, kemampuan analogy peserta didik sebesar 58% setelah dilakukan posttest meningkat menjadi 85%, kemampuan hierarchy peserta didik sebesar

68% setelah dilakukan post-test meningkat menjadi 84%, kemampuan pattern

15
peserta didik sebesar 50% meningkat menjadi 85% dan kemampuan association
peserta didik sebesar 71% meningkat menjadi 90%.

Saran
Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.

Penelitian ini menunjukkan bahwa m-learning Geografi berbasis Adobe Flash
dapat membantu dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga dituntut
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengkolaborasikan berbagai konten
media didalamnya.

2.

Bagi pendidik mata pelajaran Geografi dapat digunakan sebagai media
pembelajaran yang menarik, variatif dan inovatif sehingga peserta didik lebih
antusias dan bersemagat dalam belajar.

3.

Bagi peserta didik agar lebih aktif dalam menggali dan mengeksplor
pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang mendukung
perkembangan pengetahuan dan wawasan. M-learning Geografi ini sebagai
salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan, meningkatkan dan
mengeksplorasi ilmu pengetahuan.

4.

Bagi penelti selanjutnya untuk lebih berkontribusi dalam mengembangkan media
pembelajaran yang menarik, menyenangkan, kreatif, inovatif dan dapat mengeksplor
kemampuan peserta didik.

16

DAFTAR PUSTAKA
Alessi,

M.S. & Trollip, R.S. (2001). Multimedia for learning, methods and
development. Massachusetts: Pearson Education Inc.

Bungin, Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Harvey, Jen. (1998). Evaluation Cookbook. Edinburgh: Heriout- Watt University.
Husamah. (2014). Pembelajaran Bauran (Blended Learning) Terampil memadukan
keunggulan pembelajaran Face to face, e-learning offline-online dan
Ishikawa, Toru. (2012). Geospatial Thinking and Spatial Ability: An Empirical
Examination of Knowledge and Reasoning in Geographical Science. Vol
65, No 4. University of Tokyo.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan republik Indonesia No 81 A Tahun
2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
Pramono. (2006). Berkreasi Animasi dengan Macromedia Flash MX. Yogyakarta:
Andi.
Sutopo, A.H. (2012). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.