Konsep MSC di Negara Malaysia
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Konsep MSC di Negara Malaysia
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI999 Nomor
262, 28 Mei 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
HALAMAN 1 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
MULTIMEDIA SUPER CORRIDOR
Tahun 1996 pemerintah Malaysia meluncurkan program yang disebut dengan Multimedia
Super Coridor (MSC). MSC dibentuk sebagai mesin penggerak pertumbuhan dan industri
Malaysia menghadapi era informasi. MSC juga menjadi proyek pemerintah untuk membangun
kawasan cyber (cyber region) dengan basis teknologi, multimedia dan industri content. Ide
MSC tertuang dalam master‐plan yang disebut dengan Vision 2020. Visi dari master‐plan ini
adalah menjadikan Malaysia sebagai negara industrialis, dan kaya akan pengetahuan pada
tahun 2020 sesuai dengan kebutuhan budaya masyarakat setempat. Lokasi MSC berada di
bagian selatan ibukota Kuala Lumpur yang disebut dengan Koridor yang memiliki panjang 50
km dan lebar 15 km. Letak koridor tersebut berada pada kota baru yang bernama PutraJaya
dan CyberJaya. Disamping itu juga dibangun universitas Multimedia di CyberJaya untuk
membantu suplai sumber daya manusia. MSC memiliki fasilitas dukungan teknologi terkini
seperti serat optik, infrastruktur jaringan multimedia 2,5‐10 Gbps. Fasilitas lainnya yang
tersedia adalah lingkungan yang mendukung gaya kerja profesional seperti jalan raya,
perumahan, sekolah, mall dan area bisnis serta rekreasi. Pengembangan MSC juga didukung
oleh hukum cyber (cyberlaw), kebijakan dan dukungan lainnya untuk memaksimalkan
keuntungan dari keberadaan teknologi dan multimedia.
Untuk mengundang investor, pemerintah memberi insentif kepada perusahaan berteknologi
tinggi, baik dalam dan luar negeri untuk berlokasi di Koridor. Selain itu pemerintah juga
memberikan berbagai kemudahan seperti bebas pajak selama sepuluh tahun, peraturan
imigrasi yang mudah dan sebagainya yang disebut dengan “MSC Status”. Sampai dengan
pertengahan 2002 lebih dari 700 perusahaan telah menikmati MSC Status dari pemerintah
Malaysia. Untuk lebih menarik investor, pemerintah juga membuat program Bill of
Guarantees berupa perlindungan terhadap kekayaan intektual, kebebasan vendor internet,
kebebasan kepemilikan, insentif keuangan yang kompetitif dan tarif telekomunikasi yang
kompetitif. Pemerintah Malaysia juga membuat kerangka kebijakan nasional untuk masalah
e‐Commerce berupa perangkat hukum yang mendukung tanda tangan digital, kontrak
elektronis, kejahatan komputer, proteksi data dan e‐Government. Untuk membantu
mengembangkan MSC, pemerintah Malaysia juga membentuk sebuah kelompok International
Advisory Panel (IAP) yang beranggotakan pakar‐pakar dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi seperti Bill Gates dari Microsoft, Gerstner dari IBM, McNealy dari Sun
Microsystem, Miyawaki dari NTT dan sebagainya. IAP bertugas untuk memberikan masukan
tentang berbagai hal untuk kemajuan MSC mengenai teknologi internet, tren teknologi
informasi dan komunikasi, potensi pasar untuk aplikasi multimedia, venture capital, hak
kekayaan intelektual, dan tantangan kedepan. Secara umum, IAP bertugas untuk memberikan
pengarahan dan masukan sehubungan dengan pengembangan MSC.
FLAGSHIP APPLICATIONS
Proyek Multimedia Super Coridor memiliki perencanaan dengan mengidenti�ikasikan tujuh
“Flagship Application” yang menjadi prioritas pengembangan. Aplikasi tersebut dibagi
menjadi dua kategori yaitu pengembangan multimedia dan lingkungan multimedia.
E‐Government
Proyek e‐Government pemerintah Malaysia bertujuan untuk mentranformasikan kerja
pemerintah dengan memperbaiki proses operasi internal dan memperbaiki bagaimana cara
pemberian layanan kepada publik. Proyek ini dipimpin oleh Malaysian Administrative
Modernisation and Management Planning Unit (MAMPU).
HALAMAN 2 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Multi‐Purpose Card
Untuk mempermudah proses transaksi antara masyarakat dengan pemerintah dan
perusahaan, Malaysia mengeluarkan proyek smartcard. Multi‐Purpose Card atau MPC
berisikan kode identitas pemilik dan tanda tangan digital pada plastik kartu dengan
disematkan chip mikroprosesor. Kartu ini memungkinkan terjadinya transaksi multifungsi
seperti identi�ikasi personal, izin mengemudi, informasi passport, aplikasi kesehatan
termasuk untuk keperluan pembayaran. MPC ini dikenal di Malaysia dengan nama MyKad.
Proyek ini dipimpin oleh Bank Sentral Malaysia.
Smart School
Untuk mendukung cita‐cita mewujudkan ekonomi berbasis pengetahuan, pemerintah
Malaysia mulai meningkatkan literasi teknologi ke sekolah‐sekolah. Penggunaan teknologi ini
sekalgus dipergunakan untuk proses mengajar dan belajar. Proyek ini dipimpin oleh
Kementrian Pendidikan.
Telehealth
Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk mempromosikan Malaysia sebagai pusat telemedicine
tingkat regional. Aplikasi ini memungkinkan seseorang untuk mengelola sendiri kesehatan
dirinya dan mengintegrasikannya dengan berbagai produk dan layanan yang tersedia pada
sistem healthcare. Proyek ini dipimpin oleh Kementrian Kesehatan.
R&D Cluster
Riset dan Pengembangan merupakan pilar utama untuk mendukung tujuan Malaysia dalam
mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu pemerintah juga bekerjasama
dengan berbagai perusahaan riset dan pengembangan, universitas setempat dan institusi riset
umum, yang sekaligus digunakan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan skala kecil
HALAMAN 3 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
menengah (SME). Proyek ini dipimpin oleh kementrian ilmu pengetahuan, teknologi dan
lingkungan.
Borderless Marketing Centre
Tujuan dari pembentukan Borderless Marketing Centre adalah membuat dunia bisnis agar
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan dengan terlebih dahulu
mengatasi hambatan tradisional seperti waktu, tempat dan bentuk. Inisiatif ini digunakan
untuk mempercepat pertumbuhan industri berbasis multimedia di MSC, dengan bentuk
telemarketing, layanan informasi online, electronic commerce dan digital broadcasting.
Agensi pemerintah yang ditunjuk untuk memimpin proyek ini adalah Multimedia
Development Corporation (MDC).
Selain itu, pada tahun 2001 dilakukan penambahan delapan �lagship pada MSC. Salah satu
area yang ditambahkan dan juga berkembang adalah Bio Valley, yang didedikasikan untuk
perusahaan‐perusahaan biotech. Secara umum, untuk implementasi keseluruhan program
pada master‐plan dibutuhkan waktu kurang lebih 20 tahun. Waktu tersebut kemudian dibagi
menjadi tiga tahapan.
THE CYBERLAWS
Sejalan dengan pengembangan infrastruktur �isik teknologi informasi dan komunikasi,
pemerintah Malaysia juga mengembangkan seperangkat aturan untuk mendukung
lingkungan digital, berupa hukum dunia cyber. Hukum ini mencakup beberapa area seperti
keamanan informasi, integritas dan con�identiality, legalitas transaksi online dan
perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Sampai dengan akhir tahun 2002, pemerintah
Malaysia telah membuat hukum dunia cyber berikut:
Communications and Multimedia Act 1998 – Yang menyediakan kerangka kebijakan
dan regulasi untuk konvergensi telekomunikasi, broadcasting, dan industri komputer.
Digital Signature Act 1997 – Berisikan regulasi autentikasi dan legalitas pemiliki
dokumen elektronis.
Computer Crimes Act 1997 – Berisikan peraturan mengenai kejahatan atau aktivitas
yang terkait dengan kejahatan komputer, hacking, cracking, penyebaran virus dan
bentuk penyerangan lainnya yang terkait dengan komputer.
Copyright (Amandment) Act 1997 – Menyediakan perlindungan terhadap kreasi yang
dilindungi seperti musik, buku, �ilm, content pendidikan, produk hiburan dan
informasi dan kreativitas lainnya yang sejenis.
Telemedicine Act 1997 – Regulasi yang berhubungan dengan praktek pengobatan
menggunakan kanal multimedia dan komunikasi di Malaysia.
THE ELECTRONIC GOVERNMENT FLAGSHIP
Dalam kaitannya dengan pengembangan e‐Government, pemerintah Malaysia memiliki visi
bahwa pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat luas harus bekerjasama untuk mendapatkan
keuntungan bagi negara dan masyarakat umum. Visi tersebut dapat tercapai jika penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, multimedia, agensi pemerintahan menjadi lebih efektif
dan e�isien dalam hal pemberian layanan kepada publik. Visi e‐Government Malaysia secara
umum terbagi atas tiga area utama, seperti berikut:
HALAMAN 4 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Public/Business to e‐Government
o Akses Layanan (one‐stop, single point of contact, multiple delivery channels,
multilingual).
o Kualitas Layanan (high quality, reliability, security/privacy, accountability).
o Pemberian Layanan (ef�iciency/quick turnaround time,, cost‐effective/
productive).
Intra‐Agency
o Memperbaiki proses.
o Peningkatan pro�ile.
o Pengembangan manusia.
Inter‐Agency
o Meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mensukseskan pengembangan e‐
Government.
o Menyediakan agensi pemerintahan dan akses publik terhadap informasi
perkembangan e‐Government.
o Menyediakan model pelatihan dalam bentuk multimedia, dan koleksi informasi
yang bersifat interaktif.
o Meningkatkan fungsi teknologi informasi memperbaiki proses pada sektor
publik.
Pada tahun 1998, Menteri Energi, Komunikasi dan Multimedia memberikan pidato yang
merupakan objektif yang akan dicapai pemerintah Malaysia dalam penerapan e‐Government.
Memperkenalkan layanan yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Efektivitas perubahan struktur organisasi publik ke arah lebih baik berupa perbaikan
tingkat e�isiensi, memberikan tanggapan yang lebih baik serta mengeluarkan
keputusan yang efektif.
Memperbaiki tingkat disiplin dan akuntabilitas.
Memberikan kesempatan kepada sektor privat untuk dapat menggunakan transaksi
bisnis berdasarkan teknologi informasi.
E‐GOVERNMENT PILOT PROJECT
Dalam pengembangan e‐Government pemerintah Malaysia telah mengidenti�ikasi lima pilot
project yang disebut dengan Generic Of�ice Environment, e‐Procurement, Human Resource
Management Information System, Project Monitoring System dan e‐Service. Untuk
implementasi kelima kebutuhan tersebut, dibentuk kelompok yang disebut dengan “Concept
Request for Proposals” yang sekaligus menentukan solusi terbaik yang akan digunakan.
HALAMAN 5 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Generic Of�ice Environment (GOE)
GOE merupakan pilot project yang digunakan untuk membuat kantor elektronis/electronics
of�ice untuk meningkatkan produktivitas menggunakan manajemen informasi, komunikasi
dan kolaborasi. Objektif yang akan dicapai oleh GOE adalah menyediakan lingkungan kantor
elektronis yang terintegrasi, dan terdistribusi. Diharapkan sistem ini dapat menyediakan
metode akses yang mudah, up‐to‐date, dan berisikan informasi yang akurat. Pilot project
untuk GOE sampai saat ini sudah selesai dilakukan dengan tersedianya aplikasi untuk
berbagai modul. Modul‐modul tersebut terdiri atas manajemen dokumen, pencarian,
manajemen informasi eksekutif, �ilter untuk informasi online, sistem messaging, pertermuan
elektronis, bulletin board, pencatatan keputusan, manajemen pertemuan dan forum diskusi.
Electronic Procurement
Pemerintah Malaysia mengeluarkan dana sebesar 35 juta dollar Amerika untuk implementasi
e‐Procurement yang disebut dengan “ePerolehan” yang menyediakan 4000 procurement
pemerintah dan 30.000 supplier yang sudah teregistrasi. Sistem ini diharapkan dapat
menggantikan proses procurement yang dilakukan secara tradisional ke dalam procurement
elektronis menggunakan internet. Electronic procurement yang diterapkan melalui
ePerolehan digunakan untuk menggantikan sistem procurement yang sudah ada. ePerolehan
mendukung keseluruhan procurement cycle dimulai dari center contrack, request for
quotation, request for tender dan direct purchase. Sistem tersebut juga mendukung adanya
noti�ikasi menggunakan email, pesan singkat (SMS) dan fax.
HUMAN RESOURCE MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (HRMIS)
HRMIS merupakan sistem yang menyediakan fungsionalitas untuk Manajemen Sumber Daya
Manusia bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengatur sumber daya manusia.
Objektif yang ingin dicapai dalam HRMIS adalah:
Mengefekti�kan penempatan staf bagi layanan umum melalui informasi Sumber Daya
Manusia yang tersedia.
Otomatisasi proses operasi pengelolaan sumber daya manusia yang sebelumnya
dilakukan secara manual.
Membangun informasi sumber daya manusia yang up‐to‐date untuk efekti�itas
perencanaan pada agensi pemerintah.
Mengembangkan komunikasi, integrasi horizontal dan perbaikan proses melalui
sistem yang dapat digunakan untuk berkolaborasi.
Memperbaiki kemampuan sumber daya manusia untuk bekerja pada lingkungan
paperless.
Menyediakan sistem sumber daya manusia yang terbuka dan �leksibel yang
mempertemukan kebutuhan informasi dan operasional dengan proses manajerial.
Fungsi dari HRM juga mencakup resourcing, remuneration dan bene�its, competency
assesment, career management, performance management, dan human resource
development.
HALAMAN 6 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
PROJECT MONITORING SYSTEM (PMS II)
PMS melupakan pilot project yang digunakan untuk membuat sistem monitoring end‐to‐end
untuk pengembangan lingkungan kolaborasi berbagai proyek pengembangan dan
manajemen. PMS II memiliki cakupan pengembangan dalam tiga bentuk layanan yaitu
application services, data services dan communication services yang bermuara pada
perbaikan manajemen proyek. Proyek ini dikembangkan untuk menyediakan implementasi
mekanisme monitoring proyek. Proyek PMS II dibuat sebagai pendukung aplikasi G2G, yang
digunakan oleh pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih baik. PMS II
memungkinkan pemerintah untuk memantau 40.000 proyek yang dikerjakan pada berbagai
daerah.
e‐Service
e‐Service merupakan pilot project yang digunakan oleh pemerintah untuk menyediakan
layanan kepada masyarakat. Sistem ini menyediakan mekanisme kepada masyarakat untuk
berhubungan dan melakukan transaksi dengan pemerintah agar lebih cepat. Sistem ini dapat
diakses dengan beragam cara dan kanal komunikasi, misalnya dengan menggunakan sistem
interactive voice response (IVR), melalui komputer personal yang terhubung ke internet, baik
di rumah atau kantor, kiosk yang disediakan pada berbagai fasilitas umum serta perangkat
wireless. Sistem ini mencakup layanan sesuai dengan pekerjaan spesi�ik tiap kementrian.
Sebagai contoh, departeman transportasi menggunakan layanan ini untuk mengatur izin
mengemudi, kementrian kesehatan menggunakan sistem ini untuk informasi kesehatan
online, dan perusahaan telekomunikasi menggunakannya untuk pembayaran telepon dan
internet.
Electronic Labour Exchange
Tahun 1999, pemerintah Malaysia mengeluarkan sembilan pilot project terkait dengan
pengembangan e‐Government. Proyek ini disebut dengan Electronic Labour Exchange (ELX).
Sistem ini digunakan untuk memperbaiki mobilisasi sumber daya manusia secara
keseluruhan untuk mempertemukan tingkat kebutuhan pencari kerja dengan lapangan
pekerjaan yang disediakan. ELX didesain sebagai sebuah penghubung yang menyediakan
lapangan pekerjaan. Sistem ini dapat diakses oleh warga negara Malaysia dan juga oleh pihak
lain diluar Malaysia.
e‐Syariah
Tahun 2002 pemerintah Malaysia mengeluarkan proyek e‐Government yang disebut dengan
e‐Syariah yang merupakan sistem aplikasi yang menerapkan pengadilan syariah. Proyek ini
digunakan untuk membantu melakukan proses reformasi dan efektivitas Departemen
Pengadilan Islam untuk mengkoordinasi dan memonitoring agensi pemerintah yang terkait.
Sistem ini juga digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan e�isiensi manajemen
pengadilan Islam.
TANTANGAN DAN APRESIASI
Secara umum, pemerintah Malaysia dikatakan sukses untuk melakukan transformasi
membuat kota baru seperti Putrajaya dan Cyberjaya yang berbasis pada penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan bisa dikatakan, kedua kota tersebut merupakan
sebuah proyek raksasa pemerintah Malaysia dalam mentransformasikan sistem
HALAMAN 7 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
perekonomian mereka menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi serta
menuju ke knowledge economy.
Key Chalenge
Berbagai review terus dilakukan terkait dengan proyek e‐Government di Malaysia. Salah satu
review yang dilakukan pada pertengahan tahun 2002 menghasilkan beberapa kesimpulan
seperti berikut:
Kapasitas dan kompleksitas dari proyek yang dikerjakan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (under‐estimated).
Integrasi antar‐agensi pemerintahan sangat diperlukan.
Terdapat berbagai isu mengenai integrasi terkait dengan legalitas sistem yang ada.
Dalam pengembangannya, masih dibutuhkan pekerja dengan kemampuan yang tinggi.
Resistensi terhadap perubahan merupakan rintangan utama yang harus dihadapi.
Pengembangan harus dilakukan berdasarkan standar.
Kesenjangan digital merupakan halangan dalam penerapan e‐Government.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 8 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
Konsep MSC di Negara Malaysia
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
EKOJI999 Nomor
262, 28 Mei 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
HALAMAN 1 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
MULTIMEDIA SUPER CORRIDOR
Tahun 1996 pemerintah Malaysia meluncurkan program yang disebut dengan Multimedia
Super Coridor (MSC). MSC dibentuk sebagai mesin penggerak pertumbuhan dan industri
Malaysia menghadapi era informasi. MSC juga menjadi proyek pemerintah untuk membangun
kawasan cyber (cyber region) dengan basis teknologi, multimedia dan industri content. Ide
MSC tertuang dalam master‐plan yang disebut dengan Vision 2020. Visi dari master‐plan ini
adalah menjadikan Malaysia sebagai negara industrialis, dan kaya akan pengetahuan pada
tahun 2020 sesuai dengan kebutuhan budaya masyarakat setempat. Lokasi MSC berada di
bagian selatan ibukota Kuala Lumpur yang disebut dengan Koridor yang memiliki panjang 50
km dan lebar 15 km. Letak koridor tersebut berada pada kota baru yang bernama PutraJaya
dan CyberJaya. Disamping itu juga dibangun universitas Multimedia di CyberJaya untuk
membantu suplai sumber daya manusia. MSC memiliki fasilitas dukungan teknologi terkini
seperti serat optik, infrastruktur jaringan multimedia 2,5‐10 Gbps. Fasilitas lainnya yang
tersedia adalah lingkungan yang mendukung gaya kerja profesional seperti jalan raya,
perumahan, sekolah, mall dan area bisnis serta rekreasi. Pengembangan MSC juga didukung
oleh hukum cyber (cyberlaw), kebijakan dan dukungan lainnya untuk memaksimalkan
keuntungan dari keberadaan teknologi dan multimedia.
Untuk mengundang investor, pemerintah memberi insentif kepada perusahaan berteknologi
tinggi, baik dalam dan luar negeri untuk berlokasi di Koridor. Selain itu pemerintah juga
memberikan berbagai kemudahan seperti bebas pajak selama sepuluh tahun, peraturan
imigrasi yang mudah dan sebagainya yang disebut dengan “MSC Status”. Sampai dengan
pertengahan 2002 lebih dari 700 perusahaan telah menikmati MSC Status dari pemerintah
Malaysia. Untuk lebih menarik investor, pemerintah juga membuat program Bill of
Guarantees berupa perlindungan terhadap kekayaan intektual, kebebasan vendor internet,
kebebasan kepemilikan, insentif keuangan yang kompetitif dan tarif telekomunikasi yang
kompetitif. Pemerintah Malaysia juga membuat kerangka kebijakan nasional untuk masalah
e‐Commerce berupa perangkat hukum yang mendukung tanda tangan digital, kontrak
elektronis, kejahatan komputer, proteksi data dan e‐Government. Untuk membantu
mengembangkan MSC, pemerintah Malaysia juga membentuk sebuah kelompok International
Advisory Panel (IAP) yang beranggotakan pakar‐pakar dalam bidang teknologi informasi dan
komunikasi seperti Bill Gates dari Microsoft, Gerstner dari IBM, McNealy dari Sun
Microsystem, Miyawaki dari NTT dan sebagainya. IAP bertugas untuk memberikan masukan
tentang berbagai hal untuk kemajuan MSC mengenai teknologi internet, tren teknologi
informasi dan komunikasi, potensi pasar untuk aplikasi multimedia, venture capital, hak
kekayaan intelektual, dan tantangan kedepan. Secara umum, IAP bertugas untuk memberikan
pengarahan dan masukan sehubungan dengan pengembangan MSC.
FLAGSHIP APPLICATIONS
Proyek Multimedia Super Coridor memiliki perencanaan dengan mengidenti�ikasikan tujuh
“Flagship Application” yang menjadi prioritas pengembangan. Aplikasi tersebut dibagi
menjadi dua kategori yaitu pengembangan multimedia dan lingkungan multimedia.
E‐Government
Proyek e‐Government pemerintah Malaysia bertujuan untuk mentranformasikan kerja
pemerintah dengan memperbaiki proses operasi internal dan memperbaiki bagaimana cara
pemberian layanan kepada publik. Proyek ini dipimpin oleh Malaysian Administrative
Modernisation and Management Planning Unit (MAMPU).
HALAMAN 2 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Multi‐Purpose Card
Untuk mempermudah proses transaksi antara masyarakat dengan pemerintah dan
perusahaan, Malaysia mengeluarkan proyek smartcard. Multi‐Purpose Card atau MPC
berisikan kode identitas pemilik dan tanda tangan digital pada plastik kartu dengan
disematkan chip mikroprosesor. Kartu ini memungkinkan terjadinya transaksi multifungsi
seperti identi�ikasi personal, izin mengemudi, informasi passport, aplikasi kesehatan
termasuk untuk keperluan pembayaran. MPC ini dikenal di Malaysia dengan nama MyKad.
Proyek ini dipimpin oleh Bank Sentral Malaysia.
Smart School
Untuk mendukung cita‐cita mewujudkan ekonomi berbasis pengetahuan, pemerintah
Malaysia mulai meningkatkan literasi teknologi ke sekolah‐sekolah. Penggunaan teknologi ini
sekalgus dipergunakan untuk proses mengajar dan belajar. Proyek ini dipimpin oleh
Kementrian Pendidikan.
Telehealth
Tujuan dari aplikasi ini adalah untuk mempromosikan Malaysia sebagai pusat telemedicine
tingkat regional. Aplikasi ini memungkinkan seseorang untuk mengelola sendiri kesehatan
dirinya dan mengintegrasikannya dengan berbagai produk dan layanan yang tersedia pada
sistem healthcare. Proyek ini dipimpin oleh Kementrian Kesehatan.
R&D Cluster
Riset dan Pengembangan merupakan pilar utama untuk mendukung tujuan Malaysia dalam
mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu pemerintah juga bekerjasama
dengan berbagai perusahaan riset dan pengembangan, universitas setempat dan institusi riset
umum, yang sekaligus digunakan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan skala kecil
HALAMAN 3 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
menengah (SME). Proyek ini dipimpin oleh kementrian ilmu pengetahuan, teknologi dan
lingkungan.
Borderless Marketing Centre
Tujuan dari pembentukan Borderless Marketing Centre adalah membuat dunia bisnis agar
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan dengan terlebih dahulu
mengatasi hambatan tradisional seperti waktu, tempat dan bentuk. Inisiatif ini digunakan
untuk mempercepat pertumbuhan industri berbasis multimedia di MSC, dengan bentuk
telemarketing, layanan informasi online, electronic commerce dan digital broadcasting.
Agensi pemerintah yang ditunjuk untuk memimpin proyek ini adalah Multimedia
Development Corporation (MDC).
Selain itu, pada tahun 2001 dilakukan penambahan delapan �lagship pada MSC. Salah satu
area yang ditambahkan dan juga berkembang adalah Bio Valley, yang didedikasikan untuk
perusahaan‐perusahaan biotech. Secara umum, untuk implementasi keseluruhan program
pada master‐plan dibutuhkan waktu kurang lebih 20 tahun. Waktu tersebut kemudian dibagi
menjadi tiga tahapan.
THE CYBERLAWS
Sejalan dengan pengembangan infrastruktur �isik teknologi informasi dan komunikasi,
pemerintah Malaysia juga mengembangkan seperangkat aturan untuk mendukung
lingkungan digital, berupa hukum dunia cyber. Hukum ini mencakup beberapa area seperti
keamanan informasi, integritas dan con�identiality, legalitas transaksi online dan
perlindungan terhadap kekayaan intelektual. Sampai dengan akhir tahun 2002, pemerintah
Malaysia telah membuat hukum dunia cyber berikut:
Communications and Multimedia Act 1998 – Yang menyediakan kerangka kebijakan
dan regulasi untuk konvergensi telekomunikasi, broadcasting, dan industri komputer.
Digital Signature Act 1997 – Berisikan regulasi autentikasi dan legalitas pemiliki
dokumen elektronis.
Computer Crimes Act 1997 – Berisikan peraturan mengenai kejahatan atau aktivitas
yang terkait dengan kejahatan komputer, hacking, cracking, penyebaran virus dan
bentuk penyerangan lainnya yang terkait dengan komputer.
Copyright (Amandment) Act 1997 – Menyediakan perlindungan terhadap kreasi yang
dilindungi seperti musik, buku, �ilm, content pendidikan, produk hiburan dan
informasi dan kreativitas lainnya yang sejenis.
Telemedicine Act 1997 – Regulasi yang berhubungan dengan praktek pengobatan
menggunakan kanal multimedia dan komunikasi di Malaysia.
THE ELECTRONIC GOVERNMENT FLAGSHIP
Dalam kaitannya dengan pengembangan e‐Government, pemerintah Malaysia memiliki visi
bahwa pemerintah, dunia bisnis dan masyarakat luas harus bekerjasama untuk mendapatkan
keuntungan bagi negara dan masyarakat umum. Visi tersebut dapat tercapai jika penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, multimedia, agensi pemerintahan menjadi lebih efektif
dan e�isien dalam hal pemberian layanan kepada publik. Visi e‐Government Malaysia secara
umum terbagi atas tiga area utama, seperti berikut:
HALAMAN 4 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Public/Business to e‐Government
o Akses Layanan (one‐stop, single point of contact, multiple delivery channels,
multilingual).
o Kualitas Layanan (high quality, reliability, security/privacy, accountability).
o Pemberian Layanan (ef�iciency/quick turnaround time,, cost‐effective/
productive).
Intra‐Agency
o Memperbaiki proses.
o Peningkatan pro�ile.
o Pengembangan manusia.
Inter‐Agency
o Meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mensukseskan pengembangan e‐
Government.
o Menyediakan agensi pemerintahan dan akses publik terhadap informasi
perkembangan e‐Government.
o Menyediakan model pelatihan dalam bentuk multimedia, dan koleksi informasi
yang bersifat interaktif.
o Meningkatkan fungsi teknologi informasi memperbaiki proses pada sektor
publik.
Pada tahun 1998, Menteri Energi, Komunikasi dan Multimedia memberikan pidato yang
merupakan objektif yang akan dicapai pemerintah Malaysia dalam penerapan e‐Government.
Memperkenalkan layanan yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Efektivitas perubahan struktur organisasi publik ke arah lebih baik berupa perbaikan
tingkat e�isiensi, memberikan tanggapan yang lebih baik serta mengeluarkan
keputusan yang efektif.
Memperbaiki tingkat disiplin dan akuntabilitas.
Memberikan kesempatan kepada sektor privat untuk dapat menggunakan transaksi
bisnis berdasarkan teknologi informasi.
E‐GOVERNMENT PILOT PROJECT
Dalam pengembangan e‐Government pemerintah Malaysia telah mengidenti�ikasi lima pilot
project yang disebut dengan Generic Of�ice Environment, e‐Procurement, Human Resource
Management Information System, Project Monitoring System dan e‐Service. Untuk
implementasi kelima kebutuhan tersebut, dibentuk kelompok yang disebut dengan “Concept
Request for Proposals” yang sekaligus menentukan solusi terbaik yang akan digunakan.
HALAMAN 5 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Generic Of�ice Environment (GOE)
GOE merupakan pilot project yang digunakan untuk membuat kantor elektronis/electronics
of�ice untuk meningkatkan produktivitas menggunakan manajemen informasi, komunikasi
dan kolaborasi. Objektif yang akan dicapai oleh GOE adalah menyediakan lingkungan kantor
elektronis yang terintegrasi, dan terdistribusi. Diharapkan sistem ini dapat menyediakan
metode akses yang mudah, up‐to‐date, dan berisikan informasi yang akurat. Pilot project
untuk GOE sampai saat ini sudah selesai dilakukan dengan tersedianya aplikasi untuk
berbagai modul. Modul‐modul tersebut terdiri atas manajemen dokumen, pencarian,
manajemen informasi eksekutif, �ilter untuk informasi online, sistem messaging, pertermuan
elektronis, bulletin board, pencatatan keputusan, manajemen pertemuan dan forum diskusi.
Electronic Procurement
Pemerintah Malaysia mengeluarkan dana sebesar 35 juta dollar Amerika untuk implementasi
e‐Procurement yang disebut dengan “ePerolehan” yang menyediakan 4000 procurement
pemerintah dan 30.000 supplier yang sudah teregistrasi. Sistem ini diharapkan dapat
menggantikan proses procurement yang dilakukan secara tradisional ke dalam procurement
elektronis menggunakan internet. Electronic procurement yang diterapkan melalui
ePerolehan digunakan untuk menggantikan sistem procurement yang sudah ada. ePerolehan
mendukung keseluruhan procurement cycle dimulai dari center contrack, request for
quotation, request for tender dan direct purchase. Sistem tersebut juga mendukung adanya
noti�ikasi menggunakan email, pesan singkat (SMS) dan fax.
HUMAN RESOURCE MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM (HRMIS)
HRMIS merupakan sistem yang menyediakan fungsionalitas untuk Manajemen Sumber Daya
Manusia bagi pemerintah untuk mengembangkan dan mengatur sumber daya manusia.
Objektif yang ingin dicapai dalam HRMIS adalah:
Mengefekti�kan penempatan staf bagi layanan umum melalui informasi Sumber Daya
Manusia yang tersedia.
Otomatisasi proses operasi pengelolaan sumber daya manusia yang sebelumnya
dilakukan secara manual.
Membangun informasi sumber daya manusia yang up‐to‐date untuk efekti�itas
perencanaan pada agensi pemerintah.
Mengembangkan komunikasi, integrasi horizontal dan perbaikan proses melalui
sistem yang dapat digunakan untuk berkolaborasi.
Memperbaiki kemampuan sumber daya manusia untuk bekerja pada lingkungan
paperless.
Menyediakan sistem sumber daya manusia yang terbuka dan �leksibel yang
mempertemukan kebutuhan informasi dan operasional dengan proses manajerial.
Fungsi dari HRM juga mencakup resourcing, remuneration dan bene�its, competency
assesment, career management, performance management, dan human resource
development.
HALAMAN 6 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
PROJECT MONITORING SYSTEM (PMS II)
PMS melupakan pilot project yang digunakan untuk membuat sistem monitoring end‐to‐end
untuk pengembangan lingkungan kolaborasi berbagai proyek pengembangan dan
manajemen. PMS II memiliki cakupan pengembangan dalam tiga bentuk layanan yaitu
application services, data services dan communication services yang bermuara pada
perbaikan manajemen proyek. Proyek ini dikembangkan untuk menyediakan implementasi
mekanisme monitoring proyek. Proyek PMS II dibuat sebagai pendukung aplikasi G2G, yang
digunakan oleh pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih baik. PMS II
memungkinkan pemerintah untuk memantau 40.000 proyek yang dikerjakan pada berbagai
daerah.
e‐Service
e‐Service merupakan pilot project yang digunakan oleh pemerintah untuk menyediakan
layanan kepada masyarakat. Sistem ini menyediakan mekanisme kepada masyarakat untuk
berhubungan dan melakukan transaksi dengan pemerintah agar lebih cepat. Sistem ini dapat
diakses dengan beragam cara dan kanal komunikasi, misalnya dengan menggunakan sistem
interactive voice response (IVR), melalui komputer personal yang terhubung ke internet, baik
di rumah atau kantor, kiosk yang disediakan pada berbagai fasilitas umum serta perangkat
wireless. Sistem ini mencakup layanan sesuai dengan pekerjaan spesi�ik tiap kementrian.
Sebagai contoh, departeman transportasi menggunakan layanan ini untuk mengatur izin
mengemudi, kementrian kesehatan menggunakan sistem ini untuk informasi kesehatan
online, dan perusahaan telekomunikasi menggunakannya untuk pembayaran telepon dan
internet.
Electronic Labour Exchange
Tahun 1999, pemerintah Malaysia mengeluarkan sembilan pilot project terkait dengan
pengembangan e‐Government. Proyek ini disebut dengan Electronic Labour Exchange (ELX).
Sistem ini digunakan untuk memperbaiki mobilisasi sumber daya manusia secara
keseluruhan untuk mempertemukan tingkat kebutuhan pencari kerja dengan lapangan
pekerjaan yang disediakan. ELX didesain sebagai sebuah penghubung yang menyediakan
lapangan pekerjaan. Sistem ini dapat diakses oleh warga negara Malaysia dan juga oleh pihak
lain diluar Malaysia.
e‐Syariah
Tahun 2002 pemerintah Malaysia mengeluarkan proyek e‐Government yang disebut dengan
e‐Syariah yang merupakan sistem aplikasi yang menerapkan pengadilan syariah. Proyek ini
digunakan untuk membantu melakukan proses reformasi dan efektivitas Departemen
Pengadilan Islam untuk mengkoordinasi dan memonitoring agensi pemerintah yang terkait.
Sistem ini juga digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan e�isiensi manajemen
pengadilan Islam.
TANTANGAN DAN APRESIASI
Secara umum, pemerintah Malaysia dikatakan sukses untuk melakukan transformasi
membuat kota baru seperti Putrajaya dan Cyberjaya yang berbasis pada penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan bisa dikatakan, kedua kota tersebut merupakan
sebuah proyek raksasa pemerintah Malaysia dalam mentransformasikan sistem
HALAMAN 7 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
perekonomian mereka menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi serta
menuju ke knowledge economy.
Key Chalenge
Berbagai review terus dilakukan terkait dengan proyek e‐Government di Malaysia. Salah satu
review yang dilakukan pada pertengahan tahun 2002 menghasilkan beberapa kesimpulan
seperti berikut:
Kapasitas dan kompleksitas dari proyek yang dikerjakan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya (under‐estimated).
Integrasi antar‐agensi pemerintahan sangat diperlukan.
Terdapat berbagai isu mengenai integrasi terkait dengan legalitas sistem yang ada.
Dalam pengembangannya, masih dibutuhkan pekerja dengan kemampuan yang tinggi.
Resistensi terhadap perubahan merupakan rintangan utama yang harus dihadapi.
Pengembangan harus dilakukan berdasarkan standar.
Kesenjangan digital merupakan halangan dalam penerapan e‐Government.
‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐
HALAMAN 8 DARI 8
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013