Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pencuiman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2003, hal. 121) 2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(2)

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyinpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplkasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapimasih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru dari informasi-informasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(3)

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(Notoatmodjo, 2003, hal.122)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitin atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003.hal,124).

3. Kategori Pengetahuan

Pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%

dari seluruh petanyaan

b) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pernyataan

c) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar <56% dari

seluruh pernyataan B. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Syah (2010, hal.10) pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam pengertian


(4)

yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Menurut UU No.20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Tingkat pendidikan

Di dalam UU No.20 Tahun 2003 Jenjang pendidikan formal terdiri atas :

a. pendidikan dasar

b. pendidikan menengah

c. pendidikan tinggi

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi


(5)

merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi deselenggarakan dengan sistem terbuka, pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan vokasi.

3. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan diharapkan individu mempunyai kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan perannya sebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga masyarakat, warga negara, dan makhluk Tuhan dalam mengisi pembangunan (Widyastuti, Rahmawati, & Purnamaningrum. 2010, hal. 124).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2003, hal. 13), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

a. Faktor predisposisi (Predisposing factors )

Faktor presdiposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku seseorang. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi.


(6)

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku pada ibu hamil dalam melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal. Faktor ini meliputi dukungan suami dan tindakan petugas kesehatan. Sebagai contoh, ibu hamil akan melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal dengan rutin apabila suami menganjurkan, memberikan dukungan maka ibu hamil mau untuk melaksanakannya. Apabila tindakan petugas kesehatan baik dan ramah maka ibu hamil akan melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal dengan rutin dan sebaliknya apabila petugas kesehatan kurang ramah ibu hamil akan enggan untuk melakukannya dan mungkin akan berpindah ke tempat kunjungan pemeriksaan antenatal dengan pelayanan yang lebih baik.


(7)

B. Pemeriksaan Antenatal (PAN)

1. Pengertian pemeriksaan antenatal (PAN)

Pengertian pemeriksaan antenatal menurut Depkes RI (dalam Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 8).adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan.

2. Tujuan pemeriksaan antenatal (PAN)

a. Memantau kemajuan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang anak.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial

budaya ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif.

f. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 9).

3. Frekuensi dan tempat pemeriksaan antenatal (PAN)

Frekuensi dari pemeriksaan pemeriksaan antenatal adalah :


(8)

1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa

2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya

3) Membangun hubungan saling percaya

4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks, dan sebagainya).

b. Minimal 1 kali pada trimester II (usia kehamilan 14-28 minggu)

1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan

jiwa

2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya

3) Membangun hubungan saling percaya

4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks, dan sebagainya)

6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala

preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria).

c. Minimal 2 kali pada trimester III (usia kehamilan 28-36 minggu sekali

kunjungan)

1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan

jiwa

2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan


(9)

3) Membangun hubungan saling percaya

4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks, dan sebagainya)

6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala

preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)

7) Deteksi kehamilan ganda

Setelah 36 minggu sekali kunjungan

1) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan

jiwa

2) Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan

tradisional yang berbahaya

3) Membangun hubungan saling percaya

4) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi

5) Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,

seks, dan sebagainya)

6) Kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala

preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)

7) Deteksi kehamilan ganda

8) Deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di

RS (Dewi & Sunarsih. 2011, hal. 22).

Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan disarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Bidan Praktek Swasta dan Dokter Praktek (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 10).


(10)

4. Standar pemeriksaan antenatal (PAN) yang diprogramkan

Menurut Arifin (dalam Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 9) Standar Pelayanan pemeriksaan antenatal meliputi standar 14 T,sehingga ibu hamil yang datang memperoleh pelayanan komprehensif dengan harapan antenatal care dengan standar 14 T dapat sebagai daya ungkit pelayanan dan diharapkan ikut andil dalam menurunkan angka kematian ibu.

5. Kebijakan program

Pelayanan pemeriksaan antenatal minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni :

5T :

a. Ukur tinggi badan/berat badan

b. Ukur tekanan darah

c. Ukur tinggi fundus uteri

d. Pemberian imunisasi TT

e. Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan.

7T

f. Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL

g. Temu wicara/konseling

h. Tes/pemeriksaan Hb

i. Tes/pemeriksaan urin protein

j. Tes reduksi urin

k. Perawatan payudara (tekan pijat payudara)


(11)

m. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik gondok)

n. Terapi obat malaria (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 10).

6. Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan pemeriksaan antenatal (PAN)

a. Timbang berat badan dan tinggi badan

Menurut Rochyati (2000, dalam Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 10) tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengkatoagorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm. Berat badan diukur setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan Bb atau penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg.

b. Tekanan darah

Menurut Wiknjosastro tekanan darah diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang atau berkunjung. Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah.Seteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala kearah hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole : 110/80-120/80 mmHg (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 11).

c. Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan) (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 11).


(12)

Tabel 2.1

Pengukuran Tinggi Fundus Uteri No Tinggi Fundus Uteri

(cm)

Umur Kehamilan Dalam Minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40

d. Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. Cara pemberian adalah satu tablet Fe per hati, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas. Perlu diberitahukan kepada ibu bahwa normal bila warna tinja mungkin menjadi hitam setelah makan obat ini. Dosis tersebut tidak mencukupi pada ibu hamil yang mengalami anemia, terutama pada anemia berat (8 gr% atau kurang). Dosis yang dibutuhkan adalah sebanyak 1-2 x 100 mg/hari selama 2 bulan sampai dengan melahirkan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 11).

e. Pemberian imunisasi TT


(13)

merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Ini akansembuh dan tidak perlu pengobatan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal 12).

Tabel 2.2

Pemberian Imunisasi TT Imu

nisa si

Interval %

Perlindungan

Masa Perlindungan TT 1 Pada kunjungan

pemeriksaan antenatal pertama

0% Tidak ada

TT 2 4 minggu setelah TT 1 80% 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 95% 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99% 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99% 25

tahun/seumur hidup

f. Pemeriksaan Hb

Jenis pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talquis dan dengan cara sahli. Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu periksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil (Pantikawati & Saryono. 2010, hal 12).

g. Pemeriksaan protein urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3 % ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema. Pemeriksaan urin protein ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsia (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 12).


(14)

h. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)

adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular seksual, antara lain syphilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila hasil te dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan pengobatan/rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada kehamilan <16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran premature, cacat bawaan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).

i. Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami.Bila hasil pemeriksaan urine reduksi positif (+) perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Mellitus Gestasional (DMG). Diabetes Mellitus Gestasional pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa pre eklamsia, polihidramnion, bayi besar (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).

j. Perawatan payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang ditujukan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah :

1) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu

2) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada putting

susu yang terbenam)


(15)

4) Mempersiapkan ibu dalam laktasi

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada kehamilan 6 bulan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).

k. Senam ibu hamil

Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi. Menguasai teknik pernafasan yang berperan pada saat persalinan. Senam hamil dapat dimulai pada kehamilan 22 minggu, dilakukan secara teratur, sesuai kemampuan fisik ibu.Gerakan senam hamil meliputi gerakan panggul, gerakan kepala dan gerakan bahu (memperkuat otot perut), gerakan jongkok atau berdiri (memperkuat otot vagina, perineum dan memperlancar persalinan) (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).

l. Pemberian obat malaria

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh satu dari beberapa jenis plasmodium dan ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Di Indonesia terdapat 3 jenis yang biasanya

adalah plasmodium vivax, plasmodium falciparum, dan plasmodium

malaria. Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu hamil pendatang baru berasal dari daerah malaria, juga kepada ibu hamil dengan gejala khas malaria


(16)

yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 14).

m. Pemberian kapsul minyak beryodium

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah endemis. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia.Kekurangan unsur yodium diperoleh oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang ditandai dengan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 14). :

1) Gangguan fungsi mental

2) Gangguan fungsi pendengaran

3) Gangguan pertumbuhan

4) Gangguan kadar hormon yang rendah

n. Temu wicara/konseling

1) Definisi konseling

Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam asuhannya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

2) Prinsip-prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu :


(17)

b) Empati

c) Dukungan

d) Sikap dan respon positif

e) Setingkat atau sama sederajat

3) Tujuan konseling pada pemeriksaan antenatal

a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya

preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan

b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan

kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 15).

7. Informasi yang diberikan ketika memberikan asuhan kebidanan

a. Trimester I

1) Menjalin hubungan saling percaya

Ini merupakan langkah paling awal namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu berikutnya. Hubungan saling percaya antara pasien dan bidan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan dapat selalu sesuai dengan data yang disampaikan pasien secara jujur. Bisa dibayangkan jika pasien tidak dapat percaya dengan bidan dan memberikan data yang tidak sesuai, maka jika terjadi gangguan pada ibu, bidan tidak akan dapat mendeteksi sehingga akan berakibat fatal yaitu salah dalam memberikan pelayanan.


(18)

2) Deteksi masalah

Pada tahap awal pemberian asuhan, bidan melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan melakukan penapisan-penapisan. Beberapa di antaranya adalah penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, pre-eklampsi, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan sebagainya. Penapisan ini dilakukan melalui proses pengkajian data subjektif dan objektif serta ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, USG, serta rontgen.

3) Mencegah masalah (TT dan anemia)

Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus dilakukan oleh bidan karena anemia merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah perdarahan. Selain anemia, bidan juga harus melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan kematian bayi.

4) Persiapan persalinan dan komplikasi

Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun bidan tetap harus menyampaikan infoemasi ini seawal mungkin sehingga pasien dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan pasien dan keluarga, beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamian juga perlu disampaikan sejak dini sehingga pasien dan keluarga dapat ikut aktif dalam pemantauan perjalanan kehamilannya.


(19)

5) Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat)

Untuk informasi ini bidan perlu menyampaikan materi perilaku hidup sehat secara terperinci karena aspek ini merupakan hal sangat menentukan kualitas kesehatan ibu hamil (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 5).

b. Trimester II

Setelah bidan menyimpulkan bahwa pasien sudah cukup paham dengan informasi yang harus diketahui pada trimester I, maka pada trimester II ini bidan memberikan informasi yang berkaitan dengan pre-eklampsi ringan. Bidan mengajak pasien dan keluarga untuk aktif dalam memantau kemungkinan gejala-gejala pre-eklampsi ringan dalam kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi pasien dan keluarga untuk mempertahankan kesehatannya secara mandiri (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 6).

c. Trimester III

1) Gemeli (28-36 minggu)

Pada usia kehamilan ini informasi yang perlu disampaikan adalah hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu dan keluarga berkaitan dengan janin.

2) Letak janin (> 36 minggu)

Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ibu dan keluarga pada akhir masa kehamilan. Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi


(20)

kecemasan pasien. Ibu akan lebih siap jika diberikan gambaran mengenai proses persalinan secara lengkap (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 7).

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita di Indonesia

a. Status wanita dalam masyarakat masih rendah

b. Kesehatan reproduksi, di mana seorang wanita mengalami hamil,

melahirkan, serta nifas yang berisiko menyebabkan kematian

c. Ketidakmampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat

pendidikan yang rendah

d. Kurangnya modal (ekonomi) dalam upaya pemeliharaan kesehatan

e. Sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan tidak terjangkau,


(1)

4) Mempersiapkan ibu dalam laktasi

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan dimulai pada kehamilan 6 bulan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).

k. Senam ibu hamil

Senam ibu hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi. Menguasai teknik pernafasan yang berperan pada saat persalinan. Senam hamil dapat dimulai pada kehamilan 22 minggu, dilakukan secara teratur, sesuai kemampuan fisik ibu.Gerakan senam hamil meliputi gerakan panggul, gerakan kepala dan gerakan bahu (memperkuat otot perut), gerakan jongkok atau berdiri (memperkuat otot vagina, perineum dan memperlancar persalinan) (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 13).

l. Pemberian obat malaria

Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh satu dari beberapa jenis plasmodium dan ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Di Indonesia terdapat 3 jenis yang biasanya adalah plasmodium vivax, plasmodium falciparum, dan plasmodium

malaria. Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu hamil pendatang baru berasal dari daerah malaria, juga kepada ibu hamil dengan gejala khas malaria


(2)

yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 14).

m. Pemberian kapsul minyak beryodium

Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan yodium di daerah endemis. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKI) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia.Kekurangan unsur yodium diperoleh oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin yang ditandai dengan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 14). :

1) Gangguan fungsi mental 2) Gangguan fungsi pendengaran 3) Gangguan pertumbuhan

4) Gangguan kadar hormon yang rendah n. Temu wicara/konseling

1) Definisi konseling

Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam asuhannya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

2) Prinsip-prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu : a) Keterbukaan


(3)

b) Empati c) Dukungan

d) Sikap dan respon positif e) Setingkat atau sama sederajat

3) Tujuan konseling pada pemeriksaan antenatal

a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan

b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 15).

7. Informasi yang diberikan ketika memberikan asuhan kebidanan a. Trimester I

1) Menjalin hubungan saling percaya

Ini merupakan langkah paling awal namun akan sangat menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu berikutnya. Hubungan saling percaya antara pasien dan bidan mutlak harus dapat dipenuhi sehingga informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan dapat selalu sesuai dengan data yang disampaikan pasien secara jujur. Bisa dibayangkan jika pasien tidak dapat percaya dengan bidan dan memberikan data yang tidak sesuai, maka jika terjadi gangguan pada ibu, bidan tidak akan dapat mendeteksi sehingga akan berakibat fatal yaitu salah dalam memberikan pelayanan.


(4)

2) Deteksi masalah

Pada tahap awal pemberian asuhan, bidan melakukan deteksi kemungkinan masalah atau komplikasi yang muncul dengan melakukan penapisan-penapisan. Beberapa di antaranya adalah penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, pre-eklampsi, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan sebagainya. Penapisan ini dilakukan melalui proses pengkajian data subjektif dan objektif serta ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, USG, serta rontgen.

3) Mencegah masalah (TT dan anemia)

Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang harus dilakukan oleh bidan karena anemia merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah perdarahan. Selain anemia, bidan juga harus melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam menyebabkan kematian bayi.

4) Persiapan persalinan dan komplikasi

Meskipun proses persalinan masih cukup lama, namun bidan tetap harus menyampaikan infoemasi ini seawal mungkin sehingga pasien dan keluarga sudah mempunyai gambaran mengenai apa yang harus direncanakan. Selain itu untuk memberdayakan pasien dan keluarga, beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dalam kehamian juga perlu disampaikan sejak dini sehingga pasien dan keluarga dapat ikut aktif dalam pemantauan perjalanan kehamilannya.


(5)

5) Perilaku sehat (gizi, latihan/senam, kebersihan, istirahat)

Untuk informasi ini bidan perlu menyampaikan materi perilaku hidup sehat secara terperinci karena aspek ini merupakan hal sangat menentukan kualitas kesehatan ibu hamil (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 5).

b. Trimester II

Setelah bidan menyimpulkan bahwa pasien sudah cukup paham dengan informasi yang harus diketahui pada trimester I, maka pada trimester II ini bidan memberikan informasi yang berkaitan dengan pre-eklampsi ringan. Bidan mengajak pasien dan keluarga untuk aktif dalam memantau kemungkinan gejala-gejala pre-eklampsi ringan dalam kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi pasien dan keluarga untuk mempertahankan kesehatannya secara mandiri (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 6).

c. Trimester III

1) Gemeli (28-36 minggu)

Pada usia kehamilan ini informasi yang perlu disampaikan adalah hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dalam kandungan, salah satunya adalah janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan mengurangi beberapa kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu dan keluarga berkaitan dengan janin.

2) Letak janin (> 36 minggu)

Gambaran persalinan yang akan dilalui merupakan salah satu hal yang dikhawatirkan oleh ibu dan keluarga pada akhir masa kehamilan. Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan mengurangi


(6)

kecemasan pasien. Ibu akan lebih siap jika diberikan gambaran mengenai proses persalinan secara lengkap (Pantikawati & Saryono. 2010, hal. 7).

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita di Indonesia a. Status wanita dalam masyarakat masih rendah

b. Kesehatan reproduksi, di mana seorang wanita mengalami hamil, melahirkan, serta nifas yang berisiko menyebabkan kematian

c. Ketidakmampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat pendidikan yang rendah

d. Kurangnya modal (ekonomi) dalam upaya pemeliharaan kesehatan

e. Sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan tidak terjangkau, pengetahuan yang rendah (Sulistyawati, 2009, hal. 9).


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care Terhadap Kesesuaian Kunjungan Antenatal Care Di Klinik Sumiariani Tahun 2013

0 35 74

Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

1 33 82

Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

0 0 15

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care Terhadap Kesesuaian Kunjungan Antenatal Care Di Klinik Sumiariani Tahun 2013

0 0 10

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care Terhadap Kesesuaian Kunjungan Antenatal Care Di Klinik Sumiariani Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care Terhadap Kesesuaian Kunjungan Antenatal Care Di Klinik Sumiariani Tahun 2013

0 0 6

Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

0 0 12

Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Pemeriksaan Antenatal di Klinik Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013

0 0 8