PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN TENAGA KERJA

(1)

PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN TENAGA KERJA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan

Oleh :

AYU PANDINI MAHARANI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN GARUT

2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan suritauladan yang baik , terutama yang telah memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi seluruh umat-Nya . Atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Pendidikan Sebagai Penyiapan Tenaga Kerja ”

Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memberitahukan kepada pembaca mengetahui jelas tentang pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja . Selain itu , di harapkan makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca .

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat bantuan dukungan dari pihak terutama yang bersumber internet . Kami menyadari makalah ini belum sempurna , untuk itu penulis mohon kritik dan saran untuk perbaikan dalam penulisan makalah berikutnya .

Dalam kesempatan ini pula penulis mohon maaf atas kekurangan penulisannya maupun dalam pembahasannya .

Garut, September 2013


(3)

DAFTAR ISI

Kata pengantar... i

Daftar isi... ii

BAB I PENDAHULUAN ... iii

BAB II PEMBAHASAN...iv

A. Landasa teori pendidikan sebagai proses penyiapan tenaga kerja B. Peranan pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdididk dalam era

globalisasi

BAB III PENUTUP... BAB IV KESIMPULAN... DAFTAR PUSTAKA


(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN SEBAGAI PROSES PENYIAPAN TENAGA KERJA

Pendidikan seperti sifat sasarannya, yaitu pada manusia mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks.oleh karena itu, tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Ada beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan, yaitu:

1. Menurut orang yunani, pendidikan sebagai pedagogic, yaitu ilmu penuntun anak. 2. Menurut orang romawi, pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan

menuntun dunia,tindakan merialisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan. 3. Menurut orang jerman, pendidikan sebagai erziehung, yaitu setara dengan educare yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. 4. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan proses perbuatan , dan cara mendidik. Pengertian lain pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.


(5)

1. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting bagi pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam GBHN (BP.7 Pusat, 1990-96) sebagai arah dan kebijaksanaan umum butir 22 dinyatakan mengembangkan SDM dan menciptakan angkatan kerja Indonesia yang tangguh, mampu, dan siap bekerja sehingga dapat mengisi semua jenis tingkat lapangan kerja dalam pembangunan nasional. Selanjutnya dalam butir 23 dinyatakan meningkatkan pemerataan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta memberikan perhatian khusus pada penanganan angkatan

1. Arah pembangunan ketenagakerjaan ialah pada peningkatan harkat, martabat,dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri.

2. Meningkatkan perencanaan ketenagakerjaan yang terpadu dan menyeluruh yang bersifat nasional.

3. Menyempurnakan sistem informasi ketenagakerjaan yang mencakup penyediaan dan permintaan tenaga kerja.

4.Meningkatkan upaya perlindungan tenaga kerja khususnya bagi tenaga kerja wanita. Isi dari butir tersebut mencakup, pengadaan tenaga kerja, penyediaan kesempatan tenaga kerja, perencanaan terpadu, penyempurnaan sistem informasi untuk penyediaan dan pemasaran tenaga kerja, dan perlindungan tenaga kerja


(6)

B. PERANAN PENDIDIKAN SEBAGAI PEMASOK TENAGA KERJA TERDIDIK DALAM ERA GLOBALISASI

1. Tenaga Kerja Terdidik

Menurut UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan produktif. Unsur-unsur

pembentuk SDM / tenaga kerja meliputi keahlian, kejujuran, keadilan dan kekuatan fisik. Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. angkatan kerja, Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas orang yang bekerja, pencari kerja dan menganggur.

2. bukan angkatan kerja, penduduk yang termasuk golongan bukan angkatan kerja terdiri atas anak sekolah, ibu rumah tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan:

. Kualitas (kemampuan dan keahlian)

Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. tenaga kerja terdidik, tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum


(7)

2. Tenaga kerja terampil, tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidang-bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir.

3. tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.

b. Sifat kerjanya

berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu:

1. tenaga kerja rohani, tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara.

2. tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.

2. pendidikan tenaga kerja terdidik

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri anak didik.

Pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, pamong belajar, tutor, instruktur, dsb, serta berpartisipasi


(8)

dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam konteks pendidikan dasar menengah pendidik adalah guru. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Kedudukan guru bertujuan untuk melakasanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidkan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap,kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sedangkan kompetensi pendidik adalah mencakup kompetensi pedagogic,kompetensi kepribadian,kompetensi sosial dan kompetensi professional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.

Selama tiga dasawarsa terakhir, dunia pendidikan Indonesia secara kuantitatif telah berkembang sangat cepat. Pada tahun 1965 jumlah sekolah dasar (SD) sebanyak 53.233 dengan jumlah murid dan guru sebesar 11.577.943 dan 274.545 telah meningkat pesat menjadi 150.921 SD dan 25.667.578 murid serta 1.158.004 guru (Pusat Informatika, Balitbang Depdikbud, 1999). Jadi dalam waktu sekitar 30 tahun jumlah SD naik sekitar 300%. Sudah barang tentu perkembangan pendidikan tersebut patut disyukuri. Namun sayangnya, perkembangan pendidikan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan yang sepadan. Akibatnya, muncul berbagai ketimpangan pendidikan di tengah-tengah masyarakat, termasuk yang sangat menonjol adalah: a) ketimpangan antara kualitas

output pendidikan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan, b) ketimpangan kualitas pendidikan antar desa dan kota, antar Jawa dan luar Jawa, antar pendudukkaya dan penduduk miskin. Di samping itu, di dunia pendidikan juga muncul dua problem yang lain yang tidak dapat dipisah dari problem pendidikan yang telah disebutkan di atas.


(9)

Pertama, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial.

Kedua, pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut thedead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-bookish

sehingga bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya. pembaharuan pendidikan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi sejauh ini belum menampakkan hasilnya, malah bisa dikatakan gagal. Sesungguhnya kegagalan berbagai bentuk pembaharuan pendidikan di tanah air kita bukan semata-mata terletak pada bentuk pembaharuan pendidikannya sendiri yang bersifat erratic,

tambal sulam, melainkan lebih mendasar lagi kegagalan tersebut dikarenakan ketergantungan penentu kebijakan pendidikan pada penjelasan paradigma peranan pendidikan dalam

perubahan sosial yang sudah usang. Ketergantungan ini menyebabkan adanya harapan-harapan yang tidak realistis dan tidak tepat terhadap efikasi pendidikan.

Berbicara mengenai kedudukan guru sebagai tenaga professional, akan lebih baik jika diketahui terlebih dahulu mengenai maksud kata profesi. Pengertian profesi memiliki banyak konotasi, salah satu diantaranya tenaga pendidikan, termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Sardiman menjelaskan bahwa pekerjaan professional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi kepentingan sosial.[1]

Fakta lain tentang gagalnya pendidikan diantaranya adalah Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2003 jumlah pengangguran intelektual diperkirakan mencapai 24,5 persen. Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak


(10)

mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.

Ciri-ciri keprofesian di bidang kependidikan sebagai berikut : (1) Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi. (2) Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang keguruan, harus pula mempelajari psikologi, metodik, komputer dan lain-lain. (3) Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum yang bersangkutan itu dapat melaksanakan pekerjaan professional. (4) Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja. (5) Memiliki organisasi professional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat.

Pengertian profesi dengan segala ciri dan persyaratannya tersebut akan membawa konsekuensi yang fundamental terhadap program pendidikan. Salah satu konsekuensi itu diantaranya adalah berkenaan dengan accountability dari program pendidikan itu sendiri. Bagi guru yang merupakan tenaga professional dibidang kependidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi lebih ringan, justru menjadi lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Peran Pendidikan Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Era Globalisasi

Istilah globalisasi menunjuk pada sebuah proses tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia merupakan sebuah lingkungan yang terbangun sebagai suatu kesatuan yang utuh. Ciri global ekonomi menurut Paul Krugman terjadi aktivitas: perdagangan internasional atas


(11)

barang, pengguna jasa secara internasional, pertukaran tenaga kerja internasional, aliran uang internasional, dan aliran informasi internasional.

Dampak globalisasi dibidang ekonomi sektor pasar kerja yaitu

Dampak positif, Kebebasan gerak para kekerja yang semakin mengglobal memberikan kesempatan kepada pekerja dari Indonesia untuk memperoleh lapangan pekerjaan di perusahaan asing, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Dampak negatif, maraknya para pekerja ilegal dan banyaknya pelanggaran HAM terhadap tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Seiring dengan globalisasi disemua aspek kehidupan, termasuk ekonomi sektor tenaga kerja, maka mutlak diperlukan peningkatan daya saing tenaga kerja. Kunci jawaban

peningkatan daya saing tenaga kerja terletak pada peningkatan kompetensi tenaga kerja itu sendiri.

Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.

Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mengutamakan kepada keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu

diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.

Pendidikan formal dianggap sebagai penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, dan titik temu antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital yang menerangkan bahwa pendidikan


(12)

memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas kerja.

Sejak awal tahun 2000, Indonesia telah meletakkan dasar pengembangan SDM melalui standardisasi kompetensi, yang diperkuat dengan lahirnya UU 13 tentang ketenagakerjaan yang menjadi dasar untuk mengembangkan SDM berbasis kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, yang selanjutnya diikuti dengan PP 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas). dalam sislatkernas diatur tentang tiga pilar pengembangan SDM, yaitu:

1. Standard Kompetensi

Standar Kompetensi kerja yang merupakan rincian dari pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang harus dikuasai oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan secara efektif di tempat kerja sesuai persyaratan pekerjaan.

2. Pelatihan berbasis kompetensi

Pengembangan SDM ditempuh melalui 3 jalur, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja. Agar dihasilkan SDM yang kompeten, maka pendidikan khususnya pendidikan profesi dan pelatihan harus dikembangkan berdasarkan standar

kompetensi yang ada. Pendidikan dan pelatihan memproses SDM menjadi kompeten, dimana ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dibangun dan dikembangkan secara simultan

menjadi SDM menguasai aspek pengetahuan, keterampilan sekaligus sikap kerja sesuai tuntutan standar kompetensi yang merupakan representasi dari kebutuhan industri atau pasar kerja. Jadi fungsi lembaga pendidikan dan pelatihan adalah membangun kompetensi SDM sesuai standar kompetensi yang ada (SKKNI, standar khusus/internasional).

3.Sertifikasi Kompetensi

Sertifikasi kompetensi bagi profesi merupakan proses penjaminan bahwa seseorang telah mencapai kompetensi sebagaimana standar kompetensi yang ada.


(13)

Pembangunan sendiri merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis.

Secara umum, peran pendidikan diantaranya adalah:

a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa,

b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan

c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan:

1. Paradigma Fungsional, melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis

Humanlnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih

menguntungkan, memiliki economic rateofreturn yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.

Paradigma Sosialisasi, melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu,


(14)

b) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, c) secara urnum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karena itu, berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus diperluas secara besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan. Melihat sekarang Persaingan global dibidang tenaga kerja tidak dapat dielak lagi, sektor-sektor tertentu seperti pariwisata, akuntan, kesehatan, konstruksi, transportasi dan juga perbankan saat ini telah dirasakan betapa pengaruhnya sudah sangat luar biasa, maka peran pendidikan sebagai salah satu pilar utama pencetak tenaga kerja harus digalakkan lagi secara efektif dan efisien agar menghasilkan tenaga kerja yang kompeten.

Salah satu cara untuk menghadapi hal ini adalah memastikan bahwa seluruh infrastruktur pengembangan SDM kita telah siap. SKKNI telah ada, lembaga pendidikan profesi dan lembaga pelatihan telah siap menghasilkan orang yang kompeten, lembaga sertifikasi profesi yang memberikan jaminan dan pengakuan atas kompetensi profesi juga telah tersedia, dan semuanya telah bekerja didalam suatu sistem yang dibangun secara nasional dan telah menghasilkan orang-orang yang kompeten. Selanjutnya instansi teknis dapat merancang kebijakan tentang pemberlakuan standardisasi dan sertifikasi kompetensi bagi profesi terkait, dapat bersifat dianjurkan atau diwajibkan. pemberlakuan ini tanpa terkecuali dan tidak boleh diskriminatif dan berlaku baik bagi tenaga kerja Indonesia maupun bagi tenaga kerja asing. Dalam hal berlaku wajib kita harus memperhatikan kesiapan

infrastruktur pendukung, yaitu adanya standar kompetensi, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan lembaga sertifikasi profesi.


(15)

Menurut penulis, dengan melihat segala hal yang telah dicoba agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, seharusnya tenaga kerja Indonesia bisa berbicara banyak dilevel ketenagakerjaan internasional.

C. Penyiapan tenaga kerja guru.

Berbicara dengan guru, perlu kita ketahui bahwa guru merupakan peranan penting bagi siswa. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugas dengan baik. Kendatipun dewasa ini kansep CBSA telah banyak dikomendangkan dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, namun guru tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakekatnya para siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.

Berbagai strategi yang di rancang dan dikembangkan baik terkait dengan Pelaksanaan kurikulum, evaluasi, dalam sistem intruksional yang telah didesain dengan sistematik membutuhkan tenaga guru yang professional. Guru yang professional adalah guru yang harus memenuhi persyaratan profesinya dan berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Guru dengan tingkat kemampuan professional semacam ini perlu kuasai beberapa hal,yaitu:


(16)

1.Tentang karakteristik peserta didik, terutama kemampuan dasar kognitif,minat,bakat.

2.Hakekat dari semua cabang ilmu pengetahuan sebagai sumber ajar dan makna sebagai objek belajar.

3.Menguasai /mengetahui psikologi dan teori belajar baik umum maupun khusus. 4.Menguasai/mengetahui filsafat pendiddikan nasional.

5.Menguasai berbagai model belajar.

6.Mengetahui/menguasai teknologi pendidikan. 7.sistem evaluasi.

Ada juga peranan guru baik di tinjau dari arti luas maupun dari arti sempit.yaitu: Dalam arti luas:

1. Guru sebagai ukuran kognitif, tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan

berbagai ketrampilan pada generasi muda.

2. Guru sebagai agen dan politik, guru sebagai moral masyarakat, karena fungsinya mendidik

warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung,dan berbagai ketrampilan lainnya. 3. Guru sebagai innovator, berkat ilmu pengetahuan dan teknologi , maka masyarakat

senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek. Dalam arti sempit:

1.Guru sebagai model,membutuhkan guru sebagai percontohan dan dijadikan teladan ,karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan,ketrampilan, dan kepribadian. Kelebihan itu tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat,dan sikap yang demokratis.

2.Guru sebagai perencana, guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana –rencana yang operasional. Dalam perencanaan ini murid perlu di lihat sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka.

3.Guru sebagai peramal atau mendiagnosis kemajuan belajar murid,guru mengetahui bahwa seberapa mana mereka telah berhasil dalam studynya.

4.Guru sebagai pemimpin, dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok siswa.banyak tugas yang dilakukan oleh guru , seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas.


(17)

5. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber, guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya. Sumber-sumber berupa dari guru, manusia, masyarakat, media dan kepustakaan.

PENUTUP

Kesimpulan

Ada beberapa hal yang dapat di simpulkan dari artikel ini adalah:

1. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2.Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting bagi pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

3.Guru yang professional adalah guru yang harus memenuhi persyaratan profesinya dan berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal


(1)

memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas kerja.

Sejak awal tahun 2000, Indonesia telah meletakkan dasar pengembangan SDM melalui standardisasi kompetensi, yang diperkuat dengan lahirnya UU 13 tentang ketenagakerjaan yang menjadi dasar untuk mengembangkan SDM berbasis kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, yang selanjutnya diikuti dengan PP 31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Sislatkernas). dalam sislatkernas diatur tentang tiga pilar pengembangan SDM, yaitu:

1. Standard Kompetensi

Standar Kompetensi kerja yang merupakan rincian dari pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang harus dikuasai oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan secara efektif di tempat kerja sesuai persyaratan pekerjaan.

2. Pelatihan berbasis kompetensi

Pengembangan SDM ditempuh melalui 3 jalur, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja. Agar dihasilkan SDM yang kompeten, maka pendidikan khususnya pendidikan profesi dan pelatihan harus dikembangkan berdasarkan standar

kompetensi yang ada. Pendidikan dan pelatihan memproses SDM menjadi kompeten, dimana ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dibangun dan dikembangkan secara simultan

menjadi SDM menguasai aspek pengetahuan, keterampilan sekaligus sikap kerja sesuai tuntutan standar kompetensi yang merupakan representasi dari kebutuhan industri atau pasar kerja. Jadi fungsi lembaga pendidikan dan pelatihan adalah membangun kompetensi SDM sesuai standar kompetensi yang ada (SKKNI, standar khusus/internasional).

3.Sertifikasi Kompetensi

Sertifikasi kompetensi bagi profesi merupakan proses penjaminan bahwa seseorang telah mencapai kompetensi sebagaimana standar kompetensi yang ada.


(2)

Pembangunan sendiri merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis.

Secara umum, peran pendidikan diantaranya adalah:

a) memasyarakatkan ideologi dan nilai-nilai sosio-kultural bangsa,

b) mempersiapkan tenaga kerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, dan mendorong perubahan sosial, dan

c) untuk meratakan kesempatan dan pendapatan. Peran yang pertama merupakan fungsi politik pendidikan dan dua peran yang lain merupakan fungsi ekonomi.

Berkaitan dengan peranan pendidikan dalam pembangunan nasional muncul dua paradigma yang menjadi kiblat bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan kebijakan pendidikan:

1. Paradigma Fungsional, melihat bahwa keterbelakangan dan kemiskinan dikarenakan masyarakat tidak mempunyai cukup penduduk yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap modern. Menurut pengalaman masyarakat di Barat, lembaga pendidikan formal sistem persekolahan merupakan lembaga utama mengembangkan pengetahuan, melatih kemampuan dan keahlian, dan menanamkan sikap modern para individu yang diperlukan dalam proses pembangunan. Bukti-bukti menunjukkan adanya kaitan yang erat antara pendidikan formal seseorang dan partisipasinya dalam pembangunan. Perkembangan lebih lanjut muncul, tesis Human lnvestmen, yang menyatakan bahwa investasi dalam diri manusia lebih

menguntungkan, memiliki economic rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi dalam bidang fisik.

Paradigma Sosialisasi, melihat peranan pendidikan dalam pembangunan adalah: a) mengembangkan kompetensi individu,


(3)

b) kompetensi yang lebih tinggi tersebut diperlukan untuk meningkatkan produktivitas, c) secara urnum, meningkatkan kemampuan warga masyarakat dan semakin banyaknya warga masyarakat yang memiliki kemampuan akan meningkatkan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Oleh karena itu, berdasarkan paradigma sosialisasi ini, pendidikan harus diperluas secara besar-besaran dan menyeluruh, kalau suatu bangsa menginginkan kemajuan. Melihat sekarang Persaingan global dibidang tenaga kerja tidak dapat dielak lagi, sektor-sektor tertentu seperti pariwisata, akuntan, kesehatan, konstruksi, transportasi dan juga perbankan saat ini telah dirasakan betapa pengaruhnya sudah sangat luar biasa, maka peran pendidikan sebagai salah satu pilar utama pencetak tenaga kerja harus digalakkan lagi secara efektif dan efisien agar menghasilkan tenaga kerja yang kompeten.

Salah satu cara untuk menghadapi hal ini adalah memastikan bahwa seluruh infrastruktur pengembangan SDM kita telah siap. SKKNI telah ada, lembaga pendidikan profesi dan lembaga pelatihan telah siap menghasilkan orang yang kompeten, lembaga sertifikasi profesi yang memberikan jaminan dan pengakuan atas kompetensi profesi juga telah tersedia, dan semuanya telah bekerja didalam suatu sistem yang dibangun secara nasional dan telah menghasilkan orang-orang yang kompeten. Selanjutnya instansi teknis dapat merancang kebijakan tentang pemberlakuan standardisasi dan sertifikasi kompetensi bagi profesi terkait, dapat bersifat dianjurkan atau diwajibkan. pemberlakuan ini tanpa terkecuali dan tidak boleh diskriminatif dan berlaku baik bagi tenaga kerja Indonesia maupun bagi tenaga kerja asing. Dalam hal berlaku wajib kita harus memperhatikan kesiapan

infrastruktur pendukung, yaitu adanya standar kompetensi, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan lembaga sertifikasi profesi.


(4)

Menurut penulis, dengan melihat segala hal yang telah dicoba agar tenaga kerja Indonesia dapat bersaing dengan tenaga kerja asing, seharusnya tenaga kerja Indonesia bisa berbicara banyak dilevel ketenagakerjaan internasional.

C. Penyiapan tenaga kerja guru.

Berbicara dengan guru, perlu kita ketahui bahwa guru merupakan peranan penting bagi siswa. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugas dengan baik. Kendatipun dewasa ini kansep CBSA telah banyak dikomendangkan dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, namun guru tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakekatnya para siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.

Berbagai strategi yang di rancang dan dikembangkan baik terkait dengan Pelaksanaan kurikulum, evaluasi, dalam sistem intruksional yang telah didesain dengan sistematik membutuhkan tenaga guru yang professional. Guru yang professional adalah guru yang harus memenuhi persyaratan profesinya dan berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Guru dengan tingkat kemampuan professional semacam ini perlu kuasai beberapa hal,yaitu:


(5)

1.Tentang karakteristik peserta didik, terutama kemampuan dasar kognitif,minat,bakat.

2.Hakekat dari semua cabang ilmu pengetahuan sebagai sumber ajar dan makna sebagai objek belajar.

3.Menguasai /mengetahui psikologi dan teori belajar baik umum maupun khusus. 4.Menguasai/mengetahui filsafat pendiddikan nasional.

5.Menguasai berbagai model belajar.

6.Mengetahui/menguasai teknologi pendidikan. 7.sistem evaluasi.

Ada juga peranan guru baik di tinjau dari arti luas maupun dari arti sempit.yaitu: Dalam arti luas:

1. Guru sebagai ukuran kognitif, tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan

berbagai ketrampilan pada generasi muda.

2. Guru sebagai agen dan politik, guru sebagai moral masyarakat, karena fungsinya mendidik

warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung,dan berbagai ketrampilan lainnya. 3. Guru sebagai innovator, berkat ilmu pengetahuan dan teknologi , maka masyarakat

senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek. Dalam arti sempit:

1.Guru sebagai model,membutuhkan guru sebagai percontohan dan dijadikan teladan ,karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan,ketrampilan, dan kepribadian. Kelebihan itu tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat,dan sikap yang demokratis.

2.Guru sebagai perencana, guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana –rencana yang operasional. Dalam perencanaan ini murid perlu di lihat sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka.

3.Guru sebagai peramal atau mendiagnosis kemajuan belajar murid,guru mengetahui bahwa seberapa mana mereka telah berhasil dalam studynya.

4.Guru sebagai pemimpin, dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok siswa.banyak tugas yang dilakukan oleh guru , seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas.


(6)

5. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber, guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya. Sumber-sumber berupa dari guru, manusia, masyarakat, media dan kepustakaan.

PENUTUP Kesimpulan

Ada beberapa hal yang dapat di simpulkan dari artikel ini adalah:

1. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahklak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2.Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting bagi pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

3.Guru yang professional adalah guru yang harus memenuhi persyaratan profesinya dan berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal