Dari arena Muktamar IRM XIII
Dari arena Muktamar IRM XIII
Ikaratan Remaja Muhammadiyah (IRM) menyelenggarkaan Muktamarnya yang ketigabelas. Muktamar
diselenggarakan di kampus terpadu UMY. Muktamar dihadiri oleh lebih kurang 500 orang peserta dari
seluruh Indonesia. Muktamar berlangsung dari tanggal 10 hingga tanggal 13 Oktober 2002.
Muktamar dibuka pada tanggal 10 Oktober dengan acara oembukaan diisi sambutan ketua umum PP IRM
2000-2002, Raja Juli Antoni serta pembukaan oleh ketia umum PP Muhammadiyah DR H A.Syafii
Maarif.Dalam pidato sambutannya Raja Juli Antoni mengatakan bahwa IRM harus mampu menjadi
subyek perubahan. Pengkaderan selama ini harus diarahkan untuk membentuk anggota IRM menjadi
pribadi yang dinamis dn tanggap terhdap perubahan. Sementara itu Dr Syafii Maarif mengatakan bahwa
IRM saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu. Hal ini dilihat dengan
banyaknya intelektual intelektual muda yang duduk di kepengurusan. Kader IRM harus bisa menjadi kader
bangsa, umat dan persyarikatan. Acara pembukaan diisi dengan paduan suara dari UMY serta Nasyid.
Agenda sidang yang digelar dalam Muktamar antara lain sidang laporan pertanggung jawaban dan
tanggapannya, sidang pembahasan AD/ART, sidang penetapan khitah perjuangan IRM, serta sidang
pemilihan ketua umum dan susunan pengurus yang baru. Pemilihan ketua umum dilakukan dengan cara
dua tahap. Tahap pertama berupa penyaringan dari 11 kandidat menjadi 5 kandidat. Tahap kedua menyaring
dari lima orang menjadi seorang ketua umum. Terpilih sebagai ketua umum IRM periode 2002-2004 adalah
Munawar Khalil Sag.
Isu isu penting yang berkembang dalam muktamar adalah diusulkannya 20% APBN untuk anggaran
pendidikan. Selama ini anggaran pendidikan hanya memperoleh porsi yang sedikit. Hal ini menjadikan
pendidikan di Indonesia tidak maju maju. Oleh sebab itu IRM mengusulkan dan membahas dengan teliti
agar anggaran pendidikan di Indonesia bisa mencapai 20 %. Pembicaraan ini digodog dalam diskusi diskusi
yang berlangsung di arena muktamar.
Selain mengusulkan 20% APBN untuk pendidikan, IRM juga mengusulkan untuk membentuk badan
pengawas pendidikan. Badan ini beranggotakan remaja remaja yang kritis dan punya kepedulian untuk
memonitor jalannya pendidikan. Untuk itu dalam muktamar ketigabelas ini IRM menjajagi kemungkinan
terbentuknya badan tersebut. Guna merealisasikan ide tersebut saat ini IRM menjaring masukan dari
peserta muktamar.
Isu utama muktamar kali ini adalah menjadikan IRM sebagai subyek perubahan. Hal ini didasari oleh
kenyataan bahwasanya dalam perubahan yang terjadi seringkali orang hanya menjadi obyek. Dengan hanya
menjadi obyek seseorang atau institusi tidak bisa mengendalikan jalannya perubahan dan seringkali malah
menjadi korban. IRM tidak ingin, baik sebagai lembaga maupun sebagai person menjadi korban dalam
perubahan yang terjadi. Tentu saja untuk menjadi subyek perubahan diperlukan bekal yang memadai baik
aspek intelektual maupun moral.
Acara muktamar XIII ini selain diisi dengan sidang sidang juga diisi dengan acara pendukung. Acara
pendukung ini antara lain Bazar dan temu alumni. Bazae digelar di arena kampus terpadu UMY, tidak jauh
dari lokasi sidang muktamar. Sementara itu temu alumni digelar pada tanggal 12 dan 13 Oktober,
berlangsung di kampus terpadu UMY juga. Temu alumni ini dihadiri oleh mantan mantan pengurus IRM
dari beberapa periode di seluruh Indonesia.
Dibandingkan dengan muktamar muktamar IRM sebelumnya. Muktamar kali ini merupakan muktamar
dengan kehadiran peserta terbesar. Hampir semua wilayah mengirimkan utusannya. Selain itu aspirasi yang
berkembang dalam arena muktamarpun cukup beragam. Wilayah wilayah memberikan masukannya kepada
Pimpinan Pusat untuk ditindaklanjuti. Partisipasi dari para pimpinan wilayah ini cukup menggembirakan
dan menjadikan suasana muktamar lebih hidup. Tanggapan dan interupsi di berbagai sidang menunjukkan
bahwa muktamar kali ini cukup dinamis dan direspons dengan baik oleh para peserta.
Muktamar XIII menghasilkan putusan putusan yang strategis baik bagi pengembangan IRM maupun bagi
perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan muktamar ini diharapkan di masa depan posisi
remaja Muhammadiyah menjadi lebih kokoh dalam memonitor maupun mengendalikan perubahan yang
terjadi. Untuk mendukung tujuan tersebut di masa depan pengkaderan pengkaderan yang dilakukan IRM
akan diarahkan untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut.(Nafi’)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 21 2002
Ikaratan Remaja Muhammadiyah (IRM) menyelenggarkaan Muktamarnya yang ketigabelas. Muktamar
diselenggarakan di kampus terpadu UMY. Muktamar dihadiri oleh lebih kurang 500 orang peserta dari
seluruh Indonesia. Muktamar berlangsung dari tanggal 10 hingga tanggal 13 Oktober 2002.
Muktamar dibuka pada tanggal 10 Oktober dengan acara oembukaan diisi sambutan ketua umum PP IRM
2000-2002, Raja Juli Antoni serta pembukaan oleh ketia umum PP Muhammadiyah DR H A.Syafii
Maarif.Dalam pidato sambutannya Raja Juli Antoni mengatakan bahwa IRM harus mampu menjadi
subyek perubahan. Pengkaderan selama ini harus diarahkan untuk membentuk anggota IRM menjadi
pribadi yang dinamis dn tanggap terhdap perubahan. Sementara itu Dr Syafii Maarif mengatakan bahwa
IRM saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa waktu yang lalu. Hal ini dilihat dengan
banyaknya intelektual intelektual muda yang duduk di kepengurusan. Kader IRM harus bisa menjadi kader
bangsa, umat dan persyarikatan. Acara pembukaan diisi dengan paduan suara dari UMY serta Nasyid.
Agenda sidang yang digelar dalam Muktamar antara lain sidang laporan pertanggung jawaban dan
tanggapannya, sidang pembahasan AD/ART, sidang penetapan khitah perjuangan IRM, serta sidang
pemilihan ketua umum dan susunan pengurus yang baru. Pemilihan ketua umum dilakukan dengan cara
dua tahap. Tahap pertama berupa penyaringan dari 11 kandidat menjadi 5 kandidat. Tahap kedua menyaring
dari lima orang menjadi seorang ketua umum. Terpilih sebagai ketua umum IRM periode 2002-2004 adalah
Munawar Khalil Sag.
Isu isu penting yang berkembang dalam muktamar adalah diusulkannya 20% APBN untuk anggaran
pendidikan. Selama ini anggaran pendidikan hanya memperoleh porsi yang sedikit. Hal ini menjadikan
pendidikan di Indonesia tidak maju maju. Oleh sebab itu IRM mengusulkan dan membahas dengan teliti
agar anggaran pendidikan di Indonesia bisa mencapai 20 %. Pembicaraan ini digodog dalam diskusi diskusi
yang berlangsung di arena muktamar.
Selain mengusulkan 20% APBN untuk pendidikan, IRM juga mengusulkan untuk membentuk badan
pengawas pendidikan. Badan ini beranggotakan remaja remaja yang kritis dan punya kepedulian untuk
memonitor jalannya pendidikan. Untuk itu dalam muktamar ketigabelas ini IRM menjajagi kemungkinan
terbentuknya badan tersebut. Guna merealisasikan ide tersebut saat ini IRM menjaring masukan dari
peserta muktamar.
Isu utama muktamar kali ini adalah menjadikan IRM sebagai subyek perubahan. Hal ini didasari oleh
kenyataan bahwasanya dalam perubahan yang terjadi seringkali orang hanya menjadi obyek. Dengan hanya
menjadi obyek seseorang atau institusi tidak bisa mengendalikan jalannya perubahan dan seringkali malah
menjadi korban. IRM tidak ingin, baik sebagai lembaga maupun sebagai person menjadi korban dalam
perubahan yang terjadi. Tentu saja untuk menjadi subyek perubahan diperlukan bekal yang memadai baik
aspek intelektual maupun moral.
Acara muktamar XIII ini selain diisi dengan sidang sidang juga diisi dengan acara pendukung. Acara
pendukung ini antara lain Bazar dan temu alumni. Bazae digelar di arena kampus terpadu UMY, tidak jauh
dari lokasi sidang muktamar. Sementara itu temu alumni digelar pada tanggal 12 dan 13 Oktober,
berlangsung di kampus terpadu UMY juga. Temu alumni ini dihadiri oleh mantan mantan pengurus IRM
dari beberapa periode di seluruh Indonesia.
Dibandingkan dengan muktamar muktamar IRM sebelumnya. Muktamar kali ini merupakan muktamar
dengan kehadiran peserta terbesar. Hampir semua wilayah mengirimkan utusannya. Selain itu aspirasi yang
berkembang dalam arena muktamarpun cukup beragam. Wilayah wilayah memberikan masukannya kepada
Pimpinan Pusat untuk ditindaklanjuti. Partisipasi dari para pimpinan wilayah ini cukup menggembirakan
dan menjadikan suasana muktamar lebih hidup. Tanggapan dan interupsi di berbagai sidang menunjukkan
bahwa muktamar kali ini cukup dinamis dan direspons dengan baik oleh para peserta.
Muktamar XIII menghasilkan putusan putusan yang strategis baik bagi pengembangan IRM maupun bagi
perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah. Dengan muktamar ini diharapkan di masa depan posisi
remaja Muhammadiyah menjadi lebih kokoh dalam memonitor maupun mengendalikan perubahan yang
terjadi. Untuk mendukung tujuan tersebut di masa depan pengkaderan pengkaderan yang dilakukan IRM
akan diarahkan untuk mendukung terwujudnya tujuan tersebut.(Nafi’)
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 21 2002