PENGARUH BERMAIN TALI SKIPPING DAN JALAN CEPAT TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN KARDIO RESPIRASI PESERTA EKSTRAKURIKULER VOLI DI SMP YPN BELINYU TAHUN 2014-2015.

(1)

PENGARUH BERMAIN TALI SKIPPING DAN JALAN CEPAT TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN KARDIORESPIRASI PESERTA

EKSTRAKURIKULER VOLI DI SMP YPN BELINYU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : JULIANTO 09601244179

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

PENGARUH BERMAIN TALI SKIPPING DAN JALAN CEPAT TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN KARDIO

RESPIRASI PESERTA EKSTRAKURIKULER VOLI DI SMP YPN BELINYU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : JULIANTO 09601244179

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

v MOTTO

 Orang yang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia (Mario Teguh)

 Tak ada tempat dijalan ini untuk berhenti. Sikap LAMBAN berarti MATI. Mereka yg menunggu, meski hanya sekilas, Pasti TERGILAS (Mario Teguh)


(7)

PERSEMBAHAN

Kudedikasikan karya kecilku ini kepada

:

 Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Wendi. A dan Ibu Suryani) yang dengan kesabaran, kemurahan hati yang tak terbatas, telah melahirkan, memelihara, merawat dan memenuhi duniaku dengan impian dan cita-cita yang indah. Terima kasih untuk segala cinta dan kasih sayang yang telah diberikan serta doa-doa yang selalu mengiringi langkahku.

 Kakak-kakakku Suhardiansah dan adikku Riki Mahendra, terimakasih sudah mengajarkan banyak hal kepadaku.


(8)

vii

PENGARUH BERMAIN TALI SKIPPING DAN JALAN CEPAT TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN KARDIO

RESPIRASI PESERTA EKSTRAKURIKULER VOLI DI SMP YPN BELINYU TAHUN

2014-2015 Oleh Julianto 09601244179

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya variasi latihan yang diberikan kepada siswa oleh pelatih ekstrakurikuler untuk meningkatkan kebugaran kardiorespirasi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara pengaruh bermain tali skipping dan jalan cepat terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi pada siswa ekstrakurikuler di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian two group pretest-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli tahun 2014-2015 yang berjumlah 24 orang, yang kemudian diambil sampel dengan teknik sampel jenuh dari keseluruhan populasi siswa SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli tahun 2014-2015 yang berjumlah 24 orang. Teknik analisis data menggunakan penghitungan statistik deskriptif terlebih dahulu dilakukan transformasi data diubah kedalam skor t, baru kemudian dilakukan penghitungan-penghitungan statistik deskriptif dan juga dilakukan uji persyaratan yakni uji normalitas menggunakan statistik non parametric dengan kolmogorov-Smirnovtes, dan uji homogenitas dengan Chi-Square dan untuk uji linieritas dan keberartian model dengan uji T.

Ada Pengaruh yang Signifikan Dari Bermain Tali Skipping Terhadap Kebugaran Kardiorespirasi Peserta Ekstrakurikuler Voli di SMP YPN Belinyu”. Ada Pengaruh yang Signifikan Dari Jalan Cepat Terhadap Kebugaran Kardiorespirasi Peserta Ekstrakurikuler Voli di SMP YPN Belinyu”. Ada Perbedaan Antara Bermain Tali Skipping dan Jalan Cepat Terhadap Kebugaran Kardiorespirasi Peserta Ekstrakurikuler Voli di SMP YPN Belinyu Tahun 2014-2015”.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini dapat berjalan lancar dan terselesaikan sebagaimana mestinya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof Wawan S Suherman, M.Ed, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Amat Komari, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta atas segala kemudahan yang diberikan.

3. Bapak Drs. Jaka Sunardi, M.Kes, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, saran, dorongan serta dengan sabar membimbing sehingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak/Ibu Dosen, yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat serta seluruh staf karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

5. Ibu Asmah.S.Ag, kepala sekolah yang telah memberikan izin penelitian di SMP Yayasan Pendidikan Nasional.


(10)

ix

6. Bapak Sugiat. S.Pd dan Bapak Afrizal. S.Pd, selaku ketua koordinator ekstrakurikuler dan guru Penjas SMP Yayasan Pendidikan Nasional yang telah membantu dalam melakukan penelitian

7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Wendi A. dan Ibu Suryani yang telah memberikan dorongan dan do’a restu, baik moral maupun material selama menuntut ilmu.

8. Kakakku Suhardiansah dan adikku Riki Mahendra, terimakasih sudah mengajarkan banyak hal kepadaku.

9. Teman-teman PJKR E 2009, yang telah membantu memberikan saran dan motivasi.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas segalanya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(11)

DAFTAR ISI

hal

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Hakikat Kesegaran Kardiorespirasi ... 9

a. Pengertian Kardiorespirasi ..………... 9

1). Kardio ………. 9

2). Respirasi ...……….. 14

3). Kaitan Sistem Peredaran Darah Dan pernapasan 20

4). Kesegaran Kardiorespirasi ………. 21

b. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kesegaran Kardiorespirasi ……… 22


(12)

xi

1). Lari 1600 Meter ... 25

2). Multistage FitnessTes (BleepTest) ... 26

3). Lari 12 Menit ... 32

4). Lari 2,4 Kilo meter ... 33

5). Tes Balke ... 34

2. Hakikat Latihan ... 34

a. Pengertian Latihan ... 34

b. Tujuan Latihan ... 37

c. Prinsip-Prinsip Latihan ... 38

3. Hakikat Skipping ... 44

a. Pengertian Skipping ... 44

b. Tujuan Skipping ... 45

c. Beberapa Teknik dan Variasi yang Ada dalam Skipping ... 45

4. Hakikat Jalan Cepat ... 52

a. Start ... 52

b. Langkah ... 53

c. Condongkan Badan ... 53

a. Ayunan Lengan ... 53

B. Penelitian yang Relevan ... 54

C. Kerangka Berpikir ... 55

D. Hipotesis ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 57

B. Sampel Penelitian ... 58

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 58

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 59


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitia .……….. 63

1. Deskripsi Data dan Analisis Data ... 63

a. Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi Pretest dan Posttest ... 63

b. Jalan Cepat terhadap Kesegaran Kardiorespirasi Pretest dan Posttest ... 65

2. Uji Prasyarat Analisis ... 66

3. Pengujian Hipotesis ... 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 71

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 71

C. Keterbatasan Penelitian ... 71

D. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kriteria Penilaian Lari 1600 Meter Untuk Laki Laki ... 26

Tabel 2. Kriteria Penilaian Lari 1600 Meter Untuk Perempuan ... 26

Tabel 3. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 1-2 ... 27

Tabel 4. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 3-4 ... 27

Tabel 5. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 5-6 ... 28

Tabel 6. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 7-8 ... 28

Tabel 7. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 9-10 ... 29

Tabel 8. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 11-12 ... 29

Tabel 9. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 13-14 ... 30

Tabel 10. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 15-16 ... 30

Tabel 11. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 17-18 ... 31

Tabel 12. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 19-20 ... 31

Tabel 13. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 21 ... 32

Tabel 14. Norma Tes Lari 12 Menit Untuk Laki-Laki ... 32

Tabel 15. Norma Tes Lari 12 Menit UntukPerempuan ... 33

Tabel 16. Kriteria Penelitian Lari 2400 Meter Untuk Laki-Laki ... 33

Tabel 17. Kriteria Penelitian Lari 2400 Meter Untuk Perempuan ... 34

Tabel 18. Kriteria Penilaian VO2 max Laki-Laki Menurut Cooper ... 34

Tabel 19. Kriteria Penilaian VO2 max perempuan Menurut Cooper .... 35

Tabel 20. Prinsip-Prinsip Latihan Fitness Aerobik ... 43

Tabel 21. Data Pretest dan Postest Bermain Tali Skipping Terhadap Kesegaran Kardiorespirasi ... 62

Tabel 22. Frekuensi Data Perbandingan Pretest dan Postest Bermain Tali Skipping Terhadap Kesegaran Kardiorespirasi ... 63

Tabel 23. Data Pretest dan Postest Jalan Cepat Terhadap Kesegaran Kardiorespirasi ... 64

Tabel 24. Frekuensi Data Perbandingan Pretest dan Postest Jalan Cepat Terhadap Kesegaran Kardiorespirasi ... 65


(15)

Tabel 26. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 67 Tabel 27. Uji-t ... 67


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Jantung ... 13

Gambar 2. Sistem Pernapasan ... 20

Gambar 3. Basic Single Under Skipping ... 48

Gambar 4. Criss Cross Skipping ... 49

Gambar 5. Off step skipping ... 50

Gambar 6. Front To Back skipping ... 51

Gambar 7. Single foot skipping skipping ... 51

Gambar 8. Serangkaian Gerakan Jalan Cepat ... 53

Gambar 9. Histogram Perbandingan Rata-Rata Pretest dan Postest Bermain Tali Skipping Terhadap Kesegaran Kardiorespirasi ... 64

Gambar 9. Histogram Perbandingan Rata-Rata Pretest dan Postest Jalan Cepat Terhadap Kesegaran Kardiorespirasi ... 66


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat keterangan Judgment ... 76

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian... 78

Lampiran 3. Surat Keterangan SMP YPN ... 79

Lampiran 4. Program Latihan Skipping ... 80

Lampiran 5 . Program Latihan Jalan Cepat ... 134

Lampiran 6. Hasil Data Pretest dan Postest ... 186

Lampiran 7. Olah Data Penelitian ... 188


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Cabang olahraga bola voli cukup dikenal oleh masyarakat kalangan bawah, menengah sampai kalangan atas di Indonesia. Selain untuk olahraga rekreasi permainan bola voli juga menjadi salah satu cabang olahraga prestasi. Bola voli untuk prestasi merupakan olahraga yang mengembangkan bakat atlet untuk dapat berprestasi.

Bola voli merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Bahkan banyak sekolah yang bermaksud mengembangkan bakat siswa dalam olahraga bola voli melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tentunya agar dapat berprestasi di tingkat sekolah, daerah, nasional maupun internasional. Dari sinilah nantinya akan muncul atlet-atlet dimasa depan.

Menurut Sajoto dalam (Romadhoni Aprianto 2014: 1) faktor kelengkapan yang harus dimiliki atlet bila ingin mencapai prestasi yang optimal, yaitu: (1) pengembangan fisik, (2) pengembangan tekhnik, (3) pengembangan mental, (4) kematangan juara. Dengan demikian untuk mencapai suatu prestasi yang optimal di dunia olahraga, keempat aspek tersebut haruslah baik, sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.

Salah satu aspek kelengkapan yang harus dimiliki atlet untuk mencapai hasil yang maksimal adalah kondisi fisik. Kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang utuh dari kesegaran jasmani dan merupakan salah satu faktor pendukung


(19)

dalam usaha meningkatkan bakat prestasi atlet. Setinggi apapun penguasaan teknik dan mental bertanding, jika kualitas fisiknya rendah maka tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Hal dijelaskan oleh Bompa dalam (Suharjana 2008: 264) bahwa pencapaian prestasi dalam cabang olahraga selain ditentukan oleh teknik dan mental bertanding yang baik harus ditunjang oleh kemampuan fisik (kebugaran jasmani) yang prima. Menurut Djoko Pekik Irianto dalam (Kamsa 2009: 3), kebugaran jasmani adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari- hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.

Kesegaran jasmani terdiri dari beberapa komponen. Salah satu diantaranya adalah kardiorespirai / endurance (daya tahan otot jantung dan paru). menurut Sajoto dalam (Romadhoni Aprianto 2014: 17), komponen kebugaran jasmani meliputi; (1) kekuatan (streght), (2) daya tahan otot jantung dan paru (kardiorespirasi/ endurence), (3) daya ledak (muscular power/explosive power), (4) kecepatan (speed), (5) daya lentur (flexibility), (6) kelincahan (agility), (7) koordinasi (coordination), (8) keseimbangan (balance), (9) ketepatan (accuracy) , (10) reaksi (reaction).

Menurut Abdul Alim, Cerika Rismayanthi (2011: 4) daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang sangat penting untuk menunjang kerja otot yaitu dengan mengambil dan menyalurkannya ke otot yang aktif. Dengan


(20)

3

otot yang baik pula. Daya tahan kardiorespirasi yang tinggi juga menunjukkan kemampuan energi yang cukup besar dalam waktu periode yang lama. Dari beberapa pernyataan diatas tentang kebugaran kardiorespirasi dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari memerlukan kebugaran jasmani yang baik pula terutama kebugaran kardiorespirasi. Begitu juga dalam olahraga prestasi, kebugaran kardiorepirasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan prestasi seorang atlet.

Bagi para guru di Indonesia sangatlah penting untuk mengetahui mendesain suatu latihan fisik untuk menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Karena siswa-siswa inilah yang nantinya akan menjadi seorang atlet masa depan. Kurang pengetahuan tentang melatih fisik juga dapat mengakibatkan kejenuhan pada atlet dan malas berlatih karena meteri yang diberikan cendrung monoton. Jadi perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan kebugaran kardiorespirasi agar latihan tidak membosankan.

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu (YPN) di provinsi Bangka Belitung. Yang beralamatkan Jl. Mayor Syafrie Rachman Belinyu, kabupaten Bangka kepulauan Bangka-Belitung. Kegiatan ekstrakulikuler dilakukan 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan sabtu. Di SMP YPN Belinyu materi yang diberikan kepada siswa untuk melatih kebugaran kerdiovrespirasi masih kurang bervariasi. Pelatih lebih sering memberikan latihan yang bersifat teknik. Kegiatan ekstrakurikuler bola voli dilakukan di lapangan voli SMP YPN Belinyu.


(21)

Untuk mengetahui hasil latihan yang baik dan efektif perlu diadakan tentang cara meningkatkan kebugaran kardiorepirasi. Pada kesempatan ini penulis akan meneliti tentang skipping dan jalan cepat dengan metode eksperimen yang bertujuan meningkatkan kesegaran kardiorespirasi. Dari permasalahan diatas dan beberapa judul skripsi yang menyebutkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari aktivitas skipping terhadap peningkatan kemampuan tubuh dan belum ditemukan judul yang sama dengan penelitian ini. Maka penulis ingin mengetahui seberapa besarkah pengaruh bermain tali skiping dan jalan cepat terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi pesrta ektrakurikuler di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu.

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Belum diketahuinya pengaruh bermain tali skipping terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

2. Belum diketahuinya pengaruh jalan cepat terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.


(22)

5

3. Belum diketahuinya perbedaan kesegaran kardiorespirasi siswa yang mendapatkan materi bermain tali skipping dan jalan cepat peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

C. Pembatasan Masalah

Melihat berbagai maslalah yang muncul, disesuaikan dengan tujuan dalam penelitian ini, maka masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada Pengaruh Bermain Tali Skipping terhadap Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Peserta Ektrakurikuler Voli Di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu Tahun 2014-2015 dengan harapan dapat memberikan pengetahuan baru bagi guru dan atlet terhadap metode meningkatkan kebugaran kardiorespirasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan di teliti yaitu;

1. Adakah pengaruh bermain tali skipping terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

2. Adakah pengaruh jalan cepat terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.


(23)

3. Manakah dari kedua latihan tersebut yang lebih baik untuk meningkatkan kesegaran kardiorepirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

E. Tujuan Penelitian

berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui;

1. Pengaruh bermain tali skiping dan jalan cepat terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu” tahun 2014-1015.

2. perbedaan peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli yang di beri materi bermain tali skipping dan jalan cepat, dan yang hanya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler saja di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

3. Manakah dari kedua latihan tersebut yang lebih baik untuk meningkatkan kesegaran kardiorepirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.


(24)

7 F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil penelititan ini, peneliti mengharapkan ada beberapa manfaat yang dapat diambil, diantaranya adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. agar dapat digunakan sebagai bahan informasi serta kajian penelitian kedepan, khususnya pemerhati peningkatan prestasi bola voli.

b. bahan referensi dalam memberikan materi latihan kepada siswa tingkat SMP.

2. Manfaat Praktik a. Bagi Guru

1) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menghilang kejenuhan terhadap latihan.

2) Memberikan informasi mengenai kemapuan anak dalam

meningkatkan kesegaran kardiorespirasi.

3) Sebagai pengetahuan untuk mengembangkan cara meningkatkan kesegaran kardiorespirasi peserta didik. terutama pada calon-calon atlet masa depan.

b. Bagi Peserta

Supaya peserta mengerti banyak cara untuk meningkatkan kesegaran kardiorespirasi.


(25)

c. Bagi Peneliti

1) Kegiatan penelitian akan melahirkan pengamalan yang bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah. 2) Dengan kegiatan penelitian ini, peneliti mendapat jawaban yang

konkrit tentang suatu masalah yang berkaitan dengan judul penelitian. 3) Dengan penelitian ini akan bermanfaat nanti pada saat terjun kedunia

pendidikan sebagai seorang guru. d. Manfaat bagi pendidikan

1. Memberi sumbangan ilmu pengetahuan bagi guru untuk mengembangkan dan membina kemampuan atlet muda melalui kegiatan ektrakurikuler atau lainnya.

2. Memberi pengetahuan bagi calon guru untuk mengembangkan penelitian ini secara lebih lanjut.


(26)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Diskripsi Teori

1. Hakikat Kesegaran Kardiorespirasi a. Pengertian Kardiorespirasi

Untuk menmahami pengertian kardiorespirasi maka perlu dibahas mengenai kardio dan respirasi, serta hal-hal yang berkaitan dengan kardio dan respirasi.

1) Kardio

Menurut Rusli Lutan (2000: 157) kardio merupakan kata lain dari jantung. Istilah kardio berasal dari bahasa latin yaitu cor yang berarti jantung. Linda Coughlin De Beasi dalam (Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 517) menjelaskan bahwa jantung terletak pada rongga dada bagian kiri dan dibungkus oleh membrana yang berdinding ganda yaitu lapisan dalam (perikardium viseralis) dan lapisan luar (perikardium parietalis).

Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh dan menampungnya kembali. Untuk memompa darah maka dibutuhkan denyut jantung.W. F. Ganong (2008: 566) menjelaskan bahwa denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung. Struktur penghantar jantung dibentuk oleh nodus sinoatrium ( nodus SA), lintasan antar nodus diatrium, nodus


(27)

atrioventrikel (nodus AV), berkas HIS beserta cabangnya, dan sistem purkinje.

Jantung terdiri dari empat ruang, dua katup yang berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung dan tiga dinding yang melindungi jantung. Ruang jantung yaitu; (a) serambi kanan (atrium dekster), (b) serambi kiri (atrium sinister), (c) bilik kanan (ventrikel dekster), (d) bilik kiri (ventrikel sinister). Katup jantung yaitu; (a) katup antrioventrikularis, (b) katup semilunaris. Dinding jantung yaitu; (a) epikardium : lapisan paling luar sebagai pembungkus jantung, (b) miokardium yang merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung, (c) endokardium yang merupakan lapisan tipis endothelium. (Linda Coughlin De Beasi dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 518-520)

Urutan aliran darah dalam jantung secara anatomi; vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, arteria pulmonalis, paru, vena Pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler venula, vena, vena kava. (Linda Coughlin De Beasi dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 518)

Linda Coughlin De Beasi (dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 518-519) juga menjelaskan mekanisme sistem peredaran darah secara fisiologi:


(28)

11 a) Atrium Kanan

Atrium kanan yang berdinding tipis ini merupakan tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang mengalir ke ventrikel kanan. Darah yang berasal dari pembuluh vena inin masuk ke atrium kanan melalui vena kava superior, vena kava inferior sinus koronarius. Dalam muara vena kava tidak terdapat katup-katup sejati. Yang memisahkan vena kava dari atrium lipatan katup atau pita otot yang rudimenter. Oleh karena itu peningkatan tekanan atrium kanan akibat bendungan darah di sisi kanan jantung akan dibalikkan kembali kedalam vena sirkulasi sistemik. Sekitar 75% aliran balik vena kedalam atrium kanan akan mengalir secara pasif kedalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. 25% sisanya akan mengisi ventrikel selama kontraksi atrium. Pengisian ventrikel secara aktif disebut atrial Kick. (dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 519)

b) Ventrikel Kanan

Pada kontraksi ventrikel setiap ventrikel harus menghasilkan kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompa darah yang diterima dari atrium ke sirkulasi pulmonar maupun sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah kedalam arteria pulmonalis. Sirkulasi


(29)

paru merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah pada ventrikel kanan, dibandingkan tekanan tinggi siskulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel kiri. Oleh karena itu beban kerja ventrikel kanan jauh lebih ringan dari pada ventrikel kiri. Akibatnya tebal dinding ventrikel kanan hanya sepertiga tebal dinding ventrikel kiri. (dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 519)

Untuk menghadapi tekanan paru yang meningkat secara perlahan, hipertensi pulmonar progresif, maka sel otot ventrikel kanan mengalami hipertrofi untuk memperbesar daya pompa agar dapat mengatasi peningkatan resistensi pulmonar, dan dapat mengosongkan ventrikel.

c) Atrium Kiri

Atrium kiri menerima darah teroksigenisasi dari paru-paru melalui keempat vena pulmonalis dan atrium kiri tidak terdapat katup sejati. Oleh karena itu, perubahan tekanan atrium kiri mudah membalik secara retrograde kedalam pembuluh paru-paru. Peningkatan akut tekanan atrium kiri akan menyebabkan bendungan paru. Atrium kiri memiliki dinding yang tipis bertekanan rendah. Darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri melalui katup mitralis. (dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 519)


(30)

13 d) Ventrikel Kiri

Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.. ventrikel kiri mempunyai otot-otot yang tebal dengan bentuk yang menyerupai lingkaran sehingga mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel berkontraksi. Bahkan sekat pembatas kedua ventrikel (septum interventrikulasi) membantu juga membantu memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh ruang ventrikel selama kontraksi. Pada saat kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar lima menit lebih tinggi dari ventrikel kanan. (Linda Coughlin De Beasi dalam Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 519)

Gambar 1.jantung


(31)

2) Respirasi

Respirasi beasal dari bahasa latin yaitu respirare yang berarti bernapas. Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson ( 2006: 743) menjelaskan pernapasan secara fisiologi yaitu proses O2 dipindahkan dari udara kedalam jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara. Ganong (2008: 672) mengatakan mekanika pernapasan melalui dua tahap yaitu inspirasi (menghirup udara) dan ekspirasi (menghembuskan udara). Inspirasi adalah proses pengambilan udara dimana udara masuk ke dalam tubuh. Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai bawah yaitu ventrikel. Penaikan iga-iga dan sternum yang ditimbulkan oleh kontrasi otot inter kostalis, meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan. Sedangkan Ekspirasi adalah proses pengeluaran udara dari dalam tubuh. Udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru mengempes kembali, disebabkan sifat elestik paru-paru itu. Gerakan ini disebut proses pasif. Ketika pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi (kuping atau sayap hidung) dapat kembang-kempis.


(32)

15

Ganong (2008: 669) menjelaskan proses pernapasan mencakup pernapasan intrna, yaitu penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan, serta pernapasan eksterna yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel serta pertukaran gas diantara sel tubuh dan media cair di sekitarnya.

Dalam bernapas ada organ tubuh tertentu yang memiliki peran sebagai penghantar oksigen. Ganong (2008: 670) menjelaskan anatomi saluran udara dimulai melalui aluran Hidung, faring (tenggorokan), tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan oleh uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea (batang tenggorokan), bronkiolus (cabang tenggorokan), bronkiolus repiratoris dan duktus alveolaris sampai ke alveolus.

Antara trake dan kantong alveolar terdpat 23 kali percabangan saluran udara. Enam belas percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang menyalurkan udara dari dan kelingkungan luar. Bagian ini terdiri atas bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis. Tujuh cabang berikutnya merupakan zona peralihan dan zona repirasi, tempat terjadinya pertukaran gas yang terdiri dari bronkiolus repiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. (Ganong 2008: 670)

Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson ( 2006: 743) menjelaskan proses pernapasan secara fisiologi yaitu proses O2 dipindahkan dari udara kedalam jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara


(33)

ekspirasi. Respirasi dibagi menjadi 3 stadium, yang pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas kedalam dan keluar paru. Stadium kedua, transportasi, yang harus ditinjau dari beberapa aspek: (a) difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan; (b) distribusi darah dalam sirkulasi pulmonary dan penyesuiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus; dan (c) reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah, dan yang ketiga adalah respirasi sel atau respirasi interna merupakan akhir respirasi yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolism sel dan dikeluarkan oleh paru.

a). Ventilasi

Udara bergerak masuk dan keluar paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Selama inspirasi volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot. Otot sternokleidomastoidius mengangkat sternum keatas dan otot seratus, skalenus dan intercostalis eksternus mengangkat iga-iga. Toraks membesar ke 3 arah; anteroposterior, lateral, dan vertikel. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura. (Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 743)


(34)

17 b). Transportasi

- Difusi

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis. Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial O2 (PO2) dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 159 mm Hg (21% dari 760 mm Hg). Namun pada waktu O2 sampai di trakea, tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 149 mm Hg karena dihangatkan dan dilembabkan oleh jalan nafas. Tekanan parsial uap air pada suhu tubuh adalah 47 mm Hg. Tekanan udara yang di inspirasikan adalah akan menurun kira-kira 103 mm Hg pada saat mencapai alveoli karena tercampur dengan udara dalam ruang mati anatomik pada saluran jalan napas. (Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson: 744-745)

Ruang mati anatomik ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml per pond berat badan ideal. Hanya udara bersih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial O2 dalam darah vena campuran (PVO2) dikapiler paru kira-kira sebesar 40 mm Hg. PO2 kapiler lebih rendah dari pada tekanan dalam alveolus, sehingga O2 mudah berdifusi kedalam aliran darah. Perbedaan tekanan antara


(35)

darah dan PaCO2 yang jauh lebih rendah (6 mm Hg) menyebabkan CO2 berdifusi kedalam alveolus. CO2 ini kemudian akan dikeluarkan ke atmosfer yang konsentrasinya padaa hakikatnya adalah nol. Kendati selisih CO2 antara darah dan alveolus amat kecil namun tetap memadai, karena dapat berdifusi melintasi membran alveolus kapiler kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan O2 karena daya larutnya lebih besar. (Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 745)

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan natra O2 dikapiler darah paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkana kesan bahwa paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi.

- Transpor O2 dalam darah

O2 diangkut dari paru kejaringan-jaringan plasma atau secara kimia berkaitan dengan Hb. Ikatan kimia O2 bersifat reversibel, dan jumlah sesungguhnya yang diangkut dalam bentuk ini mempunyai hubungan yang nonlinear dengan tekanan parsial O2 dalam darah arteri (PaO2) yang ditentukan oleh jumlah O2 yang secara fisik larut dalam plasma darah. Selanjutnya jumlah O2 yang secara fisik larut dalam plasma mempunyai hubungan langsung dengan tekanan parsial O2 dalam alveolus(PaO2). Jumlah O2 juga bergantung pada daya larut O2 dalam plasma.


(36)

19

Hanya sekitar 1% dari jumlah O2 total yang diangkut ke jaringan-jaringan ditranspor dengan cara ini. (Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 747)

- Transport CO2 dalam darah

Homeostasis CO2 juga suatu aspek penting dalam kecukupan respirasi. Transport CO2 dalam jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan 3 cara. Sekitar 10% CO2 secara fisik larut dalam plasma. Sektar 20% CO2 berikatan denga gugus amino pada Hb (karbaminohemoglobin) dalam sel darah merah, dan sekitar 70% diangkut dalam bentuk bikarbonat plasma (HCO3-). CO2 berikatan dengan air dalam reaksi reversibel dan disebut persamaan buffer asam bikarbonat-karbonat. Keseimbangan asam basa tubuh ini sangat dipengaruhi oleh fungsi paru dan homeostasis CO2. (Sylvia A Price. Lorraine M. Wilson 2006: 749)

Jumlah O2 yang diangkut dalam darah yang berkaitan dengan PO2 pada darah tersebut, demikian juga dengan jumlah CO2 dalam darah berkaitan dengan PCO2.


(37)

Gambar 2. Sistem pernapasan

(Sumber: http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/08/8-organ-pernapasan-pada-manusia.html)

3). Kaitan Sistem Peredaran Darah Dan pernapasan

Sistem peredaran darah sangat saling berkaitannya dengan pernapasan. Karena meskipun paru-paru memiliki peran sebagai sistem pernapasan tetapi juga merupakan bagian dari sistem peredaran darah. Didalam paru-paru akan terjadi oksigenasi (pemenuhan akan kebutuhan oksigen) darah untuk memenuhi kebutuhan O2 jaringan aktif dan mengeluarkan CO2 beserta panas saat melakukan akvitas fisik. Berbagai mekanisme kardiovaskular dan pernapasan harus bekerja secara terpadu. (W. F. Ganong 2008:705)

Rusli Lutan (2000: 157) menjelaskan istilah cardio (jantung), vascular (pembuluh darah), respiratory (paru-paru dan ventilasi), dan aerobik (kerja dengan oksigen) berbeda secara teknis namun saling berkaitan.


(38)

21

Dari pernyataan diatas dapat diketahui kaitan kardio dan respirasi. Keduanya saling berkaitan dalam melakukan aktivitas didalam tubuh. Kardiorepirasi merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang terdiri dari gabungan kata cardio (jantung) dan repiratory (paru-paru dan ventilasi) atau lebih dikenal daya tahan jantung dan paru ataupun daya tahan umum. Istilah kardiorespirasi juga sering disama artikan dengan fitness aerobik, kardiovaskular. Istilah aerobik itu digunakan sehubungan dengan pemahaman tentang kerja yang memerlukan oksigen, penyalurannya bersama sistem peredaran darah ke seluruh sel tubuh, dan pemanfaatannya. Sedangkan kardiovaskular sendiri dikenal sebagai sistem peredaran darah, yang terdiri dari jantung, darah dan pembuluh darah.

4). Kesegaran Kardiorespirasi

Nuril Ahmadi (2007: 65) menyebutkan kesegaran kardiorespirasi adalah daya tahan umum yang merupakan kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darah secara secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas yang cukup tinggi dalam waktu yang cukup lama.


(39)

Abdul Alim, Cerika Rismayanthi (2011: 4) menyatakan bahwa Daya tahan jantung-paru (kardiorespirasi) adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari, dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan berarti. daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang sangat penting untuk menunjang kerja otot yaitu dengan mengambil dan menyalurkannya ke otot yang aktif.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kesegaran kardiorespirasi merupakan kemampuan jantung dan paru untuk mengambil dan menyalurkan oksigen ke otot melalui sistem peredaran darah untuk melakukan aktivitas yang cukup tinggi dalam waktu yang lama. Dengan tersalurnya oksigen maka peredaran darah akan lancar dan menyebabkan kerja otot yang baik pula. Daya tahan kardiorespirasi yang tinggi juga menunjukkan kemampuan energi yang cukup besar dalam waktu periode yang lama.

b. Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kesegaran Kardiorespirasi Faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran kardiorespirasi antara lain adalah:

1) Keturunan (genetik)

Dari penelitian yang telah dilakukan kemudian dibuat kesimpulan bahwa kemampuan Vo2max 93,4% ditentukan oleh faktor keturunan yang hanya dapat diubah dengan latihan. Faktor


(40)

23

keturunan yang berperan dapat membedakan kapasitas jantung, paru, sel darah merah, dan hemoglobin juga persentase slow twich fiber,

2) Umur

Mulai anak sampai umur 20 tahun daya tahan jantung (kardiovaskuler) meningkat, mencapai umur maksimal 20-30 tahun dan kemudian berbanding terbalik dengan umur, sehingga pada organ yang berumur 70 tahun diperoleh daya tahan 50% dari yang dimilikinya pada umur 17 tahun.

3) Jenis Kelamin

Sampai dengan umur pubertas tidak terdapat perbedaan daya tahan jantung (kardiovaskuler) laki-laki dan wanita, setelah umurtersebut nilai wanita lebih rendah 15-25% dari pada pria.

4) Aktivitas fisik

Istirahat ditempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya tahan jantung paru. Efek latihan aerobik selama 8 minggu setelah istirahat memperlihatkan peningkatan daya tahan jantung. Seseorang yang melakukan lari jarak jauh memiliki daya tahan jantung yang bagus dibandingkan melakukan aktivitas lain.


(41)

5) Latihan

Latihan mampu meningkatkan fungsi dan kapasitas sistem respiratori dan kardiovaskuler serta volume darah, namun perubahan yang paling penting terjadi serat otot yang digunakan dalam latihan.

6) Lemak Tubuh

Kesegaran dihitung perunit berat badan, jadi jika lemak meningkat, ketahan akan menurun. Jadi cara termudah untuk mempertahankan atau meningkatkan ketahanan aerobik adalah dengan menyingkirkan lemak. Menurut keterangan di atas selain tergantung dari baiknya sistem respirasi dan kardiovaskuler, kesegaran aerobik juga tidak terlepas dari gaya hidup seseorang, juga berpengaruh terhadap ketahanan aerobik seseorang, dimana semua itu tidak dapat dipisahkan. (Brian J. Sharky 2003: 80-85)

c. Pengukuran Kesegaran Kardiorespirasi

Kesegaran diukur berdasarkan kemampuan jantung untuk memompa darah yang membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh dan kemampuan untuk menyesuaikan ke proses pumilhan dari aktivitas jasmani. Fitness aerobik diukur berdasarkan kemampuan maksimum penyerapan oksigen yang disebut dalam istilah VO2 maks. Yang menggagambarkan seberapa efisien tubuh memanfaatkan oksigen selama aktivitas jasmani berlangsung dari derajat sedang hingga yang lebih berat. (Rusli Lutan 2000: 157)


(42)

25

VO2 max singkatan dari V-Volume, O2-Oksigen dan Max- Maksimal. Secara sederhana diartikan sebagai volume maksimal oksigen (O2) yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan aktivitas fisik yang intensif. Volume O2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan. VO2 sering digunakan untuk mengukur daya tahan atlit dalam melakukan suatu cabang olahraga.

Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah energi makanan menjadi ATP (Adenosine Triphosphate) yang siap dipakai untuk kerja tiap sel. Otot dalam keadaan istrahat sedikit mengkonsumsi oksigen.Sel otot yang berkontraksi membutuhkan banyak ATP, akibatnya otot yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan banyak karbondioksida (CO2).

Ada beberapa cara untuk mengukur kesegaran kardiorespirasi yang lazim digunakan diantaranya: lari 1600 meter, multistage fitness (bleep tes), lari 12 menit, lari 2,4 kilo meter(cooper test), tes balke. 1) Lari 1600 meter

Lari 1600 meter dapat digunakan untuk memperkirakan atau mengetahui kemampuan aerobik seseorang dengan usia 7 tahun keatas. Hasil tes ini menunjukan waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menempuh jarak 1600 meter dengan berlari.


(43)

Tabel 1.Kriteria Penilaian Lari 1600 Meter Untuk Laki Laki

Norma Usia (Tahun)

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

BS 8,46 8,10 8,13 7,25 7,13 6,48 6,27 6,23 6,13 6,08 6,10 B 9,29 9,00 8,48 8,02 7,53 7,14 7,08 6,52 6,39 6,40 6,32 C 10,39 10,10 9,52 9,03 8,48 8,04 7,51 7,30 7,27 7,31 7,35 K 12,14 11,44 11,00 10,32 10,13 9,06 9,10 8,30 8,18 8,37 8,34 KS 14,05 13,37 12,27 12,07 11,48 10,38 10,34 10,13 9,36 10,43 10,50

(Sumber http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr-suharjana-mkes/tes-pengukuran-kapasitas-aerobik.pdf)

Tabel 2.Kriteria Penilaian Lari 1600 Meter Untuk Perempuan

Norma Usia (tahun)

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 BS 9,39 9,08 9,09 8,45 8,34 8,27 8,11 8,23 8,28 8,20 8,22

B 10,23 9,50 10,09 9,56 9,52 9,30 9,16 9,28 9,25 9,26 9,31 C 11,32 11,13 11,14 11,15 10,58 10,52 10,32 10,46 10,34 10,34 10,51 K 12,59 12,45 12,52 12,54 12,33 12,17 11,49 12,18 12,10 12,03 12,14 KS 14,48 14,31 14,20 14,35 14,07 13,45 13,13 14,07 13,42 13,46 15,18

(Sumber: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/prof-dr-suharjana-mkes/tes-pengukuran-kapasitas-aerobik.pdf)

2) Multistage FitnessTes (BleepTest)

Bleep test dilakukan dengan lari menempuh jarak 20 meter bolak-balik, yang dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap yang semakin lama semakin cepat hingga atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, berarti kemampuan maksimalnya pada level bolak-balik tersebut.(Andi Suntoda.2009: 25-26)


(44)

27

Tabel 3. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 1-2

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 1 1 2 3 4 5 6 7 17,2 17.6 18,0 18,4 18,8 19,2 19,6 2 1 2 3 4 5 6 7 8 20,0 20,4 20,8 21,2 21,6 22,0 22,4 22,8 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)

Tabel 4. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 3-4

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 3 1 2 3 4 5 6 7 8 23,2 23,6 24,0 24,4 24,8 25,2 25,6 26,0 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 26,4 26,8 27,2 27,2 27,6 28,0 28,7 29,1 29,5 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)


(45)

Tabel 5. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 5-6

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 29,8 30,2 30,6 31,0 31,4 31,8 32,4 32,6 32,9 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 33,2 33,6 33,9 34,3 34,7 35,0 35,4 35,7 36,0 36,4 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)

Tabel 6. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 7-8

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 36,8 37,1 37,5 37,5 38,2 38,5 38,9 39,2 39,6 39,9 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 40,2 40,5 40,8 41,1 41,5 41,8 42,0 42,2 42,6 42,9 43,3 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)


(46)

29

Tabel 7. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 9-10

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 43,6 43,9 44,2 44,5 44,9 45,2 45,5 45,8 46,2 46,5 46,8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 47,1 47,4 47,7 48,0 48,4 48,7 49,0 49,3 49,6 49,9 50,2 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)

Tabel 8. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 11-12

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 50,5 50,8 51,1 51,4 51,6 51,9 52,2 52,5 52,8 53,1 53,4 53,7 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 54,0 54,3 54,5 54,8 55,1 55,4 55,7 56,0 56,3 56,5 56,8 57,1 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)


(47)

Tabel 9. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 13-14

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 57,4 57,6 57,9 58,2 58,5 58,7 59,0 59,3 59,5 59,8 60,0 60,3 60,6 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 60,8 61,1 61,4 61,7 62,0 62,2 62,5 62,7 63,0 63,2 63,5 63,8 64,0 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)

Tabel 10. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 15-16

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 64,3 64,4 64,8 65,1 65,3 65,6 65,9 66,2 66,5 66,7 66,9 67,2 67,5 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 67,8 68,0 68,3 68,5 68,8 69,0 69,3 69,5 69,7 69,9 70,2 70,5 70,7 70,9 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)


(48)

31

Tabel 11. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level17-18

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 71,2 71,4 71,6 71,9 72,2 72,4 72,6 72,9 73,2 73,4 73,6 73,9 74,2 74,4 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 74,6 74,8 75,0 75,3 75,6 75,8 76,0 76,2 76,5 76,7 76,9 77,2 77,4 77,6 77,9 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)

Tabel 12. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 19-20

Tingkat Bolak- Balik

Prediksi VO2 Max

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 78,1 78,3 78,5 78,8 79,0 79,2 79,5 79,7 79,9 80,2 80,4 80,6 80,8 81,0 81,3 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 81,5 81,8 82,0 82,2 82,4 82,6 82,8 83,0 83,2 83,5 83,7 83,9 84,1 84,3 84,5 84,8 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27)


(49)

Tabel 13. Prediksi Nilai VO2 max Bleep Test Level 21

Tingkat Bolak- Balik Prediksi VO2 Max 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 85,0 85,2 85,4 85,6 85,8 86,1 86,3 86,5 86,7 86,9 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 27) 3) Lari 12 Menit

Berlari selama 12 menit dan dicatat jarak yang diempuhnya sampai dengan 100 m terdekat.

Rumus yang sering dipergunakan untuk mengukur Vo2max : VO2max = Jarak yang ditempuh (meter) – 504.9) / 44.73.

Tabel 14: Norma Tes Lari 12 Menit Untuk Laki-Laki

Kategori Usia (tahun)

13-19 20-29

Baik Sekali Skor: 5 Baik Skor: 4 Cukup Skor: 3 Kurang Skor: 2 Krg Sekali Skor: 1 Vo2 max 12 mnt (Km) VO2 max 12 mnt (Km) Vo2 max 12 mnt (Km) Vo2 max 12 mnt (Km) Vo2 max 12 mnt (Km

> 51.0 > 2.76 45.2-50.9 2.51-2.75 38.4-45.1 2.20-2.49 35.0-38.3 2.08-2.19 < 35.0 < 2.08 > 46.5 > 2.64 42.5-46.4 2.40-2.62 36.5-42.4 2.11-2.38 33.0-36.4 1.95-2.09 < 33.0 < 1.95


(50)

33

Tabel15 :Norma Tes Lari 12 Menit Untuk Perempuan

Kategori Usia (tahun)

13-19 20-29

Baik Sekali Skor: 5 Baik Skor: 4 Cukup Skor: 3 Kurang Skor: 2 Krg Sekali Skor: 1 Vo2 max 12 mnt (Km) VO2 max 12 mnt (Km) Vo2 max 12 mnt (Km) Vo2 max 12 mnt (Km) Vo2 max 12 mnt (Km

> 51.0 > 2.76 45.2-50.9 2.51-2.75 38.4-45.1 2.20-2.49 35.0-38.3 2.08-2.19 < 35.0 < 2.08 > 46.5 > 2.64 42.5-46.4 2.40-2.62 36.5-42.4 2.11-2.38 33.0-36.4 1.95-2.09 < 33.0 < 1.95 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 23)

4) Lari 2,4 Kilo meter

Pengukuran kesegaran jasmani dilakukan dengan menggunakan tes lari 2,4 km (Cooper) tujuannya untuk mengetahui daya tahan kerja jantung dan pernapasan.

Tabel 16: Kriteria penilaian lari 2400 meter untuk laki laki

Kategori Usia

13-19 20-29 Sangat

kurang > -15.31 > -16.01 Kurang

12.11-15.30

14.01-16.00 Sedang

10.49-12.10

12.01-14.00

Baik

09.41-10.48

10.46-12.00 Baik sekali

08.37-09.40

09.45-10.45 Terlatih < -08.37 < -09.45 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 23)


(51)

Tabel 17: Kriteria penilaian lari 2400 meter untuk perempuan

Kategori Usia

13-19 20-29 Sangat

kurang > -18.31 > -19.01 Kurang

16.55-18.30

18.31-19.00 Sedang

14.31-16.54

15.55-18.30

Baik

12.30-14.30

13.31-15.54 Baik sekali

11.50-12.29

12.30-13.30 Terlatih < -11.50 < -12.30 (Sumber: Andi Suntoda.2009: 23) 5) Tes Balke

Hasil tes jenis ini dapat menunjukkan prosentase penggunaan O2 dalam kerja maksimal; atau dengan kata lain hasil tes ini dapat memprediksi berapa banyak seseorang memerlukan oksigen untuk melakukan kerja maksimal.

x meter

VO2 Max = (- 133) X 0,172 + 33,3 15

Tabel 18: Kriteria Penilaian VO2 max laki-laki Menurut Cooper

No Norma Usia

20 – 29 30 - 39

1. Baik Sekali ≥ 53 ≥ 40

2. Baik 38 – 41 36 – 39

3. Cukup 35 – 37 33 – 35

4. Kurang 32 – 34 30 – 32

5. Kurang Sekali ≤ 31 ≤ 29


(52)

35

Tabel 19: Kriteria Penilaian VO2 max perempuan Menurut Cooper

No Norma Usia

20 – 29 30 - 39

1. Baik Sekali ≥ 49 ≥ 48

2. Baik 45 – 48 43 – 47

3. Cukup 42 – 44 40 – 42

4. Kurang 38 – 41 36 – 39

5. Kurang Sekali ≤ 37 ≤ 35

(Sumber: Andi Suntoda.2009: 24)

Dalam penelitian ini untuk mengetahui kesegaran kardiorespirasi siswa peneliti akan mengukur VO2 max dengan menggunakan multistage Fitnees tes karena: (a) karakteristik lari multi stage hampir sama dengan karakteristik permainan bola voli yaitu lari jalan dan berhenti. (b) tidak membutuhkan lapangan yang luas, (c) dapat untuk mengukur siswa lebih banyak sekaligus, (d) dengan adanya level akan terlihat sangat jelas apakah ada peningkatan pada peserta.

Tes lari multi stage juga digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian I Wyn Dedy Hariyanta, I Gst Lanang Agung Parwata, Ni Pt Dewi Sri Wahyuni yang berjudul Pengaruh Circuit Training Terhadap Kekuatan Otot Tungkai Dan VO2 Max dan sebagai sampelnya adalah siswa putra SMP N 3 salemandag timur.

2. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan

Menurut Suharno, dalam (Djoko Pekik Irianto 2002: 11) latihan atau training adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban


(53)

fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Sistematis tersebut diatas artinya proses pelaksanaan dilaksanakan secara teratur, terencana menggunakan pola dan sistem tertentu, metodis, berkesinambungan dari sederhana menuju yang kompleks, dari yang mudah ke sulit, dari yang sedikit ke banyak dan sebagainya. Sedangkan berulang-ulang artinya harus dilatih secara bertahap dan dikerjakan berkali-kali agar gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis, reflektif menjadi efisien.

Hare dalam (Djoko Pekik Irianto 2002: 11) juga mendefenisikan bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan diri kesapan olahragawan. Penyempurnaan artinya meningkatkan keterampilan dari apa yang telah dimiliki oleh atlet atau peserta didik ketingkat yang lebih baik, dan pendekatan ilmiah yang dimaksudkan adalah suatu proses latihan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmuan bukan karena faktor kebetulan, sedangkan prinsip pendidikan artinya upaya untuk membawa peserta didik kepada tingkat kemandirian dan kedewasaan. Bompa, dalam (Djoko Pekik Irianto 2002: 11) mengartikan latihan sebagai program pengembangan olahrgawan untuk event khusus, melalui peningkatan keterampilan dan kapasitas energi.


(54)

37

Menurut Sukadiyanto (2005: 6) latihan adalah proses perubahan yang kearah yang lebih baik, yaitu meningkatkan fisik, fungsional peralatan tubuh dan kualitas fisik.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan proses penyempurnaan keterampilan yang dilakukan peserta didik ataupun atlet secara sistematis, terstruktur, berulang-ulang, serta berkesinambungan dan bertahap agar dapat meraih prestasi yang lebih baik.

b. Tujuan Latihan

Menurut Sukadiyanto (2005: 8) sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam mencapai prestasi puncak. Lebih lanjut Sukadiyanto menjelaskan tujuan latihan secara garis besar yaitu untuk (a) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, (c) menambah dan menyempurnakan teknik, (d) mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik dan pola bermain, (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding

Rusli Lutan (2000: 5) menjelaskan tujuan utama latihan adalah untuk mengembangkan keterampilan dan performa atlet. Lebih lanjut Rusli Lutan menjelakan tujuan umum dari latihan selain untuk keselamtan (pencegahan cidera) dan kesehatan adalah mencakup pengembangan dan penyempurnaan; (1) fisik dan mental, (2) fisik


(55)

secara khusus sesuai dengan tuntutan kebutuhan cabang olahrganya, (3) tekhnik cabang olahraganya, (4) taktik atau strategi yang dibutuhkan, (5) kualitas kesiapan bertanding, (6) persiapan optimal olahraga beregu, (7) keadaan kesehatan atlet, (8) pengetahuan atlet tentang fisiologi, psikologi, rencana program, nutrisi serta masa regenerasi.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Untuk keberhasilan proses latihan, maka latihan harus mengacu pada prinsip-prinsip latihan. rusli Lutan (2000: 17) menjelaskan bila prinsip latihan dilaksanakan secara konsekwen maka prestasi optimal bukan tidak mungkin akan lebih lancar tercapai.

Bompa dalam (Rusli Lutan 2002: 17) mengemukan prinsip latihan adalah sebagai berikut; (1) prinsip aktif dan kesungguhan berlatih, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individualisasi, (5) prinsip variasi latihan, (6) prinsip model dalam proses latihan, (7) prinsip overload dan penambahan beban latihan.

Rusli Lutan (200: 17-37) sendiri, menjelakan 11 prinsip-prinsip latihan:

1) Prinsip Aktif dan Kesungguhan

Faktor terpenting untuk mendukung pencapaian keberhasilan atlet adalah kesungguhan dan keaktifan atlet dalam mengikuti latihan.


(56)

39 2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Atlet diberikan kebebasan untuk melakukan berbagai keterampilan fisik lainnya. Prinsip ini umumnya digunakan pada program latihan bagi anak dan remaja.

3) Prinsip Spesialisasi

Spesialisasi adalah latihan yang khusus untuk satu cabang olahraga yang mengarah kepada perubahan morfologis dan funsional dikaitkan dengan spesifikasi cabang olahraga yang bersangkutan. 4) Prinsip Individualisasi

Prinsip individualisasi adalah pemberian program latihan yang berbeda bagi setiap altlet. Karena setiap atlet memiliki kemampuan yang berbeda. Namun bukan berarti tidak dapat ditetapkan sama sekali, dapat dilakukan dengan pembentukan kelompok-kelompok yang setara kemampuannya.

5) Prinsip Variasi Latihan

Bentuk bentuk latihan yang bervariasi akan membawa kegembiraan dalam berlatih. Variasi latihan adalah untuk menghilangkan kejenuhan atlet dalam mengikuti latihan.

6) Prinsip Model Latihan

Model merupakan sebuah tiruan, stimulasi dari suatu kenyatan yang disusun dari suatu elemen-elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang dapat diawasi dan diselidiki dari seseorang. Model latihan harus berkaitan dengan sifat-sifat pertandingan.


(57)

7) Prinsip Efisiensi

Efisiensi adalah pembinaan yang berdasarkan pada kaidah pembinaan yang benar. Setiap keputusan pembinaan atau pelatihan perlu didasarkan pada pertimbangan tentang kelayakan teknis dan ekonomis.

8) Prinsip Kesinambungan

Pelaksanaan latihan yang tidak terputus-putus karena diselingi masa istirahat yang lama seperti sakit, cidera dan kesibukan.

9) Prinsip Overload

Prinsip overload merupakan pembebanan latihan yang selalu secara bertahap akan. Prinsip overload merupakan prasyarat untuk meningkatkan prestasi.

10) Prinsip Pembinaan Seutuhnya

Pembinaan tertuju pada aspek-aspek pelatihan seutuhnya yang mencakup kepribadian atlet, kondisi fisik, keterampilan tekhnik, keterampilan taktis, dan kemampuan mental. (Rusli Lutan 200: 17-37)

Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2002: 43-49) mengemukakan bahwa latihan harus berprinsip kepada: (1)overload (beban berlebih); tubuh disesuaikan dan adaptasi, (2) specifity (prisip kekhususan); latihan sesuai dengan saran yang diinginkan, (3)


(58)

41

reversible ( prinsip kembali asal); adapatasi latihan akan berkurang bahkan hilang apabila tidak berkelanjutan dan tidak teratur.

Menurut scott haywood, (2009: 1) ketika merancang program pelatihan kebugaran professional, selalu menggunakan prinsip FITT sebagai titik.

1) Frekuensi

Frekuensi adalah seberapa sering seseorang melakukan tugas dan aktivitas jasmani yang berkaitan dengan kesehatan. Untuk setiap komponen, dianjurkan guna mencapai derajat kebugaran yang memadai, keseringan melakukannya adalah 3-4 kali per minggu. Dalam penelitian ini frekuensi latiahan sebanyak 3 kali per minggu. 2) Intensitas

Intensitas merupakan berat ringannya suatu latihan. Intensitas latihan dibagi menjadi tiga, yaitu; ringan (60-70%), sedang (70-85%) dan berat (>85-100%). Salah satu cara untuk menghitung intensitas latihan berdasarkan tolak ukur “Nadi”, adalah sebagai berikut.

Intensitas latihan = 60 s.d. 90% x { ( 220- usia( tahun) }

Untuk mengukur intensitas seseorang sudah beraktivitas dalam intensitas sedang ialah dengan menghitung denyut nadi selama 10 detik, serta kemudian mengalikan hasilnya dengan 6.


(59)

Setelah itu dibandingkan dengan denyut nadi minimal intensitas sedang yaitu 70% dari 220 kurang usia.

3) Tipe

Yang dimaksudkan tipe disini adalah kekhasan dari bentuk latihan atau aktivitas jasmani yang dilakukan oleh siswa untuk meningkatkan komponen kebugaran jasmani. Kekhasan latihan itu terkait dengan sistem energi untuk melaksanakan suatu kegiatan. Bila siswa melakukan latihan aerobik, maka sistem energi tergantung pada sistem oksigen. Dalam penelitian ini tipe latihan yang digunakan adalah tipe aerobik.

4) Waktu (time)

Beberapa peneliti mengindikasikan bahwa manfaat dapat diperoleh dengan 20 menit tiga kali seminggu. Namun demikian pada umumnya kebnyakan orang membutuhkan lebih dari itu.


(60)

43

Tabel 20. Prinsip prinsip pelatihan fitness aerobik

Aspek Pembinaan Fitness Berkaitan Dengan Kesehatan Fitness Berkaitan Kesehatan Taraf Lanjut Fitness Berkaitan Performa Olahraga Frekuensi Intensitas Waktu Tipe Overload Spesifikasi

3 kali per minggu 50-60% DNM 30 menit total Jalan jogging, tari, permainan dan aktivitas yang memerlukan

perlengkapan minimal Tak perlu diterapkan untuk anak-anak

Anak bebas memilh aktivitas

3-5 kali per minggu 60-70% DNM 40-60 menit total Jogging, lari,

permainan antar kelas atau antar sekolah

Kegiatan beragam tempo meningkat atau istitahat berkurang

Program dirancang bersama siswa

5-6 kali per minggu 65-90% DNM 50-120 menit Program latihan, lari aerobik, pembinaan olahraga disekolah atau klub

Program ditekankan pada lama latihan untuk memenuhi

overload

Spesifikasi set, repetisi set dan latihan untuk mencapai hasil yang maksimal

(Sumber: Rusli Lutan 2000: 161)

Menurut Sukadiyanto (2005: 12) prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Lebih lanjut menurut Sukadiyanto (2005: 12-22) prinsip-prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: (a) prinsip kesiapan, (b) individual, (c) adaptasi,


(61)

(d) beban lebih, (e) progresif, (f) spesifik, (g) variasi, (h) pemanasan dan pendinginan, (i) latihan jangka panjang, (j) prinsip berkebalikan, (k) tidak berlebihan, (l) sistematik.

Dalam penelitian ini akan digunakan prinsip sebagai berikut: (1) frekuensi: 3 kali seminggu, (2) intensitas: 70-85 % DNM , (3) waktu: 30-60 menit waktu total, (4) tipe: aerobik, (5) pemanasan dan pendinginan selama 10 menit, (6) overload.

3. Hakikat Skipping a. Pengertian Skipping

Menurut Bayu Surya (2010: 3) Lompat tali dikenal dengan istilah rope skipping. Lompat tali (skipping) adalah suatu aktivitas yang menggunakan tali dengan kedua ujung tali dipegang dengan kedua tangan lalu diayunkan melewati kepala sampai kaki sambil melompatinya.

Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 orang. Skipping merupakan suatu aktivitas yang menggunakan tali dengan kedua ujung tali dipegang dengan kedua tangan lalu diayunkan melewati kepala sampai kaki sambil melompatinya. Lompat tali atau skipping juga merupakan suatu bentuk latihan CV (kardiovaskuler) yang sangat baik karena dapat menjadikan sebuah latihan yang sangat berat dan dapat meningkatkan daya tahan dan kecepatan. Hal ini dijelaskan oleh Chrissie Gallagher dalam ( Eko. A 2012: 12) lompat tali atau skipping adalah suatu bentuk latihan CV (kardiovaskuler) yang sangat baik karena dapat


(62)

45

menjadikan sebuah latihan yang sangat berat dan dapat meningkatkan daya tahan dan kecepatan.

b. Tujuan Skipping

Menurut Muhammad Muhyi Faqur (2009: 23) sasaran ataupun tujuan dalam lompat tali adalah: (1) mengembangkan daya tahan, (2) mengembangkan kekuatan kaki dan lengan, (3) mengembangkan kekuatan kardiovaskuler, (4) membantu memahami ritme gerakan melalui aktivitas ini, (5) mengembangkan koordinasi gerakan tangan dan kaki, (6) membantu mengembangkan keseimbangan tubuh yang baik. (Romadhoni Aprianto 2014: 24-25)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan skipping dapat meningkatkan kesegaran kardiorespirasi.

c. Beberapa Teknik dan Variasi yang Ada dalam Skipping

Pada zaman dulu olahraga skipping hanya diamainkan dengan satu lompatan saja, tapi sekarang skipping dimainkan dengan berbagai variasi dan teknik.

Menurut Charsie Gallagher dalam (Romadhoni Aprianto 2014: 17), ada enam variasi dalam skipping yaitu: (1) angkat satu lutut sambil melompat,(2) melompat maju mundur, (3) lompat tali dengan kedua kaki secara bersamaan, (4) lompat tali dengan lompatan tali disilangkan, (5) lakukan lompatan yang tinggi diatas tali, (6) melakukan lompatan bintang (star jump) diantara waktu ketika tali berada dibawah.


(63)

Berdasarkan video yang diunggah oleh Bloom to Fit di Youtube(2013) yang berjudul “50 Jump Rope Exercise To Build A Better Body” ada 50 tekhnik dan variasi dalam skipping, yaitu: basic single under (dasar di bawah satu), off step (langkah ditempat), boxer step (langkah petinju), side to side (sisi ke sisi), front to back (depan ke belakang), sprints (lari), cross step (langkah lintas), double cross step (lintas langkah ganda ), plyo cross step (lintaslangkah plyo).

Side straddle (melompat ke sisi), diagonal straddle (lompat menyilang), high knees (lutut tinggi), butt kicks (tendangan pantat), heel to toe (tumit sampai ujung kaki), twisters (twister), criss cross (berselang lintas atau tali menyilang), sprint and criss (berlari dan bersilang), heel jump (melompat dengan tumit), single heel to toe (tumit tunggal untuk kaki), scissor step (langkah gunting), half scissor step (setengah langkah gunting).

Mummy kicks (tendangan mumi), lateral mummy kicks (tendangan mumi lateralis), two at time (dua pada satu waktu), single foot (kaki tunggal), single foot side to side (satu kaki sisi ke sisi), single foot single to back (satu kaki tunggal untuk kembali), single foot criss cross (satu kaki lintas berselang), single foot circles (lingkaran kaki tunggal), double under (bawah ganda), double under scissor step (dua kali lipat di bawah langkah gunting), double under criss cross (dua kali lipat di bawah lintas salib), single foot double under (tunggal kaki ganda di bawah).


(64)

47

Up and over (atas dan melewati), single under 360 (tunggal di bawah 360), single foot single under 360 (satu kaki tunggal di bawah 360), side swing (sisi ayunan), double side swing (sisi ganda ayunan), 1 hand side swing (1 tangan sisi ayunan), short sprint (lari pendek), forward to backward stop transition (maju untuk mundur berhenti ganti), forward to backward side swing transition (maju untuk mundur ganti sisi ayunan), quick rotation (rotasi cepat), backward single under (mundur di bawah tunggal), backward double under (mundur di bawah ganda), heavy rope single under (tali tunggal berat di bawah), heavy rope criss cross (berat tali lintas silang), heavy rope double under (tali ganda berat di bawah), triple under (di bawah tiga), single under acceleration (tunggal di bawah akselerasi). (http://www.youtube.com/ watch?v =rSYkJIOnT78)

Teknik dan variasi yang akan digunakan dalam penelitian ini serta cara melakukannya sebagai berikut:

1) Basic single under (dasar dibawah satu) Cara melakukan

a). Posisi tubuh tegak

b). Tangan berada disamping badan c). Posisi kaki rapat

d). Gerakan kaki melompat keatas

e). Melompat menggunakan dua kaki bersamaan f). Satu lompatan dalam satu ayunan.


(65)

Gambar 3. Basic single under skipping

(http://img4-1.realsimple.timeinc.net/images/0111/basic-jump-illo2_300.jpg)

2) Criss cros (lintas bersilang) Cara melakukan

a). Posisi tubuh tegak

b). Gerakan tangan mendekat dan menjauhi pusar badan c). Posisi kaki rapat

d). Gerakan kaki melompat keatas

e). Melompat menggunakan dua kaki bersamaan f). Satu lompatan dalam satu ayunan.


(66)

49

Gambar 4.Criss cross skipping

(http://si.wsj.net/public/resources/images/OBNI926_HowToJ_G_2011 0401161619.jpg)

3) off step (langkah ditempat) Cara melakukan

a). Posisi tubuh tegak

b). Tangan berada disamping badan

c). Gerakan kaki seperti orang berjalan tapi ditempat

d). Melompat dengan tumpuan satu kaki dan mendarat dengan kaki yang lainnya.


(67)

Gambar 5. Off step Skipping

(http:// richarddwiky.blogspot.com/2013/09/kebugaran-jasmani.html)

4). Front to back (depan ke belakang) Cara melakukan

a). Posisi tubuh tegak

b). Tangan berada disamping badan c). Posisi kaki rapat

d). Gerakan kaki melompat kedepan lalu kebelakang

e). Kaki melompat kebelakang saat tali berada di atas kepala dan melompat kedepan saat berada di bawah

f). Melompat menggunakan dua kaki bersamaan g). Satu lompatan dalam satu ayunan.


(68)

51

Gambar 6. Front to back skipping

(http://www.youtube.com/watch?v=0Qu609OYWsM) 5). Single foot (kaki tunggal)

Cara melakukan a). Posisi tubuh tegak

b). Tangan berada disamping badan c). Posisi kaki rapat

d). Gerakan kaki melompat keatas f). Melompat menggunakan satu kaki g). Satu lompatan dalam satu ayunan.

Gambar 7. Single foot skipping

(http://www.humankinetics.com/AcuCustom/Sitename/DAM/052/p47 ph1_artL.jpg)


(69)

Dalam penelitian ini bermain tali skipping akan dilakukan selama 4 menit setiap set dengan jeda selama 1 menit. Setiap satu detik, satu putaran tali. Program latihan akan dimulai dengan enam set, kemudian setiap 3 pertemuan atau satu minggu set akan di tambah dan teknik variasi skipping akan diganti.

4. Hakikat Jalan Cepat

Menurut Eddy Purnomo (2007: 9) jalan cepat adalah gerak langkah yang terus menerus, sehingga kontak dengan tanah tidak pernah terputus. Pada periode melangkah dimana satu kaki harus berada di tanah (kaki tumpu), dan kaki ayun mendarat dengan tumit terlebih dahulu dan lutut harus lurus.

Jalan cepat merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik dan resmi diperlombakan dalam kejuaraan-kejuaraan atletik, baik nasional maupun internasional. Jika ditinjau secara teknis jalan cepat hampir sama gerakannya dengan berjalan pada kehidupan sehari-hari. Yaitu sama-sama menggunakan kaki dan lengan sebagai sumber gerakan. Tetapi melakukan jalan cepat tidaklah semudah seperti berjalan dalam kehidupan sehari-hari. Teknik pelaksanaan jalan cepat dapat dirinci sebagai berikut :

a. Start

Start jalan cepat biasanya dilakukan dengan berdiri, karena start tersebut tidak mempunyai pengaruh yang berarti pada hasil perlombaan, maka tidak perlu ada teknik khusus yang harus dipelajari atau dilatih.


(70)

53 b. Langkah

Dimulai dari gerakan mengangkat pada kaki ayun ke depan lutut terlihat, tungkai bawah tergantung lemas, karena ayunan paha ke depan, menyebabkan lutut menjadi lurus, kemudian menapak pada tumit terlebih dahulu menyentuh tanah, bersamaan dengan mengangkat tumit. Selanjutnya ujung kaki tumpu lepas dari tanah ganti dengan kaki ayun. c. Condongan Badan

Condongan badan dimulai dari kepala, punggung/dada, pinggang sampai tungkai bawah sedikit condong ke depan.

d. Ayunan Lengan

Ayunan lengan kiri ke depan bersamaan dengan mengangkat paha dan kaki kanan, sehingga koordinasinya adalah lengan kiri bersamaan dengan kaki kanan dan lengan kanan bersamaan dengan kaki kiri. (Taek Bete 2014:33-34)

Gambar 8. Serangkaian gerakan jalan cepat


(71)

Dalam penelitian ini, jalan cepat dilakukan sejauh selama 4 menit memutari lapangan voli dalam setiap set dengan jeda satu menit. Setiap 3 kali pertemuan atau satu minggu setnya akan ditambah.

B. Penelitian yang relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ilham (2011) yang berjudul pengaruh permainan tradisional terhadap kemampuan lompat jauh tanpa awalan siswa Sekolah Dasar Negeri No.52/IV kota Jambi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan lompat jauh tanpa awalan pada siswa Sekolah Dasar. Hal ini ditunjukan dengan korelasit-hitung =10,561 dikonsultasikan dengan nilai t table (d.b.) =N-I=31-1= 30 dengan t0,05 adalah t =2,04 dan

t0,01 adalah t =2,75 persamaan penelitian ini adalah sama meneliti

pengaruh sebuah aktivitas.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Dermawan (2009) yang berjudul pengaruh latihan sirkuit terhadap kesegaran kardiorespirasi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulu tangkis di SMP Negeri 1 Sleman menunjukkan ada pengaruh signifikan latihan sirkuit terhadap kesegaran kardiorepirasi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulu tangkis di SMP Negeri 1 Sleman. Hal ini ditunjukan dengan nilai t tabel 1,729 dan t hitung 17,324. Persamaan penelitian ini adalah sama meneliti sebuah aktivitas terhadap peningkatan kesegaran kardiorespirasi.


(72)

55 C. Kerangka Berfikir

Kesegaran kardiorespiarsi merupakan salah komponen kesegaran jasmani, sedangkan kebugaran jasmani merupakan salah faktor yang menentukan prestasi seorang atlet selain teknik, taktik dan mental bertanding. Untuk meningkatkan kesegaran kardiorespirasi perlu melakukan latihan dalam waktu yang lama dengan intensitas sedang.

Kesegaran kardiorespirasi merupakan kemampuan seseorang yang berkaitan dengan jantung, paru-paru dan sistem peredaran darah. Untuk melatih kesegaran kardiorespirasi dibutuhkan latihan yang memerlukan watu yang lama dengan intensitas sedang. Aktivitas dalam intensitas sedang yang dipilih oleh peneliti adalah skipping dan jalan cepat.

Skipping merupakan olahraga yang melompati seutas tali. Gerakan skipping yang lebih dominan adalah melompat. Sedangkan jalan cepat adalah gerak langkah maju yang dilakukan sedemikian rupa sehingga pejalan tetap bersentuhan dengan tanah. Skipping dan jalan cepat merupakan aktivitas yang melibatkan hampir semua otot, sehingga dapat memacu kerja jantung.

Penelitian yang dilakukan oleh Ilham (2011) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pengaruh permainan lompat tali terhadap kemampuan lompat jauh tanpa awalan terhadap siswa sekolah dasar. Salah satu materi permainan tradisioal yang disebutkan adalah lompat tali. Dengan ini peneliti berkeinginan untuk melakukan penelititan tentang pengaruh bermain tali skipping dan jalan cepat terhadap kesegaran kardiorespirasi pada siswa SMP.


(73)

Dengan melihat teori diatas maka peneliti berharap bahwa program bermain tali skipping dan jalan cepat merupakan suatu metode yang tepat untuk meningkatkan kesegaran kardiorespirasi.

D. Hipotesis penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat diajukan hipotesis yang akan diuji yaitu :

1. Ada pengaruh bermain tali skipping terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

2. Ada pengaruh jalan cepat terhadap peningkatan kebugaran kardiorespirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.

3. Bermain tali skipping lebih baik untuk meningkatkan kesegaran kardiorepirasi peserta ektrakurikuler voli di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu tahun 2014-2015.


(74)

57 Bab III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian two group pretest-post test design. Desain tersebut perlu diterapkan seperti gambar berikut:

K1

K2

Keterangan:

K1 K2 : Kelompok eksperimen 1 dan 2 X1 : Pre test

X2 : Post test

T1 : Treatment skipping T2 : Treatment jalan cepat

Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama-tama sampel diberi pre test terlebih dahulu dengan menggunakan multi stage tes. Kemudian sampel dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan pairing ordinal. Setelah itu sampel diberi treatment sebanyak 14 kali pertemuan. Kelompok pertama diberi perlakuan bermain tali skpiing dan kelompok ke-dua diberi perlakuan jalan cepat. Kemudian sampel diberi post test untuk mengetahui hasil akhir.

T1

T2

X2

X1


(75)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Jenis populasi dalam penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu siswa SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli tahun 2014-2015 yang berjumlah 24 orang. Menurut Riduwan (2012: 10) Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Teknik penarikan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, yaitu sampel dari keseluruhan populasi siswa SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli tahun 2014-2015 yang berjumlah 24 orang. Riduwan (2012: 11) menyimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai cirri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Dalam penentuan sampel apabila jumlah populasi kecil, atau kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua.

C. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2010: 30) variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Ada beberapa macam variabel diantaranya variabel indipenden, dependen, moderator, Intervening dan control.


(76)

59

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Variabel bebas yaitu bermain tali skipping dan jalan cepat sedangkan variabel terikatnya yaitu kesegaran kardiorespirasi.

1. Bermain tali skipping, aktivitas melompat dengan seutas tali yang dilakukan perorangan selama empat menit dengan repetisi sebanyak 360 kali dan set sebanyak 6 set.

2. Jalan cepat, suatu gerak seperti orang berjalan yang merupakan salah satu cabang atletik yang dilakukan selama empat menit memutari lapangan voli dan tidak boleh memotong orang yang didepan.

3. kesegaran kardiorespirasi kemampuan jantung dan paru untuk mengambil dan menyalurkan oksigen ke otot melalui sistem peredaran darah untuk melakukan aktivitas yang cukup tinggi dalam waktu yang lama dan diukur dengan multi stage level test.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Yayasan Pendidikan Nasional Belinyu Bangka,. dalam waktu 2 bulan, seminggu 3 kali bermain tali skipping dan jalan cepat dengan durasi latihan 30-60 menit, dengan waktu setiap set selama 4 menit. Satu teknik skipping digunakan dalam 3 kali pertemuan dan ditambah 1 set. Jalan cepat akan ditambah 1 set setiap 3 pertemuan.

E. Instrumendan Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, teknik pengumpulan data adalah langkah penting dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan


(77)

teknik tes dan pengukuran. Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur terampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki kelompok atau individu (Riduwan, 2012 : 12). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik tes dan pengukuran adalah satu cara untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran kesegaran kardiorespirasi. Tes menggunakan multi stage level test.

Pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Tes awal

Tes awal untuk mengetahui tingkat kesegaran kardiorespirasi dengan mengunakan tesl ari multi stage.

2. Perlakuan

Perlakuan (treatment) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengintruksikan peserta ekstrakulikuler untuk melakukan jalan cepat dan bermain tali skipping. Sebelum melakukan skipping dan jalan cepat, peserta akan melakukan pemanasa terlebih dahulu. Setelah pemanasan peserta akan melakukan latihan. kelompok pertama melakukan skipping dan kelompok ke dua latihan jalan cepat. Setelah latihan akan diberikan pendinginan. Perlakuanakan diberikan sebanyak 16 kali pertemuan, dan setiap satu teknik dan variasi skipping di gunakan maksimal untuk 3 pertemuan;


(78)

61 Kelompok Eksperimen 1 (skipping)

a. Untuk pertemuanke 2, 3 dan 4 menggunakan teknik dan variasi skipping basic single under selama 4 menit sebanyak 6 set

b. Untuk pertemuanke 5, 6 dan 7 menggunakan teknik dan variasi skipping criss cross selama 4 menit sebanyak 7 set

c. Untuk pertemuanke 8, 9 dan 10 menggunakan teknik dan variasi skipping off step selama 4 menit sebanyak 8 set

d. Untuk pertemuan ke 11, 12 dan 13 menggunakan teknik dan variasi skipping front of back selama 4 menit sebanyak 9 set

e. Untuk pertemuan ke 14 dan 15 menggunakan teknik dan variasi skipping single foot selama 4 menit sebanyak 10 set

Kelompok Eksperimen 2 (jalan cepat)

a. Untuk pertemuan ke 2, 3 dan 4 jalan cepat selama 4 menit sebanyak 6 set

b. Untuk pertemuan ke 5, 6 dan7 jalan cepat selama 4 menit sebanyak 7 set

c. Untuk pertemuan ke 8, 9 dan 10 jalan cepat selama 4 menit sebanyak 8 set

d. Untuk pertemuan ke 11, 12 dan 13 jalan cepat selama 4 menit sebanyak 9 set

e. Untuk pertemuan ke 14 dan 15 jalan cepat selama 4 menit sebanyak 10 set


(79)

3. Tes akhir

Tes akhir untuk mengetahui tingkat kesegaran kardiorespirasi dengan tes lari multi stage setelah diberiperlakuan. Kemudian dibandingkan selisih antara tes awal dan tes akhir. Tes akhir akan diberikan pada pertemuan ke 16 belas.

F. TeknikAnalisis Data

Bentuk data dalam penelitian ini adalah bentuk angka meliputi: data dari kemampuan Vo2 Max. Secara teknik cara pengukurannya meliputi 4 cara, maka sebelum dilakukan penghitungan statistic deskriptif terlebih dahulu dilakukan transformasi data diubah kedalam skor T baru kemudian dilakukan penghitungan-penghitungan statistik deskriptif dan juga dilakukan uji persyaratan yakni uji normalitas menggunakan statistik non parametric dengan kolmogorov-Smirnovtes, dan uji homogenitas dengan Chi-Square dan untuk uji linieritas dan keberartian model denganuji T.

Data yang diperoleh melalui tes kemampuan Vo2 Max dianalisis dengan teknik statistik, untuk membuktikan signifikan perbedaan dari hasil treatment berupa bermain tali skipping dan jalan cepat tersebut digunakan rumus uji- T.


(80)

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data dan Analisis Data

a. Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi Pretest

dan Posttest

Deskripsi data penelitian berfungsi untuk mempermudah penelitian yang telah dilakukan. Deskripsi data penelitian meliputi data Pretest dan Posttest dari eksperimen yang dilakukan. Dalam sub-bab ini akan disajikan satu persatu data penelitian, dari data pretest dan posttest dari kelompok eksperimen Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi Pretest dan Posttest.

Tabel 21. Data Pretest dan Posttest Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi

Subjek Pretest Posttest

X 1 37.1 38.2

X 2 36.8 38.2

X 3 36.8 34.3

X 4 35.7 36.1

X 5 34.7 36.8

X 6 34.7 36.8

X 7 33.9 38.2

X 8 34.2 35.4

X 9 31.8 34.3

X 10 31.0 35.5

X 11 29.8 38.5


(81)

Pretest Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi memiliki nilai minimum 27.60, nilai maksimum 37.10, rerata 33.67, median 34.45, modus 34.70, dan standar deviasi 3.02. Posttest Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi memiliki nilai minimum 34.30, nilai maksimum 38.50, rerata 36.71, median 36.80, modus 38.20, dan standar deviasi 1.57.

Tabel 22. Frekuensi Data Perbandingan Pretest dan Postest Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi

Pretest Postest

Nilai Minimum 27.60 34.30

Nilai Maksimum 37.10 38.50

Rerata 33.67 36.71

Median 34.45 36.80

Modus 34.70 38.20

Std. Deviasi 3.02 1.57

Gambar 9. Histogram Perbandingan rata-rata pretest dan posttest Bermain Tali Skipping terhadap Kesegaran Kardiorespirasi

0 20 40

F

r

e k

u

e

n

s i


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

SURVEI TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMPN SE KECAMATAN DEMAK TAHUN AJARAN 2012 2013

0 5 134

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP VERTICAL JUMP ATLET BOLA VOLI DI UKM BOLA VOLI PUTERA Pengaruh Latihan Skipping Terhadap Vertical Jump Atlet Bola Voli Di Ukm Bola Voli Putera Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 5 16

SURVEI TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA PESERTA KEGIATAN EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMPN SE-KECAMATAN DEMAK TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 3 134

TINGKAT KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BOLA VOLI SISWA PUTRA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMP NEGERI 3 SLEMAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 87

PENGARUH LATIHAN DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN NET TERHADAP PENINGKATAN PASSING ATAS BOLA VOLI PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SMK YPKK 1 SLEMAN TAHUN 2015/2016.

0 1 108

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP TINGGI LONCATAN SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMP NEGERI 1 SRANDAKAN BANTUL.

13 36 95

PENGARUH BERMAIN LOMPAT TALI TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI SISWI YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS TAHUN 2015 DI SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA.

1 1 162

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN MELALUI METODE BERMAIN DAN METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PASSING BAWAH PESERTA EKSTRAKURIKULER SD NEGERI WEDIWUTAH TAHUN 2014/2015.

0 1 136

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX PESERTA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT DI SMP NEGERI 26 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 117

PENGUMUMAN PENAMBAHAN RUANG KELAS YPN BELINYU

0 0 1