PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DALAM PRESPEKTIF AL QURAN.

(1)

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

DALAM PRESPEKTIF AL QURAN

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

SITI ULFA DWI RAHMAWATI NIM. E03212039

PRODI AL –QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Ulfa Dwi Rahmawati, Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

prespektif Al- Quran . penulis berkeyakinan bahwa dengan mempelajari

konsep Nabi dalam membebaskan masyarakat dari khamer, maka konsep tersebut bisa diterapkan dalam mengatasi narkoba di Indonesia. Untuk dapat mempelajari cara Nabi tersebut, maka diperlukan penelitan dalam aspek sejarah yang meliputi sejarah masyarakat madinah pada saat itu, kajian tafsir ayat-ayat Alquran dan hadist yang berkaitan dengan Khamer serta usaha para

ulama’ dalam mensikapi tentang Narkoba.

Dengan alasan inilah penulis tertarik untuk mengkaji masalah narkoba yang ditinjau dari sudut pandang tafsir. Alasan menggunakan tinjauan tafsir karena Alquran merupakan kitab suci yang menjelaskan tentang segala aspek di dunia, termasuk narkoba. Jadi penulis meyakini dengan ditemukannya konsep dariAlquran tentang narkoba maka akan dapat menjadi salah satu solusi menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Dari alasan yang terlihat

bagaimana penanggulangan prespektif al quran penulis masih

mempertanyakan 1) bagaimana dinamika narkoba dalam prespektif Al-Quran, 2) dan bagaimana konsep penanggulangan penyalahgunaan narkoba dalam tinjauan Al – Quran. Dan pada akhirnya setelah membaca dari berbagai literatur yang menyatakan bahwa berbagai langkah seorang untuk meyakinkan bahwa yang khamr itu diharamkan. Rumusan masalah dapat terjawab dengan mengetahui beberapa langkah – langkah dari firman – firman Allah yang diturun sehingga muncul berbagai cara seperti halnya mengetahui dari latar belakang keluarga, sikap kepercayaan keagamaan yang dilakukan dan tindakan represif yang dapat di katakana tindakan yang menonjol dalam penyikapan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba.


(7)

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

DEDIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Metode penelitian ... 15

F. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : NARKOBA DAN PENANGGULANGAN NARKOBA A.Pengertian Narkoba ... 21

B. Jenis – Jenis Narkoba ... 22

C. Sumber hukum yang digunakan ... 30

D.Sebab – Sebab Penyalahgunaan Narkoba ... 35

E. Alasan Penggunaan Narkoba ... 38

F. Efek Penyalahgunaan Narkoba ... 40

G.Dampak Penyalahgunaan Narkoba... 43


(9)

BAB III : PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG

PENANGGULANGAN NARKOBA

A.Dinamika penanggulangan Narkoba prespektif Al - quran ... 57 B. Penafsiran ayat tentang penanggulangan Narkoba ... 60 BAB IV : PENANGGULANGAN NARKOBA DALAM PRESPEKTIF Al

-QURAN

A.Upaya penanggulangan dalam prespektif Al - Quran ... 87 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 103 B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Alquran merupakan pedoman hidup umat Islam yang berisi pokok-pokok ajaran yang berguna sebagai tuntunan manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai pedoman hidup, Alquran telah menjelaskan segala aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia untuk kesejahteraannya di dunia. Isi pokok kandungan Alquran seperti yang terkandung dalam surat Al-Fatihah mencakup beberapa aspek, diantaranya : 1) Ajaran tauhid yang tercantum dalam ayat kedua dan keenam, 2) Janji dan ancaman yang tercermin pada ayat ketiga, 3) Ibadah yang termuat dalam ayat keempat, 4) Jalan menuju kebahagiaan hidup yang termaktub dalam ayat kelima, dan 5) Berita-berita atau cerita-cerita umat terdahulu dalam ayat ketujuh.1

Quraish Shihab mengklasifikan ajaran Alquran menjadi tiga, yakni aspek akidah, yaitu ajaran tentang keimanan akan keEsaan Tuhan dan kepastian akan

adanya hari pembalasan; syari‟ah, yaitu ajaran tentang hubungan manusia dengan Tuhannya dan dengan sesamanya; dan akhlak, yaitu ajaran tentang norma-norma keagamaan dan susila yang diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.2

1

Tim penyusun MKD IAIN SUPEL, Studi Al-Qur‟an(Surabaya, 2012, hlm. 10-11. 2

Quraish Shihab, Membumkan Al-Qur‟an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarkat, (Bandung: Mizan, 1999), 40.


(11)

2

Pencapaian ketiga tujuan pokok ini diusahakan oleh Alquran melalui empat cara, yaitu:

1. Perintah memperhatikan alam raya

2. Mengamati pertumbuhan dan pekembangan manusia

3. Kisah-kisah

4. Janji dan ancaman duniawi atau ukhrawi3

Alquran sebagai kitab suci yang paling otentik dan sebagai wahyu yang turun untuk seluruh umat mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah:

1. Petunjuk bagi seluruh umat manusia. Menurut Quraish Shihab, fungsi ini adalah fungsi utama.4 Petunjuk dalam hal ini adalah petunjuk agama yang biasa disebut dengan syariat. Di dalamnya berisi tentang aturan-aturan bagi manusia.

2. Sebagai sumber pokok ajaran Islam Alquran mencakup ajaran hubungan manusia dengan Tuhannya, menjelaskan tentang kehidupan sosial –ekonomi, akhlak, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya.5

Jika dilihat dari fungsi Alquran di atas maka Alquran sebagai pedoman hidup telah menjelaskan tentang segala aspek permasalahan di dalam kehidupan, termasuk permasalahan narkoba, free sex dan penyimpangan lainnya. Permasalahan narkoba merupakan permasalahan yang besar yang di mana telah

3

Quraish Shihab, Tafsir Misbah, vol I, (Jakarta: lentera Hati, 2000), vii. 4

Quraish Shihab, Membumkan Al-Qur‟an, 27.

5


(12)

3

menjadi musuh utama pemerintah dalam usaha memberantasnya. Hal ini perlu dilakukan mengingat betapa besar dampak yang akan ditimbulkan jika pengguna narkoba semakin meningkat. Peningkatan jumlah kasus narkoba telah sering kita dengar baik lewat media cetak maupun media eletronika yang hampir setiap hari terdaat kasus narkoba di dalamnya.

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Kata narkoba berasal dari bahasa Yunani naurkon yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk di dalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.

Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian dari ketiganya yaitu:

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik buatan atau semi buatan yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

mengurangi sampai menimbulkan nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan atau kecanduaan.

2. Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui


(13)

4

pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”.

3. Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan.”6

Jika ditinjau dari segi sejarah, keberadaan narkotika telah ada bersamaan dengan lahirnya agama-agama besar dunia. Tiga abad sebelum Nabi Isa lahir, opium sudah dipergunakan sebagai obat di Mesir yang digunakan sebagai obat tidur dan obat penenang, bahkan dijadikan simbol mata uang.7 Sementara itu ganja telah dipakai oleh penduduk Asia Kecil pada abad ke lima sebelum Masehi untuk meraih kesenangan dan kegembiraan. Tanaman ganja sangat mempengaruhi kehidupan manusia selama brabad-abad di sepanjang pantai utara Afrika sampai ke India.8 Dalam lintas sejarah, ganja mampu mempengaruhi kebudayaan manusia.

Pada zaman Nabi Muhammad, ganja tidak terungkap dengan jalas seta Belum ditemukan hadist yang secara spesifik menjelaskan tentang narkoba dan hukum penggunaannya. Namun yang merajalela pada masa itu adalah masalah khamar yaitu minuman keras dari perasan anggur yang memabukkan. Dalam sejarah disebutkan bahwa masalah khamer muncul pada awal periode Madinah yang ada saat itu minuman khamer telah menjadi suatu tradisi, bahkan menjadi

6

Buku Advokad Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Petugas Lapas Dan Rutan, Hlm1, diambil dari situs resmi BNN

7

Arif hakim, bahaya narkoba, hlm 85.. 8


(14)

5

suguhan dalam menjamu tamu. Para sahabat sebelum turunnya ayat pelarangan tentang khamer sering shalat dalam keadaan mabuk hingga turunlah ayat :

يِذلا اَه يَأ اَي

يِرِباَع َِإ اًبُُج َََو َنوُلوُقَ ت اَم اوُمَلْعَ ت ىتَح ىَراَكُس ْمُتْ نَأَو َة ََصلا اوُبَرْقَ ت ََ اوَُمَآ َن

ْسَم ََ ْوَأ ِطِئاَغْلا َنِم ْمُكِْم ٌدَحَأ َءاَج ْوَأ ٍرَفَس ىَلَع ْوَأ ىَضْرَم ْمُتُْك ْنِإَو اوُلِسَتْغَ ت ىتَح ٍليِبَس

ُمُت

ِلا

وُفَع َناَك َللا نِإ ْمُكيِدْيَأَو ْمُكِوُجُوِب اوُحَسْماَف اًبِيَط اًديِعَص اوُممَيَ تَ ف ًءاَم اوُدِجَت ْمَلَ ف َءاَس

ا

اًروُفَغ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.9

Secara etimologi, khamar berasal kata khamar (ََرَمَخ) yang bermakana satara (ََرَتَس) artinya meniutupi, sedang khamara (ََرَمَخ) berarti memberi arak, adapun al-khamr dartikan arak, segala yang memabukkan.10 Dalam prespektif Islam narkoba dapat dikatakan sebagai salah satu kategori Khamr. Meskipun tergolong dalam arti sempit, khamr sering dipahami sebagai minuman keras, arak

9

Alquran dan terjemahnya, S.Q. An-Nisa 43. 10

Ahmad warson munawir, Al-munawir kamus arab Indonesia ( Surabaya: pustaka progresif, 1997), hal 368


(15)

6

atau sejenis minuman yang memabukkan. Karena itu sebagian ulama klasik mengartikan khamar adalah minuman yang memabukkan, atau minuman yang bercampur dengan alkohol. Seperti halnya khamar yang sering dikonsumsi oleh orang – orang Jahiliyah pada masa pra-Islam.11

Namun dalam artian luas, khamar tidak saja berupa minuman atau sesuatu yang mengandung alkohol. Rasulullah SAW menegaskan setiap zat yang memabukkan itu khamar dan setiap zat yang memabukkan itu haram.(HR.Bukhari dan muslim)

Lebih kurang 30% penduduk Indonesia merupakan remaja yang berusia 10-24 tahun. Selain menjadi potensi yang luar biasa bagi usaha-usaha pembangunan juga merupakan sasaran utama penyalahgunaan narkotika. Hal ini menjadi semakin buruk jika diketahui bahwa peredaran narkoba adalah kegiatan yang terorganisasi rapi dan berifat Internasional yang beroperasi dengan sistem jaringan yang rahasia dan tertutup.12

Pemerintah telah menetapkan bahwa Indonesia sekarang berada dalam status darurat narkoba. Semakin meningkatnya jumlah pemakai narkoba di berbagai kalangan membuat pemerintah bertindak lebih serius dalam rangka pencegahannya. Data BNN (Badan Narkotika Nasional) menyebutakan dalam kurun waktu sampai tahun 2013 di Indonesia telah tercatat 4 juta orang korban narkoba dari berbagi usia dan latar belakang. Dari empat juta orang itu diperkirakan sekitar 40 orang/hari dinyatakan meninggal dunia dan berdasarkan

11http://www.terapinarkoba.com/2012/08/narkoba-dalam-prespektif-islam.html 12


(16)

7

data BNN pusat pada tahun 2013 terungkap kasus narkoba sebanyak 18.788 kasus dengan tersangka 25.150 orang serta barang bukti tercatat 56,4 ton.13

Data BNN juga menyebutkan bahwa dalam waktu antara tahun 2012-2013 tercatat jumlah tersangka narkoba tertinggi terjadi pada kasus Narkotika dengan total 28.788 orang. Mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 13,75%, kasus Psikotropika sebesar 1.868 orang di tahun 2013. Sedangkan untuk tersangka kasus Bahan Adiktif Lainnya mengalami kenaikan sebesar 61,52%, dari 8.269 orang di tahun 2012 menjadi 13.356 orang di tahun 2013.14

Tingginya angka penyalahgunaan narkoba tersebut juga disumbang oleh ulah para sindikat narkoba. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sebagai garda depan dalam perang melawan narkoba di Indonesia dihrapkan terus membuktikan kemampuannya untuk memenangi perang tersebut. Sepanjang tahun 2013, polisi berusaha menunjukkan prestasi melalui berbagai tindakan pengungkapan kasus-kasus penyalahgunaan serta pembongkaran jaringan perdagangan narkoba.

Peredaran narkoba yang dilakukan dengan teknik canggih telah merambah seluruh Indonesia. Dapat dikatakan terjadi perubahan modus dari para sindikat, dimana khusus jenis psikotropika tidak lagi diimpor namun pengedarnya lebih memilih membuat pabrik untuk memproduksi sendiri. Pengadaan bahan baku, peracikan, hingga perekrutan orang terkait pembagian tugas dalam memproduksi

13

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/04/nma0mr-pengguna-narkoba-di-indonesia.

14


(17)

8

narkoba benar-benar direncanakan dengan baik. Hal ini dapat dikatakan ketika melihat tren kasus pabrik-pabrik narkoba yang terus bermunculan15

Narkotika berpengaruh terhadap fisik dan mental, apabila digunakan dengan dosis yang tepat dan dibawah pengawasan dokter anastesia atau dokter phsikiater dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan atau penelitian sehingga berguna bagi kesehatan phisik dan kejiwaan manusia. Namun pemakaian yang berlebihan dan tana pengawasan dari dokter dapat menyebabkan kerusakan pada fisik dan mental Adapun yang termasuk golongan narkotika adalah candu dan komponen – komponennya yang aktif yaitu morphin, heroin, codein, ganja dan cocoain, shabu-shabu, koplo dan sejenisnya.

Bahaya penyalahgunaannya tidak hanya terbatas pada diri pecandu, melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi, yaitu gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu bangsa negara dan dunia. Negara yang tidak dapat menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika akan diklaim sebagai sarang kejahatan ini. Hal tersebut tentu saja menimbulkan dampak negatif bagi citra suatu negara.

Peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya penanggulangan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sangat diperlukan, karena kejahatan narkotika pada umumnya tidak dilakukan oleh perorangan secara berdiri sendiri, melainkan dilakukan secara bersama – sama

15Penyelundupan Psikotropika ”Petugasdan Mafia Adu Kelihaian” , 2009)


(18)

9

yaitu berupa jaringan yang dilakukan oleh sindikat clandestine yang terorganisasi

secara mantap, rapi dan sangat rahasia.

Dalam wacana Islam, tidak ditemukan ayat Alquran atau hadist yang khusus membahas narkoba namun ada beberapa ayat dan hadist yang membahas tentang pelarangan menkonsumsi khamar atau minuman keras yang memabukkan. Para ulama periode mutaakhirin menganalogikan narkoba sebagai khamar karena terdapat kesamaan di antaa kedunya, baik kandungan atau sifatnya yang dapat menghiilangkn akal dan juga dampak yang diakibatkan. Mengonsumsi khamar dan narotika dapat mengeruhkan akal budi dan hati nurani. Seorang manusia berada dalam tingkatan ini merupakan manusia yang berada dalam level kehinaan yang bisa disamakan dengan binatang. Untuk itu dalam analoginya, larangn menkonsumsi minuman keras atau khamar adalah sama dengan larangan mengonsumsi narkoba. Meskipun dalam segi bentuk narkoba berbeda dengan khamar.

Alquran telah menjelaskan secara terrperinci tentang pelarangan minuman memabukkan. Dalam proses pelarangannya, Alquran tidak langsung melarangnya,

namun membuat sebuah proses ta‟arud, yaitu dengan menjelaskan terlebih dahulu manfaat dan bahaya dari khamar dimana bayahanya lebih besar daripaa manfaatnya. Setelah masyarakat terutama kaum muslimin tahu akan manfaat dan bahaya khamar, ayat kedua turun menjelaskan tentang dampak yang terjadi jika mengonsumsi khamar yang salah satunya dampak shalat dalam keadaan mabuk. Setelah diterangkan manfaat, bahaya dan dampak nyatanya, barulah turun ayat tentang pelarangan khamarr secara menyeluruh.


(19)

10

Untuk dapat memahami teks dalam Alquran dibutuhkan pemahaman yang mendalam akan ilmu tafsir. Menurut Ali Hasan Ardh mendefinisikan ilmu tafsir sebagai disiplin ilmu yang membahas tentang cara mengucapkan lafadz-lafadz Alquran, makna-makna yang ditunjukkannya dan hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri ataupun tersusun, serta makna-makna yang dimungkinkannya ketika dalam keadaan tersusun.16

Salah satu tujuan penafsiran adalah untuk menjelaskan kandungan makna ayat Alquran secara lebih detail baik hikmah, pesan moral, hukum-hukum dn nilai etika yang terkandung di dalamnya.17 Suatu produk tafsir tidak harus berupa kitab tafsir yang menafsirkan Alquran secara menyeluruh. Penafsiran berdasarkan tema tertentu yang dijelaskan atau dihubungkan dengan segala perangkat yang dibutuhkan baik dari hal ulum Alquran, sosial, dan lainnya yang berhubungan dengan tema tersebut.

Terdapat beberapa ayat Alqur‟an yang secara jelas menjelaskan tantang khamar daiantaranya adalah:

ِم ُرَ بْكَأ اَمُهُمْثِإَو ِسا لِل ُعِفاََمَو ٌريِبَك ٌمْثِإ اَمِهيِف ْلُق ِرِسْيَمْلاَو ِرْمَخْلا ِنَع َكَنوُلَأْسَي

اَمِهِعْفَ ن ْن

َنوُركَفَ تَ ت ْمُكلَعَل ِتاَيَْْا ُمُكَل ُللا ُنِيَ بُ ي َكِلَذَك َوْفَعْلا ِلُق َنوُقِفُْ ي اَذاَم َكَنوُلَأْسَيَو

16

Ali Hasan Aridl, Sejarah dan metodologi Tafsir, Ahli Bahasa Arko (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994) hlm 3.

17

Abdul Mustaqim, Metodologi Penafsiran Alquran dan Tafsir, (Yogyakarta, CV. Idea Sejahtera, 2014) hlm.13


(20)

11

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.18

Ayat ini secara garis besar menjelaskan tentang manfaat dan juga bahaya khamar yang disebutkan bahwa bahayanya lebih besar daripada manfaatnya. Setelah Alquran menjelaskan bahaya dan manfaatnya, kemudian menyusul berikutnya turun ayat tentang salah satu dampak khamar

اًبُُج َََو َنوُلوُقَ ت اَم اوُمَلْعَ ت ىتَح ىَراَكُس ْمُتْ نَأَو َة ََصلا اوُبَرْقَ ت ََ اوَُمَآ َنيِذلا اَه يَأ اَي

يِرِباَع َِإ

َلَع ْوَأ ىَضْرَم ْمُتُْك ْنِإَو اوُلِسَتْغَ ت ىتَح ٍليِبَس

ُمُتْسَم ََ ْوَأ ِطِئاَغْلا َنِم ْمُكِْم ٌدَحَأ َءاَج ْوَأ ٍرَفَس ى

َناَك َللا نِإ ْمُكيِدْيَأَو ْمُكِوُجُوِب اوُحَسْماَف اًبِيَط اًديِعَص اوُممَيَ تَ ف ًءاَم اوُدِجَت ْمَلَ ف َءاَسِلا

اوُفَع

اًروُفَغ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang

18


(21)

12

dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.19

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi khamar sangat parah, hingga digambarkan dalam Alquran terdapat beberapa sahabat shalat dalam keadaan mabuk. Setelah dirasa mengerti dan telah siap terhadap dampak khamar barulah turun ayat yang secara tegas mengharamkannya.

نِإ اوَُمَآ َنيِذلا اَه يَأ اَي

ِناَطْيشلا ِلَمَع ْنِم ٌسْجِر ُم ََْزَْْاَو ُباَصْنَْْاَو ُرِسْيَمْلاَو ُرْمَخْلا اَم

َنوُحِلْفُ ت ْمُكلَعَل ُوُبَِتْجاَف

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan20

Nabi Muhammad saw. Merupakan seorang yang sukses mengentas masyarakat Madinah yang pada saat itu dalam status darurat khamar hingga terbebas dari kebiasaan tersebut. Minuman memabukkan sudah menjadi sajian setiap hari tanpa mengenal batas waktu maupun tempat. Pensajian minuman memabukkan di tempat umum sudah menjadi tradisi pada saat itu. Dengan situasi

19

Alquran dan terjemahnya, S.Q. An-Nisa 43. 20


(22)

13

darurat khamar yang seperti itu, Nabi Muhammad saw, dapat mengentas dan membebaskan penduduk Madinah dari kebiasaan buruk tersebut. Dari kesuksesan Nabi ini, penulis tertarik untuk menguak dan meneliti bagaimana cara dan taktik Rasuullah saw dalam upaya membebaskan masyarakat pecandu alkohol sehingga bisa diaplikasikan untuk cara membebaskan Bangsa Indonesia dari status darurat narkoba.

Jika ditinjau dari segi situasi, situasi yang terjadi di Indonesia dalam hal narkoba tidaklah separah yang dialami Nabi Muhammad saw dalam menghadapi masyarakat peminum khamar. Sebagai perbandingan di Indonesia pemakaian narkoba bukanlah sebuah tradisi dan cara pemakaiannya pun dilakukan secara tersembunyi, berbeda dengan yang dihadapi Nabi pada masanya yang mana khamer telah dikonsumsi secara bebas dan terbuka bahkan telah menjadi suatu tradisi. Di Indonesia masyarakat masih menolak tentang adanya narkoba dan juga secara sadar telah mengetahui dampak negatif dari narkoba. Jumlah pemakai narkoba meskkipun termasuk besar yakni sekitar 5 juta jiwa, namun jika dibandingkan dengan populasi peenduduk Indonesia masih tergolong kecil. Hal ini berbeda pada masa Nabi saw yang hampir seluruh masyarakatnya meminum khamar.

Dari perbandingan singkat tersebut, penulis berkeyakinan bahwa dengan mempelajari konsep Nabi dalam membebaskan masyarakat dari khamer, maka konsep tersebut bisa diterapkan dalam mengatasi narkoba di Indonesia. Untuk dapat mempelajari cara Nabi tersebut, maka diperlukan penelitan dalam aspek sejarah yang meliputi sejarah masyarakat madinah pada saat itu, kajian tafsir


(23)

14

ayat Alquran dan hadist yang berkaitan dengan Khamer serta usaha para ulama‟ dalam mensikapi tentang Narkoba.

Dengan alasan inilah penulis tertarik untuk mengkaji masalah narkoba yang ditinjau dari sudut pandang tafsir. Alasan menggunakan tinjauan tafsir karena Alquran merupakan kitab suci yang menjelaskan tentang segala aspek di dunia, termasuk narkoba. Jadi penulis meyakini dengan ditemukannya konsep dariAlquran tentang narkoba maka akan dapat menjadi salah satu solusi menanggulangi penyalahgunaan narkoba.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian ini berfokus pada :

1. Bagaimana dinamika narkoba dalam prespektif alquran?

2. Bagaimana konsep penanggulangan penyalahgunaan narkoba dalam tinjauan Alquran?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang:

1. penafsiran narkoba dalam prespektif al quran

2. konsep penanggulangan penyalahgunaan narkoba dalam tinjauan Alquran


(24)

15

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharap mempunyai kegunaan, baik dari sisi teoritis maupun praktis. Manfaat yang dimaksud disajikan sebagaimana berikut:

1. Manfaat Teoristis

a. Bagi pelaku narkoba, baik pemakai ataupun pengedar agar segera melepas diri dari segala hal yang berkaitan dengan narkoba.

b. Bagi orang tua agar lebih memperhatikan anaknya dan lebih bijak lagi dalam mengawasi anaknya agar tidak terjerat narkoba.

c. Bagi akademisi, sebagai hasil penelitian yang dapat dijadikan penelitian lanjutan guna melahirkan dialektika keilmuan

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini dapat digunakan oleh aparat keamanan, baik Badan Narkotika Nasional , TNI, polisi, maupun lainnya sebagai acuan menyusun blue print dalam menanggulangi semakin

meningkatnya pengguna narkoba di Indonesia. Ini merupakan manfaat utama agar dapat meminimalkan angka pengguna narkoba di Indonesia.

E. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitian

Penelitian ini berupa kajian teologis terhadap ayat-ayat Alquran serta hadis-hadis. Penelitian ini, menggunakan metode dekriptif-analitis dan sepenuhnya bersifat kajian kepustakaan (library research); penelitian


(25)

16

yang hanya menggunakan buku dan dokumentasi tertulis sebagai sumber datanya.21 Sifat penelitian ini, adalah kualitatif. Kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata (bisa lisan untuk penelitian sosial, budaya, filsafat), catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai, serta pengertian.22Obyek penelitian ini adalah ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan penanggulangan bahan memabukkan, hadist-hadist yang berkaitan dengan narkoba dan data sejarah yang mengungkap tentang narkoba.

2. Proses Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis akan menempuh langkah-langkah dengan mempergunakan metode analisis data, yang berarti suatu proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke suatu pola, kategori dan satuan dasar.23 Sedangkan tertib aktivitas analisis data adala sebagai berikut:

a. Reduksi data

Merupakan proses pengumpulan data yang berupa uraian verbal yang harus ditangkap maknanya. Dalam hal ini, penulis akan menyeleksi dan menginventarisir ayat Alquran ataupun hadist yang dimaksud. Kemudian melakukan reduksi sesuai dengan konteks obyek penelitian yaitu. Proses reduksi data ini penting untuk mempermudah dalam mengendalikan dan mengolahan data.

21

Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), 99. 22

Kaelan,Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat,(Yogyakarta:Paradigma, 2005), 5. 23


(26)

17

b. Klasifikasi data

Setelah melakukan reduksi data, maka akan dilakukan klasifikasi data. Sejauh ini peneliti telah mengklasifikasikan data berdasar sumbernya, yaitu data primer dan data sekunder. Karena kajian ini

adalah kajian kepustakaan, maka sumber datanya adalah data-data baik buku-buku,video, artikel yang berhubungan dengan penelitian.

Sedangkan referensi bantuan atau tambahan (sekunder) adalah

literatur-literatur yang memuat kajian tentang narkoba baik definisi atau cara penanggulangannya dan apa-apa yang berhubungan dengan sejarah narkoba.

c. Display data

Tahap ini adalah proses pengolahan data dalam suatu peta yang sesuai dengan objek dan tujuan penelitian dan melakukan skematisasi dengan tujuan memahami masalah dan makna.

3. Analisis Hasil Penelitian

Ciri khas dalam penelitian kualitatif adalah senantiasa melakukan analisis dan interpretasi dalam proses pengumpulan data, setelah pengumpulan data, dan pengambilan kesimpulan. Dalam hal

ini analisis data penelitian ini akan mempergunakan dua metode yaitu

verstehen‟ dan interpretasi. „Verstehen‟ merupakan metode

memahami obyek penelitian melalui „insight‟, „einfuehlung‟ serta empati dalam menangkap dan memahami makna kebudayaan


(27)

18

manusia, nilai-nilai, simbol-simbol, pemikiran-pemikiran, serta kelakuan manusia yang memiliki sifat ganda.24 Sedangkan interpretasi yaitu suatu proses menunjuk arti; mengungkapkan, menuturkan, mengatakan sesuatu yang merupakan esensi realitas.25

Dengan analisis di atas diharapkan didapat ayat-ayat yang ditunjang dengan hadist-hadist yang tepat sehingga dapat mengungkap makna tafsir ayat yang sebenarnya.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam penulisan penelitian ini, penulis membuat sistematika pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar dalam tulisan ini diketahui alur pemikiran yang berkaitan dengan ayat Alquran yang berhubungan dengan narkoba, sehingga pembaca tidak susah memahami isi yang terkandung di dalamnya.

Sistematika penelitian ini terdiri atas lima bab yang pada masing-masing bab terdiri atas beberapa bagian, dan setiap bagian terdiri atas beberapa sub bagian.

Bab pertama, pendahuluan,yang mencakup beberapa bahasan.

Dikedepankan lebih dahulu latar belakang persoalan-persoalan yang hendak menjadi obyek penelitian secara keseluruhan, baik empiris maupun teoritis. Ini adalah sentral yang amat penting untuk mengetahui gambaran umum dari keseluruhan permasalahan yang menjadi kegelisahan akademik termasuk apa

24

Ibid., 72. 25


(28)

19

yang hendak dicari dalam sebuah penelitian dan dengan cara bagaimana. Latar belakang memberi informasi secara singkat, sistemik dan menyeluruh. Agar tebaran persoalan-persoalan tersebut tidak terbiarkan membias, maka perlu diperjelas dan dikerucutkan. Pengerucutan tersebut dengan cara mengidentifikasi dan membatasi masalah, sehingga terlihat mana poin permasalahan yang paling mendasar untuk diteliti. Selanjutnya, hasil identifikasi tersebut dirumuskan secara jelas dan inilah yang menjadi sari dari problem yang hendak diteliti.

Kerja penelitian difokuskan pada masalah-masalah yang sudah dirumuskan dengan menunjuk ruang operasional yang sesuai guna memperoleh ketepatan bertindak. Ketepatan dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan capaian yang baik sehingga bermanfaat bagi khazanah intelektual sekaligus menambah volume kepustakaan.

Untuk mengetahui piranti-piranti yang menjadi basis analisis atau komparasi analisis pada penelitian ini, dikemukakan kerangka teoritik yang berisikan penjabaran disiplin keilmuan tertentu sesuai dengan bidang penelitian yang hendak dilakukan. Kerangka teoritik mencakup seluruh perkembangan teori keilmuan yang ada kaitannya dengan obyek penelitian, dari yang konvensional sampai yang terbaru dan diungkap secara akumulatif disertai dengan pendekatan-pendekatan yang integratif.

Penting sekali memapar kerangka teoritik ini, karena permasalahan yang menjadi obyek penelitian bisa diketahui bagaimana penyikapannya, dengan metode apa yang hendak digunakan dan bagaimana pendekatannya. Hal demikian


(29)

20

demi mendiskripsikan kerja penelitian supaya benar-benar berjalan di atas jalur-jalur akademik yang teoritis dan sistemis.

Dikemukakan penelitian-penelitian sebelumnya untuk membedakan obyek dan sifat penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Ini penting demi menuju originalitas sekaligus terjaganya hasil penelitian dari kerja plagiatik dan redunden. Lalu metode penelitian yang hendak dipakai.

Bab kedua, Definisi Narkoba, dalam bab ini akan dipaparkan secara detail tentang makna tersebut.

Bab ketiga, Penafsiran Ayat-ayat tentang narkoba yang juga menyertakan kajian sejarah penanggulangan Nabi terhadap khamer.

Bab keempat, dalam bab ini akan dilakukan analisa terhadap ayat-ayat Alquran terkait terhadap hadis-hadis atau perangkat lainnya sehingga didapatkan suatu konsep baru dalam penanggulangan narkoba, proses ini akan dilakukan secara tematik dan dikemas dalam sub-sub bab.

Bab kelima, penutup, yang mencakup bahasan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang dilanjutkan dengan memaparkan saran atas berakhirnya penelitian ini serta keterbatasan studi dari peneliti.

Melalui sistematika pembahasan ini, pembaca akan mudah dalam memahami isi yang terkandung dalam tulisan ini, karena tergambar pikiran yang diinginkan oleh penulis terkait dengan ayat-ayat Alquran dan hadis serta literarur sejarah yang berkaitan dengan narkoba melalui pendekatan dan analisis penyelesaian yang tepat.


(30)

BAB II

Narkoba Dan Penanggulangan Narkoba

A. Pengertian Narkoba

Secara umum Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya (yang dikenal dengan istilah psikotropika). Dalam hal ini, pengertian narkoba adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat dan aparat penegak hukum, untuk bahan atau obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan, dan sebagainya di luar ketentuan hukum. Kata narkoba berasal dari bahasa Yunani naurkon yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Istilah lain dri narkoba adalah NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain), yakni bahan atau zat/ obat yang apabila masuk kedalam tubuh manusia, akan mempengaruhi tubuh, terutama otak/ susunan syaraf pusat(disebutkan psikoaktif), dan menyebabkan gangguan kesehatan jasmani, mental emosioanl dan fungsi sosialnya, karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi), dan ketergantungan( dependensi) terhadap masyarakat luas pada umumnya lebih mudah untuk mengingat istlah Narkoba dari pada Napza, maka istilah Narkoba terdengar lebih popular. Oleh karena itu, dalam tulisan ini seterusnya akan digunakan istilah Narkoba.

Sebagaimana dijelaskan diatas, Narkoba terdiri dri dua zat, yakni narkotika dan psikotropika. Dan secara khusus dua zat ini memiliki pengertian, jenis (golongan), serta diatur dengan undang- undang yang berbeda. Narkotika diatur dengan undang –undang No.2 Tahun 1997, sedangkan psikotropika diatur dengan undang – undang No.5 Tahun 1997. Dua undang – undang ini merupakan langkah


(31)

22

pemerintah Indonesia untuk meratifikasi Konferensi PBB Gelap Narkotika Psikotropika Tahun 1988. Narkotika, sebgaimana bunyi pasal 1 UU No.22/1997 didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik buatan atau semi buatan yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menimbulkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.1

Sementara Psikotropika, menurut UU No. 5/ 1997 pasal 1, didefinisikan

psikotropika sebagai “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”.

Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain bukan narkotika dan

psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan

ketergantungan.”2 B. Jenis – jenis Narkoba

Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu Narkotika, Psikotropika, dan bahhan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi kedalam bebrapa kelompok:

1. Narkotika

Narkotika adalah sejenis zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun bukan sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi(ketagihan)

1

Buku Advokad Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Petugas Lapas Dan Rutan, Hlm1, diambil dari situs resmi BNN

2 Ibid.,


(32)

23

yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotiak tidak dapat lepas dari cengkeramannya.3

Berdasarkan UU No.22/1997, jenis- jenis narkotika dapat dibagi menjadi 3 golongan.4

Golongan I : narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menyebabkan ketergantungan. Misalnya adalah heroin/putaw, kokain, ganja, dan lain- lain.

Golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terkakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan bertujuan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mangakibatkan ketergantungan. Misalnya adalah morfin, petidin, turunan/garam narkotika dalam golongan tersebut dan lain-lain.5

Golongan III : narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Misalnya adalah kodein, garam- garam narkotika dalam golongan tersebut dan lain- lain.

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi 3 jenis yaitu narkotika alami, narkotika semisintesis dan narkotika sintesis.

3

Dr Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya ed.Daniel P.purba, S.sos (t,k: Esensi Erlangga, t.th), h, 11.

4

Pramono U.Tanthowi, NARKOBA problem dan pemecahannya dalam prespektif Islam, cet, I( Jakarta: PBB 2003)hal 7

5 Ibid.,


(33)

24

a. Narkotika Alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zata adiktifnya diambil dari tumbuh- tumbuhan (alam) seperti : ganja, hasis, koka, opium.

1) Ganja

Ganja adalah tanaman yang daunnya menyerupai daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus dengan jumlah jari yang selalu ganjil (5,7,dan 9). Biasa tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia tanaman ini banyak tumbuh di beberapa daerah, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Pulau Jawa, dan lain –lain. Cara penyalahgunaannya adalah dengan dikeringkan dan dijadikan rokok yang dibakar dan dihisap.6

2) Hasis

Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika latin dan Eropa yang biasanya digunakan para pemadat kelas tinggi. Penyalahgunaannya adalah dengan menyuling daun hasis/ganja diambil sarinya dan digunakan dengan cara dibakar.

3) Koka

Koka adalah tanaman perdu mirip dengan pohon kopi dengan buah yang berwarna merah seperti biji kopi. Wilayah kultivasi tumbuhan ini berada di Amerika Latin (Kolombia, Peru,Bolivia,dan Brazilia). Koka

6

Dr Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya ed.Daniel P.purba, S.sos (t,k: Esensi Erlangga, t.th),h.12


(34)

25

diolah dan dicampur dengan zat kimia tertentu untuk menjadi kokian yang memiliki daya adatiktif yang lebih kuat.

4) Opium

Opium adalah Bunga dengan warna yang indah. Dari getah bunga Opium dihasilkan candu(opiat). Di mesir dan daratan cina, opium dulu digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu.7 Opium banyak tumbuh di segitiga emas antara Burma, Kamboja, dan Thailand, atau didaratan Cina dna segitiga emas Asia Tengah , yaitu daerah antara Afghanostan, Iran, dan Pakistan. Dalam kalangan perdagangan internasional, ada kebiasaan (keliru) menamai daerah tempat penanaman opium sebagai daerah emas. Diberi nama demikian karena perdagangan opiat sangat menguntungkan. Karena bahayanya yang besar, daerah seperti itu keliru jika diberi predikat emas. Daerah sumber produksi opiate

sepantasnya disebut” segitiga setan” atau “ segitiga iblis”.

b. Narkotika Semisintetis

Narkotika semisintetis adalah narkotika alami yang diolah dan menjadi zat adiktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya :

1) Morfin : dipakai dalam dunia kedokteran untuk

menghilangkan rasa sakit atau pembiusan pada operasi

7

Dr Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya ed.Daniel P.purba, S.sos (t,k: Esensi Erlangga, t.th),h.13


(35)

26

(pembedahan). Pada tahun 1803, seorang apoteker Jerman berhasil mengisolasi bahan aktif opium yang memberi efek narkotika yang kemudian diberi nama Morfin. Morfin merupakan bahasa latin yang diambil dari nama dewa mimpi

Yunani yang bernama Morpheus.8Namun dalam

perkembangannya morfin yang dulunya dipakai dalam dunia

medis disalahgunakan dengan menkonsumsi secara

sembarangan yang berdampak pada hilangnya kesadaran. Morfin merupakan salah satu dari jenis narkoba.

2) Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk

3) Heroin : tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar dan manfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi nama putaw, atau pete/pt . bentuknya seperti tepung terigu: halus,

putih, agak kotor.

4) Kokain : hasil olahan dari biji koka. c. Narkotika Sintetis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba (subtitusi). Contohnya :

1) Petidin : untuk obat bius local, operasi kecil, sunat dsb 2) Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba.

8


(36)

27

3) Naltrexone : untuk pengobatan pecandu narkoba.

Selain untuk pembiusan, narkotika sintesis biasanya diberikan oleh dokter kepada penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasaannya yang tidak kuat melawan suggesti (relaps) atau

sakaw. Narkotika sintesis berfungsi sebagai “ pengganti sementara”. Bila sudah benar- benar bebas, asupan narkoba sintesis ini dikurangi sedikit demi sedikit sampai akhirnya berhenti total.

2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche). Berdasarkan undang – undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan.

Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA,ekstasi, LSD,dan STP.

Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.


(37)

28

Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.

Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam( BK, mogadon, dumolid), diaxepam, dan lain-lain. Berdasarkanilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan kedalam 3 golongan : depresan, stimulant, dan halusinogen.

3. Bahan adiktif lainnya

Zat adiktif terdiri dua kata “ zat” dan “adiktif” menurut etimologi adalah

wujud, hakekat, sesuatu yang menyebabkan ada dan bisa juga berarti subtansinya ynag merupakan pembentukan suatu benda. Sementara adiktif berarti sifat ketagihan dna menimbulkan ketergantungan pada pemakainya.9 Zat menurut Dadang Hawari adalah bahan atau subtansi yang dapat mempengaruhi fungsi berfikir, perasaan dan tingkah laku pada orang yang memakainya. Zat tersebut mengakibatkan kondisi dan bersifat siktif, penyalahgunaannya dapt menimbulkan gangguan penggunaan zat (substance use di sender), yang ditandai dengan perilaku maladaftif yang berkaitan dengan pemakaian zat itu yang lebih dapat kurang dikatakan teratur.

Golongan adiktif lainnya adalah zat- zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya : rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thinner dan zat- zat lain seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, yang bila

9

Anton M. Muliono, (peyunting), KAmus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,19888).h.6 .


(38)

29

dihisap, dihirup, dan dicium, dapat memabukkan. Jadi, alkohol, rokok, serta zat- zat lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan juga tergolong narkoba.

Bahan atau zat atau obat yang disalahgunakan sebagai berikut: pertama, sama sekali dilarang, yakni narkotika golongan I (heroin,ganja,kokain) dan

psikotropika golongan I (MDMA/ekstasi,LSD,sabu-sabu, dll). Kedua,

penggunaannya harus dnegan resep dokter, misalnya amfetamin, sedative, dan hipnotika). Ketiga, diperjualbelikan secara bebas, misalnya glue, thiner, dan lain-lain. Dan keempat, ada batas umur dalam penggunaanya, mislanya alkohol dna rokok.

Zat adiktif ini sering pula disebut dengan zat psikoaktif yaitu “ zat yang mempunyai pengaruh pada system saraf pusat (otak) sehingga bila digunakan akan mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran dan peasaan. Penyalahgunaan zat psikoaktif ini merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik(tidak sehat). Paling sedikit satu bulan lamanya sedemikian rupa penggunaanya sehingga menimbulkan gangguan pada fungsi social dna pekerjaan. Penekanaan satu bulan lamanya tidak boleh diterjemahkan secara harfiah, namun menunjukkan demikian seringnya sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial10

Berdasarkan definisi-definisi yang terungkap di atas, dapat diambil konklusi yang signifikan bahwa narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif merupakan bahan-bahan yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap system kerja syaraf, menimbulkan perubahan-perubahan khusus kepada

10


(39)

30

fisik dan penggunaan yang secara berlebihan akan menimbulkan perubahan- perubahan khusus pada fisik dan penggunaan yang secara berlebihan akan mengakibatkan ketergantungan pada diri pemakainya, dan jika dilihat dari sifat adiksinya, maka baik narkotika ,psikotropika, maupun alkohol ketiganya dapat digolongkan kepada zat adiktif yang bersifat psikoaktif.

C. Sumber Hukum Yang Digunakan

Sumber hukum dalam islam ada yang disepakati (muttafaq) para ulama dan ada yang masih diperselisihkan(mukhtalaf). Adapun sumber hukum islam yang disepakati jumhur ulama adalah Al-quran, hadits, Ijma‟ dan qiyas. Para ulama juga sepakat dengan urutan dalil- dalil tersebut di atas ( Al-Quran. Sunnah, Ijma‟ dna Qiyas)

Pengartian qiyas menurut ulama ushul ialah menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam al-Qur‟an dan Hadits, dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang di tetapkan hukumnya nash. Mereka

juga membuat definisi lain : “Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya

persamaan illat”.

Dengan cara qiyas itu bererti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hokum sesuatu kepada sumber al-Qur‟an dan Hadits. Sebab hokum islam, kadang tersurat jelas dalam nash al–Qur‟an atau Hadits, kadang juga bersifat implisit-analogik terkandung dalam nash tersebut. Mengenai qiyas ini

Imam Syafi‟I mengatakan: “Setiap peristiwa pasti ada kepastian hokum dan


(40)

31

hukumnya yang pasti, maka harus di cari pendekatan yang sah, yaitu dengan

ijtihat. Dan ijtihat itu adalah Qiyas”. Jadi hukum islam itu adakalanya dapat diketahui melalui bunyi nash, yakni hukum-hukum yang jelas tersurat dalam

al-Qur‟an dan Hadits, ada kalanya harus digali melalui kejelian memahami makna

dan kandungan nash. Yang demikian itu dapat diperoleh melalui pendekatan Qiyas.

Sebagaimana diterangkan, bahwa qiyas berarti mempertemukan sesuatu yang tak ada nash hukumnya dengan hal lain yang ada nash hukumnya karena ada persamaan illat hokum. Dengan demikian qiyas itu penerapan hokum analogi

terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan illat akan

melahirkan hokum yang sama pula. Dengan demikian qiyas itu hal yang fitri dan di tetapkan berdasarkan penelaran yang jernih, sebab asas qiyas adalah menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan persamaan sebab dan sifat yang membentuknya. Apabila pendekatan analogis itu menemukan titik persamaan antara sebab-sebab dan sifat-sifat antara masalah tersebut, maka konsekuensinya harus sama pula hukum yang ditetapkan.

Pendekatan rasional sesuai dengan prinsip-prinsip syillogisme, yakni dalam upaya mencari sesuatu kesimpulan dari dua macam premis itu harus berpegang pada prinsip analogi tersebut, bahwa persamaan illat akan melahirkan

persamaan hokum. Kita menjumpai bahwa al-Qur‟anjuga mempergunakan sifat dan perbuatan. Demikian juga al-Qur‟an menjelaskan perbedaan hokum karna


(41)

32

tidak adanya persamaan sifat dan perbuatan. Untuk yang disebut pertama, Contohnya adalah firman ALLAH :

ْمَأ ِضْرَْْا ِِ َنيِدِسْفُمْلاَك ِتاَِِاَصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَلا ُلَعََْ ْمَأ

ِراَجُفْلاَك َنِقَتُمْلا ُلَعََْ

[

٨٣

:

٨٣

]

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?

Dengan penjelasan di atas kita mengetahui, bahwa al-Qur‟an itu sesuai sekali dengan prinsip berfikir rasional: menyamakan sesuatu karna adanya faktor persamaan dan membedakan sesuatu karna adanya faktor persamaan dan membedakan sesuatu karna adanya faktor prbedaan. Hadits Rasulullah memberikan pembenaran terhadap prinsip pengambilan hukum semacam itu, malah pernah di ajukan kepada para sahabat sebagai pedoman pengambilan hukum. Seperti Hadits di bawah ini yang artinya:

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatab pernah berkata kepada nabi SAW: “Hai Rasulullah, aku melakukan perbuatan yang besar, mencium (istri) dan saya dalam

keadaan berpuasa”. Lantas Rasulullah berkata kepadanya : berikan jawaban

kepadaku, bagaimana seandainya kamu berkumur dengan air, sedang kamau

dalam keadaan berpuasa ?” Umar menjawab: “Tidak mengapa” Kemudian rasulullah bersabda: “Lanjutkan puasamu


(42)

33

Dari Hadits tersebut, kita melihat bahwa, Rasulullah menghubungkan antara berkumur (dengan air dan dalam keadaan berpuasa) dengan mencium istri dengan cara membandingkan keduannya. Dua hal tersebut mengandung dua kemungkinan: antara membatalkan dan tidak membatalkan puasa. Memang berkumur dan mencium itu sendiri tidaklah termasuk katagori membatalkan puasa, tetapi boleh jadi hal yang membatalkan puasa. Dengan cara membandingkan dua hal tadi, akan melahirkannkesamaan hukum. Apabila berkumur tidak membatalkan puasa (dan Umar mengetahui hal itu), maka demikian halnya dengan mencium, tidaklah membatalkan puasa. Imam al-Muzani,

salah seorang sahabat Imam Syafi‟I menyimpulkan pandangannya tentang qiyas

dan sikap sahabat mempergunakan qiyas dengan ungkapan yang indah, sebagai berikut:

Para ahli hukum dari masa Rasulullah hingga sekarang selalu mempergunakan qiyas dalam setiap masalah hokum agama. Dan mereka sepakat bahwa, sesuatu yang setara dengan hak adalah hak, dan setara dengan bathil, bathil pula. Maka tidak di benarkan seseorang mengingkari kebenaran qiyas, sebab iya berupaya mempersamakan (menganalogikakan) masalah dan membandingkannya.

Sejalan dengan pendapat diatas, Ibnul Qayim mengatakan, bahwa lintas pengambilan hukum itu seluruhnya bertitik tolak pada prisip persamaan antara dua hal serupa dan pada prinsip dua hal yang berbeda. Apabila dibalik prinsip tersebut tidak mempersamakan antara dua halserupa, niscaya pengambilan hukum akan menjadi tertutup.


(43)

34

Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka ada beberapa ulama yang berselisih paham dengan ulama jumhur, yakni mereka tidak mempergunakan qiyas. Di dalam ahli fiqih terdapat tiga kelompok dalam hal qiyas ini seabagai berikut:

1. Kelompok jumhur, yang mempergunakan qiyas sebagai dasar hokum pada hal-hal yang tidak jelas nasnya baik dalam al-Qur‟an,

hadis, pendapat sahabat maupun ijma‟ ulama. Hal itu dilakukan

dengan tidak berlebihan dan melampaui batas.

2. Madzhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, yang sama sekali tidak mempergunakan qiyas. Mazdhab Zhahiriyah tidak mengakui adanya „illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuannya nash, termasuk menyingkap alasana-alasannya guna

menetapkan sesuatu kepastian hokum yang sesuai dengan „illat. Mereka membuang itu jauh-jauh dan sebaliknya, mereka menetapkan suatu hukum hanya dari teks nash semata. Dengan demikian mereka mempersempit kandungan lafadz; tidak mau memperluas wawasan untuk mengenali tujuan legeslasi Islam.

Mereka terpaku pada bagian “luar” dari teks nash semata.

3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karna persamaan „illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsish dari keumuman dalil al-Qur‟an dan hadits.


(44)

35

Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Quran dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain, qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak sah hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.

Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa umpamanya hukum meminum Khamar, nash hukumnya telah dijelaskan dalam Al-Quran yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah SWT.

D. Sebab – sebab Penyalahgunaan Narkoba

Ada banyak sebab-sebab penyalahgunaan narkoba kendati demikian semua sebab yang memungkinkan seseorang yang menyalahgunakan narkoba pada dasarnya dapat kita kelompokkan dalam tiga bagian :

1. Sebab yang berupa dari factor internal ( Individu): emosional, toleransi frustasi, tingkat religious, self esteem (harga diri), pribadi yang lemah, pengalaman konflik-konflik pribadi.

2. Sebab yang berasal dari factor eksternal( lingkungan, social kultural) : ganja dan candu( opium) dibenarkan oleh beberapa kebudayaan tertentu, rendahnya pendidikan, agar mendapat ganjaran atau pujian dari teman, kurangnya pengawasan orang tua, kurangnya pengetahuan dna penghayatan agama, akibat bacaan tontonan dan sebagainya.


(45)

36

3. Sebab – sebab yang berasal dari sifat-sifat obat/narkotika itu sendiri.

Anak usia remaja memang paling rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Karena masa remaja adalah masa pencarian identitas diri. Ia berusaha menyerap sebanyak mungkin nilai- nilai baru dari luar yang dianggap dapat memperkuat jati dirinya. Ia selalu ingin tahu dna ingin mencoba, apalagi taerhadap hal –hal yang mengandung bahaya atau resiko (risk taking behavior). Umumnya, anak atau remaja mulai mengagunakan narkoba karena ditawarkan kepadanya dengan berbagai janji, atau tekanan dari kawan atau kelompok. Ia mau mencobanya karena sulit menolak tawaran itu, atau terdorong oleh beberapa alas an seperti keinginan untuk diterima dalam kelompok, ingin dianggap dewasa dan jantan, dorongan kuat untuk mencoba, ingin menghilangkan rasa bosan, kesepian, stress atau persoalan yang sedang dihadapinya.11

Penyalahgunaaan narkoba pada umumnya diawali dari perkenalannya terhadap rokok atau minuman beralkohol. Jika anak atau remaja telah terbiasa merokok, maka dengan mudah ia akan beralih kepada ganja atau narkoba lain yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini terutama berlaku bagi anak laki-laki. Pada anak perempuan kebiasaan menggunakan obat penenang atau penghilang rasa nyeri atau jika mengalami stress memudahkannya berlaih ke penggunaan narkoba lain. Sekali ia mau menerima tawaran penggunaan narkoba, selanjutnya ia akan

11 Pramono U.Tanthowi, NARKOBA problem dan pemecahannay dalam prespektif Islam, cet, I( Jakarta: PBB 2003)hal 15.


(46)

37

sulit menolak tawaran berikutnya. Sehingga akhirnya menjadi kebiasaan yang menimbulkan ketagihan dan ketergantungan.

Ketergantungan adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik, sehingga tubuh memerlukan jumlah narkoba yang makin bertambah (disebut toleransi), sehingga jika pemakainnya dikurangi atau dihentikan timbul gejala putus zat. Oleh karena itu, ia selalu berusaha memperoleh narkoba yang dibutuhkannya agar ia dapat melakukan kegiatannya sehari – hari secara normal. Jika tidak ,ia akan mengalami gejala putus zat.

Ada banyak alasan mengapa anak-anak itu terlibat degan narkoba, karena penyalahgunaan narkoba terjadi akibat interaksi dari setidaknya tiga factor: individu, lingkungan, dan ketersediaan narkoba.12 Beberapa orang memang mempunyai risiko lebih besar untuk menggunakan narkoba karena sifat dan latar belakangnya, yang disebut factor risiko tinggi (high risk factor) dan factor kontributif ( contributing factor). Keduannya dapat dibagi menjadi factor individu dan factor lingkungan.

Beberapa factor risiko tinggi pada individu antara lain : sifat cenderung memberontak dan menolak otoritas: sifat tidak mau mengikuti aturan/norma/tata tertib yang berlaku, sifat positif terhadap penggunaan narkoba, tidak memiliki rumah tinggal. Kurang percaya diri kehamilan pada usia remaja, senang mencari sensasi, kurangnya kemampuan berkomunikasi, identitas diri kurnag berkembang, putus sekolah, depresi, cemas, kesepian, dan hiperkinetik,keinginan kuat untuk

12

Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Penanggulangan Terpadu Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Masyarakat,(Jakarta:Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2001)h 8


(47)

38

hidup bebas, serta keyakinan abhwa manggunakan narkoba adalah lambing keperkasaan dan hidup modern.

Sementara itu beberapa factor lingkungan yang sangat mempengaruhi penyalahgunaan narkoba antara lain.komunikasi anak dan orang tua yang kurang efektif, hubungan orang tua yang kurang harmonis, ornag tua terlalu sibuk, ornag tua terlalu otoriter atau sebaliknya terlalu permisif, kurangnya pengawasan orang tua, lingkungan keluarga masyarakat dengan norma yang longgar, ornag tua atau saudara telah menyalahgunaan narkoba, berkawan dengan pengguna narkoba, tekanan atau ancaman oleh kawan atau pengedar, penagruh pacar, disiplin sekolah yang rendah, kurangnya fasilitas sekolah untuk mengembangkan miant dan bakat, iklan minuman beralkohol dan rokok, lemahnya penegakkan hukum, serta mudahnya memperoleh narkoba di pasaran.

Karena pengaruh narkoba yang menimbulkan rasa nikamt dan nyaman itulah maka narkoba disalahgunakan. Akan tetapi, penagruh itu sementara, sebab setelah itu timbul rasa tidak enak. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk pengobatan, tetapi untuk karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang secara kurnag teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya.

E. Alasan penggunaan Narkoba

Banyak alasan mengapa narkoba disalahgunakan diantaranya agar dapat diterima oleh lingkungan,mengurangi stres, bebas dari rasa murung, mengatasi masalah pribadi, dan lain-lain. Alasan memakai narkoba dikelompokkan menjadi


(48)

39

:Anticipatory beliefs, yaitu, anggapan jika memakai narkoba orang akan menilai

dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode,dan sebagainya Relieving beliefs, yaitu

keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi

ketegangan,cemas,depresi, dan lain-lain. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna narkoba merupakan gaya hidup modern, dan mengikuti globalisasi.

Jadi penggunaan narkoba berawal dari persepsi/anggapan keliru yang tumbuh di masyarakat. Mereka tidak mau memahami atau tidak mau menerima kenyataan atau fakta yang dapat di buktikan secara ilmiah dan sah menurut hukuman Akan, tetapi terlepas dari semua alasan di atas,remaja menyalah gunakan narkoba,karena kepadanya ditawarkan oleh seseorang atau kelompok teman sebaya,agar mau mencoba memakainya. Penawaran terjadi dalam situasi santai pada kehidupan sehari-hari:di kantin sekolah,pulang dari sekolah,di jalan,di restoran,mal,rumah teman,dan lain-lain. Oleh karena itu,anak dan remaja perlu meningkatkan kewaspadaan mengenai berbagai situasi penawaran dan mengetahui perbedaan antara fakta dengan mitos yang berkembang.

Peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya penanggulangan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sangat diperlukan, karena kejahatan narkotika pada umumnya tidak dilakukan oleh perorangan secara berdiri sendiri, melainkan dilakukan secara bersama – sama yaitu berupa jaringan yang dilakukan oleh sindikat clandestine yang terorganisasi


(49)

40

secara mantap, rapi dan sangat rahasia. Lebih jelas lagi Palen memberikan gambaran tentang obat /zat sebagai berikut :

Pada pembicaraan mengenai obat disini akan mengarah pada zat psikoaktif yang mempengaruhi otak, termasuk disini zat-zat yang menumbuhkan Euphoria ,intoksidasi, ralaksasi, dan stimulasi menekan rasa sakit mendapat kenikmatan. Tetapi disini tidak termasuk obat-obat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Yang menjadi perhatian disini adalah obat-obat yang secara social dianggap memberi potensi yang besar untuk menimbulkan akibat negative baik terhadap personal atau social.13 Jadi yang dimaksud dengan kata obat di atas sebagaimana yang di jelaskan oleh Palen adalah zat-zat yang tergolong dalam psikoaktif.

F. Efek penyalahgunaan Narkoba

Pemakaian narkoba secraa umum dan juga psikotropika yang tidak sesuai

dengan aturan dapat menimbulkan efek yang membahakan tubuh.

Penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf, mengakibtakan ketagihan, dan ketergantungan karena mempengaruhi susunan syaraf, narkoba mempengaruhi perilaku, perasaan, presepsi dan kesadaran. Berdasarkan efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Depresan obat ini menekan atau melambat fungsi system saraf pusat sehingga dapat mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Obat anti depresan ini dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung

13


(50)

41

tinggi, memberi rasa bahagia dan bahkan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri. Contoh opida/opiate(apium, marphin, herain,kodein), alkohol, dan obat tidur trankuliser atau obat penenang.

Obat penenang depresan yang tergolong pada kelompok obat yang disebut benzodiazepine. Obat – obat ini diresepkan, untuk membantu orang tidur, dan kegunaan kedokteran lainnya. Biasanya obat- obat ini berbentuk kapsul atau tablet, beberapa orang menyalahgunakan obat penenang karena efeknya menenangkan. Pengaruh obat penenang terhadap tiap orang berbeda- beda tergantung besarnya dosis berat tubuh, umur sesorang, bagaimana obat itu dipakai dan suasana hati si pemakai.

2. Stimulan adalah berbagai jenis yang dapat merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat) dan kesadaran. Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernafasan, mengerutkan urat nadi, serta membersihkan biji mata.

3. Halusinogen merupakan obat-obatan alamiah atau pun sintetik yang memiliki kemampuan untuk memproduksi zat yang dapat mengubah indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.

Adapun efek yang ditimbulkan kepada seseorang yang telah menyalahgunakan Narkoba secara mikro adalah sebagi berikut : adanya efek untuk diri sediri yaitu berupa tergantungnya fungsi otak, daya ingin menurun, sulit untuk berkonsentrasi, implusif, suka berkhayal, intoksikasi(keracunan), overdosis,


(51)

42

adanya gejala putus zat, berulang kali kambuh, gangguan perilaku/mental-sosial, gangguan kesehatan, kendornya nilai- nilai, timbulnya kriminalitas, dan terinfeksi HIV/AIDS.

Dampak terhadap keluarga adalah berupa hilangnya suasana nyaman dan tentram dalam keluarga, keluarga resah karena barang – barang berharga di rumah hilang, anak berbohong, mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan keluarga tak bertanggung jawab, hidup semaunya sehingga hilangnya norma dalam keluarga. Orang tua merasa malu, karena mempunyai anak pecandu.

Kegiatan anak dalam lingkungan sekolah sangat berpengaruh atas perubahan yang terajadi pada seorang anak diantaranya narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar, siswa penyalahguna mengganggu suasana belajar mengajar, prestasi belajar turun drastis, penyalahguna juga membolos lebih banyak daripada siswa lain. Dan juga penyalahguna dapat mengganggu suasana tertib dan keamanan. Dan juga perusakan barang- barang milik sekolah14 masyarakat mempunyai efek juga untuk para penyalahguna yaitu seorang mafia perdagangan gelap yang selalu berusaha memasok narkoba. Terjalain hubungan antara pengedar atau Bandar dan korban tercipta pasar gelap. Oleh karena itu, sekali pasar terbentuk, sulit untuk memutus mata rantai peredarannya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian, karena masyarakat tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat,

14


(52)

43

belum lagi sarana dan prasarana yang harus disediakan. Disamping itu rusaknya generasi penerus bangsa.

G. Dampak penyalahgunaan Narkoba

Narkoba akan memberikan dampak pada diri seseorang apabila narkoba digunakan secara terus menerus atau sudah melebihi takaran yang telah ditentukan adapun hal ini menyebabkan adanya ketergantungan pada seorang penyalahguna. Kecanduan inilah yang dapat mengakibatkan gangguan pada fisik dan psikologis seorang penyalahguna, karena adanya gangguan syaraf pusat dan organ- organ tubuh seperti jantung, paru-parum hati dan ginjal. Dampak pada penyalahguna juga muncul oleh jenis narkoba yang digunakan, kepribadian pengguna dan kondisi pengguna. Secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.

Dampak penyahgunaan narkoba secara umum terbagi menjadi beberapa dimensi diantaranya :

1. Dimensi kesehatan

Penyalahgunaan narkoba merusak/ menghancurkan kesehatan manusia baik secara jasmani, mental, emosional dan kewajiban seseorang, merusak susunan syaraf pusat di otak, organ – organ lainnya seperti hati, ajntung, paru-paru, usus, dan penyakit komplikasi, timbulnya gangguan psikis pada perkembangan normal remaja, daya ingat, perasaan, persepsi dan kendali diri, merusak system reproduksi, seperti produksi sperma menurun,


(53)

44

penurunan hormone testasterane, kerusakan kramasam, kelaian sex keguguran dan lain-lain. Dan dapat menimbulkan penyakit AIDS. 2. Dimensi sosial

Penyalahgunaan narkoba memperburuk kondisi yang apda umumnya juga sudah tidak harmonis. Keluarga - keluarga yang penuh masalah akan mempengaruhi kehidupan dilingkungan masyarakat, seseorang yang ketergantungan kepada narkoba seseorang memerlukan banyak biaya untuk membeli narkoba, sehingga para pecandu mencuri, merampok, menipu, mengedarkan narkoba bahkan bisa membunuh unutk mendapatkan uang kesemuanya ini merugikan masyarakat.

3. Dimensi penegakkan hukum

Di Indonesia terdapat kultivasi gelap ganja utamanya di aceh, dan sebenarnya ganja mudah sekali tumbuh di berbagai tanah di Indonesia yang baisanya ditanam di daerah pegunungan/ hutan yang sulit dijangkau dan diketahui menimbulkan persoalan hukum tersendiri dalam memberantasnya, system distribusi dari sindikat narkoba, sangat tertutup dan memakai system sel, berjenjang sehingga sangat sulit untuk mengetahui apalagi memperlukan orang-orang penting dari sindikat tersebut, mengingat system hukum di Indonesia, money laundering (pencurian uang) merupakan kejahatan yang berkaitan dengan kejahtan narkoba, sangat sulit diberantas dan dibuktikan, menangani penyalahgunaan


(54)

45

narkoba yang jumlahnya sangat banyak, melelahkan,

membutuhkan tenaga, pikiran dan biaya yang besar dalam pengungkapannya.

H. Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba

Upaya penanggulangan narkoba memiliki dua pendekatan yang memiliki perbedaan prinsip, meskipun keduanya saling melengkapi. Pertama penegakkan hukum, dilakukan untuk mengurangi suplai narkoba melalui tindakan premptif, represif/ yudikatif. Kedua pendekatan kesejahteraan dilakukan untuk mengurangi kabutuhan penggunaan narkoba oleh masyarakat yang meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya ini dilaksanakan oleh sector kesejahteraan oleh sector kesejahteraan, yang meliputi bidang kesehatan, agama, sosial, pendidikan, dan lain-lain yang dilakukan bersama masyarakat. Upaya ini juga harus dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.15

Kebijakan dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana narkotika dalam sebuah wilayah merupakan bagian dari politik hukum. Kebijakan tersebut merupakan upaya komprehensif dalam mewujud generasi muda yang sehat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan pendapat Soehardjo Sastrosoehardjo yang mengemukakan:

Politik hukum berhenti setelah di keluarkannya Undang- undang tetapi justru disinilah baru maulai timbul persoalan-persoalan. Baik yang sudah diperkirakan atau diperhitungkan sejak semula maupun

15

Pramono U.Tanthowi, NARKOBA problem dan pemecahannay dalam prespektif Islam, cet, I( Jakarta: PBB 2003),hal 26-27.


(55)

46

masalah-masalah lain yang timbul dnegan tidak terduga –duga. Tiap undang –undang memerlukan jangka waktu yang lama untuk memberikan kesimpulan seberapa jauh tujuan politik hukum undang- undang tersebut bisa di capai. Jika hasilnya diperkirakan sulit untuk dicapai, apakah perlu diadakan perubahan atau penyesuaian seperlunya.16

Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika tidak bisa lepas dari tujuan Negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Sebagai warga Negara berkewajiban untuk memberikan perhatian pelayanan pendidikan melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Disisi lain perhatian pemerintah terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya yang berdampak dari gangguan dan perbuatan pelaku tindak pidana narkotika. Kebijakan yang diambil dalm menaggulangi narkotika bertujuan untuk melindungi masyarakat itu sendiri dari bahaya penyalahgunaan narkotika.

Kebijakan penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika merupakan kebijakan hukum positif yang pada hakikatnya bukanlah smata –mata pelaksanan Undang- undang yang dapat dilakukan secara yuridis normative dan sistematik, dogmatic. Disamping pendekatan yuridis normatif, kebijakan hukum pidanan juga memerlukan pendekatan yuridis factual yang dapat berupa pendekatan sosiologis, historis, bahkan memerlukan pula pendekatan

16

Al Wisnubroto dan G widiantana , pembaharuan hukum acara pidana, (Bandung: aditya Bakti, 2005) hal.10.


(56)

47

komprehensif dari berbagai disiplin ilmu lainnya dan pendekatan integral dengan kebijakan sosial dan pembangunan nasional pada umumnya.

Upaya penanggulangan tindak pidana atau yang bisa dikenal dengan politik criminal dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas yakni penerapan hukum pidana, pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kesejahteraan dan kepidanaan lewat media masa. Dalam hal tersebut dapat dipahami upaya mencapai kesejahteraan melalui aspek penanggulangan secara garis besarnya dapat dibagi menajdi 2 jalur yaitu : lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur non penal (bukan / di luar hukum pidana). Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitik beratkan pada sifat repressive ( penindasan/ pemberantasan/penumpasan) sesudah

kejahatan terjadi. Sedangkan jalur non penal lebih menitik beratkan pada sifat preventif ( pencegahan/ penangkalan/ pengendalian) sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakekatnya Undang-undang dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas.17

Mengingat kompleknya masalah penyalahgunaan narkoba ini, maka pola penanggulangannya harus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan disamping pengobatan dan rehabilitasi. Dalam menangani masalah ini, para remaja perlu ditolong dalam memecahkan kesulitan, terutama yang bersifat social dan emosional. Kita harus memandang para remaja sebagai manusia yang sama seperti

17


(57)

48

manusia lainnya, yang senantiasa memerlukan perhatian dan pertolongan dari sesamanya, terutama dari orang dewasa.

Selain itu, upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba harus meliputi upaya untuk memberantas produksi dan peredaran illegal serta memberi penjelasan kepada masyarakat tentang bahaya narkoba. Disamping itu, harus ada upaya menyediakan terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba, baik dari segi medis maupun psikososial, ditambah adanya upaya untuk meningkatkan daya tangkap lingkungan masyarakat terhadap produksi peredaran illegal dan penyalahgunaan.

Dalam upaya penanggulangan narkoba mempunyai tiga komponen penting sebagai pilar utama yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Pertama adanya masalah pencegahan, pencegahan adalah upaya untuk membantu individu menghindari memulai atau mencoba menyalahgunakan narkotika dan psikotropika, dengan menjalani cara dan gaya hidup sehat, serta mengubah kondisi kehidupan yang membuat individu mudah terjangkit penyalahgunaan narkotika. Disadari penyalahgunaan narkoba adalah masalah perilaku individu dan sosial, yang mencerminkan norma masyarakat dan system sosial, yang mendukung terjadinya perilaku penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, masalah narkoba tidak dapat dicegah hanya dengan pemberian informasi atau penyuluhan tentang bahaya – bahayanya, melainkan harus merupakan upaya membangun norma anti narkoba, anti kekerasan, dan penegakan disiplin, karena ketiganya saling berkaitan, meliputi kegiatan promotif dan preventif.


(1)

104

bahkan Al –quran diakui merupakan rezeki yang baik, setelah itu uamt islam mempertanyakan status hukum dari khamar kepada Rasulullah.

Sebagaimana firman Allah dalam QS Al- Baqarah (219) secara

tekstual ternyata juga belum menjelaskan keharaman khamar. Ayat

tersebut masih sekedar menjelaskan bahwa didalam khamar

terkandung baik manfaat di dalam ayat diatas adalah manfaat dan

madharat. Selanjutnya turun ayat 219 QS Al- Baqarah memiliki latar

belakang tersendiri. Namun kebiasaan minum khamar di kalangan

kaum Muslim masih belum dapat dihilangkan, dan bahkan masih

dianggap wajar. Karena masih ada persyaratan dalam ayat di atas dan

beberapa manfaat bagi manusia. Pada akhirnya Allah mengatakan

dalam QS al-Maidah ayat 90-91 yang menerangkan bagaimana

perbuatan- perbuatan seperti judi, menyembah berhala, mengundi

nasib dengan panah merupakan perbuatan yang harus dijauhi dan tidak

menghasilkan keberuntungan diantara mereka. Dan perbuatan mereka

hanya menimnbulkan permusuhan dan kebencian. Dari sini baru

adanya ayat yang secara tegas atas diharamkannya khamar.

2) Adapun konsep penanggulangan penyalahgunaan narkoba dalam

prespektif Al- quran adalah dengan adanya tindakan diantaranya

berupa tindakan represif dimana pada hal ini adalah sebuah tindakan

yang mengacu pada seorang pengedar ,Bandar , produsen dan pemakai


(2)

105

dengan instansi yang berkewajiban untuk mengawasi dan

mengendalikan produksi maupun distribusi semua zat yang tergolong

narkoba. Disini saya sebagai penulis menganalogikan dengan isi QS

Al- Baqarah ayat 219 yang menerangkan manfaat dan kemadharatan

dari khamar. Dilihat dari segi kemanfaatan dalam hal material berupa

hasil dari penjualan,keuntungan bahakan para pengedar tidak dengan

menggunakan pekerjaan yang dikira melelahkan mereka bisa

memperolah hasil tanpa susah payah. Adapun dari segi madharatnya

para pengedar hanya membutuhkan segelintir seperti halnya berupa

obat-obatan,dengan begitu pengedar bahkan Bandar bisa meraup

sebuah keuntungan yang amat melimpah ruah dibandingkan dnegan

pekerja yang dari pagi smapai larut malam memeras keringat untuk

mencari nafkah keluarganya. Dari sinilah para masyarakat Arab pun

sebagai pandnagan bagaimana menimbang untung rugi setiap

pekerjaan yang dilakukannya.

B. SARAN

Dalam melakukan sebuah penanggulangan penyalahgunaan narkoba seorang

manusia bisa dengan mudha membaca, berucap mudah bahkan bisa setiap manusia

berfikiran mudah untuk mengatasi segala hal itu, namun tanpa sadar pula manusia

bisa menjerumuskan dirinya sendiri pada hal yang bisa dikatakan membunuhnya.


(3)

106

perhatian dan pengawasan dari kedua orang tua. Kerusakan moral,tindakan tidak

berpelajar bahkan free sex bisa menghampiri setiap anak yang dalam keaadan kosong

dan mengalami permasalahan dalam dirinya.

Dari beberapa permasalahan remaja dan anak untuk saat orang sangatlah

bermain ketat dan menajdi acuan dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkoba

dan sejenisnya. Dengan demikian janganlah mudah pergaulan dan berusaha

melampiaskan segala apapun cara untuk membut kita merasa senang jika masalah

telah menghampiri kita. Mengingat adanya Allah dan selalu berfikir positif akan

setiap langkah yang akan kita rencanakan.

Penulis merasakan begitu banyak kekurangan dalam penulisan namun semua

hany untuk berbagi ilmu, adanya penanggulangan itu muncul karena adanya sebuah

perbuatan yang mengakibatkan hal itu terjadi. Jangan berharap kemudahan dalam

berbagai penanggulangan secara instan, karena penanggulangan memiliki cara

tersendiri dalam penyelesain masalah yang dihadapi. Berbagi sebuah perbuatan mulia


(4)

Daftar Pustaka

Ahmad Hanafi, MA., Asas – asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1967

Al-Aridl, Ali Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir ter. Ahmad Akrom. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Ash-Shabuni Ali Syaikh Muhammad ,Shafwatut tafasir;tafsir-tafsir pilihan,(Jakarta; pustaka al- kautsar , 2011) jilid 2

As-Sadlan, Shahih bin Ghanim Bahaya Narkoba mengancam Umat, terjemah.,(Jakarta : darul haq, 2000),cet ke -5

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. BNN, petunjuk teknis advokasi bidang pencegahan penyalahgunaan Narkoba,2008 Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Karya Toha Putra,

2002.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).

Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Penanggulangan Terpadu Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Masyarakat, Jakarta:Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, 2001

Dr Subagyo Partodiharjo, Kenali Narkoba Dan Musuhi Penyalahgunaannya ed.Daniel P.purba, S.sos (t,k: Esensi Erlangga, t.th),

G widiantana Al Wisnubroto ,pembaharuan hukum acara pidana, Bandung: aditya Bakti, 2005


(5)

Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset, Yogyakarta: Andi Offset, 1990.

Hakim, arif, Bahaya Narkoba

http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/view/deputi-pemberantasan/data-kasus-narkoba

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/04/nma0mr-pengguna-narkoba-di-indonesia.

Kaelan,Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, Yogyakarta:Paradigma, 2005 Katsi>r, Ibnu, Tafsi>r Ibnu Katsir, Terj. M. Abdul Ghoffar dan Abu Insan al-Atsari,

(Bogor: Pustaka Imam as-Syafi’i, 2004). Mashuri, Sudiro, Islam melawan narkoba

Moh sholeh, ‚pengaruh penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan dan alternative pencegahan menurut prspektif islam‛, dalam jurnal pendidikan dan pemikiran islam nizamia,ed. Nizamia IAIN Surabaya fak Tarbiyah vol. no 7 januari – juni 2001

Muhammad ali ash –shabuni, rawa’iul bayan tafshiru ayati al- ahkam min al-quran, (Beirut: dar al-fikr) juz .ke -1

Mustaqim, Abdul Metodologi Penafsiran Alquran dan Tafsir, Yogyakarta, CV. Idea Sejahtera, 2014

Qutbh, Sayyid. Fidzilalil Qur’a>n. Beirut: Darusy Syuruq, 1992. Sahih muslim, (Lebanon : Dar Al-fikr),juz ke 3


(6)

Saipullah Acep : Narkoba dalam prespektif hukum islam dan hukum positif Al-‘adalah vol.XI no 1 1 januari 2013

Shihab , Quraish, Membumikan Al – quran ; fungsi wahyu dalam kehidupan masyarakat. Bandung : Mizan, 1999.

Shihab, Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan,Kesan dan keserasian al-Qur’an,Vol.I . Jakarta: Lentera, 2003.

Sudarto, kapita selekta hukum pidana,Bandung : Alumni, t.th

Tanthowi U Pramono, NARKOBA problem dan pemecahannay dalam prespektif Islam, cet, II Jakarta: PBB 2003