EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA.

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA

DisusunOleh :

Kharis Suhud NIM : D03212014

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii ABSTRAK

Kharis suhud, NIM D03212014. Efektivitas Layanan Informasi dalam Meningkatkatkan Sikap Anti-Bullying di SMP Baitussalam Surabaya.

Kata kunci: Layanan Informasi, Sikap Anti-Bullying

Skripsi ini tentang Efektivitas Layanan Informasi dalam Meningkatkatkan Sikap Anti-Bullying di SMP Baitussalam Surabaya, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti-bullying.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 60 responden. Untuk menganalisis data yang terkumpul, penelitian menggunakan uji Paired Samples T-test dengan bantuan SPSS versi 21.00 for windows.

Hasil pengujian data penelitian menunjukkan bahwa layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti-bullying berjalan efektif hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata (mean) menunjukkan terdapat peningkatan sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi dari 54,58 meningkat menjadi 62,87. Kemudian hasil penghitungan korelasi sebesar 0.298 dan signifikansi sebesar 0.000, karena signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi anti-bullying. Selanjutnya dari hasil penghitungan angket prilaku bullying selama tujih hari terakhir mengalami penurunan dari 30,77 menjadi 29,13. Ini menunjukkan adanya perubahan sikap pada siswa.


(7)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Penelitian Terdahulu ... 11

F. Definisi Oprasional ... 13

G. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI ... 15

A. Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling... 15

1. Pengartian Layanan Informasi ... 15

2. Tujuan Layanan Informasi ... 16


(8)

xi

4. Metode Layanan Informasi ... 23

5. Pelaksanaan Layanan Informasi ... 24

6. Kegiatan Pendukung ... 26

B. Tinjauan Tentang Sikap Anti - Bullying ... 26

1. Pengertian Sikap Anti-Bullying ... 26

2. Bentuk-Bentuk Bullying ... 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying ... 32

4. Dampak Bullying ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Pendekatan Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Hipotesis Penelitian. ... 40

E. Subjek Penelitian ... 40

F. Jenis dan Sumber Data ... 41

G. Metode Pegumpulan Data ... 42

H. Metode Pengolahan Data ... 44

I. Tehnik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 47


(9)

xii

C. Penyajian Data. ... 58

D. Analisis Data ... 66

E. Pembahasan ... 74

BAB VI PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20, pada pasal 3 Tahun 2003, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah terdapat beberapa masalah salah satunya adalah masalah Bullying. Bullying adalah tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebik kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik, biasanya bullying terjadi berulang kali.2

1

Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. (Bandung: Refika Aditama. 2007), hal. 7. 2


(11)

2

Komisi Perlindungan Anak menyatakan bahwa tahun lalu setidaknya terdapat 2,339 kasus kekerasan fisik, psikologis dan seksual terhadap anak, dimana 300 di antaranya adalah kasus bullying. Krahe bahkan menyatakan bahwa hampir setiap anak dan remaja mungkin pernah mengalami suatu bentuk perlakuan tidak menyenangkan dari anak lain yang lebih tua atau lebih kuat. Namun perlu disadari bahwa, kebanyakan perilaku bullying terjadi secara tersembunyi (covert) dan sering tidak dilaporkan sehingga kurang disadari oleh kebanyakan orang.3

Bullying menurut Olweus adalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain oleh satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. Olweus merumuskan adanya tiga unsur dasar bullying, yaitu bersifat menyerang dan negatif, dilakukan secara berulang kali, dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat, dalam American Medical Association.4 Coloroso juga mengatakan bahwa bullying akan selalu mengandung tiga elemen, yaitu: kekuatan yang tidak seimbang, bertujuan untuk menyakiti, dan ancaman akan dilakukannya agresi. Sehingga seseorang dianggap menjadi korban bullying bila dihadapkan pada tindakan negatif seseorang atau lebih yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke

3

Purwakania Hasan, Masni Erika firmiana, Emalia Sutiasamita, Siti Rahmawati. Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta (Jakarta : Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vo. 2, No.2, September 2013 81. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia) hal. 82. 4Olweus dalam bukunya “Bullying at school: What we know and what we can do”. Dikutib dari Purwakania Hasan dkk. Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta. hal.82.


(12)

3

waktu. Selain itu, bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya.5

Bullying biasanya terjadi berulang kali dimana dengan rasa berkuasa tersebut pelaku lebih sering melakukan tindakan tersebut terlebih lagi melihat korban yang tidak bias melakukan perlawanan dan memilih diam yang menyebabkan perlakuan bullying tersebut terjadi secara terus menerus. Bullying dapat terjadi karena salah paham, tindakan semacam ini kadang dianggap sesuatu yang wajar, tanpa ada yang menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkan baik pada korban juga pelaku bullying. Bullying biasanya dilakukan oleh anak untuk menyakiti temannya dan umumnya terjadi berulang kali. Praktek ini bukan merupakan suatu yang kebetulan terjadi. Biasanya dilakukan oleh anak yang merasa lebih kuat, lebih berkuasa atau bahkan merasa lebih terhormat untuk menindas anak lain untuk mendapatkan kepuasan atau keuntungan tertentu.

Kekerasan yang dialami oleh anak-anak dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni: kekerasan fisik, kekerasan mental, dan kekerasan seksual. Sebagai gejala sosial budaya, tindak kekerasan terhadap anak tidak muncul begitu saja dalam situasi yang kosong atau netral. Ada kondisikondisi budaya tertentu dalam

5

Coroloso dalam bukunya The bully, the bullied and the bystander. Dikutib dari Purwakania Hasan dkk. Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta. hal.82.


(13)

4

masyarakat, yakni berbagai pandangan, nilai dan norma sosial, yang memudahkan terjadinya tindak kekerasan tersebut.

Dampak dari bullying menimbulkan tingkat keparahan yang bervariasi. Bagi korban bullying sekolah dapat menjadi tempat yang tidak menyenangkan dan berbahaya. Ketakutan yang mereka alami dapat menimbulkan depresi, harga diri rendah, dan sering absen. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan dengan meningkatnya perilaku bunuh diri.

Bentuk-bentuk bullying berupa mendorong, memukul merusak pakaian atau barang milik temannya, dan penindasan tergolong bullying fisik. Bentuk bullying lainya berupa pemalakan, ejekan atau pengolok-olokan hal tersebut termasuk kedalam kategori bullying verbal. Bullying secara relasional bentuknya berupa pandangan mata yang sinis, lirikan, pengucilan, pengabaian dan penghindaran. Penghindaran adalah suatu tindakan penyingkiran dan merupakan alat penindasan terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip tentang dirinya, namun tetap akan mengalami dampak atau efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Bebrapa perlakuan bullying tersebut menyebabkan rasa ketidaknyamanan dari para korban bullying. Biasanya anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan anak perempuan yang lebih banyak menggunakan


(14)

5

bullying dengan verbal, perlakuan bullying tersebut biasanya dilakukan oleh kakak kelas (senior) terhadap juniornya dan juga antar sessama kelas.

Bentuk-bentuk prilaku bullying di SMP Baitussalam berupa pengucilan atau pengabaian yang dialami HM siswa kelas VII C oleh teman-teman sekelasnya, selain itu HM juga menerima ejekan dan pernah ditarik rambutnya oleh PR (teman satu kelas HM). Bentuk bullying lainnya pengolok-olokan yang dialami VN siswa kelas VII B oleh beberapa teman yang berlangsung semenjak awal masuk sekolah, VN merasa takut dan tidak memiliki keberanian untuk membela diri sehingga memelih untuk membolos agar terhindar dari ejekan temannya. Selanjutnya pemalakan oleh kakak kelas yang dialami oleh DN siswa kelas VII B. DN sering dimintai uang maupun barang-barang seperti jaket, modem, dan topi. Perlakuan bullying di SMP Baitussalam biasanya terjadi dan dilakukan oleh siswa kelas satu dan dua.6 Oleh kerena itu perlu dilakukan upaya dalam mencegah dan mengatasi permasalahan bullying, seperti pemberian layanan informasi dimana layanan tersebut memberikan wawasan dan pemahaman siswa mengenai bullying, bentuk-bentuk bullying, dampak dari bullying dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan bullying.

Bimbingan dan Konseling adalah proses bantuan khusus yang diberikan kepada semua siswa dalam membantu siswa memahami, mengarahkan diri,

6

Hasil wawancara dengan konselor (Bu Eli) di SMP Baitussalam pada tanggal 3 September 2016, jam 09.46.


(15)

6

bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan siswa di sekolah, keluarga dan masyarakat dalam rangka mencapai perkembangan diri yang optimal. Fungsi bimbingan dan konseling, yaitu :7 fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Kedua fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseling tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, bullying, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Ketiga fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya

7

Kamaluddin. Bimbingan dan Konseling Sekolah (Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4, Juli 2011 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka) hal. 449-450


(16)

7

untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

Keempat fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

Agar tercapainya fungsi Bimbingan dan konseling, konselor di SMP Baitussalam menggunakan BK pola 17, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Eli (Koordinator BK):

“Kegiatan bimbingan dan konseling disini menggunakan Bk pola 17 seperti layanan informasi, bimbingan karir, konseling kelompok,

konseling individu dan lain sebagainya”

BK pola 17 tersebut meliputi empat bidang bimbingan yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier. Keempat bidang bimbingan diselenggarakan


(17)

8

melalui tujuh jenis layanan yaitu layanan orientasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan informasi, layanan pembelajaran, dan layanan bimbingan kelompok. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan pendukung, yaitu instrumentasi bimbingan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Menurut Ibu Eli layanan informasi yang sudah diselenggarakan di SMP Baitussalam berupa :8

“Layanan informasi yang sudah diselenggarakan seperti layanan

informasi tentang kurikulkulum dan peraturan-peraturan yang ada disekolah ini, layanan informasi ini dilaksanakan pada saat MOS (masa orientasi siswa). layanan informasi tentang permasalahan yang dihadapi siswa seperti Bullying, narkoba, informasi pergaulan bebas, bahaya AIDS, informasi keluarga dan informasi lainnya yang sekiranya dibutuhkan siswa dalam perkembangannya”.

Apabila siswa mengalami hambatan atau permasalahan maka dilakukan layanan bimbingan dan konseling misalnya bimbingan belajar, konseling individu atau konseling kelompok disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi.

Dalam kaitannya dengan bullying, pemahaman tentang bullying melalui layanan informasi bimbingan dan konseling diperlukan dalam membantu siswa mangatasi permasalahan bullying dan menumbuhkan sikap anti bullying di sekolah. Salah satu contoh dalam memberikan penyuluhan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian layanan informasi. layanan informasi adalah

8


(18)

9

penyampaian berbagai informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat menolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya. Hal tersebut berarti bahwa layanan informasi merupakan suatu bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang informan terhadap sekelompok orang yang menerima informasi mengenai berbagai macam pengetahuan. Layanan informasi yang diberikan secara umum bertujuan agar terkuasainya informasi tertentu. Sedangkan secara khusus agar paham terhadap informasi yang diberikan dan memanfaatkan informasi dalam penyelesaian masalahnya.9

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI

BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu :

1. Bagaimana Layanan Informasi di SMP Baitussalam? 2. Bagaimana Kasus Bullying di SMP Baitussalam?

9Ifdil. “Layanan Informasi”

diakses dari

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_alphacontent&section=19&cat=79&task=view &id=22&Itemid=144, pada tanggal 12 November 2015; jam 16 .05 WIB


(19)

10

3. Bagaimana Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying di SMP Baitussalam Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui Layanan Informasi di SMP Baitussalm 2. Untuk mengetahui Kasus Bullying di SMP Baitussalam

3. Untuk mengetahui Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying di SMP Baitussalam Surabaya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pengetahuan tentang prilaku bullying, bahwa penggunaan layanan informasi tentang bullying meningkatkan pemahaman dan sikap anti bullying di SMP Baitussalam.

2. Manfaat Praktis

a) Manfaat bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya.


(20)

11

b) Manfaat bagi lembaga pendidikan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola pendidikan yang bersangkutan agar terus meningkatkan kualitas pendidikannya.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti memberikan batasan pembahasan dalam penelitian ini, yakni pada Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya.

F. Penelitian Terdahulu

Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat keterkaitan

dengan judul penelitian “Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya” adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1. Lusi Andriani

Peningkatan Kesadaran Anti-Bullying Melalui Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas Xi Sma Muhammadiyah 1 Muntilan10 Sama-sama meneliti tentang peningkatan kesadaran atau sikap anti-bulying. Penelitian menggunakan tehnik sosiodrama

sedangkan penelitian saya meneliti kefektivan layanan informasi

2. Gege Argya Aka Yori

Efektivitas Tehnik Kursi Kosong Untuk

Sama-sama meneliti kasus

Penelitian ini meneliti tentang peningkatan harga

10Lusi Andriyani. “

Peningkatan Kesadaran Anti-Bullying Melalui Teknik Sosiodrama Pada Siswa

Kelas Xi Sma Muhammadiyah 1 Muntilan” (Yogyakarta: eJurnal Skripsi jurusan Psikologi


(21)

12

Meningkatkan Harga Diri Siswa Korban Bullying di Smp Baitussalam Surabaya11

bullying dan objek penelitiannya di SMP Baitussalam Surabaya

diri siswa korban bullying dengan menggunakan tehnik kursi kosong sedangkan penelitian saya meneliti kefektivan layanan informasi dalam

meningkatkan sikap anti-bullying.

3. Purwakania Hasan, Masni Erika Firmiana, Emalia Sutiasamita, Siti Rahmawati Efektifitas Pelatihan Anti-Bullying Terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying Di Sekolah Pada Guru-Guru TK Di Jakarta.12

Sama-sama meneliti tentang bullying

Penelitian ini meneliti tentang kefektivan pelatihan anti-bullying terhadap pengetahuan penanganan kasus bullying Objek yang diteliti adalah guru-guru TK di Jakarta. Sedangkan penelitian saya meneliti kefektivan layanan informasi dalam

meningkatkan sikap anti-bullying.

4. Lulu

Ardiansyah

Peningkatan Sikap Anti-Bullying Verbal Siswa Melalui Modelling Keterampilan Sosial Verbal Dalam Pembelajaran Ips (Penelitian Tindakan Kelas Viii-8 Smp Negeri 6 Bandung)13

Sama-sama meneliti tentang sikap anti-bullying

Penelitian ini meneliti tentang Bullying verbal melalui modelling

keterampilan social verbal sedangkan penelitian saya meneliti semua bentuk bullying melalui layanan informasi

11

Gege Argya Aka Yori. “Efektivitas Tehnik Kursi Kosong Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa

Korban Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya”(Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016)

12

Purwaka Hasan dkk. “Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta” (Jakarta : Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri

Humaniora, Vo. 2, No.2, September 2013 81. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia)

13

Lulu Ardiansyah, “Peningkatan Sikap Anti-Bullying Verbal Siswa Melalui Modelling Keterampilan Sosial Verbal Dalam Pembelajaran Ips (Penelitian Tindakan Kelas Viii-8 Smp Negeri 6 Bandung)”


(22)

13

Dari penelitian terdahulu diatas memberikan pandangan lebih lanjun tentang penelitian ini, penelitian ini lebih fokus pada peningkatan sikap anti-bullying melalui layanan informasi yang diberikan disekolah.

G. Definisi Oprasional

1. Efektifitas : ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesan), manjur atau mujarab adalah dapat membawa hasil; berhasil guna (tindakan).14 Efektifitas dapat diartikan usaha yang menunjukkan taraf suatu tujuan atau suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Jadi efektifitas adalah keberhasilan guna dalam pelaksanaan tugas dan fungsi rencana atau program ketentuan atau aturan dan tujuan kondisi ideal.15

2. Layanan Informasi : layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).16

3. Sikap Anti Bullying : sikap merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu didalam menanggapi obyek situasi atau kondisi

14Dendy sugiono, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama, 2008), hal. 284

15Aswarni Sujud, “Matra Fungsional Administrasi Pendidikan”,

(Yogyakarta: Purbasari, 1989) hal. 154.


(23)

14

di lingkungan sekitarnya. Bullying adalah tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebik kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik, biasanya bullying terjadi berulang kali.17 Sikap Anti bullying adalah sikap dimana seseorang anti terhadap kekerasan baik secara verbal maupun fisik dan segala bentuk bullying lainnya.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan diperlukan untuk mempermudah pembaca dan penulis dalam memahami skripsi ini. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis menyantumkan sistematika pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

1. BAB I PENDAHULUAN, Pendahuluan terdiri dari, latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, Pada bab ini, akan dipaparkan tentang beberapa pengertian yang sesuai dengan judul yang diambil, seperti tinjauan tentang bullying, bentuk-bentuk bullying dan lain sebagainya.

17


(24)

15

3. BAB III METODE PENELITIAN, Bab yang berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam meneliti efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying di SMP Baitussalam Surabaya.

4. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN, Laporan berisi gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, serta analisa data mengenai efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying di SMP Baitussalam Surabaya.

5. BAB V PENUTUP, Penulisan skripsi diakhiri dengan pemberian simpulan sebagai pengertian terakhir yang diambil berdasarkan pemahaman sebelumnya.


(25)

15 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling 1. Pengartian Layanan Informasi.

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman atau intruksi. Layanan informasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti; informasi belajar, sosial, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan).1 Pengertian layanan informasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah :

a. Menurut Slameto layanan informasi adalah layanan yang diberikan untuk memberikan berbagai keterangan, data, dan fakta tentang dunia luar kepada siswa dengan maksud agar ia mempunyai pemahaman yang betul tentang dunia sekitarnya.2 Pemahaman ini penting bagi siswa untuk mengambil keputusan atau menentukan pilihan.

b. Menurut wingkel layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) menerima dan memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan

1

Hidayati, Richma. Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Kari’r. (Kudus: eJurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 1 No. 1 Tahun 2015 ISSN 2460-1187. Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus) hal. 3 2


(26)

16

pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa.3

c. Menurut Dewa ketut sukardi layanan informasi merupakan layanan bimbingan konseling yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada siswa (terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.4

Berdasarkan beberapa pengertian layanan informasi diatas dapat diambil kesimpulan layanan informasi merupakan penyampaian berbagai informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya.

2. Tujuan Layanan Informasi.

Layanan informasi sangat diperlikan oleh siswa karea kebutuan siswa akan informasi. Tujuan dari layanan informasi adalah agar peserta didik memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang dirinya maupun tentang lingkungannya, masyarakat, serta sumber-sumber belajar lainnya. Informasi yang diperoleh peserta didik sangat diperlukan agar lebih mudah dalam menyelasaikan permasalahan yang dihadapinya, membuat

3

Hidayati, Richma. Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Kari’r. hal. 4

4

Sukardi, Dewa ketut. Pengantar Pelaksanan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 61.


(27)

17

perencanaan dan mengambil keputusan,5 dalam bidang pribadi, sosial, belajar, karier serta dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Contoh permasalahan yang dihadapi siswa seperti kesulitan belajar, minder, bullying, pergaulan bebas, pemilihan sekolah lanjutan dan lain sebagainya.

Winkel juga mengemukakan pandangannya bahwa informasi yang disajikan kepada siswa dan kemudian diolah oleh siswa, membantu untuk mengenal alternative-alternatif yang ada dan variasi kondisi yang berlaku, untuk menyelidiki semua kemungkinan dalam pilihan, tindakan dan bentuk penyesuaian diri, untuk memantapkan keputusan yang sedikit banyak sudah diambil, untuk mengecek ketelitian dan kesesuaian pengetahuan yang sudah dimiliki, untuk mendapat tilikan terhadap rencana, gagasan dan keinginan yang kurang realities dan kurang sesuai dengan kenyataan lingkungan hidup dan untuk dihubungkan dengan data tentang diri sendiri supaya dapat diambil ketentuan yang mantap.6

3. Macam-macam Layanan Informasi.

Macam-macam layanan informasi disesuaikan dengan kebutuhan para peserta layanan (siswa). Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling.7 Macam-macam layanan informasi menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :

5

Ibid. hal. 259. 6

Hidayati, Richma. Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Kari’r. hal. 4

7

Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbais Integrasi). (Jakarta: Grafindo Persada, 2007), hal. 148


(28)

18

Menurut Winkel dan Sri hastuti memberikan gambaran bahwa data dan fakta yang disajikan kepada siswa sebagai informasi biasanya dibedakan atas tiga tipe dasar, yaitu :8

a. Informasi tentang pendidikan sekolah yang mencakup semua data mengenai variasi program pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, mulai dari semua persyaratan penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat. b. Informasi tentang dunia pekerjaan yang mencakup semua data

mengenai jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat, mengenai gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan, mengenai persyaratan tahap dan jenis pendidikan, mengenai sistem klasifikasi jabatan, dan mengenai prospek masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil masyarakat akan/corak pekerjaan tertentu.

c. Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia mencakup semua data dan fakta mengenai tahap-tahap perkembangan serta lingkungan hidup fisik dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik antara perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial diberbagai lingkungan masyarakat.

Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia meliputi:

8

Winkel dan Hastuti, Sri. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogjakarta: Media Abadi, 2006), hal. 318.


(29)

19

1) Pemahaman diri dan orang lain, misalnya seperti layanan informasi mengenai kepribadian, bakat dan minat atau potensi diri.

2) Pembinaan jalinan hubungan yang sehat dengan teman sebaya, bentuknya berupa pemberian informasi mengenai cara bergaul dan membangun hubungan persahabatan, informasi tentang dampak pergaulan bebas, informasi mengenai bullying atau pelatihan anti-bullying serta informasi lainnya tentang berhubungan sosial.

3) Pendidikan seks (bahaya seks bebas).

4) Fase-fase dalam kehidupan manusia dewasa, contohnya seperti informasi perkembangan masa pubertas, fase-fase perbahan yang dialami manusia mulai dari masa anak-anak, remaja, dan dewasa. informasi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

5) Pemahaman dan penyesuain diri terhadap kondisi dalam lingkungan keluarga.

6) Perawatan kesehatan jasmani dan penampilan diri, contohnya informasi mengenai pola hidup sehat, informasi cara berpenampilan yang baik dan sopan, dan lain sebagainya.


(30)

20

Menurut Prayitno dan Erman amti ada tiga macam layanan informasi, yaitu layanan informasi pendidikan, layanan informasi pekerjaan, dan layanan informasi sosial budaya.9

a. Informasi pendidikan

Dalam bidang pendidikan banyak siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan :

1) Pemilihan program studi

2) Pemilihan sekolah fakultas dan jurusannya 3) Penyesuaian diri dengan program studi 4) Penyesuaian diri dengan suasana belajar 5) Putus sekolah.

Para siswa membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan yang tepat dan bijaksana.

b. Informasi jabatan

Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak kalangan muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.

9


(31)

21

c. Informasi sosial budaya

Penyajian informasi sosial budaya yang meliputi, macam-macam suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa, potensi-potensi daerah dan kekhususan masyarakat atau daerah tertentu serta bagaimana berhubungan sosoial antar teman yang baik tanpa adanya kekerasan atau prilaku lainnya yang dapat merugikan orang lain.

Menurut Mukhlishah mengungkapkan bahwa materi yang diangkat melalui layanan informasi, diantaranya sebagai berikut :10

a. Informasi pengembangan diri, contohnya layanan informasi tentang potensi diri, bakat dan minat, dan pengenalan kepribadiannya.

b. Informasi kurikulum dan proses belajar mengajar, materinya berisi informasi tentang kegiatan belajar mengajar, kurikulum serta aturan-aturan yang ada di sekolah.

c. Informasi pendidikan tinggi, contohnya seperti informasi studi lanjut, jalur masuk, pengenalan jurusan yang ingin diminati, informasi beasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya.

d. Informasi jabatan, contohnya seperti informasi lowongan pekerjaan dan informasi profesi jabatan seperti polisi, guru, kedokteran, tentara dan informasi jabatan lainnya.

10

Mukhlishah. Administrasi dan Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah (Surabaya: Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 35.


(32)

22

e. Informasi kehidupan keluarga, sosial-kemasyarakatan, sosial budaya dan lingkungan, contohnya informasi tentang membina hubungan pergaulan yang baik atau hubungan sosial, pelatihan anti-bullying, informasi bahaya narkotika, informasi budaya daerah dan lain sebagainya.

Menurut Tohirin, Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Informasi yang menjadi isi layanan bimbingan dan konseling adalah:11

a. Informasi tentang perkembangan diri, contohnya layanan informasi tentang potensi diri, bakat dan minat, dan pengenalan kepribadiannya.

b. Informasi tentang hubungan antar pribadi, sosial, nilai-nilai dan moral, contohnya informasi tentang membina hubungan pergaulan yang baik atau hubungan sosial, pelatihan anti-bullying, informasi bahaya narkotika, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.

c. Informasi tentang pendidikan, kegiatan belajar, ilmu pengetahuan dan teknologi, contonya informasi tentang permasalahan belajar, informasi tentang cara belajar seperti quntum learning, speet reading, mind mapping, informasi teknologi dan lain-lain.

d. Informasi tentang dunia karir dan ekonomi, contohnya informasi jabatan dan informasi lowongan pekerjaan.

11


(33)

23

e. Informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan, contohnya informasi kebudayaan daerah, informasi tentang kewarganegaraan Indonesia dan lain-lain.

f. Informasi tentang agama dan kehidupan beragama beserta selukbeluknya. contohnya informasi tentang tata cara beribadah, informasi kehidupan beragama dan menghargai antar umat beragama.

4. Metode Layanan Informasi.

Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka oleh konselor dan metode yang digunakan bervariasi serta flexibel disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan dan kondisi yang ada. Metode yang bisa digunakan dalam memberikan layanan informasi adalah sebagai berikut :12

a. Ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Melalui tehnik ini para peserta (klien) mendengarkan atau menerima ceramah dari guru bimbingan konseling selanjutnya diikuti dengan tanya jawab.

b. Melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui media tertentu seperti media tertulis, media gambar, poster, brosur, papan pengumuman media elektronik dan media lainnya.

c. Acara khusus. Layanan informasi dilakukan dengan acara khusus di sekolah dan dalam acara tersebut disampaikan berbagai

12


(34)

24

informasi berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan terkait yang diikuti oleh seluruh siswa.

d. Narasumber. Layanan informasi juga bisa diberikan kepada peserta didika dengan mengundang narasumber. Untuk informasi yang tidak dikatahui oleh pembimbing, harus didatangkan atau diundang pihak lain yang lebih mengetahui dan pihak yang diundang tentu disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan.

5. Pelaksanaan Layanan Informasi

Pelaksanaan layanan informasi dilakukan melalui enam tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil, tindak lanjut, dan pelaporan. tahapan-tahanpan berisi beberapa kegiatan sebagai berikut:13

a. Perencanaan, yang mencakup kegiatan :

1) Identifikasi kebutuhan informasi bagi peserta layanan. 2) Menetapkan materi layanan informasi.

3) Menetapkan subyek sasaran layanan. 4) Menetapkan narasumber.

5) Menentapkan prosedur, perangkat dan media layanan 6) Menyiapkan kelengkapan administrasi.

b. Pelaksanaan, yang mencakup kegiatan : 1) Mengorganisasikan kegiatan layanan. 2) Mengaktifkan peserta layanan.

3) Mengoptimalkan penggunaan metode dan media.

13


(35)

25

c. Evaluasi, yang mencakup kegiatan : 1) Menetapkan materi evaluasi. 2) Menetapkan prosedur evaluasi. 3) Menyusun instrumen evaluasi. 4) Mengaplikasikan instrumen evaluasi. 5) mengolah hasil aplikasi instrument.

d. Analisis hasil evaluasi, yang mencakup kegiatan : 1) Menetapkan norma/standar evaluasi.

2) Melakukan analisis. 3) Menafsirkan hasil analisis.

e. Tindak lanjut, yang mencakup kegiatan : 1) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut.

2) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut pihak terkait. 3) Melaksanakan rencana tindak lanjut.

f. Pelaporan, yang mencakup kegiatan : 1) Menyusun laporan layanan orientasi.

2) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait. 3) Mendokumentasikan laporan.

Dalam melaksanakan layanan, seorang konselor hendaknya mampu mengidentifikasi lima ranah penguasaan yang terdiri dari:14

14

Ifdil. Layanan Informasi. diakses dari

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=40. Pada tanggal 27 juli 2016, jam 21.26 WIB.


(36)

26

a. Wadasruh (wawasan dasar menyeluruh) meliputi: pengertian, tujuan dan manfaat layanan yang diberikan.

b. Komponen yang berperan pokok dalam layanan. c. Standar Prosedur Operasional (SPO) layanan. d. Setting atau lokasi dan kondisi yang menyertainya. e. Penilaian dan pelaporan.

6. Kegiatan Pendukung

Layanan ini berkaitan dengan aplikasi instrumentasi untuk mengungkapkan apa yang dibutuhkan oleh peserta layanan. Berkaitan juga dengan konferensi kasus dalam memberikan pemahaman demi terselesaikan kasus. Berkaitan dengan kunjungan rumah menyangkut tentang pendapat orangtua dan kondisi kehidupan keluarga bagi peserta layanan (bagi anak atau anggota keluarga lainnya). Dalam Alih tangan kasus, layanan informasi dapat digunakan bagi peserta layanan yang ingn mendalami informasi tertentu yang berkaitan dengan permasalahan yang dialaminya.15

B. Tinjauan Tentang Sikap Anti-Bullying 1. Pengertian Sikap Anti-Bullying

Sikap merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu didalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Menurut Norman Anderson dalam teorinya Information Integration Theory

15


(37)

27

bahwa sikap dan keyakinan individu terbentuk dan dimodifikasi setiap saat individu menerima informasi baru, kemudian diinterpretasi dan diintegrasi dengan sikap dan keyakinan sebelumnya yang dimiliki individu.16

Terbentuk dan berubahnya sikap dapat dipandang sebagai proses persuasif. Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan tersebut. Beberapa proses kognitif dapat digunakan dalam menjelaskan proses persuasif ini, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap objek sikap. Menurut McGuire bahwa pemahaman individu terhadap pesan terjadi melalui 3 tahap yaitu: (a) perhatian terhadap pesan, (b) pemahaman terhadap isi, (c) penerimaan terhadap kesimpulan.17

Istilah bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Beberapa istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Bullying berasal dari kata ”bully” (bahasa inggris) yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.18 Bullying adalah tindakan agresi yang

16

Neila Ramdhan. Pembentukan dan Perubahan Sikap (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 2008) hal. 4.

17

Neila Ramdhan. Pembentukan Dan Perubahan Sikap. hal. 5. 18

Sari Monik Agustin. Komunikasi Peer-Group tentang Konsep Kekerasan dan Bullying (Studi Groupthink Theory & Sosialisasi Anti Kekerasan dan Bullying pada Siswa SMA Negeri 70, Bulungan-Jakarta) (Jakarta: Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol .


(38)

28

dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebik kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik, biasanya bullying terjadi berulang kali.19

Pengertian bullying menurut beberapa ahli diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Menurut Sejiwa bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang.20

b. Bullying menurut Olweus adalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh orang lain oleh satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya.21

c. Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan unsur-unsur berikut :

1) Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying bisanya orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda.

2, No. 3. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia. 2014) hal. 213.

19

Ponny Retno Astuti. Meredam Bullying (Jakarta: Grasindo. 2008) hal. 2 20

Sejiwa. Bullying (Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak) (Jakarta: Gramedia, 2008) Hal. 2

21

Olweus dalam bukunya Bullying at school: What we know and what we can do. Dikutib dari Purwakania Hasan dkk. Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta. hal.82.


(39)

29

2) Keinginan untuk mencederai. Dalam bullying tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan dalam pengucilan korban. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka fisik, melibatkan tindakan yang dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan korbannya. 3) Ancaman agresi lebih lanjut. Bullying tidak dimaksudkan

sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau cenderung diulangi.

4) Terror. Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bullying semakin meningkat. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara untuk mencapai bullying tapi juga sebagai tujuan bullying.22

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sikap Anti bullying adalah sikap dimana seseorang anti terhadap kekerasan baik secara verbal maupun fisik dan segala bentuk bullying lainnya.

2. Bentuk-Bentuk Bullying

Menurut Olweus bentuk-bentuk bullying ada odua jenis yaitu :23

22

Barbara Coloroso. Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU (Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka. 2006) hal. 44-45.

23

Novan Ardy Wiyani. Save Our Children from School Bullying (Jogjakarta: Ar-Russ. 2013) hal : 13


(40)

30

a. Direct Bullying yaitu intimidasi secara fisik dan verbal. Perilaku bullying secara fisik merupakan bentuk yang paling tampak dan mudah diidentifikasi yakni berupa perlakuan kasar secara fisik seperti menendang, memukul, menampar dan lain sebagainya. Sedangkan untuk bullying verbal merupakan suatu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti mengancam, memaki, mencemooh, mengolok-olok, memfitnah serta memalak dan lain sebagainya. b. Indirect Bullying berupa kekerasan mental atau psikologis disebut

juga relasional. Bullying jenis ini dilakukan melalui isolasi secara sosial dimana bullying jenis ini dilakukan dengan cara memandang sinis, sampai dengan perlakuan mendiamkan atau mengucilkan dan lain sebagainya.

Bentuk-bentuk bullying menurut Coloroso antara lain adalah sebagai berikut:24

a. Bullying Fisik, penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Contoh bullying secara fisik adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang

24

Barbara Coloroso. Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU (Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka. 2006) hal 47


(41)

31

menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.

b. Bullying Verbal, bullying verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar-bingar yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di antara teman sebaya. Bullying verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.

c. Bullying Relasional, jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang


(42)

32

digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

d. Cyber bullying, ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya. Bentuk bullyingnya berupa mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar, menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa, membuat website yang memalukan bagi si korban, si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya, video yang berisi dimana si korban dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying

Setiap manusia dalam kehidupan dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, demikian juga prilaku bullying menurut Ariesto faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antaralain adalah :25

25

Masdin. Fenomena Bullying Dalam Pendidikan (Kendari : ejurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No. 2 Juli - Desember 2013. STAIN Kediri) hal. 79-80.


(43)

33

a. Keluarga. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, sikap melindungi orang tua yang berlebihan terhadap anaknya, membuatmereka rentan terkena bullying, anak-anak yang memiliki orang tua terlalu mengekang lebih mungkin menjadi korban intimidasi fisik dan psikis, atau bullying, dari teman-temannya, dan orang tua yang terlalu melindungi anak-anaknya dari pengalaman yang tidak menyenangkan akan membuat mereka lebih rentan dari praktek bullying, serta anakanak yang memiliki orang tua yang keras merupakan anak-anak paling mungkin mengalami perlakuan bullying. Pola hidup orang tua yang berantakan, terjadi perceraian orang tua, orang tua tidak stabil perasaan dan fikirannya, kemauan dan tingkahlakunya, orang tua saling mencaci maki, menghina, bertengkar dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan tidak pernah akur, memicu munculnya depresi dan strees bagi anak. Hal ini memicu terjadinya depersonalisasi bagi anak yang akhirnya menjadi pribadi terbelah, dan berperilaku bully. Menurut Dieter Wolke, semua orang menganggap perilaku bul ying acap terjadi di sekolah, namun hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa intimidasi benar-benar dimulai dari rumah. dia berharap bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang bersikap keras paling mungkin menjadi mangsa para pelaku intimidasi. Seandainya anak-anak mampu menghadapi persoalan yang sulit, mereka menjadi tahu bagaimana menangani konflik. Jika orang tua


(44)

34

selalu mengambil alih, maka anak-anak itu tidak memiliki strategi mengatasinya dan lebih mungkin dia menjadi target bully.

b. Media Massa. Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Menurut Wilson, tayang TV, film dan bahan bacaan lain, dapat memberi efek perilaku negatif seperti; anti sosial, rendahnya rasa sensitivitas pada kekerasan, meningkatkan rasa ketakutan menjadi korban kekerassa/bullying, dan mempelajari sikap agresif. Survey yang dilakukan kompas memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan katakatanya (43%).

c. Teman Sebaya. Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Menurut Djuwita Ratna pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman darikelompok sebayanya. Jadi bullying terjadi karena adanya tuntutankonformitas. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan denganteman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa


(45)

35

mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Lingkungan Sosial Budaya. Kondisi lingkungan sosial dapat menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Faktor kriminal budaya merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku bullying. Suasana politik yang kacau balau, ekonomi yang tidak menentu, ketidak adilan dalam masyarakat, penggusuran, pemerasan, perampokan, dan perkosaan, dan kemiskinan semua itu dapat memicu munculnya perilaku yang abnormal, muncul kecemasan-kecemasan, kebingunan, dan perilaku patologis, hal ini pula yang mendorong para remaja masuk dalam kecanduan obat-obatan terlarang, alkohol dan narkoba, dan banyak yang menjadi neurotis dan psikotis, akhirnya berperilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.

4. Dampak Bullying

Bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial. Berikut dampat yang disebabkan prilaku bullying di sekolah:


(46)

36

e. Dampak bagi korban, Bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri.

Coloroso mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang-orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.26

f. Dampak bagi pelaku. Coloroso mengungkapkan bahwa siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap untuk

26

Barbara Coloroso. Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU. Hal. 70.


(47)

37

memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang. Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.27

g. Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying. Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

27


(48)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.1 Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif.2 Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan

1

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hal. 24

2


(49)

39

tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.3

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.4

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang “Efektivitas Layanan Informasi dalam

Meningkatkan Sikap Anti-Bullying” di SMP Baitussalam, alamtnya di jalan Ketintang Madya No. 94 Surabaya.

C. Variabel Penelitian.

Menurut Sugiyono variabel adalah segala sesuatu yang disebut apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

3

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung : Alfabata, 2009) hal 6.

4


(50)

40

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.5 Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi dua variable yaitu:

1. Variabel independent atau variabel bebas (X) dalam hal ini adalah layanan informasi.

2. Variabel dependent atau variable terikat (Y) dalam hal ini adalah Meningkatkan Sikap Anti Bullying.

D. Hipotsis Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. adapun hipotesis menurut penulis adalah Layanan informasi dalam upaya meningkatkan sikap anti bullying di SMP Baitussalam berjalan efektif.

E. Subjek Penelitian

Untuk memperoleh data yang pasti maka diperlukan adanya populasi yag diteliti, Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti.6 Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang mendapatkan layanan informasi bimbingan dan konseling tentang bullying, dalam hal ini adalah semua siswa kelas VII di SMP Baitussalam jumlahnya 87 siswa

5

Ibid. hal. 38 6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) hal. 115.


(51)

41

terbagi dalam 3 kelas, siswa perempuan di kelas VII A jumlahnya 34 siswa, siswa laki-laki di kelas VII B jumlahnya 27 siswa dan VII C jumlahnya 26 siswa. Di sekolah ini antara siswa laki-laki dan perempuan dibedakan atau dipisah kecuali siswa kelas IX. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sebagian besar dari jumlah keseluruhan subjek penelitian yakni sebanyak 60 siswa.

F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam data yaitu:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur secara langsung.7 Adapun yang dimaksud dari data kualitatif adalah sebagai berikut: Gambaran umum SMP Baitussalam Surabaya, struktur organisasi SMP Baitussalam Surabaya, visi dan misi SMP Baitussalam Surabaya.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berhubungan langsung dengan angka-angka atau bilangan.8 Adapun yang dimaksud

7

Ine I Amirman Yousda dan Arifin Zainal, Penelitian dan Statistik Pendidikan (Jakarta: Bumi Askara, 1993) hal. 129.

8 Ibid.


(52)

42

dengan jumlah kuntitatif disini adalah jumlah siswa, jumlah tenaga guru, dan lain sebagainya.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu:

a. Sumber Primer, yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti,9 yaitu informasi dari Kepala sekolah, para staf, guru maupun karyawan serta siswa-siswi SMP Baitussalam Surabaya.

b. Sumber Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti,10 Seperti dokumntasi dan literatur-literatur mengenai layanan informasi Bimbingan dan Konseling (kepustakaan).

G. Metode Pegumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :

1. Observasi, metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan

9

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung : Alfabata, 2009) hal 308.

10


(53)

43

dibantu dengan panca indera lainnya.11 Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan pembelajaran, kegiatan bimbingan dan konseling, dan kondisi lingkungan sekolah di SMP Baitussalam Surabaya.

2. Wawancara, metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.12 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap informan guna mendapatkan data-data yang mendukung dalam penelitian. Seperti data-data tentang kondosi dan lingkungan sekolah, data mengenai layanan informasi bimbingan dan konseling, data-data tentang kasus bullying di sekolah, dan lain sebagainya.

3. Angket, metode angket adalah metode yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk di isi, setelah di isi angket dikirim kembali/dikembalikan ke peneliti.13 Dalam hal ini penulis menggunakan kuisioner kepada responden (Siswa) untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Metode ini digunakan untuk

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya : Airlangga University Press, 2001), hal. 142.

12

Ibid. hal. 133 13


(54)

44

mendapatkan informasi mengenai Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya.

4. Dokumentasi, metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis.14 Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi

yang berhubungan dengan data-data tentang layanan informasi yang

ada di SMP Baitussalam Surabaya dalam meningkatkan sikap Anti Bullying.

H. Metode Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisis, data-data yang telah terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Pengolahan data tersebut melalui proses sebagai berikut:

1. Editing (penyuntingan), yaitu dengan memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang telah dijawab oleh responden.

2. Koding (pengkodean), yaitu memberi tanda (simbol) yang berupa angket pada jawaban responden.

3. Tabulating (tabulasi), yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk disajikan dalam bentuk table.

14


(55)

45

I. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengumpulan data kedalam pola, ketegori dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam menganalisis data penulis menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber misalnya dokumen, wawancara, observasi dan data lainnya yang berhubungan dengan layanan informasi tentang bullying. Kemudian data dibaca, dipelajari dan ditelaah.

Analisa data tentang layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying ini digunakan untuk mengetahui bagaimana efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying. Dalam hal ini, penulis menganalisis hasil angket per-item pertanyaan yang sudah di sebarkan kepada responden atas pendapatnya tentang layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:15

P

=

f

N x 100% P = Angka prosentase.

f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya.

N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).

15


(56)

46

Untuk mencari ada tidaknya ke-efektivitasan variabel X (layanan informasi) teradap variabel Y (peningkatan sikap anti-bullying) digunakan rumus Uji T (paired samples).


(57)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Profil SMP Baitussalam Surabaya

a. Nama Sekolah : SMP Baitussalam

b. NSS : 204056027444

c. NPSN : 20532634

d. Status Sekolah : Swasta

e. Akreditasi : Terakreditasi B

f. Alamat : Jl. Ketintang Madya No. 94 Surabaya

g. Desa : Karah

h. Kecamatan : Jambangan

i. Kota : Surabaya

j. Propinsi : Jawa Timur

k. Kode Pos : 60232

l. Telepon : 0318294155

m. Kepala Sekolah : Kardi Minulyo, S. Pd. n. Tanggal Berdiri : 2 Mei 1996


(58)

48

Alamat Jl. Ketintang Madya II/ 2-4

Pimpinan Drs. Abd. Syukur Hasyim, M. Ag

2. Sejarah Berdirinya SMP Baitussalam Surabaya1

Yayasan Baitussalam Surabaya berdiri tanggal 4 Mei 1988 sebagai kelanjutan pengajian Karah Jaya. Setelah Yayasan tersebut berdiri, pengajian Karah Jaya bubar. Pada waktu itu ketua pengajian Karah Jaya dan Ketua Takmir Masjid Baitussalam adalah Bapak Soewarto Hadiprodjo Ramli, SH.

Ketua Yayasan Baitussalam Surabaya yang pertama adalah Bapak Ir. H. Ismu Sudharto, dalam akte notaris A. KOHAR, SH. tanggal 4 Juni 1988 No. 33. Masjid Baitussalam berdiri di atas tanah fasilitas umum Yayasan Badan Kesejahteraan Pegawai Jawatan Urusan Agama Propinsi Jawa Timur (YBKP Jaura Jatim) sekarang kanwil DEPAG sebagai Real Estate Non Komersiel. Masjid dibangun oleh panitia pembangunan masjid yang mendapat bantuan sebagian besar dari karyawan departemen agama se-Jawa Timur, masyarakat sekitar Masjid, dermawan dan sebagainya. Tanah Masjid sudah diwakafkan, sekarang dalam proses permohonan hak wakaf di kantor pertanahan kotamadya Surabaya.

Pada awal berdirinya Yayasan Baitussalam Surabaya Bapak Soewarso Widyo bendahara Yayasan pindah ke luar Jawa, kemudian bapak Soewarto Hadiprodjo Ramli, SH sekretaris Yayasan pindah keluar Jawa pula, kemudian bapak Ir. H. Ismu Dudharto ketua Yayasan pindah ke Jakarta. Sejak berdirinya

1


(59)

49

Yayasan ini pengurus belum pernah mengadakan rapat lengkap, sehingga Yayasan belum dapat berjalan semestinya. Pada tanggal 9 Mei 1992 Yayasan menunjuk Bapak Drs. H. Moch. Yasin sebagai panitia pembangunan gedung Madrasah/Sekolah. Letak tanah yang akan dibangun gedung Madrasah/Sekolah disebelah utara Masjid sebagai lapangan parkir luas ±735 m2. Berdasarkan ketentuan Kota Madya Surabaya lokasi Madrasah/Sekolah awalnya disebelah timur (muka) Masjid, karena letaknya dimuka Masjid mengurangi keindahan Masjid, kemudian diminta agar letak Madrasah/Sekolah dipindah ke sebelah utara masjid. Yayasan Baitussalam Surabaya mendapat tanah dari YBKP JAURA JATIM untuk Masjid ±1.597,5 m2 dan untuk Madrasah/Sekolah ±735 m2 seluruhnya ±2.332,5 m2.

SMP Baitussalam Surabaya adalah Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Masjid Baitussalam. Sehingga SMP BAITUSSALAM berada dalam 1 lahan dan 1 gerbang dengan Masjid Baitussalam.Dalam perjalanannya dari saat berdirinya hingga sekarang, SMP Baitussalam Surabaya telah mengalami 3 kali pergantian pimpinan, yaitu:

a. Drs. Imam Poedjiono menjabat semenjak pertana kali berdiri yakni tahun 1996 - 2000.

b. Drs. Heru Subagyo menjabat mulai dari tahun 2000 - 2004. c. Drs. H. Kusmiadi menjabat mulai dari tahun 2004 - 2015.


(60)

50

3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Baitussalam Surabaya2

a. Visi SMP Baitussalam Surabaya

Menjadi sekolah tingkat pertama yang memiliki karakteristik pendidikan agama Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan dasar keahlian menuju kepada kemandirian siswanya. b. Misi SMP Baitussalam Surabaya

1) Meningkatkan kemampuan dasar siswa dibidang pendidikan agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi serta ketrampilan dasar menuju kemandirian di masa depan.

2) Meningkatkan kemampuan profesionalisme guru di bidang profesinya sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT.

c. Tujuan SMP Baitussalam Surabaya

1) Megembangkan potensi peserta didik secara optimal, sehingga mampu bersaing dalam pendidikan dan di masyarakat

2) Membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian, beriman, dan bertaqwa, cerdas dan trampil, mampu mengembangkan diri dengan optimal secara mandiri 3) Dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik sehingga

berguna bagi peserta didik pada masa mendatang di masa mendatang di masyarakat

2


(61)

51

4) Membekali peserta didik agar memiliki ketrampilan tekhnologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.

4. Motto SMP Baitussalam Surabaya

Kejujuran lebih berharga daripada dunia seisinya.3

5. Struktur Organisasi SMP Baitussalam Surabaya4

6. Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Baitussalam Surabaya

Untuk mengetahui keadaan pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Baitussalam Surabaya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP Baitussalam

Tahun pelajaran 2015/20165

No. Nama Jabatan

1 Drs. H. Kusmiadi Direktur

2 Kardi Minulyo, S. Pd Kepala Sekolah/Guru Bhs. Indonesia 3 Sri Moeljati, S.S Wakasek 1/Ur. Kurikulum/Guru Bhs.

Inggris

4 Herlis Silviana, S. Pd Wakasek 2/Ur. Humas/Guru Biologi 5 Dra. Harum Faridha H Ur. Kesiswaan/Guru Matematika 6 Siti Ningsih,S. Pi Ur. Sarana Prasarana

7 Drs. Tugino Guru PPKn

8 Gurik, S. Pd Guru Biologi

9 Nur Rohim, S. Ag Guru Agama

10 H. Choirur Rozi, S. Pd Guru Agama

11 Luluk Humaidah, S. Pd Kepala Laboratorium/Guru Sejarah

12 Sri Sulasmi, S. Pd Guru Ekonomi

13 Dra. Miftahul Chomsatin Bendahara/ Guru Geografi 14 Zainul Arifin, S. Pd. I Guru Agama

15 Amaliyatus, S. Pd Kepala Perpustakaan/ Guru Fisika

3 Ibid 4

Terlampir 5


(62)

52

16 Chafsah, S. Pd Guru Bhs. Indonesia

17 Aris Nurrahman, S. Pd Guru Matematika 18 Roemihana, S. Pd Guru Bhs. Inggris 19 Nanang Roesianto, S. Ag Guru Agama

20 Ely Arifah, S. Psi, M. Si BK/Guru Bahasa Indonesia

21 Tyagita A, SH BK/Guru PPKn

22 Ratno Purwanto, S. Pd Guru Penjaskes 23 Syamsul Arifin, S. Pd Guru Seni Budaya

24 Sri Bimo Ari Bowo, ST Kepala TU/Guru Prakarya

25 Hadi Sutikno, S. Pd TU

26 Hartini, SE TU/Kepala IT

27 Ariana Eka Cahyanti, SE TU

28 Naning Tri Rahayu, SE Perpustakaan 29 Hj. Ida Zulzilati A, S.Sos Asist. Bendahara

30 Kasianto Kebersihan

31 Arianto Satpam

7. Peserta Didik SMP Baitussalam Surabaya

Peserta didik merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Tanpa ada peserta didik, kegiatan belajar mengajar pun tidak akan berlangsung. Adapun peserta didik yang ada di SMP Baitussalam Surabaya sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Peserta Didik SMP Baitussalam Tahun Pelajaran 2015/20166

NO. KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 VII-A - 21 21

2 VII-B - 20 20

3 VII-C - 20 20

4 VII-D 28 - 28

5 VII-E 28 - 28

6 VIII-A - 32 32

7 VIII-B 38 - 38

8 IX-A 31 - 31

6


(63)

53

9 IX-B 28 - 28

10 IX-C - 28 28

11 IX-D - 27 27

Jumlah 153 148

JUMLAH KESELURUHAN 301

8. Kegiatan Pembelajaran SMP Baitussalam Surabaya

a. Intra kurikuler

1) Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pagi hari pada waktu sebagai berikut:

Senin–Kamis : Jam 06.45 – 13.40 WIB

Jum’at : Jam 06.45 – 13.40 WIB Sabtu : Jam 06.45 – 12.00 WIB

2) Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan membaca do’a

dan tartil Al-Qur’an selama kurang lebih 15 menit. 3) Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013. b. Ekstra kurikuler

1) Ekstrakurikuler dilaksanakan pada hari Sabtu.

2) Program Ekstrakurikuler yang dilaksanakan meliputi: a) Futsal

b) Musik dan hadrah c) Kepramukaan d) Paskibraka e) Basket


(64)

54

9. Sarana dan Prasarana SMP Baitussalam Surabaya

Sekolah Menengah Pertama Baitussalam menyediakan beberapa sarana dan prasarana dalam proses belajar mengajar dengan tujuan agar belajar mencapai hasil maksimal. Adapun sarana prasarana yang ada di SMP Baitussalam tersebut adalah:

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana di SMP Baitussalam Surabaya7

No. Jenis Nama Jumlah

1 Sarana Meja Siswa 157 unit

2 Sarana Kursi Siswa 310 unit

3 Sarana Meja Guru 8 unit

4 Sarana Kursi Guru 18 unit

5 Sarana Meja TU 4 unit

6 Sarana Kursi TU 5 unit

7 Sarana Papan Tulis 20 unit

8 Sarana Lemari 4 unit

9 Sarana Komputer dan Printer TU 4 unit

10 Sarana Mesin Ketik 1 unit

11 Sarana Komputer 22 unit

12 Sarana Alat Peraga Geografi 2 unit

13 Sarana Alat Praktik Bahasa Inggris 25 unit

14 Sarana AlatPendidikan Multimedia TIK 21 unit

15 Sarana Alat Peraga PPKn 3 unit

16 Sarana Alat Peraga IPA 3 unit

17 Sarana Alat Peraga Fisika 6 unit

18 Sarana Alat Peraga Biologi 3 unit

19 Sarana Alat Peraga Matematika 7 unit

20 Sarana Alat Peraga Pendidikan Jasmani 4 unit

21 Prasarana Ruang Kelas 11 unit

22 Prasarana Ruang Guru 2 unit

23 Prasarana Ruang TU 1 unit

24 Prasarana Ruang BK 1 unit

25 Prasarana Ruang OSIS 1 unit

26 Prasarana Ruang UKS 1 unit

7


(65)

55

27 Prasarana Ruang Perpustakaan 1 unit

28 Prasarana Ruang Ibadah 1 unit

29 Prasarana Ruang Olahraga 1 unit

30 Prasarana Ruang Keterampilan 1 unit

31 Prasarana Kamar Mandi/WC Siswa

Perempuan

3 unit

32 Prasarana Kamar Mandi/WC Siswa Laki-Laki

3 unit

33 Prasarana Kamar Mandi Guru 2 unit

34 Prasarana Koperasi/Toko 1 uit

35 Prasarana Laboratorium IPA 1 unit

36 Prasarana Laboratorium Biologi 1 unit

37 Prasarana Laboratorium Fisika 1 unit

38 Prasarana Laboratorium Bahasa 1 unit

39 Prasarana Laboratorium Komputer 1 unit

10. Bimbingan dan Konseling di SMP Baitussalam Surabaya

Layanan Bimbingan dan konseling di SMP Baitussalam menggunakan

pola “BK Pola 17 Plus” yang meliputi empat bidang (bidang pribadi, bidang

sosial, bidang belajar, dan bidang karier), sembilan layanan (layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individu, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi), dan enam pendukung (aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus).

Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam bimbingan dan konseling di SMP Baitussalam adalah Kurikulum 2013. Akan tetapi BK tidak mendapatkan jam pelajaran masuk kelas. adapun struktur organisasi Bimbingan dan Konseling di SMP Baitussalam sebagai berikut:


(66)

56

Bagan 4.4

Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling SMP Baitussalam8

Keterangan:

: Garis Komando

: Garis Konsultasai

B. Proses Pemberian Layanan Informasi

Dalam memberikan layanan informasi bullying terdapat beberapa tahapan antaralain sebagai berikut:

Tabel 4.5

Tahapan Layanan Informasi

No. Tahapan Konsel

or

Peneliti Keterangan

1. Persiapan layanan,

persiapan yang dilakukan adalah:

a. Menyiapkan

administrasi layanan

Pembut an RPL

Membantu konselor

7 oktober 2016

8

Data dokumenter BK di SMP Baitussalam Surabaya tahun pelajaran 2015/2016 Direktur Sekolah

Drs. H. Kusmiadi Kepala Sekolah Kardi Minulyo, S. Pd

Koordinator Tata Usaha Hadi Sutikno, S. Pd

Koordinator BK Ely Arifah, S. Psi, M. Si

Guru Pembimbing Tyagita Ayuning T., SH WALI KELAS SISWA KEPALA URUSAN Guru Mata Pelajaran KOMITE SEKOLAH


(1)

75

berkaitan dengan objek sikap disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan tersebut. Beberapa proses kognitif dapat digunakan dalam menjelaskan proses persuasif ini, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap objek sikap.

Dari hasl pengujian pada table paired sample statistik menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan sikap anti-bullying sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi dari 54,58 meningkat menjadi 62,87. Kemudian pada table paired sample correlation, memuat data tentang ada tidaknya korelasi antara

sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi anti-bullying diperoleh korelasi sebesar 0.298 dan signifikansi sebesar 0.000, karena signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi anti-bullying. Selanjutnya dari hasil penghitungan angket prilaku bullying selama tujih hari terakhir mengalami penurunan dari 30,77 menjadi 29,13. Ini menunjukkan adanya perubahan sikap pada siswa.


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan dari penelitian ini adalah :

Layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti-bullying berjalan efektif hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata (mean) menunjukkan terdapat peningkatan sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi dari 54,58 meningkat menjadi 62,87. Kemudian hasil penghitungan korelasi sebesar 0.298 dan signifikansi sebesar 0.000, karena signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi anti-bullying. Selanjutnya dari hasil penghitungan angket prilaku bullying selama tujuh hari terakhir mengalami penurunan dari 30,77 menjadi 29,13. Ini menunjukkan adanya perubahan sikap pada siswa.

B. Saran

Diharapkan konselor di SMP Baitussalam dapat menigkatkan layanan bimbingan konseling agar semakin bertambah baik lagi, utamanya dalam kasus


(3)

77

akan tetapi juga follow up dan bimbingan berkelanjutan. Dan semoga konselor di SMP Baitussalam dapat memiliki inovasi-inovasi baru dalam memberikan bimbingan dan membantu permasalahan siswa


(4)

78

DAFTAR PUSTAKA

Aliah B. Purwakania Hasan, Masni Erika Firmiana, Emmalia Sutiasamita, Siti Rahmawati. 2013 “Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta” Jakarta : Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vo. 2, No.2, September 2013 81. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia.

Astuti, Ponny Retno.2008 "Meredam Bullying". Jakarta: Grasindo.

Barbara Coloroso. 2006 “Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU”. Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka.

Burhan, Bungin. 2001. “Metodologi Penelitian Sosial” Surabaya : Airlangga University Press.

Hallen. 2005. “Bimbingan dan Konseling”. Jakarta: Quantum Teaching .

Hidayati, Richma. “Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Karir”. (Kudus: eJurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 1 No. 1 Tahun 2015 ISSN 2460-1187. Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus)

Ifdil. “Layanan Informasi” diakses dari

http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_alphacontent&section= 19&cat=79&task=view&id=22&Itemid=144.


(5)

79

Kamaluddin. 2011. "Bimbingan dan Konseling Sekolah". Jakarta: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 4. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

Latif , Abdul. 2007.“Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan”. Bandung: Refika Aditama.

Mukhlishah. 2012 "Administrasi dan Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah Surabaya: Dwiputra Pustaka Jaya

Neila Ramdhan. 2008. “Pembentukan dan Perubahan Sikap” Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Olweus dalam bukunya “Bullying at school: What we know and what we can do”. Dikutib dari Purwakania Hasan dkk.“Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta”.

Ponny Retno Astuti. 2008. "Meredam Bullying". Jakarta: Grasindo. Prayino dan Amti, Erman, 2004. "Dasar-dasar BK. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, Anas. 2005. “Pengantar Statistik Pendidikan”. Jakarta : PT. Raja

Grafindo.

Sugiono, Dendy.2008. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama.

Sugiono. 2009. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung : Alfabata.

Sujud, Aswarni. 1989 “Matra Fungsional Administrasi Pendidikan”, Yogyakarta: Purbasari.


(6)

80

Sari Monik Agustin. 2014. “Komunikasi Peer-Group tentang Konsep Kekerasan dan Bullying (Studi Groupthink Theory & Sosialisasi Anti Kekerasan dan Bullying pada Siswa SMA Negeri 70, Bulungan-Jakarta)”. Jakarta: Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, Vol . 2, No. 3. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia.

Sejiwa. 2008. “Bullying (Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak)”. Jakarta: Gramedia.

Slameto. 1988. “Bimbingan disekolah”. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Sukardi, Dewa ketut. 2002. "Pengantar Pelaksanan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah". Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tohirin. 2007. "Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbais Integrasi)”. Jakarta: Grafindo Persada.

Winkel dan Hastuti. 2006. "Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan". Yogjakarta: Media Abadi.

Masdin. "Fenomena Bullying Dalam Pendidikan". Kendari : ejurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No. 2 Juli - Desember 2013. STAIN Kediri.