PENGARUH BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK ORGANIK LIMBAH KULIT KAKAO (Theobroma cacao. L) TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis L. f) | Megawati | Jurnal Warta Rimba 6355 21041 1 PB

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

PENGARUH BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK ORGANIK LIMBAH
KULIT KAKAO (Theobroma cacao . L) TERHADAP PERTUMBUHAN
SEMAI JATI (Tectona grandis L. f)
Megawati 1), Muslimin2), Husain Umar 2)
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno-Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Korespondensi: megaazahria@gmail.com
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Abstract
An experiment to evaluate the effect of cacao pods waste as bioactive compost on growth of jati
(Tectona grandis L f) seedlings . The research was conducted in greenhouse and laboratory

forestry faculty Tadulako University, from February until April 2014. This study used
experimental method by Completely Randomized Design (CRD) with four treatmeants.i.e: M0
(control), M1 (soil+compost cacao pods 1:1), M2 (soil+compost cacao pods 1:3) and M3
(soil+compost cacao pods 1:3). Each treatments was replicated six times, so there were 24
unit. The result of the experiment showed that the cacao pods compost significantly affect plant
high, leaves count , and roots length but not significant effect on stem diameter. In addition the
results of the study also showed that the control gave the best growth of jati seedlings
comparing the other. This might be caused by the compost still decomposition processing.
Key words: Compost Cacao Pods, Growth Jati Seedlings, Decomposition
unsur hara yang cukup bagi bibit dan
memenuhi
persyaratan
pertumbuhan.
Penggunaan media tanam dapat berupa pupuk
organik yang lebih ramah lingkungan. Media
tanam bibit jati yang berupa campuran tanah
dengan pupuk organik limbah kulit kakao
adalah media tumbuh yang ramah lingkungan
sebab
dapat

memanfaatkan
limbah
perkebunan yang merupakan bahan organik,
serta tidak menimbulkan pencemaran pada
lingkungan.
Pengunaan pupuk sangat dibutuhkan
untuk
menyuplai
unsur
hara
bagi
pertumbuhan tanaman jati.
Penggunaan
pupuk organik atau pun bahan lain yang
sifatnya organik bertujuan untuk mengurangi
masalah yang timbul akibat penggunaan
bahan-bahan kimia yang dapat merusak tanah
dan lingkungan. Penggunaan pupuk kimia
yang berkepanjangan akan berakibat merusak
tanah.

Kasus penanganan limbah pertanian dan
perkebunan sampai saat ini masih merupakan
kendala dalam program penanganan limbah
pada petani. Selain itu, limbah pertanian
dan perkebunan belum banyak dimanfaatkan
walaupun dalam beberapa kondisi memiliki
potensi sebagai bahan pakan ternak maupun

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jati (Tectona grandis L. f)
merupakan tanaman tropika dan subtropika
yang sejak abad 9 telah dikenal sebagai
pohon yang memiliki kualitas kayu tinggi dan
bernilai jual tinggi.
Di Indonesia, jati
digolongkan sebagai kayu mewah (fancy
wood ) dan memiliki kelas kuat I dan kelas
awet I-II (Husna, 2007). Oleh karena itu,
permintaan akan kayu jati setiap tahunnya

terus meningkat namun kebutuhan kayu jati
yang tinggi tidak sejalan dengan kemampuan
pengadaan kayu jati yang masih rendah.
Pemenuhan jumlah kayu jati yang masih
kurang salah satunya disebabkan oleh
lamanya masa tanam. Jati termasuk pohon
yang membutuhkan waktu lama dalam
pertumbuhannya.
Tingginya permintaan kayu jati di
Indonesia mendorong berbagai pihak untuk
menanam jati, sehingga ketersediaan bibit
jati yang bermutu baik, cepat tumbuh dan
seragam sangat diperlukan (Maisyaroch
2010). Untuk mendukung pengadaan bibit
yang unggul maka diperlukan media tanam
yang berkualitas yang dapat menyediakan
96

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2

Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

bahan
baku
pembuatan
kompos
(Indrayanto, 2013). Pupuk organik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk
organik yang berasal dari limbah kulit kakao
yang terlebih dahulu dikomposkan. Kompos
adalah bahan-bahan organik yang telah
mengalami proses pelapukan karena adanya
interaksi antara mikroorganisme yang bekerja
di dalamnya (Subali dan Ellianawati 2010).
Spillane (1995) dalam Rosniawaty dkk.,
(2004) mengemukakan bahwa kulit buah
kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber

unsur hara tanaman dalam bentuk kompos,
pakan ternak, produksi biogas dan sumber
pektin. Sebagai bahan organik, kulit buah
kakao mempunyai komposisi hara dan
senyawa yang sangat potensial sebagai
medium tumbuh tanaman.
Perumusan Masalah
Rumusan dalam penelitian ini adalah
seberapa
besar
pengaruh
berbagai
perbandingan pupuk organik limbah kulit
kakao (Theobroma cacao L.) terhadap
pertumbuhan semai jati (Tectona grandis L
f)?
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui pengaruh perbandingan pupuk
organik limbah kakao yang sesuai pada

pertumbuhan semai jati (Tectona grandis
L.f).
Kegunaan penelitian ini diharapkan
dapat memberi informasi dalam penggunaan
jumlah pupuk organik terhadap pertumbuhan
semai jati (Tectona grandis L.f).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
sebagai berikut:
M0 = tanah (tanpa perlakuan)
M1 = tanah + pupuk organik kulit kakao
(1 : 1).
M2 = tanah + pupuk organik kulit kakao
(1 : 2).
M3 = tanah + pupuk organik kulit kakao
(1 : 3).
Setiap perlakuan diulang enam kali
sehingga membutuhkan 24 unit sampel

percobaan.
Variabel Pengamatan
Parameter
penelitian
ini
adalah
pertambahan tinggi (cm), pertambahan
jumlah daun (helai), pertambahan diameter
(mm), dan panjang akar (cm).
Analisis Data
Data hasil pengamatan diolah dengan
menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL). Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)
5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan Tinggi
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian berbagai perbandingan
pupuk organik limbah kulit kakao sebagai

media tumbuh berpengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan tinggi semai jati, oleh
karena itu dilakukan uji lanjut BNJ pada taraf
5%.
Tabel 1. Hasil uji BNJ terhadap pertambahan
tinggi semai Jati
perlakuan
Rata-rata
Uji BNJ
pertambahan tinggi
5%
M0
2,39a
M1
1,02b
0,41
M2
0,84b
M3
0,70b


METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian bertempat di Green House dan
Laboratorium Ilmu-ilmu Kehutanan, Fakultas
Kehutanan,
Universitas
Tadulako.
Dilaksanakan dari bulan Februari sampai
dengan bulan April 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah: tanah,
kompos limbah kulit kakao, label sampel,
semai jati varietas solomon, dan air. Alat
yang digunakan dalam penelitian anatara lain:
polybag, kaliper, cangkul/sekop, handsprayer,
kalkulator, mistar, alat tulis menulis.

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama
berbeda tidak nyata pada uji BNJ taraf 5%.


UJi BNJ menunjukkan perlakuan M0
berbeda nyata dengan perlakuan M1, M2,
M3, tetapi perlakuan M1, M2, M3 tidak
berbeda nyata.

97

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

Pertambahan Jumlah Daun
Hasil sidik ragam menunjukkan
pemberian berbagai perbandingan pupuk
organik limbah kulit kakao sebagai media
tumbuh semai jati berpengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan jumlah daun semai
jati, maka dilakukan uji BNJ pada taraf 5%.
Tabel 2. Hasil uji BNJ terhadap pertambahan
jumlah daun semai jati.
Perlakuan
Rata-rata
Uji
pertambahan
BNJ
diameter
5%
M0
1,76a
M1
0,99b
0,42
M2
0,70b
M3
0,70b

Hasil Analisis Kompos
Sebelum digunakan dalam penelitian ini
kompos terlebih dahulu dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui kandungan
haranya. Analisis dilakukan sebanyak dua
kali yaitu pada saat sebelum digunakan dalam
penelitian dan pada saat setelah penelitian.
Tabel 4. Hasil analisis kompos kulit kakao
sebelum
digunakan
dalam
penelitian

Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama
berbeda tidak nyata pada uji BNJ taraf 5%.

Rata-Rata Panjang
Akar Semai Jati

M0
M1
M2
M3

12,3a
8,50b
8,12b
7,50b

Nilai satuan

Nitrogen (n)
Posfor (p)
Kalium (k)
C-organik
C/n rasio

0,67%
0,23%
2,44%
10,58%
15,79

Ket: Dianalisis di Laboratorium Unit Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Hasil uji BNJ menunjukkan perlakuan
M0 berbeda nyata dengan perlakuan M1, M2,
M3 tetapi perlakuan M1, M2, M3 tidak
berbeda nyata.
Pertambahan Diameter
Analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian berbagai perbandingan
pupuk organik pupuk limbah kulit kakao
sebagai media tumbuh semai jati belum
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan semai jati, dari hasil analisis
sidik
ragam
menunjukkan
rata-rata
pertambahan diameter hanya terdapat pada
perlakuan M0 atau kontrol.
Panjang Akar
Analisis sidik ragam menunjukkan
pemberian berbagai perbandingan pupuk
organik limbah kulit kakao sebagai media
tumbuh berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang akar semai jati, maka uji BNJ taraf
5%.
Tabel 3. Hasil uji BNJ terhadap pajang akar
semai Jati.
Perlakuan

Parameter

Tabel 5.

Hasil analisis kompos kulit kakao
setelah penelitian

Parameter

Nilai satuan

Nitrogen (n)
Posfor (p)
Kalium (k)
C-organik
C/n rasio

0,70%
0,12%
24,10%
6,74%
9,63

Ket: Dianalisis di Laboratorium Unit Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Pembahasan
Analisis sidik ragam menunjukkan nilai
rata-rata terbesar dari semua parameter
ditunjukkan
pada
perlakuan
M0
dibandingkan dengan perlakuan yang
ditambahkan kompos kulit kakao pada
berbagai perbandingan. Penambahan kompos
kulit kakao sebagai media tanam justru
memberi pengaruh yang kurang baik terhadap
pertumbuhan semai hal ini dimungkinkan
karena kompos yang belum terurai sempurna
atau kompos yang digunakan masih
mengalami proses dekomposisi.
Menurut Simanungkalit (2006) dalam
Masfufah dkk. (2012) penggunaan kompos
yang kurang matang sebagai media tanam
memberikan pengaruh yang kurang baik jika
dibandingkan dengan media tanam tanah
karena kandungan organik kompos belum

Uji BNJ
5%

3,11

98

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

Nitrogen adalah unsur yang mobil, mudah
larut dalam air dan mudah menguap sehingga
tanaman mengalami defisiensi (Fahmi dkk.,
2010 dalam Ole, 2013). Tanaman dapat
menyerap nitrogen dalam bentuk NH4+ dan
NO3-. Ion-ion tersebut berasal dari proses
transformasi bentuk organik. Transformasi
ini melalui tahap-tahap, yaitu mineralisasi,
nitrifikasi,
denitrifikasi
dan
lainnya
(Samekto, 2008). Ekawati (2005), NH4+
akan terakumulasi atau terimobilisasi
tergantung
dari
kebutuhan
mikrobia.
Nitrogen yang tersedia dalam tanah atau
bahan organik digunakan mikrobia untuk
memperbanyak diri (Iliyin, 2012).
Rasio C/N merupakan indikator yang
menunjukkan
proses
imobilisasi
dan
mineralisasi unsur hara oleh mikrobia
dekomposer (Pramaswari dkk 2011). Jika
nisbah C/N bahan organik jauh lebih besar
dari nisbah C/N mikroorganisme maka NH4+
akan terimobilisasi dan tak tersedia untuk
tanaman (Samekto, 2008).
Novizan (2004) dalam Marvelia dkk.,
(2006) menyatakan tanaman justru tampak
seperti kekurangan unsur hara setelah diberi
pupuk kompos yang belum terurai sempurna.
Karena selama proses penguraian sampai
penguraian sempurna, tanaman akan bersaing
dengan mikroorganisme pengurai untuk
memperebutkan unsur hara. Sutanto (2002)
dalam Marvelia dkk., (2006) menambahkan
bahwa dalam kompetisi perebutan unsur hara,
tanaman kemungkinan akan kalah bersaing,
sehingga tanaman akan kekurangan unsur
hara karena sebagaian besar unsur hara
digunakan oleh mikroorganisme. Ini sesuai
dengan hasil penelitian dari semua perlakuan
penambahan berbagai perbandingan kompos
kulit kakao menunjukkan keadaan daun yang
menguning dari mulai ujung daun hingga
pangkal daun seperti pada gambar 1.

terurai secara sempurna sehingga unsur hara
bagi tanaman juga berkurang.
Kematangan kompos dapat dilihat dari
rasio C/N yang rendah, warna kompos, bau,
dan suhu kompos mendekati suhu awal
pengomposan (Isori 2007).
Dari hasil
analisis menunjukkan saat kompos digunakan
dalam penelitian ini kompos belum terurai
secara sempurna ini dilihat dari rasio C/N
kompos yang mengalami penurunan setelah
penelitian, sebelum penelitian rasio C/N
kompos yang digunakan 15,79, sedangkan
setelah penelitian rasio C/N kompos menurun
menjadi 9,63. Menurut Suntoro (2003)
kompos yang matang sempurna jika C/N
rasionya kurang dari 15. Kompos yang
memiliki rasio C/N mencapai 15-25 masih
berstatus setengah matang (Subali dan
Ellianawati 2010).
Bahan organik tidak dapat digunakan
secara langsung oleh tanaman karena
perbandingan jika kandungan C/N dalam
bahan organik tidak sesuai dengan rasio C/N
tanah. Rasio C/N tanah berkisar antara 1012. Apabila bahan organik atau kompos
memiliki rasio C/N mendekati atau sama
dengan rasio C/N tanah maka tanaman akan
dapat menyerap hara dari kompos tersebut
(Dewi dan Treesnowati 2012).
Produk kompos atau pupuk organik yang
belum matang sempurna, jika diaplikasikan
ke dalam tanah maka mikoorganisme akan
memanfaatkan N tersedia dalam tanah untuk
membentuk
protein
dalam
tubuh
mikroorganisme tersebut sehingga terjadilah
imobilisasi N. Menurut Nelson dan Suparjo
(2011) kulit kakao merupakan limbah
perkebunan yang memiliki kandungan lignin
yang tinggi sehingga membutuhkan waktu
untuk proses dekomposisinya. Selain itu
menurut Suntoro (2003) jika bahan organik
memiliki kandungan lignin tinggi maka
kecepatan mineralisasinya akan terhambat.
Selama dekomposisi akan terjadi proses
imobilisasi dan mineralisasi.
Imobilisasi
adalah perubahan unsur hara dari bentuk
anorganik menjadi bentuk organik yaitu
terinkorporasi
dalam
biomassa
mikroorganisme dekomposer, sedangkan
mineralisasi adalah perubahan unsur hara dari
bentuk organik menjadi bentuk anorganik
yang dapat diserap tanaman (Suyani, 2007).

Gambar 1. Berbagai keadaan daun semai jati
pada berbagai perlakuan.

99

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

Nitrogen sangat dibutuhkan tanaman
untuk
mempercepat
pertumbuhan,
memperbesar ukuran daun, karena nitrogen
merupakan komponen penyusun asam amino,
dan protein pada sel-sel vegetatif tanaman
(daun, akar dan batang tanaman).
Selama proses dekomposisi berlangsung
tanaman akan kekurangan N, tetapi ini hanya
berlangsung sementara (Sudiarto dkk 2004).
Saat proses dekomposisi akan terjadi
pelepasan karbondioksida, dimana semakin
tinggi aktifitas mikroorganisme maka dapat
mempercepat proses dekomposisi bahan
organik sehingga C akan berkurang,
sementara kadar N total akan meningkat
(Pratiwi dkk 2013). Mikrobia memecah
senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein
mikroba itu sendiri (Lestari 2009). Senyawa
karbon berfungsi sebagai subtrat metabolisme
dengan terdekomposisinya senyawa karbon,
maka akan terjadi pelepasan unsur hara yang
disebut dengan mineralisasi dan selanjutnya
akan terjadi imobilisasi hara termasuk
nitrogen tiga bentuk nitrogen biologis yang
terdapat dalam bahan organik adalah protein
penyusun dinding sel mikroba seperti chitin
peptido glycan dan asam nukleat. Saat proses
mineralisasi senyawa N-organik tersebut
akan terdekomposisi menjadi nitrogen
anorganik, sehingga N kembali tersedia untuk
tanaman (Ekawati 2005).

Dari yang tampak pada keadaan daun
semai jati pada media tumbuh yang
ditambahkan berbagai perbandingan kompos
daun tuanya menjadi menguning, lama
kelamaan menjadi rontok. Hal ini karena
tanaman belum dapat menyerap nitrogen dari
media tumbuhnya hal ini dimungkinkan
karena adanya proses imobilisasi nitrogen
sehingga tanaman mengambil cadangan
nitrogen dari daun tuanya sehingga daun
tersebut menjadi menguning. Selain daun tua
menjadi menguning semai jati pada media
tumbuh yang ditambahkan kompos daun
mudanya tidak melebar atau mengembang.
Salah satu peran nitrogen adalah perluasan
daun pada tanaman (Elisabeth dkk., 2013).
Gejala tanaman yang kekurangan nitrogen
juga dikenali dari daun tuanya, daun tersebut
menjadi menguning karena kekurangan
klorofil dan lebih lanjut menjadi rontok,
tulang-tulang dibagian bawah daun menjadi
pucat, tanaman kerdil, daun muda sempit
tidak berkembang (Fairhurst dkk., 2007).
Selain pada keadaan daun yang menjadi
menguning dan akhirnya menjadi rontok,
pada pertambahan tinggi dan panjang akar
semai jati juga tampak penambahan kompos
kulit kakao pada berbagai perbandingan
justru membuat pertambahan tinggi dan
panjang akar semai menjadi terganggu. Dari
semua perlakuan menunjukkan penambahan
kompos kulit kakao sebagai media tumbuh
membuat pertambahan tinggi menjadi
terhambat
jika
dibandingkan
dengan
perlakuan M0 kontol seperti pada gambar 2.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka
disimpulkan bahwa penggunaan pupuk
organik limbah kulit kakao sebagai media
tumbuh semai jati dengan berbagai
perbandingan memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap pertumbuhan semai,
dari semua perlakuan pertumbuhan terbaik
justru tampak pada perlakuan M0 atau
kontrol hal ini disebabkan karena kompos
yang digunakan dalam penelitian ini masih
mengalami proses dekomposisi.

Gambar 2.

Pertambahan tinggi semai jati
pada berbagai perbandingan
kompos kulit kakao.
Dari yang tampak penambahan kompos
kulit kakao tidak memberikan respon
pertambahan tinggi.
Unsur N sangat
diperlukan terutama untuk pertumbuhan
vegetatif (Marvelia, 2006).

100

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

Marvelia, A., Darmanti., S. Parman., 2006.
Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea
Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan
dengan Kompos Kascing dengan Dosis
yang Berbeda. Buletin Anatomi dan
Fisiologi Laboratorium Biologi Struktur
dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi
FMIPA UNDIP.
Masfufah,
A.,
Supriyanto.
A.,
T.
Surtiningsih.,
2012.
Pengaruh
Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer)
Pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media
Tanam
yang
Berbeda
Terhadap
Pertumbuhan
dan
Produktivitas
Tanaman
Tomat
(Lycopersicon
esculentum) Pada Polybag. Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Airlangga Surabaya.
Nelson., Suparjo., 2011. Penentuan Lama
Fermentasi Kulit Buah Kakao Dengan
Phanerochaete Chrysosporium: Evaluasi
Kualitas Nutrisi Secara Kimiawi.
Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Jurnal AGRINAK. Vol. 01 No.1
Ole M. B. B., 2013.
Penggunaan
Mikroorganisme Bonggol Pisang (Musa
paradisiaca )
sebagai
Dekomposer
Sampah Organik. Skripsi Fakultas
Tekbobiologi Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Pramaswari, I. A. A., Suyasa, I. W. B., Putra,
A. A. B., 2011. Kombinasi Bahan
Organik (Rasio C:N) Pada Pengolahan
Lumpur (Sludge) Limbah Pencelupan.
Jurnal Kimia Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Udayana.
Pratiwi I. G. A. P .,Tmaja I. W. D. A., Soniari
.N.N., 2013. Analisis Kualitas Kompos
Limbah
Persawahan dengan
Mol
Sebagai
Dekomposer.
Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Vol. 2, No. 4
Rosniawaty. S., I R Dewi., C Suherman.
2005. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah
Kakao
Sebagai
Kompos
Pada
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma
cacao L.) Kultivar Upper Amazone
Hybrid. Fakultas pertanian Universitas
Padjajaran.
Samekto, R., 2008. Bioteknologi dan
Keharaan Tanaman (Mikroorganisme,
Nitrogen dan Fosfor). Jurnal Inovasi
Pertanian Vol. 7, No. 1.

DAFTAR PUSTAKA
Ekawati I., 2005. Mineralisasi nitrogen pada
pengomposan
padi.
Jurnal
Agroteknologi Universitas Kediri.
Elisabeth, D. W., Santosa, M., Herlina, N.,
2013. Pengaruh Pemberian Berbagai
Komposisi Bahan Organik pada
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum L).
Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 3.
Fairhurst. T.H., C. Witt, R.J. Buresh, dan A.
Dobermann., 2007. Panduan Praktis
Pengelolaan Hara. Bank Pengetahuan
Padi Indonesia.
Husna., F D Tuheteru., Mahfudz., 2007.
Aplikasi
Mikoriza untuk Memacu
Pertumbuhan Jati di Muna (Mycorrhiza
Application To Support Growth Of Teak
In Muna). Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan. Info Teknis Vol 5 No 1 Juli
2007.
Iliyin, M., R. Kesumaningwati, N. P.
Puspita., 2012. Laju Dekomposisi
Bokashi Eceng Gondok dan Jerami Padi
dengan Menggunakan Em4 Dan M-Bio
Terhadap PH, N, P, K dan Rasio C/N
Tanah
Bervegetasi
Alang-Alang.
Fakultas
Pertanian
Universitas
Mulawarman Samarinda.
Indrayanto. D. 2013. Degradasi Bahan
Kering, Nilai Ph dan Produksi Gas
Sistem Rumen Invitro Terhadap Kulit
Buah Kakao (Theobroma cacao L)
dengan Lama Fermentasi yang Berbeda.
Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar.
Isori., 2007. Pengomposan Limbah Kakao.
Balai
Penelitian
Bioteknologi
Perkebunan Indonesia, Bogor.
Lestari. A. P., I. Elly., Y Achnova., 2009.
Peningkatan Kualitas Kompos Sampah
Kota Dengan Pengkaya Urea dan
Limbah Sisa Panen. Jurnal Agronomi
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
Maisyaroch S., Susilo. J. T., 2010. Pengaruh
Pupuk
Kandang
Dan
Bakteri
Fitostimulan Terhadap Pertumbuhan
Bibit Tanaman Jati (Tectona grandis L).
Dinas Pertanian Kab. Karanganyar
Majalah Ilmiah Vol 15 No 2.

101

WARTA RIMBA
Volume 3, Nomor 2
Desember 2015

ISSN: 2406-8373
Hal: 96-102

Suntoro., 2003. Peranan Bahan Organik
terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaan. Sebelas Maret University
Press. Surakarta.
Suryani .A., 2007. Perbaikan Tanah Media
Tanaman Jeruk dengan Berbagai Bahan
Organik dalam Bentuk Kompos. Tesis
IPB

Sudiarto,. Gusmaini., 2004. Pemanfaatan
Bahan Organik In Situ untuk Efisiensi
Budidaya Jahe yang Berkelanjutan.
Jurnal Litbang 23 (2) Pertanian Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Bogor.
Subali B., Ellianawati. 2010.
Pengaruh
waktu pengomposan terhadap rasio
unsur C/N dan jumlah kadar air dalam
kompos.

102