Respons Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Vermikompos Dan Interval Waktu Penyiraman Pada Tanah Subsoil

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN
INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI
OLEH: RIZKI RINALDI DALIMUNTHE
080301018
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIOKOMPOS DAN
INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI
OLEH: RIZKI RINALDI DALIMUNTHE
080301018 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian
Nama Nim Program Studi

: Respons pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.)


terhadap pemberian

pupuk organik vermikompos dan

interval waktu penyiraman pada tanah subsoil.

: Rizki Rinaldi Dalimunthe

: 080301018

: Agroekoteknologi

Disetujui Oleh :

Ir. Irsal, MP Ketua Pembimbing

Ir. Meiriani, MP Anggota Pembimbing

Mengetahui


Prof Ir. T. Sabrina, M.Agr, Sc., Ph.D Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RIZKI RINALDI DALIMUNTHE: Respons pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap pemberian pupuk organik vermikompos dan interval waktu penyiraman air pada tanah Subsoil, dibimbing oleh IRSAL dan MEIRIANI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao terhadap pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air pada tanah subsoil. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Mei 2013 sampai bulan Agustus 2013. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu pemberian pupuk organik vermikompos (0, 10%, 20% dan 30% dari volume media tanam) dan interval penyiraman air (1, 3, 5 dan 7 hari sekali). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar dan efisiensi penggunaan air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik vermikompos berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4-14 MST, diameter batang 4-14 MST, total luas daun, bobot basah akar, panjang akar dan efisiensi penggunaan air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan interval penyiramanair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 10,12 dan 14 MST, diameter batang 8, 10, 12 dan 14 MST, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, total luas daun dan efisiensi penggunaan air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, diameter batang 4 dan 6 MST, bobot basah akar, bobot kering akar, dan panjang akar. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. . Kata Kunci: vermikompos, interval penyiraman air, kakao
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RIZKI RINALDI DALIMUNTHE. Response of cacao (Theobroma cacao L.) seedlings growth on application of organic fertilizer vermicompost and water use interval in The Subsoil, supervisied by IRSAL and MEIRIANI.
The research was conducted to determine response of cacao seedlings growth on application of organic fertilizer vermicompost and water interval in the subsoil. The research was conducted at the Faculty of Greenhouse Farming in Nort Sumatra University, Medan on May 2013 until August 2013 by using Randomized Block Design of two factors: vermicompost (0, 10%, 20%, 30% from the volume of growing media) and (1, 3, 5,and 7 days). The parameters observed were plant height, stem diameter, total of leaf area, plant fresh weight, plant dry weight, root fresh weight, root dry weight, root height and water use efficiency.
The results showed that vermicompost has significant effects to seedling height 4-14 WAP, stem diameter 4-14 WAP, leaf area, root wet weight, root height and water use efficiency but not significant to seedling wet weight, seedling dry weight and root dry weight. Water use interval has significant to seddling height 10, 12 and 14 WAP, stem diameter 8, 10, 12 and 14 MST, wet seddling weight, dry seedling weight, leaf area and water use efficiency but not significant to seedling height 4, 6 and 8 MST, stem diameter 4 and 6 WAP, root wet weight, root dry weight, and root height. Treatment interaction was not significant to all observation variable. Keywords : vermicompost, water use interval, cacao
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Rizki Rinaldi Dalimunthe dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 10 November 1990 dari Ayahanda Firman Dalimunthe dan Ibunda Dewiyana Lubis. Penulis merupakan putra kedua dari lima bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 122340 Pematangsiantar lulus tahun 2002, SMP Yayasan Perguruan Keluarga Pematangsiantar lulus tahun 2005, SMU Yayasan Perguruan Keluarga Pematang Siantar lulus tahun 2008. Terdaftar sebagai mahasiswi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008.

Pada tahun 2011, melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) PTPN III Kebun Rambutan.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respons pertumbuhan bibit kakao terhadap pemberian pupuk organic vermikompos dan interval penyiraman air pada tanah subsoil” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesarnya kepada orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Irsal , MP dan Ibu Ir. Meiriani, MP selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
Disamping itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman di Departemen Budidaya Pertanian USU angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan maupun semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

PENDAHULUAN
Latar belakang.................................................................................... 1 Tujuan penelitian................................................................................ 5 Hipotesis penelitian............................................................................ 5 Kegunaan penelitian........................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman .................................................................................. 6 Syarat tumbuh .................................................................................... 8 Iklim ........................................................................................ 8 Tanah....................................................................................... 9 Pupuk organik vermikompos ............................................................. 10 Hubungan air dengan tanaman........................................................... 14
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian ............................................................. 17 Bahan dan alat .................................................................................... 17 Metode penelitian............................................................................... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan areal ................................................................................... 20 Persiapan naungan ............................................................................. 20 Persiapan media tanam ...................................................................... 20 Pengecambahan benih........................................................................ 20 Penanaman kecambah....................................................................... 20 Pemeliharaan tanaman ....................................................................... .21 Penyiraman ............................................................................... 21 Penyiangan ............................................................................... 21
Universitas Sumatera Utara

Pengendalian hama dan penyakit ............................................. 21 Pengamatan Parameter....................................................................... 21
Tinggi tanaman (cm) ................................................................ 21 Diameter batang (mm).............................................................. 22 Total luas daun (cm2)................................................................ 22 Bobot basah tajuk (gram) ......................................................... 22 Bobot kering tajuk (gram) ........................................................ 22 Bobot basah akar (gram) .......................................................... 23 Bobot kering akar (gram) ......................................................... 23 Panjang akar (cm)..................................................................... 23 Efisiensi penggunaan air (%).................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ................................................................................................... 24 Tinggi tanaman (cm) ................................................................ 24 Diameter batang (mm).............................................................. 28 Total luas daun (cm2)................................................................ 32 Bobot basah tajuk (gram) ......................................................... 34 Bobot kering tajuk (gram) ........................................................ 35 Bobot basah akar (gram) .......................................................... 37 Bobot kering akar (gram) ......................................................... 39 Panjang akar (cm)..................................................................... 40 Efisiensi penggunaan air (%).................................................... 44 Pembahasan........................................................................................ 44 Respons pertumbuhan bibit kakao terhadap Pemberian pupuk organik vermikompos.................................. 44 Respons pertumbuhan bibit kakao terhadap interval Penyiraman air ......................................................................... 48 Respons pertumbuhan bibit kakao terhadap interaksi antara pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air ............................................................ 50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................ 52 Saran .................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Hal. 1. Tinggi tanaman 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST (cm) pada perlakuan
pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air........... 25 2. Diameter batang 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST (mm) pada perlakuan
pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air........... 29 3. Total luas daun (cm2) pada perlakuan pemberian pupuk organik
vermikompos dan interval penyiraman air .................................................... 32 4. Bobot basah tajuk (gram) pada perlakuan pemberian pupuk organik

vermikompos dan interval penyiraman air..................................................... 34 5. Bobot kering tajuk (gram) pada perlakuan pemberian pupuk organik
vermikompos dan interval penyiraman air..................................................... 36 6. Bobot basah akar (gram) pada perlakuan pemberian pupuk organik
vermikompos dan interval penyiraman air..................................................... 38 7. Bobot kering akar (gram) pada perlakuan pemberian pupuk organik
vermikompos dan interval penyiraman air..................................................... 39 8. Panjang akar (gram) pada perlakuan pemberian pupuk organik
vermikompos dan interval penyiraman..........................................................40 9. Efisiensi penggunaan air (%) pada perlakuan pemberian pupuk organik
vermikompos dan interval penyiraman air..................................................... 42
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR 1. Hubungan tinggi tanaman umur 14 MST (cm) dengan berbagai
pemberian pupuk organik vermikompos.......................................................... 27 2. Hubungan tinggi tanaman umur 14 MST (cm) dengan berbagai
interval penyiraman air .................................................................................... 27 3. Hubungan diameter batang tanaman umur 14 MST (cm) dengan
berbagai pemberian pupuk organik vermikompos ........................................... 31 4. Hubungan diameter batang tanaman umur 14 MST (mm) dengan
berbagai interval penyiraman air...................................................................... 31 5. Hubungan total luas daun (cm²) tanaman dengan berbagai pemberian
pupuk organik vermikompos............................................................................ 33 6. Hubungan total luas daun (cm²) tanaman dengan berbagai interval
penyiraman air.................................................................................................. 33 7. Hubungan bobot basah tajuk (gram) tanaman dengan berbagai
perlakuan interval penyiraman air.................................................................... 35 8. Hubungan bobot kering tajuk (gram) tanaman dengan berbagai interval
penyiraman ....................................................................................................... 37 9. Hubungan bobot basah akar (gram) tanaman dengan berbagai
pemberian pupuk organik vermikompos......................................................... 38 10. Hubungan panjang akar (cm) tanaman dengan berbagai interval
penyiraman air ............................................................................................... 41 11. Hubungan efisiensi penggunaan air (%) dengan berbagai pemberian
pupuk organik vermikompos ......................................................................... 42 12. Hubungan efisiensi penggunaan air (%) dengan berbagai interval

penyiraman air ............................................................................................... 43
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN Hal.
1. Deskripsi tanaman kakao ...............................................................................55 2. Bagan penelitian.............................................................................................56 3. Jadwal kegiatan penelitian ………………………………………………….57 4. Analisis pupuk vermikompos.........................................................................58 5. Analisis tanah subsoil Simalingkar ................................................................59 6. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ..............................................60 7. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST.....................................................60 8. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ..............................................61 9. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST.....................................................61 10. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) ..............................................62 11. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 8 MST.....................................................62 12. Data pengamatan tinggi tanaman 10 MST (cm) ............................................63 13. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 10 MST...................................................63 14. Data pengamatan tinggi tanaman 12 MST (cm) ............................................64 15. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 12 MST...................................................64 16. Data pengamatan tinggi tanaman 14 MST (cm) ............................................65 17. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 14 MST...................................................65 18. Data pengamatan diameter batang 4 MST (mm) ...........................................66 19. Daftar sidik ragam diameter batang 4 MST...................................................66 20. Data pengamatan diameter batang 6 MST (mm) ...........................................67 21. Daftar sidik ragam diameter batang 6 MST...................................................67 22. Data pengamatan diameter batang 8 MST (mm) ...........................................68 23. Daftar sidik ragam diameter batang 8 MST...................................................68
Universitas Sumatera Utara

24. Data pengamatan diameter batang 10 MST (mm) .........................................69 25. Daftar sidik ragam diameter batang 10 MST.................................................69 26. Data pengamatan diameter batang 12 MST (mm) .........................................70 27. Daftar sidik ragam diameter batang 12 MST.................................................70 28. Data pengamatan diameter batang 14 MST (mm) .........................................71 29. Daftar sidik ragam diameter batang 14 MST.................................................71 30. Data pengamatan total luas daun (cm2)..........................................................72 31. Daftar sidik ragam total luas daun .................................................................72 32. Data pengamatan bobot basah tajuk (gram)...................................................73 33. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk ............................................................73 34. Data pengamatan bobot kering tajuk (gram)..................................................74 35. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk ...........................................................74 36. Data pengamatan bobot basah akar (gram)....................................................75 37. Daftar sidik ragam bobot basah akar..............................................................75 38. Data pengamatan bobot kering akar (gram)...................................................76 39. Daftar sidik ragam bobot kering akar ............................................................76 40. Data pengamatan panjang akar (cm)..............................................................77 41. Daftar sidik ragam panjang akar ....................................................................77 42. Data pengamatan efisiensi penggunaan air (%).............................................78 43. Daftar sidik ragam efisiensi penggunaan air..................................................78 44. Foto penelitian................................................................................................79
PENDAHULUAN Latar Belakang
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RIZKI RINALDI DALIMUNTHE: Respons pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap pemberian pupuk organik vermikompos dan interval waktu penyiraman air pada tanah Subsoil, dibimbing oleh IRSAL dan MEIRIANI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kakao terhadap pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air pada tanah subsoil. Penelitian dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan Mei 2013 sampai bulan Agustus 2013. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu pemberian pupuk organik vermikompos (0, 10%, 20% dan 30% dari volume media tanam) dan interval penyiraman air (1, 3, 5 dan 7 hari sekali). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar dan efisiensi penggunaan air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik vermikompos berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4-14 MST, diameter batang 4-14 MST, total luas daun, bobot basah akar, panjang akar dan efisiensi penggunaan air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan interval penyiramanair berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 10,12 dan 14 MST, diameter batang 8, 10, 12 dan 14 MST, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, total luas daun dan efisiensi penggunaan air tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, diameter batang 4 dan 6 MST, bobot basah akar, bobot kering akar, dan panjang akar. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. . Kata Kunci: vermikompos, interval penyiraman air, kakao
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RIZKI RINALDI DALIMUNTHE. Response of cacao (Theobroma cacao L.) seedlings growth on application of organic fertilizer vermicompost and water use interval in The Subsoil, supervisied by IRSAL and MEIRIANI.
The research was conducted to determine response of cacao seedlings growth on application of organic fertilizer vermicompost and water interval in the subsoil. The research was conducted at the Faculty of Greenhouse Farming in Nort Sumatra University, Medan on May 2013 until August 2013 by using Randomized Block Design of two factors: vermicompost (0, 10%, 20%, 30% from the volume of growing media) and (1, 3, 5,and 7 days). The parameters observed were plant height, stem diameter, total of leaf area, plant fresh weight, plant dry weight, root fresh weight, root dry weight, root height and water use efficiency.

The results showed that vermicompost has significant effects to seedling height 4-14 WAP, stem diameter 4-14 WAP, leaf area, root wet weight, root height and water use efficiency but not significant to seedling wet weight, seedling dry weight and root dry weight. Water use interval has significant to seddling height 10, 12 and 14 WAP, stem diameter 8, 10, 12 and 14 MST, wet seddling weight, dry seedling weight, leaf area and water use efficiency but not significant to seedling height 4, 6 and 8 MST, stem diameter 4 and 6 WAP, root wet weight, root dry weight, and root height. Treatment interaction was not significant to all observation variable. Keywords : vermicompost, water use interval, cacao
Universitas Sumatera Utara

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar (Widya, 2008).
Saat ini luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.732.954 ha, mengalami perluasan areal sebesar 0,02% dari tahun 2011 yaitu 1.732.954 ha. Produksi kakao juga mengalami peningkatan sebesesar 31,46% dari jumlah produksi 712.231 ton (2011) menjadi 936.266 ton (2012) sementara ekspor biji kakao menurun dalam kurun waktu 3 tahun yaitu sebesar 163.501 ton tahun 2012, menurun dibandingkan tahun 2011 sebesar 210.067 ton dan sebesar 432.437 ton tahun 2010. Saat ini Indonesia berada diurutan ketiga sebagai produsen biji kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana dengan menyumbang devisa sebesar USD 1.053.446.947 (1,053 Milyar) dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan (Diektorat Jenderal Perkebunan, 2012).
Salah satu usaha yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi kakao adalah dengan memperhatikan aspek dari budidaya tanaman kakao itu sendiri. Diantaranya adalah pengelolaan tanah, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemberian zat pengatur tumbuh. Yang juga tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman kakao adalah penyediaan bahan tanam dalam pembibitan, karena dari pembibitan inilah akan didapatkan bahan tanam yang layak untuk ditanam di lapangan yang nantinya
Universitas Sumatera Utara

akan menghasilkan bibit tanaman kakao yang mampu berproduksi secara maksimal (Siregar dkk, 2010).
Pada pembibitan yang menggunakan polibag, kekurangan air merupakan masalah yang sering dihadapi, dimana tanaman akan mempunyai respon kekurangan air yang lebih besar dibanding tanaman yang ditanam di lapangan. Kakao merupakan tanaman yang rentan terhadap kekurangan air. Tanaman yang kekurangan air merupakan masalah yang paling utama pada tanaman yang masih muda karena lebih peka dibanding tanaman tua. Kekurangan air akan segera mengurangi kegiatan fotosintesis sehingga mengganggu produksi karbohidrat. Bila keadaan ini terus berlanjut akan menyebabkan tanaman mati (Mildaerizanti dan Meilin, 2006).
Air diperlukan sebagai media untuk aktivitas metabolisme dalam tubuh tanaman dengan fungsi yang kompleks. Selain itu fungsi air di dalam tanah adalah sabagai media pembawa hara dan oksigen sehingga dapat diserap oleh tanaman dan mikroba yang ada di bahan organik. Ketersediaan air bagi semua tanaman adalah mutlak. Jumlah air yang optimum adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kapasitas lapang. Jika ketersediaannya berlebihan atau kekurangan, air akan menjadi masalah bagi tanaman. Untuk menyediakan air pada tingkat yang mencukupi, penyiraman pada pembibitan kakao memerlukan biaya yang cukup besar dalam penyediaan air dan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk mengefisiensikan pemberian air tanpa menghambat pertumbuhan kakao di pembibitan. Penggunaan pupuk organik vermikompos merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air tanah sekaligus memperbaiki struktur tanah sebab pupuk
Universitas Sumatera Utara

organik vermikompos memiliki lubang pori yang cukup besar dalam menahan air tanah (Taniwiryono, 2010).
Pupuk organik vermikompos merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari tanah bekas pemeliharaan cacing. Vermikompos merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah berupa pupuk organik yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan akan menjaga produktivitas tanah. Vermikompos mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu hormon seperti giberelin, sitokinin, dan auxin, mengandung unsur hara ( N, P, K, Mg, dan Ca) serta Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N non - simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Nuryati, 2004).
Pupuk vermikompos memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk organik lainnya. Pupuk vermikompos memiliki kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah lebih tinggi dibandingkan pupuk kompos lainnya, pupuk vermikompos mengandung enzim yang membantu dalam proses sintesis nutrisi dalam vermikompos, sehingga dapat langsung terserap oleh tanaman, mengandung mikroba tanah yang berguna meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman, juga menjadi sumber nutrisi bagi mikroba tanah (Mashur, 2001).
Menurut Lakitan (1996), tanah yang digunakan untuk pemibitan kakao adalah tanah topsoil. Sementara itu lahan subur yang banyak mengandung topsoil sudah semakin sedikit sedangkan pertanaman kakao harus ditingkatkan. Dengan demikian diusahakan untuk memanfaatkan lahan marjinal yang kekurangan unsur hara seperti tanah subsoil. Dengan demikian berkurangnya tingkat kesuburan tanah, maka akan mengakibatkan produksi pertanian. Karena lahan – lahan yang
Universitas Sumatera Utara

berpotensi untuk menghasilkantelah digunakan untuk lahan pemukiman. Selain itu terjadi pengikisan tanah lapisan topsoil yang banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada tanah yang digunakan untuk pertanian semakin memperparah kondisi ini. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas tersebut diperlukan alternative lain, yaitu sesuatu yang digunakan sebagai campuran media yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air terhadap pertumbuhan vegetatif bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada tanah subsoil.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit kakao
(Theobroma cacao L.) terhadap pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air pada tanah subsoil. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pemberian pupuk organik vermikompos dan interval penyiraman air serta interaksi antara kedua faktor terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) pada tanah subsoil. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi dalam budidaya pembibitan kakao (Theobroma cacao L.)
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Kakao merupakan satu-satunya diantara 20 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Adapun sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut; kingdom : Plantae; divisio : Spermatophyta; subdivisio : Angiospermae; kelas: Dycotyledoneae ; ordo : Dialypetalae; famili : Malvales; genus : Theobroma; spesies : Theobroma cacao L. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004)
Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 meter kearah samping dan 15 meter ke arah bawah. Perkembangan akar sangat dipengaruhi struktur tanah, air tanah, dan aerasi di dalam tanah. Pada tanah yang drainasenya buruk dan permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm. Hal yang sama juga akan terjadi bila permukaan air tanah terlalu dalam (Siregar dkk, 2010).
Batang kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam tunas, yaitu tunas ortotrop (chupon) dan tunas plagiotrop (fan). Anatomi kedua macam tunas tersebut pada dasarnya adalah sama. Xilem primer batang terkumpul pada bagian tepi empulur dan berdampingan dengan xilem sekunder yang tumbuh setelahnya. Tanaman kakao yang berasal dari biji, setelah berumur sekitar 1 tahun dan memiliki tinggi 0,9-1,5 m, petumbuhan vertikalnya akan berhenti kemudian akan membentuk perempatan (jorket) (Wahyudi dkk, 2009).
Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun berkisar 25 – 34 cm dan lebarnya 9 – 12 cm. Daun yang tumbuh pada ujung – ujung tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flus,
Universitas Sumatera Utara

permukaannya sutera. Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau dan permukaannya kasar. Pada umumnya daun – daun yang terlindung lebih tua warnanya bila dibandingkan dengan daun yang langsung terkena sinar matahari (Siregar dkk, 2010).
Tanaman kakao bersifat kauliflori, artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultifar. Permukaan kulit buah ada yang halus dan ada yang kasar, tetapi pada dasarnya kulit buah beralur 10 yang letaknya berselang-seling (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004)
Buah kakao akan masak setelah berumur 5-6 bulan, tergantung pada elevasi tempat penanaman. Pada saat buah masak, ukuran buah yang terbentuk cukup beragam dengan ukuran berkisar 10-30 cm, diameter 7-15 cm, tetapi tergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama proses perkembangan buah (Wahyudi dkk, 2009).
Biji kakao dilindungi oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih. Ketebalan daging buah bervariasi, ada yang tebal dan ada yang tipis. Rasa buah kakao cenderung asam-manis dan mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan embrio axis. Biji kakao bersifat rekalsitran dan tidak memiliki masa dorman. Walaupun daging buah mengandung zat penghambat perkecambahan,

Universitas Sumatera Utara

terkadang biji bisa berkecambah, yakni pada buah yang terlambat dipanen daging buahnya telah mengering (Siregar dkk, 2009). Syarat Tumbuh Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanaman, termasuk budidaya kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 10o LS-10o LU dan pada ketinggian 0-600 m dpl (Wahyudi dkk, 2009).
Areal penanaman cokelat yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Temperatur yang ideal bagi pertumbuhan cokelat adalah 30oC - 32oC (maksimum) dan 18oC-21oC (minimum) (Siregar dkk, 2010).
Tanaman kakao menghendaki lingkungan yang kelembapannya tinggi dan konstan, yakni diatas 80 %. Kelembapan tinggi dapat mengimbangi proses evapotranspirasi tanaman dan mengompensasi curah hujan yang rendah. Tanaman kakao tergolong jenis tanaman yang rentan terhadap dorongan angin kencang. Angin dapat merusak daun, terutama daun-daun yang muda (Wahyudi dkk, 2009).
Pertumbuhan dan produksi kakao banyak ditentukan oleh ketersediaan air sehingga kakao dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di tempat yang jumlah curah hujannya relatif sedikit tetapi merata sepanjang tahun. Areal penanaman cokelat yang ideal adalah daerah – daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm per tahun (Siregar dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara

Tanah Tanaman kakao tumbuh baik pada tanah yang mempunyai tingkat
keasaman 6 - 7,5. Kadar bahan organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa tanaman sebelum menghasilkan (Direktorat Jendral Perkebunan, 2012).
Tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah yang bertekstur geluh lempung (clay loam) yang merupakan perpaduan antara 50% pasir, 10 - 20% debu, dan 30 - 40% lempung berpasir. Tekstur tanah ini dianggap memiliki kemampuan menahan air yang tinggi dan memiliki sirkulasi udara yang baik (Wahyudi dkk, 2009).
Tekstur tanah yang baik untuk tanman cokelat adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 – 40% fraksi liat, 50% pasir dan 10 – 20% debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah, Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latosol yang memiliki fraksi liat yang tingginya ternyata sangat kurang menguntungkan tanman cokelat, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman cokelat (Siregar dkk, 2010).
Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu di atas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara, dan daya simpan lengas tanah. Tingginya kemampuan absorbsi menandakan bahwa daya pegang tanah
Universitas Sumatera Utara

terhadap unsur – unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk

diserap akar tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).


Subsoil dianggap merupakan horizon B pada tanah – tanah dengan profil

yang jelas, tetapi yang profilnya lemah, subsoil didefenisikan sebagai tanah yang

berada di bawah topsoil dimana perakaran tanaman dapat berkembang secara

normal (Mangoensoekarjo, 2007).

Lapisan tanah bawah (subsoil) akan muncul bila lapisan tanah atas

(topsoil) hilang. Selain karena bahan-bahan organik dengan sebagian mineral

telah hilang, juga karena mikroflora dan mikrofauna tidak ada. Sebagian dari zat

mineral yang tersisi hanyalah unsur-unsur tertentu yang belum bisa dimanfaatkan

oleh tanaman dan ketersedian masih terikat oleh koloid-koloid pembentuk tanah.

Subsoil sering dinyatakan sebagai lapisan tanah yang kurus dan masih mentah,


bahan-bahan organik (humus), sisa-sisa tanaman yang membusuk) tidak

dimilikinya. Urang suburnya tanah lapisan bawah (subsoil) disebabkan oleh tanah

lebih mampat, kadar bahan organik sangat rendah, hara tanah yang berasal dari

hasil penguraian seresah tanaman rendah, struktur tanah memiliki imbangan

porositas lebih buruk, dan sifat-sifat lain dengan daya dukung yang lebih rendah

terhadap

pertumbuhna

tanaman

(Pusat Penelitian Kelapa dan Kakao Indonesia, 2004).

Pupuk organik vermikompos

Vermikompos adalah kompos yang dihasilkan dari bahan organik dengan

bantuan cacing (vermis). Keuntungan vermikompos adalah prosesnya cepat dan

kompos yang dihasilkan (kascing=bekas cacing) mengandung unsur hara tinggi,

Universitas Sumatera Utara

sementara komposiasi dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dengan kandungan unsur hara yang lebih rendah (Mashur, 2001).
Vermikompos merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Vermikompos mengandung partikel-partikel kecil dari bahan organik yang dimakan cacing dan kemudian dikeluarkan lagi. Namun, umumnya vermikompos mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral dan vitamin (Mulat, 2003).
Vermikompos merupakan partikel-partikel tanah yang berwarna kehitamhitaman-hitaman yang ukurannya lebih kecil dari partikel tanah biasa sehingga lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman. Vermikompos mengandung zat organik yang akan menyesuaikan perubahan kimia secara alami. Jika dilihat kandungan unsurnya, vermikompos jauh lebih baik daripada pupuk anorganik karena hampir seluruh unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia di dalamnya (Nuryati, 2004).
Vermikompos mengandung nutrisi yang terdiri dari nitrogen (N) 0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,03%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%, molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41,23% dan asam humus 13,88% (Taniwiryono, 2010).
Menurut Mashur (2001) beberapa keunggulan vermikompos adalah :
Universitas Sumatera Utara

1. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Mikroba terus berkembang dengan adanya nutrisi tersebut sehingga bahan organik dapat diuraikan dengan lebih cepat.
2. Vermikompos dapat memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.
3. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.
4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.
5. Vermikompos banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah.
6. Vermikompos mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah.
7. Vermikompos dapat mengikat partikel-partikel tanah sehingga membentuk agregat yang mantap.
Vermikompos memiliki tekstur yang didominasi pasir (diameter butiran 0,05-2 mm), sehingga vermikompos bersifat remah. Vermikompos juga
Universitas Sumatera Utara

mempunyai kemampuan menahan air yang besar, yakni sekitar 1,45 – 1,68 kali berta vermikomposnya. Dengan demikian vermikompos dapat meningkatkan penyimpanan air dalam tanah sehingga sangat penting untuk tanah berpasir agar tidak cepat mengalami kekeringan (Mulat, 2003).
Cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau dolomit pada lapisan bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi. Selain perbaikan sifat kimia dan biologi tanah. Cacing mampu menggali lubang disekitar permukaan tanah sampai kedalaman dua meter dan aktivitasnnya meningkatkan kadar oksigen tanah sampai 30%, memperbesar pori-pori tanah, memudahkan pergerakan akar tanaman, serta meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan menyimpan air. Zat-zat organik dan fraksi liat yang dihasilkan cacing bisa memperbaiki daya ikat antar partikel tanah sehingga menekan terjadinya proses pengikisan/erosi hingga 40% (Taniwiryono, 2010).
Bahan organik yang terkandung di dalam vermikompos dapat mengurangi keracunan kation-kation seperti Al3+ dan Fe3+ pada tanah-tanah masam dan bereaksi dengan ion-ion racun seperti Cd2+ dan Hg2+ serta kation-kation unsur mikro lain yang berada pada konsentrasi tinggi dan mengurangi ketersediaannya, juga menyerap banyak air 70-80%. Ini juga disebabkan karena pori mikro pada agregat-agregat tanah menjadi lebih besar sehingga menambah kemampuan tanah untuk mengikat air dan mendukung pertumbuhan akar tanaman (Mulat, 2003).
Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40 - 60%. Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air sehingga mampu menahan kelembaban.
Universitas Sumatera Utara

Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan Ph tanah. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak terlarut menjadi bentuk terlarut yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman (Mashur, 2001). Hubungan air dengan tanaman
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat esensial bagi sistem produksi pertanian. Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek prodiksi, melainkan juga sangat menentukan potensi perluasan areal tanam (ekstensifikasi), luas area tanam, intensitas pertanaman (IP), serta kualitas tanaman (Kurnia, 2004).
Berbagai fungsi air bagi tanaman menunjukkan pentingnya air bagi tanaman, yakni : 1. Air merupakan bagian esensial bagi protoplasma dan membentuk 80-90%
berat segar jaringan tumbuh aktif. 2. Air adalah pelarut, di dalamnya terdapat gas-gas, garam-garam dan zat-zat
terlarut lainnya, yang bergerak keluar masuk sel, yang berperan dalam proses transpirasi. 3. Air adalah pereaksi dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis. 4. Air adalah esensil untuk menjaga turgiditas diantaranya dalam pembesaran sel, pembukaan stomata, dan menyangga bentuk (morfologi) daun, daun muda, atau struktur lainnya yang berlignin (Haryati, 2003).
Universitas Sumatera Utara

Kapasitas penyimpanan air (KPA) adalah jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh suatu tanah. Keadaan ini dapat dicapai jika kita memberi air pada tanah sampai terjadi kelebihan air, setelah itu kelebihan airnya dibuang. Jika pada keadaan ini semua rongga pori terisi air. Karena itu kandungan air volume maksimum menggambarkan porositas total tanah. Setelah pori terisi air (tercapai kapasitas penyimpanan air maksimum), pemberian air kita hentikan. Pada keadaan ini tanah dalam keadaan kapasitas lapang (Islami dan Utomo, 1995).
Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang terdapat pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Di atas kapasitas lapang air akan meresap ke bawah atau menggenang sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Di bawah titik layu permanen tanaman tidak mampu lagi menyerap air karena daya adhesi air dengan butir tanah terlalu kuat dibandingkan denggan daya serap tanaman. Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem perakaran, dan ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996).
Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ETtanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua
Universitas Sumatera Utara

faktor tersebut. Di lapangan, walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami cekaman kekeringan (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak cukup mengimbangi kehilangan air melalui transpirasi (Haryati, 2003).
Kapasitas menahan air yang tinggi pada tanah sangat diperlukan agar dapat menyimpan air yang tersedia dalam jumlah yang cukup guna mengimbangi evapotranspirasi pada musim kemarau (Mangoensoekarjo, 2007).
Untuk mengetahui kebutuhan air yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan air yang ada, maka perlu adanya pengetahuan apakah suatu tanaman/lahan kelebihan air (surplus) atau kekurangan air (defisit). Langkah ini ditempuh agar efisiensi penggunaan air bagi tanaman dapat tepat dilakukan. Dengan demikian, efisiensi penggunaan air adalah adanya penggunaan air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Di samping itu, kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi berbagai faktor yang mendukung efisiensi penggunaan air yaitu jenis dan umur tanaman, waktu atau periode pertanaman, sifat-sifat fisik tanah, teknik pemberian air, jarak sumber air, dan luas areal pertanaman. Efisiensi penggunaan air (water use efficiency) merupakan perbandingan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan berat bahan kering (Hikmah dkk, 2010).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Bahan dan alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao varietas Lindak, pupuk organik vermikompos, air, media tanam tanah Subsoil Ultisol yang diambil dari kedalaman ± 50 cm dari permukaan tanah, polibag ukuran 25 cm x 35 cm.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, selang air, meteran, kalkulator, timbangan, gelas ukur, jangka sorong, pacak sampel, Leaf Area Meter dan paranet 50 %. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor I yaitu Pemberian Pupuk Organik Vermikompos (M) dengan 4 taraf : M0 = Tanpa pupuk organik vermikompos M1 = 10 % dari volume media tanam M2 = 20 % dari volume media tanam M3 = 30 % dari volume media tanam Faktor II : Interval penyiraman air dengan 4 taraf, yaitu : T0 = Penyiraman 1 hari sekali (KL) T1 = Penyiraman 3 hari sekali (KL)
Universitas Sumatera Utara

T2 = Penyiraman 5 hari sekali (KL)

T3 = Penyiraman 7 hari sekali (KL)

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi, yaitu :

M0T0 M0T1 M0T2

M1T0 M1T1 M1T2

M2T0 M2T1 M2T2

M3T0 M3T1 M3T2

M0T3

M1T3 M2T3 M3T3

Jumlah ulangan (Blok)

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 48 plot

Ukuran plot

: 100 cm x 100 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Jumlah sampel/plot

: 3 tanaman

Jumlah tanaman per plot

: 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 144 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 192 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model

linier sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + ε ijk

i = 1,2,3

j = 1,2,3,4 k =1,2,3,4

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan

pemberian vermikompos pada taraf ke-j dan interval penyiraman air pada taraf

ke-k.

Universitas Sumatera Utara

µ = Nilai tengah. ρi = Pengaruh blok ke-i. αj = Pengaruh perlakuan pemberian vermikompos pada taraf ke-j. βk = Pengaruh perlakuan interval penyiraman air pada taraf ke-k. (αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan pemberian vermikompos pada
taraf ke-j dan perlakuan interval penyiraman air pada taraf ke-k. ε ijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pemberian
vermikompos pada taraf ke-j dan interval penyiraman air pada taraf ke-k. Uji lanjutan yang digunakan dalam menentukan notasi bagi perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap parameter yang diambil adalah uji jarak berganda Dunc