pengembangan integrated science worksheet berbasis guided inquiry learning dalam rangka menyongsong
PENGEMBANGAN INTEGRATED SCIENCE WORKSHEET BERBASIS GUIDED INQUIRY
LEARNING DALAM RANGKA MENYONGSONG KURIKULUM 2013
THE DEVELOPMENT OF INTEGRATED SCIENCE WORKSHEET ON THE OCCASION OF
“KURIKULUM 2013”
Oleh: Asri Widowati & Putri Anjarsari, FMIPA UNY
E-mail: putri_anjarsari@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan worksheet of integrated science berbasis guided
inquiry learning yang layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan scientific attitude siswa SMP. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan dengan memodifikasi langkah-langkah penelitian 4-D (four-D models) dan Borg
dan Gall namun dibatasi pada tahap develop. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juli 2013 s/d
November 2013. Intrumen pengumpulan data berupa lembar penilaian kelayakan perangkat pembelajaran
serta lembar identifikasi keterampilan berpikir dan scientific attitude. Teknik analisis data dilakukan secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak
digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan
berpikir serta scientific attitude siswa SMP.
Kata kunci: integrated science, guided inquiry, kurikulum 2013
Abstract
The Study was conducted to make integrated science woksheet that can be apllied in “kurikulum
2013” instruction, especially to improve students’thinking skills and students’scientific attitude. The study
was a Research and Development (R & D), modified four-D and Borg & Gall models. The subjects of the
study were the students of junior high school which was conducted on July until November 2013. The
results of the study show that integrated science worksheet can be applied in “kurikulum 2013” instruction
and potential to develop students’thinking skills and students’scientific attitudes in junior high school.
Key words: integrated science, guided inquiry, “kurikulum 2013”.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada
merupakan
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum di
proses panjang dan berkelanjutan untuk membantu
Indonesia telah mengalami beberapa kali penataan.
manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu
Penataan
menghadapi
terjadi.
perkembangan sains dan teknologi, psikologi
Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan
siswa, lingkungan alami dan sosial, serta tuntutan
penyempurnaan
yang
dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum 2013
mendukungnya, terutama kurikulum. Kurikulum
muncul akibat adanya kesenjangan kurikulum saat
adalah seperangkat rencana dan pengaturan sebagai
ini dengan konsep ideal yang diharapkan, meliputi
pedoman
aspek kompetensi lulusan, materi pembelajaran,
setiap
dasarnya
perubahan
terhadap
pelaksanaan
aspek
yang
dasar
pembelajaran
untuk
kurikulum
disesuaikan
dengan
1
proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan
dalam perolehan sains di dunia. Berdasarkan hasil
tenaga kependidikan, serta pengelolaan kurikulum.
PISA, hampir 25% dari siswa di Indonesia belum
Pelaksanaan
mampu
penyusunan
kurikulum
2013
menggunakan
keterampilan
sains,
merupakan kelanjutan pengembangan kurikulum
sedangkan berdasarkan hasil TIMS, kemampuan
berbasis Kompetensi (KBK) yang dirintis pada
berpikir siswa Indonesia belum mencapai level
tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
tertinggi (kemampuan reasoning with incomplete
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
information), hanya 3% yang memiliki kemampuan
antisipasi
reasoning, 10% kemampuan appliying, 23%
adanya pergeseran paradigma belajar abad 21,
kemampuan low (knowing), dan sisanya memiliki
bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia
kemampuan very low.
Kurikulum
2013
merupakan
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui
Rendahnya
kemampuan
sains/IPA
di
penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan
Indonesia sangat erat kaitannya dengan proses
(tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang
pembelajaran yang dilakukan. IPA tidak hanya
terintegrasi. Kerangka kompetensi abad 21 yang
berupa fakta, konsep, hukum, teori, namun juga
menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum
keterampilan dan sikap yang bisa digali melalui
2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang
proses pembelajaran. Pembelajaran IPA yang
membekali pengetahuan saja tidak cukup, sehingga
berorientasi pada ujian akan menjadikan siswa
harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis
lebih berpikir secara konvergen, akibatnya siswa
dan kreatif, berkarakter, serta didukung dengan
kurang berpikir kritis dan kreatif.
informasi
IPA dalam kurikulum 2013 dikembangkan
dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut
sebagai mata pelajaran integrative science (IPA
dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu
terpadu),
Pengetahuan Alam (IPA).
Pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara
kemampuan memanfaatkan teknologi
bukan
sebagai
disiplin
ilmu.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran
terpadu. Pengertian terpadu dalam penelitian ini
yang memiliki arti penting dalam membangun
lebih merujuk pada makna yang dianjurkan
bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam
Depdiknas (2011: 3) yaitu pembelajaran IPA
pergaulan internasional ditentukan oleh beberapa
terpadu dilaksanakan sebagai upaya agar peserta
paramater, tiga diantaranya adalah science literacy,
didik dapat memahami obyek secara utuh (holistik)
mathematic literacy, serta language literacy.
dan dapat memecahkan permasalahan dalam
for
kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Materi
International Student Assessment (PISA), Trends in
diajarkan dengan memadukan beberapa bidang
Mathematics and science Study (TIMS) dirancang
kajian dalam IPA agar peserta didik dapat berpikir
untuk menilai literasi sains dan kemampuan
holistik.
berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di
keterampilan proses, keterampilan berpikir dan
Indonesia selalu berada pada rangking rendah
keterampilan pemecahan masalah diajarkan agar
Program-program
seperti
Programme
Keterampilan-keterampilan
seperti
2
siswa dapat memecahkan permasalahan secara
(1986: 185-186) menyatakan bahwa apabila peserta
kontekstual.
didik tidak memiliki cukup pengalaman dalam
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
inkuiri,
maka
pembelajaran IPA saat ini masih belum dilakukan
pembelajaran dilakukan secara tersusun terlebih
secara integratif, yaitu masih sebagai disiplin ilmu
dahulu. Setelah mereka memiliki pengalaman
dan
dalam penyelidikan, penyusunan tersebut harus
belum
menampakkan
keterampilan-
keterampilan IPA khususnya keterampilan berpikir
kritis,
kreatif
masalah.
dan
keterampilan
Pertimbangan
pemecahan
banyaknya
materi
dikurangi.
Pembelajaran inkuiri berusaha membantu
siswa belajar dan memperoleh pengetahuan serta
pembelajaran dan kurangnya waktu menjadikan
membangun
guru bertindak sebagai sumber informasi utama
Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan
sehingga
kurang
inkuiri siswa belajar cara mengorganisasikan dan
bermakna. Dalam kurikulum 2013, jam belajar per
mengadakan penelitian secara mandiri sehingga
minggu untuk mata pelajaran IPA ditambah dari
konsep yang didapatkan mudah diingat. Oleh
semula
karena itu, penting untuk membelajarkan IPA
pembelajaran
4
IPA
menjadi 5 jam.
menjadi
Dengan adanya
konsep-konsep
pendekatan
mereka
inkuiri.
sendiri.
penambahan jam belajar ini, seharusnya tidak ada
menggunakan
alasan lagi bagi guru untuk tidak membelajarkan
inkuiri didahului dengan adanya masalah, sehingga
keterampilan IPA secara komprehensif. Selain itu,
selain keterampilan berpikir kritis dan kreatif,
bahan ajar yang beredar di sekolah adalah bahan
siswa juga dapat mengembangkan keterampilan
ajar yang hanya covernya saja IPA terpadu tetapi
pemecahan masalah.
content-nya belum menunjukkan keterpaduan.
Kemampuan
berpikir
Pendekatan
kritis
adalah
Tentunya ketersediaan bahan ajar IPA terpadu yang
kemampuan untuk menganalisis situasi yang
masih minim dapat menjadi kendala berarti karena
kompleks dengan menggunakan objektifitas dan
bahan
konsistensi sebagai standar. Berpikir kritis berbeda
ajar
diperlukan
untuk
mendukung
dengan berpikir “unreflective”, yaitu mengambil
pencapaian kompetensi pembelajaran.
Guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan
proses
pembelajaran
yang
keputusan, menerima suatu pernyataan, membuat
keputusan tanpa pertimbangan lebih matang.
berorientasi pada siswa aktif belajar. Salah satu
Kreativitas merupakan hasil kerja keras dan
cara untuk membelajarkan siswa secara aktif yaitu
kerja yang berkesinambungan, bukan sesuatu yang
melalui pendekatan inkuiri, namun apabila siswa
instant dari suatu aktivitas. Senada dengan hal
belum
tersebut, Boden (1998) mendefinisikan kreativitas
terbiasa
melakukan
pembelajaran
menggunakan inkuiri, maka dapat digunakan
pendekatan
guided
inquiry
yaitu
suatu
pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
yang lebih terbimbing. Trowbridge dan Bybee
sebagai berikut:
“Creativity “is a fundamental feature of
human intelligence in general. It is
grounded in everyday capacities such as the
association of ideas, reminding, perception,
analogical thinking, searching a structured
3
problem-space,
and reflecting selfcriticism. It involves not only a cognitive
dimension (the generation of new ideas) but
also motivation and emotion, and is closely
linked to cultural context and personality
factors.
Carin & Sund (1975: 307) mengemukakan
untuk
memunculkan
kreativitas
dalam
pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut: (1) mengembangkan kepercayaan
yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2)
mendorong
terjadinya komunikasi secara bebas;
(3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian
secara individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak
terlalu ketat.
Pendekatan inkuiri dapat mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah.
Beberapa
keterampilan pemecahan masalah yaitu identifikasi
masalah, perumusan masalah, identifikasi asumsi,
pemecahan masalah.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut
Martin et al (2005: 184-185),
penggunaan
proses-proses
inkuiri adalah
sains,
pengetahuan
ilmiah, dan sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa
suatu permasalahan dan berpikir kritis. Sedangkan
menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari,
A.K (2007:2), Inquiry is an approach to learning
whereby students find and use a variety sources of
information
and
ideas
to
increase
their
understanding of a problem, topic, or issue. Jadi,
pendekatan
inkuiri
adalah
suatu
pendekatan
pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk
pemahaman
konsep-konsep
sains,
belajar
bagaimana mempelajari sesuatu, menjadi seseorang
pembelajar yang mandiri untuk mengembangkan
kemampuan berpikir secara ilmiah. Hasil dari
pembelajaran inkuiri, siswa dapat memahami cara
menemukan sendiri konsep-konsep dan melakukan
eksperimennya
pengetahuan
sendiri
yang
atau
telah
menerapkan
diperoleh
pada
membekali
siswa
lingkungannya.
Pendekatan
inkuiri
dengan keterampilan-keterampilan IPA, seperti
keterampilan proses, keterampilan berpikir (kritis,
kreatif, pemecahan masalah), dan juga sikap ilmiah
(scientific attitude). Harlen (2000:73) menyatakan
bahwa sikap ilmiah merupakan komponen dalam
kegiatan inkuiri. Namun, saat ini pembelajaran IPA
masih
menekankan
pada
produk,
sehingga
keterampilan-keterampilan dan sikap dalam IPA
tersebut belum dikembangkan secara optimal
melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran memerlukan adanya
suatu pedoman berupa perangkat pembelajaran
yang berperan penting dalam tercapainya tujuan
pembelajaran. Pemerintah pada tahun ini sedang
mempersiapkan buku sebagai bahan ajar dan
sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum
2013. Namun, ketersediaan buku saja dalam
kegiatan
pembelajaran
belum
cukup
untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran. Dalam
kegiatan eksplorasi yang berupa penyelidikan,
diperlukan adanya Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
LKS yang saat ini beredar di lapangan belum
sesuai
dengan
kurikulum
2013
yang
akan
diterapkan. Selain karena materi yang disajikan
masih dalam satu disiplin ilmu saja, kegiatan dalam
LKS juga masih belum menekankan kegiatan
inkuiri ilmiah. Untuk itu, dirasa perlu untuk
mengembangkan LKS IPA terpadu (worksheet of
4
integrated
science)
menggunakan
pendekatan
dilakukan, dan hasilnya digunakan sebagai
guided inquiry guna mengembangkan keterampilan
bahan
berpikir (kritis, kreatif dan pemecahan masalah)
permasalahan
serta sikap (scientific attitude).
pembelajaran IPA.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
untuk
mengidentifikasi
yang
ada
dalam
c. Analisis karakteristik siswa
worksheet of integrated science berbasis guided
Analisis dilakukan melalui wawancara
inquiry learning yang layak digunakan dalam
untuk
pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk
keterampilan siswa yang belum optimal
mengembangkan
dalam pembelajaran IPA.
keterampilan
berpikir
dan
scientific attitude siswa SMP.
mengetahui
planning
pengembangan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
(research and development). Model pengembangan
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
model 4-D (Four D Models) dan Borg dan Gall.
terperinci
masing-masing
langkah pengembangan adalah sebagai berikut:
1. Define
(D-1)/Research
and
Information
Collection
kurikulum
dilakukan
dengan
membandingkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
dengan
tujuannya
untuk
kurikulum
2013,
mengakomodasi
kebutuhan dalam pembelajaran IPA yang
belum optimal dari kurikulum sebelumnya.
b. Analisis kondisi pembelajaran
Analisis dilakukan melalui observasi untuk
melihat proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh
gambaran
nyata
tentang
pembelajaran IPA di sekolah, perangkat
pembelajaran
digunakan,
(khususnya
proses
LKS)
yang
pembelajaran
yang
atau
produk
perencanaan
dilakukan
melalui
analisis tugas, meliputi analisis struktur isi,
analisis
konsep,
pembelajaran
dan
yang
analisis
tujuan
disesuaikan
dengan
kurikulum 2013.
3. Develop (D-3)/Develop Preliminary Form of
Product
Desain
produk
integrated
a. Analisis kurikulum
Analisis
dan
2. Design (D-2)/Planning
Tahap
Penjelasan
karakter
science
worksheet
berupa
yang
telah
of
dirancang
selanjutnya akan dinilai (validasi) oleh beberapa
ahli,
sehingga
dapat
diketahui
kelayakan
perangkat pembelajaran tersebut. Hasil validasi
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
potensi
LKS
dalam
mengembangkan
keterampilan berpikir dan scientific attitude
siswa.
Instrumen
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini berupa lembar penilaian kelayakan
perangkat serta lembar identifikasi ketercakupan
keterampilan berpikir dan scientific attitude
dalam LKS.
5
persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari data
a. Lembar penilaian kelayakan perangkat
Instrumen lembar penilaian kelayakan
hasil percobaan.
perangkat digunakan untuk memperoleh
Adapun hal prinsip yang perlu diperhatikan
data tentang saran atau komentar dan
dalam pengembangan LKS dalam penelitian ini
penialaian dari ahli materi, ahli media, guru
adalah penekanan LKS pada kemampuan berpikir
IPA. Hasil penialaian dijadikan dasar untuk
dan
perbaikan
pengembangan kurikulum 2013 adalah adanya
masing-masing
perangkat
b. Lembar identifikasi keterampilan berpikir
scientific
attitude
yang
dapat
dimunculkan dalam LKS.
Instrumen
lembar
identifikasi
keterampilan berpikir dan scientific attitude
digunakan untuk mengetahui potensi LKS
dalam
ilmiah.
Salah
satu
rasional
tantangan eksternal berupa globalisasi sehingga
pembelajaran.
dan
sikap
mengembangkan
keterampilan
berpikir dan scientific attitude
siswa.
Lembar ini berupa check list kemunculan
setiap aspek keterampilan berpikir dan
sikap ilmiah yang kemudian diidentifikasi
indikator kemunculannya
dalam setiap
bagian kegiatan dalam LKS.
diperlukan
kemampuan-kemampuan
seperti
kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan
kritis, serta kemampuan untuk hidup dalam
masyarakat
yang
mengglobal.
Kemampuan-
kemampuan tersebut dapat dikuasai apabila siswa
memiliki keterampilan berpikir, yaitu kritis, kreatif,
maupun keterampilan pemecahan masalah.
Kurangnya muatan karakter dan penekanan
yang
berlebihan
pada
aspek
kognitif
juga
merupakan beberapa rasional mengapa kurikulum
2013 perlu dikembangkan. Kompetensi inti yang
berupa kompetensi sikap tertulis jelas dalam
kurikulum 2013. LKS yang dikembangkan dalam
penelitian juga tidak hanya menekankan pada
Analisis data yang berupa komentar, saran,
aspek keterampilan berpikir saja, melainkan juga
dan revisi serta hasil identifikasi keterampilan
pada aspek sikap ilmiah sesuai dengan kompetensi
berpikir dan scientific attitude dianalisis secara
inti 2 dalam kurikulum 2013.
deskriptif kualitatif dan disimpulkan sebagai
masukan
untuk
merivisi
produk
yang
dikembangkan.
Pengarahan siswa untuk mengembangkan
keterampilan
dan
scientific
attitude
melalui LKS dilakukan menggunakan pendekatan
inkuiri,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berpikir
dimana
ditekankan
dalam
kegiatan
pendekatan
scientific
ini
seperti
juga
yang
LKS di dalam mata pelajaran yang berbeda
diamanahkan dalam kurikulum 2013. Melalui
akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam mata
pendekatan inkuiri siswa diberikan masalah yang
pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan
menarik keingintahuan, sehingga siswa termotivasi
penyelidikan atau eksperimen, tabel data, dan
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir.
6
Setelah LKS melalui tahap pendefinisian (define)
pengetahuan IPA secara parsial dan
dan perancangan (design) maka diperoleh produk
belum mengkaitkan antar aspek IPA.
pengembangan (draf I). Produk draf I inilah yang
2) Pembelajaran masih didominasi guru
akan divalidasi oleh dosen ahli materi dan ahli
media.
sebagai sumber informasi.
Validator menilai produk draf awal
3) LKS yang dipergunakan oleh guru
berdasarkan hasil analisis terhadap LKS yang
masih tipe cook book (resep) sehingga
diberikan. Penjelasan masing-masing tahap dalam
siswa hanya melakukan apa yang ada di
pengembangan LKS adalah sebagai berikut:
LKS, dan ada juga yang hanya sekedar
1. Define
and
(D-1)/Research
Information
Collection
menyampaikan
tugas
apa
yang
dikerjakan secara lisan.
a. Analisis kurikulum
c. Analisis karakteristik siswa
Kurikulum yang masih berlaku di
SMP saat ini adalah Kurikulum Tingkat
Hasil observasi menunjukkan bahwa:
1) Siswa
belum
terlatih
dalam
Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP,
berinkuiri. Mereka masih sekedar
masih dimungkinkan untuk memadukan
melakukan kegiatan sebagaimana
kompetensi IPA agar terpadu. Adapun
yang diminta dalam langkah kerja
Kompetensi Dasar yang dipilih dalam
atau arahan dari guru.
KTSP
juga
mempertimbangkan
2) Sikap ilmiah siswa masih belum
Kompetensi Dasar IPA dalam kurikulum
dikembangkan
2013. Adapun tema yang diangkat sebagai
Keingintahuan siswa masih rendah.
judul integrated science worksheet antara
dengan
baik.
3) Siswa belum diajak secara aktif
lain: Perubahan Energi dalam Tubuhku,
untuk
Pernapasanku
misalnya berpikir kritis terhadap isu-
dan
Gangguannya,
dan
berpikir
tingkat
tinggi,
Tegangan Permukaan.
isu yang berkembang di masyarakat,
b. Analisis kondisi pembelajaran
berpikir
Hasil
observasi
pembelajaran
menunjukkan bahwa:
suatu
kreatif
produk/model,
berpikir
1) Pembelajaran yang ada di lapangan
IPA.
kurikulum 2013 yang mengamanatkan
Berdasarkan
IPA
secara
solutif
membuat
,
ataupun
terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan
masih kurang sesuai dengan arahan dari
pembelajaran
untuk
empat
tahapan
terpadu.
perkembangan kognitif menurut Piaget,
Pembelajaran IPA masih dilaksanakan
peserta didik SMP/MTs berada pada masa
secara terpisah-pisah, yakni Biologi,
transisi dari tahap operasional konkrit
Fisika, dan Kimia. Siswa memperoleh
menuju operasional formal. Pada tahap
operasional konkrit siswa masih berpikir
7
mengembangkan operasi
keterampilan berpikir dan sikap ilmiah,
mental seperti penjumlahan, pengurangan,
karena keterampilan berpikir dan sikap
perkalian, pembagian, kombinasi, analisis
ilmiah
sederhana, klasifikasi, dan komunikasi.
dikembangkan sebagaimana tuntutan abad
Siswa mulai mengembangkan struktur
21. Hal tersebut juga sebagai persiapan
kognitif berupa ide atau konsep dan secara
menyongsong
bertahap peserta didik mengembangkan
2013 yang secara eksplisit mencantumkan
abstraksi atau imajinasinya. Pada masa ini
Kompetensi Inti berupa keterampilan dan
siswa
SMP/MTs mulai dilatih untuk
sikap. LKS yang dikembangkan antara lain:
berpikir hipotesis, proporsional, evaluatif,
LKS Perubahan Energi dalam Tubuhku,
analitis, sintesis, dan logis. Oleh karena itu,
LKS Pernapasanku dan Gangguannya, dan
sangat cocok jika siswa dilatih inkuiri
LKS Tegangan Permukaan.
untuk mengembangkan segala kemampuan
a. Pemilihan format.
konkrit, mulai
merupakan
hal
penting
pemberlakuan
yang
kurikulum
yang dimiliki berdasarkan perkembangan
Pemilihan format LKS yang diadaptasi
kognitifnya melalui pengenalan fenomena
dari format LKS menurut Slamet, Paidi,
alam yang dapat diobservasi atau tidak
Insih (2011) yakni meliputi:
dapat diobservasi menggunakan indera
1) Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan
sesuai dengan KD
yang dimilikinya.
2. Design (D-2)/Planning
Perancangan
2) Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai
produk
dilakukan
untuk
dengan KD.
perangkat
3) Alat dan bahan, jika kegiatan belajar
pembelajaran IPA terpadu yang akan disusun
memerlukan alat dan bahan, maka
berdasarkan hasil define. Tahap ini meliputi tiga
dituliskan alat dan bahan yang
langkah, yakni:
diperlukan.
menyiapkan bahan ajar ataupun
4) Prosedur Kerja,
a. Pemilihan media
Media
yang
dikembangkan
dipilih
berdasarkan
untuk
analisis
kebutuhan yang ada pada tahap define.
Berdasarkan
mempermudah
siswa
melakukan
kegiatan belajar.
maka
dipilih
LKS
berbasis
guided
siswa
dengan
pengamatan atau pengukuran. Untuk
siswa
kegiatan yang tidak memerlukan
Hal
mempertimbangkan
tersebut
karakteristik
yang belum terlatih berinkuiri.
Adapun LKS yang dikembangkan
difokuskan
kerja untuk siswa yang berfungsi
define
pengembangan
inquiry.
berisi petunjuk
kepada
5) Tabel Data, berisi tabel di mana
dapat
mencatat
hasil
data, maka bisa diganti dengan
kotak kosong di mana siswa dapat
pengembangan
8
menulis,
menggambar,
atau
3) LKS
berhitung.
“Tegangan
mengembangkan
solving
6) Bahan diskusi, berisi pertanyaan-
Permukaan”
problem
aspek
meliputi:
mengidentifikasi
pertanyaan yang menuntun siswa
masalah, merumuskan masalah dalam
melakukan
dan
bentuk pertanyaan, identifikasi asumsi,
melakukan konseptualisasi. Untuk
dan menyelesaikan masalah secara
beberapa mata pelajaran, seperti
terencana.
analisis
data
bahasa, bahan diskusi bisa berupa
Aspek
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
dikembangkan ditentukan dan diseleksi
refleksi.
dengan
keterampilan
berpikir
mempertimbangkan
yang
peluang
LKS yang disusun berbasis guided
kemunculannya dalam tiap-tiap
inquiry dengan memperhatikan langkah-
kegiatan LKS sehingga dapat
langkahnya berupa: merumuskan masalah,
pengembangannya dari kegiatan satu ke
merumuskan
kegiatan selanjutnya.
data,
hipotesis,
meganalisis
mengumpulkan
data,
mengambil
kesimpulan dan generalisasi.
untuk
Sikap ilmiah yang dikembangkan
dalam ketiga LKS meliputi:rasa ingin tahu,
LKS guided inquiry yang disusun
difokuskan
diketahui
mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu
creative thinking, critical thinking, ataupun
fleksibilitas dalam berpikir, respek terhadap
fakta, dan refleksi kritis.
3. Pengembangan (Develop)
a.Validasi Ahli
problem solving. Adapun rincian aspek
Pada tahap ini dilakukan validasi
penekanan keterampilan berpikir dalam
terhadap produk berupa LKS integrated
LKS sebagai berikut:
science berbasis guided inquiry learning
1) LKS
“Perubahan
Tubuhku”
Energi
dalam
yang
mengembangkan
aspek
keterampilan berpikir dan sikap ilmiah.
difokuskan
untuk
pengembangan
critical thinking, meliputi:attributing,
Teknik analisis data untuk validasi
grouping & classifying, comparing &
perangkat pembelajaran dilakukan dengan
contrasing, detecting bias, analyzing,
langkah-langkah
making conclusion.
mentabulasikan semua data yang diperoleh
2) LKS Pernafasanku dan Gangguannya
mengembangkan
aspek
creative
sebagai
berikut:
(1)
dari validator untuk setiap komponen dari
butir
penilaian
yang
tersedia
dalam
thinking, meliputi:penurunan ide-ide,
instrumen penilaian, (2) menghitung skor
relasi, inferensi, sintesis, hipotesis, dan
total rata-rata setiap komponen, serta (3)
membuat analogi.
mengubah skor rata-rata menjadi nilai
9
dengan kriteria. Hasil penilaian validasi dari
dosen disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.
Beberapa masukan pada saat validasi salah satunya
adalah penggantian judul LKS yang semula
Tabel
1. Hasil Validasi Kelayakan LKS
“Perubahan Energi dalam Tubuhku”
No Aspek
Skor Kategori
Kelayakan
1
Kesesuaian
3,8
Sangat Baik
Syarat Materi
3,26 Sangat Baik
2
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
3
Kesesuaian
4
Sangat Baik
Syarat
Konstruksi
4
Kesesuaian
4
Sangat Baik
Syarat Teknis
Tabel 2. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Sistem
Pernafasanku dan Gangguannya”
No
1
2
3
4
Aspek
Kelayakan
Kesesuaian
Syarat Materi
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
Kesesuaian
Syarat Teknis
Skor
Kategori
3,25
Baik
3,13
Baik
3,8
Sangat Baik
3,6
Sangat Baik
Tabel 3. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Tegangan
Permukaan”
No Aspek
Skor Kategori
Kelayakan
1
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat Materi
2
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat
Penyajian
3,20 Baik
3
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
4
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat Teknis
“Pernapasanku
dan
Gangguannya”
menjadi
“Batang Kecil yang Mematikan”, “Tegangan
Permukaan” menjadi “Pencemaran Air”.
LKS
yang direvisi selanjutnya disebut Draft 1. LKS
Draft 1 selanjutnya divalidasi oleh tiga orang Guru.
Adapun hasil validasi sebagaimana tabel 4,5, dan
6.
Tabel 4. Hasil Validasi Kelayakan LKS Perubahan
Energi dalam Tubuhku
No Aspek Kelayakan
Skor Kategori
1
Kesesuaian
Syarat 3,39 Sangat Baik
Materi
2
Kesesuaian
Syarat 3,28 Sangat Baik
Penyajian
3
Kesesuaian
Syarat 3,25 Baik
Konstruksi
4
Kesesuaian
Syarat 3,40 Sangat Baik
Teknis
Tabel 5. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Batang
Kecil yang Mematikan”
No Aspek Kelayakan
Skor Kategori
1
Kesesuaian
Syarat 3,4
Baik
Materi
2
Kesesuaian
Syarat 3,3
Baik
Penyajian
3
Kesesuaian
Syarat 3,1
Baik
Konstruksi
4
Kesesuaian
Syarat 3,1
Baik
Teknis
Tabel
No
1
2
3
4
6. Hasil Validasi
“Pencemaran Air”
Aspek Kelayakan
Kesesuaian
Syarat
Materi
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
Kesesuaian
Syarat
Teknis
Kelayakan
LKS
Skor
3,14
Kategori
Baik
2,98
Baik
2,88
Baik
3,07
Baik
10
Berdasarkan hasil validasi yang telah
disajikan sebelumnya, dan hasil revisi sesuai saran
ahli menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan
Comparing and constructing
Analyzing
Making conclusion
Grouping and classifying
Detecting bias
√
√
√
√
√
telah sesuai dengan pendekatan inkuiri. Para
validator menyatakan bahwa LKS dapat digunakan
setelah dilakukan revisi sesuai saran. Dengan
demikian,setelah dilakukan revisi dapat dinyatakan
bahwa produk akhir LKS layak digunakan dalam
pembelajaran.
LKS yang dikembangkan menggunakan
pendekatan
inkuiri
dimana
siswa
disajikan
permasalahan yang memancing keingintahuan,
dengan
demikian
siswa
didorong
untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan mencari
informasi melalui kegiatan eksperimen, kemudian
mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang
mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan pendekatan
inkuiri secara berulang-ulang dapat meningkatkan
kemampuan
penemuan
pada
bersangkutan.
Penggunaan
siswa
pendekatan
yang
inkuiri
mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif
dan
kreatif
sehingga
dapat
mengembangkan
keterampilan berpikir baik kritis, kreatif maupun
Data hasil validasi ahli tentang potensi LKS
untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan
scientific attitude disajikan pada Tabel 7,8,9 dan
10.
Tabel 7.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Berpikir
Kritis dalam LKS “Perubahan Energi dalam
Tubuhku”oleh Ahli
Attributing making conclusion,
grouping and classifying, dan
detecting bias)
Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif
Perumusan hipotesis
Membuat analogi
Relasi
Sintesis
Pencetusan ide
Inferensi
Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak
√
Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
Tabel 9.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Pemecahan
Masalah dalam LKS “Tegangan
Permukaan”oleh Ahli
Aspek Keterampilan Pemecahan
Masalah
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Identifikasi asumsi
Pemecahan masalah
Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak
√
√
√
√
Tabel 10.
Hasil Validasi Muatan Sikap Ilmiah
dalam LKS oleh Ahli
Aspek
keterampilan pemecahan masalah.
Aspek Keterampilan Berpikir
Kritis
Tabel 8.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Berpikir
Kreatif dalam LKS “Pernafasanku dan
Gangguannya”oleh Ahli
Penyajian
LKS secara
umum
mencakup
keseluruhan
aspek sikap
ilmiah yang
dinilai (sikap
ingin tahu,
fleksibilitas
dalam cara
berpikir,
respek
terhadap data,
dan refleksi
A
B
C
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
√
√
√
11
Berdasarkan analisis data hasil validasi ahli
kritis)
Penyajian
LKS secara
umum
mendorong
peserta didik
menggunakan
sikap ilmiah
dalam
kegiatan
√
Perumusan
masalah pada
LKS
mendorong
sikap ingin
tahu peserta
didik
√
Penyusunan
kegiatan
pengumpulan
data sampai
pada
kesimpulan
mendorong
sikap respek
terhadap data
√
Penyusunan
kegiatan LKS
memberikan
kesempatan
peserta didik
untuk
melakukan
diskusi
sehingga
memunculkan
sikap
fleksibilitas
dalam cara
berpikir
√
Penyusunan
kegiatan LKS
memberikan
kesempatan
untuk
melakukan
sikap refleksi
kritis
√
√
√
tentang potensi LKS untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan scientific attitude dapat
disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan
berpotensi mengembangkan keterampilan berpikir
dan scientific attitude siswa. Hal ini terlihat dari
masing-masing
√
√
kegiatan
LKS
keterampilan-keterampilan
keterampilan
berpikir
kritis,
muncul
berpikir
baik
kreatif
maupun
keterampilan pemecahan masalah serta muncul
potensi untuk mengembangkan scientific attitude.
Adapun aspek keterampilan berpikir kritis yang
√
√
muncul
dalam
LKS
meliputi
attributing,
comparing and constructing, analyzing, making
conclusion, grouping and classifying, detecting
bias., sedangkan aspek keterampilan berpikir
kreatif
yaitu
perumusan
hipotesis,
membuat
analogi, relasi, sintesis, pencetusan ide, dan
√
√
inferensi. Keterampilam mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah, identifikasi asumsi, dan
pemecahan masalah merupakan aspek keterampilan
problem solving (pemecahan masalah) yang mucul
dalam LKS. Sikap ilmiah yang muncul dalam LKS
meliputi sikap ingin tahu, respek terhadap data,
fleksibilitas dalam berpikir, dan refleksi kritis.
√
√
Keterangan:
A=LKS “Pernafasanku dan Gangguannya”;
B=LKS “Perubahan Energi dalam Tubuhku”
C=LKS “Tegangan Permukaan”
12
SIMPULAN & SARAN
Simpulan
1.
Worksheet of integrated science berbasis
guided inquiry learning yang dikembangkan
telah layak digunakan dalam pembelajaran
kurikulum 2013.
2.
Worksheet of integrated science berbasis
guided inquiry learning berpotensi untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan
Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K
(2007). Guided Inquiry (learning in The 21st
Century). London: Libraries Unlimited.
Martin,R., Sexton, C., Franklin,T., et al. (2005).
Teaching science for all children, inquiry
methods for constructing understanding.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W. (1986).
Becoming a secondary school science
teacher.
Sydney:
Merril
Publishing
Company.
scientific attitude siswa berdasarkan hasil
analisis dan validasi ahli.
Saran
Worksheet of integrated science yang telah
dikembangkan dan dinyatakan layak digunakan
dalam pembelajaran sebaiknya diujicobakan di
lapangan untuk mengetahui secara empiris apakah
memang
benar
mengembangkan
LKS
keterampilan
tersebut
berpikir
dapat
dan
scientific attitude siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Boden, M.A. (1998). Creativity and Artificial
Intelligence. Artificial Intelligence Journal.
103, pp. 347-356.
Carin, Arthur A., & Robert B. Sund. 1975.
Teaching science
through discovery.
Columbus: Charless E. Merrill Publishing
Company, Abell & Howell Company.
Depdiknas. (2011). Panduan pengembangan
pembelajaran IPA secara terpadu. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama
Harlen, W. (2000). Teaching learning & assessing
science 5-12. London: Paul Chapman
Publishing Ltd.
Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP.
Yogyakarta:Prodi IPA UNY.
13
LEARNING DALAM RANGKA MENYONGSONG KURIKULUM 2013
THE DEVELOPMENT OF INTEGRATED SCIENCE WORKSHEET ON THE OCCASION OF
“KURIKULUM 2013”
Oleh: Asri Widowati & Putri Anjarsari, FMIPA UNY
E-mail: putri_anjarsari@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan worksheet of integrated science berbasis guided
inquiry learning yang layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan scientific attitude siswa SMP. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan dengan memodifikasi langkah-langkah penelitian 4-D (four-D models) dan Borg
dan Gall namun dibatasi pada tahap develop. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juli 2013 s/d
November 2013. Intrumen pengumpulan data berupa lembar penilaian kelayakan perangkat pembelajaran
serta lembar identifikasi keterampilan berpikir dan scientific attitude. Teknik analisis data dilakukan secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak
digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan
berpikir serta scientific attitude siswa SMP.
Kata kunci: integrated science, guided inquiry, kurikulum 2013
Abstract
The Study was conducted to make integrated science woksheet that can be apllied in “kurikulum
2013” instruction, especially to improve students’thinking skills and students’scientific attitude. The study
was a Research and Development (R & D), modified four-D and Borg & Gall models. The subjects of the
study were the students of junior high school which was conducted on July until November 2013. The
results of the study show that integrated science worksheet can be applied in “kurikulum 2013” instruction
and potential to develop students’thinking skills and students’scientific attitudes in junior high school.
Key words: integrated science, guided inquiry, “kurikulum 2013”.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada
merupakan
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum di
proses panjang dan berkelanjutan untuk membantu
Indonesia telah mengalami beberapa kali penataan.
manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu
Penataan
menghadapi
terjadi.
perkembangan sains dan teknologi, psikologi
Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan
siswa, lingkungan alami dan sosial, serta tuntutan
penyempurnaan
yang
dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum 2013
mendukungnya, terutama kurikulum. Kurikulum
muncul akibat adanya kesenjangan kurikulum saat
adalah seperangkat rencana dan pengaturan sebagai
ini dengan konsep ideal yang diharapkan, meliputi
pedoman
aspek kompetensi lulusan, materi pembelajaran,
setiap
dasarnya
perubahan
terhadap
pelaksanaan
aspek
yang
dasar
pembelajaran
untuk
kurikulum
disesuaikan
dengan
1
proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan
dalam perolehan sains di dunia. Berdasarkan hasil
tenaga kependidikan, serta pengelolaan kurikulum.
PISA, hampir 25% dari siswa di Indonesia belum
Pelaksanaan
mampu
penyusunan
kurikulum
2013
menggunakan
keterampilan
sains,
merupakan kelanjutan pengembangan kurikulum
sedangkan berdasarkan hasil TIMS, kemampuan
berbasis Kompetensi (KBK) yang dirintis pada
berpikir siswa Indonesia belum mencapai level
tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
tertinggi (kemampuan reasoning with incomplete
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
information), hanya 3% yang memiliki kemampuan
antisipasi
reasoning, 10% kemampuan appliying, 23%
adanya pergeseran paradigma belajar abad 21,
kemampuan low (knowing), dan sisanya memiliki
bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia
kemampuan very low.
Kurikulum
2013
merupakan
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui
Rendahnya
kemampuan
sains/IPA
di
penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan
Indonesia sangat erat kaitannya dengan proses
(tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang
pembelajaran yang dilakukan. IPA tidak hanya
terintegrasi. Kerangka kompetensi abad 21 yang
berupa fakta, konsep, hukum, teori, namun juga
menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum
keterampilan dan sikap yang bisa digali melalui
2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang
proses pembelajaran. Pembelajaran IPA yang
membekali pengetahuan saja tidak cukup, sehingga
berorientasi pada ujian akan menjadikan siswa
harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis
lebih berpikir secara konvergen, akibatnya siswa
dan kreatif, berkarakter, serta didukung dengan
kurang berpikir kritis dan kreatif.
informasi
IPA dalam kurikulum 2013 dikembangkan
dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut
sebagai mata pelajaran integrative science (IPA
dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu
terpadu),
Pengetahuan Alam (IPA).
Pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara
kemampuan memanfaatkan teknologi
bukan
sebagai
disiplin
ilmu.
IPA merupakan salah satu mata pelajaran
terpadu. Pengertian terpadu dalam penelitian ini
yang memiliki arti penting dalam membangun
lebih merujuk pada makna yang dianjurkan
bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam
Depdiknas (2011: 3) yaitu pembelajaran IPA
pergaulan internasional ditentukan oleh beberapa
terpadu dilaksanakan sebagai upaya agar peserta
paramater, tiga diantaranya adalah science literacy,
didik dapat memahami obyek secara utuh (holistik)
mathematic literacy, serta language literacy.
dan dapat memecahkan permasalahan dalam
for
kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Materi
International Student Assessment (PISA), Trends in
diajarkan dengan memadukan beberapa bidang
Mathematics and science Study (TIMS) dirancang
kajian dalam IPA agar peserta didik dapat berpikir
untuk menilai literasi sains dan kemampuan
holistik.
berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di
keterampilan proses, keterampilan berpikir dan
Indonesia selalu berada pada rangking rendah
keterampilan pemecahan masalah diajarkan agar
Program-program
seperti
Programme
Keterampilan-keterampilan
seperti
2
siswa dapat memecahkan permasalahan secara
(1986: 185-186) menyatakan bahwa apabila peserta
kontekstual.
didik tidak memiliki cukup pengalaman dalam
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
inkuiri,
maka
pembelajaran IPA saat ini masih belum dilakukan
pembelajaran dilakukan secara tersusun terlebih
secara integratif, yaitu masih sebagai disiplin ilmu
dahulu. Setelah mereka memiliki pengalaman
dan
dalam penyelidikan, penyusunan tersebut harus
belum
menampakkan
keterampilan-
keterampilan IPA khususnya keterampilan berpikir
kritis,
kreatif
masalah.
dan
keterampilan
Pertimbangan
pemecahan
banyaknya
materi
dikurangi.
Pembelajaran inkuiri berusaha membantu
siswa belajar dan memperoleh pengetahuan serta
pembelajaran dan kurangnya waktu menjadikan
membangun
guru bertindak sebagai sumber informasi utama
Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan
sehingga
kurang
inkuiri siswa belajar cara mengorganisasikan dan
bermakna. Dalam kurikulum 2013, jam belajar per
mengadakan penelitian secara mandiri sehingga
minggu untuk mata pelajaran IPA ditambah dari
konsep yang didapatkan mudah diingat. Oleh
semula
karena itu, penting untuk membelajarkan IPA
pembelajaran
4
IPA
menjadi 5 jam.
menjadi
Dengan adanya
konsep-konsep
pendekatan
mereka
inkuiri.
sendiri.
penambahan jam belajar ini, seharusnya tidak ada
menggunakan
alasan lagi bagi guru untuk tidak membelajarkan
inkuiri didahului dengan adanya masalah, sehingga
keterampilan IPA secara komprehensif. Selain itu,
selain keterampilan berpikir kritis dan kreatif,
bahan ajar yang beredar di sekolah adalah bahan
siswa juga dapat mengembangkan keterampilan
ajar yang hanya covernya saja IPA terpadu tetapi
pemecahan masalah.
content-nya belum menunjukkan keterpaduan.
Kemampuan
berpikir
Pendekatan
kritis
adalah
Tentunya ketersediaan bahan ajar IPA terpadu yang
kemampuan untuk menganalisis situasi yang
masih minim dapat menjadi kendala berarti karena
kompleks dengan menggunakan objektifitas dan
bahan
konsistensi sebagai standar. Berpikir kritis berbeda
ajar
diperlukan
untuk
mendukung
dengan berpikir “unreflective”, yaitu mengambil
pencapaian kompetensi pembelajaran.
Guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan
proses
pembelajaran
yang
keputusan, menerima suatu pernyataan, membuat
keputusan tanpa pertimbangan lebih matang.
berorientasi pada siswa aktif belajar. Salah satu
Kreativitas merupakan hasil kerja keras dan
cara untuk membelajarkan siswa secara aktif yaitu
kerja yang berkesinambungan, bukan sesuatu yang
melalui pendekatan inkuiri, namun apabila siswa
instant dari suatu aktivitas. Senada dengan hal
belum
tersebut, Boden (1998) mendefinisikan kreativitas
terbiasa
melakukan
pembelajaran
menggunakan inkuiri, maka dapat digunakan
pendekatan
guided
inquiry
yaitu
suatu
pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
yang lebih terbimbing. Trowbridge dan Bybee
sebagai berikut:
“Creativity “is a fundamental feature of
human intelligence in general. It is
grounded in everyday capacities such as the
association of ideas, reminding, perception,
analogical thinking, searching a structured
3
problem-space,
and reflecting selfcriticism. It involves not only a cognitive
dimension (the generation of new ideas) but
also motivation and emotion, and is closely
linked to cultural context and personality
factors.
Carin & Sund (1975: 307) mengemukakan
untuk
memunculkan
kreativitas
dalam
pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut: (1) mengembangkan kepercayaan
yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2)
mendorong
terjadinya komunikasi secara bebas;
(3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian
secara individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak
terlalu ketat.
Pendekatan inkuiri dapat mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah.
Beberapa
keterampilan pemecahan masalah yaitu identifikasi
masalah, perumusan masalah, identifikasi asumsi,
pemecahan masalah.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut
Martin et al (2005: 184-185),
penggunaan
proses-proses
inkuiri adalah
sains,
pengetahuan
ilmiah, dan sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa
suatu permasalahan dan berpikir kritis. Sedangkan
menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari,
A.K (2007:2), Inquiry is an approach to learning
whereby students find and use a variety sources of
information
and
ideas
to
increase
their
understanding of a problem, topic, or issue. Jadi,
pendekatan
inkuiri
adalah
suatu
pendekatan
pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk
pemahaman
konsep-konsep
sains,
belajar
bagaimana mempelajari sesuatu, menjadi seseorang
pembelajar yang mandiri untuk mengembangkan
kemampuan berpikir secara ilmiah. Hasil dari
pembelajaran inkuiri, siswa dapat memahami cara
menemukan sendiri konsep-konsep dan melakukan
eksperimennya
pengetahuan
sendiri
yang
atau
telah
menerapkan
diperoleh
pada
membekali
siswa
lingkungannya.
Pendekatan
inkuiri
dengan keterampilan-keterampilan IPA, seperti
keterampilan proses, keterampilan berpikir (kritis,
kreatif, pemecahan masalah), dan juga sikap ilmiah
(scientific attitude). Harlen (2000:73) menyatakan
bahwa sikap ilmiah merupakan komponen dalam
kegiatan inkuiri. Namun, saat ini pembelajaran IPA
masih
menekankan
pada
produk,
sehingga
keterampilan-keterampilan dan sikap dalam IPA
tersebut belum dikembangkan secara optimal
melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran memerlukan adanya
suatu pedoman berupa perangkat pembelajaran
yang berperan penting dalam tercapainya tujuan
pembelajaran. Pemerintah pada tahun ini sedang
mempersiapkan buku sebagai bahan ajar dan
sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum
2013. Namun, ketersediaan buku saja dalam
kegiatan
pembelajaran
belum
cukup
untuk
menunjang keberhasilan pembelajaran. Dalam
kegiatan eksplorasi yang berupa penyelidikan,
diperlukan adanya Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
LKS yang saat ini beredar di lapangan belum
sesuai
dengan
kurikulum
2013
yang
akan
diterapkan. Selain karena materi yang disajikan
masih dalam satu disiplin ilmu saja, kegiatan dalam
LKS juga masih belum menekankan kegiatan
inkuiri ilmiah. Untuk itu, dirasa perlu untuk
mengembangkan LKS IPA terpadu (worksheet of
4
integrated
science)
menggunakan
pendekatan
dilakukan, dan hasilnya digunakan sebagai
guided inquiry guna mengembangkan keterampilan
bahan
berpikir (kritis, kreatif dan pemecahan masalah)
permasalahan
serta sikap (scientific attitude).
pembelajaran IPA.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
untuk
mengidentifikasi
yang
ada
dalam
c. Analisis karakteristik siswa
worksheet of integrated science berbasis guided
Analisis dilakukan melalui wawancara
inquiry learning yang layak digunakan dalam
untuk
pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk
keterampilan siswa yang belum optimal
mengembangkan
dalam pembelajaran IPA.
keterampilan
berpikir
dan
scientific attitude siswa SMP.
mengetahui
planning
pengembangan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
(research and development). Model pengembangan
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
model 4-D (Four D Models) dan Borg dan Gall.
terperinci
masing-masing
langkah pengembangan adalah sebagai berikut:
1. Define
(D-1)/Research
and
Information
Collection
kurikulum
dilakukan
dengan
membandingkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan
dengan
tujuannya
untuk
kurikulum
2013,
mengakomodasi
kebutuhan dalam pembelajaran IPA yang
belum optimal dari kurikulum sebelumnya.
b. Analisis kondisi pembelajaran
Analisis dilakukan melalui observasi untuk
melihat proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh
gambaran
nyata
tentang
pembelajaran IPA di sekolah, perangkat
pembelajaran
digunakan,
(khususnya
proses
LKS)
yang
pembelajaran
yang
atau
produk
perencanaan
dilakukan
melalui
analisis tugas, meliputi analisis struktur isi,
analisis
konsep,
pembelajaran
dan
yang
analisis
tujuan
disesuaikan
dengan
kurikulum 2013.
3. Develop (D-3)/Develop Preliminary Form of
Product
Desain
produk
integrated
a. Analisis kurikulum
Analisis
dan
2. Design (D-2)/Planning
Tahap
Penjelasan
karakter
science
worksheet
berupa
yang
telah
of
dirancang
selanjutnya akan dinilai (validasi) oleh beberapa
ahli,
sehingga
dapat
diketahui
kelayakan
perangkat pembelajaran tersebut. Hasil validasi
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
potensi
LKS
dalam
mengembangkan
keterampilan berpikir dan scientific attitude
siswa.
Instrumen
pengumpulan
data
dalam
penelitian ini berupa lembar penilaian kelayakan
perangkat serta lembar identifikasi ketercakupan
keterampilan berpikir dan scientific attitude
dalam LKS.
5
persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari data
a. Lembar penilaian kelayakan perangkat
Instrumen lembar penilaian kelayakan
hasil percobaan.
perangkat digunakan untuk memperoleh
Adapun hal prinsip yang perlu diperhatikan
data tentang saran atau komentar dan
dalam pengembangan LKS dalam penelitian ini
penialaian dari ahli materi, ahli media, guru
adalah penekanan LKS pada kemampuan berpikir
IPA. Hasil penialaian dijadikan dasar untuk
dan
perbaikan
pengembangan kurikulum 2013 adalah adanya
masing-masing
perangkat
b. Lembar identifikasi keterampilan berpikir
scientific
attitude
yang
dapat
dimunculkan dalam LKS.
Instrumen
lembar
identifikasi
keterampilan berpikir dan scientific attitude
digunakan untuk mengetahui potensi LKS
dalam
ilmiah.
Salah
satu
rasional
tantangan eksternal berupa globalisasi sehingga
pembelajaran.
dan
sikap
mengembangkan
keterampilan
berpikir dan scientific attitude
siswa.
Lembar ini berupa check list kemunculan
setiap aspek keterampilan berpikir dan
sikap ilmiah yang kemudian diidentifikasi
indikator kemunculannya
dalam setiap
bagian kegiatan dalam LKS.
diperlukan
kemampuan-kemampuan
seperti
kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan
kritis, serta kemampuan untuk hidup dalam
masyarakat
yang
mengglobal.
Kemampuan-
kemampuan tersebut dapat dikuasai apabila siswa
memiliki keterampilan berpikir, yaitu kritis, kreatif,
maupun keterampilan pemecahan masalah.
Kurangnya muatan karakter dan penekanan
yang
berlebihan
pada
aspek
kognitif
juga
merupakan beberapa rasional mengapa kurikulum
2013 perlu dikembangkan. Kompetensi inti yang
berupa kompetensi sikap tertulis jelas dalam
kurikulum 2013. LKS yang dikembangkan dalam
penelitian juga tidak hanya menekankan pada
Analisis data yang berupa komentar, saran,
aspek keterampilan berpikir saja, melainkan juga
dan revisi serta hasil identifikasi keterampilan
pada aspek sikap ilmiah sesuai dengan kompetensi
berpikir dan scientific attitude dianalisis secara
inti 2 dalam kurikulum 2013.
deskriptif kualitatif dan disimpulkan sebagai
masukan
untuk
merivisi
produk
yang
dikembangkan.
Pengarahan siswa untuk mengembangkan
keterampilan
dan
scientific
attitude
melalui LKS dilakukan menggunakan pendekatan
inkuiri,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berpikir
dimana
ditekankan
dalam
kegiatan
pendekatan
scientific
ini
seperti
juga
yang
LKS di dalam mata pelajaran yang berbeda
diamanahkan dalam kurikulum 2013. Melalui
akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam mata
pendekatan inkuiri siswa diberikan masalah yang
pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan
menarik keingintahuan, sehingga siswa termotivasi
penyelidikan atau eksperimen, tabel data, dan
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir.
6
Setelah LKS melalui tahap pendefinisian (define)
pengetahuan IPA secara parsial dan
dan perancangan (design) maka diperoleh produk
belum mengkaitkan antar aspek IPA.
pengembangan (draf I). Produk draf I inilah yang
2) Pembelajaran masih didominasi guru
akan divalidasi oleh dosen ahli materi dan ahli
media.
sebagai sumber informasi.
Validator menilai produk draf awal
3) LKS yang dipergunakan oleh guru
berdasarkan hasil analisis terhadap LKS yang
masih tipe cook book (resep) sehingga
diberikan. Penjelasan masing-masing tahap dalam
siswa hanya melakukan apa yang ada di
pengembangan LKS adalah sebagai berikut:
LKS, dan ada juga yang hanya sekedar
1. Define
and
(D-1)/Research
Information
Collection
menyampaikan
tugas
apa
yang
dikerjakan secara lisan.
a. Analisis kurikulum
c. Analisis karakteristik siswa
Kurikulum yang masih berlaku di
SMP saat ini adalah Kurikulum Tingkat
Hasil observasi menunjukkan bahwa:
1) Siswa
belum
terlatih
dalam
Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP,
berinkuiri. Mereka masih sekedar
masih dimungkinkan untuk memadukan
melakukan kegiatan sebagaimana
kompetensi IPA agar terpadu. Adapun
yang diminta dalam langkah kerja
Kompetensi Dasar yang dipilih dalam
atau arahan dari guru.
KTSP
juga
mempertimbangkan
2) Sikap ilmiah siswa masih belum
Kompetensi Dasar IPA dalam kurikulum
dikembangkan
2013. Adapun tema yang diangkat sebagai
Keingintahuan siswa masih rendah.
judul integrated science worksheet antara
dengan
baik.
3) Siswa belum diajak secara aktif
lain: Perubahan Energi dalam Tubuhku,
untuk
Pernapasanku
misalnya berpikir kritis terhadap isu-
dan
Gangguannya,
dan
berpikir
tingkat
tinggi,
Tegangan Permukaan.
isu yang berkembang di masyarakat,
b. Analisis kondisi pembelajaran
berpikir
Hasil
observasi
pembelajaran
menunjukkan bahwa:
suatu
kreatif
produk/model,
berpikir
1) Pembelajaran yang ada di lapangan
IPA.
kurikulum 2013 yang mengamanatkan
Berdasarkan
IPA
secara
solutif
membuat
,
ataupun
terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan
masih kurang sesuai dengan arahan dari
pembelajaran
untuk
empat
tahapan
terpadu.
perkembangan kognitif menurut Piaget,
Pembelajaran IPA masih dilaksanakan
peserta didik SMP/MTs berada pada masa
secara terpisah-pisah, yakni Biologi,
transisi dari tahap operasional konkrit
Fisika, dan Kimia. Siswa memperoleh
menuju operasional formal. Pada tahap
operasional konkrit siswa masih berpikir
7
mengembangkan operasi
keterampilan berpikir dan sikap ilmiah,
mental seperti penjumlahan, pengurangan,
karena keterampilan berpikir dan sikap
perkalian, pembagian, kombinasi, analisis
ilmiah
sederhana, klasifikasi, dan komunikasi.
dikembangkan sebagaimana tuntutan abad
Siswa mulai mengembangkan struktur
21. Hal tersebut juga sebagai persiapan
kognitif berupa ide atau konsep dan secara
menyongsong
bertahap peserta didik mengembangkan
2013 yang secara eksplisit mencantumkan
abstraksi atau imajinasinya. Pada masa ini
Kompetensi Inti berupa keterampilan dan
siswa
SMP/MTs mulai dilatih untuk
sikap. LKS yang dikembangkan antara lain:
berpikir hipotesis, proporsional, evaluatif,
LKS Perubahan Energi dalam Tubuhku,
analitis, sintesis, dan logis. Oleh karena itu,
LKS Pernapasanku dan Gangguannya, dan
sangat cocok jika siswa dilatih inkuiri
LKS Tegangan Permukaan.
untuk mengembangkan segala kemampuan
a. Pemilihan format.
konkrit, mulai
merupakan
hal
penting
pemberlakuan
yang
kurikulum
yang dimiliki berdasarkan perkembangan
Pemilihan format LKS yang diadaptasi
kognitifnya melalui pengenalan fenomena
dari format LKS menurut Slamet, Paidi,
alam yang dapat diobservasi atau tidak
Insih (2011) yakni meliputi:
dapat diobservasi menggunakan indera
1) Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan
sesuai dengan KD
yang dimilikinya.
2. Design (D-2)/Planning
Perancangan
2) Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai
produk
dilakukan
untuk
dengan KD.
perangkat
3) Alat dan bahan, jika kegiatan belajar
pembelajaran IPA terpadu yang akan disusun
memerlukan alat dan bahan, maka
berdasarkan hasil define. Tahap ini meliputi tiga
dituliskan alat dan bahan yang
langkah, yakni:
diperlukan.
menyiapkan bahan ajar ataupun
4) Prosedur Kerja,
a. Pemilihan media
Media
yang
dikembangkan
dipilih
berdasarkan
untuk
analisis
kebutuhan yang ada pada tahap define.
Berdasarkan
mempermudah
siswa
melakukan
kegiatan belajar.
maka
dipilih
LKS
berbasis
guided
siswa
dengan
pengamatan atau pengukuran. Untuk
siswa
kegiatan yang tidak memerlukan
Hal
mempertimbangkan
tersebut
karakteristik
yang belum terlatih berinkuiri.
Adapun LKS yang dikembangkan
difokuskan
kerja untuk siswa yang berfungsi
define
pengembangan
inquiry.
berisi petunjuk
kepada
5) Tabel Data, berisi tabel di mana
dapat
mencatat
hasil
data, maka bisa diganti dengan
kotak kosong di mana siswa dapat
pengembangan
8
menulis,
menggambar,
atau
3) LKS
berhitung.
“Tegangan
mengembangkan
solving
6) Bahan diskusi, berisi pertanyaan-
Permukaan”
problem
aspek
meliputi:
mengidentifikasi
pertanyaan yang menuntun siswa
masalah, merumuskan masalah dalam
melakukan
dan
bentuk pertanyaan, identifikasi asumsi,
melakukan konseptualisasi. Untuk
dan menyelesaikan masalah secara
beberapa mata pelajaran, seperti
terencana.
analisis
data
bahasa, bahan diskusi bisa berupa
Aspek
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
dikembangkan ditentukan dan diseleksi
refleksi.
dengan
keterampilan
berpikir
mempertimbangkan
yang
peluang
LKS yang disusun berbasis guided
kemunculannya dalam tiap-tiap
inquiry dengan memperhatikan langkah-
kegiatan LKS sehingga dapat
langkahnya berupa: merumuskan masalah,
pengembangannya dari kegiatan satu ke
merumuskan
kegiatan selanjutnya.
data,
hipotesis,
meganalisis
mengumpulkan
data,
mengambil
kesimpulan dan generalisasi.
untuk
Sikap ilmiah yang dikembangkan
dalam ketiga LKS meliputi:rasa ingin tahu,
LKS guided inquiry yang disusun
difokuskan
diketahui
mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu
creative thinking, critical thinking, ataupun
fleksibilitas dalam berpikir, respek terhadap
fakta, dan refleksi kritis.
3. Pengembangan (Develop)
a.Validasi Ahli
problem solving. Adapun rincian aspek
Pada tahap ini dilakukan validasi
penekanan keterampilan berpikir dalam
terhadap produk berupa LKS integrated
LKS sebagai berikut:
science berbasis guided inquiry learning
1) LKS
“Perubahan
Tubuhku”
Energi
dalam
yang
mengembangkan
aspek
keterampilan berpikir dan sikap ilmiah.
difokuskan
untuk
pengembangan
critical thinking, meliputi:attributing,
Teknik analisis data untuk validasi
grouping & classifying, comparing &
perangkat pembelajaran dilakukan dengan
contrasing, detecting bias, analyzing,
langkah-langkah
making conclusion.
mentabulasikan semua data yang diperoleh
2) LKS Pernafasanku dan Gangguannya
mengembangkan
aspek
creative
sebagai
berikut:
(1)
dari validator untuk setiap komponen dari
butir
penilaian
yang
tersedia
dalam
thinking, meliputi:penurunan ide-ide,
instrumen penilaian, (2) menghitung skor
relasi, inferensi, sintesis, hipotesis, dan
total rata-rata setiap komponen, serta (3)
membuat analogi.
mengubah skor rata-rata menjadi nilai
9
dengan kriteria. Hasil penilaian validasi dari
dosen disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.
Beberapa masukan pada saat validasi salah satunya
adalah penggantian judul LKS yang semula
Tabel
1. Hasil Validasi Kelayakan LKS
“Perubahan Energi dalam Tubuhku”
No Aspek
Skor Kategori
Kelayakan
1
Kesesuaian
3,8
Sangat Baik
Syarat Materi
3,26 Sangat Baik
2
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
3
Kesesuaian
4
Sangat Baik
Syarat
Konstruksi
4
Kesesuaian
4
Sangat Baik
Syarat Teknis
Tabel 2. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Sistem
Pernafasanku dan Gangguannya”
No
1
2
3
4
Aspek
Kelayakan
Kesesuaian
Syarat Materi
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
Kesesuaian
Syarat Teknis
Skor
Kategori
3,25
Baik
3,13
Baik
3,8
Sangat Baik
3,6
Sangat Baik
Tabel 3. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Tegangan
Permukaan”
No Aspek
Skor Kategori
Kelayakan
1
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat Materi
2
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat
Penyajian
3,20 Baik
3
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
4
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat Teknis
“Pernapasanku
dan
Gangguannya”
menjadi
“Batang Kecil yang Mematikan”, “Tegangan
Permukaan” menjadi “Pencemaran Air”.
LKS
yang direvisi selanjutnya disebut Draft 1. LKS
Draft 1 selanjutnya divalidasi oleh tiga orang Guru.
Adapun hasil validasi sebagaimana tabel 4,5, dan
6.
Tabel 4. Hasil Validasi Kelayakan LKS Perubahan
Energi dalam Tubuhku
No Aspek Kelayakan
Skor Kategori
1
Kesesuaian
Syarat 3,39 Sangat Baik
Materi
2
Kesesuaian
Syarat 3,28 Sangat Baik
Penyajian
3
Kesesuaian
Syarat 3,25 Baik
Konstruksi
4
Kesesuaian
Syarat 3,40 Sangat Baik
Teknis
Tabel 5. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Batang
Kecil yang Mematikan”
No Aspek Kelayakan
Skor Kategori
1
Kesesuaian
Syarat 3,4
Baik
Materi
2
Kesesuaian
Syarat 3,3
Baik
Penyajian
3
Kesesuaian
Syarat 3,1
Baik
Konstruksi
4
Kesesuaian
Syarat 3,1
Baik
Teknis
Tabel
No
1
2
3
4
6. Hasil Validasi
“Pencemaran Air”
Aspek Kelayakan
Kesesuaian
Syarat
Materi
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
Kesesuaian
Syarat
Teknis
Kelayakan
LKS
Skor
3,14
Kategori
Baik
2,98
Baik
2,88
Baik
3,07
Baik
10
Berdasarkan hasil validasi yang telah
disajikan sebelumnya, dan hasil revisi sesuai saran
ahli menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan
Comparing and constructing
Analyzing
Making conclusion
Grouping and classifying
Detecting bias
√
√
√
√
√
telah sesuai dengan pendekatan inkuiri. Para
validator menyatakan bahwa LKS dapat digunakan
setelah dilakukan revisi sesuai saran. Dengan
demikian,setelah dilakukan revisi dapat dinyatakan
bahwa produk akhir LKS layak digunakan dalam
pembelajaran.
LKS yang dikembangkan menggunakan
pendekatan
inkuiri
dimana
siswa
disajikan
permasalahan yang memancing keingintahuan,
dengan
demikian
siswa
didorong
untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan mencari
informasi melalui kegiatan eksperimen, kemudian
mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang
mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan pendekatan
inkuiri secara berulang-ulang dapat meningkatkan
kemampuan
penemuan
pada
bersangkutan.
Penggunaan
siswa
pendekatan
yang
inkuiri
mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif
dan
kreatif
sehingga
dapat
mengembangkan
keterampilan berpikir baik kritis, kreatif maupun
Data hasil validasi ahli tentang potensi LKS
untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan
scientific attitude disajikan pada Tabel 7,8,9 dan
10.
Tabel 7.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Berpikir
Kritis dalam LKS “Perubahan Energi dalam
Tubuhku”oleh Ahli
Attributing making conclusion,
grouping and classifying, dan
detecting bias)
Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif
Perumusan hipotesis
Membuat analogi
Relasi
Sintesis
Pencetusan ide
Inferensi
Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak
√
Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
Tabel 9.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Pemecahan
Masalah dalam LKS “Tegangan
Permukaan”oleh Ahli
Aspek Keterampilan Pemecahan
Masalah
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Identifikasi asumsi
Pemecahan masalah
Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak
√
√
√
√
Tabel 10.
Hasil Validasi Muatan Sikap Ilmiah
dalam LKS oleh Ahli
Aspek
keterampilan pemecahan masalah.
Aspek Keterampilan Berpikir
Kritis
Tabel 8.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Berpikir
Kreatif dalam LKS “Pernafasanku dan
Gangguannya”oleh Ahli
Penyajian
LKS secara
umum
mencakup
keseluruhan
aspek sikap
ilmiah yang
dinilai (sikap
ingin tahu,
fleksibilitas
dalam cara
berpikir,
respek
terhadap data,
dan refleksi
A
B
C
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
√
√
√
11
Berdasarkan analisis data hasil validasi ahli
kritis)
Penyajian
LKS secara
umum
mendorong
peserta didik
menggunakan
sikap ilmiah
dalam
kegiatan
√
Perumusan
masalah pada
LKS
mendorong
sikap ingin
tahu peserta
didik
√
Penyusunan
kegiatan
pengumpulan
data sampai
pada
kesimpulan
mendorong
sikap respek
terhadap data
√
Penyusunan
kegiatan LKS
memberikan
kesempatan
peserta didik
untuk
melakukan
diskusi
sehingga
memunculkan
sikap
fleksibilitas
dalam cara
berpikir
√
Penyusunan
kegiatan LKS
memberikan
kesempatan
untuk
melakukan
sikap refleksi
kritis
√
√
√
tentang potensi LKS untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan scientific attitude dapat
disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan
berpotensi mengembangkan keterampilan berpikir
dan scientific attitude siswa. Hal ini terlihat dari
masing-masing
√
√
kegiatan
LKS
keterampilan-keterampilan
keterampilan
berpikir
kritis,
muncul
berpikir
baik
kreatif
maupun
keterampilan pemecahan masalah serta muncul
potensi untuk mengembangkan scientific attitude.
Adapun aspek keterampilan berpikir kritis yang
√
√
muncul
dalam
LKS
meliputi
attributing,
comparing and constructing, analyzing, making
conclusion, grouping and classifying, detecting
bias., sedangkan aspek keterampilan berpikir
kreatif
yaitu
perumusan
hipotesis,
membuat
analogi, relasi, sintesis, pencetusan ide, dan
√
√
inferensi. Keterampilam mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah, identifikasi asumsi, dan
pemecahan masalah merupakan aspek keterampilan
problem solving (pemecahan masalah) yang mucul
dalam LKS. Sikap ilmiah yang muncul dalam LKS
meliputi sikap ingin tahu, respek terhadap data,
fleksibilitas dalam berpikir, dan refleksi kritis.
√
√
Keterangan:
A=LKS “Pernafasanku dan Gangguannya”;
B=LKS “Perubahan Energi dalam Tubuhku”
C=LKS “Tegangan Permukaan”
12
SIMPULAN & SARAN
Simpulan
1.
Worksheet of integrated science berbasis
guided inquiry learning yang dikembangkan
telah layak digunakan dalam pembelajaran
kurikulum 2013.
2.
Worksheet of integrated science berbasis
guided inquiry learning berpotensi untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan
Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K
(2007). Guided Inquiry (learning in The 21st
Century). London: Libraries Unlimited.
Martin,R., Sexton, C., Franklin,T., et al. (2005).
Teaching science for all children, inquiry
methods for constructing understanding.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W. (1986).
Becoming a secondary school science
teacher.
Sydney:
Merril
Publishing
Company.
scientific attitude siswa berdasarkan hasil
analisis dan validasi ahli.
Saran
Worksheet of integrated science yang telah
dikembangkan dan dinyatakan layak digunakan
dalam pembelajaran sebaiknya diujicobakan di
lapangan untuk mengetahui secara empiris apakah
memang
benar
mengembangkan
LKS
keterampilan
tersebut
berpikir
dapat
dan
scientific attitude siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Boden, M.A. (1998). Creativity and Artificial
Intelligence. Artificial Intelligence Journal.
103, pp. 347-356.
Carin, Arthur A., & Robert B. Sund. 1975.
Teaching science
through discovery.
Columbus: Charless E. Merrill Publishing
Company, Abell & Howell Company.
Depdiknas. (2011). Panduan pengembangan
pembelajaran IPA secara terpadu. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama
Harlen, W. (2000). Teaching learning & assessing
science 5-12. London: Paul Chapman
Publishing Ltd.
Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP.
Yogyakarta:Prodi IPA UNY.
13