pengembangan integrated science worksheet berbasis guided inquiry learning dalam rangka menyongsong

PENGEMBANGAN INTEGRATED SCIENCE WORKSHEET BERBASIS GUIDED INQUIRY
LEARNING DALAM RANGKA MENYONGSONG KURIKULUM 2013
THE DEVELOPMENT OF INTEGRATED SCIENCE WORKSHEET ON THE OCCASION OF
“KURIKULUM 2013”
Oleh: Asri Widowati & Putri Anjarsari, FMIPA UNY
E-mail: putri_anjarsari@uny.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan worksheet of integrated science berbasis guided
inquiry learning yang layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan scientific attitude siswa SMP. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan dengan memodifikasi langkah-langkah penelitian 4-D (four-D models) dan Borg
dan Gall namun dibatasi pada tahap develop. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Juli 2013 s/d
November 2013. Intrumen pengumpulan data berupa lembar penilaian kelayakan perangkat pembelajaran
serta lembar identifikasi keterampilan berpikir dan scientific attitude. Teknik analisis data dilakukan secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak
digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan
berpikir serta scientific attitude siswa SMP.
Kata kunci: integrated science, guided inquiry, kurikulum 2013
Abstract
The Study was conducted to make integrated science woksheet that can be apllied in “kurikulum
2013” instruction, especially to improve students’thinking skills and students’scientific attitude. The study

was a Research and Development (R & D), modified four-D and Borg & Gall models. The subjects of the
study were the students of junior high school which was conducted on July until November 2013. The
results of the study show that integrated science worksheet can be applied in “kurikulum 2013” instruction
and potential to develop students’thinking skills and students’scientific attitudes in junior high school.
Key words: integrated science, guided inquiry, “kurikulum 2013”.

PENDAHULUAN
Pendidikan pada

merupakan

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum di

proses panjang dan berkelanjutan untuk membantu

Indonesia telah mengalami beberapa kali penataan.

manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu

Penataan


menghadapi

terjadi.

perkembangan sains dan teknologi, psikologi

Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan

siswa, lingkungan alami dan sosial, serta tuntutan

penyempurnaan

yang

dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum 2013

mendukungnya, terutama kurikulum. Kurikulum

muncul akibat adanya kesenjangan kurikulum saat


adalah seperangkat rencana dan pengaturan sebagai

ini dengan konsep ideal yang diharapkan, meliputi

pedoman

aspek kompetensi lulusan, materi pembelajaran,

setiap

dasarnya

perubahan

terhadap

pelaksanaan

aspek


yang
dasar

pembelajaran

untuk

kurikulum

disesuaikan

dengan

1

proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan

dalam perolehan sains di dunia. Berdasarkan hasil


tenaga kependidikan, serta pengelolaan kurikulum.

PISA, hampir 25% dari siswa di Indonesia belum

Pelaksanaan

mampu

penyusunan

kurikulum

2013

menggunakan

keterampilan

sains,


merupakan kelanjutan pengembangan kurikulum

sedangkan berdasarkan hasil TIMS, kemampuan

berbasis Kompetensi (KBK) yang dirintis pada

berpikir siswa Indonesia belum mencapai level

tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,

tertinggi (kemampuan reasoning with incomplete

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

information), hanya 3% yang memiliki kemampuan

antisipasi

reasoning, 10% kemampuan appliying, 23%


adanya pergeseran paradigma belajar abad 21,

kemampuan low (knowing), dan sisanya memiliki

bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia

kemampuan very low.

Kurikulum

2013

merupakan

yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui

Rendahnya

kemampuan


sains/IPA

di

penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan

Indonesia sangat erat kaitannya dengan proses

(tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang

pembelajaran yang dilakukan. IPA tidak hanya

terintegrasi. Kerangka kompetensi abad 21 yang

berupa fakta, konsep, hukum, teori, namun juga

menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum

keterampilan dan sikap yang bisa digali melalui


2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang

proses pembelajaran. Pembelajaran IPA yang

membekali pengetahuan saja tidak cukup, sehingga

berorientasi pada ujian akan menjadikan siswa

harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis

lebih berpikir secara konvergen, akibatnya siswa

dan kreatif, berkarakter, serta didukung dengan

kurang berpikir kritis dan kreatif.

informasi

IPA dalam kurikulum 2013 dikembangkan


dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut

sebagai mata pelajaran integrative science (IPA

dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu

terpadu),

Pengetahuan Alam (IPA).

Pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara

kemampuan memanfaatkan teknologi

bukan

sebagai

disiplin


ilmu.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran

terpadu. Pengertian terpadu dalam penelitian ini

yang memiliki arti penting dalam membangun

lebih merujuk pada makna yang dianjurkan

bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam

Depdiknas (2011: 3) yaitu pembelajaran IPA

pergaulan internasional ditentukan oleh beberapa

terpadu dilaksanakan sebagai upaya agar peserta

paramater, tiga diantaranya adalah science literacy,

didik dapat memahami obyek secara utuh (holistik)

mathematic literacy, serta language literacy.

dan dapat memecahkan permasalahan dalam

for

kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Materi

International Student Assessment (PISA), Trends in

diajarkan dengan memadukan beberapa bidang

Mathematics and science Study (TIMS) dirancang

kajian dalam IPA agar peserta didik dapat berpikir

untuk menilai literasi sains dan kemampuan

holistik.

berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di

keterampilan proses, keterampilan berpikir dan

Indonesia selalu berada pada rangking rendah

keterampilan pemecahan masalah diajarkan agar

Program-program

seperti

Programme

Keterampilan-keterampilan

seperti

2

siswa dapat memecahkan permasalahan secara

(1986: 185-186) menyatakan bahwa apabila peserta

kontekstual.

didik tidak memiliki cukup pengalaman dalam

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan

pembelajaran

menggunakan

inkuiri,

maka

pembelajaran IPA saat ini masih belum dilakukan

pembelajaran dilakukan secara tersusun terlebih

secara integratif, yaitu masih sebagai disiplin ilmu

dahulu. Setelah mereka memiliki pengalaman

dan

dalam penyelidikan, penyusunan tersebut harus

belum

menampakkan

keterampilan-

keterampilan IPA khususnya keterampilan berpikir
kritis,

kreatif

masalah.

dan

keterampilan

Pertimbangan

pemecahan

banyaknya

materi

dikurangi.
Pembelajaran inkuiri berusaha membantu
siswa belajar dan memperoleh pengetahuan serta

pembelajaran dan kurangnya waktu menjadikan

membangun

guru bertindak sebagai sumber informasi utama

Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan

sehingga

kurang

inkuiri siswa belajar cara mengorganisasikan dan

bermakna. Dalam kurikulum 2013, jam belajar per

mengadakan penelitian secara mandiri sehingga

minggu untuk mata pelajaran IPA ditambah dari

konsep yang didapatkan mudah diingat. Oleh

semula

karena itu, penting untuk membelajarkan IPA

pembelajaran

4

IPA

menjadi 5 jam.

menjadi

Dengan adanya

konsep-konsep

pendekatan

mereka

inkuiri.

sendiri.

penambahan jam belajar ini, seharusnya tidak ada

menggunakan

alasan lagi bagi guru untuk tidak membelajarkan

inkuiri didahului dengan adanya masalah, sehingga

keterampilan IPA secara komprehensif. Selain itu,

selain keterampilan berpikir kritis dan kreatif,

bahan ajar yang beredar di sekolah adalah bahan

siswa juga dapat mengembangkan keterampilan

ajar yang hanya covernya saja IPA terpadu tetapi

pemecahan masalah.

content-nya belum menunjukkan keterpaduan.

Kemampuan

berpikir

Pendekatan

kritis

adalah

Tentunya ketersediaan bahan ajar IPA terpadu yang

kemampuan untuk menganalisis situasi yang

masih minim dapat menjadi kendala berarti karena

kompleks dengan menggunakan objektifitas dan

bahan

konsistensi sebagai standar. Berpikir kritis berbeda

ajar

diperlukan

untuk

mendukung

dengan berpikir “unreflective”, yaitu mengambil

pencapaian kompetensi pembelajaran.
Guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan

proses

pembelajaran

yang

keputusan, menerima suatu pernyataan, membuat
keputusan tanpa pertimbangan lebih matang.

berorientasi pada siswa aktif belajar. Salah satu

Kreativitas merupakan hasil kerja keras dan

cara untuk membelajarkan siswa secara aktif yaitu

kerja yang berkesinambungan, bukan sesuatu yang

melalui pendekatan inkuiri, namun apabila siswa

instant dari suatu aktivitas. Senada dengan hal

belum

tersebut, Boden (1998) mendefinisikan kreativitas

terbiasa

melakukan

pembelajaran

menggunakan inkuiri, maka dapat digunakan
pendekatan

guided

inquiry

yaitu

suatu

pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
yang lebih terbimbing. Trowbridge dan Bybee

sebagai berikut:
“Creativity “is a fundamental feature of
human intelligence in general. It is
grounded in everyday capacities such as the
association of ideas, reminding, perception,
analogical thinking, searching a structured
3

problem-space,
and reflecting selfcriticism. It involves not only a cognitive
dimension (the generation of new ideas) but
also motivation and emotion, and is closely
linked to cultural context and personality
factors.
Carin & Sund (1975: 307) mengemukakan
untuk

memunculkan

kreativitas

dalam

pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut: (1) mengembangkan kepercayaan
yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2)
mendorong

terjadinya komunikasi secara bebas;

(3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian
secara individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak
terlalu ketat.
Pendekatan inkuiri dapat mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah.

Beberapa

keterampilan pemecahan masalah yaitu identifikasi
masalah, perumusan masalah, identifikasi asumsi,
pemecahan masalah.
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan
pembelajaran yang berusaha meletakkan dasar dan
mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut
Martin et al (2005: 184-185),
penggunaan

proses-proses

inkuiri adalah

sains,

pengetahuan

ilmiah, dan sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa
suatu permasalahan dan berpikir kritis. Sedangkan
menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari,
A.K (2007:2), Inquiry is an approach to learning
whereby students find and use a variety sources of
information

and

ideas

to

increase

their

understanding of a problem, topic, or issue. Jadi,
pendekatan

inkuiri

adalah

suatu

pendekatan

pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk
pemahaman

konsep-konsep

sains,

belajar

bagaimana mempelajari sesuatu, menjadi seseorang
pembelajar yang mandiri untuk mengembangkan

kemampuan berpikir secara ilmiah. Hasil dari
pembelajaran inkuiri, siswa dapat memahami cara
menemukan sendiri konsep-konsep dan melakukan
eksperimennya
pengetahuan

sendiri
yang

atau

telah

menerapkan

diperoleh

pada

membekali

siswa

lingkungannya.
Pendekatan

inkuiri

dengan keterampilan-keterampilan IPA, seperti
keterampilan proses, keterampilan berpikir (kritis,
kreatif, pemecahan masalah), dan juga sikap ilmiah
(scientific attitude). Harlen (2000:73) menyatakan
bahwa sikap ilmiah merupakan komponen dalam
kegiatan inkuiri. Namun, saat ini pembelajaran IPA
masih

menekankan

pada

produk,

sehingga

keterampilan-keterampilan dan sikap dalam IPA
tersebut belum dikembangkan secara optimal
melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran memerlukan adanya
suatu pedoman berupa perangkat pembelajaran
yang berperan penting dalam tercapainya tujuan
pembelajaran. Pemerintah pada tahun ini sedang
mempersiapkan buku sebagai bahan ajar dan
sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum
2013. Namun, ketersediaan buku saja dalam
kegiatan

pembelajaran

belum

cukup

untuk

menunjang keberhasilan pembelajaran. Dalam
kegiatan eksplorasi yang berupa penyelidikan,
diperlukan adanya Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
LKS yang saat ini beredar di lapangan belum
sesuai

dengan

kurikulum

2013

yang

akan

diterapkan. Selain karena materi yang disajikan
masih dalam satu disiplin ilmu saja, kegiatan dalam
LKS juga masih belum menekankan kegiatan
inkuiri ilmiah. Untuk itu, dirasa perlu untuk
mengembangkan LKS IPA terpadu (worksheet of
4

integrated

science)

menggunakan

pendekatan

dilakukan, dan hasilnya digunakan sebagai

guided inquiry guna mengembangkan keterampilan

bahan

berpikir (kritis, kreatif dan pemecahan masalah)

permasalahan

serta sikap (scientific attitude).

pembelajaran IPA.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan

untuk

mengidentifikasi

yang

ada

dalam

c. Analisis karakteristik siswa

worksheet of integrated science berbasis guided

Analisis dilakukan melalui wawancara

inquiry learning yang layak digunakan dalam

untuk

pembelajaran kurikulum 2013, khususnya untuk

keterampilan siswa yang belum optimal

mengembangkan

dalam pembelajaran IPA.

keterampilan

berpikir

dan

scientific attitude siswa SMP.

mengetahui

planning

pengembangan

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
(research and development). Model pengembangan
yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
model 4-D (Four D Models) dan Borg dan Gall.
terperinci

masing-masing

langkah pengembangan adalah sebagai berikut:
1. Define

(D-1)/Research

and

Information

Collection
kurikulum

dilakukan

dengan

membandingkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan

dengan

tujuannya

untuk

kurikulum

2013,

mengakomodasi

kebutuhan dalam pembelajaran IPA yang
belum optimal dari kurikulum sebelumnya.
b. Analisis kondisi pembelajaran
Analisis dilakukan melalui observasi untuk
melihat proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh

gambaran

nyata

tentang

pembelajaran IPA di sekolah, perangkat
pembelajaran
digunakan,

(khususnya
proses

LKS)

yang

pembelajaran

yang

atau

produk

perencanaan

dilakukan

melalui

analisis tugas, meliputi analisis struktur isi,
analisis

konsep,

pembelajaran

dan

yang

analisis

tujuan

disesuaikan

dengan

kurikulum 2013.
3. Develop (D-3)/Develop Preliminary Form of
Product
Desain

produk

integrated

a. Analisis kurikulum
Analisis

dan

2. Design (D-2)/Planning
Tahap

Penjelasan

karakter

science

worksheet

berupa
yang

telah

of

dirancang

selanjutnya akan dinilai (validasi) oleh beberapa
ahli,

sehingga

dapat

diketahui

kelayakan

perangkat pembelajaran tersebut. Hasil validasi
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
potensi

LKS

dalam

mengembangkan

keterampilan berpikir dan scientific attitude
siswa.
Instrumen

pengumpulan

data

dalam

penelitian ini berupa lembar penilaian kelayakan
perangkat serta lembar identifikasi ketercakupan
keterampilan berpikir dan scientific attitude
dalam LKS.

5

persoalan yang perlu didiskusikan siswa dari data

a. Lembar penilaian kelayakan perangkat
Instrumen lembar penilaian kelayakan

hasil percobaan.

perangkat digunakan untuk memperoleh

Adapun hal prinsip yang perlu diperhatikan

data tentang saran atau komentar dan

dalam pengembangan LKS dalam penelitian ini

penialaian dari ahli materi, ahli media, guru

adalah penekanan LKS pada kemampuan berpikir

IPA. Hasil penialaian dijadikan dasar untuk

dan

perbaikan

pengembangan kurikulum 2013 adalah adanya

masing-masing

perangkat

b. Lembar identifikasi keterampilan berpikir
scientific

attitude

yang

dapat

dimunculkan dalam LKS.
Instrumen

lembar

identifikasi

keterampilan berpikir dan scientific attitude
digunakan untuk mengetahui potensi LKS
dalam

ilmiah.

Salah

satu

rasional

tantangan eksternal berupa globalisasi sehingga

pembelajaran.

dan

sikap

mengembangkan

keterampilan

berpikir dan scientific attitude

siswa.

Lembar ini berupa check list kemunculan
setiap aspek keterampilan berpikir dan
sikap ilmiah yang kemudian diidentifikasi
indikator kemunculannya

dalam setiap

bagian kegiatan dalam LKS.

diperlukan

kemampuan-kemampuan

seperti

kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan
kritis, serta kemampuan untuk hidup dalam
masyarakat

yang

mengglobal.

Kemampuan-

kemampuan tersebut dapat dikuasai apabila siswa
memiliki keterampilan berpikir, yaitu kritis, kreatif,
maupun keterampilan pemecahan masalah.
Kurangnya muatan karakter dan penekanan
yang

berlebihan

pada

aspek

kognitif

juga

merupakan beberapa rasional mengapa kurikulum
2013 perlu dikembangkan. Kompetensi inti yang
berupa kompetensi sikap tertulis jelas dalam
kurikulum 2013. LKS yang dikembangkan dalam
penelitian juga tidak hanya menekankan pada

Analisis data yang berupa komentar, saran,

aspek keterampilan berpikir saja, melainkan juga

dan revisi serta hasil identifikasi keterampilan

pada aspek sikap ilmiah sesuai dengan kompetensi

berpikir dan scientific attitude dianalisis secara

inti 2 dalam kurikulum 2013.

deskriptif kualitatif dan disimpulkan sebagai
masukan

untuk

merivisi

produk

yang

dikembangkan.

Pengarahan siswa untuk mengembangkan
keterampilan

dan

scientific

attitude

melalui LKS dilakukan menggunakan pendekatan
inkuiri,

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

berpikir

dimana

ditekankan

dalam

kegiatan

pendekatan

scientific

ini

seperti

juga
yang

LKS di dalam mata pelajaran yang berbeda

diamanahkan dalam kurikulum 2013. Melalui

akan berbeda pula bentuknya. LKS di dalam mata

pendekatan inkuiri siswa diberikan masalah yang

pelajaran IPA umumnya berisi panduan kegiatan

menarik keingintahuan, sehingga siswa termotivasi

penyelidikan atau eksperimen, tabel data, dan

untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir.
6

Setelah LKS melalui tahap pendefinisian (define)

pengetahuan IPA secara parsial dan

dan perancangan (design) maka diperoleh produk

belum mengkaitkan antar aspek IPA.

pengembangan (draf I). Produk draf I inilah yang

2) Pembelajaran masih didominasi guru

akan divalidasi oleh dosen ahli materi dan ahli
media.

sebagai sumber informasi.

Validator menilai produk draf awal

3) LKS yang dipergunakan oleh guru

berdasarkan hasil analisis terhadap LKS yang

masih tipe cook book (resep) sehingga

diberikan. Penjelasan masing-masing tahap dalam

siswa hanya melakukan apa yang ada di

pengembangan LKS adalah sebagai berikut:

LKS, dan ada juga yang hanya sekedar

1. Define

and

(D-1)/Research

Information

Collection

menyampaikan

tugas

apa

yang

dikerjakan secara lisan.

a. Analisis kurikulum

c. Analisis karakteristik siswa

Kurikulum yang masih berlaku di
SMP saat ini adalah Kurikulum Tingkat

Hasil observasi menunjukkan bahwa:
1) Siswa

belum

terlatih

dalam

Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP,

berinkuiri. Mereka masih sekedar

masih dimungkinkan untuk memadukan

melakukan kegiatan sebagaimana

kompetensi IPA agar terpadu. Adapun

yang diminta dalam langkah kerja

Kompetensi Dasar yang dipilih dalam

atau arahan dari guru.

KTSP

juga

mempertimbangkan

2) Sikap ilmiah siswa masih belum

Kompetensi Dasar IPA dalam kurikulum

dikembangkan

2013. Adapun tema yang diangkat sebagai

Keingintahuan siswa masih rendah.

judul integrated science worksheet antara

dengan

baik.

3) Siswa belum diajak secara aktif

lain: Perubahan Energi dalam Tubuhku,

untuk

Pernapasanku

misalnya berpikir kritis terhadap isu-

dan

Gangguannya,

dan

berpikir

tingkat

tinggi,

Tegangan Permukaan.

isu yang berkembang di masyarakat,

b. Analisis kondisi pembelajaran

berpikir

Hasil

observasi

pembelajaran

menunjukkan bahwa:

suatu

kreatif

produk/model,

berpikir

1) Pembelajaran yang ada di lapangan

IPA.

kurikulum 2013 yang mengamanatkan

Berdasarkan

IPA

secara

solutif

membuat
,

ataupun
terhadap

permasalahan yang berkaitan dengan

masih kurang sesuai dengan arahan dari
pembelajaran

untuk

empat

tahapan

terpadu.

perkembangan kognitif menurut Piaget,

Pembelajaran IPA masih dilaksanakan

peserta didik SMP/MTs berada pada masa

secara terpisah-pisah, yakni Biologi,

transisi dari tahap operasional konkrit

Fisika, dan Kimia. Siswa memperoleh

menuju operasional formal. Pada tahap
operasional konkrit siswa masih berpikir
7

mengembangkan operasi

keterampilan berpikir dan sikap ilmiah,

mental seperti penjumlahan, pengurangan,

karena keterampilan berpikir dan sikap

perkalian, pembagian, kombinasi, analisis

ilmiah

sederhana, klasifikasi, dan komunikasi.

dikembangkan sebagaimana tuntutan abad

Siswa mulai mengembangkan struktur

21. Hal tersebut juga sebagai persiapan

kognitif berupa ide atau konsep dan secara

menyongsong

bertahap peserta didik mengembangkan

2013 yang secara eksplisit mencantumkan

abstraksi atau imajinasinya. Pada masa ini

Kompetensi Inti berupa keterampilan dan

siswa

SMP/MTs mulai dilatih untuk

sikap. LKS yang dikembangkan antara lain:

berpikir hipotesis, proporsional, evaluatif,

LKS Perubahan Energi dalam Tubuhku,

analitis, sintesis, dan logis. Oleh karena itu,

LKS Pernapasanku dan Gangguannya, dan

sangat cocok jika siswa dilatih inkuiri

LKS Tegangan Permukaan.

untuk mengembangkan segala kemampuan

a. Pemilihan format.

konkrit, mulai

merupakan

hal

penting

pemberlakuan

yang

kurikulum

yang dimiliki berdasarkan perkembangan

Pemilihan format LKS yang diadaptasi

kognitifnya melalui pengenalan fenomena

dari format LKS menurut Slamet, Paidi,

alam yang dapat diobservasi atau tidak

Insih (2011) yakni meliputi:

dapat diobservasi menggunakan indera

1) Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan
sesuai dengan KD

yang dimilikinya.
2. Design (D-2)/Planning
Perancangan

2) Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai

produk

dilakukan

untuk

dengan KD.

perangkat

3) Alat dan bahan, jika kegiatan belajar

pembelajaran IPA terpadu yang akan disusun

memerlukan alat dan bahan, maka

berdasarkan hasil define. Tahap ini meliputi tiga

dituliskan alat dan bahan yang

langkah, yakni:

diperlukan.

menyiapkan bahan ajar ataupun

4) Prosedur Kerja,

a. Pemilihan media
Media

yang

dikembangkan

dipilih

berdasarkan

untuk
analisis

kebutuhan yang ada pada tahap define.
Berdasarkan

mempermudah

siswa

melakukan

kegiatan belajar.

maka

dipilih

LKS

berbasis

guided

siswa

dengan

pengamatan atau pengukuran. Untuk

siswa

kegiatan yang tidak memerlukan

Hal

mempertimbangkan

tersebut
karakteristik

yang belum terlatih berinkuiri.
Adapun LKS yang dikembangkan
difokuskan

kerja untuk siswa yang berfungsi

define

pengembangan
inquiry.

berisi petunjuk

kepada

5) Tabel Data, berisi tabel di mana
dapat

mencatat

hasil

data, maka bisa diganti dengan
kotak kosong di mana siswa dapat

pengembangan
8

menulis,

menggambar,

atau

3) LKS

berhitung.

“Tegangan

mengembangkan
solving

6) Bahan diskusi, berisi pertanyaan-

Permukaan”
problem

aspek

meliputi:

mengidentifikasi

pertanyaan yang menuntun siswa

masalah, merumuskan masalah dalam

melakukan

dan

bentuk pertanyaan, identifikasi asumsi,

melakukan konseptualisasi. Untuk

dan menyelesaikan masalah secara

beberapa mata pelajaran, seperti

terencana.

analisis

data

bahasa, bahan diskusi bisa berupa

Aspek

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

dikembangkan ditentukan dan diseleksi

refleksi.

dengan

keterampilan

berpikir

mempertimbangkan

yang
peluang

LKS yang disusun berbasis guided

kemunculannya dalam tiap-tiap

inquiry dengan memperhatikan langkah-

kegiatan LKS sehingga dapat

langkahnya berupa: merumuskan masalah,

pengembangannya dari kegiatan satu ke

merumuskan

kegiatan selanjutnya.

data,

hipotesis,

meganalisis

mengumpulkan

data,

mengambil

kesimpulan dan generalisasi.
untuk

Sikap ilmiah yang dikembangkan
dalam ketiga LKS meliputi:rasa ingin tahu,

LKS guided inquiry yang disusun
difokuskan

diketahui

mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu
creative thinking, critical thinking, ataupun

fleksibilitas dalam berpikir, respek terhadap
fakta, dan refleksi kritis.
3. Pengembangan (Develop)
a.Validasi Ahli

problem solving. Adapun rincian aspek

Pada tahap ini dilakukan validasi

penekanan keterampilan berpikir dalam

terhadap produk berupa LKS integrated

LKS sebagai berikut:

science berbasis guided inquiry learning

1) LKS

“Perubahan

Tubuhku”

Energi

dalam

yang

mengembangkan

aspek

keterampilan berpikir dan sikap ilmiah.

difokuskan

untuk

pengembangan

critical thinking, meliputi:attributing,

Teknik analisis data untuk validasi

grouping & classifying, comparing &

perangkat pembelajaran dilakukan dengan

contrasing, detecting bias, analyzing,

langkah-langkah

making conclusion.

mentabulasikan semua data yang diperoleh

2) LKS Pernafasanku dan Gangguannya
mengembangkan

aspek

creative

sebagai

berikut:

(1)

dari validator untuk setiap komponen dari
butir

penilaian

yang

tersedia

dalam

thinking, meliputi:penurunan ide-ide,

instrumen penilaian, (2) menghitung skor

relasi, inferensi, sintesis, hipotesis, dan

total rata-rata setiap komponen, serta (3)

membuat analogi.

mengubah skor rata-rata menjadi nilai

9

dengan kriteria. Hasil penilaian validasi dari
dosen disajikan pada Tabel 1, 2, dan 3.

Beberapa masukan pada saat validasi salah satunya
adalah penggantian judul LKS yang semula

Tabel

1. Hasil Validasi Kelayakan LKS
“Perubahan Energi dalam Tubuhku”
No Aspek
Skor Kategori
Kelayakan
1
Kesesuaian
3,8
Sangat Baik
Syarat Materi
3,26 Sangat Baik
2
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
3
Kesesuaian
4
Sangat Baik
Syarat
Konstruksi
4
Kesesuaian
4
Sangat Baik
Syarat Teknis

Tabel 2. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Sistem
Pernafasanku dan Gangguannya”
No
1
2
3
4

Aspek
Kelayakan
Kesesuaian
Syarat Materi
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
Kesesuaian
Syarat Teknis

Skor

Kategori

3,25

Baik

3,13

Baik

3,8

Sangat Baik

3,6

Sangat Baik

Tabel 3. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Tegangan
Permukaan”
No Aspek
Skor Kategori
Kelayakan
1
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat Materi
2
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat
Penyajian
3,20 Baik
3
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
4
Kesesuaian
3,25 Baik
Syarat Teknis

“Pernapasanku

dan

Gangguannya”

menjadi

“Batang Kecil yang Mematikan”, “Tegangan
Permukaan” menjadi “Pencemaran Air”.

LKS

yang direvisi selanjutnya disebut Draft 1. LKS
Draft 1 selanjutnya divalidasi oleh tiga orang Guru.
Adapun hasil validasi sebagaimana tabel 4,5, dan
6.
Tabel 4. Hasil Validasi Kelayakan LKS Perubahan
Energi dalam Tubuhku
No Aspek Kelayakan
Skor Kategori
1
Kesesuaian
Syarat 3,39 Sangat Baik
Materi
2
Kesesuaian
Syarat 3,28 Sangat Baik
Penyajian
3
Kesesuaian
Syarat 3,25 Baik
Konstruksi
4
Kesesuaian
Syarat 3,40 Sangat Baik
Teknis
Tabel 5. Hasil Validasi Kelayakan LKS “Batang
Kecil yang Mematikan”
No Aspek Kelayakan
Skor Kategori
1
Kesesuaian
Syarat 3,4
Baik
Materi
2
Kesesuaian
Syarat 3,3
Baik
Penyajian
3
Kesesuaian
Syarat 3,1
Baik
Konstruksi
4
Kesesuaian
Syarat 3,1
Baik
Teknis
Tabel
No
1
2
3
4

6. Hasil Validasi
“Pencemaran Air”
Aspek Kelayakan
Kesesuaian
Syarat
Materi
Kesesuaian
Syarat
Penyajian
Kesesuaian
Syarat
Konstruksi
Kesesuaian
Syarat
Teknis

Kelayakan

LKS

Skor
3,14

Kategori
Baik

2,98

Baik

2,88

Baik

3,07

Baik

10

Berdasarkan hasil validasi yang telah
disajikan sebelumnya, dan hasil revisi sesuai saran
ahli menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan

Comparing and constructing
Analyzing
Making conclusion
Grouping and classifying
Detecting bias







telah sesuai dengan pendekatan inkuiri. Para
validator menyatakan bahwa LKS dapat digunakan
setelah dilakukan revisi sesuai saran. Dengan
demikian,setelah dilakukan revisi dapat dinyatakan
bahwa produk akhir LKS layak digunakan dalam
pembelajaran.
LKS yang dikembangkan menggunakan
pendekatan

inkuiri

dimana

siswa

disajikan

permasalahan yang memancing keingintahuan,
dengan

demikian

siswa

didorong

untuk

menyelesaikan masalah tersebut dengan mencari
informasi melalui kegiatan eksperimen, kemudian
mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang
mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan pendekatan
inkuiri secara berulang-ulang dapat meningkatkan
kemampuan

penemuan

pada

bersangkutan.

Penggunaan

siswa

pendekatan

yang
inkuiri

mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif
dan

kreatif

sehingga

dapat

mengembangkan

keterampilan berpikir baik kritis, kreatif maupun
Data hasil validasi ahli tentang potensi LKS
untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan
scientific attitude disajikan pada Tabel 7,8,9 dan
10.
Tabel 7.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Berpikir
Kritis dalam LKS “Perubahan Energi dalam
Tubuhku”oleh Ahli

Attributing making conclusion,
grouping and classifying, dan
detecting bias)

Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif
Perumusan hipotesis
Membuat analogi
Relasi
Sintesis
Pencetusan ide
Inferensi

Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak


Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak







Tabel 9.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Pemecahan
Masalah dalam LKS “Tegangan
Permukaan”oleh Ahli
Aspek Keterampilan Pemecahan
Masalah
Identifikasi masalah
Perumusan masalah
Identifikasi asumsi
Pemecahan masalah

Ketercakupan
dalam LKS
Ya
Tidak





Tabel 10.
Hasil Validasi Muatan Sikap Ilmiah
dalam LKS oleh Ahli
Aspek

keterampilan pemecahan masalah.

Aspek Keterampilan Berpikir
Kritis

Tabel 8.
Hasil Validasi Muatan Keterampilan Berpikir
Kreatif dalam LKS “Pernafasanku dan
Gangguannya”oleh Ahli

Penyajian
LKS secara
umum
mencakup
keseluruhan
aspek sikap
ilmiah yang
dinilai (sikap
ingin tahu,
fleksibilitas
dalam cara
berpikir,
respek
terhadap data,
dan refleksi

A

B

C

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak






11

Berdasarkan analisis data hasil validasi ahli

kritis)
Penyajian
LKS secara
umum
mendorong
peserta didik
menggunakan
sikap ilmiah
dalam
kegiatan



Perumusan
masalah pada
LKS
mendorong
sikap ingin
tahu peserta
didik



Penyusunan
kegiatan
pengumpulan
data sampai
pada
kesimpulan
mendorong
sikap respek
terhadap data



Penyusunan
kegiatan LKS
memberikan
kesempatan
peserta didik
untuk
melakukan
diskusi
sehingga
memunculkan
sikap
fleksibilitas
dalam cara
berpikir



Penyusunan
kegiatan LKS
memberikan
kesempatan
untuk
melakukan
sikap refleksi
kritis







tentang potensi LKS untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan scientific attitude dapat
disimpulkan bahwa LKS yang dikembangkan
berpotensi mengembangkan keterampilan berpikir
dan scientific attitude siswa. Hal ini terlihat dari
masing-masing





kegiatan

LKS

keterampilan-keterampilan
keterampilan

berpikir

kritis,

muncul

berpikir

baik

kreatif

maupun

keterampilan pemecahan masalah serta muncul
potensi untuk mengembangkan scientific attitude.
Adapun aspek keterampilan berpikir kritis yang




muncul

dalam

LKS

meliputi

attributing,

comparing and constructing, analyzing, making
conclusion, grouping and classifying, detecting
bias., sedangkan aspek keterampilan berpikir
kreatif

yaitu

perumusan

hipotesis,

membuat

analogi, relasi, sintesis, pencetusan ide, dan




inferensi. Keterampilam mengidentifikasi masalah,
merumuskan masalah, identifikasi asumsi, dan
pemecahan masalah merupakan aspek keterampilan
problem solving (pemecahan masalah) yang mucul
dalam LKS. Sikap ilmiah yang muncul dalam LKS
meliputi sikap ingin tahu, respek terhadap data,
fleksibilitas dalam berpikir, dan refleksi kritis.





Keterangan:
A=LKS “Pernafasanku dan Gangguannya”;
B=LKS “Perubahan Energi dalam Tubuhku”
C=LKS “Tegangan Permukaan”
12

SIMPULAN & SARAN
Simpulan
1.

Worksheet of integrated science berbasis
guided inquiry learning yang dikembangkan
telah layak digunakan dalam pembelajaran
kurikulum 2013.

2.

Worksheet of integrated science berbasis
guided inquiry learning berpotensi untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan

Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K
(2007). Guided Inquiry (learning in The 21st
Century). London: Libraries Unlimited.
Martin,R., Sexton, C., Franklin,T., et al. (2005).
Teaching science for all children, inquiry
methods for constructing understanding.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W. (1986).
Becoming a secondary school science
teacher.
Sydney:
Merril
Publishing
Company.

scientific attitude siswa berdasarkan hasil
analisis dan validasi ahli.
Saran
Worksheet of integrated science yang telah
dikembangkan dan dinyatakan layak digunakan
dalam pembelajaran sebaiknya diujicobakan di
lapangan untuk mengetahui secara empiris apakah
memang

benar

mengembangkan

LKS
keterampilan

tersebut
berpikir

dapat
dan

scientific attitude siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Boden, M.A. (1998). Creativity and Artificial
Intelligence. Artificial Intelligence Journal.
103, pp. 347-356.
Carin, Arthur A., & Robert B. Sund. 1975.
Teaching science
through discovery.
Columbus: Charless E. Merrill Publishing
Company, Abell & Howell Company.
Depdiknas. (2011). Panduan pengembangan
pembelajaran IPA secara terpadu. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama
Harlen, W. (2000). Teaching learning & assessing
science 5-12. London: Paul Chapman
Publishing Ltd.
Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP.
Yogyakarta:Prodi IPA UNY.
13