Pengaruh Pemberian Integrated Reading And Writing Task Berbasis Problem Based Learning Terhadap Literasi Sains Siswa Pada Konsep Keanekaragaman Hayati
PENGARUH PEMBERIAN
INTEGRATED READING AND WRITING TASKBERBASIS
PROBLEM BASED LEARNINGTERHADAP LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Arum Sundari NIM 1111016100015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016
(2)
(3)
(4)
ii
ABSTRACT
Arum Sundari. 1111016100015. Effect of Integrated Reading and Writing
Task-basedProblem Based Learning to Students at the Science Literacy
Concept of Biodiversity.Thesis Biology Education Studies Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This study aimed to determine the effect of Integrated Reading and Writing Task-basedProblem Based Learning to Students at the Science Literacy Concept of Biodiversity.This research was conducted in SMA Negeri 10 South Tangerang in the academic year 2015/2016 with a quasi-experimental method that uses a pretest-posttest control group design.The samples in this study using simple random sampling technique.Samples were students of class X-2 totaling 39 people as classroom control and class X-7 of 40 people as a class experiment.Instruments used in the form of 11 questions about the description and IRWT based PBL.Analysis is two groups of data using the t test at the 0.05 significance level of 5.62 was obtained t hit and t table is 1.99.This shows a significant influence Integrated Reading and Writing Award Task Problem Based Learning based on the scientific literacy of students to the concept of biodiversity. Keywords: Literacy Science, Integrated Reading and Writing Task-basedProblem Based Learning
(5)
i
ABSTRAK
Arum Sundari.1111016100015. Pengaruh Pemberian Integrated Reading and
Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap Literasi Sains Siswa
pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap Literasi Sains Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 10 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X-2 yang berjumlah 39 orang sebagai kelas kontrol dan siswa kelas X-7 berjumlah 40 orang sebagai kelas eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa soal uraian sebanyak 11 soal dan IRWT berbasis PBL. Analisis data kedua kelompok menggunakan uji t pada taraf signifikansi 0.05 diperoleh thitung sebesar 5.62 dan ttabel sebesar 1.99. Hal ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap literasi sains siswa pada konsep keanekaragaman hayati.
Kata kunci : Literasi Sains, Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning
(6)
iii
Bismillahirrahmanirrahim
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berudul Pengaruh Pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap Literasi Sains Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Meiry Fadilah Noor, M. Si selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, saran, motivasi dan kesabaran menghadapi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 5. Segenap dosen dan staff Jurusan Pendidikan IPA, khususnya Program Studi Pendidikan
Biologi yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran selama menuntut ilmu di universitas ini.
6. Kepala Sekolah di SMAN 10 Tangerang Selatan terima kasih telah memberi izin kepada penulis untuk meneilti disekolahnya.
7. Bapak Budi Susanto, S. P selaku guru SMAN 10 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin dan saran pada saat penelitian.
8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, Bapak Sulardi yang sampai hembusan nafas terakhir selalu menemani anaknya dalam menyelesaikan pendidikan ini dan Ibu Sri Wulandari yang selalu menjadi semangat dalam mengerjakan skripsi, memotivasi dan mendoakan anaknya ini. Semoga perjuangan beliau menjadi amal baik. Amin.
(7)
iv
Nurul, Intan, Dwi, Henny, dan Fitri) finally, selesai juga ini skripsi guys.
11.Rekan-rekan seperjuangan prodi pendidikan biologi angkatan 2011 khususnya kelas A atas segala mimpi, cita-cita, motivasi dan inspirasi serta semangat yang diberikan selama menutut ilmu dikampus tercinta.
12.Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dijadikan masukkan bagi guru Biologi dan mahasiswa sebagai referensi selanjutnya.
Jakarta , Juni 2016
(8)
v
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoritik ... 8
1. Konstruktivisme ... 8
a. Devinisi Teori Konstrutivisme ... 8
b. Komponen Pendekatan Konstruktivisme ... 9
2. Integrated Reading and Writing Task ... 9
3. Problem Based Learning ... 12
a. Definisi Problem Based Learning ... 12
b. Karakteristik Problem Based Learning ... 14
c. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning ... 15
d. Keuntungan Pembelajaran Problem Based Learning ... 21
4. Literasi Sains ... 22
(9)
vi
a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep
Keanekaragaman Hayati ... 27
1) Standar Kompetensi ... 27
2) Kompetensi Dasar ... 27
b. Kajian Materi Konsep Keanekaragaman Hayati ... 28
B. Hasil Penelitian Relevan ... 28
C. Kerangka Berfikir ... 30
D. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32
B. Medote dan Desain Penelitian ... 32
C. Populasi dan Sampel ... 33
D.Teknik Analisis Data ... 33
1. Tes ... 33
2. Task ... 33
3. Lembar Observasi ... 34
4. Wawancara ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Kalibrasi Penelitian ... 36
1. Uji Validitas ... 36
2. Uji Reliabilitas ... 36
3. Tingkat Kesukaran ... 37
4. Daya Beda ... 38
G. Teknik Analisis Data ... 39
1. Gain Ternormalisasi ... 39
2. Analisis Literasi Sains ... 40
3. Uji Normalitas ... 40
4. Uji Homogenitas ... 40
(10)
vii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 45
1. Hail Pretest Literasi Sains ... 45
2. Hasil Posttest Literasi Sains ... 46
3. Hasil N-Gain Literasi Sains ... 47
4. Analisis Level Literasi Sains ... 48
5. Hasil Integrated Reading and Writing Task ... 50
6. Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 50
7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 54
B. Analisis Data ... 58
1. Uji Prasyarat Analisis Data... 58
a. Uji Normalitas ... 58
b. Uji Homogenitas ... 59
c. Uji Hipotesis ... 60
C. Pembahasan ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
(11)
viii
DAFTAR TABEL
2.1 Kegiatan Guru dan Siswa ... 16
2.2 Sintaks Problem Based Learning ... 20
2.3 Dimensi Literasi Sains ... 24
2.4 Kategori Literasi Sains ... 25
3.1 Desain Penelitian ... 32
3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 34
3.3 Klasifiksi Validitas Butir Soal ... 36
3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ... 37
3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 38
3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39
3.7 Kriteria Gain Ternormalisasi... 40
3.8 Skala Huruf ... 42
3.9 Kriteria Presentase Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran ... 42
4.1 Data Statistik Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45
4.2 Data Statistik Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46
4.3 Data Statistik N-Gain ... 47
4.4 Kategori N-Gain ... 48
4.5 Data Statistik Rata-Rata Level Literasi Sains Pretest ... 49
4.6 Data Statistik Rata-Rata Level Literasi Sains Posttest ... 49
4.7 Data Statistik Integrated Reading and Writing Task... 50
4.8 Persentase Keterlaksanaan Kegiatan Guru Kelas Eksperimen ... 51
4.9 Persentase Keterlaksanaan Kegiatan Guru Kelas Kontrol ... 53
4.10 Persentase Keterlaksanaan Kegiatan Siswa Kelas Eksperimen ... 55
4.11 Persentase Keterlaksanaan Kegiatan Siswa Kelas Kontrol ... 56
4.12 Data Statistik Uji Normalitas Liliefors Pretest dan Posttest ... 58
4.13 Data Statistik Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 59
4.14 Data Statistik Uji Hipotesis Pretest ... 60
(12)
ix
DAFTAR GAMBAR
(13)
x
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama Kelas
Eksperimen ... 71
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua Kelas Eksperimen ... 79
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama Kelas Kontrol ... 87
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua Kelas Kontrol ... 95
5. Soal ... 103
6. Kisi-Kisi ... 106
7. Integrated Reading and Writing Task Pertemuan Pertama ... 124
8. Integrated Reading and Writing Task Pertemuan Kedua ... 131
9. Rubrik Integrated Reading and Writing Task ... 137
10.Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Pertama ... 147
11.Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Kedua ... 150
12.Rubrik Lembar Kerja Siswa... 153
13.Lembar Observasi Guru Observer 1 ... 159
14.Lembar Observasi Guru Observer 2 ... 175
15.Lembar Observasi Guru Observer 3 ... 191
16.Lembar Observasi Siswa Observer 1 ... 207
17.Lembar Observasi Siswa Observer 2 ... 219
18.Lembar Observasi Siswa Observer 3 ... 231
19.Wawancara Guru ... 243
20.Hasil Anatest ... 244
21.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 251
22.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 254
23.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 256
24.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen... 258
(14)
xi
28.Hasil Uji Hipotesis Posttest ... 264
29.Hasil Integrated Reading and Writing Task Pertemuan Pertama ... 266
30.Hasil Integrated Reading and Writing Task Pertemuan Kedua ... 268
31.Hasil Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama ... 270
32.Hasil Lembar Kerja Siswa Petemuan Kedua ... 272
33.Hasil N-Gain Kelas Eksperimen ... 274
34.Hasil N-Gain Kelas Kontrol... 276
35.Hasil Analisis Literasi Sains Pretest Kelas Eksperimen ... 278
36.Hasil Analisis Literasi Sains Pretest Kelas Kontrol ... 280
37.Hasil Analisis Literasi Sains Posttest Kelas Eksperimen ... 282
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arus globalisasi yang terjadi sangat pesat dan menuntut sumber daya manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menjadi salah satu tantangan untuk lebih meningkatkan lagi kualitas sumber daya manusia. Tidak hanya menguasai IPTEK sekarang ini, persaingan antara individu pun akan semakin sulit dengan adanya pasar bebas ASEAN yang nantinya akan terjadi persaingan untuk mendapatkan lahan pekerjaan. Oleh karena itu, peningkatan kecakapan sumber daya manusia sangat diperlukan. semua ini harus didukung secara penuh dari berbagai aspek. Aspek terpenting untuk meningkatkan kualitas dan kecakapan sumber daya manusia adalah pendidikan.
Salah satu cara untuk mengetahui kualitas pendidikan adalah dengan melihat hasil dari Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in Internasional Mathematic and Science Study (TIMSS). PISA sendiri didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meingkatkan efektifitas sistem pendidikan.1 PISA dan TIMSS adalah salah satu cara untuk mengukur literasi sains siswa. Literasi sains itu sendiri didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, identifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti–bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.2
1
Eko Hariadi, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun dalam Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 10 no. 1, (Maret, 2009), h. 29
2 Elsy Zuriani, Literasi Sains Pendidikan, dari
sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf diunduh pada tanggal 24 Desember 2014, pukul 19.00 WIB
(16)
Literasi sains sendiri sangat diperlukan, karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dimana berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dan pengaplikasian ilmu–ilmu sains itu sendiri. Jadi seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains, akan dengan mudah memahami isu-isu terkini dengan mengidentifikasikan permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan teori–teori sains. PISA dan TIMSS menjadi tolak ukur bagi suatu negara untuk melihat seberapa jauh tingkat literasi sains suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan ini.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Internasional Trends in Internasional Mathematic and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukan bahwa capaian anak–anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.3 Dari hasil PISA tersebut didapatkan bahwa literasi sains siswa di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara–negara lain yang ikut serta dalam PISA. PISA mengukur literasi sains dari beberapa aspek yang ditetapkan oleh OECD. Dimensi lietarasi sains dalam penyajian yang ditetapkan oleh OECD secara keseluruhan, yaitu aspek konteks, aspek konten, aspek kompetensi serta aspek sikap.4
Pada TIMSS domain sains meliputi Biologi, Kimia, Fisika dan Ilmu bumi dengan domain kognitif yaitu pengetahuan, penerapan dan penalaran. Dengan skor rata–rata prestasi sains Indonesia pada TIMSS tahun 1999 peringkat ke 32 dengan skor 435, tahun 2003 peringkat ke 37 dengan skor 420 dan pada tahun 2007 peringkat 35 dengan skor 427. Pada PISA penilaian prestasi literasi membaca, matematika dan sains dalam PISA memuat pengetahuan yang terdapat
3
BSNP, Permendibud no 69 th 2013 tentang kurikulum SMA dan MA, dari http://bsnp-indonesia.org/id/?p=1239 diunduh pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 19.00 WIB
4 Feni Kurnia, dkk., Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI Di Kecamatan Indralaya Utara
Berdasarkan Kategori Literasi Sains dalam Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika Volume 1 no. 1, (Mei, 2014), h. 46
(17)
dalam kurikulum dan pengetahuan yang bersifat lintas kurikulum. Dengan aspek sebagai berikut, membaca: memahami menggunakan dan merefleksikan dalam bentuk tulisan, matematika: mengidentifikasi dan memahami serta menggunakan dasar–dasar matematika yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari hari, dan sains: enggunakan pengetahuan dan mengidentifikasi masalah untuk memahami fakta– fakta dan membuat keputsan tentang alam serta perubahan yang terjadi pada lingkungan. Dengan skor rata–rata prestasi literasi membaca pada tahun 2000 peringkat 39 dari 41 negara yang ikut serta dengan skor 371, pada tahun 2003peringkat 39 dari 40 negara yang ikut serta dengan skor 382, pada tahun 2006 peringkat 48 dari 56 negara yang ikut serta dengan skor 393, dan pada tahun 2009 peringkat ke 57 dari 65 negara yang ikut serta dengan skor 402. Sedangkan skor rata–rata literasi sains pada tahun 2000 peringkat 38 dari 41 negara yang ikut serta dengan skor 393, pada tahun 2003 peringkat ke 38 dari 40 negara yang ikut serta dengan skor 395, pada tahun 2006 peringkat ke 50 dari 57 negara yang ikut serta dengan skor 393, dan pada tahun 2009 peringkat ke 60 dari 65 negara yang ikut serta dengan skor 383.5
Data yang dirangkum oleh litbang bukan hanya literasi sains saja yang rendah tetapi literasi membaca juga rendah. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya minat membaca. Rendahnya minat membaca masyarakat kita sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, sebab dengan rendahnya minat baca, tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia, di mana pada akhirnya akan berdapak pada ketertinggalan bangsa Indonesia, oleh karena itu untuk dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara–negara tetangga, perlu kita kaji apa yang menjadikan mereka lebih maju.
Rendahnya minat membaca siswa menjadi salah satu faktor rendahnya pemahaman siswa terhadap sains, sehingga siswa tidak dapat menyimpulkan pembelajaran sains dengan benar. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan
5 Kemendikbud, Survey internasional TIMSS dan PISA. http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa diakses pada tanggal 22 juni 2015 pukul 19.30 WIB
(18)
kepada kemampuan membaca sementara aspek matematika dan aspek sains menjadi pendamping, ini menunjukan bahwa pentingnya membaca dalam sains. Dalam sains, membaca dapat diintegrasikan dengan menulis. Membaca dan menulis merupakan aspek penting dari pembelajaran sains, sehingga siswa dapat memahami sains itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara guru sekolah SMAN 10 Tangerang Selatan menyatakan bahwa, guru tidak secara spesifik memberikan tugas dalam bentuk membaca dan menulis, guru biasanya hanya memberikan tugas bacaan secara tidak langsung yang melalui internet. Selain itu model pembelajaran yang digunakan biasanya dengan ceramah, tanya jawab dan penugasan. 6 Membaca merupakan faktor utama dalam memahami suatu permasalahan, sedangkan soal literasi sains yang di ujikan oleh PISA menuntut siswa untuk membaca dan memahami permasalahan, selain itu model pembelajaran yang digunkan masih konvensional, sehingga dibutuhkan variasi model pembelajaran.
Rendahnya literasi sains memiliki hubungan dengan kemampuan siswa memahami suatu masalah, di jelasakan sebelumnya, orang yang memiliki kemampuan literasi sains memiliki pemahaman lebih terhadap suatu masalah atau isu–isu terkini mengenai sains. Kemampuan siswa memahami suatu masalah saat ini masih rendah, ini ada kaitannya dengan rendahnya integrasi membaca dan menulis siswa yang belum optimal. Ini juga menyebabkan pemahaman siswa terhadap literasi sains pun masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya adalah pemilihan model yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran.
Peningkatan literasi sains seseorang dapat diintegrasikan dengan pemahaman membaca dan menulis yang digabungkan dalam suatu pembelajaran yang aktif sehingga siswa dapat memahami literasi sains. Tidak semua pembelajaran yang aktif berkaitan dengan literasi sains, salah satu model yang mendukung berjalannya literasi sains adalah Problem Based Learning (PBL).
6
(19)
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk menkonstruksi pengetahuan siswa.7 Model ini dapat diterapkan oleh guru sebagai salah satu alternative model pembelajaran yang dapat meningkatkan literasi sains siswa. Banyaknya pembelajaran sains yang membutuhkan kemampuan pemecahan masalah membuat problem based learning menjadi pilihan tepat dalam pemilihan metode pembelajaran.
Biologi merupakan cabang ilmu sains yang mempelajari berbagai permasalahan makhluk hidup, dan untuk mempelajari melalui proses dan sikap ilmiah.8 Banyak materi yang ada dalam pelajaran biologi yang berkaitan dengan lingkungan. Seperti halnya keanekaragaman hayati dimana materi ini berkaitan erat dengan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Seperti yang diketahui masih banyak permasalahan yang ada dalam materi tersebut, hal ini membutuhkan pemahaman tentang ilmu dan bagaimana cara memecahkan masalah yang ada. Maka pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan dalam konsep ini.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Integrated Reading and Writing Task Berbasis Problem Based Learning Terhadap Literasi Sains Siswa pada Konsep Keanekaragaman Hayati.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, permasalahan yang paling mendasar dari pembelajaran biologi di kelas diantaranya:
1. Kurangnya variasi dalam penggunaan model pembelajaran. 2. Kurangnya pemberian tugas dalam bentuk bacaan dan tulisan. 3. Rendahnya tingkat literasi sains siswa
7 Ridwan Abdullah S, Pembelajaran Saitifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), h. 127
8
Chaidar Wiranto, Biologi Sebagai Ilmu, skp.unair.ac.id/repository/.../BiologiSebagaiIlmu_ ChaidarWarianto_25.p... diakses pada tanggal 23 juni 2015 pukul 10.00 WIB
(20)
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam,maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal sebagai berikut :
1. Aspek literasi sains yang dinilai pada penelitian ini berdasarkan PISA, yaitu: a. Aspek pengetahuan
b. Aspek kompetensi c. Aspek konteks
2. Integrated reading and writing task adalah tugas yang diberikan kepada siswa berupa teks bacaan yang terdiri dari 4 bagian (part), yaitu: bagian (part) 1 reading, bagian (part) 2 conceptual construction, bagian (part) 3 concept mapping, bagian (part) 4 conclution.
3. Konsep Keanekaragaman Hayati adalah konsep pembelajaran yang dipakai dalam penelitian
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh pemberian Integrated Reading and Writing Task (IRWT) berbasis Problem Based Learning (PBL) terhadap literasi sains siswa pada konsep Keanekaragaman Hayati?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap literasi sains siswa pada konsep keanekaragaman hayati.
(21)
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, terutama:
1. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk memilih variasi pembelajaran khususnya dalam pemilihan model yang baik dalam mengajarkan konsep keanekaragaman hayati, untuk meningkatkan literasi sains biologi siswa.
2. Bagi pembaca, sebagai sumber informasi ilmiah dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian ini
(22)
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
Pada subbab ini akan menjelaskan tentang definisi-definisi teori sesuai dengan bahasan masing-masing berdasarkan referensi untuk menunjang peneliti dalam menyusun kerangka berfikir dan mencegah agar pembahasan tidak meluas. 1. Konstruktivisme
Konstruktivisme sangat berkaitan degan pembelajaran dalam penelitian ini karena siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Konstruktivisme menyerukan peran aktif siswa dalam mengembangkan pengetahuannya.
a. Definisi Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi adalah pembelajaran yang lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata lain siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.1 Seseorang dapat dikatakan telah mengkonstruk pengetahuannya apabila hasil dari proses belajar merupakan kombinasi antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, pengetahuan baru ini di konstruk dengan cara melakukan penafsiran atau intepretasi baru terhadap lingkungan sosial, budaya, fisik, dan intelektual tempat mereka hidup.2
Teori konstruktivisme adalah teori yang menekankan kepada siswa untuk mencari tahu sendiri pengetahuannya. Disini siswa menghubungkan antara pengetahuan yang sudah mereka miliki dengan pengetahuan baru, seperti itulah siswa mendapatkan pembelajaran.
1
Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, (Jakarta: Prestasi Pustaka. 2010), h. 149-150
2
(23)
b. Komponen Pendekatan Konstruktivisme
Tujuan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam menemukan, memahami, dan menggunakan informasi atau pengetahuan yang dipelajari. Implementasi pendekatan konstruktivitik dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa komponen penting sebagai berikut:3
1) Belajar aktif (active learning)
2) Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional.
3) Aktivitas belajar harus menarik dan menantang.
4) Siswa harus dapat meningkatkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dalam sebuah proses yang disebut “bridging” 5) Siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari. 6) Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu
siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan. Dalam hal ini guru tidak lagi hanya sekadar berperan sebagai penyaji informasi.
7) Guru harus dapat memberi bantuan berupa scaffolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses belajar.
Tujuan dari teori konstruktivisme adalah kemampuan mengkonstruk atau membangun pengetahuan dari kemampuan yang dimiliki siswa dalam menemukan, memahami dan menggunakan informasi yang telah didapat. Konstruktivisme memiliki beberapa komponen yang perlu diperhatikan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Komponen–komponen ini akan mengkonstruk pengetahuan siswa sehingga siswa lebih memahami pembelajaran.
2. Integrated Reading and Writing Task
Membaca dan menulis adalah keterampilan yang tidak secara alami berkembang. Jika keterampilan membaca dan menulis berkembang maka
3
(24)
seseorang akan menjadi pembaca dan penulis yang kompeten, anak-anak harus mendapatkan praktik sesuai dengan tahapan perkembangan, serta belajar mengenai nilai dan berpartisipasi dalam pembelajaran dengan bantuan. Sebuah pertanyaan untuk mendorong parktik sesuai dengan tahapan perkembangan untuk anak-anak telah dikembangan bersama antara asosiasi IRA dan NAEYC. IRA dan NAEYC telah mengidentifikasi bahwa tujuan dan harapan untuk pencapaian anak-anak dalam membaca dan menulis harus memenuhi kriteria ini:4
Beberapa kriteria yang harus terpenuhi adalah perkembangan yang tepat, yaitu, menantang namun dapat dicapai, dengan dukungan yang cukup, berdasarkan rangkaian membaca dan menulis yang membangun, mengguunakan berbagai strategi untuk menilai kemajuan anak-anak, mendukung pola yang unik dan waktu masing-masing anak, dukungan budaya dan konteks sosial anak, dukungan belajar bahasa kedua yang diperlukan.
Menurut Selly M. Ries membaca sebagai proses yang kompleks dengan tujuan dimana pembaca secara bersamaan menggunakan pengetahuan mereka tentang lisan dan tulisan, tentang topik pada teks, serta pengetahuan mereka untuk membangun makna dari teks.5 Strategi pemahaman membaca yang digunakan oleh siswa untuk mengintegrasikan keterampilan berfikir tingkat tinggi seperti pertanyaan, membuat inferensi, membuat penghubung, memahami proses berfikir sendiri, menentukan yang penting, dan sintesis untuk membuat makna dari teks.6
Menurut Dorn dan Soffos dalam Tatiana L mengemukakan bahwa menulis membantu siswa mengintegrasikan sumber informasi yang berbeda dan mengatur pikiran mereka sebagai hasilnya, pemikiran mereka lebih mengalir dan fleksibel.7 Dalam penelitian Fran Lehr, menjelaskan bahwa urutan penulisan tugas dimulai dengan latihan yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran anak-anak
4 Inggrid Crowther, Creating Effective Learning Environments, (Toronto: Nelson education,
2011), h. 172
5 Sally M. Ries, Joyful Reading Differentiation and Enrich ment for Successful Literacy Learning
Grade K-8, (San Francisco: Jossey-Bass, 2009), h.46
6 Ibid, h. 51
7 Tatiana Lyutaya, Reading Logs: Integrating Extensive Reading with Writing Task, dalam
(25)
tentang bagaimana hubungan ide yang dicapai dalam kalimat, ini menunjukkan bahwa menulis (encoding) dan membaca (decoding) terkait di kedua melibatkan penataan makna.8
Penelitian Douglas Fisher dkk, terdapat tujuh strategi yang efektif untuk pembelajaran yaitu Read-Alouds, pada strategi ini siswa diminta untuk membaca sekurang-kurangnya 5 menit. K-W-L Chart, grafik ini memulai dengan pertanyaan. Graphic Organizers, memberi informasi siswa secara visual, diama siswa diminta untuk menggambar garis dan menulis hubungan antara kata-kata. Vocabulary Instruction, siswa diminta untuk memahami kosa kata, dimana sebuah kata dapat memiliki arti yang berbeda. Writing to Learn, strategi ini dapat diggunakan pada awal, tengah, maupun akhir untuk membantu siswa dalam bertanya, mengklarifikasi atau memberi cerminan pada konten. Structured Notetaking, siswa menuliskan kata kunci penting untuk menunjang fakta. Dan Reciprocal Teaching, strategi ini terdiri dari 4 tahapan yaitu memprediksi, meringkas dan membuat pertanyaan. Ketujuh strategi tersebut dapat diintegrasikan dalam pembelajaran.9
Integrated reading and writing task adalah pemberian tugas awal yang diberikan kepada siswa berupa tugas membaca dan menulis yang disertai instruksi – instruksi untuk menkonstruksi pemahaman konsep melalui bacaan. Tugas awal ini berfungsi untuk memberikan pengetahuan awal pada siswa. Integrated reading and writing task ini diadaptasi dari jurnal ‘Improving Middle School Students Science Literacy Trough Reading Fusion’ dalam jurnal tersebut dua kelompok siswa diberikan pembelajaran yang sama, akan tetapi kelompok eksperimen ditambahkan tengan tugas membaca yang terbagi menjadi dua, yaitu isntruksi membaca untuk rata-rata 15-20 menit per minggu dan akses ke program rumah
8 Fran Lehr, Integrating Reading and Writing Instruction , dalam Journal International Reading
Association vol. 34 no. 8, (may, 1981), h. 958
9 Douglas Fisher, dkk., Seven Literacy Strategies That Work, dalam Journal Educational
(26)
membaca yang mendorong siswa untuk membaca dan menanggapi salah satu kualitas buku sains per minggu.10
Ada pun langkah-langkah Integrated Reading and Writing Task menurut Pandu Grandi Wangsa, Selly F, dan Dedi S sebagai berikut: Part 1 Reading : siswa diberikan sumber bacaan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan saat pembelajaran dikelas. Part 2 Conceptual Construction : siswa diberikan pertanyaan–pertanyaan untuk menkonstruksi konsep yang ada pada bacaan. Siswa diharuskan menulis jawaban–jawaban tersebut. Part 3 Concept Mapping : siswa diminta menuliskan peta konsep dari sumber bacaan yang diberikan. Part 4 Conclusion : siswa diminta memberikan kesimpulan.11
3. Problem Based Learning
a. Definisi Problem Based Learning
Menurut Ridwan Abdullah Sani, Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan–pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.12 Menurut Sudarman dalam U. Setyorini, Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.13
10
Zhihui Fang dan Youhua Wei, Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion, dalam The Journal of Education Research, (2010), h. 262-271
11
Pandu Grandi Wangsa. P, Selly F, dan Dedi S. 2013, Pengaruh Intergrated Reading and Writing Task Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tema Mesin Uap Terhadap Peningkatan Literasi Sains Siswa SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, (Bandung, 3-4 Juli 2013), h. 189
12 Ridwan Abdullah S, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2014), h. 127
13 U. Setyorini dan B Subali, Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP, dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia vol. 7, (Januari, 2011), h. 55
(27)
Menurut Made Wena pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-perasalahan.14Hmelo-Silver dalam Paul Eggen dan Don Kauchakmenyatakan bahwa, pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai focus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi dan pengaturan diri.15
Menurut Tan dalam Rusman menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan siswa betul–betul dioptimalisaskan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinamnungan.16 Wina Sanjaya menyatakan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.17
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah yang biasanys masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman siswa sehari–hari. Selanjutnya siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan serangkaian cara agar dapat menemukan pengetahuan baru.
14
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Konteporer Suatu Tujuan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 91
15
Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir, (Jakarta: Indeks, 2012), h. 307
16Rusman, Model – model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Press, 2012), h. 229
17 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
(28)
b. Karakteristik Problem Based Learning
Richard I. Arends menjelaskan bahwa dalam Problem Based Learning terdapat fitur special yang menggambarkan model itu sendiri, berikut fitur special yang dimiliki oleh Problem Based Learning, mengarahkan pertanyaan atau masalah, fokus interdisipliner, penyelidikan yang otentik, membuat solusi dan kolaborasi. 18 Menurut Rusman karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:19
1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan di dunia nyata yang tidak terstruktur.
3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective) 4) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
5) Belajar pengarahan diri menjadi yang utama.
6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM. 7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
8) Pengembangan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari semua permasalahan.
9) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
10)PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Sedangkan menurut John R. Savery, karakteristik Problem Based Learning adalah sebagai berikut:20
18
Richard I. Arends, Learn to Teach, (New York: McGraw Hill Company, 2007), h. 381
19 Rusman, op. cit. h, 232
20 John R. Savery, Overview of Problem Based Learning: Definition and Distinction
(29)
1) Siswa bertanggung jawab atas pembelajaran
2) Masalah yang digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah harus terstruktur dan memungkinkan untuk penyelidikan
3) Belajar harus diintegrasikan dari berbagai disiplin ilmu atau subjek 4) Kolaborasi
5) Apa yang siswa pelajari selama pembelajaran mandiri harus diterapkan kembali ke masalah dengan menganalisis kembali dan meresolusi
6) Analisis penutup dari apa yang dipelajari dari pekerjaan dalam masalah dan diskusi dari konsep dan prinsip yang telah dipelajari
7) Penilaian diri sendiri dan pasangan harus dilakukan pada penyelesaian setiap masalah dan pada akhir setiap unit kurikuler.
8) Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis masalah harus diterapkan dalam kata.
9) Ujian siswa harus mengukur progres kemajuan siswa dalam tujuan problem based learning.
10)Problem based learning harus menjadi dasar pedagogi dalam kurikulum dan bukan bagian dari didaktik kurikulum.
Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik, dengan karaktristik utama adalah permasalahan, lalu prmrcahan masalah, sintesis masalah, analisis masalah dan evaluasi serta penerapan pada kehidupan sehari–hari.
c. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning
Tahapan pertama yang perlu dilakukan dalam pembelajaran adalah memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah sehingga mereka akan bertindak aktif membangun pengetahuannya. Tahapan awal yang dilakukan setelah siswa adalah:21
1) Mengidentifikasi permasalahan 2) Menganalisis permasalahan 21
(30)
3) Mengembangkan ide untuk menyelesaikan permasalahan, tahapan ini bisa dilengkapi dengan perumusan hipotesis.
4) Mengidentifikasi isu pembelajaran.
Pada proyek DUE-like UI dalam Ali Mushon mengemukakan langkah–langkah yang dilakukan dalam metode PBL, yaitu:22
1) Identifikasi masalah 2) Analisis masalah
3) Hipotesis/penjelasan logis sistematik 4) Identifikasi pengetahuan
5) Identifikasi pengetahuan yang telah diketahui 6) Penentuan sumber pembelajaran
7) Identifikasi pengetahuan baru
8) Sintesis pengetahuan lama dan baru untuk diterapkan pada masalah. 9) Pengulangan kegiatan
10)Menyimpulkan hal yang tidak terpelajari 11)Perangkuman hasil/penyusunan laporan. 12)Penerapan masalah berikutnya
Menurut Made Wena, secara oprasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:23
Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa
No Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Menemukan masalah
Memberikan permasalahan yang diangkat dari latar kehidupan sehari-hari siswa. Berikan masalah yang
Berusaha menemukan permasalahan dengan cara melakukan kajian dan analisis secara cermat terhadap
22
Ali Mushon, Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaan Mahasiswa Melalui Penerapan Problem Based Learning, dalam Jurnal Kependidikan vol. 39 no. 2, (November 2009), h. 174
(31)
No Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
bersifat tidak
teridentifikasikan dengan jelas (ill-defined)
permasalahan yang diberikan.
Memberikan sedikit fakta di seutar konteks permasalahan.
Melakukan analisis terhadap fakta sebagai dasar dalam menemukan permasalahan. 2. Mendefinisikan
Masalah
Mendorong dan
membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasarn intrapersonal dan
kemampuan awal (prior knowledge) untuk memahami masalah.
Dengan menggunakan kecerdasan intrapersonal dan kemampuan awal (prior knowledge) berusaha memahami masalah
Membimbing siswa secara bertahap untuk
mendefinisikan masalah.
Berusaha mendefinisikan permasalahan dengan
menggunakan parameter yang jelas.
3. Mengumpulkan Fakta
Membimbing siswa untuk melakukan pengumpulan fakta
Melakukan pengumpulan fakta dengan menggunakan
pengalaman-pengalaman yang sudah diperolehnya
Membimbing siswa melakukan pencarian informasi dengan berbagai cara/metode.
Melakukan pencarian
informasi dengan berbagai cara serta dengan menggunakan kecerdasan majemuk yang dimiliki. Membimbing siswa melakukan pengelolaan informasi Melakukan pengelolaan/pengaturan informasi (information management) yang telah diperoleh, dengan berpatokan
(32)
No Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
pada:
a. Know, yaitu informasi apa yang diketahui
b. Need to know, yaitu informasi apa yang dibutuhkan
c. Need to do, apa yang akan dilakukan dengan
informasi yang ada. 4. Menyusun
Hipotesis (Dugaan Sementara)
Membimbing siswa untuk menyusun jawaban/hipotesis (dugaan sementara) terhadap permasalahan yang dihadapi.
Membuat hubungan-hubungan antar berbagai fakta yang ada
Membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan majemuk dalam menyusun hipotesis
Menggunakan berbagai kecerdasan majemuk untuk menyusun hipotesis
Membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan interpersonal dalam mengungkapkan pemikirannya. Menggunakan kecerdasan interpersonal untuk mengungkapkan pemikirannya.
Membimbing siswa untuk menyusun alternative jawaban sementara
Berusaha menyusun beberapa jawaban sementara
5. Melakuakan Penyelidikan
Membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap informasi dan data yang telah diperolehnya
Melakukan penyelidikan terhadap data dan informasi yang telah diperoleh
Dalam membimbing siswa melakukan penyelidikan,
Dalam melakukan penyelidikan siswa
(33)
No Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
guru membuat struktur belajar yang memungkinkan siswa dapat menggunakan berbagai cara untuk
mengetahui dan memahami dunianya.
menggunakan kecerdasan majemuk yang dimilikinya untuk memahami dan memberi makna data dan informasi yang ada
6. Menyempurnakan Permasalahan yang tekah didefinisikan
Membimbing siswa
melakukan penyempurnaan terhadap masalah yang telah didefinisikan
Melakukan penyempurnaan masalah yang telah
dirumuskan.
7. Menyimpulkan alternative pemecahan masalah secara kolaboratif
Membimbing siswa untuk menyimpulkan alternative pemecahan masalah secara kolaboratif
Membuat kesimpulan
alternative pemecahan masalah secara kolaboratif
8. Melakukan pengujian hasil (solusi)
pemecahan masalah
Membimbing siswa melakukan hasil (solusi) pemecahan masalah
Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.
Menurut Arends, sintaks untuk model Problem Based Learning (PBL) dapat disajikan seperti pada tabel berikut:24
Tabel 2.2 Sintaks Problem Based Learning
Fase Perilaku Guru
Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada peserta didik
Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistic penting, dan memotivasi
24
(34)
Fase Perilaku Guru
peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah Fase 2: mengorganisasikan peserta
didik untuk meneliti
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas–tugas yang terkait dengan permasalahannya
Fase 3: Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi Fase 4: Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya dan memamerkan
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang tepat seperti laporan, rekaman video, dan model–model, dan membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang lain Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi
proses mengatasi masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap
penyelidikan dan proses–proses yang mereka gunakan
Langkah – langkah dalam PBL di bagi menjadi 5, yaitu: (1). Mengorientasikan siswa pada masalah, (2). Mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3). Memandu siswa untuk menyelidiki secara individu atau kelompok, (4). Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa, dan (5). Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
(35)
d. Keuntungan Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Gick and Holyoak dalam Ali Mushon menyatakan bahwa, beberapa keuntungan yang diperoleh karena adanya penggunaan metode PBL dalam pembelajaran meliputi:25
1) Motivasi. PBL membuat siswa terlibat dalam pembelajaran karena mereka menanggapi disonansi dan mereka merasa diberdayakan sehingga berdampak pada hasil investigasi
2) Relevansi dan konteks. PBL menawarkan siswa atas jawaban yang jelas dari pertanyaan.
3) Pemikiran tingkat tinggi. Scenario masalah terstruktur membuat pemikiran kritis dan kreatif muncul.
4) Belajar bagaimana belajar. PBL mempromosikan metakognisi dan pembelajaran mandiri dengan meminta siswa menghasilkan strategi mereka sendiri untuk definisi masalah, pengumpulan informasi, analisis data, dan membangun hipotesis dan pengujian.
5) Autentik. PBL melibatkan siswa dalam informasi dengan mengingat dan menggunakan informasi pada masa belajar untuk menunjukan pemahaman.
Keunggulan metode PBL ini dapat memotivasi siswa dalam belajar, memahami konteks dan relevansinya, meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, meningkatkan pembelajaran mandiri dan penguasaan metakognitif, dan memperoleh pengetahuan baru sendiri.
4. Literasi Sains
a. Definisi Literasi Sains
Literasi sains menurut National Science Education Standards dalam Elsy Zuriani menyatakan bahwa “scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts and processes required for personal decision making, participation in civic and cultural affairs, and economic
25
(36)
productivity”.26 Anderson dalam Hayat Hokayem, dkk menjelaskan bahwa literasi sains sangat penting sebagai "agen materi" dan "lembaga sosial".literasi sains sebagai "agen bahan" membantu individu untuk memahami alam, sedangkan "lembaga sosial" membantu individu untuk berkomunikasi secara efisien dengan satu sama lain, untuk mencari pekerjaan, dan merasa nyaman di dunia sains yang kontemporer.27
Literasi sains menurut PISA-OECD (Programme for International Student Asssessment–Organization for Economic Cooperation and Development) dalam Djuniar Rahmanutinnisa H, didefinisikan sebagai berikut “the capacity to use scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence–based conclusions in order to understand and help make decisions about the natural world and the changes made to it through human activity”28 Literasi sains dapat didefinisikan sebagai cara menggunakan pengetahuan dan kemampuan ilmiah, untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang ada agar dapat membuat keputusan dan menerapkannya pada kehidupan sehari–hari.
b. Dimensi Literasi Sains
Menurut Pusat Perkembangan Kurikulum Malaysia dalam Mohd Ali Ibrahim dan Nor Hafiz Mohd Aspar menjelaskan bahwa, pengetahuan sains adalah satu hasil usaha manusia dalam mencari penyelesaian yang rasional mengenai fenomena yang terjadi. Penjelasan itu merangsang dan seterusnya memberikan pemahaman tentang wujudnya undang–undang, prinsip–prinsip, peraturan yang terjadi dan kaitannya dengan kejadian yang terjadi.Selain itu
26 Elsy Zuriani, Literasi Sains Pendidikan, dari
sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/wagj1343099486.pdf diunduh pada tanggal 24 Desember 2014, pukul 19.00 WIB
27
Hayat Hokayem, dkk., Scientific Literacy in Lebanese Biology National Exam: a Case Study Comparing Pre/Post Exam, dalam Journal International Education Vol. 44 no. 1, (fall, 2014), h. 77
28 Djanuar Rahmatunnisa Haristy, dkk., Pembelajaran Berbasis Literasi Sains Pada Materi
Larutan Elektrolit dan non-Elektrolit di SMA Negeri 1 Pontianak 2013. dari jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/4002/4033 diunduh pada tanggal 24 Deaember 2014, pukul 20.00 WIB
(37)
pengetahuan pendidikan sains memberikan kesempatan kepada pelajar memperoleh pemahaman dan prinsip sains secara terpadu dan dapat menghubungkan pemahaman sanitifik tersebut dengan fenomena alam yang terjadi dan pengalaman sehari–hari.29
Pada PISA 2015 definisi literasi sains dapat dicirikan sebagai terdiri dari empat aspek yang saling terkait, sebagai berikut:30
Tabel 2.3 Dimensi Literasi Sains
Dimensi Literasi Sains Penjelasan
Konteks Kepribadian, local, isu nasional
dan global, baik saat ini maupun sejarah, yang menuntut beberapa pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengetahuan Pemahaman utama tentang
fakta-fakta, konsep dan penjelasan teori yang membentuk dasar
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang alam dan artefak teknologi (content knowledge), pengetahuan tentang bagaimana ide-ide tersebut diproduksi (procedural
knowledge) dan pemahaman tentang alasan yang mendasari untuk prosedur ini dan
pembenaran untuk mereka
29
Mohd Ali Ibrahim dan Nor Hafiz Mohd Aspar, Tahap Literasi Sains Di Kalangan Pelajar Tingkatan Empat Sekolah Aliran Agama Di Daerah Hilir Perak, dalam Journal of Scicence and Mathematics Educational Vol. 2, (Juni 2011) h. 102-112
30OECD, Pisa 2015 Draft Science Framework, (2013), dari http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Draft%20PISA%202015%20Science%20Framework%20.p df diunduh pada tanggal 26 Desember 2014, pukul 15.00 WIB
(38)
Dimensi Literasi Sains Penjelasan
gunakan (epistemic knowledge).
Kompetensi Kemampuan untuk menjelaskan
fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti ilmiah
Sikap Sikap terhadap ilmu pengetahuan
ditandai dengan minat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; menghargai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan, bila sesuai, dan persepsi dan kesadaran akan masalah lingkungan.
Menurut Soobard dan Rannikmae kemampuan literasi sains dapat dikategorikan berdasarkan jawaban anak menjadi 4. Berikut ini merupakan kategori literasi sains menurut Sooboard dan Rannikmae:31
Tabel 2.4 Kategori Literasi Sains
Tingkat Deskripsi
Nominal Siswa setuju dengan apa yang dinyatakan
orang lain tanpa adanya ide-ide sendiri. Siswa menggunakan/memanfaatkan dan menuliskan istilah ilmah, namun tidak mampu untuk membenarkan istilah atau mengalami miskonsepsi.
Fungsional Siswa mampu mengingat informasi dari buku teks misalnya menuliskan fakta-fakta dasar, tetapi tidak mampu membenarkan pendapat
31
Regiana Soobard dan Miia Rannikmae, Assesing student’s level of scientific literacy using interdisciplinary scenarios, dalam Journal Science Education International vol. 22 (2011), h. 138
(39)
Tingkat Deskripsi
sendiri berdasarkan pada teks atau grafik yang diberikan. Siswa bahkan mengetahui konsep antar disiplin, tetapi tidak mampu
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep tersebut.
Konseptual/Prosedural Siswa memanfaatkan konsep antar disiplin ilmu dan menunjukan pemahaman dan saling keterkaitan. Siswa memiliki pemahaman tentang masalah, membenarkan jawaban dengan benar infomasi dari teks, grafik atau tabel. Siswa mampu menganalisis alternative solusi.
Multidimendional Siswa memanfaatkan berbegai konsep dan menunhujan kemampuan untuk
menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Siswa mengerti bagaimana ilmu pengetahuan, masyarakat dan teknologi yang saling terkait dan
mempengaruhi satu sama lain. Siswa juga menunjukan pemahaman tentang sifat ilmu penegtahuan melalui jawabannya.
Ada empat aspek pada literasi sains yang dapat dilihat dan di ukur menggunakan asesmen yang telah ditentukan oleh PISA, empat aspek tersebut ialah konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap. Empat aspek ini lah yang dapat mengukur siswa memiliki tingkat literasi sains yang baik atau tidak, empat aspek ini sangat berkaitan erat dengan literasi sains. Selain itu kategori literasi sains bisa juga dilihat melalui jawaban siswa, ketegori tersebut dibagi menjadi 4 yaitu nominal, fungsional. konseptual/prosedural dan multidimensional.
(40)
5. Konsep Keanekaragaman Hayati
a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Konsep Keanekaragaman Hayati
Biologi sebagai salah satu bidang yang tercakup dalam lingkup IPA memberikan kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami fenomena yang terjadi di alam sekitar. Dalam kaitannya dengan bidang IPA-Biologi memiliki kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berlaku secara nasional sebagai standarisasi untuk dijadikan acuan.
Konsep keanekaragaman hayati yang dipelajari di tingkat SMA/MA memiliki standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sebagai berikut:
1) Standar Kompetensi (SK)
3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
2) Kompetensi Dasar (KD)
3.1Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan.
3.2Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam.
b. Kajian Materi Konsep Keanekaragaman Hayati
Konsep keanekaragaman hayati ini terbagi atas beberapa sub konsep, yaitu: 1) Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati, 2) Keanekaragaman hayati di Indonesia, 3) Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, 4) Pengaruh kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati, 5) Usaha perlindungan alam dan 6) Klasifikasi keanekaragaman hayati. Dari sub konsep ini akan diberikan materi ajar yang relevan dan berkaitan dengan kondisi yang sedang berkembag sehingga siswa dapat memahami perkembangan yang terjadi.32
32 Indun Kistinnah dan Endang Sri Lestari, Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya SMA/MA,
(41)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang bisa dijadikan acuan atau pembanding dalam keberhasilan pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning terhadap Literasi Sains Siswa antara lain:
Pandu Grandi Wangsa P, Selly F dan Dedi S dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pemberian Integrated Reading and Writing Task Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tema Mesin Uap Tehadap Peningkatan Literasi Fisika Siswa SMP.33 Dalam penelitian Pandu Grandi Wangsa P, dapat disimpulkan pemberian IRWT ternyata dapat mempengaruhi peningkatan literasi fisika siswa SMP.Terdapat peningkatan pada 4 aspek literasi sains yaitu peningkatan pada aspek competencies, context, knowledge dan attitude.Siswa yang di berikan IRWT memiliki peningkatan kemampuan yang lebih besar.
Ermawati D, Selli F, dan Saeful dalam Penelitiannya tentang Penerapan Pemberian Tugas Awal “Integrated Reading And Writing” daam Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP.34 Dalam penelitian Ermawati D, Selli F, dan Saeful K, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal sebelum pembelajaran dapat menentukan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan literasi fisika adalah memberikan tugas awal integrated reading and writing (pemberian bahan bacaan IPA yang disertai dengan didalamnya tercakup strategi membaca dan menulis yang diberikan sebelum pelajaran) sebagai pengetahuan awal, serta dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Dari penelitian ini menunjukan peningkatan literasi fisika setelah diberikan integrated reading and writing dalam pembelajaran berbasis masalah.
33 Pandu Grandi Wangsa. P, Selly F, dan Dedi S. 2013, Pengaruh Intergrated Reading and Writing
Task Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tema Mesin Uap Terhadap Peningkatan Literasi Sains Siswa SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, (Bandung, 3-4 Juli 2013), h. 188
34 Ermawati Dewi, Selli. F, dan Saeful. K. 2013, Penerapan Pemberian Tugas Awal Integrated
Reading and Writing dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, (Bandung, 3-4 Juli 2013), h. 83
(42)
Esti Maras. I, Saeful K, dan Selly F dalam penelitiannya tentang Penerapan Strategi Membaca dan Menulis pada Tugas Awal dalam Pembelajaran IPA Bertema Ultrasound untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP.35 Dalam penelitian Esti Maras I, Saeful K, dan Selly F, dapat disimpulkan bahwa strategi membaca dan menulis pada pemberian tugas awal dalam penelitian ini, yaitu pemberian tugas awal yang terdiri dari bahan bacaan yang meliputi strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode SQRW (Survey, Question, Reading and Writing) dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep, yang difokuskan pada materi pembelajaran fisika. Penerapan strategi membaca dan menulis pada tugas awal dapat meningkatkan literasi fisika siswa.
Eko Hariadi dalam penelitiannya tentang Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun.36 Dalam penelitian Eko Hariadi, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya sikap sains dan latar belakang pendidikan orang tua.Tinggi rendahnya sikap siswa terhadap sains dipengaruhi secara positif oleh pekerjaan yang diinginkan siswa, kegiatan belajar mengajar di kelas, waktu yang di gunakan untuk belajar sains, kepercayaan diri dan motivasi belajar sains.Semakin besar kepercayaan diri dan motivasi belajar sains, semakin besar literasi yang dicapai oleh siswa.
Sandra A, Wiwi I, dan Andreas Priyono B. P. dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis.37 Dalam penelitian Sandra A, Wiwi I, dan Andreas Priyono B. P. dapat disimpulkan bahwa pendekatan Problem Based Learning (PBL) memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan analisis
35 Esti Maras I, Saeful K, dan Selly F. 2013, Penerapan Strategi Membaca dan Menulis pada Tugas
Awal salam Pembelajaran IPA Bertema Ultrasound untuk Meningkatkan Literasi Fisika SMP, dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013, (Bandung, 3-4 Juli 2013), h. 88-91
36 Eko Hariadi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15
Tahun, dalam Jurnal Pendidikan Dasar vol. 10 no. 1, (2009), h. 42
37 Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, dan Andreas Priyono B. P., Pengaruh Pendekatan Problem
Based Learning Dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis, dalam Jurnal Biology Education Unnes Vol. 1 no. 3, (2012), h. 17
(43)
siswa. Tingkat analisis siswa meningkat setelah diberikan pembelajaran berbasis Problem Based Learning.
Zhihui Fang dan Youhua Wei dalam penelitiannya tentang Improving Middle School Students Science Literacy Through Reading Infusion.38 Dalam penelitian Zhihui Fang dan Youhua Wei dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai efek dari kurikulum berbasis penyelidikan yang terintegrasi dengan strategi membaca dan kualitas buku pada literasi sains siswa berdampak positif pada literasi sains siswa. Peneliti menggunakan 2 kondisi yang berbeda dengan metode berbasis inquiry saja dan berbasis inquiry ditambah dengan membaca, hasilnya adalah metode dengan inquiry dan membaca lebih unggul dibandingkan dengan inquiry saja.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:
38 Zhihui Fang dan Youhua Wei, Improving Middle School Students Science Literacy Through
(44)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Rendahnya tingkat literasi sains siswa di Indonesia mengakibatkan ranking PISA Indonesia berada di bawah rata–rata. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat literasi sains siswa di Indonesia. Masalah rendahnya literasi sains tersebut dapat timbul dari desain, strategi,dan tingkat pemahaman siswa terhadap sains. Pemahaman terhadap sains menjadi hal penting untuk meningkatkan literasi sains siswa di Indonesia.Salah satu faktor penyebab
(45)
rendahnya literasi sains adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran masih kurang variatif dan terkadang tidak sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga siswa kurang memahami materi pembelajaran. Pemberian model problem based learning pun dianggap masih kurang dalam meningkatkan literasi sains siswa.
Penggunaan integrated reading and writing task berbasis problem based learning dipandang dapat mengatasi permasalahan rendahnya literasi sains. Pengeajaran dengan menggunakan integrated reading and writing task berbasis problem based learning memungkinkan siswa untuk memperkuat pemahaman terhadap sains pada materi keankearagaman hayati. Pembelajaran menggunakan integrated reading and writing task membuat siswa memperoleh pengetahuan literasi sains yang di bagi menjadi beberapa dimensi. Selain itu, kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat meningkat dengan pemberian integrated reading and writing task berbasis problem based learning ini. Pemahaman konsep sains didukung dengan masalah yang diberikan diharapkan dapat membantu siswa dalam menerapkan ilmu sains pada kehidupan sehari–hari sehingga literasi sains siswa meningkat.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis terhadap masalah kajian. Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini yaitu, pemberian Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning mempengaruhi Literasi sains siwa pada konsep keanekaragaman hayati.
(46)
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 10 Tangerang Selatan yang beralamat di Jalan Raya Tegalrotan, Bintaro Sektor 9. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode Quasi Experimental Design. Metode ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel- variabel luar yang mempengaruhi eksperimen. Dengan bentuk desain Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk menegetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.1 Kemudian tiap kelas diberikan pembelajaran, pada kelas eksperimen diberikan treatment dan kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan Problem Based Learning.
Berikut ini desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan:
O1 : Pretest yang diberikan sebulum pelaksanaan pembelajaran
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
(47)
X1 : Pembelajaran menggunakan Integrated Reading and Writing Task berbasis Problem Based Learning
O2 : Posttest yang diberikan setelah pembelajaran berlangsung
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.2 Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMAN 10 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
Pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling, karena pengambilan sampling secara random atau tanpa pandang bulu.3 Langkah-langkah penentuan sampelnya adalah sebagai berikut: pertama dari 7 kelas X yang ada di SMAN 10 Tangerang Selatan, dipilih dua kelas secara random sebagai kelompok eksperimen dan kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan observasi:
1. Tes
Tes yang digunakan adalah pretest dan posttest dimana siswa diberikan soal sebanyak 11 dengan bentuk soal berupa essay. Tes ini menggunakan jenis tes uraian bebas, dimana siswa tidak dibatasi dan bergantung pada pandangan siswa itu sendiri.4
2. Task
Task disini adalah tugas yang diberikan kepada siswa mengeani materi yang akan dipelajari. Task terdiri dari tugas membaca dan menulis yang di bagi dalam beberapa part.
2
Ibid h. 117.
3
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 125.
4 Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
(48)
3. Lembar Observasi
Lembar observasi disini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran berlangsung. Tujuan dari lembar observasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian model pembelajaran yang digunakan. Observasi sendiri dijadikan alat penilaian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.5
4. Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah wawancara guru, dimana guru diberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pemberian tugas, model pembelajaran dan literasi sains.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Tes ialah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam Susana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.6 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal – soal pretest dan postest berupa soal pilihan essay berjumlah 11 soal.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes
Indikator Soal
Level Literasi
Sains
No Soal
Menjelaskan definisi keanekaragaman hayati yang ada disekitar
2 1*
Mengalisis tingkat keanekaragaman hayati tingkat gen
3 2*
5 Ibid, h.84
6
(49)
Indikator Soal
Level Literasi
Sains
No Soal
Menganalisis perbedaan keanekaragaman hayati tingkat gen
4 3
Menganalisis perbedaan pada keanekaragaman hayati tingkat jenis
5 4
Mengklasifikasi keanekaragaman hayati tingkat gen
1 5*
Menjelaskan akibat perbedaan
keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
4 6*
Menjelaskan peranan panda pada keanekaragaman hayati di Indonesia
3 7*
Menganalisis pesebaran fauna di Indonesia 3 8* Menjelaskan manfaat keanekaragaman hayati 1 9 Menjelaskan cara pemanfaatan
keanekaragaman hayati
5 10*
Menganalisis dampak kegiatan manusia 5 11 Merancang aktivitas kegiatan manusia yang
berdampak terhadap keanekaragaman hayati
6 12*
Menjelaskan usaha pelestarian 2 13*
Menentukan peran siswa terhadap pelestarian hewan yang terancam punah
5 14*
Merencanakan program pelestarian keanekaragaman hayati
5 15*
(50)
F. Kalibrasi Instrumen 1. Uji Validitas
Uji validitas suatu penelitian bertujuan menunjukan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. 7mengetahui apakah instrument yang digunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan product moment, yaitu:
r
xy=
keterangan:
r
xy = koefisien variabel X dan YX = skor total tiap butir soal Y = skor total setiap siswa N = jumlah siswa uji coba
Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai
r
xy Kriteria0,80 – 1,00 Sangat Tinggi 0,60 – 0,80 Tinggi 0,40 – 0,60 Cukup 0,20 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah
Dari hasil uji coba validasi instrumen yang telah dilakukan, hasil uji validitas menunjukan 11 butir soal yang valid dan 4 butir soal yang tidak valid. Dari ke-11 soal yang valid tersebut akan digunakan sebagai instrumen penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Instrument yang reliabel merupakan instrument yang apabila diujikan untuk mengukur objek kembali akan menghasilkan data yang sama. Dalam
7 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
(51)
penelitian ini rumus yang digunakan untuk menguji reabilitas soal adalah rumus Alpha8.
Rumus Alpha
r11
=
keterangan:
r11 = koefiesien reliabilitas n = jumlah item
∑σi² = jumlah varians skor tiap-tiap item σt² = varians total
Interpretasi nilai reabilitas tes yang didapat dari perhitungan berdasarkan rumus Alpha digunakan reabilitas tes seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas Soal
Koefisien Korelasi Kriteria
0,8 - 1,00 Sangat tinggi
0,6 - 0,79 Tinggi
0,4 - 0,59 Sedang
0,2 - 0,39 Rendah
0,00 - 0,19 Sangat rendah
Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Anates, didapatkan hasil 0.79. jika dilihat dari kriteria pengujian maka kriteria reliabilitas beraa pada kriteria tinggi.
3. Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran soal bertujuan untuk mengetahui apakah antar soal yang mudah, sedang dan sukar sudah seimbang atau belum. Besarnya indeks taraf kesukaran (P) dapat dihitung dengan rumus :9
8 Suharsismi Arikunto, Op Cit, h. 122 9
(1)
No Kode No
3
%
No 2
No 6
No 9
%
No 1
%
No 4
No 5
%
No 10
No 11
%
No 7
No
8 %
Lev 1
Lev 2
Lev 2
Lev 2
Lev 3
Lev 4
Lev 4
Lev 5
Lev 5
Lev 6
Lev 6
1 A 1 0.64 1 0 1 0.43 1 0.64 1 1 0.64 1 2 0.96 1 1 0.64
2 B 2 1.28 1 1 2 0.85 1 0.64 2 1 0.96 0 0 0.00 2 1 0.96
3 C 1 0.64 1 0 1 0.43 1 0.64 1 1 0.64 1 2 0.96 1 1 0.64
4 D 2 1.28 1 1 1 0.64 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64 2 1 0.96
5 E 4 2.56 4 3 3 2.14 3 1.92 1 1 0.64 2 1 0.96 1 1 0.64
6 F 3 1.92 1 4 4 1.92 3 1.92 1 1 0.64 1 2 0.96 1 1 0.64
7 G 1 0.64 1 1 0 0.43 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 1 0 0.32
8 H 1 0.64 1 1 1 0.64 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64 1 2 0.96
9 I 2 1.28 2 2 3 1.50 1 0.64 1 1 0.64 2 1 0.96 1 1 0.64
10 J 3 1.92 2 3 2 1.50 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 2 1 0.96
11 K 3 1.92 2 3 4 1.92 1 0.64 1 1 0.64 2 1 0.96 1 1 0.64
12 L 3 1.92 3 2 2 1.50 3 1.92 1 2 0.96 1 2 0.96 2 1 0.96
13 M 3 1.92 2 2 2 1.28 2 1.28 1 2 0.96 1 1 0.64 1 1 0.64
14 N 2 1.28 1 1 1 0.64 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 1 1 0.64
15 O 2 1.28 1 0 2 0.64 1 0.64 0 1 0.32 0 0 0.00 1 1 0.64
16 P 2 1.28 2 2 2 1.28 1 0.64 1 1 0.64 1 2 0.96 1 1 0.64
17 Q 3 1.92 2 3 2 1.50 3 1.92 1 2 0.96 2 1 0.96 1 0 0.32
18 R 3 1.92 1 1 1 0.64 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64
19 S 2 1.28 2 2 2 1.28 1 0.64 1 1 0.64 1 0 0.32 1 1 0.64
(2)
No Kode No
3
%
No 2
No 6
No 9
%
No 1
%
No 4
No 5
%
No 10
No 11
%
No 7
No 8
% Lev
1
Lev 2
Lev 2
Lev 2
Lev 3
Lev 4
Lev 4
Lev 5
Lev 5
Lev 6
Lev 6
21 U 3 1.92 2 2 2 1.28 2 1.28 1 1 0.64 2 1 0.96 1 1 0.64
22 V 2 1.28 2 2 1 1.07 4 2.56 3 2 1.60 1 1 0.64 2 2 1.28
23 W 1 0.64 0 0 0 0.00 1 0.64 1 1 0.64 0 0 0.00 2 0 0.64
24 X 3 1.92 2 2 2 1.28 1 0.64 1 2 0.96 1 1 0.64 2 1 0.96
25 Y 2 1.28 1 1 1 0.64 1 0.64 0 2 0.64 1 2 0.96 1 0 0.32
26 Z 3 1.92 3 2 2 1.50 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 1 1 0.64
27 AA 2 1.28 2 2 2 1.28 1 0.64 1 1 0.64 1 0 0.32 1 1 0.64
28 BB 3 1.92 2 1 1 0.85 1 0.64 1 1 0.64 2 1 0.96 0 1 0.32
29 CC 3 1.92 4 2 2 1.71 2 1.28 2 1 0.96 1 2 0.96 1 1 0.64
30 DD 1 0.64 1 1 1 0.64 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64
31 EE 1 0.64 1 1 0 0.43 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 2 0 0.64
32 FF 3 1.92 2 2 2 1.28 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 1 1 0.64
33 GG 1 0.64 1 1 0 0.43 1 0.64 1 1 0.64 2 1 0.96 2 1 0.96
34 HH 3 1.92 3 3 2 1.71 1 0.64 1 1 0.64 2 1 0.96 1 1 0.64
35 II 2 1.28 1 1 1 0.64 1 0.64 0 1 0.32 1 1 0.64 0 0 0.00
36 JJ 3 1.92 2 2 2 1.28 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64
37 KK 3 1.92 2 2 2 1.28 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 1 1 0.64
38 LL 3 1.92 2 1 1 0.85 1 0.64 1 2 0.96 2 1 0.96 1 1 0.64
39 MM 2 1.28 2 2 1 1.07 1 0.64 1 1 0.64 1 1 0.64 0 1 0.32
(3)
No Kode No
3
% No
2
No 6
No 9
%
No 1
% No
4
No 5
%
No 10
No 11
%
No 7
No 8
% Lev
1
Lev 2
Lev 2
Lev 2
Lev 3
Lev 4
Lev 4
Lev 5
Lev 5
Lev 6
Lev 6
1 A 4 2.5 3 4 3 2.08 4 2.5 3 3 1.88 3 2 1.56 1 2 0.94
2 B 4 2.5 4 4 3 2.29 3 1.88 3 2 1.56 3 3 1.88 2 2 1.25
3 C 4 2.5 3 4 3 2.08 4 2.5 4 3 2.19 3 2 1.56 2 1 0.94
4 D 3 1.88 3 3 4 2.08 3 1.88 3 2 1.56 2 3 1.56 3 3 1.88
5 E 4 2.5 3 4 4 2.29 3 1.88 2 2 1.25 3 2 1.56 2 2 1.25
6 F 4 2.5 3 3 3 1.88 4 2.5 3 3 1.88 3 3 1.88 2 2 1.25
7 G 3 1.88 3 3 3 1.88 3 1.88 3 2 1.56 3 2 1.56 2 2 1.25
8 H 4 2.5 3 3 2 1.67 3 1.88 2 2 1.25 3 3 1.88 2 2 1.25
9 I 4 2.5 4 4 3 2.29 3 1.88 2 3 1.56 3 3 1.88 2 3 1.56
10 J 4 2.5 3 4 4 2.29 4 2.5 3 3 1.88 3 3 1.88 3 3 1.88
11 K 4 2.5 3 4 3 2.08 3 1.88 2 4 1.88 2 2 1.25 2 2 1.25
12 L 3 1.88 3 2 3 1.67 3 1.88 3 2 1.56 3 3 1.88 2 2 1.25
13 M 4 2.5 2 3 2 1.46 2 1.25 3 2 1.56 3 1 1.25 2 1 0.94
14 N 4 2.5 3 3 3 1.88 3 1.88 3 3 1.88 2 3 1.56 1 2 0.94
15 O 4 2.5 3 4 3 2.08 3 1.88 3 4 2.19 4 3 2.19 2 2 1.25
16 P 4 2.5 4 3 3 2.08 3 1.88 3 3 1.88 3 3 1.88 3 1 1.25
17 Q 4 2.5 4 4 3 2.29 2 1.25 2 3 1.56 3 3 1.88 2 2 1.25
18 R 3 1.88 4 4 3 2.29 4 2.5 2 3 1.56 3 2 1.56 2 2 1.25
19 S 4 2.5 4 4 4 2.50 4 2.5 4 4 2.50 4 4 2.50 3 3 1.88
(4)
No Kode No
3
% No
2
No 6
No 9
%
No 1
% No
4
No 5
%
No 10
No 11
%
No 7
No 8
% Lev
1
Lev 2
Lev 2
Lev 2
Lev 3
Lev 4
Lev 4
Lev 5
Lev 5
Lev 6
Lev 6
21 U 4 2.5 3 4 3 2.08 4 2.5 3 2 1.56 3 2 1.56 3 1 1.25
22 V 3 1.88 3 3 4 2.08 3 1.88 3 4 2.19 3 3 1.88 3 2 1.56
23 W 4 2.5 4 3 3 2.08 4 2.5 3 3 1.88 3 2 1.56 2 1 0.94
24 X 4 2.5 3 4 4 2.29 4 2.5 3 3 1.88 2 2 1.25 3 2 1.56
25 Y 4 2.5 3 3 4 2.08 4 2.5 3 4 2.19 3 2 1.56 2 3 1.56
26 Z 4 2.5 4 4 3 2.29 4 2.5 3 2 1.56 3 2 1.56 2 2 1.25
27 AA 3 1.88 3 4 3 2.08 3 1.88 3 3 1.88 3 3 1.88 2 3 1.56
28 BB 4 2.5 3 4 3 2.08 3 1.88 3 3 1.88 1 1 0.63 0 1 0.31
29 CC 3 1.88 4 4 3 2.29 3 1.88 2 3 1.56 3 3 1.88 2 2 1.25
30 DD 4 2.5 3 3 3 1.88 4 2.5 3 3 1.88 3 2 1.56 2 2 1.25
31 EE 4 2.5 3 4 3 2.08 3 1.88 4 2 1.88 2 2 1.25 2 2 1.25
32 FF 3 1.88 4 4 3 2.29 3 1.88 4 3 2.19 4 2 1.88 2 3 1.56 33 GG 3 1.88 3 4 3 2.08 3 1.88 3 3 1.88 3 3 1.88 2 2 1.25
34 HH 3 1.88 3 4 3 2.08 4 2.5 3 3 1.88 3 3 1.88 3 3 1.88
35 II 4 2.5 3 4 3 2.08 3 1.88 2 3 1.56 3 0 0.94 2 1 0.94
36 JJ 3 1.88 3 4 3 2.08 3 1.88 3 3 1.88 2 3 1.56 2 3 1.56 37 KK 3 1.88 3 4 3 2.08 3 1.88 2 3 1.56 3 3 1.88 2 2 1.25
38 LL 4 2.5 3 4 4 2.29 4 2.5 3 4 2.19 3 2 1.56 3 3 1.88
39 MM 4 2.5 3 4 4 2.29 3 1.88 3 3 1.88 4 4 2.50 3 2 1.56
40 NN 4 2.5 4 4 3 2.29 3 1.88 3 3 1.88 3 2 1.56 2 3 1.56
(5)
No Kode No
3
%
No 2
No 6
No 9
%
No 1
%
No 4
No 5
%
No 10
No 11
%
No 7
No
8 %
Lev 1
Lev 2
Lev 2
Lev 2
Lev 3
Lev 4
Lev 4
Lev 5
Lev 5
Lev 6
Lev 6
1 A 3 1.92 3 3 3 1.92 4 2.56 3 2 1.60 1 2 0.96 2 1 0.96
2 B 4 2.56 3 3 3 1.92 3 1.92 2 3 1.60 2 2 1.28 2 2 1.28
3 C 4 2.56 3 3 4 2.14 2 1.28 3 2 1.60 2 2 1.28 2 2 1.28
4 D 3 1.92 3 3 2 1.71 2 1.28 4 2 1.92 3 2 1.60 2 2 1.28
5 E 3 1.92 3 3 2 1.71 4 2.56 4 2 1.92 3 2 1.60 3 3 1.92
6 F 4 2.56 4 4 4 2.56 4 2.56 4 4 2.56 3 3 1.92 3 2 1.60
7 G 4 2.56 4 3 3 2.14 2 1.28 2 3 1.60 2 3 1.60 3 2 1.60
8 H 3 1.92 3 4 3 2.14 3 1.92 3 2 1.60 1 2 0.96 1 2 0.96
9 I 4 2.56 3 4 3 2.14 3 1.92 3 3 1.92 2 2 1.28 2 2 1.28
10 J 3 1.92 3 4 3 2.14 4 2.56 2 2 1.28 1 2 0.96 2 2 1.28
11 K 4 2.56 3 3 2 1.71 2 1.28 3 3 1.92 2 2 1.28 2 2 1.28
12 L 3 1.92 2 3 2 1.50 3 1.92 1 2 0.96 1 2 0.96 2 2 1.28
13 M 2 1.28 3 2 3 1.71 2 1.28 2 2 1.28 2 1 0.96 2 1 0.96
14 N 3 1.92 3 3 3 1.92 1 0.64 2 2 1.28 2 1 0.96 1 2 0.96
15 O 4 2.56 2 3 3 1.71 2 1.28 2 2 1.28 1 1 0.64 2 0 0.64
16 P 4 2.56 3 4 3 2.14 3 1.92 2 4 1.92 2 1 0.96 2 2 1.28
17 Q 3 1.92 3 3 3 1.92 3 1.92 3 2 1.60 1 2 0.96 2 1 0.96
18 R 3 1.92 3 3 3 1.92 3 1.92 3 2 1.60 1 2 0.96 1 2 0.96
19 S 4 2.56 3 3 3 1.92 3 1.92 2 2 1.28 2 2 1.28 2 1 0.96
(6)
No Kode No
3
%
No 2
No 6
No 9
%
No 1
%
No 4
No 5
%
No 10
No 11
%
No 7
No 8
% Lev
1
Lev 2
Lev 2
Lev 2
Lev 3
Lev 4
Lev 4
Lev 5
Lev 5
Lev 6
Lev 6
21 U 4 2.56 3 4 4 2.35 2 1.28 3 3 1.92 3 2 1.60 2 1 0.96
22 V 4 2.56 3 3 3 1.92 4 2.56 2 2 1.28 2 1 0.96 2 1 0.96
23 W 4 2.56 3 4 3 2.14 4 2.56 3 3 1.92 2 2 1.28 3 2 1.60
24 X 3 1.92 3 4 3 2.14 3 1.92 3 2 1.60 2 1 0.96 2 2 1.28
25 Y 4 2.56 4 3 3 2.14 3 1.92 3 2 1.60 2 1 0.96 1 1 0.64
26 Z 4 2.56 3 3 3 1.92 3 1.92 3 3 1.92 2 1 0.96 2 0 0.64
27 AA 4 2.56 4 4 4 2.56 4 2.56 4 4 2.56 3 2 1.60 3 2 1.60
28 BB 3 1.92 3 3 3 1.92 3 1.92 2 2 1.28 2 2 1.28 2 2 1.28
29 CC 4 2.56 2 4 3 1.92 3 1.92 3 2 1.60 2 2 1.28 1 2 0.96
30 DD 4 2.56 3 4 4 2.35 3 1.92 3 2 1.60 3 2 1.60 0 2 0.64
31 EE 4 2.56 3 4 3 2.14 3 1.92 2 2 1.28 1 2 0.96 2 1 0.96
32 FF 4 2.56 3 4 4 2.35 2 1.28 2 2 1.28 2 1 0.96 1 2 0.96
33 GG 4 2.56 4 4 2 2.14 2 1.28 2 3 1.60 2 2 1.28 1 2 0.96
34 HH 4 2.56 3 4 2 1.92 3 1.92 2 3 1.60 3 2 1.60 2 2 1.28
35 II 3 1.92 3 3 2 1.71 4 2.56 3 3 1.92 1 2 0.96 2 1 0.96
36 JJ 4 2.56 3 4 3 2.14 3 1.92 2 2 1.28 1 1 0.64 1 0 0.32
37 KK 4 2.56 3 4 3 2.14 4 2.56 1 2 0.96 2 2 1.28 2 2 1.28
38 LL 2 1.28 3 4 2 1.92 3 1.92 4 3 2.24 2 2 1.28 2 2 1.28
39 MM 4 2.56 3 3 4 2.14 3 1.92 2 3 1.60 1 3 1.28 2 2 1.28