Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DEDE ARDIANSYAH NIM 109016200002

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Dede Ardiansyah 109016200002; Penelitian berjudul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry. Skripsi, jurusan pendidikan kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014

Pembelajaran sains saat ini kurang mengedepankan keterampilan proses sains (KPS), padahal aspek keterampilan proses sains merupakan dasar utama pembelajaran sains di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas keterampilan proses sains siswa dan keterampilan proses sains yang dominan muncul pada kegiatan pembelajaran dan praktikum menggunakan model Guided Inquiry. Subyek penelitian ini berjumlah 29 siswa. Untuk mengukur keterampilan proses sains siswa, digunakan instrument berupa Tes, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Observasi. Penelitian ini dilakukan dengan metoda deskriftif. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa keseluruhan aspek keterampilan proses sains siswa MAN 1 Bayah termasuk ke dalam kategori Baik. Tetapi dari kesembilan aspek keterampilan proses sains siswa, ada 2 aspek yang termasuk kedalam kategori Cukup. Aspek tersebut yaitu merencanakan Percobaan dan Berhipotesis Berdasarkan hasil tersebut, untuk meningkatkan aspek yang memiliki nilai rendah, seorang guru perlu menanamkan pemahaman dasar ketika diawal pembelajaran. Upaya tersebut dilakukan agar siswa dapat mengembangkan ide-ide kreatif pada kegiatan pembelajaran maupun praktikum.


(6)

ii

ABSTRACK

Ardiansyah Dede 109016200002; The research titled Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry. These, Chemistry Education, Faculty of Education and Teacher Training, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

The current science learning less of science process skill, whereas aspect of the basic science process skill is the primary learning of science in the laboratory. This research aims to identify the quality of students science process skill and the skill of dominant process appears on learning activities and guided inquiry lab using model subject of this research is 29 students, to measure the students science process skill used instrument in the form of the test, the students worksheet (LKS) and the observation sheet. This research is done by descriptive methods. Based on obtained data, show the overall aspect of science process skill students MAN 1 Bayah include in proper category. But from the nine aspect of science process skill of student, there are two aspect which belong to the sufficient category. The aspect that is planned trial and hypothesize based on these result to improve the aspect is that have a low grade. A teacher needs to a basic understanding of when in the beginning of learning. This effort aim to make that students can develop creativitness in learning activities and practikcum.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan sahabat-sahabatnya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry”. Skripsi ini menggambarkan bagaimana kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA MAN 1 Bayah pada praktikum Asam Basa berbasis

guided inquiry di sekolah”. Selain itu skripsi ini memberikan gambaran kepada

guru kimia yang akan menggunakan model ini sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran kimia di sekolah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik yang membangun sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan


(8)

iv

pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Salamah Agung, Ph.D yang dengan ramah dan bersemangat membantu penulis dalam konsultasi skripsi penulis.

7. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Kimia.

8. Bapak Kepala Sekolah, Guru, serta Staf MAN 1 Bayah, khususnya Bapak Ahmad, M.Pd., selaku Guru Kimia yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

9. Mamah dan Bapak tercinta yang telah mendidik, mengajar dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melangkah lebih jauh, menyelesaikan kuliah dan skripsi, yang selalu berdoa dalam setiap hela nafas dan sujudnya, yang selalu mendukung penulis sehingga penulis mempunyai kepercayaan diri yang sangat tinggi serta selalu optimis dalam menjalani hidup. Terima kasih atas nama terbaik yang diberikan.

10. Kakak dan adikku tercinta teh Euis, teh mimin, aa Kris dan Ovi terima kasih atas segala doa, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang diberikan, terima kasih atas segalanya.

11. Siswa-siswi MAN 1 Bayah khususnya kelas XI IPA 1 dan XI IPA II yang telah membantu penulis saat proses pengumpulan data. Kegembiraan, keriangan dan kelucuan dari kalian sangat penulis rindukan.

12. Teman teristimewa Euis Karlina, S.Pd yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman terbaik yang selalu memberi semangat di Berkah Familly dan rekan keluarga kimia. Thanks for being my friends in the health and sick, in


(9)

v

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaan kimia di sekolah.

Jakarta, 26 Mei 2014 Penulis


(10)

vi

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Grafik ... ix

Daftar Bagan ... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Model Pembelajaran Inquiry ... 7

1. Pengertian Model Inquiry ... 7

2. Tingkatan Inquiry ... 10

3. Langkah-Langkah Model Pemebelajaran Inquiry ... 11

4. Peranan Model Pemebelajaran Inquiry ... 13

5. Keunggulan dan Kelemahan Inquiry ... 13

B. Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 14

1. Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 14

2. Karakteristik Model Pembelajaran Guided Inquiry ... 15

3. Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry ... 17


(11)

vii

C. Hakikat Keterampilan Proses Sains ... 20

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains ... 20

2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya... 23

3. Tujuan Keterampilan Proses Sains... 28

D. Konsep Asam Basa ... 28

E. Hasil Kajian Pustaka Yang Relevan ... 30

F. Kerangka Berpikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Lokasi Peneliitian ... 34

1. Lokasi Penelitian ... 34

2. Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian... 34

C. Sampel Penelitian ... 36

D. Instrument Penelitian ... 36

1. Tes ... 36

2. Lembar Observasi ... 36

3. Lembar Kerja Siswa ... 38

4. Lembar Wawancara ... 38

5. Catatan Lapangan ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Tahap Persiapan ... 40

2. Tahap Pelaksanaan ... 40

F. Kalibrasi Instrumen Penelitian ... 43

1. Validitas Isi ... 43

2. Validitas Konstruksi ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

1. Lembar Observasi ... 44

2. Lembar Kerja Siswa ... 46

3. Tes ... 46


(12)

viii

5. Data Catatan Lapangan ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 48

1. Hasil Tes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 48

2. Hasil Penilaian LKS Keterampilan Proses Sains Siswa ... 49

3. Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 50

4. Hasil Wawancara Terhadap Siswa ... 52

5. Data Catatan Lapangan ... 53

B. Pembahasan ... 55

1. Keteampilan Proses Sains a. Keterampilan Proses sains Siswa Berdasarkan TES ... 56

b. Keterampilan Proses sains Siswa Berdasarkan LKS ... 57

c. Keterampilan Proses sains Siswa Berdasarkan Lembar Observasi ... 58

2. Keterampilan Proses sains (KPS) Beradasarkan Setiap Indikator ... 59

a. Observasi ... 59

b. Mengklasifikasi ... 60

c. Interpretasi... 61

d. Memprediksi ... 61

e. Mengajukan Pertanyaan ... 62

f. Hipotesis ... 63

g. Merencanakan Percobaan... 64

h. Menerapkan Konsep... 65

i. Mengkomunikasikan ... 66

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68 Daftar Pustaka


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 22

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 43

Tabel 3.2 Persentase KPS ... 46

Tabel 4.1 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Tes Berupa soal Esay ... 49

Tabel 4.2 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan LKS ... 50

Tabel 4.3 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Lembar Observasi ... 52

Tabel 4.4 Hasil Wawancara ... 53


(14)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 34 Bagan 3.1 Desain Penelitian ... 36


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan ... 74

Lampiran 2 Analisis SK/KD ... 75

Lampiran 3 RPP ... 81

Lampiran 4 Tes ... 95

Lampiran 6 LKS pertemuan ke 1 ... 98

Lampiran 7 LKS pertemuan ke 2 ... 106

Lampiran ke 8 LKS pertemuan ke 3 ... 113

Lampiran ke 9 Parameter LKS ... 119

Lampiran 10 Lembar Observasi ... 137

Lampiran 11 Parameter Lembar Observasi... 139

Lampiran 12 Parameter Tes ... 150

Lampiran 13 Hasil Wawancara ... 156

Lampiran 14 Catatan Lapangan ... 158

Lampiran 15 Surat Permohonan Penelitian... 159

Lampiran 16 Surat Keterangan Penelitian ... 160


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Arahan program pendidikan sains adalah pada pengembangan keterampilan dan kemampuan siswa untuk pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, berpikir kritis, dan juga meyakinkan bahwa semua siswa memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk latihan tanggung jawab sosial serta mengatasi masalah kehidupan dalam masyarakat yang selalu mengalami perubahan yang kompleks dan dinamis. Demikian pula bakat-bakat untuk berpikir kreatif inovatif hendaknya dikembangkan dalam pembelajaran sains karena ciri manusia bermakna adalah manusia kreatif.

Menurut UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa: Tujuan Pendidikan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.1

Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tersebut, pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik serta keterampilan yang dapat siswa gunakan dalam menjalani hidup di masyarakat, bangsa dan negara, dimana salah satu keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan proses sains. Dalam amanah tersebut, pendidikan bukan hanya sekedar proses belajar mengajar belaka, atau hanya sebatas memberikan ilmu saja kepada siswa. tetapi dalam UU tersebut tersirat pesan yang sangat penting sekali. Bahwasanya pendidikan harus mencakup ke dalam semua aspek siswa. baik dari segi pengetahuannya, keterampilannya, dan juga kepribadiannya.

1


(17)

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang zat atau materi dan perubahannya serta energi yang menyertai perubahan tersebut.2Fenomena perubahan ini dapat diamati lewat penjelasan teoritis dan deskripsi secara matematis/perhitungan.

Michael purba menjelaskan bahwa ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rekayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi lain. Untuk dapat melakukan rakayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.3

Bidang kimia seharusnya merupakan pelajaran yang menyenangkan, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi apa yang diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini dapat terjadi salah satunya adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru lebih banyak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa, sehingga tidak membentuk konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton, dan membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam menentukan model pembelajaran yang tepat yang tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar saja, tetapi dapat juga berpengaruh terhadap keterampilan prosesnya. Proses belajar merupakan hasil yang kompleks, siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar.4 Guru hanya berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan yang menggerakan proses tersebut harus datang dari siswa. Dengan demikian, seorang pendidik perlu menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan

2

Ucu Cahyana, dkk. Kimia Untuk SMA dan MA kelas X, (Jakarta: Piranti Darma Kalokatama, 2007), h. 10

3

Michael Purba. Kimia SMU kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 3. 4

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 238


(18)

siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam mengamati, menafsirkan, mengelompokkan, meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, menggunakan alat dan bahan, dan mengajukan pertanyaan. Menurut Jerome J. Burner, tujuan yang ingin dicapai melalui proses pendidikan mencakup bukan semata-mata segi kecerdasan (kemampuan intelektual) saja, tetapi juga mencakup segi sikap, dan keterampilan. Tujuan pendidikan yang demikian luas ini tidak bisa dicapai hanya melalui proses pembelajaran yang semata-mata menekankan pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi menuntut keaktifan belajar yang beraneka ragam, sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan.5

Kenyataan yang terjadi dilapangan, pembelajaran cenderung hanya berfokus pada guru (teacher center) dan hanya mengembangkan beberapa keterampilan saja, misalnya keterampilan berkomunikasi dan observasi. Keterampilan komunikasi kegiatan yang dilakukan misalnya dengan diskusi kelompok, siswa melakukan kegiatan diskusi dan tanya jawab. Sedangkan keterampilan observasi kegiatan yang bisa dilakukan misalnya melalui kegiatan praktikum. Dari aspek keterampilan komunikasi dan observasi tersebut sebenarnya tidak hanya sebatas itu, tetapi masih banyak keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya keterampilan menyampaikan ide atau gagasan, keterampilan mengamati, menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan, menganalisis data, menyajikan pemahaman yang baru, dan masih banyak lagi keterampilan-keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran.

Apabila kegiatan belajar-mengajar terus menerus seperti ini maka akan menimbulkan ketidaktahuan siswa mengenai proses dari konsep kimia yang diperoleh. Akibatnya, keterampilan proses yang dimiliki siswa menjadi rendah. Untuk mewujudkan hasil seperti diatas, diperlukan suatu model

5

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 65


(19)

pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuannya melalui proses penyelidikan.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya adalah model guided inquiry (inkuiri terbimbing). Metoda guided inquiry merupakanaplikasi dari pembelajaran

konstruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Dalam

pembelajaran guided inquirysiswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan “prinsip” untuk diri mereka sendiri.6

Salah satu konsep kimia yang sesuai dengan karakteristik diatas adalah konsep asam basa. Konsep asam basa membutuhkan pemikiran dan penjelasan melalui penalaran, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Konsep asam basa juga dapat dilakukan dengan menggunakan percobaan sederhana karena konsep ini sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui suatu percobaan sederhana, siswa akan merasa tertarik untuk melakukan suatu pengamatan dan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menggunakan keterampilan proses dengan mengamati, menafsirkan, menggunakan alat, bahan dan sumber, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada guru dan teman-teman. Hal ini membuat belajar siswa lebih bermakna dan berlangsung tetap.

Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan guided inquiry membuat siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Pelajaran kimia pun menjadi lebih menarik dan mudah dipahami, lebih menekankan pada aspek proses dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

6

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 30


(20)

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai :

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa masalah diantaranya :

1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia karena konsep-konsep kimia cenderung bersifat abstrak.

2. Siswa kurang memahami materi dalam proses belajar akibat sistem pembelajaran yang monoton (teacher centered).

3. Model pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif tanpa menekankan pada aspek psikomotor.

4. Pembelajaran siswa masih bersifat menerima bukan membangun sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. 5. Pembelajaran yang diberikan hanya mengembangkan beberapa

keterampilan saja seperti keterampilan berkomunikasi dan observasi.

C.

Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaranInquiry berupa Guided.

2. Indikator KPS yang dimaksud dalam penelitian ini menurut Nuryani Y. Rustaman yang meliputi observasi, mengelompokan, menafsirkan pengamatan (Interpretasi), meramalkan (Prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan/penyelidikan, menerapkan konsep/prinsip, dan mengajukan pertanyaan.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini:


(21)

menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada kelas XI IPA di MAN 1 Bayah”.

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapaidalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas keterampilan proses sains siswa MAN 1 Bayah dengan menggunakan model guided inquiry.

F.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru atau pendidik sebagai informasi yangdapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

2. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkanketerampilan proses sainsnya, khususnya pada konsep asam basa.

3. Bagi peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif modelpembelajaran kimia dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran kimia di sekolah.


(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.

Model Pembelajaran

Inquiry

1. Pengertian Model Inquiry

Kata Inquiry berasal dari bahasa inggris yang berarti pertanyaan, pemeriksaan,atau penyelidikan.Menurut Trowbridge& Bybee mengemukakan,Inquiry is prosess of defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing experiment, gathering data, and

drawinf conclusions about problems.7 Menurut mereka inquiry adalah

proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inquiry adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.

Menurut Hamzah. B Uno dan Nurdin Mohamad, inquiry adalah pembelajaran yang berorientasi pada pencarian, dimana siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep dan prinsip-prinsip, guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melaukan percobaan yang memungkinkan mereka

menemukan “prinsip” untuk diri mereka sendiri.8

Menurut Wina Sanjaya, “inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”.9

Menurut Lukman, “pembelajaran inquiry adalah memberi pembelajaran pada siswa untuk menangani permasalahan yang mereka

7

Asri Widowati, Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains sebagai Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen, Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol. 3, No. 1, Mei 2007.

8

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad,Loc Cit, h. 30 9

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006) Cet. 7, h. 196.


(23)

hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata dengan menggunakan teknik yang diterapkan oleh seorang peneliti”.10

Menurut Gulo yang dikutip dari Trianto, menyatakan strategi

inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.11

Menurut Slameto,inquiry adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis, dan sistematis.12

“Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah

dialami, karena inquiry menuntut para peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual”.13Lebih luas, para siswa ingin mengetahui apa yang yang sedang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol, menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa, menghubungkan temuan-temuan dan membandingkannya.

Adapun menurut Roestiyah, inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dengan cara pelaksanaanya yaitu : guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah kekelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja

10

Lukmanul Hakim, Op. Cit., h. 49. 11

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) Cet. 1, h. 134

12

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) Cet. 1, h. 116

13

E. Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet . 12, h. 235


(24)

mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.14

Tujuan utama dari pembelajaran inquiry adalah mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains, mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan, dan membiasakan siswa bekerja keras memperoleh pengetahuan.

Dalam kegiatan ilmiah, para saintis melakukan pengamatan, menemukan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang dibuatnya, dan membuat kesimpulan.Tahapan-tahapan ini sering disebut metoda ilmiah. Sementara itu proses inquirymenekankan pada pengembangan pertanyaan pada setiap tahap dari metoda ilmiah, seperti :15

a. Pertanyaan apa yang muncul saat observasi? b. Pertanyaan apa yang relevan dengan hipotesis?

c. Pertanyaan apa yang memformulasikan suatu prediksi?

d. Pertanyaan apa yang terjawab dari pengujian prediksi dan pertanyaan apa saja (baru atau lama) yang tidak terjawab.

Menurut Jack Hassars and Michael Dias dalam buku The Art Of Teaching Science :In Guided inquiry, student are involved in working out procedur to solve a problem that is possed by the teacher. The purpose guided inquiry is to involve students in the use of science inquiry processes (observing, inferring, formulating explanations, making predictions, collecting data, analyzing data, suggesting new question).16

Menurutnya guided inquiry berarti guru hanya membimbing dan memberikan permasalahan, siswalah yang menyelesaikan masalah tersebut menggunakan tahapan-tahapan guided inquiry.

14

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), Cet.7,h. 75 15

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN, 2009), Cet.I, h. 120-121

16

Jack Hassard and Michael Dias, The Art Of Teaching Science, ( London: Oxford University press, inc. 2005. h. 341


(25)

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

inquirymerupakan kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terkandung

kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah tersebut adalah berupa pertanyaan ilmiah yang dapat mengarahkan kepada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan sehingga dengan berkemampuan mengajukan pertanyaan tersebut kita dapat memperoleh informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh ilmuwan atau orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi. Pada pembelajaran ini tugas guru hanya sebagai fasilitator dan mediator, yaitumembantu siswa untuk belajar dan menggunakan keterampilan proses mereka untuk memperoleh lebih banyak ilmu pengetahuan.

2. Tingkatan Inquiry

Setelah dijabarkan tentang pengertian-pengertian inquiry menurut para ahli, dalam hal ini pun inquiry mempunyai beberapa tingkatan. DalamStandard For Science Teacher Preparation (1998) terdapat 3 tingkatan inquiry, yaitu :17

a. Discovery/Struktur inquiry

Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.

b. Guided Inquiry

Tahapan ini mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.

17


(26)

c. Open Inquiry

Tindakan utama pada Open Inquiry ialah guru memaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

3. Langkah-langkah model pembelajaran Inquiry

Menurut Wina Sanjaya, terdapat enam langkah dalam pelaksaan model inquiry, yaitu:18

a. Orientasi

Orientasi adalah satu langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif, dimana guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajarandan guru juga merangsang dan mengajak siswanya untuk berpikir dan memecahkan masalah. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi, yaitu:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa

2) Mejelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inquiry serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah untuk membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah itu tentu ada jawabannya. Teka-teki yang menjadi masalah

18


(27)

dalam inquiryadalah teka-teki yang mengandung konsep yang harus dicari dan ditentukan.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model

inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat

penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yag kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemauan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.Dalam pengujian hipotesis yang paling terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus dibuktikan dengan data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan “gongnya” dalam pembelajaran.Oleh karena itu, banyaknya data yang diperoleh


(28)

menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan.Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa data-data yang relevan.

4. Peranan Model Pembelajaran Inquiry

Dalam perkembangannnya model inquiry mempunyai peran penting terhadap pendidikan di sekolah. Sebagian besar guru di Indonesia belum menggunakan model inquiry dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam pelaksanaanya, penggunaan model inquiry mempunyai peranan penting bagi guru maupun peserta didik. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil mengungkapkan bahwa latihan inquiry dapat meningkatkan pemahaman sains, Produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.19

5. Keunggulan dan Kelemahan Inquiry

Setiap model pembelajaran yang digunakan pasti mempunyai keunggulan serta kelemahan masing-masing. Dalam hal ini menurut Wina Sanjaya pembelajaran inquiry memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan Strategi Pembelajaran Inquiry(SPI) yang dapat dikemukakan sebagai berikut :20

a. Strategi Pembelajaran Inquiry(SPI)merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran ini dianggap lebih bermakna.

b. Strategi Pembelajaran Inquiry(SPI) dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c. Strategi Pembelajaran Inquiry(SPI) merupakan strategi yang

dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

19

Trianto, Op Cit, h. 136 20


(29)

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain dari strategi pembelajaran ini adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampua diatas rata-rata. Artinya, siswa yang mempunyai kebutuhan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Selain keunggulan tadi, terdapat pula kelemahan dari pembelajaran

inquiry. Adapun kelemahan menurut Wina Sanjaya adalah:21

a. Jika Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai pelajaran, maka Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI)akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

B.

Model Pembelajaran

Guided Inquiry

1. Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry

Menurut Zulfiani, dkk “Guided Inquiry adalah tahap guided

inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan

permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah”.22

Menurut Rustaman, “guided inquiry atau inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran dimana guru membimbing siswa

21

Ibid., h. 208-209. 22


(30)

melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan

pada suatu diskusi”.23

Berdasarkan pengertian yang dikutip dari jurnal Alan Colburn,

inquiryis the teacher provides only the material and problems to in

vestigate. Students devise their own to solve the problem”.24 Guided

inquiry atau inkuiri terbimbing merupakan salah satu model

pembelajaran inquiry dimana guru memberikan suatu tema permasalahan dan memberitahukan bahan-bahan dan alat-alat yang dibutuhkan, tetapi tidak memberikan prosedur kerja dan siswalah yang meyelesaikan permasalahannya. Kegiatan guided inquiry masalah dikemukakan oleh oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Dalam hal ini, pertanyaan yang diberikan oleh guru tersebut akan membimbing siswa untuk mencari dan terlibat sepenuhnya dalam proses pembelajaran.25

Dari uraian diatas, guided inquiry dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran berbasis inquiry yang penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya.Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

23

Nuryani Y. Rustaman, et al, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UNM, 2005), cet ke-1, h. 95

24

Alan Corburn, an Inquiry primer, 2000 (online), http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf

25

Ahmad Sharif Ahmad Hasan, 2012, “The Effects of Guided Inquiry Instruction on

Students’ Achievement and Understanding of the Nature of Science in Environmental Biology Course” The British University in Dubai. h.3 Diakses 19/02/14 dari http://bspace.buid.ac.ae/bitstream/handle/1234/395/100026.pdf?sequence=1


(31)

2. Karakteristik Model Pembelajaran Guided Inquiry

Menurut Carol C. kuhlthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik model Guided Inquiry, yaitu:26

a. Siswa belajar aktif dan terefleksi pada pengalaman

Jhon Dewey menggambarkanpembelajaran sebagai proses aktif induvidu, bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan refleksi yang berpengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran hand on (berdasarkan pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap bahwa pengalam dan inquiry sangat penting dalam pembelajaran bermakna.

b. Siswa belajar berdasarkan apa yang mereka tahu

Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk dasar untuk membangun pengetahuan baru.

Ausubel prihatin dengan individu yang belajar materi verbal/tekstual dengan jumlah yang besar di sekolah. Menurut Ausubel faktor terpenting yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu.

c. Siswa mengembangkan rangkaian berfikir dalam proses pembelajaran melalui bimbingan.

Rangkaian berfikir kearah yang lebih tinggi memerlukan proses yang mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan keingintahuan siswa.

Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan intelektual yang melebihi dari penemuan dan

26Carol C. Kuhtau dan Ross J. Todd, 2006, “

Guided Inquiry: A Framework for Learning Throug School Libraries in 21st Century School”, diakses 20/01/13 dari http://cissl.scils.rutgers.edu/guided inquiry/char.htm


(32)

pengumpulan fakta. Menurut Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analitik sisntesis, dan evaluasi membantu merangsang untuk berinquiry yang membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.

d. Perkembangan siswa terjadi secara bertahap

Siswa berkembang melalui tahap perkembangan, kognitif, kapasitas mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini merupakan proses komplek yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan refleksi, menemukan dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan, serta sikap dan nilai.

e. Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran

Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.

f. Siswa belajar melalui interkasi sosial dengan orang lain.

Siswa hidup di lingkungan sosial dimana mereka terus menerus belajar melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua, teman, saudara, guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan dimana mereka membangun pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka. Vigotsky berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung kepada interaksi sosial dan pembalajaran sosial berperan penting untuk pengembangan kognitif.

Berdasarkan karakteristik tersebut, guided inquirymerupakan sebuah pendekatan yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pemahaman oleh keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan membangun pemahaman


(33)

mereka sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman dan apa yang telah mereka tahu. Selain itu, siswa juga belajar melalui interaksi dengan orang lain yang berperan penting dalam perkembangan kognitifnya.

3. Tahapan Pembelajaran Guided Inquiry

Selain memiliki karakteristik, guided inquiry mempunyai beberapa tahapan. Menurut David M. Hanson dan Richard S. Moog, kegiatan guided iquiry terdiri dari lima tahapan, yaitu :27

a. Orientasi

Orientasi menyiapkan siswa untuk belajar. Orientasi memberikan motivasi untuk beraktivitas, menciptakan minat, membangkitkan keingintahuan, dan membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya.

Pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan kriteria keberhasilan memfokuskan siswa untuk menghadapi persoalan penting dan menentukan tingkat penguasaan yang diharapkan.

b. Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi, siswa mempunyai kesempatan untuk mengadakan observasi, mendesain, eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganilisis data, menyelidiki hubungan serta mengemukakan pertanyaan dan menguji hipotesis.

c. Pembentukan Konsep

Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuk. Pemahaman konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam penemuan, bukan penyampaian informasi melalui naskah atau ceramah.

d. Aplikasi

Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan, masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa untuk membentuk kepercayaan diri pada situasi yang sederhana dan konteks yang akrab. Pemahaman dan

27

David M. Hanson & Richard S. Moog.”Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) In 21stCentury Pedagogies”. Vol. IV. (http://www.POGIL.org)


(34)

pembelajaran yang sebenarnya diperlihatkan pada permasalahan yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru kedalam konteks yang tidak akrab, memadukannya pada cara yang baru dan berbeda untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dunia.

e. Penutupan

Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang merela dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari dan menilai penampilan mereka.

4. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Guided Inquiry

Kegiatan pembelajaran yang memuat tindak interaksi antara pembelajar dan pengajar berorientasi pada sasaran belajar, berakhir dengan evaluasi. Kegiatan evaluasi terdiri dari kegiatan evaluasi hasil belajar dan kegiatan evaluasi proses pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan evaluasi merupakan bagian dari integral dari kegiatan pembelajaran/pendidikan.

Dalam pendidikan yang lebih tinggi, siswa belajar melalui penilaian yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, dimana siswa belajar memahami pendidikan dengan membangun pengetahuan dan menggunakan hasil penilaian tersebut untuk meningkatkan ilmu pendidikan. Karena pembelajaran itu sendiri dapat diartikansebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. 28

Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation. Oemar Hamalik mengatakan bahwa,“evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpuulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem

28

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), edisi I. Cet. I h. 85


(35)

pengajaran”.29 Sedangkan menurut Ralph Tyler, mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.30

Evaluasi berarti sebagai proses sistematik menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti objek, unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan dan hal lain berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Evaluasi belajar adalah proses penetuan pemerolehan hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu.

C.

Hakikat Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Menurut Syamsuar Mochtar dalam A. Samana, keterampilan proses sains adalah cara memandang siswa serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya,yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar mengajar yang memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sebagai kesatuan (baik sebagai tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya), yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam bentuk kreativitas.31

Menurut Zulfiani dkk, “keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan”.32Dalam hal ini, beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah ialah:33 a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam

kehidupan.

b. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu.

29

Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) h. 210

30

Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) h. 3 31

A Samana, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya, ( Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 111

32

Zulfiani, dkk, Op. Cit., h. 51. 33


(36)

c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.

d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir konkret.

e. Mengembangkan kreativitas siswa.

Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, “jika seluruh kegiatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar dalam gerak dan tindakan untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai, maka peristiwa

tersebut dinamakan keterampilan proses sains”.34

Menurut Rustaman, Keterampilan Proses Sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses sains siswa menggunakan pikirannya, keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka mungkin melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, dan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.35

Cara berpikir dalam sains, kimia misalnya perlu keterampilan-keterampilan proses. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.36 Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai.

Keterampilan proses sains juga dapat diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan

34

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 38-39.

35

Nuryani Y. Rustaman, et al, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: UNM, 2005), cet ke-1, h. 78

36


(37)

konsep, teori, prinsip, maupun hukum atau bukti. Mengajarkan keterampilan proses sains pada siswa berarti memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukan sesuatu bukan hanya membicarakan sesuatu tentang sains.37

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan-ketampilan memproses perolehan, sehingga anak akan mampu menemukan dan mengembangkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta. Proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, yaitu seperti merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah, mengkomunikasikan penelitian ilmiah.

Berikut ini adalah tabel keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Harlen yang dikutip dari Zulfiani, dkk.38

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator Observasi  Menggunakan sebanyak mungkin indra

 Menggunakan fakta relevan Klasifikasi  Mencatat setiap pengamatan

 Mencari perbedaan/persamaan  Mengontraskan ciri-ciri  Membandingkan

 Mencari dasar pengelompokkan  Menghubungkan hasil pengamatan Interpretasi  Menghubungkan hasil pengamatan

 Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan  Menyimpulkan

Prediksi  menggunakan pola/hasil pengamatan

 mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

37

Widayanto, pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik, (Jurnal Pendidikan Fisika Ind, Volume 5, Nomor 1, Januari 2009), h. 2

38


(38)

Mengajukan pertanyaan

 bertanya apa, bagaimana, mengapa  bertanya untuk meminta penjelasan

Berhipotesis  mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian

 menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti

Merencanakan percobaan

 menentukan alat dan bahan yang digunakan  menentukan variabel/faktor penentu

 menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat. Menggunakan

alat/bahan

 memakai alat/bahan

 mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan

 mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan Menerapkan

konsep

 menerapkan konsep pada situasi baru

 menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

Berkomunikasi  memberikan data empiris hasil percobaan dengan tabel/grafik/diagram

 menyampaikan laporan sistematis  menjelaskan hasil percobaan  membaca grafik

 mendiskusikan hasil kegiatan Eksperimentasi -


(39)

Setelah dijelaskan beberapa pengertian keterampilan proses sains, keterampilan proses sains pun memiliki beberapa jenis. Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Rustaman, adalah sebagai berikut:39 a. Melakukan pengamatan (observasi)

Keterampilan ini berhubungan dengan penggunaan secara optimal seluruh indera penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan dan peraba. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan proses mengamati.

b. Menafsirkan Pengamatan (Interpretasi)

Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan menentukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.

c. Mengelompokan (Klasifikasi)

Dalam proses penglompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. d. Meramalkan (prediksi)

keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau pola yang sudah ada. e. Berkomunikasi

Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.

f. Berhipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah,

39


(40)

karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya.

g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan

Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk kedalam keterampilan proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis, serta menentukan cara dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat disimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat kegiatan menetukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan.

h. Menerapkan konsep atau prinsip

Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru. i. Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan demikian, jelas bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan pikiran.

Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan adalah:40 a. Observasi atau pengamatan;

Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama

40


(41)

dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indra, untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Dalam observasi tercakup berbagai kegiatan seperti menghitung, mengukur, klasifikasi, maupun mencari hubungan antar ruang dan waktu. b. Pembuatan hipotesis

Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu keterampilan yang sangat mendasar dalam kinerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu, dalam kinerja ilmia, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru.

c. Perencanaan penelitian/eksperimen

Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun, kegiatan eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para ilmuwan. Terbanyak orang dalam hidupnya melakukan eksperimen atau percobaan. Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Dalam mealakukan eksperimen atau penelitian sederhana, para guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

d. Pengendalian variabel

Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan variabel eksperimen atau penyelidikan. Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Sedangkan pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit seperti yang kita bayangkan. Yang penting adalah


(42)

bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.

e. Interpretasi data

Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, ekperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam bentuk, seperti tabel, grafik, histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasikan atau ditafsirkan.

f. Menyusun kesimpulan sementara (inferensi)

Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses penelitiannya. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan. pertama-tama data dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukanlah merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.

g. Meramalkan (prediksi)

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat peramalan berdasarkan pengalaman kita sebelumnya. Kalau cuaca mendung, kita meramalkan bahwa hujan mungkin tururn. Para ilmuwan sering membuat ramalan atau predikasi berdasarkan hasil observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecendrungan gejala tertentu. Para guru dapat melatih anak-anak dalam membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan datang, berdasarkan pengetahuan, pengalaman, atau data yang dikumpulkan.


(43)

h. Menerapkan (aplikasi)

Keterampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan yang umumnya dimiliki oleh para ilmuwan. Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.

i. Mengkomunikasikan.

Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Ia mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Ia mungkin pula menyampaikan penemuannya kepada orang lain secara lisan. Sering ia membuat gambar, model, tabel, diagram, grafik, atau histogram yang dapat dibaca orang lain. Keterampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu keterampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuwan.

3. Tujuan Keterampilan Proses Sains

Dalam setiap konsep yang diterapkan , keseluruhan konsep tersebut sudah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini pun keterampilan proses sains memiliki beberapa tujuan. Menurut Syamsuar Mochtar dalam A. Samana tujuan dari keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:41

a. Membina motivasi belajar dan memberikan rangsangan belajar. b. Mendorong timbulnya pertanyaan dari siswa dan keberanian siswa

untuk mencari jawabannya.

c. Membimbing siswa dalam berbagai kegiatan belajarnya (termasuk kegiatan penelitiannya); dan

d. Membimbing siswa dalam menafsirkan data hasil penelitiannya serta melaporkan hasil kerjanya (baik lisan maupun tertulis).

41


(44)

D.

Konsep Asam Basa

Seorang ilmuwan kimia dari Swedia bernama Svante August Arrhenius telah berhasil mengemukakan konsep asam dan basa yang memuaskan hingga teori tersebut dapat diterima sampai sekarang.

Jauh sebelum Arrhenius, berabad-abad yang lalu, para ilmuwan telah mendefinisikan asam dan basa atas dasar sifat-sifatnya dalam air. Asam diartikan sebagai suatu senyawa yang berasa masam, memerahkan lakmus biru, larutannya dalam air mempunyai pH lebih kecil dari 7, dan dapat menetralkan larutan basa. Basa didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai sifat berasa pahit/kesat dan dapat membirukan lakmus merah.

Pada tahun 1777, lavoiser menyimpulkan bahwa penyebab asam adalah oksigen. Namun, teori ini dibantah oleh Davy yang menyatakan bahwa hydrogen sebagai penyebab asam. Beberapa Teori asam basa akan dijelaskan di bawah ini:42

1. Asam dan basa menurut Arrhenius

Menurut Arrhenius, larutan bersifat asam jika senyawa tersebut melepaskan ion hidronium (H3O+) saat dilarutkan dalam air.

Contoh Asam : CH3COOH (aq) + H2O(l) H3O+(aq)+ CH3COO−(aq) Basa menurut Arrhenius

Sedangkan basa adalah senyawa yang dapat melepaskan ion hidroksida (OH−) jika dilarutkan dalam air.

Contoh Basa : NaOH(aq) OH−(aq) + Na+(aq)

Arrhenius menyimpulkan bahwa ion OH− yang dihasilkan saat proses ionisasi merupakan penyebab basa suatu larutan.

2. Asam dan basa menurut Bronsted-Lowry

Dalam teori asam basa menurut Arrhenius hanya terpaku pada reaksi dalam air. Tetapi dalam kenyataannya reaksi tidak hanya dalam air. Tetapi dalam kenyataannya ada reaksi dalam bentuk gas yang tidak menghasilkan ion H+ dan ion OH− tetapi tergolong kedalam reaksi asam

42

Shidiq Premono, dkk. Kimia SMA/MA Kelas XI, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2006), h. 130


(45)

basa. Karena alas an inilah maka diperlukan teori asam basa yang lebih luas dan umum.

Berdasarkan kenyataan inilah, seorang ahli kimia Denmark bernama Bronsted dan ahli kimia inggris bernama Lowry secara terpisah mengusulkan bahwa yang dimaksud dengan asam adalah suatu zat yang memberikan proton (ion hydrogen) pada zat lain, sedangkan basa adalah suatu zat yang menerima proton dari asam.43 Berdasarkan definisi ini, maka reaksi antara gas NH3 dan HCl dapat ditulis seperti dibawah ini.

Dari struktur tersebut terlihat bahwa HCl bersifat asam karena donor proton, sedangkan NH3 adalah basanya karena menerima proton. Jadi menurut Bronsted Lowry, setiap ada reaksi yang didalamnya terjadi suatu perpindahan proton dari partikel satu ke partikel lainnya, disebut reaksi asam basa meskipun tidak mengikutsertakan ion H+ atau OH− dan bereaksi tanpa ada suatu pelarut.

3. Asam dan basa menurut Lewis

Teori yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry lebih umum daripada Arrhenius karena telah meniadakan pembatasan teori yang hanya berlaku untuk larutan dalam air. Tetapi masih ada beberapa reaksi yang tidak sesuai dengan konsep Bronsted-Lowry. Konsep dari Bronsted-Lowry hanya melibatkan pertukaran proton saja. Jadi menurut lewis, yang dimaksud dengan asam adalah suatu senyawa yang mampu menerima pasangan electron atau akseptor electron. Sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor proton44. Perhatikanlah rekasi dibawah ini.

43

Keenan, dkk. Kimia untuk Universitas Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1984) Edisi ke-6, h. 408 44


(46)

E.

HASIL KAJIAN PUSTAKA YANG RELEVAN

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai model inquiry di dalam sistem pembelajaran. Diantaranya :

a. Nita Nurtafita, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

Guided Inquiry Terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep

kalor”. Di SMP N 3 Tangsel. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa : terdapat pengaruh yang signifikan dalam model guided inquiry terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor. Pengaruh ini terlihat dari peningkatan persentase dari pretest ke posttest pada setiap aspek KPS yang diukur. Pada aspek menafsirkan terjadi peningkatan persentase tiga kali dari nilai awalnya (nilai pretest), sedangkan pada aspek menerapkan konsep dan melakukan komunikasi terjadi peningkatan persentase dua kali dari nilai awalnya. Pada aspek mengobservasi melalui lembar kinerja sebesar 78,75% yang berada pada kategori baik45

b. TH. Agustanti, dalam jurnal pendidikan IPA Indonesia yang berjudul "Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Biologi” di SMP N 2 Wonosobo Jawa Tengah. Dalam kesimpulannya

dikatakan bahwa: pembelajaran dengan meneliti (inquiry) di kelas VIIE SMP N 2 Wonosobo dapat menjadikan siswa aktif, bergairah, antusias, berpartisipasi dan peduli terhadap perkembangan teknologi. Dan

45

Nita Nurtafita, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Guided Inquiry Terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor”. Di SMP N 3 Tangsel, 2012, UIN Jakarta, Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA, Skripsi tidak diterbitkan.


(47)

Pembelajaran dengan meneliti (inquiry) di kelas VIIE SMP N 2 Wonosobo dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa serta menjadikan proses pembelajaran lebih kondusif.46

c. Wahyudin, Sutikno , A. Isa, dalam jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 58-62 yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa”. Dalam kesimpulannya Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diperoleh simpulan adalah: peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus II cukup signifikan karena secara individu siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari 13 siswa menjadi 38 siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5% siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus II, hasil analisis tanggapan siswa terhadap pengajaran diperoleh rata-rata tanggapan siswa sebelum tindakan sebesar 72,90%. Setelah tindakan, nilai rata-rata tanggapan siswa meningkat menjadi 76,81%. Secara keseluruhan nilai yang diperoleh untuk setiap indikator dalam angket mengalami peningkatan. Jadi, penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dengan berbantuan multimedia dapatmeningkatkan minat dan pemahaman siswa kelas X-Isemester 2SMAN14 Semarang.47

F. KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran inquiry merupakan pengembangan dari proses discovery. Dalam pembelajaran inquiry siswa harus menemukan sendiri konsep materi yang sedang dipelajari. Seorang siswa bertindak sebagai ilmuan (scientist), ditandai dengan mengajukan pertanyaan, merumuskan masalah, berhipotesis, melakukan eksperimen, dan memiliki sikap ilmiah.

Pembelajaran inquiry menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan masalah yang dipertanyakan.

46

TH. Agustanti, "Implementasi Metode Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi” diakses pada 13/02/13, dari http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii

47

Wahyudin, Sutikno, A. Isa, “Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa”. Diakses pada tanggal 18/04/2013, dari journal.unnes.ac.id/index.php/usej/article/view/868/892


(48)

Inquirymerupakan salah satu kegiatan unuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna dan berpusat pada siswa (student center).

Model pembelajaran inquiry yang digunakan adalahguidedinquiry atau inkuiri terbimbing. Pada model ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, serta membantu dan membimbing siswa dalam menentukan konsep. Peran siswa dalam pembelajaran sebagai subjek belajar, siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun secara fisik. Sehingga pembelajaran menjadi milik mereka dan siswa menjadi lebih akrab dengan konsep-konsep mereka temukan.

Materi yang disajikan guru bukan hanya ditransfer begitu saja kepada siswa, namun diusahakan sedemikian rupa hingga siswa memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru, bukan sekedar menerima konsep yang sudah jadi dan menghafalnya. Dalam proses menemukan konsep tersebut, siswa melakukan aktifitas-aktifitas diataranya merancang eksperimen, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan observasi, menganalisis data, membuat laporan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitian, menerapkan konsep dan melakukan metode ilmiah. Dengan demikian, siswa akan memahami konsep tersebut dengan lebih baik. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran guided

inquiry siswa dilatih untuk melakukan proses-proses ilmiah sehingga

menumbuhkan sikap ilmiah yang lebih baik, dan pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan proses sains. Untuk lebih jelasnya bagan kerangka berpikir dapat dilihat pada bagan 2.1


(49)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Masalah dalam pembelajaran: 1. Konsep kimia cenderung abstrak

2. Siswa kurang paham materi kimia karena pembelajaran monoton

3. Siswa hanya menerima pelajaran saja tanpa bisa mengkonstruk pengetahuannya sendiri

4. Pembelajaran hanya mengembangkan aspek kognitif saja

5. Pembelajaran kimia hanya menekankan pada beberapa aspek keterampilan proses saja

Menerapkan sebuah metode yang mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya.

Menerapkan model

Pembelajaran GuidedInquiry

KPS Pengetahuan Logis kemampuan Berhipotesis, Merencanakan percobaan, menggunakan alat,

intrepetasi data, dan menerapkan konsep Pengetahuan Fisik

keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan memprediksi

Pengetahuan Sosial keterampilan mengajukan pertanyaan, dan


(50)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Bayah Kabupaten Lebak Banten. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Januari 2014 s/d 16 Januari 2014.

B.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang dianggap sebagai suatu kajian yang ingin menemukan fakta yang kemudian disusul oleh suatu penafsiran.48Tujuan utama penelitian deskriptif yaitu, mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.49 Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah analisis keterampilan proses sains siswa pada saat pembelajaran asam basa menggunakan model guided inquiry. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Skema 3.1.

48

Drs. S. Margono., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 114

49

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 72


(51)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Analisis Materi Pelajaran

Penyusunan Instrumen

Validasi Instrumen

Perbaikan Ya

Analisis KPS Siswa Pelaksanaan Pembelajaran

(menggunakan Guided Inquiry)

Memperbanyak Instrumen

Temuan Penelitian

Pembahasan


(52)

C.

Sampel Penelitian

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.50

Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Bayah Kabupaten Lebak Banten, dengan sampel penelitian siswa kelas XI IPA semester II tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa.

Adapun teknik pengambilan subjek penelitian ini menggunakan

purposive sampling yaitu dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan

didasarkan pada strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.51

D.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini digunakan 4 jenis, yaitu:

1. Tes berupa soal esay sebanyak 16 soal tentang materi asam basa. Tes tersebut mengukur per kelompok dan memuat beberapa indikator tentang keterampilan proses sains siswa yaitu observasi, mengelompokan, menafsirkan pengamatan (Interpretasi), meramalkan (Prediksi), berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan/penyelidikan, menerapkan konsep/prinsip, dan mengajukan pertanyaan.

2. Lembar Observasi

Menurut Nana Syaodih, “Observasi atau pengamatan

merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.52 Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung dengan satu observer pada setiap kelompok siswa. Lembar observasi ini mengukur per kelompok dan observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar dan praktikum dimana keterampilan

50

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: , 2008), h.118

51

Suharsimi arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bumi aksara, 2010), h. 183

52


(53)

proses yang akan lebih diamati oleh peneliti. Observasi juga digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam melakukan percobaan dan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa.

Instrumen yang digunakan untuk menyaring data aspek kecakapan hidup siswa secara tertulis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah lembar observasi. Format observasi yang digunakan adalah menggunakan empat kategori 0, 1, 2, 3 dan 4

Observasi yang dilakukan terhadap siswa dimulai dari awal kegiatan belajar mengajar sampai pada kegiatan praktikum. Hal tersebut meliputi observasi, mengklasifikasikan, menafsirkan, memprediksi, keterampilan siswa dalam mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, kegiatan menggunakan seluruh alat,, bagaimana siswa merancang dan memakai alat percobaan, menerapkan konsep, serta bagaimana mengkomunikasikan hasil temuan mereka setelah percobaan. Hal-hal tersebut merupakan keterampilan proses sains sains yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi berbentuk rating scale. Sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Menurut Gronlund secara garis besar prosedur instrumen penilaian praktikum adalah menentukan kinerja yang dinilai, memilih fokus penilaian, menentukan situasi kinerja, dan menentukan metode pengamatan dan mekanisme pencatatan serta penentuan skor.53 Peneliti menentukan kisi-kisi lembar observasi serta mengatur bagaimana penilaian diberikan terhadap apa yang dilakukan oleh siswa agar observer memiliki acuan/pedoman dalam mengisi lembar observasi sehingga lembar observasi diisi dengan sebagaimana mestinya.

53

Amalia Sapriati, Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fotosintesis, Jurnal


(54)

3. Lembar Kerja Siswa

“Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai”.54Lembar kerja siswa merupakan instrumen yang digunakan pada penelitian ini. Lembar kerja siswa ini mengukur aspek KPS siswa per orangan. Lembar kerja siswa ini mengukur aspek KPS dimulai dari kegiatan belajar mengajar siswa sampai kegiatan praktikum dilakukan.

4. Lembar Wawancara

“Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”.55 Wawancara ini dilakukan melalui tanya jawab secara langsung kepada siswa dengan menggunakan alat perekam. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur dalam mengumpulkan data penelitian. Peneliti telah menyiapkan beberapa pertanyaan yang sudah disusun dengan rapi sebagai panduan pada saat melakukan wawancara. Wawancara ini berisikan respon siswa terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan praktikum mengenai keterampilan proses sains siswa meliputi keterampilan mengamati, menerapkan konsep, melakukan percobaan dan keterampilan mengkomunikasikan. Data hasil wawancara ini digunakan untuk memperjelas dan memperkuat data yang diperoleh dari lembar observasi pelaksanaan kegiatan praktikum.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang penting yang dibuat oleh peneliti dalam melakukan pengamatan atau observasi.

54

Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 204

55

Dr. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula. (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 74


(55)

Ada dua kategori yang membedakan dalam membuat catatan lapangan. Kategori pertama adalah menggunakan deskriptor inferensial rendah dan kategori kedua yaitu menggunakan deskriptor inferensial tinggi.56 Catatan lapangan kategori pertama termasuk catatan verbatim atau kata demi kata dari setiap pembicaraan, perilaku dan kegiatan.Sedangkan kategori kedua dibuat berdasarkan kombinasi skema analisis yang sudah disepakati termasuk komentar-komentar yang diucapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan deskriptor inferensial rendah karena berkenaan dengan perilaku dan kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan model guided inquiry dan praktikum. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan catatan terhadap fakta-fakta yang muncul selama kegiatan praktikum khususnya terhadap keterampilan proses sains siswa yang diteliti. Catatan kegiatan pembelajaran di kelas memiliki bagian tersendiri dimana dengan catatan ini diharapkan adanya sinkronisasi antara catatan pada saat siswa melakukan kegiatan praktikum dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Peneliti juga melakukan pencatatan terhadap data dokumen seperti Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang oleh guru yang bersangkutan, alat ukur/evaluasi hasil pembelajaran (soal ulangan) dan data nilai siswa. Selain itu, rekaman kegiatan praktikum dan pembelajaran yang disimpan dalam bentuk foto tidak luput dari pencatatan untuk mendukung data hasil observasi.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berasal dari tes, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan hasil wawancara. Keempat data tersebut digunakan untuk mengetahui kualitas keterampilan proses sains siswa menggunakan model

guided inquiry. Agar semua data dapat diperoleh dengan baik dan lengkap,

56

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Remaja


(56)

ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI dengan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dipergunakan sekarang, serta menganalisis materi pada buku teks atau paket. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah asam basa.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Membuat instrument tes berupa soal esay, lembar observasi, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara sebagai alat pengumpulan data.

d. Menguji validasi RPP dan instrumen penelitian oleh para ahli (dosen dan guru kimia SMA), kemudian diperbaiki sesuai dengan saran para ahli.

e. Memperbanyak instrumen untuk digunakan dalam penelitian.

f. Dan melakukan validasi instrumen kepada siswa yang telah mengikuti pelajaran kimia materi asam basa sebelumnya yaitu pada kelas XII.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar dan kegiatan praktikum.Adapun rincian pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:

a. Data observasi kegiatan belajar dilakukan pada kegiatan belajar berlangsung dimulai pada saat apersepsi sampai penutup. Sedangkan pada kegiatan praktikumyang diobservasi dalam penelitian inisebanyak tiga kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum pertama menguji sifat larutan asam/basa dengan berbagai indikator. Yang kedua adalah praktikum tentang tetapan ionisasi asam (Ka)


(57)

dan tetapan ionisasi basa (Kb). Dan kegiatanpraktikum ketiga adalah mengamati penetralan asam/basa. Ketiga praktikum ini merupakan praktikum yang dilakukanpada semester genap kelas XI IPA.Peneliti dengan bantuan observer mengobservasi aktifitas kegiatan belajar mengajar dengan model guided inquiry dan praktikum siswa. Keterampilan proses sains yang diamati adalahmengobservasi, mengklasifikasi, interpretasi, memprediksi, mengajukanpertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. b. Data wawancara

Pengumpulan data wawancara dilakukan setelah kegiatan praktikum berakhir. Peneliti hanya mewawancarai satu orang siswa dari masing-masing kelompok. Peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang ada pada lembar wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi respon dan keterangan siswa mengenai kegiatan praktikum dan kegiatan belajar menggunakan guided inquiryserta keterampilan proses sains selama melakukan kegiatan praktikum. Peneliti merekam kegiatan pengumpulan data penelitian berupa foto pada saat kegiatan belajar menggunakan guided inquiry dan pada saat praktikum. Data dokumentasi ini digunakan sebagai pendukung atau bukti nyata dari proses penelitian yang telah dilakukan, dimana foto kegiatan dapat membantu mendeskripsikan apa yang dicatat dalam catatan lapangan dan lembar observasi. Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan terhadap data-data tersebut. Kemudian dideskripsikan berdasarkan data-data atau fakta-fakta yang muncul selama penelitian. Setiap data pada masing-masing instrumen dihubungkan untuk membuktikan kebenaran fakta-fakta yang muncul. Sehingga diakhir peneliti dapat menyimpulkan sejauh mana kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA MAN 1 Bayah.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dede Ardiansyah lahir di Bayah Kabupaten Lebak pada tanggal 18 November 1989. Menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN 05 Bayah Barat. Kemudian, saya melanjutkan pendidikannya di SMP N 1 Bayah. Setelah itu, saya melanjutkan pendidikan di SMK Analis Kimia Serang. Saya kemudian meneruskan ke perguruan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.