UJI KINERJA ADSORBEN KOMBINASI KITOSAN-BENTONIT DENGAN ARANG AKTIF TERHADAP ION LOGAM DAN RESIDU PESTISIDA DALAM AIR MINUM.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit ... 6

2.2 Kitosan ... 10

2.3 Kitosan-Bentonit ... 12

2.4 Arang Aktif ... 13


(2)

2.6 Pestisida Diazinon ... 17

2.7 Logam Besi ... 19

2.8 Logam Kadmium ... 20

2.9 Adsorpsi ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian ... 27

3.2 Desain Penelitian ... 27

3.3 Alat dan Bahan ... 30

3.4 Langkah Kerja ... 30

3.4.1 Tahap Preparasi ... 30

3.4.1.1 Pembuatan Adsorben Kitosan-Bentonit ... 30

3.4.1.2 Pembuatan Prototipe Kemasan Batch ... 31

3.4.2 Tahap Aplikasi ... 33

3.4.2.1 Adsorpsi Residu Logam dan Pestisida oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif pada Proses Batch berdasarkan Pengaruh Waktu Kontak………...33

3.4.2.2 Uji Kinetika Adsorpsi Fe(III) dan Endosulfan oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-bentonit dengan Arang Aktif………...33

3.4.3 Tahap Karakterisasi ... 34


(3)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Ca-Bentonit dan Kitosan-Bentonit ... 37

4.1.1 Spektrofotometer FTIR ... 38

4.1.2 Difraksi Sinar X (XRD) ... 42

4.1.3 Scanning Electron Microscopy (SEM) ... 45

4.1.4 Thermal Gravimetry-Differential Thermal Analysis (TG-DTA) ... 46

4.2 Tahap Aplikasi ... 48

4.2.1 Adsorpsi Residu Logam dan Pestisida oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif pada Proses Batch berdasarkan Pengaruh Waktu Kontak………...50

4.2.2 Kinetika Adsorpsi Fe(III) dan Endosulfan oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-bentonit dengan Arang Aktif……….54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 67


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Bentonit ... 6

Tabel 2.2 Perbedaan Sifat Na-Bentonit dan Ca-Bentonit ... 8

Tabel 2.3 Karakteristik Endosulfan ... 17

Tabel 2.4 Sifat Fisika dan Kimia Diazinon ... 18

Tabel 2.5 Karakteristik Logam Kadmium ... 20

Tabel 4.1 Bilangan Gelombang Ca-bentonit dan Kitosan-Bentonit ... 42

Tabel 4.2 Harga 2θ dan Jarak Antar Bidang (d) Ca-Bentonit dan Kitosan-Bentonit ... 44

Tabel 4.3 Parameter Kinetika untuk Adsorpsi Endosulfan dan Fe(III) dalam Air Minum Artifisial pada Adsorben Kombinasi Kitosan–Bentonit dengan Arang Aktif ... 60


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Montmorillonit ... 9

Gambar 2.2 Struktur Kitin ... 10

Gambar 2.3 Struktur Kitosan ... 10

Gambar 2.4 Ikatan Hidrogen Antara Kitosan dengan Bentonit ... 13

Gambar 2.5 Struktur Endosulfan ... 16

Gambar 2.6 Struktur Diazinon ... 18

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... 29

Gambar 3.2 Prototipe Kemasan Adsorben Kitosan-Bentonit untuk Proses Batch ... 32

Gambar 4.1 Spektra FTIR Ca-Bentonit ... 39

Gambar 4.2 Spektra FTIR Ca-Bentonit dan Kitosan-Bentonit ... 41

Gambar 4.3 Spektra XRD Ca-Bentonit (▬) dan Kitosan-Bentonit(▬) ... 43

Gambar 4.4 Foto SEM Permukaan Ca-Bentonit (a) dan Kitosan-Bentonit (b)... 45

Gambar 4.5 Hasil TG-DTA Ca-Bentonit ... 47

Gambar 4.6 Hasil TG-DTA Kitosan-Bentonit ... 47

Gambar 4.7 Prototipe Kemasan Adsorben Kombinasi Kitosan- Bentonit dengan Arang Aktif untuk Proses Batch ... 49

Gambar 4.8 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Adsorpsi Residu Logam Fe(III) dan Cd(II) oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif ... 51


(6)

Gambar 4.9 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Adsorpsi Residu Pestisida Endosulfan dan Diazinon oleh Adsorben

Kombinasi Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif ... 52 Gambar 4.10 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Persen

Adsorpsi Fe(III) oleh Adsorben Kombinasi

Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif ... 55 Gambar 4.11 Kurva Kinetika Adsorpsi Fe(III) oleh

Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit

dengan Arang Aktif... 56 Gambar 4.12 Pengaruh Waktu Kontak terhadap Persen

Adsorpsi Endosulfan oleh Adsorben Kombinasi

Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif ... 58 Gambar 4.13 Kurva Kinetika Adsorpsi Endosulfan oleh

Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Pembuatan Larutan ... 67

Lampiran 2 Pengukuran Kadar Kitosan dalam Supernatan Hasil Kontak antara Kitosan dengan Bentonit ... 70

Lampiran 3 λ maks Pestisida Endosulfan ... 72

Lampiran 4 Kurva Kalibrasi Standar Pestisida Endosulfan ... 73

Lampiran 5 λ maks Pestisida Diazinon ... 74

Lampiran 6 Kurva Kalibrasi Standar Pestisida Diazinon ... 75

Lampiran 7 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe(III) ... 76

Lampiran 8 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cd(II) ... 77

Lampiran 9 Perhitungan Persentase Logam dan Pestisida Teradsorpsi ... 78

Lampiran 10 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe(III) pada Penentuan Kinetika Adsorpsi ... 80

Lampiran 11 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Fe(III) pada Penentuan Kinetika Adsorpsi ... 81

Lampiran 12 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Persen Adsorpsi Fe(III) oleh Adsorben Kombinasi Kitosan–Bentonit dengan Arang Aktif ... 82

Lampiran 13 Perhitungan Tetapan Laju Adsorpsi (k1) dan Tetapan Kesetimbangan adsorpsi (K) Untuk Adsorpsi Fe(III) oleh Adsorben Kombinasi Kitosan–Bentonit dengan Arang Aktif ... 83


(8)

Lampiran 14 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Endosulfan

pada Penentuan Kinetika Adsorpsi ... 85 Lampiran 15 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Persen Adsorpsi

Endosulfan oleh Adsorben Kombinasi Kitosan–Bentonit

dengan Arang Aktif ... 86 Lampiran 16 Perhitungan Tetapan Laju Adsorpsi (k1) dan Tetapan

Kesetimbangan adsorpsi (K) Untuk Adsorpsi Endosulfan oleh Adsorben Kombinasi Kitosan–Bentonit dengan

Arang Aktif ... 87 Lampiran 17 Karakterisasi XRD ... 89 Lampiran 18 Foto-Foto Kegiatan ... 92


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum guna memenuhi kebutuhan air di dalam tubuh. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum harus memenuhi persyaratan kualitas air minum yang tertuang di dalam PERMENKES 492 tahun 2010, di mana air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Sumber air minum bisa saja menjadi tidak murni bahkan sangat membahayakan jika udara yang kita hirup dan tanah tempat kita berpijak yang berhubungan langsung dengan sumber air sudah tercemar sedemikian rupa atau sumber air sudah tercemar oleh zat-zat lain (BAPELDADA dalam Khairizzama, 2011). Salah satu upaya jangka pendek yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar pestisida dan logam berat dalam air adalah dengan proses adsorpsi menggunakan adsorben yang berfungsi untuk mengadsorpsi logam dan residu pestisida. Adsorben yang telah banyak digunakan yaitu zeolit dan arang aktif. Selain kedua adsorben tersebut masih terdapat material lain yang dapat digunakan sebagai adsorben yaitu bentonit.


(10)

2

Bentonit memiliki kapasitas adsorpsi yang besar terhadap senyawa anorganik dan logam-logam berat, tetapi memiliki kapasitas adsorpsi yang kecil untuk senyawa organic (dalam Aldiantono, 2009). Langkah untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi bentonit terhadap senyawa organik yaitu dengan melakukan pemodifikasian bentonit menggunakan bahan organik yang aman, salah satunya yaitu kitosan. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan kitosan-bentonit memiliki kinerja yang baik sebagai adsorben untuk logam berbahaya Fe, Cd dan Cu secara simultan dengan kekuatan adsorpsi rata-rata 90% (Wulandari, 2009). Selain itu penggunaan kitosan sangat aman karena kitosan merupakan bahan anti oksidan (pembentuk kulit udang) yang biasa dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, adsorben kitosan-bentonit sangat prospektif untuk diaplikasikan lebih lanjut dalam proses pengolahan air minum dalam skala konsumsi rumah tangga.

Berkaitan dengan peluang aplikasi kitosan-bentonit dalam pengolahan air minum untuk keperluan praktis dalam skala konsumsi rumah tangga, Hartati dan Rahmawati (2011) telah melakukan pengembangan lebih lanjut mengenai uji kinerja adsorben kitosan-bentonit terhadap ion logam dan residu pestisida dalam air minum secara simultan dengan proses batch dan proses flow. Hasil penelitian menunjukan kitosan-bentonit dapat bekerja secara optimum untuk mengadsorpsi ion Fe(III), Cu(II), Cd(II), pestisida diazinon dan endosulfan secara simultan dalam air minum dengan konsentrasi ion logam dan pestisida kurang dari 30 ppm, waktu kontak 120 menit dan persen adsorpsi rata-rata 70% pada proses batch. Sedangkan adsorben kitosan-bentonit ukuran 50 mesh menunjukan kinerja yang paling baik pada adsorpsi ion Fe(III), Cu(II), Cd(II), pestisida diazinon dan


(11)

3

endosulfan secara simultan pada proses flow dengan massa optimal adsorben kitosan-bentonit sebesar 15 gram sampel air 250 mL dengan persen adsorpsi rata-rata 90%.

Menindak lanjuti hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini telah dikembangkan dalam pembuatan prototipe kemasan adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif pada proses batch. Dilakukan kombinasi menggunakan arang aktif untuk memaksimalkan proses adsorpsi karena arang aktif dapat mengadsorpsi insektisida dalam air mencapai 90,90% dari konsentrasi awal 2,250 mg/L (Las dkk, 2006), selain itu arang aktif juga sering digunakan pada pengolahan air minum untuk menghilangkan berbagai polutan seperti bau, zat warna organik, amonia, detergen, senyawa phenol, senyawa organik derivat metana dan substansi lainnya (Said, 2008). Selain itu, perlu dikaji pula kinetika adsorpsinya.

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap aplikasi penggunaan adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif sebagai adsorben untuk mengurangi pestisida dan logam berat dalam air minum.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa waktu optimum yang diperlukan oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif untuk adsorpsi logam Fe(III), Cd(II), pestisida endosulfan dan diazinon dalam air minum secara maksimal?


(12)

4

2. Bagaimana parameter kinetika adsorpsi Fe(III) dan endosulfan terhadap adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif?

3. Bagaimana jumlah energi adsorpsi kitosan-bentonit dengan arang aktif terhadap Fe(III) dan endosulfan?

1.3 Batasan Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Bentonit yang digunakan berasal dari pertambangan bentonit di daerah

Karangnunggal, Tasikmalaya.

2. Arang aktif yang digunakan adalah arang aktif granular.

3. Pestisida yang digunakan merupakan pestisida jenis organoklor yaitu endosulfan dan pestisida jenis organofosfat yaitu diazinon.

4. Logam yang digunakan sebagai residu dalam air adalah Fe(III) dan Cd(II). 5. Sampel yang digunakan berupa sampel artifisial, yaitu air minum yang

ditambahkan sejumlah tertentu logam dan pestisida ke dalamnya.

6. Parameter kinetika adsorpsi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu konstanta laju adsorpsi (k) dan konstanta kesetimbangan adsorpsi (K).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Waktu optimum yang diperlukan oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif pada proses batch untuk adsorpsi logam Fe(III), Cd(II), pestisida endosulfan dan diazinon dalam air minum secara maksimal.


(13)

5

2. Parameter kinetika adsorpsi Fe(III) dan endosulfan terhadap adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif.

3. Jumlah energi adsorpsi kitosan-bentonit dengan arang aktif terhadap Fe(III) dan endosulfan.

1.3 Manfaat Penelitian

Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih banyak mengenai kinerja adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif yang dapat mengadsorpsi ion logam berbahaya dan residu pestisida dalam air minum secara optimum sehingga pemanfaatannya lebih lanjut sebagai adsorben dalam tataran praktis (pengolahan air minum dalam skala konsumsi rumah tangga) menjadi lebih prospektif dan membuka peluang untuk dipatenkan.


(14)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung, dan Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Kelautan Bandung.

3.2 Desain Penelitian

Tahapan kegiatan dalam penelitian ini meliputi:

1. Tahap preparasi meliputi pembuatan adsorben kitosan-bentonit dari Ca-bentonit yang dimodifikasi dengan kitosan dan pembuatan prototipe kemasan adsorben kitosan-bentonit untuk proses batch.

2. Tahap identifikasi awal meliputi karakterisasi adsorben Ca-bentonit dan kitosan-bentonit dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR, XRD, SEM, dan TG-DTA.

3. Tahap aplikasi meliputi:

a. Adsorpsi logam Fe(III), Cd(II), pestisida endosulfan dan diazinon pada proses batch oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif


(15)

28

dengan komposisi 2:1, pada variasi waktu pengontakan selama 40, 80, 120, 240, 360, 480, 720, 960, dan 1200 menit.

b. Uji kinetika adsorpsi logam Fe(III) dan endosulfan oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif dengan memvariasikan waktu kontak adsorpsi Fe(III) dan endosulfan pada kombinasi adsorben. 4. Tahap analisis menggunakan spektrofotometer UV dan AAS.

Analisis menggunakan spektrofotometer UV dilakukan untuk mengetahui jumlah pestisida endosulfan dan diazinon yang teradsorpsi oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif. Sedangkan analisis menggunakan AAS dilakukan untuk mengetahui jumlah logam Fe(III) dan Cd(II) yang teradsorpsi oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif.

Secara keseluruhan tahapan penelitian digambarkan pada bagan alir penelitian di bawah ini.


(16)

29

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

Bentonit

Ca-Bentonit

Kitosan-Bentonit Karakterisasi FT-IR,

XRD, SEM, TG-DTA

Adsorpsi logam Fe(III), Cd(II), pestisida endosulfan dan diazinon oleh adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif dengan proses batch

Adsorben Hasil Kontak Supernatan

Analisis Menggunakan UV dan AAS

Analisis Data

Kesimpulan Komposisi Kitosan-Bentonit dan Arang Aktif adalah 2:1 dengan variasi waktu pengontakan selama 40, 80, 120, 240, 360, 480, 720, 960, dan 1200 menit

Uji Kinetika adsorpsi Fe(III) dan endosulfan dalam prototipe kemasan batch


(17)

30

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Peralatan yang digunakan meliputi multishaker MMS 3000, oven, neraca analitis, Centrifuge tipe H–103 N Kokusan, desikator, peralatan filtrasi vakum dan alat-alat gelas. Untuk keperluan analisis digunakan Sektrofotometer UV Mini Shimadzu 1240, FT-IR Shimadzu 8400, X-ray Diffraction Philips, SEM Jeol JSM 6360 LV dan Thermogravimetry-Differential Thermal Analysis (TG-DTA).

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentonit yang berasal dari Karangnunggal (Tasikmalaya), arang aktif, CaCl2.2H2O p.a, kitosan p.a, asam asetat (CH3COOH) 100%, endosulfan (nama dagang Akodan 350 EC), diazinon (nama dagang sidazinon 60 EC), Fe(NO3)3.9H2O p.a, Cd(NO3)2.4H2O p.a dan aquades.

3.4 Langkah Kerja 3.4.1 Tahap Preparasi

Tahap ini meliputi pembuatan adsorben kitosan-bentonit dari Ca-bentonit yang dimodifikasi dengan kitosan dan pembuatan prototipe kemasan adsorben kitosan-bentonit untuk proses batch.

3.4.1.1Pembuatan Adsorben Kitosan-Bentonit

Sebanyak 6 Kg bentonit ukuran 200 mesh direndam dalam 20 L akuades selama 24 jam. Bentonit kemudian disaring dan dikeringkan, padatan yang diperoleh dimasukkan ke dalam 17 L larutan CaCl2 1M selama 72 jam dan


(18)

31

diaduk setiap 6 jam sekali. Bentonit kemudian disaring dan dicuci dengan aquades sampai air hasil cucian bebas ion Cl- (diuji dengan larutan Pb(CH3COOH)2 0,1 M). Padatan lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 100oC dan padatan kering yang diperoleh merupakan Ca-bentonit, kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR, TG-DTA, XRD dan SEM. Ca-bentonit yang telah diperoleh ditambahkan 1 L kitosan 1000 ppm. Dikocok selama 30 menit pada 1000 rpm. Kemudian di saring, filtrat yang diperoleh disimpan untuk dianalisis, dan residu yang diperoleh adalah kitosan-bentonit. Kitosan-bentonit yang diperoleh dicuci dengan aquades sampai bebas asam, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C. Kitosan bentonit yang sudah kering dihaluskan untuk penggunaan lebih lanjut, dan sebagian dari kitosan-bentonit diambil untuk karakterisasi menggunakan FT-IR, TG-DTA, XRD dan SEM.

3.4.1.2Pembuatan Prototipe Kemasan Batch

Prototipe kemasan adsorben kitosan-bentonit untuk proses batch dibuat dengan bentuk sebagai berikut:


(19)

32

Gambar 3.2 Prototipe Kemasan Adsorben Kitosan-Bentonit untuk Proses Batch

Prototipe kemasan adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif pada proses batch terdiri dari tiga bagian utama yaitu wadah tempat adsorben, penahan antar adsorben dan pipa efluen. Prototipe dibuat dari bahan plastik jenis High Density Polyetilene (HDPE) food grade. Wadah tempat adsorben berbentuk tabung dibuat dengan susunan dari bawah ke atas berturut turut yaitu penahan bagian bawah, arang aktif, penahan bagian tengah, adsorben kitosan-bentonit dan penahan bagian atas. Penahan bagian bawah, tengah dan atas terbuat dari bahan plastik HDPE dengan sisi bagian atas dan bawah terdapat lubang-lubang kecil agar air hasil proses dapat keluar. Penahan dilapisi dengan saringan. Air minum yang mengandung polutan masuk ke wadah adsorben bagian bawah, hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan adsorpsi polutan oleh adsorben.

KITOSAN - BENTONIT IN

ARANG AKTIF OUT


(20)

33

3.4.2 Tahap Aplikasi

3.4.2.1 Adsorpsi Residu Logam dan Pestisida oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif pada Proses Batch berdasarkan Pengaruh Waktu Kontak

Sebanyak 200 gram kitosan-bentonit dan 100 gram arang aktif dimasukkan ke dalam prototipe kemasan untuk proses batch kemudian dikontakkan dengan 4 sampel air kemasan 750 mL yang masing-masing mengandung larutan Fe3+, Cd2+, endosulfan, dan diazinon, dengan konsentrasi 20 ppm. Dilakukan variasi waktu pengontakan selama 40, 80, 120, 240, 360, 480, 720, 960, dan 1200 menit.

Adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif ditempatkan dalam prototipe kemasan batch. Lalu masing-masing sampel air yang mengandung larutan Fe3+, Cd2+, endosulfan, dan diazinon dialirkan ke dalam prototipe kemasan batch. Filtrat ditampung, lalu dianalisis kadar ion logam dan pestisida yang tersisa dalam larutan.

Untuk mengetahui konsentrasi endosulfan dan diazinon yang tersisa dalam supernatan dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer UV, sedangkan untuk mengetahui konsentrasi ion Fe3+ dan Cd2+ dalam supernatan dilakukan pengukuran menggunakan AAS. Untuk perhitungan dibuat kurva kalibrasi larutan standar.

3.4.2.2 Uji Kinetika Adsorpsi Endosulfan dan Fe(III) oleh Adsorben Kombinasi Kitosan-bentonit dengan Arang Aktif

Dua sampel air artifisial yang masing-masing mengandung endosulfan 20 ppm dan Fe(III) 20 ppm sebanyak 1 L dikontakkan dengan kombinasi adsorben


(21)

34

yang telah dikemas pada prototipe. Laju alir influen (air masuk) diatur sebesar 2 mL/menit. Efluen (air yang telah diadsorpsi) dikeluarkan dari prototipe pada rentang waktu yang bervariasi yaitu 60, 120, 180, 240, 720, 900, 1020, 1200, 1380, 1560, 1740, 2220, 2400, dan 2580 menit. Kinerja adsorpsi diamati dari hasil pengukuran konsentrasi awal dan konsentrasi akhir Fe(III) dan endosulfan menggunakan UV dan AAS.

3.4.3 Tahap Karakterisasi

Tahap karakterisasi Ca-bentonit dan kitosan-bentonit digunakan spektrofotometer infra merah (FT-IR), Scanning Electron Microscopy (SEM), difraksi sinar X (XRD), dan TG-DTA. Spektrofotometer FT-IR digunakan untuk menentukan gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam bentonit dan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada bentonit akibat modifikasi Ca-bentonit dengan kitosan menjadi kitosan-Ca-bentonit. Untuk mengetahui topografi mengenai gambaran permukaan dan keadaan tekstur dari Ca-bentonit dan kitosan-bentonit digunakan foto SEM. Pengamatan yang dilakukan pada foto SEM yaitu perubahan porositas dari Ca-bentonit dan kitosan-bentonit. Difraksi sinar X (XRD) digunakan untuk menentukan keberadaan mineral monmorilonit dalam Ca-bentonit dan kitosan-bentonit yang digunakan. Selain itu juga dari difraksi sinar X dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi akibat Ca-bentonit yang dimodifikasi menjadi kitosan-Ca-bentonit. Karakterisasi menggunakan TG-DTA bertujuan untuk mengetahui titik dekomposisi dari kitosan-bentonit, sehingga dapat diketahui kestabilan kitosan-bentonit terhadap panas dibandingkan dengan Ca-bentonit.


(22)

35

3.4.4 Tahap Analisis

Tahap analisis dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV untuk mengetahui jumlah endosulfan dan diazinon yang teradsorpsi pada kitosan-bentonit kombinasi arang aktif. Data yang diperoleh berupa absorbansi larutan endosulfan dan diazinon setelah dikontakkan dengan adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif. Absorbansi larutan endosulfan dan diazinon yang didapatkan dari pengukuran disubstitusikan ke dalam kurva kalibrasi untuk mengetahui konsentrasi endosulfan yang teradsorpsi oleh kitosan-bentonit kombinasi arang aktif. Sedangkan untuk mengetahui jumlah logam Fe(III) dan Cd(II) yang teradsorpsi dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Untuk mengetahui konsentrasi pestisida dan logam yang teradsorpsi pada kitosan-bentonit kombinasi arang aktif digunakan persamaan:

Ca = C0 – Ct

Dimana Ca merupakan konsentrasi endosulfan yang teradsorpsi oleh kitosan-bentonit kombinasi arang aktif, C0 merupakan konsentrasi awal endosulfan dan Ct adalah sisa konsentrasi endosulfan yang tidak teradsorpsi oleh kitosan-bentonit kombinasi arang aktif.

Besarnya persentase adsorpsi dihitung dari persamaan berikut:

Pengolahan data untuk menentukan tetapan laju adsorpsi (k1) dan tetapan kesetimbangan adsorpsi (K) dapat dilakukan dengan menggunakan model kinetika Langmuir-Hinshelwood yang telah dimodifikasi oleh Santosa (Khoerunnisa, 2005). Persamaan kinetika yang diusulkan Santosa adalah sebagai berikut :


(23)

36

K Ca

t k Ca

Ca Co

  1 ) / ln(

Data adsorpsi yang mengikuti model kinetika Santosa akan menghasilkan kurva ln (Co/Ca)/Ca terhadap t/Ca yang berbentuk garis lurus. Harga intersep dan slope kurva linier tersebut digunakan untuk menghitung konstanta K dan k1.


(24)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif dengan komposisi 2:1 pada proses batch dalam prototipe kemasan adsorben dapat mengadsorpsi dengan baik Fe(III), Cd(II), pestisida endosulfan dan pestisida diazinon dalam air minum artifisial pada waktu kontak optimum 120 menit, dengan persen adsorpsi untuk Fe(III), endosulfan dan diazinon sebesar 100% dan persen adsorpsi untuk Cd(II) sebesar 98%.

2. Parameter kinetika adsorpsi untuk adsorpsi Fe(III) dan endosulfan pada adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif, yaitu konstanta laju adsorpsi dan konstanta kesetimbangan adsorpsi. Secara berturut-turut untuk adsorpsi Fe(III) sebesar 3x10-3 menit-1 dan 1,5976x104 L/mol, sedangkan untuk adsorpsi endosulfan sebesar 1x10-3 menit-1 dan 1,9272 x 104 L/mol.

3. Energi adsorpsi Fe(III) dan endosulfan terhadap adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif berturut-tururt sebesar 24,06 dan 24,53 kJ/mol.


(25)

62

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dimas Aldiantono, dkk (2009), dan untuk penelitian selanjutnya disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Diperlukan pengujian tentang kapasitas adsorpsi adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif terhadap ion Fe(III), Cd(II), residu pestisida endosulfan dan diazinon, dengan proses flow.

2. Perlu dilakukan pengujian kemampuan adsorpsi kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif terhadap logam dan polutan-polutan organik lainnya. 3. Diperlukan adanya pengujian tentang proses desorpsi adsorben

kitosan-bentonit dengan arang aktif sehingga adsorben hasil kontak memungkinkan untuk dapat digunakan kembali (reuse).


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Akcay dan Yurdakoc. (1999). Nonyl-and Dodecylamines Intercalated Bentonite and Illite from Turkey. Turk J Chem., 23, 105-113.

Aldiantono, Dimas. (2009). Sintesis Adsorben Kitosan-Bentonit dan Uji Kinerjanya terhadap Diazinon dalam Air Minum. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Almatsier, Sunita. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Benefield, Larry D., Judkins, Joseph F., Jr., & Weand, Barron L. (1982). Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

HAM, Mulyono. (2005). Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartati, Cici. (2011). Adsorpsi Simultan Kitosan-Bentonit terhadap Ion Logam dan Residu Pestisida dalam Air Minum dengan Teknik Batch. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, UNY-Yogya.

Hendayana , Sumar PhD dkk. (1994). Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hongping, He, Frost L. R., dan Zhu Jianxi. (2004). “Infrared Study of HDTMA+ Intercalated Montmorillonite”, Molecular and Biomolecular Spectroscopy Volume 60 Elsevier.

Jong, Hyok An dan Stefan Dultz. (2007). “Adsorption of Tannic Acid on Chitosan-montmorillonite as a Function of pH and Surface Charge Properties”, Science Direct, 36, 256-264.

Khan, T.A., et al. (2001). Reporting Degree of Deacetylation Values of Chitosan: Influence of Analytical Methods. Malaysia. J Rharm Pharmaceut Sci, 5(3):205-212, 2002. [Online]. Tersedia : http://www.ualberta.ca/~csps. [5 November 2010].

Khoerunnisa, Fitri. (2005). Kajian Adsorpsi dan Desorpsi Ag(S2O3)23- dalam Limbah Fotografi pada dan dari Adsorben Kitin dan Asam Humat Terimobilisasi pada Kitin. Tesis Program Studi Ilmu Kimia Universitas Gajdah Mada, Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Kunrat, T.S. (1994). Prospek Usaha Pertambangan Bentonit. Tekmira: Tidak Diterbitkan.


(27)

64

Las, Irsal., Subagyo, K., & Setiyanto, A.P. (2006). Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam Revitalisasi Pertanian, Jurnal Litbang Pertanian. Li dan Kegley, L. (2005). Assessing The Effectiveness and Enviromental Impact

of Using Natural Flocculants to Manage Turbidity. Department of Civil, Construction and Environmental Engineering. Oregon State University. [Online]. Tersedia: http://www.askache.com/inTechW.htm. [5 November 2010].

Meilita TS., dan Tuti SS. (2003). Pengenalan Arang Aktif dan Proses Pembuatannya. [Online]. Tersedia: http://www.library.usu.ac.id/. [19 Mei 2006].

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum. Nomor 492. Jakarta

Mrunal R., Thatte. (2004). Synthesis And Antibacterial Assessment Of Water-Soluble Hydrophobic Chitosan Derivatives Bearing Quaternary Ammonium Functionality. Desertasi pada Louisiana State University and A & M College Baton Rouge: dipublikasikan.

Mulyaningsih, Ani. (2012). Penentuan Komposisi Adsorben Kombinasi Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif untuk Adsorpsi Simultan Pestisida Endosulfan dan Fe(III) dalam Air Minum. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan. Nurlamba, Nessha Siti. (2009). Kajian Kinetika Interaksi Kitosan-Bentonit dan

Adsorpsi Diazinon terhadap Kitosan-Bentonit. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Othmer, Kirk. (1964). Encyclopedia of Chemical Technology Second edition Volume 3. USA: John Wiley and Sons.

Patimah, Siti Empit. (2006). Tinjauan Kapasitas Adsorpsi Diazinon Dalam Air Minum Pada Histidin-Bentonit. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Permana, Robby P. (2009). Studi Pola Interaksi Kitosan dengan Bentonit sebagai Adsorben Termodifikasi bagi Pestisida Diazinon. Skripsi Program Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan. Permanasari, Anna. (2009). The Effects of Temperature, UV Radiation, and

Soaking Time in Drinking Water on Bentonite-Histidine Adsorbent Performance. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 14 No. 4.


(28)

65

Petrovic-Filipovic, Leposava., Kostic-Gvozdevonic, Ljiljana., & Eric-Antonic, Stanka. (2002). “The Effects of the Fine Grinding on the Physicochemical Properties and Thermal Behavior of Bentonite Clay”. J. Serb. Chem. Soc. Vol. 67. Num. 11. p. 753-760.

Rahmawati, Della. (2011). Adsorpsi Simultan Kitosan-Bentonit terhadap Ion Logam dan Residu Pestisida dalam Air Minum dengan Teknik Flow. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, UNY-Yogya. Rohayani, Rani. (2005). Sintesis Adsorben Histidin-Bentonit dan Uji Adsorpsinya

terhadap Pestisida dalam Air Minum. Skripsi program kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusmiasih. (2005). Bentonite. Bandung: PD. Agribisnis dan Pertambangan. Saeni, M.S. (1997). Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan

Analisis Rambut. Orasi Ilmiah, Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan, Fakultas Matematika dan IPA IPB. Bogor.

Saepudin, Asep. (2008).Uji Kinerja Adsorben Histidin-Bentonit dalam Prototipe Kemasan Flow dan Batch terhadap Pestisida Endosulfan dalam Air Minum. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Said, Nusa Idaman. (2008). Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Setiabudi, Agus, dkk. (2007). Karakterisasi Zat Padat. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Stuart, M Bennett. (2001). Diazinon. [Online]. Tersedia: http://www.the-piedpiper.co.uk/th13(e).htm. [23 Mei 2011].

Suherti, Erti. (2006). Kajian Kinetika Adsorpsi Diazinon dalam Air Minum Pada Adsorben Histidin-Bentonit. Skripsi Program Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: UGM Press.

Syuhada, dkk. (2009). Modifikasi Bentonit (Clay) menjadi Organoclay dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi. Vol.2 No. 1.

Tirani, Nuth Fasa. (2006). Kajian Mekanisme Adsorpsi Diazinon pada Adsorben Histidin-Bentonit. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.


(29)

66

WHO. (2004). Endosulfan in Drinking Water, Background Document for Development of WHO Guidelines for Drinking Water Quality. World Healty Organization. WHO/SDE/WSH/03.04/92.

Widodo, Agus et al. (2005). Potensi Kitosan dari Sisa Udang sebagai Koagulan Logam Berat Limbah Cair Industri Tekstil. Surabaya: Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Wulandari, Irnawati. (2009). Uji Kinerja Adsorben Kitosan-Bentonit terhadap Logam Berat dan Diazinon secara Simultan. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan. Yatim, Wildan. (2009). Mineral Bagi Kehidupan. [Online]. Tersedia:

http://chordtunes.blogspot.com/2009/06/mineral-bagi-kehidupan.html mineral bagi kehidupan. [16 Agustus 2009].

Zuklarnaen, (1995). Pengolahan Bentonit Desa Galeh Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah Untuk Lumpur Bor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral: Tidak diterbitkan.


(1)

Tanti Juwita Nurcahya, 2013

Uji Kinerja Kombinasi Kitosan-Bentonit Dengan Arang Aktif Terhadap Ion Logam Dan Residu Pestisida Dalam Air Minum

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif dengan komposisi 2:1 pada proses batch dalam prototipe kemasan adsorben dapat mengadsorpsi dengan baik Fe(III), Cd(II), pestisida endosulfan dan pestisida diazinon dalam air minum artifisial pada waktu kontak optimum 120 menit, dengan persen adsorpsi untuk Fe(III), endosulfan dan diazinon sebesar 100% dan persen adsorpsi untuk Cd(II) sebesar 98%.

2. Parameter kinetika adsorpsi untuk adsorpsi Fe(III) dan endosulfan pada adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif, yaitu konstanta laju adsorpsi dan konstanta kesetimbangan adsorpsi. Secara berturut-turut untuk adsorpsi Fe(III) sebesar 3x10-3 menit-1 dan 1,5976x104 L/mol, sedangkan untuk adsorpsi endosulfan sebesar 1x10-3 menit-1 dan 1,9272 x 104 L/mol.

3. Energi adsorpsi Fe(III) dan endosulfan terhadap adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif berturut-tururt sebesar 24,06 dan 24,53 kJ/mol.


(2)

62

Tanti Juwita Nurcahya, 2013

Uji Kinerja Kombinasi Kitosan-Bentonit Dengan Arang Aktif Terhadap Ion Logam Dan Residu Pestisida Dalam Air Minum

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dimas Aldiantono, dkk (2009), dan untuk penelitian selanjutnya disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Diperlukan pengujian tentang kapasitas adsorpsi adsorben kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif terhadap ion Fe(III), Cd(II), residu pestisida endosulfan dan diazinon, dengan proses flow.

2. Perlu dilakukan pengujian kemampuan adsorpsi kombinasi kitosan-bentonit dengan arang aktif terhadap logam dan polutan-polutan organik lainnya. 3. Diperlukan adanya pengujian tentang proses desorpsi adsorben

kitosan-bentonit dengan arang aktif sehingga adsorben hasil kontak memungkinkan untuk dapat digunakan kembali (reuse).


(3)

Tanti Juwita Nurcahya, 2013

Uji Kinerja Kombinasi Kitosan-Bentonit Dengan Arang Aktif Terhadap Ion Logam Dan Residu Pestisida Dalam Air Minum

DAFTAR PUSTAKA

Akcay dan Yurdakoc. (1999). Nonyl-and Dodecylamines Intercalated Bentonite and Illite from Turkey. Turk J Chem., 23, 105-113.

Aldiantono, Dimas. (2009). Sintesis Adsorben Kitosan-Bentonit dan Uji

Kinerjanya terhadap Diazinon dalam Air Minum. Skripsi Program Studi

Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Almatsier, Sunita. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Benefield, Larry D., Judkins, Joseph F., Jr., & Weand, Barron L. (1982). Process

Chemistry for Water and Wastewater Treatment. Englewood Cliffs:

Prentice Hall, Inc.

HAM, Mulyono. (2005). Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartati, Cici. (2011). Adsorpsi Simultan Kitosan-Bentonit terhadap Ion Logam

dan Residu Pestisida dalam Air Minum dengan Teknik Batch. Prosiding

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, UNY-Yogya.

Hendayana , Sumar PhD dkk. (1994). Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hongping, He, Frost L. R., dan Zhu Jianxi. (2004). “Infrared Study of HDTMA+

Intercalated Montmorillonite”, Molecular and Biomolecular Spectroscopy

Volume 60 Elsevier.

Jong, Hyok An dan Stefan Dultz. (2007). “Adsorption of Tannic Acid on Chitosan-montmorillonite as a Function of pH and Surface Charge Properties”, Science Direct, 36, 256-264.

Khan, T.A., et al. (2001). Reporting Degree of Deacetylation Values of Chitosan:

Influence of Analytical Methods. Malaysia. J Rharm Pharmaceut Sci,

5(3):205-212, 2002. [Online]. Tersedia : http://www.ualberta.ca/~csps. [5 November 2010].

Khoerunnisa, Fitri. (2005). Kajian Adsorpsi dan Desorpsi Ag(S2O3)23- dalam Limbah Fotografi pada dan dari Adsorben Kitin dan Asam Humat Terimobilisasi pada Kitin. Tesis Program Studi Ilmu Kimia Universitas

Gajdah Mada, Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Kunrat, T.S. (1994). Prospek Usaha Pertambangan Bentonit. Tekmira: Tidak Diterbitkan.


(4)

64

Tanti Juwita Nurcahya, 2013

Uji Kinerja Kombinasi Kitosan-Bentonit Dengan Arang Aktif Terhadap Ion Logam Dan Residu Pestisida Dalam Air Minum

|

Las, Irsal., Subagyo, K., & Setiyanto, A.P. (2006). Isu dan Pengelolaan Lingkungan dalam Revitalisasi Pertanian, Jurnal Litbang Pertanian. Li dan Kegley, L. (2005). Assessing The Effectiveness and Enviromental Impact

of Using Natural Flocculants to Manage Turbidity. Department of Civil,

Construction and Environmental Engineering. Oregon State University. [Online]. Tersedia: http://www.askache.com/inTechW.htm. [5 November 2010].

Meilita TS., dan Tuti SS. (2003). Pengenalan Arang Aktif dan Proses Pembuatannya. [Online]. Tersedia: http://www.library.usu.ac.id/. [19 Mei 2006].

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum. Nomor 492. Jakarta

Mrunal R., Thatte. (2004). Synthesis And Antibacterial Assessment Of

Water-Soluble Hydrophobic Chitosan Derivatives Bearing Quaternary Ammonium Functionality. Desertasi pada Louisiana State University and

A & M College Baton Rouge: dipublikasikan.

Mulyaningsih, Ani. (2012). Penentuan Komposisi Adsorben Kombinasi

Kitosan-Bentonit dengan Arang Aktif untuk Adsorpsi Simultan Pestisida Endosulfan dan Fe(III) dalam Air Minum. Skripsi Program Studi Kimia

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan. Nurlamba, Nessha Siti. (2009). Kajian Kinetika Interaksi Kitosan-Bentonit dan

Adsorpsi Diazinon terhadap Kitosan-Bentonit. Skripsi Program Studi

Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Othmer, Kirk. (1964). Encyclopedia of Chemical Technology Second edition

Volume 3. USA: John Wiley and Sons.

Patimah, Siti Empit. (2006). Tinjauan Kapasitas Adsorpsi Diazinon Dalam Air

Minum Pada Histidin-Bentonit. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Permana, Robby P. (2009). Studi Pola Interaksi Kitosan dengan Bentonit sebagai

Adsorben Termodifikasi bagi Pestisida Diazinon. Skripsi Program Kimia

FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan. Permanasari, Anna. (2009). The Effects of Temperature, UV Radiation, and

Soaking Time in Drinking Water on Bentonite-Histidine Adsorbent Performance. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 14 No. 4.


(5)

Tanti Juwita Nurcahya, 2013

Uji Kinerja Kombinasi Kitosan-Bentonit Dengan Arang Aktif Terhadap Ion Logam Dan Residu Pestisida Dalam Air Minum

|

Petrovic-Filipovic, Leposava., Kostic-Gvozdevonic, Ljiljana., & Eric-Antonic, Stanka. (2002). “The Effects of the Fine Grinding on the Physicochemical

Properties and Thermal Behavior of Bentonite Clay”. J. Serb. Chem. Soc.

Vol. 67. Num. 11. p. 753-760.

Rahmawati, Della. (2011). Adsorpsi Simultan Kitosan-Bentonit terhadap Ion

Logam dan Residu Pestisida dalam Air Minum dengan Teknik Flow.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, UNY-Yogya. Rohayani, Rani. (2005). Sintesis Adsorben Histidin-Bentonit dan Uji Adsorpsinya

terhadap Pestisida dalam Air Minum. Skripsi program kimia FPMIPA

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak diterbitkan. Rusmiasih. (2005). Bentonite. Bandung: PD. Agribisnis dan Pertambangan. Saeni, M.S. (1997). Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan

Analisis Rambut. Orasi Ilmiah, Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan,

Fakultas Matematika dan IPA IPB. Bogor.

Saepudin, Asep. (2008).Uji Kinerja Adsorben Histidin-Bentonit dalam Prototipe

Kemasan Flow dan Batch terhadap Pestisida Endosulfan dalam Air Minum. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Said, Nusa Idaman. (2008). Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Setiabudi, Agus, dkk. (2007). Karakterisasi Zat Padat. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Stuart, M Bennett. (2001). Diazinon. [Online]. Tersedia: http://www.the-piedpiper.co.uk/th13(e).htm. [23 Mei 2011].

Suherti, Erti. (2006). Kajian Kinetika Adsorpsi Diazinon dalam Air Minum Pada

Adsorben Histidin-Bentonit. Skripsi Program Kimia FPMIPA Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: UGM Press.

Syuhada, dkk. (2009). Modifikasi Bentonit (Clay) menjadi Organoclay dengan

Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi. Vol.2 No.

1.

Tirani, Nuth Fasa. (2006). Kajian Mekanisme Adsorpsi Diazinon pada Adsorben

Histidin-Bentonit. Skripsi Program Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia


(6)

66

Tanti Juwita Nurcahya, 2013

Uji Kinerja Kombinasi Kitosan-Bentonit Dengan Arang Aktif Terhadap Ion Logam Dan Residu Pestisida Dalam Air Minum

|

WHO. (2004). Endosulfan in Drinking Water, Background Document for

Development of WHO Guidelines for Drinking Water Quality. World

Healty Organization. WHO/SDE/WSH/03.04/92.

Widodo, Agus et al. (2005). Potensi Kitosan dari Sisa Udang sebagai Koagulan

Logam Berat Limbah Cair Industri Tekstil. Surabaya: Jurusan Teknik

Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Wulandari, Irnawati. (2009). Uji Kinerja Adsorben Kitosan-Bentonit terhadap

Logam Berat dan Diazinon secara Simultan. Skripsi Program Studi Kimia

Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung: Tidak Diterbitkan. Yatim, Wildan. (2009). Mineral Bagi Kehidupan. [Online]. Tersedia:

http://chordtunes.blogspot.com/2009/06/mineral-bagi-kehidupan.html mineral bagi kehidupan. [16 Agustus 2009].

Zuklarnaen, (1995). Pengolahan Bentonit Desa Galeh Kecamatan Tangen,

Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah Untuk Lumpur Bor. Pusat