LAYANAN RESPONSIF BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATAKN MITIVASI BERPRESTASI SISWA.

(1)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

|

LAYANAN RESPONSIF BI

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR...iii

UCAPAN TERIMA KASIH...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

A.Latar Belakang Penelitian...1

B. Identifikasi Dan Perumusan Masalah...6

C.Tujuan Penelitian...8

D.Manfaat Penelitian...8

E. Asumsi...8

F. Hipotesis...10

G.Metode Penelitian...10

BAB II PENGEMBANGAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN RESPONSIF BIMBINGAN DAN KONSELING...11

A.Konsep Motivasi Berprestasi ...11

B. Pengembangan Motivasi Berprestasi Melalui Layanan Responsif Bimbingan Dan Konseling...25

BAB III METODE PENELITIAN...52

A. Lokasi dan Subjek Penelitian...52

B. Metode Penelitian...52

C. Desain Penelitian...53

D. Definisi Operasional...53

E. Instrumen Penelitian...56

F. Proses Pengembangan Instrumen...57

G. Uji Normalitas Data...62

H. Analisis Data...64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...66

A.Gambaran Umum Motivasi Berprestasi Siswa Kelas SMPN 2 Arjasari Tahun Ajaran 2011/2012...66

B.Gambaran Umum Pencapaian Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi...71

C.Rancangan Intervensi Layanan Responsif Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa SMPN 2 Arjasari Tahun Ajaran 2011/2012...75

D.Efektivitas Layanan Responsif Melalui Symbolic Modeling Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa...85


(2)

DAFTAR PUSTAKA...99 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbinga dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (SDM).

Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya pote nsi untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(4)

Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut menunjukkan karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan. Undang-undang ini memberikan implikasi imperatif terhadap semua penyelenggaraan pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal agar senantiasa mengorientasikan programnya untuk membangun karakter peserta didik yang mempunyai ciri-ciri pribadi seperti tercantum dalam tujuan tersebut.

Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di bawah pengawasan guru. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman itu terjadi melalui interaksi antar individu dengan lingkungannya. Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktik atau latihan. Dari definisi diatas nampak bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungan (Syamsudin, 2002).

Belajar menunjuk kepada suatu cabang belajar yaitu belajar dalam arti sempit, khusus untuk mendapatkan pengetahuan akademik. Belajar menurut Morgan dkk merupakan setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman (Djaali, 2011:115).

Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk melakukan pengalaman dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil belajar. Belajar tidak dapat dikatakan berhasil jika tidak ada perubahan dalam diri individu (Hamalik, 1992: 56).


(5)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbinga dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri (Djaali, 2011:101).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).

Motivasi mempunyai arti yaitu berasal dari kata “motif” yang berarti

segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Yusuf & Nurihsan, 2009).

Penelitian Marcal (2010) menemukan bahwa ada pengaruh motivasi berprestasi dan disiplin diri terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi berprestasi dan disiplin dirinya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Penelitian Mulyani (2006) menemukan ada hubungan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar dengan prestasi siswa. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan lebiasaan belajarnya maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Jika salah satu faktor


(6)

yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut mengalami masalah, maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

Salah satu faktor prestasi belajar siswa yang sering mengalami masalah adalah motivasi berprestasi. Masalah motivasi berprestasi merupakan masalah yang dihadapi di banyak sekolah, salah satunya yaitu SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung. Banyak siswa di SMPN 2 Arjasari yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, hal ini diindikasikan dengan banyaknya siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alfa), banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika guru sedang menyampaikan materi, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) ketika ulangan harian dan dinyatakan belum tuntas pada beberapa mata pelajaran di akhir semester, dan memutuskan untuk keluar sekolah karena malas atau lebih memilih bekerja membantu orangtua.

Hasil pengamatan tentang keadaan kondisi siswa SMPN 2 Arjasari menunjukkan mayoritas siswa berasal dari keluarga perekonomian menengah ke bawah dan berada di lingkungan yang tidak terlalu mementingkan sekolah, teman di sekitarnya banyak yang tidak sekolah, lebih memilih bekerja untuk membantu orang tua daripada sekolah. Siswa lebih memilih membantu orang tua di sawah atau ladang dengan mengorbankan sekolahnya yaitu dengan membolos sekolah, selain itu siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang mayoritas anak seumuran mereka tidak bersekolah. Selain siswa yang membolos karena membantu orang tua, siswa lain yang membolos beralasan tidak bersekolah karena malas. Berdasarkan hasil wawancara awal dengan guru-guru bidang studi di SMPN 2 Arjasari dikatakan


(7)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbinga dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

bahwa banyak siswa kurang memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, banyak siswa tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Upaya pihak sekolah untuk mengatasi masalah bolos yaitu dengan melakukan kunjungan rumah (home visit) oleh wali kelas dan guru BK, upaya tersebut berhasil pada beberapa siswa, tetapi pada beberapa siswa lain tidak berhasil, atau pada awalnya siswa mau bersekolah kembali tetapi pada beberapa minggu kemudian siswa tersebut kembali membolos.

Dalam model bimbingan dan konseling komprehensif terdapat beberapa komponen, yaitu layanan dasar, layanan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Dari ke empat komponen tersebut, dalam menyelesaikan masalah di SMPN 2 Arjasari maka layanan yang tepat untuk menanganinya yaitu dengan layanan responsif. Layanan responsif, yaitu layanan BK yang bertujuan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan yang dirasakan penting oleh peserta didik saat ini (Yusuf & Nurihsan, 2009). Layanan responsif tujuannya adalah untuk membantu berbagai pihak yang terkait dalam pemecahan masalahnya.

Layanan responsif bimbingan dan konseling ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari karena semakin banyak siswa yang mengundurkan diri dengan alasan ingin bekerja membantu orang tua, tidak mau sekolah lagi karena malas, dan tidak mau sekolah karena teman di lingkungan rumahnya banyak yang tidak bersekolah. Hal ini juga diperlukan mengingat program pemerintah tentang wajib belajar sembilan tahun,


(8)

maka tugas guru, pendidik dan semua pihak beruasaha agar anak-anak bersekolah minimal lulus SMP.

Strategi layanan responsif dapat dilakukan melalui konsultasi, konseling kelompok, konseling individual, referal (rujukan atau alih tangan kasus), atau bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation) (Nurihsan, 2010). Pada penelitian ini strategi layanan responsif yang digunakan adalah konseling kelompok.

Beragam intervensi konseling kelompok dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Intervensi yang dapat dilakukan misalnya mengadakan pelatihan motivasi berprestasi (achievement motivation

training), membuat program motivasi berprestasi komprehensif, assertive training, self-management, rational-emotive therapy atau dengan menggunakan

teknik modeling. Pada penelitian ini digunakan symbolic modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Symbolic modeling merupakan suatu bentuk modeling yang melibatkan tokoh fiksi maupun nonfiksi yang ditampilkan melalui film, cerita maupun media online untuk menampilkan suatu perilaku.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bimbingan belajar di sekolah dapat dilakukan oleh guru bidang studi ataupun guru bimbingan dan konseling. Guru bidang studi dapat melakukan bimbingan belajar kepada siswa yang memiliki masalah kesulitan belajar dengan cara mencari metode yang tepat dalam penyampaian materi atau mempunyai variasi penyampaian materi agar tidak monoton. Sedangkan guru bimbingan dan


(9)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbinga dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

konseling dapat melakukan bimbingan belajar kepada seluruh siswa yang mempunyai kesulitan belajar maupun yang tidak mempunyai kesulitan belajar. Pada siswa yang tidak mempunyai kesulitan belajar, bimbingan belajar dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kesulitan belajar yang dialami siswa dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada siswa yang telah mengalami kesulitan belajar maka harus dilakukan layanan responsif bimbingan dan konseling. Masalah kesulitan belajar salah satunya yaitu motivasi berprestasi. Jika siswa mempunyai motivasi berprestasi yang rendah maka akan mengganggunya dalam mengikuti semua kegiatan di sekolah.

Layanan responsif merupakan salah satu layanan bimbingan konseling. Layanan responsif adalah suatu layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa yang tengah mengalami masalah. Dalam penelitian ini peneliti akan mendesain layanan responsif bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari.

Sesuai uraian masalah penelitian di atas, maka masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana layanan responsif bimbingan konseling

yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Arjasari Kabupaten Bandung”.

Secara operasional rumusan masalah penelitian dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran motivasi berprestasi siswa di SMPN 2 Arjasari. 2. Bagaimana rancangan layanan responsif bimbingan dan konseling yang


(10)

3. Bagaimana efektivitas layanan responsif bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah merumuskan layanan responsif yang efektif untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan layanan responsif bimbingan dan konseling dalam adegan sekolah, khususnya konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari. Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Memperkaya khazanah pendidikan, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling terutama tentang layanan responsif dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

2. Manfaat praktis

Memberikan pilihan layanan responsif bagi konselor sekolah untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa, membantu siswa agar dapat meningkatkan motivasi berprestasi, membantu pihak sekolah dalam upaya menyelesaikan masalah khususnya dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung, serta memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam penelitian tentang motivasi berprestasi.


(11)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbinga dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

E.Asumsi

1. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Santrock dalam Sardiman, 2000).

2. Motivasi diperlukan bagi reinforcement (stimulus yang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki) yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku, dimana salah satu diantaranya dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki (Juwono dalam Djaali, 2011:104).

3. Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut (Brophy, 2004).

4. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung (Brophy, 2004).

5. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan (Brophy 2004).


(12)

6. Bimbingan belajar merupakan salah satu layanan BK yang menangani masalah-masalah kesulitan belajar pada siswa termasuk motivasi belajar siswa yang rendah dapat ditangani dengan bimbingan belajar yang dilakukan oleh guru BK. (Nasihudin, 2010).

F. Hipotesis

Layanan responsif bimbingan dan konseling efektif dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa SMPN 2 Arjasari.

G.Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode quasi experimental dengan desain nonequivalent control group. Data motivasi berprestasi siswa diungkap menggunakan kuesioner tentang motivasi berprestasi. Populasi penelitian adalah siswa SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel menggunakan sampling random. Teknik statistik yang digunakan adalah uji-t.


(13)

58

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Arjasari Jl. Raya Arjasari-Ciparay Kabupaten Bandung.

Populasinya adalah seluruh kelas VIII yang ada pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Arjasari.

Tabel 3.1

Populasi Siswa Kelas VIII SMPN 2 Arjasari Tahun Ajaran 2011/2012

NO KELAS JUMLAH SISWA

1. VIII A 40

2. VIII B 27

3. VIII C 40

4. VIII D 40

TOTAL 147

Penelitian menggunakan populasi untuk identifikasi masalah, setelah dilakukan identifikasi maka diketahui siswa dengan motivasi berprestasi yang rendah yang akan dijadikan subjek penelitian. Identifikasi masalah dilakukan dengan menyebarkan instrumen motivasi berprestasi dan mengklasifikasikan hasilnya menjadi motivasi berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi experimental. Metode kuasi eksperimen digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas layanan responsif yang didesain untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Karena berbagai keterbatasan dalam melakukan penelitian eksperimen, seperti mengontrol variabel-variabel moderat yang mempengaruhi


(14)

59

motivasi berprestasi, membangun ekuivalensi kelompok-kelompok yang digunakan, maka penelitian ini mengunakan metode quasi experimental.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian kuasi eksperimen ini adalah nonequivalent control group design. Desain ini terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random. Kedua kelompok itu diberikan pretest-postest dan hanya kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan (Cresswell, 1994). Nonequivalent control group design dipilih karena ingin mengetahui perbedaan antara kelompok yang diberikan intervensi dan yang tidak diberikan intervensi.

D. Definisi Operasional

Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri siswa kelas VIII SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung untuk mengarahkan dan mencapai tujuan tertentu sesuai standar dan yang lebih baik daripada orang lain yang ditunjukkan dengan perilaku siswa yang memilih tingkat kesulitan tugas yang sedang (moderat task difficulty), memiliki ketahanan atau ketekunan (persistence) dalam mengerjakan tugas, memiliki harapan terhadap umpan balik (feedback), bertanggung jawab terhadap kinerjanya, dan melakukan inovasi (innovativeness).


(15)

60

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

McClelland (1987) mengemukakan beberapa ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu.

1) Pemilihan tingkat kesulitan tugas, dengan indikator: (a) memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah (moderat task difficulty) sebanding dengan kemampuannya sendiri; (b) bekerja dengan penuh perhitungan resiko; (c) lebih memilih tujuan yang realistis.

2) Ketahanan atau ketekunan (persistence) dalam mengerjakan tugas, dengan indikator: (a) memiliki kemantapan hati dalam mengerjakan tugas; (b) tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan; (c) melihat keberhasilan / kegagalan bukan sebagai faktor yang disebabkan pihak luar dirinya, tetapi dirinyalah sebagai pengendalinya; (d) berkarya tidak hanya sesuai target bahkan melebihi target; (e) memiliki naluri senang, bahagia dan puas melakukan yang terbaik.

3) Harapan terhadap umpan balik (feedback), dengan indikator: (a) mencari umpan balik (feedback) yang bersifat konkret atau nyata; (b) menerima kritik atau pendapat yang diberikan orang lain terhadap dirinya; (c) memandang penting knowledge of result sebagai feedback untuk perencanaan masa depan; (d) mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata.

4) Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya, dengan indikator: (a) menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi; (b) menyukai keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan pihak lain atau karena faktor kebetulan, melainkan karena hasil kerja keras dari diri sendiri; (c)


(16)

61

memiliki kemampuan bekerja sendiri; (d) memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

5) Kemampuan dalam melakukan inovasi (innovativeness), dengan indikator: (a) menyelesaikan tugas dengan cara berbeda dari biasanya; (b) menyelesaikan tugas dengan lebih baik; (c) aktif mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu; (d) mampu menciptakan hal-hal yang baru yang tidak terikat pada pola yang ada; (e) kreatif dan cakap dalam berbagai bidang.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket tentang motivasi berprestasi. Tujuan menggunakan instrumen ini adalah untuk mendapatkan gambaran motivasi berprestasi siswa kelas VIII SMPN 2 Arjasari. Jenis instrumen pengungkap data dalam penelitian adalah skala psikologis yang diaplikasikan dengan skala sikap dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2008:92). Jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4, 3, 2, 1 (Sukardi, 2003:147).

Keempat alternative respons tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian terendah, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS); 2) Sesuai (S); 3) Tidak Sesuai (TS); dan 4) Sangat Tidak Sesuai (STS).


(17)

62

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Kisi-kisi

Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menyususn item-item instrumen yang berupa pernyataan. Berikut adalah kisi-kisi instrumen motivasi berprestasi.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Motivasi Berprestasi

Variabel Aspek Indikator Item

Motivasi berprestasi

Pemilihan tingkat kesulitan tugas

Memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah (moderat task difficulty) sebanding dengan kemampuannya sendiri

1, 22, 43, 56

Bekerja dengan penuh perhitungan resiko

2, 23, 44 Lebih memilih tujuan yang realistis 3, 24

Ketahanan atau ketekunan

(persistence) dalam mengerjakan tugas

Memiliki kemantapan hati dalam mengerjakan tugas.

4, 25, 45 Tidak mudah menyerah ketika

mengalami kegagalan

5, 26 Melihat keberhasilan/kegagalan bukan

sebagai faktor yang disebabkan pihak luar dirinya, tetapi dirinyalah sebagai pengendalinya.

6, 27, 46, 57

Berkarya tidak hanya sesuai target bahkan melebihi target.

7, 28, 47 Memiliki naluri senang, bahagia dan

puas melakukan yang terbaik.

8, 29

Harapan terhadap umpan balik (feedback)

Mencari umpan balik (feedback) yang bersifat konkret atau nyata

9, 30, 48, 58 Menerima kritik atau pendapat yang

diberikan orang lain terhadap dirinya.

10, 31, 49 Memandang penting knowledge of result

sebagai feedback untuk perencanaan masa depan.

11, 32, 50

Mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata

12, 33, 51

Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya

Menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi.

13, 34 Menyukai keberhasilan yang dicapai

bukan karena bantuan pihak lain atau karena faktor kebetulan, melainkan karena hasil kerja keras dari diri sendiri.

14, 35,52

Memiliki kemampuan bekerja sendiri. 15, 36 Memiliki kemampuan untuk menjadi

pemimpin.


(18)

63

Aspek Indikator Item

Kemampuan dalam melakukan inovasi (innovativeness)

Menyelesaikan tugas dengan cara berbeda dari biasanya

17, 38 Menyelesaikan tugas dengan lebih

baik

18, 39 Aktif mencari informasi untuk

menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu

19, 40, 53, 60 Mampu menciptakan hal-hal yang baru yang tidak terikat pada pola yang ada

20, 41, 54 Kreatif dan cakap dalam berbagai bidang 21, 42, 55

2. Uji validitas

Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Azwar, 2001).

Dalam penelitian ini, validitas alat ukur akan dipenuhi dengan validitas isi. Suatu alat ukur dikatakan sahih apabila alat itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penyusunan alat ukur untuk penelitian ini, dipertimbangkan untuk menggunakan kesahihan isi (content validity). Kesahihan isi merupakan kelengkapan atau ketepatan isi instrumen penelitian. Untuk mencapai hal ini, sebelumnya disusun kisi-kisi alat ukur penelitian secara rasional. Penggunaan validitas isi akan menunjukkan sejauh mana butir-butir dalam alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh alat ukur tersebut (Azwar, 2001).


(19)

64

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

Salah satu cara yang sederhana untuk melihat apakah validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah butir-butir dalam angket telah ditulis sesuai dengan blue print-nya, yaitu telah sesuai dengan batasan kawasan ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing- masing butir telah sesuai dengan indikator perilaku yang akan diungkap. Analisis rasional ini juga dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk menganalisis angket tersebut. Prosedur validitas angket melalui pengujian isi angket dengan menganalisis secara rasional atau lewat expert judgement dikenal dengan istilah validitas isi. Pada penelitian ini expert judgement dilakukan oleh dua orang, yaitu Dr. Ipah Saripah, M.Pd, dan Nandang Budiman, M.Si yang hasilnya adalah angket layak digunakan setelah direvisi.

Hasil analisis item menjadi dasar dalam seleksi item. Item-item yang tidak memenuhi kriteria akan dibuang terlebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Langkah selanjutnya adalah memilih item yang memiliki daya beda item tertinggi. Jika ada komponen yang berisi item yang berkoefisien korelasi rendah menunjukkan komponen yang bersangkutan memang tidak relevan (Azwar, 2001).

Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008). Uji validitas item menggunakan teknik uji korelasi Rank Spearman, dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung total skor dari setiap responden. b. Mencatat skor item yang akan diuji.


(20)

65

c. Mencari koefisien korelasi skor para responden pada item tersebut dengan perhitungan sebagai berikut:

d. Item yang mempunyai koefisien korelasi di bawah rtabel (0,16) tidak

dapat digunakan dan dinyatakan tidak valid.

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrumen atau item-item pernyataan

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika rhitung < rtabel, maka instrumen atau item-item pernyataan tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Berdasarkan hasil perhitungan nilai validitas, dapat diketahui bahwa item yang tidak valid adalah sebanyak sembilan item, yaitu item no 27, 34, 35, 43, 46, 54, 56, dan 57. Sedangkan item yang valid adalah sebanyak 51 item.

3. Uji reliabilitas

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang

r =∑X2 + ∑Y2 −∑di 2


(21)

66

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2001).

Reliabilitas yaitu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sugiyono, 2008). Uji reliabilitas menggunakan teknik split half (belah dua) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Hasil uji validitas akan diperoleh item yang valid dan tidak valid. b. Item yang valid dibagi menjadi dua kelompok, yaitu item yang

bernomor ganjil sebagai belahan pertama, dan item yang bernomor genap sebagai belahan kedua.

c. Skor untuk item-item belahan pertama dan belahan kedua masing-masing dijumlahkan sehingga akan menghasilkan dua belahan skor total.

d. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman, seperti pada pengukuran validitas.

rstot : angka reliabilitas keseluruhan item

rstt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai reliabilitas angket motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

rstot =

2(rstt ) 1 + rstt


(22)

67

Tabel 3.3

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Berprestasi

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

,929 ,929 51

Berikut adalah kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145). 0,80 < r ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r ≤ 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < r ≤ 0,40 reliabilitas rendah

-1,00 ≤ r ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable)

Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien reliabilitas instrumen motivasi berprestasi adalah 0,929, maka menurut kategori koefisien Guilford instrumen motivasi berprestasi mempunyai reliabilitas sangat tinggi.

G. Uji Normalitas data

Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik Parametrik yaitu uji-t. Uji-t mensyaratkan bahwa data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008). Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu dilakukan uji normalitas data.

Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) adalah sebagai berikut.


(23)

68

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

2. Transformasi nilai ei menjadi zi dengan zi =

ei−e

� dimana e dan s adalah rata-rata dan simpangan baku nilai galat.

3. Tentukan besarnya nilai peluang zi yaitu P(zi) dan peluang

proporsional S(zi).

4. Tentukan selisih mutlak |S(zi)-P(zi)| dan |S(zi-1)- P(zi)|.

5. Tentukan nilai statistik Kolmogorov Smirnov D = maksimum |S(zi)-P(zi)| atau |S(zi-1)- P(zi)|.

6. Bandingkan nilai D dengan Dα(n).

Berdasarkan hasil perhitungan, uji mormalitas dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.4 Uji Normalitas Data Mean Standar deviation Asymp. Sig. (2-tailed)

uji Kolmogorov Smirnov

Kolmogorov Smirnov Z

Kesimpulan

145,56 17,505 0,915 0,558 Normal

Dari hasil perhitungan di atas (one-sample Kolmogorov-Smirnov Test) dapat diketahui bahwa 0,915 > 0,558, maka dapat dikatakan bahwa data motivasi berprestasi adalah data berdistribusi normal.

H. Analisis Data

Data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk persentase. Angka persentase diperoleh dengan membagi skor aktual terhadap skor ideal dikali 100%, secara spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut:


(24)

69

Persentase = skoraktual

skorideal x 100%

Pengelompokkan skor peserta terbagi menjadi tiga kelompok, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokkan skor peserta dilakukan dengan ketentuan berikut (Arikunto, 2006:264):

Kelompok tinggi: semua siswa yang mempunyai skor rata-rata plus satu standar deviasi (SD) ke atas.

Kelompok sedang: semua siswa yang mempunyai skor antara skor rata-rata – SD dan skor rata-rata + 1 SD.

Kelompok rendah: semua siswa yang mempunyai skor kurang dari skor rata-rata -1SD.

Teknik statistik yang digunakan adalah uji-t. Teknik uji-t digunakan untuk mengetahui apakah dua rerata antara skor motivasi berprestasi sebelum dan sesudah mendapat perlakuan secara statistik signifikan. Teknik uji-t digunakan setelah memenuhi persyaratan: distribusi data bersifat normal dan adanya variansi yang homogen. Skor sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) diperoleh dalam desain kuasi eksperimen. Tujuan uji t adalah untuk membandingkan kedua data pretest dan posttest tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi yang berupa dua variabel berbeda dengan mengggunakan rumus dari Arikunto (2006:306) sebagai berikut.

t = �

��2(��)2 � �(�−1)

Keterangan:

t = harga t untuk sampel berkolerasi

D = (difference) perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir untuk setiap individu


(25)

70

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa


(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling serta aplikasi konseling kelompok melalui symbolic modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

A.Kesimpulan

Motivasi berprestasi siswa kelas VIII SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung tahun ajaran 2011/2012 berada pada kategori sedang, artinya siswa belum memiliki keinginan atau dorongan yang cukup kuat untuk selalu berusaha atau berjuang dalam meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Untuk meningkatkan motivasi berprestasi dapat melalui layanan responsif konseling kelompok melalui symbolic modeling. Layanan responsif konseling kelompok melalui symbolic modeling efektif meningkatkan motivasi berprestasi siswa kelas VIII SMPN 2 Arjasari Kabupaten Bandung tahun ajaran 2011/2012.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, rekomendasi diajukan kepada konselor sekolah, dan peneliti selanjutnya.


(27)

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

1. Bagi konselor sekolah

Konselor dapat memberikan layanan responsif konseling kelompok melalui symbolic modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa dengan memperhatikan situasi dan kondisi di lapangan. Konselor dapat mencoba menggunakan media symbolic modeling yang lebih variatif dalam intervensi, misalnya menggunakan film indie yang dirancang khusus untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Apabila fasilitas di sekolah kurang mendukung untuk menggunakan media visual (film), konselor dapat menggunakan media symbolic modeling dari berbagai kisah inspiratif yang tertuang dalam cerita atau novel.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya direkomendasikan agar menggunakan intervensi melalui teknik modeling yang lebih bervariatif, misalnya dengan cara live

modeling. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan membandingkan teknik konseling symbolic modeling dengan live modeling yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu aspek motivasi berprestasi yaitu kemampuan melakukan inovasi berada pada kategori rendah, bagi peneliti selanjutnya direkomendasikan agar lebih fokus pada aspek tersebut agar dapat meningkatkan aspek kemampuan melakukan inovasi.


(28)

115

DAFTAR PUSTAKA

Afaz. (2012). Tahapan Perubahan Pada Seseorang. [Online]. Tersedia: http://m.kompasiana.com/post/kejiwaan/2012/06/09/tahapan-perubahan-pada-seseorang.

Ahira, Anne. (2010). Pengertian Motivasi. [Online]. Tersedia: www.anneahira.com/motivasi/pengertian-motivasi.htm. [25 April 2011]. _____________. (2010). Psikologi Motivasi. [Online]. Tersedia:

www.anneahira.com/motivasi/psikologi-motivasi.htm. [25 April 2011]. _____________. (2010). Teori Motivasi. [Online]. Tersedia:

www.anneahira.com/motivasi/teori-motivasi.htm. [25 April 2011].

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Alwisol. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anni, Catharina. (2010). “Pengembangan Model Peningkatan Motivasi Berprestasi Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Kendal”. Jurnal Penelitian Pendidikan. 27, (1), 22-31.

Apranadyanti, Nitya. (2010). “Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan

Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas X SMK Ibu Kartini Semarang”.

Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 27 Nomor 1 Tahun 2010.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, dkk.______. Pengantar Psikologi Jilid Satu. Batam: Interaksara. Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, Albert. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New york: W.H. Freeman And Company.

Bernstein, Douglas, A., Roy, Edward, J., Srull. Thomas, K & Wickens, Christhoper, D. Wickens. (1988). Psychology. Boston: Houghon.

Bowers, J.L &Hatch. (2002). The National Model for School Counseling Program. Alexandria: American School Counselor Association Press.


(29)

116

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

Brophy. (2004). Motivating Students To Learn (2nd Edition). London: Lawrence

Erlbaum Associates, Publisher.

Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Cox W, Miles & Klinger Eric. (2004). Handbook of Motivational Counseling:

Concepts, Approaches, and Assessment. Chishester: John Wiley & Sons,

Ltd.

Creswell, J.W. (1994). Research Design (Qualitative And Quantitative

Approaches). London: Sage publications.

Dimyati , Mudjiono. (1999). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta.: Rineka Cipta. Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dwija, I Wayan. (2008). “Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Perhatian Orang Tua Dengan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas

II Sekolah Menengah Atas Unggulan Di Kota Amlapura”. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXXI Januari 2008.

Fatchurochman, Rudy. (2011). “Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar”. Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011.

Guilford, J. P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: Mc Graw-Hill Book Co. Inc.

Gybers, Norman C. (2008). Missouri comprehensive guidance program:

development.

Hall S. Calvin and Lindzey Garder. (1978). Introduction To Theories Of

Personality. New York: John Willey & Sons, Inc.

Hamalik, Oemar. (2003). Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara. Hardjo, Sri & Badjuri. (____). Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Cara Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Semarang.

[Online]. Tersedia: http://www.lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/12srihardjo.htm.

Harjanta, Tapa (2008). “Upaya peningkatan motivasi berprestasi melalui pemberian layanan bimbingan kelompok bagi siswa kelas VII D SMPN 2

Purwodadi Grobogan”. Jurnal Vol 1 No.2 November 2008.

Heckhausen. (1967). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.


(30)

117

Kiswoyowati, Amin. (2011). “Pengaruh Motivasi be;ajar dan Kegiatan Belajar Siswa terhada[ Kecakapan Hidup (Studi Tentang Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida)”.

Jurnal Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011.

Komalasari, G. et al. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.

Kottman, Terry & Muro, James J. (1995). Guidance And Counseling In The

Elementary And Middle School: Practical Approach. Agoura: WCB Brown & Benchmark.

Mappiare, Andi. (1982). Perkembangan dan Pertumbuhan Individu. Jakarta: Kalam Mulia.

Marcal F, Arlindo. (2010). “Pengaruh Motivasi belajar dan Disiplin Diri Terhadap Prestasi Belajar Karyasiswa Timor-Leste di Jakarta”. Jurnal Manajemen Publik dan Bisnis. 1-19.

Mawandhi, Roy. (2006). Karakteristik penggunaan media di kalangan remaja. [Online]. Tersedia: http//unila.ac.id/wp-content/uploads/karakteristik-penggunaan-media-di-kalangan remaja.pdf.

McClelland, David C., et. Al., (1976) The Achievement Motive. New York: Irvington Publisher Michael J.A Howe. (1984). A Teacher’s Guide To The

Psychology Of Learning. New York: Brasil Blackwell, Inc.

_______________________. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press.

Mulyani. (2006). Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi,

Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu.

Munandar, Ashar Sunyoto. (2004). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Myrick, R. (1993). Developmental Guidance and Counseling: A practical

approach. Educational Media Coorporation.

Nasihudin, Rofiq. (2010). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. [Online].

Tersedia:http://rofiqnasihudin.blogspot.com/2010/10/meningkatkan-motivasi-belajar-siswa_21.html. [20 Juni 2011].


(31)

118

Bunga Ayu Putri Lestary, 2012

Layanan Responsif Bimbingab dan Konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa

Nurihsan juntika (2010). Bimbingan Dan Konseling Dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Ormrod, Jeanne Ellis. (1995). Human Learning, Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Rumiani. (2006). “Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Stres Mahasiswa”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember2006.

Riva’i, Veithzal. H. (2000). “Hasil Belajar Matematika Ekonomi Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Tanggerang.” Laporan penelitian FE Universitas Jayabaya. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/jurnal/31.

Saleh Mohammad, Ard W. Lazonder & Ton De Jong. (2004). Effects Of

Within-Class Ability Grouping On Social Interaction, Achievement, And Motivation. Netherlands: Department of Instructional Technology,

University of Twente.

Sardiman. (1987). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono. S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Scwitgebel, Ralph K And Kalb, David A. (1974). Changing Human Behavior:

Principles Of Planned Intervention. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Sobur, Alex. (2010). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Still, ted (2001). Iowa Comprehensive Counseling And Guidance Program

Development Guide: Kindergaten-Cummunity College. Iowa: Grimes State

Office Building.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Perkembangan Kognitif. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat,wordpress.com/2008/01/31perkembangankognitif. _____________. (2012). Pendekatan Konseling Behavioral. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/pendekatankonselingbehavioral. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukadji, Soetarlinah. (2001). Psikologi Pendidikan Dan Psikologi Sekolah. Depok. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (L.P.S.P3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tersedia:


(32)

119

http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi-pendidikan/. [20 Juni

2011].

_____________. (1983). Modifikasi Perilku: Penerapan Sehari-hari dan

Penerapan Profesional. Yogyakarta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling Disekolah. Jakarta: Rieneka Cipta.

Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Syamsuddin, Abin, M. (2002). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Walgito, bimo. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Weiten, Wayne, dkk. (2009). Psychology Applied To Modern Life Adjustment In The

21st Century, Ninth Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.

Wiranata Moehamad Ajie. (2010). “Pengaruh motivasi berprestasi atlet terhadap disiplin latihan sepakbola (studi kasus di ssb Putra Junior Kota Tasikmalaya)” Jurnal Vol 2 No.3 Agustus 2010.

Woolfolk,A.E. (1995). Educational Psychology. 6th ed. Boston : Allyn and Bacon.

Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.


(1)

1. Bagi konselor sekolah

Konselor dapat memberikan layanan responsif konseling kelompok melalui symbolic modeling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa dengan memperhatikan situasi dan kondisi di lapangan. Konselor dapat mencoba menggunakan media symbolic modeling yang lebih variatif dalam intervensi, misalnya menggunakan film indie yang dirancang khusus untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Apabila fasilitas di sekolah kurang mendukung untuk menggunakan media visual (film), konselor dapat menggunakan media symbolic modeling dari berbagai kisah inspiratif yang tertuang dalam cerita atau novel.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya direkomendasikan agar menggunakan intervensi melalui teknik modeling yang lebih bervariatif, misalnya dengan cara live modeling. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan membandingkan teknik konseling symbolic modeling dengan live modeling yang dapat meningkatkan motivasi berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu aspek motivasi berprestasi yaitu kemampuan melakukan inovasi berada pada kategori rendah, bagi peneliti selanjutnya direkomendasikan agar lebih fokus pada aspek tersebut agar dapat meningkatkan aspek kemampuan melakukan inovasi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Afaz. (2012). Tahapan Perubahan Pada Seseorang. [Online]. Tersedia: http://m.kompasiana.com/post/kejiwaan/2012/06/09/tahapan-perubahan-pada-seseorang.

Ahira, Anne. (2010). Pengertian Motivasi. [Online]. Tersedia: www.anneahira.com/motivasi/pengertian-motivasi.htm. [25 April 2011]. _____________. (2010). Psikologi Motivasi. [Online]. Tersedia:

www.anneahira.com/motivasi/psikologi-motivasi.htm. [25 April 2011]. _____________. (2010). Teori Motivasi. [Online]. Tersedia:

www.anneahira.com/motivasi/teori-motivasi.htm. [25 April 2011].

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Alwisol. (2010). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anni, Catharina. (2010). “Pengembangan Model Peningkatan Motivasi Berprestasi Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Kendal”. Jurnal Penelitian Pendidikan. 27, (1), 22-31.

Apranadyanti, Nitya. (2010). “Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan

Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas X SMK Ibu Kartini Semarang”. Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 27 Nomor 1 Tahun 2010.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, dkk.______. Pengantar Psikologi Jilid Satu. Batam: Interaksara. Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, Albert. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New york: W.H. Freeman And Company.

Bernstein, Douglas, A., Roy, Edward, J., Srull. Thomas, K & Wickens, Christhoper, D. Wickens. (1988). Psychology. Boston: Houghon.

Bowers, J.L &Hatch. (2002). The National Model for School Counseling Program. Alexandria: American School Counselor Association Press.


(3)

Brophy. (2004). Motivating Students To Learn (2nd Edition). London: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Cox W, Miles & Klinger Eric. (2004). Handbook of Motivational Counseling: Concepts, Approaches, and Assessment. Chishester: John Wiley & Sons, Ltd.

Creswell, J.W. (1994). Research Design (Qualitative And Quantitative Approaches). London: Sage publications.

Dimyati , Mudjiono. (1999). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta.: Rineka Cipta. Djaali. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dwija, I Wayan. (2008). “Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Perhatian Orang Tua Dengan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas

II Sekolah Menengah Atas Unggulan Di Kota Amlapura”. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXXI Januari 2008. Fatchurochman, Rudy. (2011). “Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap

Kesiapan Belajar”. Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011.

Guilford, J. P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: Mc Graw-Hill Book Co. Inc.

Gybers, Norman C. (2008). Missouri comprehensive guidance program: development.

Hall S. Calvin and Lindzey Garder. (1978). Introduction To Theories Of Personality. New York: John Willey & Sons, Inc.

Hamalik, Oemar. (2003). Prosedur Belajar Mengajar. Jakarta Bumi Aksara. Hardjo, Sri & Badjuri. (____). Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Cara Belajar

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Semarang. [Online]. Tersedia: http://www.lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/12srihardjo.htm. Harjanta, Tapa (2008). “Upaya peningkatan motivasi berprestasi melalui

pemberian layanan bimbingan kelompok bagi siswa kelas VII D SMPN 2

Purwodadi Grobogan”. Jurnal Vol 1 No.2 November 2008.

Heckhausen. (1967). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.


(4)

Kiswoyowati, Amin. (2011). “Pengaruh Motivasi be;ajar dan Kegiatan Belajar Siswa terhada[ Kecakapan Hidup (Studi Tentang Pembelajaran Berorientasi Kecakapan Hidup di SMK Negeri 1 Losarang Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura-Budidaya Cabe Hibrida)”. Jurnal Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011.

Komalasari, G. et al. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.

Kottman, Terry & Muro, James J. (1995). Guidance And Counseling In The Elementary And Middle School: Practical Approach. Agoura: WCB Brown & Benchmark.

Mappiare, Andi. (1982). Perkembangan dan Pertumbuhan Individu. Jakarta: Kalam Mulia.

Marcal F, Arlindo. (2010). “Pengaruh Motivasi belajar dan Disiplin Diri Terhadap Prestasi Belajar Karyasiswa Timor-Leste di Jakarta”. Jurnal Manajemen Publik dan Bisnis. 1-19.

Mawandhi, Roy. (2006). Karakteristik penggunaan media di kalangan remaja. [Online]. Tersedia: http//unila.ac.id/wp-content/uploads/karakteristik-penggunaan-media-di-kalangan remaja.pdf.

McClelland, David C., et. Al., (1976) The Achievement Motive. New York: Irvington Publisher Michael J.A Howe. (1984). A Teacher’s Guide To The Psychology Of Learning. New York: Brasil Blackwell, Inc.

_______________________. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press.

Mulyani. (2006). Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu.

Munandar, Ashar Sunyoto. (2004). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Myrick, R. (1993). Developmental Guidance and Counseling: A practical approach. Educational Media Coorporation.

Nasihudin, Rofiq. (2010). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. [Online].

Tersedia:http://rofiqnasihudin.blogspot.com/2010/10/meningkatkan-motivasi-belajar-siswa_21.html. [20 Juni 2011].


(5)

Nurihsan juntika (2010). Bimbingan Dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Ormrod, Jeanne Ellis. (1995). Human Learning, Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall.

Rumiani. (2006). “Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Stres Mahasiswa”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember2006.

Riva’i, Veithzal. H. (2000). “Hasil Belajar Matematika Ekonomi Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Tanggerang.” Laporan penelitian FE Universitas Jayabaya. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/jurnal/31.

Saleh Mohammad, Ard W. Lazonder & Ton De Jong. (2004). Effects Of Within-Class Ability Grouping On Social Interaction, Achievement, And Motivation. Netherlands: Department of Instructional Technology, University of Twente.

Sardiman. (1987). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono. S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Scwitgebel, Ralph K And Kalb, David A. (1974). Changing Human Behavior:

Principles Of Planned Intervention. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha. Sobur, Alex. (2010). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Still, ted (2001). Iowa Comprehensive Counseling And Guidance Program Development Guide: Kindergaten-Cummunity College. Iowa: Grimes State Office Building.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Perkembangan Kognitif. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat,wordpress.com/2008/01/31perkembangankognitif. _____________. (2012). Pendekatan Konseling Behavioral. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/pendekatankonselingbehavioral. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukadji, Soetarlinah. (2001). Psikologi Pendidikan Dan Psikologi Sekolah. Depok. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (L.P.S.P3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tersedia:


(6)

http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi-pendidikan/. [20 Juni 2011].

_____________. (1983). Modifikasi Perilku: Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Disekolah. Jakarta: Rieneka Cipta.

Surya, Mohamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Syamsuddin, Abin, M. (2002). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Walgito, bimo. (2002). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Weiten, Wayne, dkk. (2009). Psychology Applied To Modern Life Adjustment In The

21st Century, Ninth Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.

Wiranata Moehamad Ajie. (2010). “Pengaruh motivasi berprestasi atlet terhadap disiplin latihan sepakbola (studi kasus di ssb Putra Junior Kota Tasikmalaya)” Jurnal Vol 2 No.3 Agustus 2010.

Woolfolk,A.E. (1995). Educational Psychology. 6th ed. Boston : Allyn and Bacon.

Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. (2009). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.