PENGPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI WAKTU, JARAK DAN KECEPATAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR (Penelitian Eksperimen di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon) PADA MATERI WAKTU, JARAK DAN KECE

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PADA MATERI WAKTU, JARAK DAN KECEPATAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon) .

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

8n

Oleh

USADA WALUYA 0903215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PADA MATERI WAKTU, JARAK DAN KECEPATAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR

(Penelitian Eksperimen di Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon)

Usada Waluya 0903215

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

H. Atep Sujana, M.Pd NIP.195703021980031006

Pembimbing II,

Drs. Yedi Kurniadi NIP. 195910221989031003

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

Riana Irawati, M.Si. NIP. 198011252005012002


(3)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR DIAGRAM ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 4

C.

Batasan Masalah ... 4

D.

Tujuan Penelitian ... 4

E.

Manfaat Penelitian ... 5

F.

Definisi Operasional ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Hakikat Matematika ... 7

1. Pengertian Matematika ... 7

2. Pembelajaran Matematika ... 8

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 9

B. Hakikat Pembelajaran Matematika Realistik ... 11

1. Pengertian model Pembelajaran Matematika Realistik ... 11

2. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Matematika Realistik . 12 3. Karakteristik Model PembelajaranMatematika Realistik ... 15

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Matematika Realistik ... 16

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Matematika Realistik ... 17


(4)

vi

C. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 17

D. Materi Jarak, Waktu dan Kecepatan ... 22

E. Teori-teori Belajar Matematika ... 23

1. Teori Gagne ... 23

2. Teori Jean Peaget ... 23

3. TeoriBelajar Bruner ... 23

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

G. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

1. Populasi Penelitian ... 26

2. Sampel Penelitian ... 30

B. Instrumen ... 27

1. Instrumen Tes ... 28

2. Observasi ... 28

3. Angket Respon Siswa ... 28

C. Metode dan Desain Penelitian ... 29

1. Metode Penelitian ... 29

2. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 30

1. Tahap Perencanaan ... 30

2. Tahap Pelaksanaan ... 31

E. Pengelolaan dan Analisis data ... 31

1. Pengelolaan Data ... 31

a. Validitas Instrumen ... 31

b. Reliabilitas Instrumen ... 32

c. Tingkat Kesukaran Instrumen ... 33

d. Daya Pembeda Instrumen ... 34

2. Analisis Data ... 35


(5)

vii

b. Uji Homogenitas Varians ... 36

c. Uji Perbedaan Rata-rata ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

1. Analisis Data Kuantitatif ... 39

a. Analisis Data Pretes ... 40

1) Uji Normalitas Data ... 41

2) Uji Perbedaan Rata-rata (Uji-t) ... 43

b. Analisis Data Postes ... 45

1) Uji Normalitas Data ... 46

2) Uji Homogenitas Data ... 47

c. Pengujian Hipotesis ... 49

1) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 50

2) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 52

3) Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 55

2. Analisis Data Kualitatif ... 59

a. Analisis Data Angket Siswa ... 59

b. Analisis data Observasi ... 61

c. Pembahasan dan Temuan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 74 RIWAYAT HIDUP ...


(6)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dan Perilaku Siswa ... 19

2.2 Indikator Berpikir yang Akan Diukur ... 21

3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 27

3.2 Kriteria Angket... 29

3.3 Kriteria Validitas Butir Soal... 32

3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal ... 33

3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 34

3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 34

3.7 Daya Pembeda Butir Soal ... 35

3.8 Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda ... 35

4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 42

4.2 Hasil Uji U Data Pretes ... 45

4.3 Hasil Uji Normalitas Postes ... 47

4.4 Uji Homogenitas Postes ... 48

4.5 Uji Nilai Rata-rata Postes ... 49

4.6 Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 51

4.7 Uji U rumusan I ... 52

4.8 Uji Normalitas Pretes dan PostesKelas Kontrol... 53

4.9 Uji Homogenitas Pretes Dan Postes ... 54

4.10 Uji-t Peres dan Postes Kelas Kontrol ... 55

4.11 Uji Normalitas Rumusan 3 ... 56

4.12 Uji Homogenitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen... 57

4.13 Uji Rata-rata nilai Postes Kelas Kontrol Dan Eksperimen ... 58

4.14 Persentase Jawaban Angket Respon Siswa ... 60

4.15 Persentase Observasi Guru Dalam Pembelajaran di kelas Kontrol Pertemuan 1 dan 2 ... 61

4.16 Persentase Observasi Guru Dalam Pembelajaran Di Kelas Eksperimen Pertemuan 1 dan 2 ... 61


(7)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 41

4.2 Abnormalitas Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 43

4.3 Normalitas Data Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 43


(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A ... 74

Lampiran B ... 90

Lampiran C ... 100

Lampiran D ... 132

Lampiran E ... 143


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini perkembangan zaman semakin cepat, hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan baru, entah itu dalam berupa ilmu ataupun teknologi. Penemuan-penemuan ini, pastinya tidak akan lepas dari para ilmuan yang kreatif. Sebut saja Albert Einstein dan I Newton. mereka akan selalu dikenang sepanjang masa karena dari pemikirannya yang luar biasa, bagaimana mereka mampu menemukan yang hal yang baru, Bagaimana mereka mampu membuat kombinasi-kombinasi luar bisa dari berbagai disiplin ilmu.

Siswa di Indonesia diharapkan mampu membuat perubahan baru dengan adanya putra-putri yang kreatif agar mampu memberikan kontibusi yang positif. bagi bangsa dan negaranya. Untuk mencapai itu semua pendidikan adalah solusinya. Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional (Sisdiknas 2003), yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi wahana untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Han Jellen dan Klaus Urban telah melakukan penelitian mengenai perbandingan kreativitas siswa di 8 negara termasuk Indonesia. dari hasil penelitiannya, tingakat kreatitvitas siswa-siswi Indonesia sangat rendah. Jika di urutkan dari mulai yang tertinggi samapai yang terendah yaitu: Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman India, RRC, Kamerun, Zulu dan yang terakhir Indonesia. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat betapa pentingnya kreativitas.


(10)

2

Manusia memiliki akal untuk berpikir. Hal ini merupakan aset yang sangat penting. Berpikir meliputi dua aspek utama yaitu kritis dan kreatif. Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia utuk mencapai tujuan dalam hidup. Melalui berpikir, manusia akan memperoleh makna atau pemahaman tentang segala hal yang dihadapinya dalam kehidupan (Maulana. 2006).

Munandar (1992: 18) mengemukakan ada tiga mengapa kreativitas sangat penting yaitu:

1. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salahsatu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

2. Menumbuhkan kepuasan bagi peserta siswa

3. Kreatifitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suaru masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.

Dari uraian di atas, bahwa betapa pentingnya berpikir kreatif. Berpikir kreatif akan menumbuhkan percaya diri, mampu menemukan pemecahan masalah dan mencari solusi, mampu membuat lebih jawaban, juga mampu mencari jalan yang terbaik dalam hidupnya pemecahan masalah dalam hidupnya.

Matematika merupakan ilmu yang penuh dengan simbol-simbol abstrak dan cara berpikir deduktif untuk suatu generalisasi. menurut teori perkembangan mental yang dikemukanan oleh Jean Peaget bahwa anak usia 7-12 tahun yaitu anak usia sekolah dasar di Indonesia berada pada tahap operasi konkret dimana anak pada usia ini belum bisa memahami simbol-simbol abstrak (Maulana, 2008) hal ini sangat bertentangan dengan hakikat matematika itu sendiri. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah dasar dibuat sekonkret mungkin supaya anak mampu memahami konsep dengan baik dan benar.

Menurut Jhon dan Rising (Ruseffendi dalam Subarinah 2006) Matematika merupakan salahsatu pola pikir, pola pengorganisasian pembuktian logis, pengetahuan struktur yang terorganisasi yang memuat sifat-sifat, teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau


(11)

3

teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh jenjang sekolah dasar, bahkan sampai jenjang pendidikan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa matematika sangatlah penting, hal ini sejalan dengan tujuan matematika menurut Depdikbud (2006) yaitu,

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

3. Menumbuh dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.

5. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin

Banyak siswa sekolah dasar yang tidak menyukai matematika, karena mereka menganggap matematika sulit dipelajari serta gurunya membosankan dan tidak menyenangkan (Pitajeng, 2006). hal ini berkaitan dengan teori Thorndike bahwa anak akan merespon stimulus guru dengan diikuti rasa senang dan dengan penuh makna (Maulana, 2008). bagaimana siswa akan mampu berpikir kreatif? Karena pembelajarannya tidak menyenangkan. Karena berpikir kreatif adalah salahsatu kemampuan tingkat tinggi yang harus dilandasi oleh pemahaman dan pengetahuan yang mendalam. dimana pemahaman harus diperoleh dengan kebermaknaan siswa dalam belajar. Sejalan dengan De Porter (Utami, 2010) manusia mampu menyerap materi sebanyak 10% apa yang dibaca, 20% apa yang didengar, 30 % apa yang dilihat,dan 70% dari apa yang dilakukan.

Berdasarkan pemikiran di atas, akan dicobakan model pembelajaran matematika realistik mengenai pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V SD se-Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.


(12)

4

B. Rumusan masalah

1. Apakah dengan Penggunaan model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi jarak, waktu dan kecepatan secara signifikan?

2. Apakah dengan Penggunaan model pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi jarak, waktu dan kecepatan secara signifikan?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan berpikir kreatif secara signifikan antara model pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran konvensional pada materi waktu, jarak dan kecepatan?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran matematika realistik pada materi waktu , jarak dan kecepatan?

C. Batasan masalah

Supaya penelitian lebih fokus dan menghindari penelitian yang bias, maka penelitian ini dibatasi hal-hal berikut:

1. Penelitian dilakukan di siswa kelas V SD se-Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon tahun ajaran 2012/2013.

2. Indikator Kemampuan berpikir kreatif yang diukur adalah elaboration, flexibility, evaluation

3. Pokok bahasan yang diteliti mengenai materi jarak, waktu, dan kecepatan. 4. Model pembelajaran konvensional adalah model yang biasa digunakan

oleh Sekolah Dasar di kelompok kontrol D. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui,

1. pengaruh kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap kosep waktu, jarak dan kecepatan setelah mendapat perlakuan model pembelajaran matematika realistik.


(13)

5

2. Apakah model pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap konsep waktu, jarak dan kecepatan.

3. Perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran matematika realistik dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

4. Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran matematika realistik pada konsep jarak waktu dan kecepatan.

E. Manfaat penelitian

Setiap yang dilakukan berharap akan ada manfaatnya. Adanya pun Manfaat penelitian sebagai berikut,

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan berpikir kreatifnya.

b. dapat memahami gaya belajar masing-masing. c. lebih menyukai matematika.

d. Lebih tahu kegunaan matematika 2. Bagi guru

a. Memberikan motivasi, agar lebih berinovasi lagi terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan .

b. Lebih memahami bagaimana isi dari matematika realistik. c. Memberikan pradigma bahwa penelitian itu penting.

d. Mendapatkan inspirasi apa yang harus ditingkatkan dan apa yang tidak harus dilakukan dalam pembelajaran.

3. Bagi peneliti

a. Memahami bagaimana content dari berpikir kreatif matematis dan matematika realistik.

b. Lebih percaya diri melakukan penelitian selanjutnya. F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran matematika realistik adalah pembelajaran yang bertitik tolak pada apa yang dialami di kehidupan nyata siswa yang akan di kaitkan dengan ide-ide matematika.


(14)

6

2. Berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan tingkat tinggi dimana kemampuan berpikir yang mampu menghasilkan gagasan yang baru dan mampu menilai efektivitas ide atau gagasan yang disampaikan. sedangkan indikator yang diukur adalah:

a. Elaboration yaitu Siswa dapat mencari jawaban terhadap pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci dan teliti b. Evaluation yaitu dapat Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar, suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi, tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

c. Flexibility yaitu dapat Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran yang berbeda.


(15)

26 BAB III METODOLOGI

A.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Menurut Maulana (2009: 26) populasi adalah:

Keseluruhan subjek atau objek penelitian, wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, dan semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah dirumuskan secara jelas.

Sedangkan menurut Sugiono (2001), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang dipilih oleh peneliti dimana nantinya akan dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas IV Kecamatan Susukan. Data populasi siswa SD kelas IV se-Kecamatan Susukan dan jumlah siswa kelas V (2012-2013) dapat dilihat pada tabel di lembar beriktnya. Urutan SD berdasarkan nilai tertinggi rata-rata nilai akhir ujian tahun 2011/2012.

2. Sampel

Menurut Maulana (2009: 26) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Pengambilan sampel merupakan langkah yang sangat penting, karena hasil penelitiannya mewakili populasi. Kelompok kontrol dan eksperimen dalam penelitian ini diambil secara acak/random. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sampel adalah tingkatan antara kedua kelompok setara atau tidak. Salah satu cara untuk melihat kesetaraan antara kedua kelompok adalah dengan cara melihat rata-rata nilai akhir ujian nasional tahun ajaran 2011/2012.

Berdasarkan hasil random, perhitungan rata-rata nilai akhir ujian nasional tahun ajaran 2011/2012, dan merujuk kepada teori Gay (Maulana, 2009: 28) bahwa untuk penelitian eksperimen mininum 30 subjek per kelompok, sampel yang akan diambil dengan cara acak. Dari pemilihan secara random (acak) tersebut, diperoleh SD Negeri 1 Tangkil dengan jumlah siswa sebanyak 47 siswa


(16)

27

sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 2 kedongdong dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa sebagai kelompok kontrol.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian

Sumber: UPT Pendidikan Kecamatan Susukan B.Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen non tes. Seluruh instrumen yang digunakan ini bertujuan untuk memperoleh data kuantitatif dan data kualitatif. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

No. Nama sekolah dasar Jumlah Siswa kelas V Tahun2012/2013

Nilai rata-rata Ujian tahun 2011/2012

1 SDN 2 Tangkil 41 8,58

2 SDN 2 Bojong Kulon 21 8,21

3 SDN 1 Bojong Kulon 46 8,14

4 SDN 1 Bunder 67 8,07

5 SDN 1 Ujunggebang 21 8,03

6 SDN 3 Luwungkencana 16 7,97

7 SDN 3 Susukan 41 7,94

8 SDN 2 Luwungkencana 30 7,72

9 SDN 2 Gintunglor 23 7,66

10 SDN 1 Kedongdong 48 7,55

11 SDN 2 Kejiwan 47 7,43

12 SDN 2 Ujunggebang 50 7,28

13 SDN 2 Susukan 74 7,27

14 SDN 2 Kedongdong 33 7,04

15 SDN 3 Bojong Kulon 33 6,95

16 SDN 1 Gintung Lor 61 6,95

17 SDN 1 Tangkil 47 6,67

18 SDN 1 Jatianom 48 6,35

19 SDN 1 Susukan 79 6,31

20 SDN 1 Kejiwan 25 6,14

21 SDN 1 Jatipura 43 6,13

22 SDN 1 Luwungkencana 22 5,92

23 SDN 3 Tangkil 18 5,66

24 SDN 3 Kedongdong 41 5,57

25 SDN 2 Jatianom 40 5,42

26 SDN 3 Ujunggebang 25 5,26

27 SDN 2 Wiyong 28 5,06

28 SDN 1 Wiyong 50 4,76

JUMLAH 1167


(17)

28

1. Tes

Instrumen tes digunakan sebagai pretes dan postes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap materi jarak, waktu dan kecepatan. Pretes diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tujuan untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Postes diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan tujuan untuk mengukur sejauhmana perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pihak ahli. Setelah instrumen tes tersebut disetujui, lalu diuji cobakan. Hasil ujicoba instrumen tes tersebut kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada instrumen soal tersebut. 2. Observasi

Menurut Maulana (2009: 35), “Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan jika

perlu pengecapan”. Data yang berupa proses pembelajaran akan lebih optimal

terpantau melalui observasi. Observasi dilakukan oleh guru kelas yang telah mengetahui karakteristik siswa kelas tersebut sehingga diharapkan dapat mengamati dengan sungguh-sungguh bagaimana kegiatan pembelajaran yang berlangsung.

3. Angket Respon Siswa

Menurut Ruseffendi (Maulana, 2009: 35), “Angket adalah sekumpulan

pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisinya”. Angket disajikan dalam bentuk pernyatan yang bersifat positif dan pernyatan yang bersifat negatif. Pilihan jawaban yang diberikan ada empat buah, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Hasil angket ini diolah menggunakan skala likert, yaitu skor untuk pernyatan yang bersifat positif adalah SS (Sangat Setuju) diberi skor 5, S (Setuju) diberi skor 4, TS (Tidak


(18)

29

Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1. Sementara skor untuk pernyatan yang bersifat negatif adalah SS (Sangat Setuju) diberi skor 1, S (Setuju) diberi skor 2, TS (Tidak Setuju) diberi skor 4, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 5. Pilihan jawaban ragu-ragu dalam penelitian ini dihilangkan karena untuk menghindari siswa tidak menjawab. Pengisian angket dilakukan setelah pembelajaran selesai.

Untuk menginterpretasi skor respon siswa, dapat diklasifikasi berdasarkan tujuh kriteria, yaitu sebagai berikut (Azizah, 2012: 40).

Tabel 3.2 Kriteria Angket

Rata-rata ( ) Kriteria

> 3 Positif (+)

= 3 Netral

< 3 Negatif (-)

C.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Alasan memilih metode eksperimen murni ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat dan berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen dan menyediakan kontrol sebagai perbandingan.

Penelitian ini terdiri dari dua kelas yang sama tingkatannya tetapi pada sekolah dasar yang berbeda dengan wilayah cakupan populasi satu kecamatan. Dari dua kelas tersebut, satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan satu kelas dijadikan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan model pembelajaran realistik matematika pada materi jarak, waktu dan kecepatan. Kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran konvensional pada materi jarak, waktu dan kecepatan. Untuk mengetahui hasil belajarnya, kedua kelompok diberikan pretes dan postes.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol pretes dan postes (pretest-posttest control group design). Desain ini


(19)

30

digunakan karena penelitian ini menggunakan kelompok kontrol, adanya dua perlakuan yang berbeda. Pengamatan dilakukan dua kali yaitu sebelum proses pembelajaran yang disebut pretes, dan sesudah proses pembelajaran yang disebut postes. Adapun bentuk desain penelitian adalah sebagai berikut (Maulana, 2009: 24).

Keterangan: A = Kelas Acak 0 = Pretes dan postes

X1 = Model pembelajaran realistik matematika. X2 = Pembelajaran konvensional.

D.Prosedur Penelitian 1. Tahap Perencanaan

Langkah-langkah perencanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Melakukan kajian literatur terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran realistik matematika mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa.

b. Pembuatan rancangan pembelajaran dan instrumen penelitian yang berisi soal tes kemampuan berpikir kreatif siswa, format observasi terhadap siswa dan guru, jurnal siswa, dan angket respon siswa.

c. Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada pihak ahli. d. Melakukan ujicoba instrumen tes yang telah dibuat.

e. Melakukan pengolahan terhadap instrumen tes.

f. Melakukan pemilihan dua kelas sampel penelitian yang dipilih secara random (acak).

g. Setelah didapatkan dua kelas sampel tersebut, kemudian meminta izin kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan penelitian.

h. Setelah disetujui dan diterima yang bersangkutan, maka dilaksanakan penelitian.


(20)

31

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan pretes untuk soal tes kemampuan berpikir kreatif siswa.

b. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran realistik matematika pada kelas eksperimen.

c. Mengadakan postes setelah pembelajaran selesai dilakukan dan dilanjutkan dengan mengisi angket.

d. Melakukan pengumpulan data.

e. Menganalisis data yang diperoleh baik secara kualitatif maupun kuantitatif. E.Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data a. Validitas Instrumen

Validitas instrumen menunjukkan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu instrumen tes terhadap tujuan yang diukur. Hasil analisis validitas instrumen setidaknya dapat menentukan sejauh mana instrumen dapat layak dipakai atau dibuang. Menurut Wahyudin, dkk., (2006: 140), “Tes yang baik dapat digunakan berulang-ulang dengan sedikit perubahan. Sebaliknya, tes yang buruk hendaknya dibuang, bahkan kalau terlalu buruk sebaiknya tidak digunakan untuk memberi nilai kepada siswa (dibatalkan)”. Untuk menentukan tingkat validitas instrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson yaitu sebagai berikut.

rx,y =

Keterangan

rx,y = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Banyaknya peserta tes X = Nilai hasil ujicoba Y = Skor ulangan harian


(21)

32

Selanjutnya, nilai koefisien validitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggukan klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990: 147).

Tabel 3.3

Kriteria Validitas Butir Soal Koefisien Validitas Interpretasi 0,80 < rxy ≤ 1,00

0,60 < rxy ≤ 0,80

0,40 < rxy ≤ 0,60

0,20 < rxy ≤ 0, 40

rxy ≤ 0, 20

Validitas sangat tinggi Validitas tinggi

Validitas sedang Validitas rendah Tidak valid

Berdasarkan rumus di atas, dari hasil ujicoba yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien validitas sebesar 0,64. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujicobakan memiliki validitas tinggi dan instrumen layak untuk digunakan. b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menggambarkan tingkat keajegan atau sejauhmana suatu instrumen dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten. Menurut Wahyudin (2006: 147), “tes yang reliabel atau dapat dipercaya adalah tes yang menghasilkan skor yang secara ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi dan waktu yang berbeda-beda”. Untuk mengukur reliabilitas suatu instrumen adalah dengan menggunakan rumus nilai koefisien reliabilitas yang dihitung dengan menggunakan formula alpha cronbach sebagai berikut.

r11= Keterangan:

n = Banyaknya butir soal si = Variansi skor tiap soal

st = Variansi skor total

Selanjutnya, nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh di interpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990: 177).


(22)

33

Tabel 3.4

Kriteria Reliabilitas Butir Soal Koefisien reliabilitas Interpretasi 0,80 < r11 ≤ 1,00

0,60 < r11 ≤ 0,80

0,40 < r11 ≤ 0,60

0,20 < r11 ≤ 0,40

r11 ≤ 0, 20

Reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas tinggi Reliabilitas sedang Reliabilitas rendah Tidak valid

Berdasarkan rumus di atas, dari hasil ujicoba yang telah dilaksanakan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0, 66. Jadi, dapat diinterpretasikan bahwa soal yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas tinggi dan instrumen layak untuk digunakan.

c. Tingkat Kesukaran Instrumen

Untuk mengukur tingkat kesukaran suatu instrumen adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

IK =

Menurut Kartadinata (1992),

Tingkat kesukaran adalah untuk melihat bobot butir soal yang nantinya akan diklasifikasikan apakah termasuk soal mudah, sukar atau sedang. Sedangkan untuk menguji tingkat kesukaran tiap butir soal, harus dilakukan langkah-langkah seperti berikut.

1) Urutkan skor murid dari yang tertinggi samapai yang terendah. 2) Tetapkan 27% murid yang memperoleh skor tertinggi. kelompok

ini dinamakan kelompok atas

3) Tetapkan 27% murid yang memperoleh skor terendah. kelompok ini dinamakan kelompok bawah

Keterangan:

IK = Indeks/Tingkat kesukaran. = Rata-rata skor tiap butir soal. SMI = Skor maksimum ideal.

Selanjutnya, nilai tingkat kesukaran yang diperoleh di interpretasikan menurut Guilford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).


(23)

34

Tabel 3.5

Tingkat Kesukaran Butir Soal Koefisien korelasi Interpretasi IK = 0,00

0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1, 00 IK = 1,00

Terlalu sukar Sukar

Sedang Mudah

Terlalu mudah

Berdasarkan rumus di atas, tingkat kesukaran hasil ujicoba dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran

No. Skor Ideal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 18 0,43 Sedang

2 19 0,39 Sedang

3 10 0,58 Sedang

4 10 0,39 Sedang

5 15 0,42 Sedang

6 15 0,38 Sedang

7 14 0,48 Sedang

8 14 0,46 Sedang

9 20 0,37 Sedang

d. Daya Pembeda Instrumen Menurut Wahyudin (2006: 96),

Tujuan daya pembeda adalah untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu/tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang/rendah prestasinya, artinya soal yang besangkutan diberikan pada anak/siswa yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi dan bila diberikan kepada siswa yang kurang, hasilnya rendah.

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus sebagai berikut.

DP = Keterangan:

DP = Daya pembeda.

= Rata-rata skor kelompok atas. = Rata-rata skor kelompok bawah.


(24)

35

SMI = Skor maksimum ideal.

Selanjutnya, nilai daya pembeda yang diperoleh di interpretasikan menurut Guilford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

Tabel 3.7

Daya Pembeda Butir Soal Koefisien korelasi Interpretasi DP ≤ 0,00

0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,60 < DP ≤ 0,80 0,80 < DP ≤ 1,00

Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik

Berdasarkan rumus di atas, daya pembeda soal hasil ujicoba dapat dilihat pada Tabel 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda

No Daya Pembeda Keterangan

1 0,32 Cukup

2 0,05 Jelek

3 0,27 Cukup

4 0,06 Jelek

5 0,09 Jelek

6 0,08 Jelek

7 0,14 Jelek

8 0,43 Cukup

9 0,06 Jelek

2. Analisis Data

Data kualitatif meliputi angket, observasi terhadap perencanaan aktivitas guru, observasi terhadap pelaksanaan aktivitas guru, observasi terhadap aktivitas siswa. Data kuantitatif meliputi data yang diperolah dari pretes dan postes.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan softwere SPSS (Statistical Product and Service Solution)16.0 for windows dengan alasan bahwa menghitung dengan manual tidak efektif. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data hasil tes adalah sebagai berikut.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Dalam uji normalitas ini menggunakan uji liliefors


(25)

36

(Kolmogorov-Smirnov). Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut (Indriyani, 2011: 54).

 Jika signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak.

 Jika signifikansi lebih besar atau sama dengan 0,05 maka Ho diterima.

Jika data berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan dengan uji homogenitas varians untuk menentukan uji parametrik yang sesuai. Sedangkan jika data berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians akan tetapi langsung dilakukan uji perbedaan rata-rata (uji non-parametrik). b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas varians digunakan uji-F (Sugiyono, 2008: 275), sebagai berikut.

F =

Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua varians homogen. Karena syarat normalitas dan

homogenitas varians terpenuhi, maka uji statistik selanjutnya dapat dilakukan dengan Uji-t.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji-t)

Uji perbedaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata (mean) secara signifikan antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sempelnya. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Maulana, 2009: 93).

Keterangan :

= Rata-rata kelompok eksperimen


(26)

37

= Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen

= Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

= Variansi kelas eksperimen

=Variansi kelas kontrol

1 = Bilangan tetap

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009), untuk menguji dan gunakan uji dua arah dengan kriteria uji: terima untuk

.

Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji U dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji U merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2006: 282). Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut.

1) Jika P-value < �, maka H0 ditolak.


(27)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN

Akan disimpulkan berdasarkan hasil dan pemaparan pada BAB IV sebagai berikut.

1. Model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi waktu, jarak dan kecepatan secara signifikan. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,00. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V di SDN I Tangkil pada materi waktu, jarak dan kecepatan menggunakan model pembelajaran matematika realistik meningkat secara signifikan.

2. Model pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi waktu, jarak dan kecepatan secara signifikan. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol, akan menggunakan uji-t’ dengan � = 5% two tailed didapatkan Equal variances assumed nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value <�, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi waktu, jarak dan kecepatan di kelas V secara signifikan.

3. Nilai signifikansi dua pihak (Sig.2-Tailed) untuk variansi yang diasumsikan sama (Equal variances assumed) adalah 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga berdasarkan kriteria pengujian, Ho ditolak, maka H1 diterima.


(28)

70

yang signifikan antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajan konvensional.

4. Dari hasil perhitungan angket respon siswa, diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik sebesar 4,06 atau 81,2% dari Hasil angket dapat disimpulkan bahwa siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Dalam hal memberikan sebuah kegiatan di luar ruangan kelas instruksi untuk kegiatan di luar ruangan kelas,hendaknya harus dilakukan beberapa kali yaitu instruksi di dalam ruangan kelas dan di luar ruangan kelas atau di lapangan agar siswa dapat aktif dan melakukan kegiatan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Bagi Siswa

Hendaknya langsung bertanya kepada guru mengenai kurang jelasnya instruksi dari guru dan tidak menanyakannya kepada teman.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus dan agar melanjutkan penelitian ini ke arah yang lebih fokus.

4. Bagi Sekolah

Menyediakan dan lebih mempersiapkan keperluan pembelajaraan yang akan dilakukan dengan cara menganalisis kurikulum terlebih dahulu.


(29)

71

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2009). Penelitian pendidikan metode dan pradigma baru. Cetakan pertama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud.(2006). Panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI. Jakarta : Dharma bakti.

BSNP. (2008). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti.

Ekawati, E. dan Sumaryanta. (2011). Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Iskandar, J.(2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Smp Dengan

Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Skripsi

FPMIPA. Bandung : Tidak diterbitkan.

Kartadinata, S. (1992).Teknik Pengukuran danPenilaian HasilBelajar. Bandung: CV Andira

Komariah. (2007). Jurnal Pendidikan Dasar Model Pemecahan Masalah Melelui Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Matematika SD. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Vol._V_No._7_April_200 7/Model_Pemecahan_Masalah_Melalui_Pendekatan_Realistik_Pada_Pembelajaran_M atematika_SD.pdf .[18 Oktober 2012].

Maulana (2008). PendidikanMatematika 1: Bahan Belaja rUntuk Guru, Calon Guru, danMahasiswa PGSD. Bandung.Tidak diterbitkan

Maulana (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.


(30)

72

Maulana (2011). Berpikir Kreatif Itu Penting !. Jurnal Pendidikan Dasar (24-30) Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang.

Maulana, dkk. (2009). Model pembelajaran di sekolah dasar. Sumedang : Universitas Pendidikan Undonesia kampus sumedang.

Meltzer, D. E.(2002). The Relationship Between Mathematic Preparation And Conceptual Learning Gain In The Physics: A Possible “Hidden Variable” In Diagnostic Pretes

Score. [online]. Tersedia:

http://physiceducation.net/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. [3 januari 2013].

Munandar, U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia widiasarana.

Munandar, U. (2004).Pengembangan kreativitas anak berbakat.(cetakankedua). Jakarta: PT AsdiMahasatya.

Nalole, M. (2008). Pembelajaran Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan Realistik di Kelas V Sekolah Dasar. Dalam Jurnal Inovasi. [Online]. Vol 5 (3). 12 Halaman. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5308136147.pdf. [27 Februari 2012].

Nuraedi., Susilana R., Hatimah I. (2003), penelitian pendidikan. Bandung: UPI PRESS

Nurhayati, A. N. (2010). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Dasar Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Sumedang: Tidak dipublikasikan.

Pitajeng. (2006). Pembelajaran matematika yang menyenangkan. Jakarta: departemen Pendidikan nasional dikti.

Ramdhan, A. (2010). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pecahan dengan Menerapkan PendekatanRealistic Mathematic Education (RME). [Online]. Tersedia:


(31)

73

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0610814_chapter2.pdf. [01 Januari 2012].

Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saripudin. (2011). Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Pokok Bahasa Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Realistik. [Online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0810142_chapter2.pdf. [25 Februari 2012].

Siswono, E.Y.T.(2007). Desain Tugas untuk Mengidentifikasi kemampuan berpikir siswa dalam matematika. (online). Tersedia : tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej. [14 Januari 2013].

Suherman, E. (2003). Evaluasi pembelajaran matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Suwangsih, Erna., dan Tiurlina. (2006). Model PembelajaranMatematika.Bandung : UPI PRESS.

Utami, A. (2011). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIIIB MTs Mu’allimin Sruweng, Kebumen Pada Konsep Geometri. Skripsi FPMIPA. Bandung : Tidak diterbitkan.


(1)

37

= Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

= Variansi kelas eksperimen =Variansi kelas kontrol 1 = Bilangan tetap

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009), untuk menguji dan gunakan uji dua arah dengan kriteria uji: terima untuk

.

Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji U dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Uji U merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2006: 282). Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah sebagai berikut.

1) Jika P-value < �, maka H0 ditolak.


(2)

69

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Akan disimpulkan berdasarkan hasil dan pemaparan pada BAB IV sebagai berikut.

1. Model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi waktu, jarak dan kecepatan secara signifikan. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan data postes kelas eksperimen dengan menggunakan uji U dan menggunakan �= 5% two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,00. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value < �, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V di SDN I Tangkil pada materi waktu, jarak dan kecepatan menggunakan model pembelajaran matematika realistik meningkat secara signifikan.

2. Model pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas V pada materi waktu, jarak dan kecepatan secara signifikan. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata data pretes dan postes kelas kontrol, akan menggunakan uji-t’ dengan � = 5% two tailed didapatkan Equal variances assumed nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena yang diuji satu arah, maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Hasil yang diperoleh P-value <�, maka ditolak atau diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika konvensional dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi waktu, jarak dan kecepatan di kelas V secara signifikan.

3. Nilai signifikansi dua pihak (Sig.2-Tailed) untuk variansi yang diasumsikan sama (Equal variances assumed) adalah 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga berdasarkan kriteria pengujian, Ho ditolak, maka H1 diterima.


(3)

70

yang signifikan antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran matematika realistik dan model pembelajan konvensional.

4. Dari hasil perhitungan angket respon siswa, diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik sebesar 4,06 atau 81,2% dari Hasil angket dapat disimpulkan bahwa siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Dalam hal memberikan sebuah kegiatan di luar ruangan kelas instruksi untuk kegiatan di luar ruangan kelas,hendaknya harus dilakukan beberapa kali yaitu instruksi di dalam ruangan kelas dan di luar ruangan kelas atau di lapangan agar siswa dapat aktif dan melakukan kegiatan sesuai dengan yang diharapkan. 2. Bagi Siswa

Hendaknya langsung bertanya kepada guru mengenai kurang jelasnya instruksi dari guru dan tidak menanyakannya kepada teman.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bandingan sekaligus dan agar melanjutkan penelitian ini ke arah yang lebih fokus.

4. Bagi Sekolah

Menyediakan dan lebih mempersiapkan keperluan pembelajaraan yang akan dilakukan dengan cara menganalisis kurikulum terlebih dahulu.


(4)

71

Arifin, Zainal. (2009). Penelitian pendidikan metode dan pradigma baru. Cetakan pertama. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud.(2006). Panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI. Jakarta : Dharma bakti.

BSNP. (2008). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Dharma Bakti. Ekawati, E. dan Sumaryanta. (2011). Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran

Matematika SD/SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Iskandar, J.(2012). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Smp Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Skripsi FPMIPA. Bandung : Tidak diterbitkan.

Kartadinata, S. (1992).Teknik Pengukuran danPenilaian HasilBelajar. Bandung: CV Andira Komariah. (2007). Jurnal Pendidikan Dasar Model Pemecahan Masalah Melelui Pendekatan

Realistik Pada Pembelajaran Matematika SD. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Vol._V_No._7_April_200 7/Model_Pemecahan_Masalah_Melalui_Pendekatan_Realistik_Pada_Pembelajaran_M atematika_SD.pdf .[18 Oktober 2012].

Maulana (2008). PendidikanMatematika 1: Bahan Belaja rUntuk Guru, Calon Guru, danMahasiswa PGSD. Bandung.Tidak diterbitkan

Maulana (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.


(5)

72

Maulana (2011). Berpikir Kreatif Itu Penting !. Jurnal Pendidikan Dasar (24-30) Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang.

Maulana, dkk. (2009). Model pembelajaran di sekolah dasar. Sumedang : Universitas Pendidikan Undonesia kampus sumedang.

Meltzer, D. E.(2002). The Relationship Between Mathematic Preparation And Conceptual Learning Gain In The Physics: A Possible “Hidden Variable” In Diagnostic Pretes

Score. [online]. Tersedia:

http://physiceducation.net/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. [3 januari 2013]. Munandar, U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT

Gramedia widiasarana.

Munandar, U. (2004).Pengembangan kreativitas anak berbakat.(cetakankedua). Jakarta: PT AsdiMahasatya.

Nalole, M. (2008). Pembelajaran Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan Realistik di Kelas V Sekolah Dasar. Dalam Jurnal Inovasi. [Online]. Vol 5 (3). 12 Halaman. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5308136147.pdf. [27 Februari 2012].

Nuraedi., Susilana R., Hatimah I. (2003), penelitian pendidikan. Bandung: UPI PRESS

Nurhayati, A. N. (2010). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Dasar Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Sumedang: Tidak dipublikasikan.

Pitajeng. (2006). Pembelajaran matematika yang menyenangkan. Jakarta: departemen Pendidikan nasional dikti.

Ramdhan, A. (2010). Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Pecahan dengan Menerapkan PendekatanRealistic Mathematic Education (RME). [Online]. Tersedia:


(6)

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0610814_chapter2.pdf. [01 Januari 2012].

Ruseffendi, E.T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saripudin. (2011). Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Pokok Bahasa Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Realistik. [Online]. Tersedia:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0810142_chapter2.pdf. [25 Februari 2012].

Siswono, E.Y.T.(2007). Desain Tugas untuk Mengidentifikasi kemampuan berpikir siswa dalam matematika. (online). Tersedia : tatagyes.files.wordpress.com/2007/10/tatag_jurnal_unej. [14 Januari 2013].

Suherman, E. (2003). Evaluasi pembelajaran matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Suwangsih, Erna., dan Tiurlina. (2006). Model PembelajaranMatematika.Bandung : UPI PRESS.

Utami, A. (2011). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIIIB MTs Mu’allimin Sruweng, Kebumen Pada Konsep Geometri. Skripsi FPMIPA. Bandung : Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: Studi Kualitatif Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Matematika.

1 8 49

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 4 187

Permasalahan Jarak, waktu dan kecepatan

0 27 47

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI WAKTU, JARAK DAN KECEPATAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SD NEGERI SUKORENO.

2 10 185

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI JARAK, WAKTU, DAN KECEPATAN DI KELAS 5A SD NEGERI PUJOKUSUMAN 1 YOGYAKARTA.

1 22 182

PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BILANGAN BERDASARKAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

0 0 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI WAKTU, JARAK, DAN KECEPATAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 8

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Waktu, Jarak, dan Kecepatan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Setono No. 95 Surakarta Tahun Ajaran 20

0 0 20