Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI

SARIKARYA PADA MATERI SATUAN JARAK DAN

KECEPATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memanuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ulil Absor NIM : 121134121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(2)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD NEGERI

SARIKARYA PADA MATERI SATUAN JARAK DAN

KECEPATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memanuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ulil Absor NIM : 121134121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan petunjuknya dalam penyusunan skripsi ini,

Keluargaku tercinta ;

Ibuku Puji Asih, Ayahku Inaudi Iwa Suyoto, kakakku Qum Fikri, dan adikku Muklasin Agfan,

Serta sahabat-sahabatku yang selalu membantuku. Terimakasih atas doa, dukungan dan semangatnya.


(6)

v

MOTTO

Yang terpenting bukanlah masalah apa yang menimpa kita, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menghadapi masalah itu dengan benar

(Penulis)

Sesungguhnya beserta kesukaran ada kemudahan (QS. Al-Insyirah)

Dan bahwasanya setiap manusia itu tiada akan memperoleh (hasil) selain apa yang telah diusahakannya


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta , 31 Maret 2016 Penulis,


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ulil Absor

Nomor Mahasiswa : 121134121

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

”Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V

SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Maret 2016 Yang menyatakan,


(9)

viii

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui

Model Pembelajaran Kontekstual

Ulil Absor (121134121) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sarikarya 26 siswa. Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi siklus 1, evaluasi siklus 2 dan evaluasi akhir. Dan data berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil kuesioner dan observasi.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual meliputi: (1) Relating, (2)

Experincing, 3) Cooperating, (4) Applying, dan (5) Transfering. Rata-rata kondisi

awal hasil belajar 63,05 meningkat pada siklus I menjadi 71 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 77 dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 84. Presentase pencapaian KKM juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 49,88 meningkat pada siklus 1 sebesar 65,38% pada siklus 2 meningkat menjadi 76,92% dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 86,41%. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 61,23 dengan kriteria tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,31 dengan kriteria kritis. Kata kunci : hasil belajar , berpikir kritis, matematika, dan kontekstual.


(10)

ix ABSTRACT

The Improving of Learning Outcomes and Critical Thinking Skills in Fifth Grader Student in Sarikarya State Elementary School In Units of the Distance

Learning and Speed Through Contextual Learning Ulil Absor (121134121)

Sanata Dharma University 2016

The background of this study is the low result of learning math and critical thinking skills SDN Sarikaya fifth grader students on distance and speed unit material. This study aimed to: (1) to implement contextual learning for improving the learning outcomes and critical thinking skills. (2) to improve learning outcomes. (3) to improve critical thinking skills.

This research was a classroom action research conducted in two cycles with 26 research subjects. Each cycle was conducted over two sessions by using contextual learning model. Learning outcomes data obtained from the evaluation of cycle 1, evaluation of cycle 2 and the final evaluation. Students' critical thinking and data were obtained from the questionnaire and observation.

The step this study were: 1) Relating, 2) Experincing, 3) Cooperating, 4) Applying, and 5) Transfering. The average learning outcomes were 63.05 in the first cycle and became 71 on the second cycle, then increased to 77 and the final evaluation was 84. The percentage achievement of KKM also increased from 49.88 on precondition, then the KKM increased 65.38% on the second cycle, then increased 76.92% on two cycle and increased 86.41% on the final evaluation. The

studen’s criticall thinking also improved as seen in the value as 61,23 with categorized uncritical became 80,31 with categorized critical in the final condition.

Keywords: Learning Outcomes, Critical Thinking, Mathematics, and Contextual.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Pembelajaran Kontekstual SD Negeri Sarikarya” dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyususun penelitian ini banyak pihak yang telah turut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh sebab itu pada kesempat ini peneliti mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya penelitian ini, kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah membimbing dan memberikan semangat serta saran-saran kepada peneliti dari awal sampai terselesaikannya penelitian ini.


(12)

xi

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberikan arahan serta sumbangan pemikiran dari awal sampai terselesaikannya penelitian ini.

6. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dan Brigita Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen validator kuesioner.

7. Febi Sanjaya, M.Sc., Drs. I Nyoman Arcana, M.si., dan Maria Suci Apriani M.Sc. selaku dosen validator instrument pembelajaran.

8. Jaka Triyana,S.Pd, M.Pd. selaku kepala sekolah SD Negeri Sarikarya Yogyakarta.

9. Danang Harya Saputra,S.Pd. selaku guru wali kelas V SD Negeri Sarikarya Yogyakarta yang telah memberikan saran dalam mendidik para siswa.

10. Seluruh siswa kelas V SD Negeri Sarikarya angkatan 2015/2016.

11. Kedua orang tua saya, Inaudi Iwa Suyoto dan Puji Asih, serta kakak dan adik saya, Qum Fikri dan Muklasin Agfan. Terimakasih atas semangat dan doanya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

12. Ambar, Ardian, Adit, Riza, Asti, Yasinta, Faisal, Husen, Ibnu, Janu, Upik, Tesa, Eva, Frengky, Wulan yang berjuang bersama dan saling memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman prodi PGSD angkatan 2012.

14. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, dan semangat hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(13)

xii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu peneliti membutuhkan saran dan kritik yang membangun bagi peneliti dimasa depan. Peneliti berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Peneliti,


(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO …. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E Manfaat Penelitian ... 7


(15)

xiv

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Belajar ... 10

a. Pengertian Belajar ... 10

b. Ciri–ciri Belajar ... 11

2. Hasil Belajar ... 13

a. Pengertian Hasil Belajar ... 13

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

3. Berpikir Kritis ... 15

a. Pengertian Berpikir Kritis ... 15

4. Hakekat Matematika ... 16

a. Pengertian Matematika ... 16

b. Tujuan Matematika Di Sekolah Dasar ... 17

5. Materi Satuan Jarak dan Kecepatan... 18

6. Pembelajaran Kontekstual ... 19

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 19

b. Tahapan Pembelajaran Kontekstual ... 20

b. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas ... 21

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30


(16)

xv

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Subyek Penelitian ... 32

3. Objek Penelitian ... 33

4. Waktu Penelitian ... 33

C. Persiapan ... 33

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 34

1. Siklu 1 ... 34

2. Siklus 2 ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 48

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 55

H. Teknik Analisis Data ... 59

I. Indikator Keberhasilan … ... 71

J. Jadwal Kegiatan .. ... 73

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Hasil Penelitian ... 74

1. Kondisi Awal ... 74

a. Hasil Belajar ... 75

b. Berpikir Kritis ... 76

2. Siklus 1 ... 86

a. Perencanaan ... 86

b. Pelaksanaan ... 87

c. Observasi (Pengamatan) ... 91


(17)

xvi

3. Siklus II ... 96

a. Perencanaan ... 96

b. Pelaksanaan ... 96

c. Observasi (Pengamatan) ... 100

d. Refleksi ... 113

B. Pembahasan ... 122

1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 122

2. Hasil Belajar ... 124

2. Berpikir Kritis ... 126

BAB 5 PENUTUP ... 131

A. Kesimpulan ... 131

B. Keterbatasan Penelitian ... 132

C. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 134


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran ... 49

Tabel 3.2 PedomanWawancara Guru Mengenai Berpikir Kritis ... 50

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 51

Tabel 3.4 Indikator Berpikir Kritis ... 52

Tabel 3.5 Pedoman Observasi ... 53

Tabel 3.6 Kisi-kisi soal evaluasi ... 54

Tabel 3.7 Kriteria Validasi Instrumen Pembelajaran ... 57

Tabel 3.8 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 57

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis... 58

Tabel 3.10 PAP Tipe 1 ... 61

Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1 ... 62

Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 63

Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 64

Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 65

Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 5 ... 66

Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 6 ... 67

Tabel 3.17 Rentang Skor Keseluruhan Indikator ... 67

Tabel 3.18 PAP Tipe 1 ... 69

Tabel 3.19 Kriteria Rata-rata Hasil Observasi Setiap Indikator ... 69

Tabel 3.20 Kriteria Rata-rata Hasil Observasi Secara Keseluruhan ... 70

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ... 71


(19)

xviii

Tabel 3.23 Jadwal Pelaksanaan ... 73

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 75

Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013... 76

Tabel 4.3 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kondisi Awal ... 77

Tabel 4.4 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kondisi Awal ... 78

Tabel 4.5 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kondisi Awal ... 79

Tabel 4.6 Skor Rata-Rata Indikator 4 Kondisi Awal ... 80

Tabel 4.7 Skor Rata-Rata Indikator 5 Kondisi Awal ... 81

Tabel 4.8 Skor Rata-Rata Indikator 6 Kondisi Awal ... 82

Tabel 4.9 Skor Indikator Keseluruhan Kondisi Awal Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.10 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Kondisi Awal ... 85

Tabel 4.11 Hasil Nilai Ulangan Eavaluasi Siklus 1 ... 91

Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 1 ... 92

Tabel 4.13 Hasil Nilai Ulangan Evaluasi Siklus 2 ... 100

Tabel 4.14 Hasil Nilai Ulangan Evaluasi Akhir ... 101

Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus 2 ... 102

Tabel 4.16 Skor Rata-Rata Indikator 1 Kondisi Akhir ... 104

Tabel 4.17 Skor Rata-Rata Indikator 2 Kondisi Akhir ... 105

Tabel 4.18 Skor Rata-Rata Indikator 3 Kondisi Akhir ... 106

Tabel 4.19 Skor Rata-rata Indikator 4 Kondisi Akhir ... 107

Tabel 4.20 Skor Rata-Rata Indikator 5 Kondisi Akhir ... 108

Tabel 4.21 Skor Rata-Rata Indikator 6 Kondisi Akhir ... 110

Tabel 4.22 Skor Indikator Keseluruhan Kondisi Akhir Berpikir Kritis ... 111


(20)

xix

Tabel 4.24 Tabel Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar ... 124 Tabel 4.25 Tabel Perbandingan Pencapaian Berpikir Kritis ... 127 Tabel 4.26 Tabel Peningkatan Hasil Pengamatan Berpikir Kritis ... 129


(21)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Literatur Map Penelitian ... 27

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 31

Gambar 4.1 Rata-Rata Hasil Belajar ... 116

Gambar 4.2. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar ... 117

Gambar 4.3 Rata-Rata Nilai Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 118

Gambar 4.4 Presentase Siswa Yang Mampu Berpikir Kritis ... 120


(22)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 137 Lampiran 2 RPP ... 149 RRP Siklus 1 Pertemuan 1 ... 149 RPP Siklus 1 Pertemuan 2 ... 154 RPP Siklus 2 Pertemuan 1 ... 159 RPP Siklus 2 Pertemuan 2 ... 165 Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 170 Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ... 175 LKS Siklus 1 Pertemuan 1 ... 175 LKS Siklus 1 Pertemuan 2 ... 184 LKS Siklus 2 Pertemuan 1 ... 194 LKS Siklus 2 Pertemuan 2 ... 203 Lampiran 5 Kisi –Kisi Soal Evaluasi ... 212 Lampiran 6 Lembar Soal Evaluasi ... 213 Lembar Soal Evaluasi Siklus 1 ... 213 Lembar Soal Evaluasi Siklus 2 ... 218 Lembar Soal Evaluasi Akhir ... 224 Lampran 7 Kisi –Kisi Kuesioner ... 230 Lampiran 8 Lembar Kuesioner ... 231


(23)

xxii

Lampiran 9 Lembar Pedoman Observasi ... 233 Lampiran 10 Lembar Validasi RPP ... 234 Lampiran 11 Lembar Validasi Soal Evaluasi ... 239 Lampiran 12 Lembar Validasi Kuesioner ... 243 Lampiran 13 Rekap Nilai Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 246 Rekap Nilai Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 247 Lampiran 14 Hasil Evaluasi ... 248 Hasil Evaluasi Siklus 1 ... 248 Hasil Evaluasi Siklus 2 ... 249 Hasil Evaluasi Akhir ... 250 Lampiran 15 Contoh Hasil Evaluasi Siswa ... 251 Contoh Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 ... 251 Contoh Hasil Evaluasi Siswa Siklus 2 ... 257 Contoh hasil Evaluasi Akhir Siswa ... 263 Lampiran 16 Data Hasil Kuesioner Kondisi Awal ... 269 Data Hasil Kuesioner Kondisi Akhir ... 271 Lampiran 17 Data Hasil Observasi Siklus 1 ... 273 Data Hasil Observasi Siklus 2 ... 274 Lampiran 18 Contoh Hasil Validasi RPP ... 276 Lampiran 19 Contoh Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 294 Lampiran 20 Contoh Hasil Validasi Kuesioner ... 306


(24)

xxiii

Lampiran 21 Surat Ijin Penelitian ... 314 Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 315 Lampiran 23 Foto Kegiatan Penelitian ... 316 Lampiran 24 Daftar Riwayat Hidup ... 317


(25)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib belajar, mewajibkan masyarakat Indonesia untuk mengikuti pendidikan wajib belajar 9 tahun yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Mengah Pertama bahkan sampai jenjang pendidikan Sekolah Menengah Akhir ada lima mata pelajaran inti yang harus dipelajari oleh para peserta didik yaitu (Bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS dan Matematika). Dari kelima mata pelajaran inti yang dipelajari tersebut, salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam pendidikan adalah mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang memiliki peranan penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir manusia, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hans Freudental (dalam Susanto 2013:189) menyatakan bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani (human activities). Tujuan mata pelajaran matematika yaitu untuk mengembangkan keterampilan dalam berhitung, memebentuk pola pikir yang


(26)

kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika Susanto (2013:189-190).

Mata pelajaran matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan oleh kebanyakan siswa, karena anggapan tersebut banyak siswa yang tidak menyukai matematika, anggapan seperti itu dapat berimbas pada pemahaman dan hasil belajar matematika siswa. Agar siswa tidak lagi beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit maka guru hendaknya harus memikirkan model pembelajaran yang menyenangkan seperti menghadirkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari siswa, model pembelajaran seperti ini secara tidak langsung melatih kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran yang ideal adalah model pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan menghadapkan permasalahan matematis yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa, dengan demikian para siswa akan terbantu dalam mempelajari materi mata pelajaran matematika salain itu juga model pembelajaran seperti ini membantu mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif yang dapat membantu siswa menuju jenjang pendidikan selanjutnya.

Melalui kegiatan observasi pembelajaran di kelas V SD Negeri Sarikarya, peneliti mengamati model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses mengajar mata pelajaran matematika, ternyata guru masih


(27)

menggunakan model pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru (Teacher Center) dan siswa hanya sebagai pendengar. Akibat dari model pembelajaran seperti itu siswa tidak bisa menerima materi yang diberikan guru dengan optimal sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap wali kelas V SD Negeri Sarikarya mengenai mata pelajaran matematika, diperoleh informasi bahwa hasil belajar matematika siswa paling rendah terdapat pada materi satuan jarak dan kecepatan. Hal tersebut diketahui dari hasil nilai ulangan matematika siswa pada tahun ajaran 2013/2014 dan tahun pelajaran 2012/2013 ketika masih menggunakan kurikulum KTSP dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Siswa dikatakan tuntas dalam mata pelajaran matematika, jika nilai ulangannya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65 atau lebih. Pada tahun pelajaran 2013/2014 presentase siswa yang mencapai KKM sebesar 53,33% atau sebanyak 16 orang dari 30 orang siswa dan presentase siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran matematika sebesar 46,67% atau sebanyak 14 orang dengan nilai rata-rata kelas 63,3. Sedangkan pada tahun pelajaran 2012/2013 presentase siswa yang mencapai KKM sebesar 46,43% atau sebanyak 13 orang siswa dari 28 orang siswa dan presentase siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran matematika sebesar 53,57% atau sebanyak 15 orang siswa dari 30 orang siswa dengan nilai rata-rata kelas 62,8. Hal ini sangat memprihatinkan sekali bagi sekolah. Kemungkinan rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan model


(28)

pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan model tradisional yang berpusat pada guru (Teacher Center) yang menyebabkan siswa tidak bisa menerima materi yang disampaikan guru dengan optimal. Seharusnya guru menghadirkan model pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan permasalah matamatis yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajan.

Pada kenyataannya siswa tidak dilatih untuk menghadapi masalah matematis dalam kehidupan nyata. Padahal pembelajaran matematika yang ideal bertujuan untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematika. Akibat dari tidak dilatihnya kemampuan berpikir siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan yang berkaitan dengan matematika maka kemampuan berpikir kritis siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan menjadi tidak berkembang.

Jhonson (2010:183) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan, menurut Jhon Chaffe (dalam Jhonson 2010:187) bahwa berpikir kritis adalah berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri dengan menggunakan logika.

Berdasarkan permasalahan yang ada di SD Negeri Sarikarya. Maka dibutuhkan model pembelajaran baru yang dapat meningkatkan hasil belajar


(29)

dan kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan situasi kehidupan di dunia nyata. Maka dari itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kontekstual. US Depertement of Education

the National School-to-Work Office (dalam Al-Tabany, 2014:138-139)

menjelaskan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.

Agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan yang diharapkan maka peneliti tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual”.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapaun batasan masalah masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya meneliti siswa kelas V SD Negeri Sarikarya yang berjumlah 26 siswa.

2. Objek pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis.


(30)

3. Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika khususnya pada Standar Kompetensi (SK) 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar (KD) 2.4 mengenal satuan jarak dan kecepatan.

4. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual yang dapat mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan?

2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan?

3. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan?


(31)

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian membahas dua hal inti yaitu secara teoritis dan secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi dan memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolah.


(32)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang sama.

b. Bagi Guru

Model pembelajaran kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif atau pertimbangan dalam mengajar mata pelajaran matematika.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

F. Definisi Oprasional

Berikut ini merupakan batasan penelitian yang peneliti ambil :

1. Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau ketrampilan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran.

2. Kemampuan Berpikir kritis adalah suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif yang mencontohkan kesempurnaan berpikir dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. 3. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran,


(33)

4. Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu ata periode yang telah ditentukan.

5. Satuan Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode yang ditentukan sebagai satuan ukur.

6. Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata.


(34)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini Peneliti akan menguraikan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka

Peneliti akan membahas mengenai teori belajar, hasil belajar, berpikir kritis, hakikat matematika, materi satuan jarak dan kecepatan, dan kontekstual.

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Winkel (dalam Susanto, 2013:4) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat dari pengalaman. Garret (dalam Sagala, 2010:13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yng berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa pada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

Hamalik (dalam Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learnin is defined

as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Hilgard

(dalam Susanto, 2013:3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungannya. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku yang diperoleh malalui


(35)

latihan (pengalaman). Purwanto (2008 : 38-39) menyatakan bahwa pengertian belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian belajar menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatakan keterampilan, dan memperbaiki perilaku melalui pengalaman belajar yang telah dialaminya.

b. Ciri-Ciri Belajar

Hamalik (dalam Jihad, 2008 : 3-4) menyatakan beberapa ciri-ciri belajar yaitu : (1) proses belajar harus mengalami, berbuat, mereaksi dan melampaui, (2) melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada mata pelajaran tertentu, (3) bermakna bagi kehidupan tertentu, (4) bersumber dari kehidupan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan, (5) dipengaruhi pembawaan dan lingkungan, (6) dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual, (7) berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta didik, (8) proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan kemajuannya, (9) kesatuan fungsional dari berbagai prosedur, (10) hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara


(36)

terpisah, (11) di bawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan, (12) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi abilitas dan keterampilan, (13) dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik, (14) lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda, (15) bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.

Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:5-6) mengemukakan bahwa belajar memiliki beberapa ciri-ciri yaitu: (1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikimotor), maupun nilai, dan sikap (afektif). (2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan. (3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Dan (4) Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berdasarkan ciri-ciri belajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah interaksi seseorang dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada arah positif yang terjadi secara sadar dan menetap pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.


(37)

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Winkle (dalam Purwanto, 2008 : 45) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya melalui proses belajar mengajar. Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Juliah (dalam Jihad, 2008:15) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Abdurrahman (dalam Jihad, 2008:14) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Pengertian tersebut senada dengan Sudjana (dalam Jihad, 2008:15) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa sebagai akibat dari pengalaman belajarnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam belajar, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Slameto (2010:54-60) menyatakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi menjadi tiga, yaitu


(38)

faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis mencakup inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor kelelahan bisa dikarenakan kelelahan jasmani ataupun rohani.

Faktor eksternal dibagi menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Yang termasuk faktor keluarga adalah cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang orang tua. Yang termasuk faktor sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode pembelajaran, dan tugas rumah. Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14) mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa kedalam sepuluh macam, yaitu: (1) kecerdasan, (2) kesiapan anak, (3) bakat anak, (4) kemauan belajar, (5) minat anak, (6) model penyajian materi, (7) pribadi dan sikap guru, (8) suasana belajar, (9) kompetensi guru, dan (10) kondisi masyarakat.

Berdasarkan definisi menurut para ahli diatas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi lingkungan disekitarnya (eksternal) yang berpengaruh kepada diri siswa seperti kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi fisik dan kesehatan (internal).


(39)

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang terarah dan jelas untuk memecahkan masalah menggunakan logika. Ennis (dalam Susanto, 2013:121) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir dengan tujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Jhonson (2010:183) mengemukakan bahwa berfikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Helpen (dalam susanto, 2013:122) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Anggelo (dalam Susanto, 2013:122) yang mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi. Sedangkan, Jhon Chaffe (dalam Jhonson 2010:187) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah cara berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri dengan menggunakan logika.


(40)

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu cara berpikir tingkat tinggi yang sistematis untuk membuat keputusan, menganalisis, mengevaluasi, menyimpulkan, dan memecahkan masalah dengan menggunakan logika.

4. Hakekat Matematika a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam pendidikan karena matematika membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Susanto (2013:185) berpendapat bahwa matematika adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Hans Freudental (dalam Susanto, 2013:189) menyatakan bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani (human activities).

Berdasarkan definisi menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pasti yang dipresentasikan dalam bilangan dan didalamnya berisi mengenai simbol-simbol serta operasi hitung yang digunakan untuk memecahkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

b. Tujuan Matematika Di Sekolah Dasar

Susanto (2013:189-190) Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu secara umum dan secara khusus. Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu, dengan pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar adalah sebagai berikut, yaitu : (1) Memahami konsep matematika, dan mengaplikasikan konsep tersebut, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generelesasi, menyususn bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan, dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut dibutuhkan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut.


(42)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika, menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah, kemudian menyajikan data dan mengkomunikasikannya.

5. Materi Satuan Jarak dan Kecepatan a. Satuan Jarak

Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu ata periode yang telah ditentukan.

Berikut ini adalah tangga satuan jarak.

Rumus untuk menentukan satuan jarak :

b. Satuan Kecepatan

Satuan Kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode yang ditentukan sebagai satuan ukur. Satuan yang digunakan untuk

menentukan kecepatan adalah Km/jam, meter/menit (m/menit) dan

centimeter/detik (cm/detik). Jarak =


(43)

Rumus untuk mencari kecepatan rata-rata.

c. Waktu Keberangkatan dan Waktu Tiba

Rumus untuk menentukan waktu:

6. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual

US Depertement of Education the National School-to-Work Office (dalam

Al-Tabany, 2014:138-139) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru untuk mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Menurut Johnson (2007:67) kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Darmadi Hamid (2009:153) mengemukakan bahwa CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para Peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam

Kecepatan rata-rata =


(44)

kehidupan sehari-hari. Sedangkan, menurut Blanchard (dalam Al-Tabany, 2014:139) pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya.

Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan dunia nyata yang erat kaitannya dengan lingkungan disekitar siswa.

b. Tahapan Pembelajaran Kontekstual

Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari delapan komponen sebagai berikut:

1. Membangun hubungan yang bermakna (Relating); Siswa menghubungkan apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamannya sendiri, kejadian dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.

2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa, diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari bidang lain, (c) mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.

3. Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan kondisi siswa masing-masing.


(45)

4. Kolaborasi (collaborating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan teman atau didalam kelompok.

5. Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa.

6. Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki. 7. Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,

maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.

8. Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas pendidikan.

Dari kedelapan tahapan tersebut peneliti memilih 5 tahapan yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu Relating, Experiencing, Colaborating, Applying, dan Transferring.

c. Penerapan Model Kontekstual Di Kelas

Model CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(constructivism), inquiri (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Suatu kelas dikatakan menggunakan model CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya (al-Tabany 2013:144).


(46)

1. Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sendiri sesuatu yang berguna bagi dirinya.

2. Inkuiri (Inquiry)

Inquiry (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan Inkuiri (menemukan) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hyphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion). Dalam kegiatan inkuiri terdapat langkah-langkah pembelajaran yaitu sebagai berikut : (1) Merumuskan masalah, (2) Mengamati atau melakukan observasi, (3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, (4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca.

3. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : (1) menggali


(47)

informasi, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari siswa, dan (8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum

tahu. Konsep masyarakat belajar ini bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, misalnya dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain.

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah salah satu cara yang digunakan guru untuk menjelaskan materi dengan cara mendemonstrasikannya agar siswa dapat meniru apa yang telah dilakukan guru. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan dapat juga berasal dari luar.

6. Refleksi (Refleksion)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan pada hari ini.


(48)

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Dalam CTL, hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara lain : (1) proyek/kegiatan dan laporannya, (2) pekerjaan rumah, (3) kuis, (4) karya siswa, (5) presentasi atau penampilan siswa, (6) demonstrasi, (7) laporan, (8) jurnal, (9) hasil tes tulis, dan (10) karya tulis.

B. Penelitian yang Relevan

Ada tiga hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini, peneliti akan memaparkan beberapa penelitian yang relevan.

Pertama, penelitian ini dilakukan oleh Wahyudi, Suteng Sulasmono,B & Suparmin (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari Tentang Penarikan Akar Pangkat Tiga Bilangan Kubik Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012” Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah model kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus pembelajaran dan setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VI SD Negeri Bandungsari Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012. Yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan dengan jumlah 41 siswa.


(49)

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM ≥ 60 hanya 13 siswa dari 41 siswa (32%). Pada perbaikan pembelajaran siklus 1 siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat menjadi 23 (56%) dan pada perbaikan siklus 2 siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat lagi menjadi 38 siswa (92%). Dan tinggal 3 siswa (8%) yang belum tuntas. Berdasarkan data tersebut penerapan model Contextual Teaching and Learning telah berhasil meningkatkan kemampuan hasil belajar matematika tentang penarikan akar pangkat tiga dari kubik pada siswa kelas VI SD Negeri Bandungsari.

Kedua, penelitian ini dilakukan oleh Nur Prafitriani (2014) dengan judul “Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan”. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa dan objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Berdasarkan penelitian ini peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa ditunjukkan dengan penilaian kognitif yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis prates sampai akhir siklus II rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa yaitu dari prates ke siklus I naik sebesar 17% dari 60% menjadi 77% dan pada siklus I ke siklus II naik 3% dari 77% menjadi 80%. Persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan persentase 80% sehingga proses pembelajaran menggunakan model tersebut berhasil.


(50)

Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Sutinah (2013) dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV B MIN Kebon Agung Imogiri Bantul” penelitian ini merupakan penelitian tidakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru, dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV B MIN Kebon Agung Imogiri Bantul yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penelitian dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar dengan presentase pra tindakan sebesar 41,18%, siklus satu sebesar 70,59%, dan pada siklus kedua sebesar 94,12%. Nilai rata-rata hasil tes pada pra tindakan sebesar 74,00, pada siklus satu 75,91, sedangkan pada siklus kedua sebesar 81,44 terjadi peningkatan sebesar 5,53. Dengan demikian setiap siklus mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.

Ketiga penelitian diatas memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika. Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan ketiga penelitian diatas karena dalam penelitian ini mencakup dua variabel yaitu hasil belajar, dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi satuan jarak dan kecepatan.


(51)

Berikut literatur map yang peneliti ambil :

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan bidang studi yang penting karena melalui matematika guru dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang logis, kritis dan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu, mulai sejak dini siswa harus dilatih dan dibiasakan secara mandiri untuk menyelesaikan masalah, karena melalui penyelesaian masalah siswa dituntut untuk berpikir secara logis, kritis dan kreatif. Melalui pembelajaran matematika diharapkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalah yang berkaitan dengan matematika dapat berkembang sehingga siswa dapat mengatasi

Suparmin (2012) Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari Tentang Penarikan Akar Pangkat Tiga Bilangan Kubik Dengan Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012

Nur Prafitriani (2014) Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IVA SD Negeri Margoyasan

Sutinah (2013) Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV B MIN Kebong Agung Imogiri Bantul

Peningkatan Hasil Belajar Dan

Kemampuan Berpikir Kritis

Matematika Kelas V Pada Materi

Satuan Jarak Dan Kecepatan

Melalui Pembelajaran Kontekstual Di SD Negeri Sarikarya Tahun Pelajaran 2015/2016


(52)

permasalahan yang akan dihadapinya dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu siswa harus dilatih untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari, melalui model pembelajaran seperti ini secara tidak langsung siswa dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi realitas kehidupan nyata. Namun pada kenyataannya siswa tidak dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan matematis yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika siswa di sekolah rendah. Padahal model pembelajaran matematika yang ideal bertujuan untuk menghadapkan realitas kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan permasalahan matematis, dengan demikian kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapai permasalah akan berkembang dan akan membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika.

Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti tertarik dengan model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi di dunia nyata. Dengan adanya model pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan mampu mengkritisi materi yang disampaikan oleh guru. Karena pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik


(53)

mampu menerapkan kompetensi hasil belajar dan mengkritisi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari Darmadi Hamid (2009:153).

Berdasarkan pernyataan hal-hal di atas, sudah jelas bahwa peneliti berharap dengan adanya model pembelajaran kontekstual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran matematika. Penelitian ini berfokus pada materi satuan jarak dan kecepatan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada latar belakang, batasan masalah, dan kerangka berpikir maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Upaya penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Relating, (2) Experincing, (3) Cooperating, (4) Applying, dan (5)

Transfering.

2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan.

3. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan


(54)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini, peneliti akan menjelaskan tentang jenis penelitian, setting penelitian, persiapan, rencana tindakan setiap siklus, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik pengujian instrument, dan teknik analisis data.

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual tahun pelajaran 2015/2016 merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus Kunandar (2008:44-45).

Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dengan model pembelajaran kontekstual ini menggunakan model yang di adopsi dari Kemmis & Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:17). Bagan model Kemmis & Mc Taggart tersaji pada gambar 3.1.


(55)

Gambar 3.1 Siklus Model PTK

Sumber : Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2010:17)

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat dilihat bahwa bagan model Kemmis & Mc Taggart dilaksanakan dalam empat tahap yang dimulai dari perencanaan tindakan (planning) pelaksanaan tindakan (acting) pengamatan (observing) refleksi (reflecting).

1. Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan merupakan langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS I

Refleksi

Pengamatan

SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan

Refleksi


(56)

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Pada tahap ini, berisi rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang akan diterapkan.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Tahap ini dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan berlangsung.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah dilakukan. Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya.

B.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sarikarya yang terletak di Jl. Asemgede 48, Kragilan, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Sarikarya tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 26 siswa. Terdiri dari 12 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.


(57)

3. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya semester I tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning pada mata pelajaran matematika materi satuan

jarak dan kecepatan. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sarikarya pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada tanggal 6 - 21 Oktober 2015.

C.Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan beberapa langkah awal yang diperlukan sebelum melakukan penelitian, langkah-langkah tersebut diantaranya :

1. peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di kelas V SD Negeri Sarikarya.

2. Peneliti melakukan kegiatan observasi pembelajaran matematika di kelas V.

3. Peneliti melakukan wawancara terhadap wali kelas V mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

4. Peneliti mengidentifikasi masalah yang ada pada mata pelajaran matematika di kelas V berdasarkan hasil wawancara.

5. Peneliti menyusun proposal penelitian.


(58)

7. Peneliti menyusun instrument pembelajaran seperti silabus, RPP, LKS, lembar evalusi, dan lembar kuesioner.

8. Peneliti melakukan validasi intrumen pembelajaran kepada para ahli yaitu kepada guru wali kelas V dan dosen Universitas Sanata Dharma.

9. Peneliti menyiapkan sarana dan media yang mendukung pembelajaran, dan 10.Peneliti melaksanakan penelitian.

D.Rencana Tindakan Setiap Siklus

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus, yaitu sebanyak empat kali pertemuan, setiap siklus dilakukan selama 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit. Alokasi waktu tersebut disesuaikan dengan jam pembelajaran di sekolah. Materi yang akan di sampaikan mengenai satuan jarak dan kecepatan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Berikut adalah tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus :

Siklus I

1. Perencanaan tindakan

Peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan alat peraga/media yang akan digunakan berupa meteran.


(59)

2. Pelaksanaan tindakan

Pertemuan 1 (3 jp)

a. Pendahuluan

Relating

Pada kegiatan awal, pertama-tama guru mengucapkan salam pembukaan, berdoa, mengecek kehadiran siswa, dan membuat kontrak belajar dengan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya guru memberikan semangat kepada para siswa untuk mengikuti pelajaran dengan cara memberi tahu manfaat dari materi yang akan dipelajari. Selanjutnya sebelum memasuki pokok pembelajaran, guru terlebih dahulu menggali pengetahuan siswa tentang satuan jarak dengan mengajukan pertanyaan “berapa jauhkah jarak rumah kalian menuju sekolah?” (Contructivism). Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari ini.

b. Inti

Cooperating

Pada kegitan inti diawali dengan guru menjelaskan terlebih dahulu materi satuan jarak dan cara mengkonversikannya dengan menggunakan gambar tangga satuan jarak ”turun dikali 10 dan naik dibagi 10” (Contructivism, Eksplorasi). Setelah guru selesai menjelaskan materi kemudian guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi satuan jarak (Questioning, Eksplorasi,Elaborasi).


(60)

Experiencing

Siswa dibagi kedalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian siswa memperhatikan media yang telah disediakan oleh guru (Community learning). Selanjutnya guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas memperagakan cara mengukur jarak/panjang papan tulis menggunakan meteran (Modelling). Kelompok lain memperhatikan kelompok yang sedang memperagakan cara mengukur jarak/panjang papan tulis menggunakan meteran. Setelah para siswa mengamati kelompok yang maju kedepan kelas guru memberikan waktu kepada siswa untuk memberi tanggapan kepada kelompok yang telah presentasi didepan kelas (Questioning, Elaborasi). Selanjutnya guru membagikan LKS kepada setiap kelompok yang berisikan soal-soal cerita mengenai materi satuan jarak (Elaborasi). Dan kemudian siswa diminta untuk berdiskusi untuk menyelesaikan soal cerita mengenai satuan jarak yang ada di LKS bersama kelompoknya. (Inquiry, Elaborasi)

Applying

Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kemudian membahas hasil pekerjaan siswa secara bersama-sama (Konfirmasi). Selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami (Qustioning, Konfirmasi). Dan sebelum memasuki kegiatan penutup, guru memberikan penguatan kepada siswa untuk menekankan kembali


(61)

mengenai materi yang telah dipelajari bahwa 100 cm sama dengan 1 m dan 1000 m sama dengan 1 km. (Konfirmasi)

c. Penutup

Transfering

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari beserta cara menyelesaikan soal mengenai satuan jarak. Selanjutnya siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini di lembar LKS (Reflection). Dan untuk mengakhiri pembelajaran hari ini guru mengajak siswa berdoa bersama-sama dan kemudian mengucapkan salam penutup.

Pertemuan 2 (3 jp)

a. Pendahuluan

Relating

Pada kegiatan awal, guru pertama-tama mengucapkan salam pembukaan, berdoa, mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa untuk kembali kedalam kelompok seperti pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru memberikan semangat kepada para siswa untuk mengikuti pelajaran dengan cara memberi tahu manfaat dari materi yang akan dipelajari. Dan sebelum memasuki kegiatan inti guru mengingatkan kepada siswa mengenai materi satuan jarak pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari ini.


(62)

b. Inti

Cooperating

Siswa dibantu guru memahami konsep bagaimana menyelesaikan soal satuan jarak yang menggunakan operasi hitung dengan cara menjumlahkan panjang papan tulis dan meja belajar menggunakan meteran (Construktivism, Modelling, Eksplorasi). Selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi satuan jarak yang menggunakan operasi hitung (Quetioning, Eksplorasi, Elaborasi).

Experiencing

Guru membagikan media pembelajaran kepada setiap kelompok. Selanjutnya guru meminta siswa bersama kelompoknya mencari selisih panjang papan tulis dan meja belajar serta melakukan penjumlahan (Inquiry, Community Learning, Elaborasi).

Applying

Guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju ke depan kelas mempraktikan cara mencari selisih dari panjang papan tulis dan meja belajar serta melakukan penjumlahan dengan menggunakan media (meteran) yang di sediakan guru (Modelling). Selanjutnya guru memberikan waktu kapada para siswa untuk memberikan tanggapan kepada kelompok yang maju kedepan kelas (Qustioning). Guru membagikan LKS yang berisi mengenai soal cerita satuan jarak yang menggunakan operasi hitung. Selanjutnya Siswa bersama kelompoknya bersama-sama menyelesaikan soal yang terdapat di LKS (Community


(63)

Learning, inquiry). Setelah para siswa selesai mengerjakan LKS

selanjutnya guru dan siswa membahas hasil pekerjaan siswa dan kemudian melakukan tanya jawab tentang materi yang belum dipahami (Qustioning, Konfirmasi). Selanjutnya guru memberikan penguatan kepada siswa dengan menekankan kembali materi pelajaran yang telah dipelajari “ 1000 m + 1 km = km” ”1 km + 1 km = 2 km” (Konfirmasi).

c. Penutup

Transfering

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran mengenai materi satuan jarak yang menggunakan operasi hitung. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar evaluasi mengenai materi satuan jarak yang telah dibahas pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 secara individu. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi, siswa diminta untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini (reflection) dan kemudian guru mengajak siswa berdoa bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran hari ini.

3. Pengamatan (observasi)

Pada tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan yang berfokus pada hasil belajar siswa tentang materi satuan jarak dan kecepatan. Pengambilan data mengenai hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan soal evaluasi pada akhir siklus 1 yang dikerjakan


(64)

secara individu. Peneliti juga mengamati kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi

Pada tahap ini Peneliti melakukan refleksi (renungan) terhadap pelaksanaan siklus I yang telah dilakukan mengenai masalah atau hambatan yang dialami siswa selama kegiatan pembelajaran. Peneliti juga membandingkan hasil evaluasi dan observasi yang telah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditargetkan. Selanjutnya peneliti merencanakan perbaikan berdasarkan hasil tes evaluasi dan observasi untuk dilakukan pada siklus II jika siklus I belum mencapai target yang telah ditentukan

Siklus II

1. Perencanaan tindakan

Peneliti mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), dan alat peraga/media yang akan digunakan berupa meteran dan stopwatch atau jam dinding.

2. Pelaksanaan tindakan

Pertemuan 1 (3 jp)

a. Pendahuluan

Relating

Pada kegiatan awal, guru pertama-tama mengucapkan salam pembukaan, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa serta mengkondisikan kelas. Selanjutnya siswa diingatkan kembali mengenai


(65)

materi satuan jarak pada pertemuan sebelumnya. Untuk mengawali pembelajaran guru terlebih dahulu memberikan semangat kepada para siswa untuk mengikuti pelajaran dengan cara memberi tahu manfaat dari materi yang akan dipelajari dan kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari ini.

b. Inti

Cooperating

Pada tahap Cooperating diawali dengan guru memberikan pemahaman konsep kepada siswa mengenai rumus mencari jarak dan kecepatan dengan menggunakan “segitiga ajaib” (Construktivism,

Eksplorasi). Selanjutnya guru menjelaskan hubungan satuan jarak dan kecepatan kepada para siswa beserta cara menentukan jarak dan kecepatan “Jarak = kecepatan x waktu, Kecepatan = jarak : waktu” (Eksplorasi). Selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang diajarkan. (Questioning, Eksplorasi)

Experiencing

Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah semua siswa berkumpul bersama kelompoknya kemudian siswa memperhatikan dan mencari tahu cara kerja media yang sebelumnya telah di sedikan guru (Community

learning, Inquiry). Selanjutnya guru meminta setiap kelompok untuk

menghitung kecepatan teman kelompoknya yang berjalan kaki sejauh 10 meter menggunakan media pembelajaran (meteran dan stopwatch)


(66)

(Modelling, Eksplorasi). Guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju kedepan kelas memperagakan cara menghitung kecepatan berjalan teman kelompoknya menggunakan media (meteran dan stopwatch). (Modelling) dan kelompok lain memperhatikan kelompok yang sedang memperagakan cara menghitung kecepatan. Selanjutnya guru memberikan waktu kepada siswa untuk memberikan tanggapan kepada kelompok yang telah memperagakan cara mengukur kecepatan (Questioning, Eksplorasi). Selanjutnya guru membagikan LKS kepada setiap kelompok yang berisikan soal-soal tentang hubungan jarak dan kecepatan. Selanjutnya siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal mengenai hubungan jarak dan kecepatan yang ada di LKS (Inquiry, Elaborasi).

Applying

Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan setelah kelompok yang maju kedepan kelas selesai mempresentasikan hasil diskusinya, selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti (Questioning, Konfirmasi). Selanjutnya guru memberikan penguatan kepada siswa dengan cara menekankan kembali materi hubungan satuan jarak dan kecepatan kepada para siswa (Konfirmasi).


(67)

c. Penutup

Transfering

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran tentang cara menghitung jarak dan kecepatan. Setelah menyimpulkan hasil pembelajaran kemudian guru meminta siswa untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini (Reflection. Selanjutnya sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini guru mengajak siswa berdoa bersama-sama dan kemudian mengucapkan salam penutup.

Pertemuan 2 (3 JP)

a. Pendahuluan

Relating

Pada kegiatan awal, pertama-tama guru mengucapkan salam pembukaan, berdoa, mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Selanjutnya guru memberikan semangat kepada para siswa untuk mengikuti pelajaran dengan cara memberi tahu manfaat dari meteri yang akan dipelajari dan mengingatkan kembali mengenai materi hubungan jarak dan kecepatan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari ini.


(68)

b. Inti

Cooperating

Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menggunakan media (stopwatch) “menghitung berapa detikkah waktu yang diperlukan siswa untuk berjalan dari pintu kelas V sampai meja guru” (Modelling).

Selanjutnya siswa dibantu guru memahami konsep bagaimana menyelesaikan soal mengenai waktu keberangkatan dan waktu tiba menggunakan “segitiga ajaib”. Waktu = jarak : kecepatan (Construktivism, Eksplorasi). Selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi waktu keberangkatan dan waktu tiba (Questioning, Eksplorasi).

Experiencing

Guru memberikan contoh soal cerita mengenai materi waktu keberangkatan dan waktu tiba dan kemudian membahasnya bersama siswa. Selanjutnya guru membagikan LKS yang berisi soal cerita mengenai materi waktu keberangkatan dan waktu tiba kepada setiap kelompok dan kemudian siswa bekerjasama dengan kelompok menyelesaikan soal mengenai materi waktu keberangkatan dan waktu tiba yang terdapat di LKS (Community learning,Inquiry, Elaborasi).

Applying

Siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusinya (Elaborasi). Selanjutnya guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan siswa (Konfirmasi). Guru dan siswa melakukan tanya


(69)

jawab tentang materi yang belum dipahami (Qustioning, Konfirmasi). Dan kemudian guru memberikan penguatan kepada siswa dengan cara menekankan kembali materi waktu keberangkatan dan waktu tiba (Konfirmasi).

c. Penutup

Transfering

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran tentang materi waktu keberangkatan dan waktu tiba. Setelah siswa menyimpulkan hasil pembelajaran kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi siklus 2 secara individu. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi kemudian siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan hari ini (Reflection). Selanjutnya untuk mengakhiri kegitan pembelajaran hari ini guru mengajak siswa berdoa bersama-sama dan mengucapkan salam penutup.

3. Pengamatan (observasi)

Pada tahap observasi siklus II ini peneliti masih mengamati hasil belajar dengan memberikan soal evaluasi di akhir siklus II. Peneliti juga mengamati kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunkan lembar observasi. Kedua hal tersebut dilakukan sama seperti pada siklus I untuk mengetahui apakah telah terjadi peningkatan atau tidak.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi (renungan) mengenai hambatan atau masalah-masalah yang terjadi di siklus II. Serta menemukan


(1)

(2)

(3)

FOTO KEGIATAN

LAMPIRAN 23


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ulil Absor, lahir di Lampung pada tangggal 31 Maret 1994 dari pasangan bapak Inaudi Iwa Suyoto dan Ibu Puji Asih, peneliti memiliki dua saudara laki-laki yang bernama Qum Fikri dan Muklasin Agfan. Peneliti mengawali pendidikannya di SD Negeri 1 Madukoro, Kotabumi Lampung utara lulus pada tahun 2006, kemudian peneliti melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 6 Kotabumi dan lulus tahun pada tahun 2009. Setelah peneliti lulus dari SMP, peneliti melanjutkan pendidikannya di SMA Bopkri 1 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya peneliti berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Selama berdinamika di Universitas Sanata Dharma peneliti banyak mengikuti kegiatan mahasiswa yang ada di Universitas Sanata Dharma. Kegiatan mahasiswa yang peneliti ikuti yaitu Pengabdian Masyarakat, kegiatan Kepanitiaan,seminar dan workshop.


(5)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD Negeri Sarikarya Pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui

Model Pembelajaran Kontekstual

Ulil Absor (121134121) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Sarikarya 26 siswa. Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi siklus 1, evaluasi siklus 2 dan evaluasi akhir. Dan data berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil kuesioner dan observasi.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual meliputi: (1) Relating, (2) Experincing, 3) Cooperating, (4) Applying, dan (5) Transfering. Rata-rata kondisi awal hasil belajar 63,05 meningkat pada siklus I menjadi 71 kemudian pada siklus II meningkat menjadi 77 dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 84. Presentase pencapaian KKM juga mengalami peningkatan dari kondisi awal 49,88 meningkat pada siklus 1 sebesar 65,38% pada siklus 2 meningkat menjadi 76,92% dan pada evaluasi akhir meningkat menjadi 86,41%. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 61,23 dengan kriteria tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,31 dengan kriteria kritis. Kata kunci : hasil belajar , berpikir kritis, matematika, dan kontekstual.


(6)

ABSTRACT

The Improving of Learning Outcomes and Critical Thinking Skills in Fifth Grader Student in Sarikarya State Elementary School In Units of the Distance

Learning and Speed Through Contextual Learning Ulil Absor (121134121)

Sanata Dharma University 2016

The background of this study is the low result of learning math and critical thinking skills SDN Sarikaya fifth grader students on distance and speed unit material. This study aimed to: (1) to implement contextual learning for improving the learning outcomes and critical thinking skills. (2) to improve learning outcomes. (3) to improve critical thinking skills.

This research was a classroom action research conducted in two cycles with 26 research subjects. Each cycle was conducted over two sessions by using contextual learning model. Learning outcomes data obtained from the evaluation of cycle 1, evaluation of cycle 2 and the final evaluation. Students' critical thinking and data were obtained from the questionnaire and observation.

The step this study were: 1) Relating, 2) Experincing, 3) Cooperating, 4) Applying, and 5) Transfering. The average learning outcomes were 63.05 in the first cycle and became 71 on the second cycle, then increased to 77 and the final evaluation was 84. The percentage achievement of KKM also increased from 49.88 on precondition, then the KKM increased 65.38% on the second cycle, then increased 76.92% on two cycle and increased 86.41% on the final evaluation. The

studen’s criticall thinking also improved as seen in the value as 61,23 with categorized uncritical became 80,31 with categorized critical in the final condition.


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Tidar 1 dalam mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran kontekstual.

1 3 286

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

1 9 359