Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.
Hadi, Muhammad Husaini M. (2016). Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan melalui Pembelajaran Kontekstual SD N Jamus 2 Latar belakang penelitian ini adalah perolehan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2. Tujuan dari penelitan ini adalah; 1) memaparkan penerapan CTL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa; 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan 3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD N Jamus 2, dengan subyek penelitian berjumlah 30 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal uraian, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD N Jamus 2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 59,75 meningkat pada siklus I sebesar 69,5 dan pada siklus II sebesar 75. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 46,43%, meningkat menjadi 66,67% pada evaluasi siklus I dan menjadi 76,67% pada evaluasi siklus II. Peningkatan terjadi pada kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 63,1 (tidak kritis) dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,1 (kritis) dengan rentang nilai 1-100. Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis dari kondisi awal 53,33% meningkat menjadi 83,33% pada siklus akhir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD N Jamus 2.
(2)
ABSTRACT
Hadi, Muhammad Husaini M. (2016). The Development of Learning Achievement and Critical Thinking Ability of Mathematics on The Material Unit of Distance and Velocity Trough Contectual Learning In Five Grade at Jamus 2 Elementary School
The background of this research is the learning achievement and the critical thinking ability of mathematics on the material Unit of distance and velocity trough contectual learning in five grade at Jamus 2 Elementary School. The purposes of this research are: 1) relate the use of CTL approach to enhance the learning achievement and the critical thinking ability; 2) increase and know the enhancement of students’ learning achievement, and 3) increase and know the enhancement of students’ critical thinking ability.
The kind of this research is Class Action Research by Kemmis and McTaggart by using 2 cycles. This research is held on the fifth grade at Jamus 2 Elementary School, by subject of this research are 30 students. The objects of this research are the results of students’ learning achievement and students’ critical thinking ability. The technique of data collection used tests and non-test techniques. This instruments of this research uses essay questions, questionnaire, and observation. The analysis data that used is quantitative desriptive.
The result of this research shows that contextual learning can enhance the students’ learning achievement and critical thinking ability of fifth grade at Jamus 2 Elementary School. The average values learning achievement in the first condition is 59,75 increase in the first cycle until 69,5 and in the second cycle in the amount of 75. The percentage the total students that reach scoring pass increase 46,43% from the first condition increase until 66,67%. The evaluation of the first cycle and become 76,67% of the second cycle. The increase occurs in the students’ critical thinking ability is rise. The enhance of critical thinking ability, the first condition with value 63,1 the criteria of uncritical and increase in the last condition 80,1 with the critical criteria with range values 1-100. The percentage of the students’ amount that critical enough from the first condition 53,33% increase until 83,33% in the last cycle. The conclusion of this research is contextual learning can enhance the students’ learning achievement and the critical thinking ability of fifth grade students at Jamus 2 Elementary School.
(3)
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS V PADA MATERI SATUAN JARAK DAN KECEPATAN MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD N
JAMUS 2
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Muhammad Husaini Maula Hadi NIM: 121134146
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH S.W.T atas selesainya skripsi ini. Dalam proses pembuatan skripsi ini tentulah banyak pihak yang turut serta mendukung baik secara langsung maupun tidak, untuk itu dengan berbangga hati saya mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, Zam Zam Prihadi dan Paryati yang tidak pernah lelah dan tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan dukungan baik secara moral dan material, doa, dan juga semangat.
2. Kakak tercinta, Ahmad Hasan Maula Hadi yang selalu memberi doa, dukungan, dan juga semangat.
3. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, doa, dan juga dukungan yang menjadikan semangat baru dalam menghadapi segala macam hal.
4. Sahabat dan teman terkasih yang selalu ada dan selalu mampu mendampingi dalam segala situasi dan kondisi.
5. Temanteman satu payung atas segala keterbukaan dan kerja sama dalam proses perjuangan menyusun skripsi ini.
6. Temanteman satu kelas dan satu angkatan PGSD 2012 yang selalu berbagi pengalaman dan hidup serta kesediaan untuk saling melengkapi selama proses perkuliahan di PGSD Sanata Dharma. 7. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang ikut
andil dalam perjalanan hidup saya terutama dalam keikutsertaanya membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini semoga selalu dilindungi dan diberkati oleh Tuhan. Amin.
(7)
v
MOTTO
Kesuksesan adalah bagaimana kamu berhasil
melewati prosesnya
Jadilah dirimu sendiri karena itulah yang membuat
dirimu berharga
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 17 Maret 2016 Peneliti,
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Muhammad Husaini Maula Hadi Nomor Mahasiswa : 121134146
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Pembelajaran
Kontekstual SDN Jamus 2
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempubilkasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal 17 Maret 2016 Yang menyatakan,
(10)
viii
ABSTRAK
Hadi, Muhammad Husaini M. (2016). Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan melalui Pembelajaran Kontekstual SD N Jamus 2 Latar belakang penelitian ini adalah perolehan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2. Tujuan dari penelitan ini adalah; 1) memaparkan penerapan CTL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa; 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan 3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD N Jamus 2, dengan subyek penelitian berjumlah 30 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal uraian, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD N Jamus 2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 59,75 meningkat pada siklus I sebesar 69,5 dan pada siklus II sebesar 75. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 46,43%, meningkat menjadi 66,67% pada evaluasi siklus I dan menjadi 76,67% pada evaluasi siklus II. Peningkatan terjadi pada kemampuan berpikir kritis siswa meningkat. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 63,1 (tidak kritis) dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,1 (kritis) dengan rentang nilai 1-100. Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis dari kondisi awal 53,33% meningkat menjadi 83,33% pada siklus akhir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD N Jamus 2.
(11)
ix
ABSTRACT
Hadi, Muhammad Husaini M. (2016). The Development of Learning Achievement and Critical Thinking Ability of Mathematics on The Material Unit of Distance and Velocity Trough Contectual Learning In Five Grade at Jamus 2 Elementary School
The background of this research is the learning achievement and the critical thinking ability of mathematics on the material Unit of distance and velocity trough contectual learning in five grade at Jamus 2 Elementary School. The purposes of this research are: 1) relate the use of CTL approach to enhance the learning achievement and the critical thinking ability; 2) increase and know the enhancement of students’ learning achievement, and 3) increase and know the enhancement of students’ critical thinking ability.
The kind of this research is Class Action Research by Kemmis and McTaggart by using 2 cycles. This research is held on the fifth grade at Jamus 2 Elementary School, by subject of this research are 30 students. The objects of this research are the results of students’ learning achievement and students’ critical thinking ability. The technique of data collection used tests and non-test techniques. This instruments of this research uses essay questions, questionnaire, and observation. The analysis data that used is quantitative desriptive.
The result of this research shows that contextual learning can enhance the students’ learning achievement and critical thinking ability of fifth grade at Jamus 2 Elementary School. The average values learning achievement in the first condition is 59,75 increase in the first cycle until 69,5 and in the second cycle in the amount of 75. The percentage the total students that reach scoring pass increase 46,43% from the first condition increase until 66,67%. The evaluation of the first cycle and become 76,67% of the second cycle. The increase occurs in the students’ critical thinking ability is rise. The enhance of critical thinking ability, the first condition with value 63,1 the criteria of uncritical and increase in the last condition 80,1 with the critical criteria with range values 1-100. The percentage of the students’ amount that critical enough from the first condition 53,33% increase until 83,33% in the last cycle. The conclusion of this research is contextual learning can enhance the students’ learning achievement and the critical thinking ability of fifth grade students at Jamus 2 Elementary School.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat, dan bimbinganNya peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul:
“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan Melalui Pembelajaran Kontekstual SD N Jamus 2”
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikandengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagaipihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasihdengan setulus hati kepada:
1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
(13)
xi
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan selalu terbuka untuk dimintai saran dan juga pendapat sehingga memperkaya peneliti.
6. Siti Setyawati, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jamus 2 yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
7. Guru kelas V SD Negeri Jamus 2, Sri Sulami, S.Pd, SD yang senantiasa bersedia untuk berdiskusi secara aktif selama proses penelitian juga berkenan membantu peneliti dalam proses perizinan ujicoba terbatas. 8. Siswa kelas V SD Negeri Jamus 2 yang dengan jujur, tulus dan senang hati
mengijinkan, membantu, dan berdiskusi secara aktif selama proses penelitian.
9. Sahabatku terkasih, Ibnu, Bayu, Cahyo, Dany, Janu, Ulil dan Khodam yang selalu memberikan semangat menyelesaikan skripsi yang selalu ada untuk memberi dukungan, semangat, dan juga bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
Peneliti mengharapkan adanya saran, masukan, maupun kritik demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. Peneliti berharap skripsi yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak demi perkembangan dunia pendidikan. Terima kasih.
(14)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
(15)
xiii
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Kajian Teori ... 11
1. Belajar ... 11
2. Hasil belajar ... 13
3. Berfikir Kritis ... 19
4. Matematika ... 25
5. Contextual Teaching Learning (CTL) ... 29
B. Penelitian yang Relevan ... 35
C. Kerangka Berfikir ... 38
D. Hipotesis Tindakan ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Jenis Penelitian ... 42
B. Setting Penelitian ... 44
C. Persiapan ... 45
D. Rencana Setiap Siklus ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 56
F. Instrumen Penelitian ... 58
(16)
xiv
H. Teknik Analisis Data ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86
A. Hasil penelitian ... 86
B. Pembahasan ... 137
BAB V PENUTUP ... 144
A. Kesimpulan ... 144
B. Keterbatasan Penelitian ... 146
C. Saran ... 147
(17)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tangga satuan panjang ... 27
Gambar 2. 2 Kecepatan dengan menggunakan ilustrasi mobil ... 28
Gambar 2. 3 Rumus kecepatan dan jarak ... 28
Gambar 2. 4 Rumus mencari waktu ... 29
Gambar 2. 5 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 38
Gambar 3. 1 Bagan Siklus PTK (Kemmis & Mc Taggart) ... 43
Gambar 4. 1 Rata-Rata Hasil Belajar ... 132
Gambar 4. 2 Persentase Keruntasan Hasil Belajar ... 133
Gambar 4. 3 Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ... 134
Gambar 4. 4 Persentase Jumlah Siswa yang Kritis ... 135
(18)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis ... 23
Tabel 2. 2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis ... 24
Tabel 3. 1 Pedoman Wawancara Guru mengenai proses pembelajaran ... 59
Tabel 3. 2 Pedoman Wawancara Guru mengenai kemampuan berpikir kritis siswa ... 60
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Kemampuan Berpikir Kritis ... 61
Tabel 3. 4 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 62
Tabel 3. 5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 63
Tabel 3. 6 Kriteria Kelayakan Validasi ... 66
Tabel 3. 7 Hasil Validasi Silabus ... 67
Tabel 3. 8 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 68
Tabel 3. 9 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 70
Tabel 3. 10 Hasil Validasi Lembar Evaluasi ... 71
Tabel 3. 11 Hasil Validasi Kuesioner... 72
Tabel 3. 12 PAP Tipe 1 ... 76
Tabel 3. 13 Kriteria Indikator 1 ... 78
Tabel 3. 14 Kriteria Indikator 2 ... 78
Tabel 3. 15 Kriteria Indikator 3 ... 78
Tabel 3. 16 Kriteria Indikator 4 ... 79
(19)
xvii
Tabel 3. 18 Kriteria Indikator 6 ... 79
Tabel 3. 19 Kriteria Keseluruhan Indikator ... 80
Tabel 3. 20 PAP Tipe 1 ... 81
Tabel 3. 21 Kriteria Rata-Rata Observasi Setiap Indikator ... 81
Tabel 3. 22 Kriteria Rata-Rata Observasi Secara Keseluruhan ... 82
Tabel 3. 23 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ... 83
Tabel 3. 24 Indikator Keberhasilan Kemampuan Berpikir Kritis Keseluruhan... 84
Tabel 3. 25 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 85
Tabel 4. 1 Data Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015... 87
Tabel 4. 2 Data Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Indikator di Kondisi Awal ... 89
Tabel 4. 3 Skor Kondisi Awal Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 91
Tabel 4. 4 Skor Indikator 2 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 92
Tabel 4. 5 Skor Indikator 3 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 94
Tabel 4. 6 Skor Indikator 4 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 95
Tabel 4. 7 Skor Indikator 5 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 97
(20)
xviii
Tabel 4. 8 Skor Indikator 6 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa ... 98
Tabel 4. 9 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 100
Tabel 4. 10 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 107
Tabel 4. 11 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 108
Tabel 4. 12 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II ... 116
Tabel 4. 13 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 117
Tabel 4. 14 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ... 118
Tabel 4. 15 Hasil Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Indikator di Kondisi Akhir ... 119
Tabel 4. 16 Skor Indikator 1 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 121
Tabel 4. 17 Skor Indikator 2 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 122
Tabel 4. 18 Skor Indikator 3 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 124
Tabel 4. 19 Skor Indikator 4 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 125
Tabel 4. 20 Skor Indikator 5 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 126
Tabel 4. 21 Skor Indikator 6 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 128
Tabel 4. 22 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 129
(21)
xix
Tabel 4. 24 Perbandingan Target dan Pencapaian Berpikir Kritis dengan
Menggunakan Kuesioner ... 140 Tabel 4. 25 Peningkatan dan Hasil Pengamatan Berpikir Kritis ... 143
(22)
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian ... 151 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 152 Lampiran 3 Silabus ... 153 Lampiran 4 RPP ... 178 Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 260 Lampiran 6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 1 ... 267 Lampiran 7 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 1 ... 271 Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus 2 ... 272 Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 2 ... 280 Lampiran 10 Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 2 ... 284 Lampiran 11 Soal Evaluasi Siklus Akhir ... 285 Lampiran 12 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus Akhir ... 293 Lampiran 13 Hasil Nilai Evaluasi Siklus Akhir ... 297 Lampiran 14 Daftar Nilai Ulangan Matematika Tahun Ajaran 2014/2015 .... 298 Lampiran 15 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 299 Lampiran 16 Kisi-kisi Kuesioner ... 328 Lampiran 17 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 331 Lampiran 18 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 334 Lampiran 19 Hasil Kuesioner Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis .... 346 Lampiran 20 Hasil Kuesioner Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 347
(23)
xxi
Lampiran 21 Pedoman Observasi ... 348 Lampiran 22 Hasil Observasi ... 349 Lampiran 23 Pedoman Wawancara ... 351 Lampiran 24 Daftar Riwayat Hidup ... 353 Lampiran 25 Foto Kegiatan ... 354
(24)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, pemecahan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Matematika berdasarkan pendapat Susanto (2013:185) adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia berhubungan dengan matematika. Contohnya, pada bidang ekonomi yaitu kegiatan jual beli barang di pasar yang menggunakan hitungan matematika sebagai penentu sebuah harga. Matematika menurut Susanto (2013:183) merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika menurut Sundayana (2015: 2) merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.
Kline (dalam Runtukahu, 2014: 28) berpendapat bahwa matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Dengan adanya mata pelajaran matematika diharapkan siswa mampu memahami dan menerapkannya dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
(25)
sehari-hari yang melibatkan ilmu hitung. Hal ini menandakan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang harus diajarkan di sekolah dasar. Menurut Depdiknas (2004:17) matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kerjasama.
Berpikir kritis berdasarkan pendapat Johnson (2007: 183) merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kunci penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Johnson (2007: 183) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa dalam pembelajaran. Pentingnya berpikir kritis menurut Peter (2012: 39) bertujuan untuk dapat bersaing dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan pribadi, siswa harus memiliki kemampuan pemecahan masalah dan harus bisa berpikir dengan kritis.
Pembelajaran matematika hendaknya mengajak siswa untuk aktif dan ikut serta dalam proses memahami suatu materi. Proses tersebut berupa mengkaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa, sehingga siswa akan lebih memahami konsep. Konsep yang telah dipahami dapat membantu siswa dalam menemukan masalah matematika.
(26)
Namun, pada kenyataannya mata pelajaran matematika di sekolah dasar saat ini bukanlah mata pelajaran yang digemari oleh siswa. Siswa menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang menakutkan karena susah untuk dipelajari dan menjenuhkan atau membosankan. Guru hanya menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah yang mengakibatkan siswa mudah bosan dalam mengikuti pelajaran anak tidak dihadapkan dengan situasi dunia nyata. Apabila keadaan seperti ini dibiarkan terlalu lama tentu akan berdampak buruk pada kemampuan berpikir kritis siswa.
Hal tersebut terbukti ketika peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa kelas V SD N Jamus 2. Pembelajaran matematika menjenuhkan atau membosankan karena kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan model pembelajaran tradisional. Kelemahan metode ceramah menurut Mertodihardjo (1980:6) yaitu tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dan berpikir serta tidak mengembangkan kecakapan untuk mengemukakan sendiri, karena siswa dipaksa untuk mengikuti jalan pikiran guru. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD N Jamus 2 masih rendah. Hal itu terbukti ketika peneliti melakukan wawancara kepada guru mengenai 30 siswa kelas V menggunakan 6 indikator kemampuan berpikir kritis. Enam indikator kemampuan berpikir kritis yang menjadi fokus penelitian yaitu menganalisis argumen, mampu bertanya, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, membuat kesimpulan, keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.
(27)
Pada indikator menganalisis argumen terdapat 43,33% siswa yang dikatakan kritis. Indikator mampu bertanya terdapat 40% siswa yang dikatakan kritis. Indikator menjawab pertanyaan terdapat 40% siswa yang dikatakan kritis. Indikator memecahkan masalah terdapat 36,67% siswa yang dikatakan kritis. Sedangkan indikator membuat kesimpulan terdapat 33,33% siswa yang dikatakan kritis dan indikator keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan terdapat 36,67% siswa yang dikatakan kritis. Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas V masih rendah. Penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dikarenakan guru kurang mengedepankan proses dan menanamkan konsep. Kurangnya proses dalam pembelajaran tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa kelas V.
Hasil belajar menurut Susanto (2013 : 5) dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan bukti bahwa selama proses pembelajaran siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pembelajaran. Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran matematika. Salah satu materi pelajaran matematika yang dianggap sulit untuk dipahami siswa kelas V SD N Jamus 2 adalah satuan jarak dan kecepatan.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 4 Agustus 2015 di SD N Jamus 2 mengenai pembelajaran matematika di kelas V terkait materi satuan jarak dan kecepatan terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi siswa saat
(28)
proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari wawancara yaitu sebanyak 15 (53,57%) dari 28 siswa belum mencapai KKM. KKM pada materi satuan jarak dan kecepatan yang dicapai adalah 60 dari skala 100. Kesulitan yang sering dialami siswa kelas V yaitu sulit menghafal tangga satuan panjang. Siswa bingung dalam pembagian atau perkalian satuan panjang. Contohnya dalam mengubah satuan kilometer ke meter begitupun sebaliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 4 Agustus 2015, guru mengajar mata pelajaran matematika di kelas V menggunakan metode konvensional. Ini terlihat saat guru masih menggunakan metode ceramah dan pembelajaran hanya bersifat satu arah dimana guru sebagai sumber, penyedia, dan pemberi informasi. Sedangkan, siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru dengan kata lain guru masih menggunakan pendekatan teacher centered artinya guru menjadi sumber dari segala pengetahuan yang diterima dan diketahui oleh siswa.
Siswa tidak dihadapkan dengan realitas kehidupan yang memuat masalah hitungan. Pembelajaran hanya sekedar menyampaikan materi satuan jarak dan kecepatan. Setelah itu siswa dituntut untuk mampu menghitung satuan jarak dan kecepatan dengan sistem pembelajaran guru yang tradisional. Sistem pembelajaran tradisional itu dirasa terlalu memberatkan siswa yang belum begitu memahami materi. Solusi dari permasalahan tersebut yaitu perlu adanya pembelajaran kontekstual untuk membantu pemahaman materi kepada siswa.
Pembelajaran kontektual berdasarkan pendapat Taniredja (2014: 49) adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
(29)
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penerapan pendekatan kontekstual memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun pengetahuan di kehidupan sehari-hari mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan cara berfikir kritis siswa.
Dari, penjelasan tersebut maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual yang akan digunakan peneliti adalah Contectual Teaching and Learning. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, maka penelti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V pada Materi Satuan Jarak dan Kecepatan melalui Pembelajaran Kontekstual SD Negeri Jamus 2”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalama proses pembelajaran siswa kurang menarik bagi siswa sehingga hasil pembelajaran siswa menjadi kurang memuaskan.
(30)
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi satuan jarak dan kecepatan pada siswa kelas V SD Negeri Jamus 2
3. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada materi satuan jarak dan kecepatan pada siswa kelas V SD Negeri Jamus 2
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah dalam penelitian, penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penulis hanya meneliti siswa kelas V SD Negeri Jamus 2 semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.
2. Objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah kontekstual atau CTL (Contectual Teaching and Learning)
4. Mata pelajaran yang diteliti yaitu matematika dengan SK 2 dan KD 2.4 yaitu materi satuan jarak dan kecepatan
D. Rumusan Masalah
Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa Kelas V SD Negeri Jamus 2 harus ditingkatkan. Berdasarkan uraian Latar Belakang Masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pendekatan kontekstual atau CTL (Contectual Teaching and Learning) pada mata pelajaran matematika dalam upaya
(31)
meningkatkan hasil belajar dam kemampuan berpikir kritis kelas V SD Negeri Jamus 2 semester ganjil tahun 2015/2016?
2. Apakah pendekatan kontekstual atau CTL (Contectual Teaching and Learning) pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar pada materi satuan jarak dan kecepatan kelas V SD Negeri Jamus 2 semester ganjil tahun 2015/2016?
3. Apakah pendekatan kontekstual atau CTL (Contectual teaching and learning) pada mata pelajaran dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi satuan jarak dan kecepatan kelas V SD Negeri Jamus 2 semester ganjil tahun 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Memaparkan penerapan pendekatan kontekstual atau CTL (Contectual Teaching and Learning) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Jamus 2 semester ganjil tahun 2015/2016.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar peningkatan matematika pada materi satuan jarak dan kecepatan siswa kelas V Semester ganjil SD Negeri Jamus 2 tahun 2015/2016 melalui pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning.
3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi satuan jarak dan kecepatan siswa kelas V Semester
(32)
ganjil SD Negeri Jamus 2 tahun 2015/2016 melalui pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai gambaran dan bahan pengembangan untuk menentukan langkah- langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi satuan jarak dan kecepatan siswa kelas V Semester ganjil SD Negeri Jamus 2 tahun 2015 melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning.
b. Sebagai bahan masukan supaya guru dapat mengembangkan program pembelajaran di sekolah.
c. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa:
1) Dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi satuan jarak dan kecepatan
2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam membangun konsep matematika khususnya pada materi satuan jarak dan kecepatan sehingga hasil belajar akan meningkat.
(33)
b. Bagi guru:
Sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dan referensi guru berupa pembelajaran kontekstual sehingga dapat membuat siswanya lebih mudah untuk belajar matematika.
c. Bagi peneliti:
1) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan model Contectual Teaching and Learning.
2) Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang kemampuan berpikir kritis.
G. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
2. Kemampuan berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas untuk mencapai pemahaman yang mendalam seperti memecahkan masalah.
3. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran, penyelesaian masalah dan pengolahan angka.
4. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunianyata siswa.
5. Satuan Jarak merupakan batasan atau perolehan panjang berdasarkan satuan panjang tertentu yang diukur melalui waktu atau periode tertentu.
6. Satuan kecepatan merupakan laju perputaran atau perjalanan pada periode yang ditentukan sebagai satuan ukur.
(34)
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Peneliti akan membahas mengenai kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.
A. Kajian Teori
Peneliti akan membahas mengenai teori belajar, hasil belajar, berpikir kritis, matematika, satuan jarak dan kecepatan, Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Abdillah (dalam Aunurrahman, 2011: 35) belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui pelatihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Gagne (dalam Susanto, 2013 : 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Witherington (dalam Eviline, 2010:4) belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Hal ini menunjukan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku manusia baik melalui pelatihan dan pengalaman sebagai akibat pengalaman belajar.
(35)
Pendapat lain tentang belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Suyono (2011: 9) adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Pengertian lain tentang belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Belajar berdasarkan pendapat Sanjaya (2006:110) adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Belajar adalah proses tingkah laku individu sebagai hasil dari pengamatan dalam berinteraksi dengan lingkungan (Rusman 2013:134). Belajar menurut Daryanto (2012:16) adalah proses melihat, mengamati, dan memahami suatu, indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkahlaku sebagai hasil dari pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.
(36)
b. Ciri-ciri belajar
Ciri-ciri belajar menurut Eviline (2010 :5) ada 4 ciri antara lain:
1) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan(kognitif), ketrampilan (psikimotor), maupun nilai, dan sikap (afektif).
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.
3) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
4) Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Setelah mengetahui ciri-ciri belajar menurut ahli peneliti dapat menyimpulkan bahwa adanya suatu kemampuan baru atau perubahan yang yang tidak terjadi begitu saja namun terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
2. Hasil belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana diuraikan Brahim dipertegas oleh nawawi (dalam Susanto, 2013 : 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar menurut Jihad (2012: 15) adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukannya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Pengertian hasil belajar yang lain menurut
(37)
Purwanto (2011: 46) adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku ini disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Dari ketiga pendapat para ahli dapat disimpulkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran diperoleh melalui skor dari hasil tes akademik.
Hasil belajar berdasarkan pendapat Dimyati (2006:3) merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru,tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhir penggal dan puncak. Gagne (dalam Dimyati, 2006: 11) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kapasitas siswa yang terdiri dari: 1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupoun tertulis.
2) Keterampilan intelek adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. 3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.
(38)
Bloom (dalam Mustaqim, 2008: 36) mengemukakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah (domain) atau daerah sasaran pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom (dalam Sudjana, 2005: 22) Klasifikasi hasil belajar tersebut meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1) Ranah Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif
Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis.
3) Ranah Psikomotorik
Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa bertujuan untukmengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa.
(39)
Berdasarkan berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan belajar mengajar yang berupa suatu perubahan sikap maupun tingkah laku.
b. Macam-Macam Hasil Belajar
Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif). Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman konsep
Pemahaman munurut pendapat Bloom (dalam Susanto, 2013: 6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan, konsep menurut J. Skeel (dalam Susanto, 2013: 8) merupakan suatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian. Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyerap bahan yang dipelajari yang telah sebelumnya tergambar dalam pemikiran.
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati (dalam Susanto, 2013: 9) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Indrawati (dalam Susanto, 2013: 9) merumuskan bahwa keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip
(40)
atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Berdasarkan teori tadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang dapat digunakan untuk menemukan suatu gagasan, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya.
3) Sikap
Lange (dalam Susanto, 2013: 10) mengemukakan bahwa sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Sedangkan, Sardiman (dalam Susanto, 2013: 11) mengatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Jadi dapat diartikan sikap adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu terhadap dunia sekitarnya yang meliputi aspek mental dan aspek respons fisik.
c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Gestalt (dalam Susanto, 2013: 12) mengatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berfikir atau tingkahlaku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan. Sedangkan menurut
(41)
Wisliman (dalam Susanto, 2013: 12) hasil belajar terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internaal dan eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaiu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhaap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi dari hasil belajar ada 2 macam yaitu internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik artinya siswa itu sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar seperti lingkungan, keluarga maupun masyarakat.
(42)
3. Berfikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis berdasarkan pendapat Johnson (2007: 183) merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Ennis (dalam Kuswana, 2012:19) juga mendefinisikan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir wajar dan reflektif yang fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
Berdasarkan kedua pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa berfikir kritis adalah kegiatan berfikir tingkat tinggi yang terarah untuk memecahkan untuk memecahkan, suatu masalah mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
b. Tujuan Berpikir Kritis
Tujuan berpikir kritis menutut Johnson (2007:185) adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Pemahaman mengungkapkan akan dibalik suatu kejadian.
(43)
c. Indikator Berpikir kritis
Angelo (dalam Achmad, 2007) mengidentifikasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut :
1) Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Arikunto (2010:138) berpendapat bahwa, kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir kritis, di antaranya: merinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan membagi.
2) Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadankan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit didalam bacaannya. Arikunto (2010:138) berpendapat bahwa, kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir sintesis, di antaranya: mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, menjelaskan, mengorganisasikan, menyusun, menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali dan menceritakan.
(44)
3) Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini adalah agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan. Arikunto (2010:138) berpendapat bahwa, kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan mengenal dan memecahkan masalah di antaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan.
4) Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami bebagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru, yaitu sebuah kesimpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri dapat menempuh dua cara, yaitu : deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru. Arikunto (2010:138) berpendapat bahwa, kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan menyimpulkan di antaranya: menjelaskan, memerinci, menghubungkan, mengategorikan, memisah dan menceritakan.
(45)
5) Keterampilan mengevaluasi atau menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai yaitu kemampuan untuk memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu. Dapat disimpulkan keterampilan menilai yaitu kemampuan untuk memberikan penilaian dengan berbagai kriteria yang ada. Bloom (dalam Arikunto, 2010:138) mengatakan bahwa keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini, siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep. Arikunto (2010:138) berpendapat bahwa, kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan mengevaluasi atau menilai di antaranya: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mendiskrisikan, menafsirkan, menerangkan, memutuskan.
Pendapat lain yang sependapat tentang indikator berpikir kritis menurut Wowo (2012: 198) menjelaskan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan. 2) Menganalisis argumen
3) Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan. 4) Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan. 5) Mengamati dan menilai laporan observasi.
6) Menyimpulkan dan menilai keputusan.
7) Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar).
(46)
8) Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan.
Menurut Ennis (dalam Riyadi: 2008) terdapat 12 indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. 1 Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis Keterampilan berpikir
kritis Sub Keterampilan berpikir kritis Memberikan penjelasan
sederhana (elementary clarification)
1. Memfokuskan pertanyaan.
2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan
pertanyaan yang menantang Membangun Keterampilan
dasar (basic support).
4. Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber.
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
Menyimpulkan (inference)
6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
7. Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi.
8. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.
Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification)
9. Mendefinisikan istilah,mempertimbangkan definisi
10.Mengidentifikasi asumsi. Strategi dan taktik (strategies
and tactics).
11.Memutuskan suatu tindakan.
12.Berinteraksi dengan orang lain
Berdasarkan indikator dari tiga ahli, peneliti menuliskannya ke dalam tabel untuk melihat kesamaan yang nantinya akan diambil sebagai indikator dalam penelitian.
(47)
Tabel 2. 2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis
Angelo Wowo Ennis
Keterampilan menganalisis
Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.
Memfokuskan pertanyaan.
Keterampilan mensintesis Menganalisis argumen Menganalisis argumen
Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
Bertanya dan menjawab
pertanyaan klarifikasi atau
tantangan.
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang Keterampilan
menyimpulkan
Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan.
Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber.
Keterampilan
mengevaluasi dan menilai
Mengamati dan menilai laporan observasi.
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (ikut terlibat dalam menyimpulkan)
Menyimpulkan dan menilai keputusan.
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Mempertimbangkan alasan
tanpa membiarkan
ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar).
Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi.
Mengintegrasikan kemampuan
lain dan disposisi dalam
membuat dan mempertahankan keputusan. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. Mendefinisikan istilah,mempertimbangkan definisi Mengidentifikasi asumsi. Memutuskan suatu tindakan (mendefinisikan masalah) Berinteraksi dengan orang lain
Berdasarkan indikator berpikir kritis menurut pendapat 3 ahli, digunakan 6 indikator sebagai fokus penelitian yaitu: 1) Menganalisis argumen, 2) Mampu
(48)
bertanya, 3) Mampu menjawab pertanyaan, 4) Memecahkan masalah, 5) Membuat kesimpulan, 6) Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.
4. Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika berdasarkan pendapat Susanto (2013:185) adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003 : 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan.
Dari kedua teori para ahli peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan suatu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung untuk memecahkan masalah kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Matematika memuat konsep-konsep abstrak yang perlu diterjemahkan menjadi konsep yang mudah dipahami siswa. Konsep yang terdapat di dalam matematika sebagian besar adalah angka-angka dan simbol-simbol. Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung, ilmu ukur dan aljabar yang dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir Pesesrta Didik (Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013).
(49)
Manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari tidak pernah lepas dari konsep matematika. Matematika menurut Susanto (2013: 183) merupakan ilmu dasar yang sebaiknya dimiliki. Usia sekolah dasar adalah usia kritis seorang anak, maka matematika perlu dimasukan dalam pembelajaran pada usia tersebut. Era globalisasi sekarang ini kemampuan matematis menjadi hal yang sangat penting. Dari kedua kedua pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu dasar memuat konsep-konsep abstrak yang perlu diterjemahkan menjadi konsep yang mudah dipahami siswa.
b. Tujuan Matematika
Departemen Pendidikan Nasional (Susanto, 2013:190) menyatakan bahwa ada lima tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Yaitu sebagai berikut:
1) pemahaman konsep matematika, keterkaitan antar konsep dan penerapan konsep matematika.
2) Melatih nalar, manipulasi matematika dalam generalisasi, pembuktian atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Pemecahan masalah yang meliputi pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Siswa mampu mengkomunikasikan dengan tabel, diagram atau media lain
untuk menjelaskan keadan dari suatu masalah.
5) Siswa mampu menghargai penggunaan matematikan dalam kehidupan matematika.
Peneliti mencoba membuat tujuan akhir dari tujuan matematika yang disebutkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu agar siswa terampil dan
(50)
mampu memaknai konsep-konsep matematika baik dalam pendidikan di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
c. Materi matematika
Peneliti mengambil standar kompetisi (SK) 2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak dan kecepatan dalam pemecahan masalah pada kompetensi dasar (KD) 2.4 mengenal satuan jarak dan kecepatan. Jadi materi pembelajaran yang akan di ajarkan peneliti dengan menggunakan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) mengenai satuan jarak dan kecepatan.
1) Satuan Jarak dan Kecepatan
Di kelas IV kita telah mempelajari satuan panjang sekarang kita akan mempelajari satuan jarak,satuan jarak sama dengan satuan yang digunakan untuk menyatakan panjang, yaitu kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm), sentimeter (cm), dan milimeter (mm).Perhatikan kembali satuan ukur dibawah ini !!
(51)
60 km/jam
B A Gambar 2. 2 Kecepatan dengan menggunakan ilustrasi mobil
Kecepatan adalah waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tertentu, dalam waktu tertentu. Missal, Jika kamu naik bus atau kendaraan dari kota A ke kota B yang jaraknya 60 km dan memerlukan waktu1 jam maka kecepatan bus 60 km per jam atau 60 km/jam. Km/jam merupakan salah satu satuan kecepatan. Selain km/jam, satuan kecepatan yang lain yaitu meter/menit (m/menit) dan sentimeter/detik (cm/detik). Rumus mencari kecepatan, dan jarak :
Gambar 2. 3 Rumus kecepatan dan jarak
(52)
Lamanya waktu seseorang berangkat dan sampai ke tempat tujuan dapat di hitung dengan menggunakan rumus :
Gambar 2. 4 Rumus mencari waktu
5. Contextual Teaching Learning (CTL)
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Contextual Teaching Learning menurut Hamdayama (2014: 51) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut Hamdayama (2014: 51) Contextual Teaching Learning adalah suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses merekontruksi
(53)
sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Pendapat Nurhadi tentang CTL (dalam Hosnan, 2014: 267) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
b. Komponen-komponen CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki lima strategi untuk mencapai kompetensi siswa secara maksimal, yaitu relating, experiencing, applying, cooperting, dan transfering (Hosnan, 2014: 269). Selain itu menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014: 270) dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen utama, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), inquiry (Inquiry), masyarakat belajar (community learning), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic asessment).
(54)
1) Kontuktivisme
Kontruktivisme menurut Hosnan (2014:270) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengertian kontruktivisme menurut Muslich (dalam Hosnan, 2014:270) adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa kontruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pengetahuan baru berasarkan pengalaman siswa sebelumnya.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan menurut Hosnan (2014: 270) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Menemukan menurut Hosman (2014:271) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan. Jadi peneliti menyimpulkan bahwa menemukan adalah proses pembelajaran yang didasarkan pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara tersetruktur.
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya menurut Hosnan (2014:271) yakni sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan menurut Mulyasa( dalam Hosnan, 2014: 271), ada 6 keterangan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berfikir,
(55)
dan pemberian tuntutan. Peneliti menyimpulkan bahwa peran bertanya itu sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar menurut Sanjaya (dalam Hanson, 2014: 272) adalah pembelajaran yang diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Muslich (dalam Hanson, 2014: 272) mengemukakan konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Jadi, Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Dalam pembelajaran CTL guru sering kali menerapkan pembelajaran dalam kelompok. Tujuannya agar siswa yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan menurut Hosnan (2015: 272) adalah pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sabagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran CTL, modeling merupakan asas yang cukup penting. Sebab melalui modeling, siswa terhindar dari pembelajaran guru yang teoritis, sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran siswa yang verbalisme (banyak menghafal).
(56)
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi menurut Hosnan (2014: 272) adalah proses pengendapan pengalaman yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Refleksi menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014: 273) merupakan cara Berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Dalam hal refleksi ini, biasanya guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung apa yang diperoleh hari itu.
7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian nyata menurut Hamdayama (2014: 54) adalah proses yang dilakukan guru untuk menyimpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan ketika pembelajaran berlangsung bukan pada penilaian akhir pembelajaran. Pengamatan dapat dilakukan dikelas maupun diluar kelas. Kemajuan belajar siswa dilihat dari proses bukan semata-mata dari hasil belajar. Penilaian bukan hanya dari guru tetapi dapat juga dari teman atau orang lain.
Berdasarkan komponen-komponen di atas, peneliti akan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan ketujuh komponen. Ketujuh komponen tersebut, tidak dilakukan dalam sekali pembelajaran saja tetapi pada empat pertemuan.
(57)
c. Langkah-Langkah Contextual Teaching Learning (CTL)
Trianto (dalam Hosnan, 2014: 270) langkah-langkah untuk menerapkan ketujuh komponen CTL tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok). 5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Suparto (2004: 6) berpendapat tentang langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual/ CTL sebagai berikut:
1) Mengembangkan metode belajar mandiri, 2) Melaksanakan penemuan (inquiri), 3) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, 4) Menciptakan masyarakat belajar, 5) Hadirkan “model” dalam pembelajaran, 6) Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, 7) Lakukan penilian yang sebenarnya.
Dari kedua pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah penerapan pembelajaran CTL yaitu: 1) belajar mengembangkan pemikiran akan
(58)
belajar, 2) melaksanakan kegiatan inquiri, 3) menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, 4) menciptakan masyarakat belajar, 5) menghadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran, 6) melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, 7) melakukan penilian yang sebenarnya.
B. Penelitian yang Relevan
Sunandar (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Contetual Teaching and Learning (CTL) dan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika di kelas V SD Negeri di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang yang diajar dengan pendekatan Contetual Teaching and Learning (CTL) rerata sebesar 75,66 dengan simpangan baku sebesar 11,2; dengan demikian dengan demikian dapat dikategorikan pada hasil belajar yang baik. Hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang yang diajar dengan pendekatan pembelajaran Textual Teaching and Learning (TTL) rerata sebesar 65,54 dengan simpangan baku sebesar 24,67; dengan demikian dapat dikategorikan pada hasil yang sedang/cukup. Penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih efektif dibandingkan dengan penerapan pendekatan pembelajaran Textual Teaching and Learning (TTL) pada mata pelajaran matematika bokok bahasan bilangan pecahan siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.
(59)
Khotibin, Wahyudi, Chamdani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang Bangun Datar pada Siswa Kelas III SD. Berdasarkan data yang diperoleh pada pelaksanaan observasi guru pada siklus I, terjadi peningkatan yang signifikan, dari pertemuan 1 mencapai 65,3% ke pertemuan 2 yaitu mencapai 77,7%, dengan rata-rata observasi guru siklus I mencapai 71,5%. Pada siklus II terjadi peningkatan, yaitu pada pertemuan 1 mencapai 81,1% dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 82,8%, rata-rata observasi guru siklus II mencapai 81,9%. Pada siklus III mengalami penilaian yang memuaskan bagi peneliti karena target indikator kinerja yang direncanakan dapat tercapai. Guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkretsecara maksimal dalam pembelajaran. Pada pertemuan 1 mencapai 88,3% dan pada pertemuan 2 mencapai 91,1%, rata-rata observasi guru siklus III mencapai 89,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pembelajaran matematika siswa kelas III SD.
Nur (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika pada Siswa Selas IV A SD N Margoyasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kontekstual dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan Tahun Ajaran
(60)
2014/2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis dan Taggart. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, soal tes, dan catatan lapangan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa ditunjukkan dengan penilaian kognitif yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis prates sampai akhir siklus II rata-rata skor kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa yaitu dari prates ke siklus I naik sebesar 17% dari 60% menjadi 77% dan pada siklus I ke siklus II naik 3% dari 77% menjadi 80%. Persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan persentase 80% sehingga proses proses pembelajaran menggunakan model tersebut berhasil.
Pembelajaran menggunakan model tersebut berhasil. Ketiga hasil penelitian yang relevan tersebut, belum ada yang meneliti atau yang membahas mengenai penerapan Contextual Teaching Learning dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Jamus 2 pada materi satuan jarak dan kecepatan. Dari ketiga penelitian tersebut dapat digunakan peneliti sebagai pendukung dalam penelitian
(61)
dikarenakan mempunyai kesamaan unsur yaitu penggunaan model pembelajaran CTL pada pembelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Contextual Teaching Learning dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V SD Negeri Jamus 2 pada materi satuan jarak dan kecepatan. Berikut literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya:
Gambar 2. 5 Literatur Map Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Berfikir
Matematika merupakan ilmu yang berguna dalam mengembangkan pola pikir manusia dalam menyelesaikan masalah pada kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung. Matematika berdasarkan pendapat Susanto (2013:185) adalah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRIITIS MATEMATIKA KELAS V PADA MATERI SATUAN JARAK DAN KECEPATAN
MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD N JAMUS 2 Sunandar (2009)
Pembelajaran Contetual Teaching and Learning (CTL) dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Sekolah Dasar.
Nur (2015) Penerapan Model Pembelajaran
Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika pada
Siswa Selas IV A SD N Margoyasan. Khotibin, Wahyudi,
Chamdani (2012) Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika tentang
Bangun Datar pada Siswa Kelas III SD.
(1)
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 jumlah rata-rata siklus 1 kriteria rata-rata Siklus 2 kriteria
1 AM 2 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 53 2,00 CK 2,42 CK
2 DA 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 55 2,08 CK 2,50 K
3 MGAG 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 54 1,92 TK 2,58 K
4 ANP 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 45 1,83 TK 1,92 TK
5 ALK 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 45 1,83 TK 1,92 TK
6 AAF 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 54 2,00 CK 2,50 CK
7 AMJ 1 3 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 50 1,92 TK 2,25 CK
8 AR 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 49 1,75 TK 2,33 CK
9 ASC 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 53 2,00 CK 2,42 CK
10 AS 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 50 1,75 TK 2,42 K
11 BSN 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 42 1,58 STK 1,92 TK
12 DK 2 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 58 2,25 CK 2,58 K
13 DW 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 52 1,92 TK 2,42 CK
14 GDJN 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 49 1,75 TK 2,33 CK
15 HNI 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 62 2,50 K 2,67 K
16 IDF 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 64 2,58 K 2,75 K
17 IRF 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 43 1,67 TK 1,92 TK
18 JFA 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 51 1,83 TK 2,42 CK
19 LKS 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 44 1,75 TK 1,92 TK
20 MZM 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 51 1,83 TK 2,42 K
21 NAS 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 64 2,58 K 2,75 K
22 NTR 2 3 3 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 63 2,42 K 2,83 SK
23 NM 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 51 1,83 TK 2,42 CK
24 PI 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 57 2,17 CK 2,58 K
25 SUH 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 59 2,25 CK 2,67 K
26 YR 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 60 2,33 CK 2,67 K
27 RTS 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 57 2,17 CK 2,58 K
28 DSR 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 49 1,67 TK 2,42 CK
29 DOKY 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 54 1,92 TK 2,58 K
30 HR 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 45 1,83 TK 1,92 TK
Jumlah 52 53 55 55 61 55 65 58 63 67 68 67 75 60 67 78 68 72 82 68 68 77 73 76 2,00 2,40
keterangan TK TK TK TK CK TK CK TK CK CK CK CK K CK CK K CK K SK CK CK K K K
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Siklus 1 Siklus 2
No Nama
Indikator Indikator Indikator Indikator
Pertemuan 1 Pertemuan 2
(2)
Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria
1 52 TK 65 CK 75 K 82 SK
2 53 TK 58 TK 60 CK 68 CK
3 55 TK 63 CK 67 CK 68 CK
4 55 TK 67 CK 78 K 77 K
5 61 CK 68 CK 68 CK 73 K cara menghitung rentang skor :
6 55 TK 67 CK 72 K 76 K skor maksimal = 3 x n (jumlah siswa)
# 90% x90 = 81 hasil kriteria hasil kriteria # 80% x 90 = 72
1 58,5 TK 78,5 K # 89% x 90 = 80,1
2 55,5 TK 64 CK # 65% x 90 = 58,5
3 59 CK 67,5 CK # 79% x 90 = 71,1
4 61 CK 77,5 K # 55% x 90 = 49,5
5 64,5 CK 70,5 CK # 64% x 90 = 57,6
6 61 CK 74 K # dibawah 55%
Indikator siklus 1 siklus 2
HASIL TABEL KRITERIA
Indikator
siklus 1 siklus 2 Tingkat Penguasaan Kompetensi Rentang Skor Kriteria
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 90% - 100% 81 - 90 sangat kritis 80% - 89% 72 - 80,1 kritis 65% - 79% 58,5 - 71,1 cukup kritis 55% - 64% 49,5- 57,6 tidak kritis dibawah 55% 0 - 48,6 sangat tidak kritis
0 - 48,6
sumber : Masidjo (1995:1993)
3 x 30 = 90 81 - 90
72 - 80,1
58,5 - 71,1
(3)
Lampiran 23
Pedoman Wawancara
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru mengenai proses pembelajaran
No Garis Besar Pertanyaan Wawancara
1 Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran Matematika di kelas V? 2 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar Matematika di kelas V? 3 Apakah selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran
Matematika?
4 Apakah siswa diajak untuk melakukan percobaan dengan media yang digunakan pada saat pelajaran Matematika?
5 Apakah siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran Matematika? 6 Apa yang membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima pelajaran
Matematika?
7 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika? 8 Apa yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran
Matematika?
9 Bagaimana strategi pembelajaran Matematika yang digunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?
10 Apakah pernah menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika?
(4)
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru mengenai kemampuan berpikir kritis
siswa
No. Indikator Pedoman Wawancara
1. Mengalisis Argumen Apakah siswa suka berdiskusi ketika bekerja dalam kelompok? 2. Mampu bertanya Seperti apakah bentuk pertanyaan siswa ketika menemui kesulitan? 3. Menjawab pertanyaan Apakah siswa memikirkan kebenaran jawaban terlebih dahulu
sebelum menjawab pertanyaan dari guru?
4. Memecahkan masalah Apakah siswa terus berusaha untuk menemukan jawaban yang benar ketika menemui kesulitan?
Apakah siswa menggunakan cara atau alternatif lain untuk mengerjakan soal?
Apakah siswa mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang sistematis?
5. Membuat kesimpulan Apakah siswa mampu menceritakan materi yang sudah dipelajari? Apakah siswa mampu menceritakan proses dalam mencari jawaban? 6. Keterampilan mengevaluasi
dan menilai hasil dari pengamatan.
Apakah siswa senang mengkoreksi di jawaban terlebih dahulu sebelum mengumpulkannya?
Apakah siswa senang melakukan pembuktian jawaban dengan menggunakan media pembelajaran?
(5)
Lampiran 24
Daftar Riwayat Hidup
Biografi
Muhammad Husaini Maula Hadi, Laki-laki, lahir di
Sleman 4 September 1994. Anak kedua dari dua
bersaudara, dari pasangan Bapak Zam Zam Prihadi
dan Ibu Paryati. Tinggal di Sunten, Sendangrejo,
Minggir, Sleman, Yogyakarta. Pedidikan pertama
ditempuh di TK ABA Sunten pada tahun 1998 dan
pada tahun 2000 melanjutkan di SD Muhammadiyah
Sunten kemudian pada tahun 2006 melanjutkan di
SMP N 1 Minggir dan setelah lulus meneruskan di SMA N 1 Seyegan pada tahun
2009. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Mempersiapkan untuk menjadi pendidik yang profesional, penulis menempuh
pendidikan di PGSD dengan berbagai kegiatan. Seperti, English Club selama 4
semester, Mahir Dasar Pramuka (KMD) di semester 2, bimbingan belajar di
semester 3 dan 4, Program Pengakraban Lingkungan 1 dan 2 di semester 5 dan 6,
dan terakhir di semester 7 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL). Masa
di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menyusun skripsi berjudul
“
Peningkatan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas V Pada
Materi Satuan Jarak Dan Kecepatan Melalui Pembelajaran Kontekstual SD
N Jamus 2”
(6)