PENERAPAN MODUL LATIH PORTABLE ANALOG/DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM MIKROKONTROLER.

(1)

PENERAPAN MODUL LATIH PORTABLE ANALOG/DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM MIKROKONTROLER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

Oleh:

ANING SUKMAWAN E. 0451.0800768

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

PENERAPAN MODUL LATIH


(2)

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

SISTEM MIKROKONTROLER

Oleh Aning Sukmawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Aning Sukmawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

0800768

PENERAPAN MODUL LATIH PORTABLE

ANALOG/DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

SISTEM MIKROKONTROLER

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Drs. Tjetje Gunawan NIP. 19511122 198101 1 001

Pembimbing II,

Dra. Tuti Suartini, M.Pd. NIP. 19631121 198603 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, S.T., MSIE NIP. 19551204 198103 1 002


(4)

ABSTRACT

This research about the implementation of analog or digital portable training modul as a learning media in microcontroller system , purpose of this research is for developing a learning media which can increase the result of study of the student in microcontroller system competence standart. Purpose of this research also to know the effectivity of digital portable training modul based on the result of study of the student in microcontroller system competence standart. Research model that was used is research and development approach with descriptive and evaluative approach with the stage until limited test. The assessment of learning process can be seen from increasing cognitive, affective, and psychomotoric aspect. The sample that was used in this research consist of 30 students of Teknik Mekatronika in SMKN 2 Cimahi. The collecting data was done by giving the questionnaire, observation, pretest and post test. The result of this research showed that the implementation of analog/digital portable module based on teachers and students opinion, it obtained a response that shows the result with classification in a good stage, it means that this training module is effective to used as learning media of microcontroller system. Based on testing the hypothesis with using left-side proportion test in cognitive, affective, and psychomotoric domain, it will obtain the Zcalculation score is bigger than Ztable. This result shows

that the implementation of analog/digital portable training module as learning media in microcontroller system is effective toward the increasing of learning result of students cognitively, affectively, and psychomotorically.

Key words : Learning media, analog or digital portable training modul, Research and Development, Microcontroller system.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Hipotesis Penelitian ... 7

1. Hipotesis Ranah Kognitif ... 7

2. Hipotesis Ranah Afektif ... 8

3. Hipotesis Ranah Psikomotorik ... 8

G. Metode Penelitian ... 8

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 9

I. Struktur Organisasi Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Belajar dan Pembelajaran... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pembelajaran ... 11

B. Konsep Efektifitas Pembelajaran ... 13


(6)

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 15

2. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 16

3. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ... 17

4. Pengukuran KKM ... 17

D. Media Pembelajaran ... 18

1. Definisi Media Pembelajaran ... 18

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ... 20

3. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 21

4. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran ... 23

5. Media Modul Latih sebagai Media Pembelajaran ... 24

E. Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler ... 25

F. Pengenalan Modul Latih Portable Analog/Digital ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 33

1. Potensi dan Masalah ... 35

2. Pengumpulan Informasi ... 35

3. Desain Produk ... 36

4. Validasi Desain ... 38

5. Perbaikan Desain ... 38

6. Uji Coba Produk (Ujicoba Terbatas) ... 38

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 39

C. Instrumen Penelitian ... 40

D. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41

1. Uji Validitas Instrumen ... 41

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 42

3. Analisis Tingkat Kesukaran ... 43

4. Daya Pembeda ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 45


(7)

2. Analisis Data Pretest dan Posttest ... 48

3. Pengukuran Ranah Afektif ... 49

4. Pengukuran Ranah Psikomotorik ... 51

5. Uji Hipotesis ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 56

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 56

2. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 57

3. Daya Pembeda ... 57

B. Hasil Penelitian ... 58

1. Potensi dan Masalah ... 58

2. Pengumpulan Informasi ... 59

3. Desain Produk. ... 59

a. Desain Modul Latih Portable Analog/Digital ... 59

b. Desain Rancangan Modul Pembelajaran ... 61

4. Validasi Desain ... 63

a. Uji Ahli (Expert Judgment) Isi Mata Pelajaran ... 63

b. Uji Ahli (Expert Judgment) Media Modul Latih Portable Analog/Digital ... 65

5. Revisi Produk ... 66

a. Modul Pembelajaran ... 67

b. Modul Latih Portable Analog/Digital ... 67

6. Uji Coba Produk ... 68

a. Data Hasil Belajar Siswa ... 68

b. Tanggapan terhadap Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler ... 72

c. Analisis Data ... 75

C. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 80


(8)

B. Rekomendasi ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang menuntut proses pembelajaran yang mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu dalam proses pembelajaran di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Tercapainya tujuan pendidikan tidak terlepas dari adanya pengembangan pada proses pembelajaran, media pembelajaran, pengadaan dan pengelolaan sarana dan prasarana, dan sebagainya (Wahab, 2011: 1). Berkaitan dengan pengembangan pendidikan tersebut, menurut Sanjaya (2010:164)belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman disinidapat berupa pengalaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengalaman langsung dapat memberikan efektivitas ingatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengalaman secara tidak langsung.

Selain itu, kerucut pengalaman Edgar Dale melukiskan bahwa semakin konkret siswa mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang didapatkan. Tetapi sebaliknya jika semakin abstrak siswa mempelajari bahan pelajaran, maka semakin sedikit pula pengalaman yang didapatkan. Namun pada


(10)

kenyataanya, pengalaman secara langsung sangatlah sulit dilaksanakan dalam proses pembelajaran.Hal ini disebabkan karena tidak semua bahan pelajaran dapat dihadirkan secara langsung dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut, maka media pembelajaran menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan proses belajar secara optimal. Proses belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas.

Berdasarkan studi pendahuluan yangdilakukandi SMKN 2 CimahiKompetensi Keahlian Mekatronikapadamata pelajaranSistem Mikrokontroler,adapun permasalahan yang penulis temukan bahwa jumlah trainer mikrokontroler tidakberbanding ideal dengan jumlah siswa.Selain itu trainer yang digunakan pada praktek mikrokontroler input outputnya belum sepenuhnya mendukung materi pelajaran mikrokontroler seperti aplikasi dalam modul mikrokontroler belum ada sistem digital seperti, displayLCD untuk pemograman ADC, motor stepper untuk pemograman aktuator, sistem analog seperti amper meter untuk pemograman motor listrik, function generator untuk praktek pemograman pulse counterdan power supply yang memadai dalam satu modul, sehingga siswa kesulitan dalam memahami dan menguasai materi pelajaran tersebut. Dari data hasil belajar siswa pada Ujian Tengah Semester (UTS), hanya 34% dari 35 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (75). Bahkan untuk kelas A, hanya 19,4% yang memperoleh nilai di atas KKM.


(11)

`

Gambar 1.1 Diagram pie persentase nilai (n) hasil belajar siswa

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran di kelas melalui modul/alat latih sebagai media untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswapada mata pelajaran mikrokontroler sehingga hasil belajar siswa diharapkan dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis membuat suatu penelitian tentang media pembelajaran menggunakan modul latih portable analog/digital yang akan menjadi alternatif siswa agar memahami sistem mikrokontroler.Adapun judul penelitian yang penulis lakukan yaitu“PenerapanModul Latih Portable Analog/Digitalsebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler”.

5.6%

75% 19.4%

Hasil Belajar Siswa Meka A

0 ≤ n ≤ 49 50 ≤ n ≤ 74 75 ≤ n ≤ 100

3%

63% 34%

Hasil Belajar Siswa Meka B

0 ≤ n ≤ 49 50 ≤ n ≤ 74 75 ≤ n ≤ 100


(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Modul Latih Portable Analog/Digital dapat diterapkan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Standar Kompetensi Mikrokontroler?

2. Bagaimanakah efektivitas penerapan modul latih portable

analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah kognitif siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler?

3. Bagaimanakah efektivitas penerapan modul latih portable

analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah afektif siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler?

4. Bagaimanakah efektivitas penerapanmodul latih portable

analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah psikomotorik siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler?

C. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, diantaranya:

1. Penelitian hanya difokuskan pada pengembangan dan pengaruh modul latih

portable analog/digital untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada


(13)

2. Penelitian hanya dilakukan terhadap materi pembelajaran Input/Output, ADC, PWM, Interupsi, dan Motor Stepper yang merupakan sebagian materi pada Standar Kompetensi Sistem Mikrokontroler.

3. Variabel yang akan diteliti adalah media, hasil belajar siswa, dan proses pembelajaranya.Pada media, variabel yang diteliti adalah pada proses desain dan pengujian dalam populasi skala kecil atau uji terbatas.

4. Untuk mengetahui kelayakan produk dilakukan dengan uji validasi terhadap produk yang dikembangkan meliputi uji ahli media dan uji ahli isi materi. 5. Hasil belajar yang diteliti meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 6. Penelitian ini dilaksanakan sampai pada uji coba terbatas saja, sehingga

penelitian ini dibatasi pada satu tingkat saja yaitu kelas XI dan di satu sekolah yaitu SMKN2Cimahi.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan media pembelajaran yang dapatditerapkandalam meningkatkan hasil belajar siswapada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler.

2. Mengetahui efektivitas penggunaan modul latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah kognitif siswa padaStandar Kompetensi Sistem Mikrokontroler.


(14)

3. Mengetahui efektivitas penggunaan modul latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah afektif siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler.

4. Mengetahui efektivitas penggunaan modul latih portable

analog/digitalsebagai media pembelajaran ditinjau dari hasil belajar ranah psikomotorik siswa pada Standar KompetensiSistem Mikrokontroler.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan diantaranya:

1. Bagi siswa, penggunaan media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami materi sistem mikrokontroler. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan guna penyempurnaan dan perbaikan

dalam proses pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif penggunaan media pembelajaran pada sekolah tersebut.

4. Bagi lembaga yang mempersiapkan guru, khususnya guru SMK, sebagai bahan masukan guna membekali para lulusannya dengan kemampuan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran.

5. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk memperluas wacana dalam bidang pengembangan media pembelajaran.


(15)

F. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2010:110)mengemukakan bahwahipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Lebih lanjut lagi, Sugiyono (2012: 100) menerangkan bahwa hipotesis penelitian terdiri dari tiga bentuk, yaitu hipotesis deskriptif (berkenaan dengan variabel mandiri), komparatif

(perbandingan) dan asosiatif (hubungan).

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis deskriptif yaitu dugaan tentang nilai variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan (Sugiyono, 2012: 100). Maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Ranah Kognitif

H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap efektif jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa didalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).

H0 :Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap tidak efektif jika kurangdari 75% dari keseluruhan siswa didalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).

H1: π ≥75% H0: π <75%

2. Hipotesis Ranah Afektif

H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital


(16)

mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.

H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.

H1: π ≥ 75% H0: π < 75%

3. Hipotesis Ranah Psikomotorik

H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap efektif meningkatkanpemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotor.

H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap tidak efektif meningkatkanpemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotor.

H1: π ≥ 75% H0: π < 75%

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development/R&D). Menurut Brog and Gall (Sugiyono, 2012: 9)


(17)

penelitian dan pengembangan (R&D) merupakan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.Produk dikembangkan melalui uji coba terbatas dan kemudian diadakan evaluasi, baik hasil maupun proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2005).

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Keahlian Teknik Mekatronika di SMK Negeri 2 Cimahi yang beralamat di Jalan Kamarung Km. 1,5 Citeureup Cimahi, Jawa Barat. Lokasi ini digunakan untuk penelitian efektivitas penggunaanmodul latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran Sistem Mikrokontroler.

I. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berperan sebagai pedoman penulis agar penulisannya lebih terarah dan sistematis dalam rangka menuju tujuan akhir yang hendak dicapai. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian,metodepenelitian, lokasi dan sampel penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II berisi kajian pustaka yang berkaitan dengan belajar dan pembelajaran, efektivitas pembelajaran, hasil belajar, media pembelajaran, modul


(18)

latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler, dan pengenalan modul latih portable analog/digital.

BAB III membahas tentang metode penelitian, langkah-langkah penelitian dan pengembangan, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV menjelaskanhasil uji coba instrumen penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi bagi para pengguna hasil penelitian, maupun peneliti selanjutnya.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D). Brogg and Gall (Sugiyono, 2012: 9) menyatakan bahwa, penelitian pengembangan (R&D) merupakan penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori. “penelitian dan pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut” (Sugiyono, 2012: 407).

Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan,

research and development juga bertujuan untuk menemukan

pengetahuan-pengetahuan baru melalui penelitian dasar dan penelitian terapan yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian research and

development dimanfaatkan untuk meghasilkan media pembelajaran berupa modul

latih sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Terdapat dua macam metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian pengembangan ini, yaitu: deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk mengumpulkan data mengenai


(20)

kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba dan disetiapnya diadakan evaluasi, baik hasil maupun proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil ujicoba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2005: 167).

A. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan untuk menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Research and Development (R&D) (Sugiyono, 2012: 409)

Adapun dalam penelitian ini langkah-langkah penggunaan R&D dilakukan sampai Ujicoba Produk atau Ujicoba Terbatas saja. Berikut alur penelitian yang dilaksanakan:

Potensi dan Masalah

Validasi Desain Pengumpulan

data

Desain Produk

Revisi Produk

Ujicoba Produk

Revisi Desain Ujicoba

Pemakaian

Revisi Produk

Produksi Massal


(21)

Tidak Ya

Gambar 3.2. Alur penelitian

Potensi dan Masalah Observasi

Wawancara

Desain Produk

Pembuatan Modul

Latih

Pembuatan Modul

Pembelajaran Validasi Desain Ahli Media Ahli Isi Mata

Pelajaran

Produk Hasil Revisi

Pretest pada kelas 2

sebanyak 30 siswa pada 30 siswa

Selesai Revisi Produk

Tanggapan Siswa

dan Guru

Posttest pada kelas 2

sebanyak 30 siswa

Treatment pada

kelas 2 dalam penggunaan media

Uji Coba Produk Uji coba instrumen

pada kelas 3 sebanyak 30 siswa

Uji Stasistik Uji validitas Uji reliabilitas Uji tingkat kesukaran Uji daya pembeda

Kesimpulan

Tidak Pengumpulan


(22)

1. Potensi dan Masalah

Penelitian ini berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah terhadap produk yang diteliti. Pemberdayaan akan berakibat pada peningkatan mutu dan akan meningkatkan keuntungan dari produk yang diteliti. Potensi dan masalah yang di kemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik.

Untuk memperoleh data potensi dan masalah maka peneliti melakukan observasi pada tempat yang akan diteliti. Observasi dilakukan dengan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran mikrokontroler di SMKN 2 Cimahi.

2. Pengumpulan Informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi dan studi literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

Melalui studi literatur juga dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplemetasikan secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasanya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk.

Pada tahap ini peneliti melakukan survey ke sekolah dan melakukan pertemuan dengan dosen yang menggeluti disiplin ilmu mikrokontroler, guru sekolah, serta teman-teman mahasiswa yang telah mempelajari mikrokontroler.


(23)

a. Dalam merancang suatu produk harus dipahami tentang datasheet komponen dan schematic rangkaian yang akan digunakan dalam pembuatan alat.

b. Buku yang bersangkutan dengan materi-materi yang membahas aplikasi mikrokontroler seperti modul pembelajaran mikrokontroler, buku bahasa C untuk pemograman mikrokontroler.

3. Desain Produk

a. Perancangan Modul Latih Portable Analog/Digital

Perancangan modul latih dalam peneletian ini disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipenuhi dalam silabus pembelajaran sistem mikrokontroler, untuk memenuhi hal tersebut maka dirancang produk modul latih portable analog/digital dengan kriteria sebagai berikut:

1) Mudah dalam penggunaan dan desain yang cukup menarik.

2) Dapat mempelajari sistem mikrokontroler yaitu Input/Output, ADC

(analog digital converter), interupsi, PWM (pulse width modulation), dan

motor stepper.

Adapun alur pembuatan modul latih portable analog/digital adalah sebagai berikut :


(24)

Gambar 3.3. Alur pembuatan modul latih portable analog/digital

b. Perancangan Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran yang dibuat memuat tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi. Modul pembelajaran ini dibuat untuk sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.

Tidak

Ya Bahan dan Materi

Penelitian

Perancangan Sistem

Hardware

Pengerjaan Modul Latih Portable Analog/Digital

Pengujian Hardware

Hasil Pengujian

Analisis Hasil Pengujian

Mengambil Kesimpulan Mulai


(25)

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini produk yang dibuat secara rasional akan lebih efektif digunakan atau tidak yang dilihat dari kesesuaian dengan pengguna untuk menyelesaikan masalah pembelajaran. Validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum mencapai fakta di lapangan.

Validasi desain produk dapat dilakukan dengan cara memvalidasi produk kepada beberapa pakar atau tenaga ahli yang kompeten dibidangnya terkait dengan produk yang di kembangkan untuk menilai produk tersebut. Proses validasi ini disebut expert judgment.

Pada penelitian ini validisai desain dilakukan oleh ahli isi mata pelajaran untuk memvalidasi modul pembelajaran dan ahli media untuk memvalidasi modul latih portable analog/digital.

5. Perbaikan Desain

Peneliti merevisi produk berdasarkan masukan yang didapat dari hasil uji

expert judgment. Perbaikan desain dilakukan untuk mengurangi kelemahan pada

produk.

6. Ujicoba Produk (Ujicoba Terbatas)

Desain produk yang telah dibuat kemudian diujicobakan melalui uji coba terbatas di SMK dengan menghadirkan 30 orang siswa dan 1 orang guru. Pegujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk yang dibuat efektif digunakan sebagai media pembelajaran. Pengujian dapat dilakukan


(26)

dengan eksperimen yaitu subyek penelitian diberikan perlakuan berupa penggunaan modul latih portable analog/digital. Subyek ini diberikan pretest dan

posttest untuk mengetahui seberapa pengaruh perlakuan (treatment) terhadap hasil

pemahaman siswa mengenai sistem mikrokontroler.

Gambar 3.3 Desain experimen (before-after) (Sugiyono, 2012: 415)

Eksperimen dilakukan dengan membandingkan hasil O1 dan O2. O1 adalah nilai

sebelum treatment dan O2 adalah nilai sesudah treatment. Efektivitas penggunaan alat

terhadap pemahaman siswa diukur dengan membandingkan antara nilai O1 dan O2. Proses pembelajaran pada penelitian ini dilengkapi dengan penggunaan simulasi Proteus, hal ini dikarenakan modul latih portable analog/digital hanya ada satu. Dalam proses pembelajaran siswa dibagi menjadi 15 kelompok dengan satu kelompok terdiri dari dua orang. Setiap kelompok akan bergiliran mensimulasikan program pada modul latih portable analog/digital. Setiap kelompok yang tidak menggunakan modul latih maka harus mensimulasikan program pada PC menggunakan software Proteus.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Subyek penelitian berada di Provinsi Jawa Barat di Kota Cimahi, yaitu di SMK Negeri 2 Cimahi. Pengambilan tempat di SMK Negeri 2 Cimahi ini dengan pertimbangan bahwa SMK tersebut menggambarkan kondisi SMK secara umum di wilayah tersebut.


(27)

Penelitian Uji coba terbatas dilakukan di SMK Negeri 2 Cimahi. Penelitian ini akan dilakuakan dengan sasaran utamanya adalah siswa kelas XI pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 dengan program keahlian Mekatronika.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Penyebaran angket, digunakan untuk memperoleh informasi yang mengarah pada dua aspek:

a. Aspek media, meliputi: kejelasan petunjuk penggunaan modul latih, kemudahan dalam menggunakan modul, kualitas modul, kemudahan dalam pemrograman, kemudahan dalam menggunakan aplikasi sitem input dan output (I/O) serta aplikasi lainnya.

b. Aspek instruksional seperti: standar kompetensi yang akan dicapai, kemudahan memahami materi, keluasan dan kedalaman materi, kemudahan menggunakan media, ketepatan urutan penyajian, kacukupan latihan, interaktifitas, ketepatan evaluasi, kejelasan umpan balik.

2. Observasi, dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman yang cepat pada pembelajaran sistem mikrokontroler. 3. Tes, dipergunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemahaman

siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan modul latih portable analog/digital.


(28)

D. Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen

Arikunto (2010: 211) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.”

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebuah item (butir soal) dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.

Uji validitas yang digunakan untuk instrumen yang berupa skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut :

= −

(Arikunto, 2011: 79 ) Keterangan :

r

pbi : Koefisien korelasi biserial

Mp : Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya Mt : Rerata skor total

St : Standar deviasi dari skor total

p : Proporsi siswa yang menjawab benar

( = )

q : Proporsi siswa yang menjawab salah


(29)

Uji validitas ini dikenakan pada setiap butir soal. Selanjutnya untuk menenntukan validitas dari tiap item dilakukan dengan , yaitu:

t =r n−2

1−r2

(Sugiyono, 2008: 230) Keterangan :

n : Jumlah responden r : Koefisien korelasi

Kemudian hasil perolehan thitung dibandingkan dengan ttabel pada derajat

kebebasan (dk = n - 2) dan taraf signifikansi 5% (= 0,05). Apabila thitung >

ttabel maka item tes dinyatakan valid. Dan apabila hasil thitung < ttabel maka item tes

tersebut dikatakan tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Instrumen

Arikunto (2011: 86) menyatakan pengertian reliabilitas sebagai berikut : Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Dari pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas alat ukur adalah ketepatan atau keajegan alat ukur tersebut dalam mengukur apa yang diukur, artinya alat ukur terebut digunakan untuk memberikan hasil ukur sama. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :

11 = (

�2


(30)

Keterangan :

11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

: Banyaknya butir tes

�2 : Varians total

: Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

= 1−

Harga varians total (�2) dihitung dengan menggunakan rumus :

�2 = �2−

( �2)

(Arikunto, 2011: 97) Keterangan :

X

: Jumlah skor total

N : Jumlah responden

Kemudian hasil perolehan rhitung dibandingkan dengan rtabel pada derajat

kebebasan (dk = n - 2) dan taraf signifikansi 5%. Adapun penafsiran dari harga rhitung dan rtabel yaitu jika rhitung > rtabel maka intrumen dinyatakan reliabel, dan jika

rhitung < rtabel maka instrumen tidak reliabel.

3. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran yaitu suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :

S

J B

P


(31)

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria seperti pada tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Klasifikasi indeks kesukaran

No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran P Klasifikasi

1. 0,71 – 1,00 Mudah

2. 0,31 - 0,70 Sedang

3. 0,00 - 0,30 Sukar

(Arikunto, 2011: 210) 4. Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk mengetahui perbedaan antara jawaban kelompok atas dan kelompok bawah, sebagai mana dikemukakan oleh Arikunto (2011: 211) “daya pembeda soal adalah suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah)”. Daya pembeda dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

B A B B

A

A P P

J B J B

D   

(Arikunto, 2011: 213) Keterangan:

D : Indeks daya pembeda


(32)

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas menjawab benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah menjawab benar

PA : Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar

PA : Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar

Indeks daya pembeda ideal adalah sebesar mungkin mendekati angka 1. Sedangkan indeks daya pembeda sekitar 0 menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai daya diskriminasi rendah sedangnkan harga daya pembeda negatif menunjukkan bahwa item tersebut tidak ada gunanya sama sekali. Berikut ditunjukkan tabel klasifikasi daya pembeda.

Tabel 3.2 Klasifikasi daya pembeda

(Arikunto, 2011: 218)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan disesuaikan dengan instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh melalui angket dan observasi akan diuraikan secara deskriptif naratif. Analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari angket berupa deskriptif persentase.

Rumus yang digunakan untuk persentase sebagai berikut:

= Σ ( )

100 %

No Rentang Nilai D Klasifikasi

1 0,00 - 0,20 Jelek

2 0,20 - 0,40 Cukup

3 0,40 - 0,70 Baik


(33)

Keterangan : ∑ : Jumlah

n : Jumlah seluruh item angket

Sebagai ketentuan dalam memberikan makna dan pengambilan keputusan, maka digunakan ketetapan sebagai berikut.

Tabel 3.3 Konversi tingkat pencapaian dengan skala 4

Tingkat Pencapaian Kualifikasi Keterangan

90% - 100% Sangat Baik Tidak perlu direvisi

75% - 89% Baik Tidak perlu direvisi

65% - 74% Cukup Direvisi

55% - 64% Kurang Direvisi

0 – 54% Sangat Kurang Direvisi

(Sudjana : 2005) Sedangkan data evaluatif, merupakan hasil dari pemberian instrumen berupa pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest sesudah diberi perlakuan media pembelajaran berupa modul latih portable analog/digital.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu berdistribusi normal atau tidak. Teknik pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (χ2). Pengujian normalitas data dengan (χ2) dilakukan dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang terkumpul dengan kurva normal baku/standar.

Menurut Sugiyono (2008: 80), kurva normal baku yang luasnya mendekati 100% dibagi menjadi enam bidang berdasarkan simpangan bakunya, yaitu tiga bidang di bawah rata-rata dan tiga bidang di atas rata-rata. Luas enam bidang dalam kurva normal baku adalah 2,7%, 13,53%, 34,13%, 34,13%, 13,53% dan 2,7% sesuai dengan gambar 3.2 di bawah ini:


(34)

Gambar 3.4 Kurva normal baku (Sugiyono, 2008: 80)

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas data ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan jumlah kelas interval. Untuk pengujian normalitas dengan Chi Kuadrat ini, jumlah kelas inteval ditetapkan sebanyak enam kelas sesuai dengan enam bidang yang ada pada kurva normal baku.

b. Menentukan panjang kelas interval :

� = � − �

6 ( )

c. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung sesuai dengan format di bawan ini:

Tabel 3.4 Format tabel distribusi frekuensi

No Kelas Interval fo fh fo fh (fo fh)

2 (��– ��)�

��

Keterangan : fo = Frekuensi / jumlah data hasil observasi

fh = Jumlah / frekuensi yang diharapkan d. Menghitung fh (frekuensi harapan)

Cara menghitung fh didasarkan pada persentase luas tiap bidang kurva normal dikalikan jumlah data observasi / jumlah individu dalam sampel


(35)

e. Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh , sekaligus menghitung harga-harga pada kolom yang lain. Harga ( − )2 yang dihasilkan adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χ2) hitung.

f. Membandingkan χ2 hitung dengan χ2tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Taraf signifikansi 5 %

2) Derajat kebebasan (dk = k – 1)

3) Apabila χ2 hitung < χ2tabel , maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal.

2. Analisis Data Prestest dan Posttest

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif sebelum pembelajaran (pretest) dan hasil belajar siswa ramah kognitif setelah diberikan perlakuan digunakannya modul latih portable analog/digital sebagai media pembelajaran (posttest). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data pretest, posttest adalah:

a. Pemberian skor dan merubahnya dalam bentuk nilai.

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode rights only yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Skor yang diperoleh tersebut kemudian dirubah menjadi nilai dengan ketentuan sebagai berikut:

� = � �


(36)

3. Pengukuran Ranah Afektif

Tujuan dari pengukuran ranah afektif menurut Arikunto (2011: 178) adalah:

a. Untuk mendapatkan umpan balik baik (feedback) bagi guru maupun siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya. b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai

yang antara lain diperlukan sebagai bahan bagi: perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada orang tua, dan penentuan lulus atau tidaknya anak didik.

c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.

d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik (Depdikbud, 1983: 2).

Berdasarkan tujuan diatas, maka sasaran penilaian ranah afektif adalah perilaku anak didik, bukan pengetahuannya. Aspek yang dinilai pada penelitian ini meliputi aspek kerjasama dalam melakukan percobaan dan sikap dalam melakukan percobaan pada kegiatan pembelajaran sistem mikrokontroler. Acuan pengukuran ranah afektif dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.5 Kriteria pengukuran aspek afektif

No. Aspek Nilai Yang Diukur Skor Kriteria

1.

Kerjasama dalam melakukan

percobaan

Tidak ikut berpartisipasi

dalam melakukan percobaan 30 – 39 Gagal Melakukan percobaan

semaunya 40 – 55 Kurang

Melakukan percobaan secara

individual 56 – 69 Cukup

Melakukan percobaan dengan kerjasama tapi banyak bercanda

70 – 85 Baik Kerjasama dan serius dalam

melakukan percobaan 86 – 100

Baik Sekali


(37)

No. Aspek Nilai Yang Diukur Skor Kriteria

2.

Sikap dalam melakukan

percobaan

Acuh, mengabaikan instruksi

guru/panduan modul 30 – 39 Gagal Hanya menunggu instruksi

guru, tidak

membaca/mempelajari modul

40 – 55 Kurang Mengikuti instruksi guru dan

membaca modul tetapi tidak dilaksanakan sepenuhnya

56 – 69 Cukup Mengikuti instruksi guru dan

prosedur pada modul tanpa mendiskusikan dengan rekan yang lain

70 – 85 Baik Mengikuti instruksi guru dan

prosedur pada modul kemudian mendiskusikan dan mengkomunikasikan kepada rekan/kelompoknya.

86 – 100 Baik Sekali

(data SMK Negeri 2 Cimahi) Sedangkan instrumen observasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.6 Instrumen pengukuran aspek afektif

No. Nama Siswa Aspek yang dukur Jumlah

Skor Nilai Kerjasama Sikap

Hasil yang diperoleh oleh setiap siswa setelah pengukuran memiliki skala 0-100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap siswa digunakan rumus:

N = Jumlah Skor Keseluruhan Jumlah Aspek Yang Dinilai


(38)

Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh siswa, selanjutnya dicari nilai rata-rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N= Jumlah Skor Aspek Jumlah Siswa

4. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Menurut Arikunto (2011: 182), pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Aspek yang dinilai yaitu keterampilan dan ketelitian dalam menggunakan modul latih portable analog/digital dalam pembelajaran sistem mikrokontroler. Acuan dalam melakukan pengukuran ranah psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.7 Kriteria pengukuran aspek psikomotorik

No. Aspek Kriteria Skor Kriteria

1. Keterampilan

Tidak bisa menggunakan modul latih portable analog/digital (proses wiring, pembuatan program, dan

pendownloadan program).

30 – 39 Gagal

Kurang terampil

menggunakan modul latih

portable analog/digital

(proses wiring, pembuatan program, dan

pendownloadan program) dan bekerja tidak sesuai modul, serta percobaan tidak berhasil.


(39)

No. Aspek Kriteria Skor Kriteria Kurang terampil

menggunakan modul latih

portable analog/digital

(proses wiring, pembuatan program, dan

pendownloadan program) dan bekerja sesuai modul, serta percobaan tidak berhasil

56 – 69 Cukup

Kurang terampil

menggunakan modul latih

portable analog/digital

(proses wiring, pembuatan program, dan

pendownloadan program), bekerja sesuai modul serta percobaan berhasil

70 – 85 Baik

Terampil menggunakan modul latih portable analog/digital (proses wiring, pembuatan program, dan

pendownloadan program), serta percobaan berhasil

86 – 100 Baik Sekali

2. Kerapihan

Pengkabelan tidak tertata rapih serta tidak bekerja sesuai modul, dan tidak merapihkan alat bahan praktek.

30 – 39 Gagal

Pengkabelan tertata rapih tetapi tidak bekerja sesuai modul, dan tidak

merapihkan alat bahan praktek.

40 – 55 Kurang

Pengkabelan tidak tertata rapih tetapi bekerja sesuai modul, dan tidak

merapihkan alat bahan praktek.

56 – 69 Cukup

Pengkabelan tertata rapih dan bekerja sesuai modul, tetapi tidak merapihkan alat bahan praktek.


(40)

No. Aspek Kriteria Skor Kriteria Pengkabelan tertata rapih

dan bekerja sesuai modul, serta merapihkan alat bahan praktek.

86 – 100 Baik Sekali

(data SMK Negeri 2 Cimahi)

Tabel 3.8 Instrumen pengukuran aspek psikomotorik

No. Nama Siswa Aspek yang diukur Jumlah

Skor Nilai Keterampilan Kerapihan

Hasil yang diperoleh oleh setiap siswa setelah pengukuran memiliki skala 0-100. Untuk menghitung hasil dari pengukuran setiap siswa digunakan rumus:

N = Jumlah Skor Keseluruhan Jumlah Aspek Yang Dinilai

(Arikunto, 2011: 183) Setelah pengukuran dilakukan terhadap seluruh siswa, selanjutnya dicari nilai rata-rata untuk setiap aspek yang dinilai. Untuk menghitung nilai rata-rata setiap aspek dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N= Jumlah Skor Aspek Jumlah Siswa

5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima atau ditolak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini :


(41)

a. Hipotesis Ranah Kognitif

H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap efektif jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa didalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).

H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap tidak efektif jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa didalam tes akhir ranah kognitif mencapai kriteria KKM (75).

H1: π ≥ 75% H0 : π < 75%

b. Hipotesis Ranah Afektif

H1 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.

H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah afektif.

H1: π ≥ 75% H0 : π < 75%

c. Hipotesis Ranah Psikomotorik


(42)

mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik. H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital

dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik.

H1: π ≥ 75% H0: π < 75%

Rumus yang digunakan untuk menghitung hipotesis di atas menggunakan uji proporsi pihak kiri. Karena H1 berbunyi “lebih besar atau sama dengan” (≥)

dan H0 berbunyi “lebih kecil” (<), maka uji hipotesis dilakukan dengan

menggunakan uji pihak kiri.

Z =

0

0 1−�0

(Sudjana, 2005:233) Keterangan :

Z : Nilai Z hitung n : Jumlah sampel

π0 : Nilai yang dihipotesiskan x : Nilai data yang diperoleh

Kriteria pengujian adalah zhitung ≥ −z(0.5−α) dimana z(0.5−α) didapat dari

daftar normal baku, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Tetapi sebaliknya jika zhitung ≤ −z(0.5−α) maka H1 ditolak dan H0 diterima.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian “Penerapan

Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Modul Latih Portable Analog/Digital dapat diterapkan sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler. Media ini belum layak untuk digunakan secara meluas karena uji yang dilakukan hanya sampai pada uji terbatas saja, akan tetapi media yang dihasilkan sudah melalui proses uji ahli isi mata pelajaran dan uji ahli media pembelajaran. Jadi modul ini sudah layak untuk dijadikan penelitian.

2. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa.

3. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa.

4. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik siswa.


(44)

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti untuk untuk para peneliti selanjutnya, antara lain sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran penyampaian materi sebaiknya langsung di contohkan dengan alat peraga, agar pembelajaran gampang untuk diingat dan siswa akan semakin paham karena fakta dan konsep dijelaskan dan di peragakan secara bersamaan, dengan dengan demikian hasil belajar dalam ranah kognitif akan semakin baik.

2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terutama saat praktikum alat, siswa harus lebih sering didampingi karena selain lebih memotivasi sisa juga akan mempercepat pemahaman penyelesaian kendala yang dialami siswa saat praktikum.

3. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang mikrokontroler, siswa sebaiknya tidak bergantung pada penjelasan guru dalam mempelajari mikrokontroler, selain penjelasan dari guru siswa diharapkan mencari sumber-sumber referensi lain tentang pemrograman mikrokontroler yang mendukung.

4. Untuk memperkuat dasar ilmu pemograman mikrokontroler peserta harus diajarkan pengetahuan dasar seperti penguasaan teknik sistem digital, sistem bilangan biner, desimal, dan heksa desimal, algoritma pemograman, dan prosedur pemograman bahasa C.


(45)

5. Siswa sebaiknya tidak bergantung pada penggunaan media seutuhnya, selain menggunakan media ini siswa juga harus dapat mencari sumber-sumber lainnya yang mendukung.

6. Penyediaan PC/laptop yang digunakan untuk pembelajaran agar lebih diperbanyak. Karena idealnya satu orang siswa menggunakan satu PC/laptop pada saat pembelajaran berlangsung, begitu pula dengan jumlah modul latih portable analog/digital perlu untuk diperbanyak sehingga proses pembelajaran akan lebih baik.

7. Untuk peneliti selanjutnya akan lebih ringkas dan praktis jika saluran I/O dan downloader terintegrasi dalam satu sistem, tanpa harus melakukan pengawatan ulang, sehingga waktu praktek pemograman tidak banyak tersita oleh pengawatan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Angkasa.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Bejo, A. (2008). C dan AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam

Mikrokontroler ATMega 8535. Yogyakarta: Graha Ilmu

Dadi, I. (2011). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Trainer

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dasar Sistem Mikrokontroler Di SMK 2 Cimahi. Bandung

Hamalik, O.(2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, S. (2006). Analisis Perakitan Trainer Unit Berdasarkan Aplikasi Konsep

Refrigerasi pada Mata Kuliah Sistem Pendingin (Bahan Kuliah).

Bandung: UPI

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sudjana, (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metoe Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(47)

Suryani, E. (2006). Pedoman dan Simulasi Media Pembelajaran. Yogyakarta: Alfabeta.

Susilana, Rudi dkk. (2006). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan dan Penilaian. FIP: UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Bandung

Wahab, F. (2011). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Media Interaktif

untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Prinsip-Prinsip Register di SMK Negeri 2 Cimahi. Skripsi FPTK UPI: tidak diterbitkan.


(1)

55

Aning Sukmawan, 2013

Penerapan modul latih portable analog / digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mikrokontroler jika lebih atau sama dengan dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik. H0 : Penggunaan media pembelajaran modul latih portable analog/digital dianggap tidak efektif meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran sistem mikrokontroler jika kurang dari 75% dari keseluruhan siswa masuk ke dalam kategori minimal baik pada tes akhir ranah psikomotorik.

H1: π ≥ 75% H0 : π < 75%

Rumus yang digunakan untuk menghitung hipotesis di atas menggunakan uji proporsi pihak kiri. Karena H1 berbunyi “lebih besar atau sama dengan” (≥) dan H0 berbunyi “lebih kecil” (<), maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji pihak kiri.

Z =

0

0 1−�0

(Sudjana, 2005:233) Keterangan :

Z : Nilai Z hitung n : Jumlah sampel

π0 : Nilai yang dihipotesiskan x : Nilai data yang diperoleh Kriteria pengujian adalah zhitung ≥ −z(0.5−α) dimana z(0.5−α) didapat dari daftar normal baku, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Tetapi sebaliknya jika zhitung


(2)

80

Aning Sukmawan, 2013

Penerapan modul latih portable analog / digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian “Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai Media Pembelajaran Sistem Mikrokontroler”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Modul Latih Portable Analog/Digital dapat diterapkan sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler. Media ini belum layak untuk digunakan secara meluas karena uji yang dilakukan hanya sampai pada uji terbatas saja, akan tetapi media yang dihasilkan sudah melalui proses uji ahli isi mata pelajaran dan uji ahli media pembelajaran. Jadi modul ini sudah layak untuk dijadikan penelitian.

2. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa.

3. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar ranah afektif siswa.

4. Penerapan Modul Latih Portable Analog/Digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontoler efektif meningkatkan hasil belajar ranah psikomotorik siswa.


(3)

81

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat disampaikan peneliti untuk untuk para peneliti selanjutnya, antara lain sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran penyampaian materi sebaiknya langsung di contohkan dengan alat peraga, agar pembelajaran gampang untuk diingat dan siswa akan semakin paham karena fakta dan konsep dijelaskan dan di peragakan secara bersamaan, dengan dengan demikian hasil belajar dalam ranah kognitif akan semakin baik.

2. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terutama saat praktikum alat, siswa harus lebih sering didampingi karena selain lebih memotivasi sisa juga akan mempercepat pemahaman penyelesaian kendala yang dialami siswa saat praktikum.

3. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang mikrokontroler, siswa sebaiknya tidak bergantung pada penjelasan guru dalam mempelajari mikrokontroler, selain penjelasan dari guru siswa diharapkan mencari sumber-sumber referensi lain tentang pemrograman mikrokontroler yang mendukung.

4. Untuk memperkuat dasar ilmu pemograman mikrokontroler peserta harus diajarkan pengetahuan dasar seperti penguasaan teknik sistem digital, sistem bilangan biner, desimal, dan heksa desimal, algoritma pemograman, dan prosedur pemograman bahasa C.


(4)

82

5. Siswa sebaiknya tidak bergantung pada penggunaan media seutuhnya, selain menggunakan media ini siswa juga harus dapat mencari sumber-sumber lainnya yang mendukung.

6. Penyediaan PC/laptop yang digunakan untuk pembelajaran agar lebih diperbanyak. Karena idealnya satu orang siswa menggunakan satu PC/laptop pada saat pembelajaran berlangsung, begitu pula dengan jumlah modul latih portable analog/digital perlu untuk diperbanyak sehingga proses pembelajaran akan lebih baik.

7. Untuk peneliti selanjutnya akan lebih ringkas dan praktis jika saluran I/O dan downloader terintegrasi dalam satu sistem, tanpa harus melakukan pengawatan ulang, sehingga waktu praktek pemograman tidak banyak tersita oleh pengawatan.


(5)

83 Aning Sukmawan, 2013

Penerapan modul latih portable analog / digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Angkasa.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Bejo, A. (2008). C dan AVR Rahasia Kemudahan Bahasa C dalam

Mikrokontroler ATMega 8535. Yogyakarta: Graha Ilmu

Dadi, I. (2011). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan Trainer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dasar Sistem Mikrokontroler Di SMK 2 Cimahi. Bandung

Hamalik, O.(2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, S. (2006). Analisis Perakitan Trainer Unit Berdasarkan Aplikasi Konsep Refrigerasi pada Mata Kuliah Sistem Pendingin (Bahan Kuliah). Bandung: UPI

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.

Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sudjana, (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metoe Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

84

Aning Sukmawan, 2013

Penerapan modul latih portable analog / digital sebagai media pembelajaran sistem mikrokontroler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Suryani, E. (2006). Pedoman dan Simulasi Media Pembelajaran. Yogyakarta: Alfabeta.

Susilana, Rudi dkk. (2006). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. FIP: UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Bandung

Wahab, F. (2011). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Media Interaktif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Prinsip-Prinsip Register di SMK Negeri 2 Cimahi. Skripsi FPTK UPI: tidak diterbitkan.