EFEKTIVITAS PENGELOLAAN WORKSHOP DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATA DIKLAT PRAKTIK KEJURUAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI : Studi Deskriptif-Analitik di SMK Negeri I Cilegon-Banten Tahun 2002.

EFEKTIWTAS PENGELOLAAN WORKSHOP

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATA DIKLAT
PRAKTIK KEJURUAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

(Studi Deskriptif-Analitik di SMK Negeri I Cilegon-Banten Tahun 2002)

TESIS

Diajukan Untuk memenuhi
Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

A.H. SAHALUDIN, S.Ag.
NIM. 009723

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
BANDUNG
2002

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Peribimbing I

Prof. Dr. H. Tb. Abin SvamsiidtHn Makmun, M.A.

Pembimbing II

Dr. Masriam Bukit, M.Pd.

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN WORKSHOP

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBELAJARAN
MATA DIKLAT PRAKTIK KEJURUAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KELOMPOK TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

(Studi Deskriptif-Analitik di SMK Negeri I Cilegon-Banten Tahun 2002)
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dasar pemikiran baliwa seiring dengan tuntutan
kemajuan jaman terutama dalam bidang teknologi industri, harus diimbangi dengan kemampuan
sumber daya manusia yang handal agar tidak ketinggalan oleh derasnya kemajuan tersebut.
Dunia pendidikan merupakan tempat berlangsungnya proses infestasi sumber daya manusia.
Khusus bagi Sekolali Menengali Kejuruan yang bertugas mempersiapkan lulusannya menjadi
tenaga terampil pada tingkat menengali harus tanggap dengan perubahan jaman yang terus
berlangsung dan harus senantiasa meningkatkan kualitas proses pendidikannya, sehingga dapat
mengantarkan lulusannya menjadi pribadi yang unggul sebagai sosok yang tangguh, kreatif,
mandiri, jujur, dan berdisiplin, serta pada akliirnya akan menjadi tenaga kerja yang handal dan
dapat bersaing di dunia kerja yang tersedia. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
kegiatan-kegiatan yang terencana dengan matang, dilaksanakan dengan mengacu kepada
program yang telah dibuat, dan upaya pengawasan yang intensif dan profesional terhadap proses
pengelolaan work shop yang dilakukan. Work shop sebagai tempat berlangsungnya proses
pembelajaran praktik dan berfungsi sebagai sumber belajar dan sarana pendidikan harus dikelola
dengan efektif.

Fokus utama masalah penelitian ini adalah: "Bagaimana efektivitas pengelolaan work
shop dalam pelaksanaan program pembelajaran mata diktatpraktik kejuruan di SMKTI Negeri
I Cilegon-Banten" sehingga dapat menghasilkan output yang baik berupa kinerja kegiatan
belajar mengajar dan hasil belajar siswa yaitu hasil uji kompetensi.
Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon. Data tentang pengelolaan work shop dihimpun melalui kegiatan wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi, kemudian analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan
menggunakan metode deskriptif. Data dan informasi dalam penelitian ini diperoleh dari: kepala
sekolah, pengelola work shop (ketua program) dan guru mata diklat di ketiga work shop jurusan
yang ada.
Hasil penelitian ini menunjukkan baliwa secara umum pengelolaan work shop di SMK
Negeri I Cilegon dinilai sudah cukup efektif, terbukti dengan adanya keunggulan-keunggulan
yang dimiliki, namun disamping itu masih terdapat pula kelemahan-kelemahan dan keunggulan
yang ada pun dengan kadar yang cukup saja, sehingga tingkat efektivitasnya dinilai belum
maksimal. Oleh karena itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan, terutama aspek-aspek: (1)
perencanaan, yaitu terutama pada aspek perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan
kemampuannya; (2) pelaksanaan, yaitu pada aspek pelayanan terhadap kegiatan belajar mengajar
dan pelaksanaan fungsi workshop sebagai sumber belajar; dan (3) pengawasan, yaitu pada aspek
intensitas/frekuensi pengawasan.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada maka upaya perbaikan harus dilakukan,
terutama pada aspek substantif dari pengelolaan work shop. Dalam hal ini direkomendasikan
kepada pihak-pihak yang terkait dan bertangung jawab terhadap pengelolaan work shop di SMK

Negeri I Cilegon, yaitu: Kepala Sekolah, pengelola work shop, dan pemerintah kota (terutama
pada aspek pembinaan dan pengembangan tenaga pengelola work shop serta alokasi pendanaan
yang lebih memadai). Dengan demikian diharapkan pengelolaan workshop di masa mendatang
dapat berlangsung dengan lebih efektif, sehingga dapat menghasilkan output yang lebih
berkualitas.

xv

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR

]

UCAPAN TERIMA KASIH.......


in

DAFTAR ISI

vu

DAFTAR TABEL

XU1

DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
BAB I

BAB II

-

xiv

:

•>

xv

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Masalah Penelitian

8

C. Tujuan Penelitian

9


D. Manfaat Penelitian

H

E. Paradigma Penelitian

12

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Administrasi Pendidikan

16

a. Pengertian Administrasi Pendidikan
17
b. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
19
c. Aspek Administrasi Pendidikan Dalam Lembaga Pendidikan


Kejuruan

22

d. Kedudukan Work Shop Dalam Administrasi Pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan

B. Pendidikan Kejuruan
a. Pengertian Pendidikan Kejuruan

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Pendidikan Kejuruan

25

27
27

--29


c. Karakteristik Pendidikan Kejuruan

31

d. Landasan Pendidikan Kejuruan

33

vu

e. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kejuruan

.-.

36

f. Model-Model Penyelenggaraan Pendidikan Kej unian

37


C. Konsep Tentang Work Shop, Laboratorium, dan Keterampilan .. 39
a. Workshop
40
b. Laboratorium

41

c. Keterampilan

45

D. Faktor Keselamatan Kerja

47

E. Pengelolaan Workshop

49

a. Perencanaan Pengelolaan Workshop

1. Proses Penyusunan Program Kegiatan

49
50

2. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan

Kemampuannya

53

3. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan, dan Biaya

57

4. Perencanaan Pengembangan Workshop

63

b. Pelaksanaan Kegiatan Workshop
1. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait Dalam Kegiatan

65

66

Workshop
2. Pelaksanaan Kegiatan Work Shop Dalam Melayani
Kebutuhan KBM

3. Optimalisasi

68

Penggunaan

Fasilitas,

Alat,

dan

Bahan

70

4. Pengawasan Penggunaan Alat dan Bahan

70

5. Pemeliharaan dan Pencatatan Alat dan Bahan

72

6. Pelaksanaan Fungsi Work Shop Sebagai

Sumber Belajar
7. Pelaksanaan Fungsi

73
Work

Pendidikan

Shop

Sebagai

Sarana
74

c. Pengawasan Kegiatan Workshop
1 Pelaksana Pengawasan

vm

76
77

2. Teknik Pengawasan

78

F. Efektivitas Pengelolaan
a. Pengertian Efektivitas

78
79

b. Kriteria Efektivitas
c. Strategi Meningkatkan Efektivitas Pengelolaan

85

Workshop
G. Analisis SWOT Terhadap Pengelolaan Workshop

BAB III

BAB IV

81

86

a. Kekuatandan Kelemahan

87

b. Peluang dan Ancaman

88

H. Output Pengelolaan Workshop
a. Kinerja Kegiatan Belajar Mengajar
b. Hasil Belajar Siswa

89
89
91

I.

Kesimpulan Tinjauan Kepustakaa

92

J.

Kajian Studi Terdahulu Yang Relavan

95

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

100

B. Lokasi dan Subjek Penelitian
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

l°l
102

D. Pelaksanaan Penelitian

105

E. Teknik Analisa Data

106

F. Validasi Data Penelitian

107

DESKRIPSI TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Gambaran Umum

112

a. Sekolah Menengali Kejuruan (SMK) Negeri I

Cilegon-Banten
b. Workshop SMK Negeri I Cilegon

IX

112
115

B. Pengelolaan Work Shop di SMK Negeri ICilegon-Banten

118

a. Perencanaan Kegiatan Workshop
1. Proses Penyusunan Program Kegiatan

H8
H8

2. Perencanaan Tenaga Pengelola dan Pengembangan
119

Kemampuannya

3. Perencanaan

Fasilitas,

Alat,

Bahan,

dan

Biaya

Operasional Kegiatan Workshop

l2~

4. Perencanaan Pengembangan Workshop...
I28
b Pelaksanaan Kegiatan Workshop
129
1. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait Dalam Kegiatan
Workshop
13°
2. Pelaksanaan Kegiatan Work Shop Dalam Melayani

Kegiatan Belajar Mengajar

]32

3. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan Bahan Yang
Tersedia

4. Pengawasan Penggunaan Alat dan Bahan

138

5. Pemeliharaan dan Pencatatan Alat dan Bahan

141

6. Pelaksanaan Fungsi Work Shop Sebagai Sumber Belajar...

141

7. Pelaksanaan Fungsi

Work Shop Sebagai

Pendidikan

c. Pengawasan Kegiatan Workshop
1. Pelaksana Pengawasan
2. Teknik Pengawasan
C. Analisis SWOT Pengelolaan Workshop

Sarana
142

I43
I44
145
146

a. Kekuatan dan Kelemahan

146

b. Peluang dan Ancaman

147

D. Output Pengelolaan Workshop
a. Kinerja Kegiatan Belajar Mengajar
b. Hasil Belajar Siswa

149
150
151

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Perencanaan Kegiatan Workshop
a. Proses Penyusunan Program Kegiatan
b. Perenanaan

Tenaga

Pengelola

15
155
dan

Pengembangan

Kemampuannya



157

c. Perencanaan Fasilitas, Alat, Bahan, dan Biaya Operasional
159

Kegiatan Workshop

d. Perencanaan Pengembangan Workshop

B. Pelaksanaan Kegiatan Workshop

162

••

164

a. Koordinasi dengan Pihak-Pihak Terkait Dalam Kegiatan

164

Workshop
b. Pelaksanaan Kegiatan Work Shop Dalam Melayani Kegiatan

Belajar Mengajar
166
c. Optimalisasi Penggunaan Fasilitas, Alat, dan Bahan Yang
Tersedia

d. Pengawasan Penggunaan Alat dan Bahan

170

e. Pemeliharaan dan Pencatatan Alat dan Bahan

172

f. Pelaksanaan Fungsi Work Shop Sebagai Sumber Belajar

173

g. Pelaksanaan Fungsi Work Shop Sebagai Sarana Pendidikan .. 175
_^
C. Pengawasan Kegiatan Workshop

176

a. Pelaksana Pengawasan

176

b. Teknik Pengawasan

178

D. Analisis SWOT Pengelolaan Workshop

I80

a. Kekuatan dan Kelemahan

I80

b. Peluang dan Ancaman

I82

E. Output Pengelolaan Workshop
a. Kinerja Kegiatan Belajar Mengajar
b. Hasil Belajar Siswa

xi

I83
184
I86

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASl, DAN REKOMENDASI
189

A. Kesimpulan
«B.

, ri •
Imphkasi

C.

Rekomendasi

••••

l9i
195

DAFTAR PUSTAKA

2°l

LAMPIRAN-LAMPIRAN
205

A. Alat Pengumpul Data
B.

213

Data Penelitian

Riwayat Hidup

xn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan media dalam menciptakan dan meningkatkan sumber

daya manusia (SDM). Begitu pentingnya investasi sumber daya manusia melalui
pendidikan sehingga berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat secara umum,
keluarga, dan individu anggota masyarakat merasa berkepentingan untuk melakukan
investasi pendidikan. Dalam hal ini Ace Suryadi dalam bukunya yang berjudul:
Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan, mengemukakan bahwa "pemerintah

berupaya meningkatkan mutu pendidikan agar di kemudian hari akan diperoleh SDM

yang semakin menguasai keahlian dan keterampilan, dapat bekerja secara profesional,
serta dapat menghasilkan karya-karya yang bermutu sehingga SDM tersebut dapat
memberikan peranan dalam pembangunan bangsa" (1999: 189). Dengan demikian
yang dituju oleh investasi sumber daya manusia adalah penciptaan manusia yang
berkualitas. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki pengetahuan,
terampil, berdisiplin, dan mempunyai daya yang tinggi untuk membangun di segala

bidang, sedangkan pendidikan merupakan salah satu lembaga yang mengemban kunci
dalam pengadaan sumber daya manusia yang berkualitas. Di dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989 disebutkan bahwa:

pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatanjasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(1999:4).

Berbicara masalah sumber daya manusia, dalam hal lm Notoatmodjo (1998: 1)
melihatnya dari dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut
jumlali sumber daya manusia (penduduk) yang kurang penting kontribusinya dalam
pembangunan, dibandingkan dengan aspek kualitas.bahkan kuantitas sumber daya
manusia tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan
suatu bangsa. Sedangkan kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut,
yang menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non-fisik
(kecerdasan dan mental).

Oleh sebab itu untuk kepentingan ekselerasi suatu

pembangunan di bidang apapun, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia
Seiaras dengan yang dikemukakan oleh

merupakan suatu persyaratan utama.

Notoatmodjo, Nanang Fattah (2000: 16) mengemukakan pula bahwa sumber daya
manusia terdiri dari dimensi kuantitatif dan kualitatif. Tenaga kerja, prestasi tenaga

kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlali waktu belajar adalah dimensi
kuantitatif dari SDM. Sedangkan dimensi kualitatif mencakup berbagai potensi yang

terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetaliuan, sikap, dan
keterampilan yang memberikan pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia
untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif. Jika pengeluaran untuk meningkatkan
kapasitas

tersebut

ditingkatkan,

maka

nilai

produktivitas

dari

SDM

akan

menghasilkan nilai baik (rate ofreturn) yang positif.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu amanat pada

GBHN 1993, terutama yang paling tegas adalah pada GBHN 1993, bahkan manjadi
titik berat pembangunan pada pembangunan jangka panjang kedua (PJP II) seiring

dengan pembangunan ekonomi. Seiaras dengan hal ini Sukamto (1988: 33)
mengemukakan

bahwa

"pendidikan

kejuruan

memfokuskan

penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan untuk

usahanya

pada

mengembangkan

sumberdaya manusia." Namun Sukamto mengingatkan baliwa pendidikan kejuruan
tidak seharusnya mendidik peserta didik dengan seperangkat skill yang spesifik untuk
pekerjaan tertentu saja, karena hal ini biasanya lalu kurang memperhatikan

perkembangan sebagai suatu totalitas.

Menekankan pengembangan kemampuan

spesifik secara terpisah dari totalitas pribadi peserta didik akan berarti memberi bekal

yang sangat terbatas bagi masa depannyasebagai tenaga kerja.
Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu sub-sistem dari

sistem pendidikan nasional, sesuai dengan ketentuan pada Undang-Undang No. 2
tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, yang mempunyai hijuan utama
menyiapkan tamatannya memasuki dunia kerja, adalah salah satu jenis dan jenjang
pendidikan yang mendapatkan perhatian utama sesuai dengan amanat GBHN
termaksud.

Pendidikan kejuruan dapat diklasitikasikan ke dalam jenis pendidikan khusus
(specialized education), karena kelompok pelajaran atau program yang disediakan
hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki minat kliusus untuk mempersiapkan

dirinya bagi lapangan pekerjaan di masa mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini
dapat sukses maka pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga
trampil yang dibutuhkan di masyarakat (Suharsimi Arikunto, 1988: 1). Lebih lanjut
Suliarsimi Arikunto mengemukakan bahwa ada tiga istilali sehubungan dengan

pendidikan khusus, yaitu pendidikan teknologi (technical education), pendidikan
kejuruan (vocational education), dan pendidikan karier (career education).
Rumusan

pendidikan kejuruan

bervariasi

menurut

subjektivitas

yang

merumuskan. Rupert Evans dalam Djojonegoro (1998: 33) mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang

pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya.

Definisi ini mengandung

pengertian baliwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan, sepanjang bidang
studi tersebut dipelajari lebih mendalam daripada bidang studi lainnya dan kedalaman
itu dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Dengan demikian bahasa

Inggris yang dipelajari lebih mendalam daripada lainnya untuk tujuan bekerja, maka
bahasa Inggris tersebut merupakan pendidikan kejuruan. Menurut Undang-Undang
no. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan: "Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu."

Arti pendidikan kejuruan ini dijabarkan lebih spesifik dalam

peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengali, yaitu:

Pendidikan

Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

menengali yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan
jenis pekerjaan tertentu. Pada tingkat undang-undang, nimusan pendidikan kejuruan
masih luas, namun setelah sampai pada peraturan pemeritah nimusan pendidikan

kejuruan mulai dipersempit, yaitu hanya untuk jenjang pendidikan menengali.
Berkaitan dengan peran pendidikan kejuruan dalam pengembangan sumber
daya manusia sebagaimana di atas, Djodjonegoro (1998) mengemukakan berbagai
hasil kajian yang dilakukan pada tahun terakhir pelita V, dimana hasil kajian
(penemuan) tersebut kurang sejalan dengan wawasan sumber daya manusia. Temuan
itu antara lain.

Pertama,

dunia usaha dan dunia industri lebih cenderung

mempekerjakan tamatan SMA daripada tamatan STM, SMEA, SMKK, atau tamatan
Sekolah Menengah Kejuruan lainnya, dan gaji tamatan STM/SMEA/SMKK tidak
berbeda dengan gaji tamatan SMA. Kedua, program Pendidikan Menengah Kejuruan

yang disusun pada kurukulum 1994 lebih berorientasi pada pengejaran mata pelajaran
yang harus dipelajari peserta didik, dan tidak jelas terfokus pada penguasaan

kompetensi atau kemampuan yang diperlukan di dunia kerja.

Ketiga, program

pendidikan (kurikulum) disusun oleh guru dan pakar pendidikan yang tidak
mempunyai wawasan lapangan kerja, diajarkan oleh guru yang tidak mempunyai

pengalaman kerja di dunia kerja, dan hasil pendidikannyapun dievaluasi oleh guru
dengan menggunakan ukuran dunia pendidikan. Keempat, perilaku dan kebiasaan
belajar mengajar di sekolah yang terkonsepsi sebagai dunia sekolah, berbeda jauh

dengan perilaku, cara kerja dan kebiasaan yang adadi dunia industri. Kelima, perilaku
sekolah cenderung melaksanakan program pendidikan demi pendidikan, dan kurang

memahami pasar, wawasan mutu, dan wawasan keunggulan untuk menghadapi
persaingan.

Berdasarkan kajian-kajian itulali, pada taliun 1994 atau tahun terakhir pelita V

Depdikbud di bawah Wardiman sendiri sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan

langkah-langkah

pembaliaruan

pendidikan

kejuruan

dengan

memperkenalkan kebijaksanaan link and match, yang mana bentuk kebijaksanaan ini
dioperasionalkan dalam bentuk pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Program Pendidikan Sistem Ganda merupakan proses pendidikan kejuruan
yang dilakukan di lembaga sekolah dan dilakukan di dunia industri langsung. Dengan

demikian proses pendidikannya dilakukan berdasarkan kerja sama pihak sekolah
dengan pihak industri.

Kemudian secara lebih rinci, dimensi pembaliaruan

pendidikan kejuruan yang dilakukan meliputi: (1) Perubahan dari pendekatan supply
driven ke demand driven; (2) perubahan dari pendidikan berbasis sekolah (school

base program) ke sistem berbasis ganda (dual based program); (3) perubahan dari
model pengajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran

berbasisi kompetensi; (4) perubahan dari program dasar yang sempit (narrow based)

ke program dasar yang mendasar; kuat dan luas (broad based); (5) perubahan dari

sistem pendidikan formal yang kaku ke sistem yang luwes dan menganut prinsip

multy entry, multy exit; (6) perubahan dari sistem yang tidak mengakui keahlian yang
telah diperoleh sebelumnya ke sistem yang mengakui keahlian yang diperoleh dari
mana dan dengan cara apapun kompetensi itu diperoleh; (7) perubahan

dari

pemisahan antara pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sisitem baru yang

mengintegrasikan pendidikan dan pelatihan kejuman secara terpadu; (8) pembahan
dari sistem tenmnal ke sistem berkelanjutan; (9) perubahan dan manajemen terpusat

ke pola manajemen mandiri; (10) pembalian dari ketergantungan sepenuhnya dari
pembiayaan pemerintah pusat ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat.
Dalam konteks proses pendidikan pada Sekolah Menengali Kejuruan yang
berbasis Pendidikan Sistem Ganda, pendidikan dan latihan dilakukan di sekolah dan

di dunia industri.

Sebagian besar program yaitu teori dan praktik kejuruan

dilaksanakan di sekolah, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja (industri),

yaitu keahlian produktif yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia kerja.
Berdasarkan kurikulum 1999 (curiculum base competency, curiculum base training,

production base training) persentasi antara pembelajaran praktik dan teori dalam mata
diklat produktif adalah 60 : 40, kemudian siswa (tingkat tiga) diwajibkan
melaksanakan praktik kerja* industri selama 12 minggu dan sisanya yaitu 24 minggu

berlangsung di sekolah, sementara untuk tingkat satu dan tingkat dua pembelajaran

praktik pada mata diklat produktif berlangsung di workshop sekolah.
Berdasarkan hal di atas, sangat nyata bahwa peran bengkel/vtwA: shop sangat

vital dalam mewujudkan pencapaian tujuan pembelajaran siswa. Aspek yang sangat
menentukan berkaitan dengan proses kegiatan pembelajaran praktik di work shop

adalah manajemen work shop itu sendiri. Sejauhmana work shop dikelola dengan
efektif sehingga dapat menunjang kegiatan pelaksanaan program pembelajaran

praktik yang harus dilakukan di work shop. Semakin efektif pengelolaan work shop
yang dilakukan maka semakin maksimai tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Suharsimi (1988: 281) mengemukakan bahwa "nilai positif dari pengelolaan bengkel

yang baik bukan hanya diperoleh oleh murid dan pengelolanya saja, tetapi dengan
pengelolaan yang baik tersebut para guru akan dapat melaksanakan tugas
mengajamya dengan lebih baik." Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian berkaitan dengan Efektivitas Pengelolaan Work Shop di SMK

Negeri 1 Cilegon-Banten Dalam Pelaksanaan Program Pembelajaran Mata
Diklat Praktik Kejuruan. Penelitian yang dimaksud dianggap penting karena akan
diketahui kelemahan-kelemahan manajemen work shop di SMKN I Cilegon, dan

sejauhmana tingkat efektivitas pengelolaannya. Temuan-temuan penelitian dijadikan
bahan masukan sebagai rekomendasi guna penyempumaan proses manajemen di
masa mendatang.

Pertama-tama penelitian

diorientasikan kepada pengungkapan gambaran

tentang wujud pengelolaan work shop yang dilakukan di SMK Negeri I Cilegon.
Kemudian fakta tentang pengelolaan work shop yang dilakukan tersebut dianalisis
sehingga didapat suatu kesimpulan tentang tingkat efektivitas pengelolaan yang
dilakuan.

Fakta kesimpulan tentang tingkat efektivitas pengelolaan yang didapat

dijadikan dasar untuk melakukan analisis terhadap pengelolaan work shop dengan
menggunakan pendekatan SWOT untuk melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman yang berpotensi mempengaruhi terhadap pengembangan efektivitas

pengelolaan yang diharapkan. Dari hasil analisis diharapkan dapat dikembangkan
pola-pola alternatif guna penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada
dan hal ini menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen sekolah untuk langkahlangkah perbaikan pengelolaan selanjutnya.

B. Masalah Penelitian

\\ ^7**^" ^ ,

Mengingat urgennya keberadaan dan pengelolaan work shop

menunjang pelaksanaan program pembelajaran praktik dan lebih jauh perannya dalam
pencapaian tujuan pembelajaran di SMK, maka berdasarkan uraian di atas yang
menjadi pennasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
"Bagaimana efektivitas pengelolaan work shop dalam

pelaksanaan

program pembelajaran mata diklat praktik kejuruan di SMK Negeri I
Cilegon-Banten ?"

pennasalahan pokok di atas dapat diperinci dengan nimusan masalahan
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pengelolaan work shop di SMK Negeri I Cilegon-Banten
?

Lebih lanjut pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:

a. Bagaimana proses penyusunan program pengelolaan work shop ?
b. Bagaimana perencanaan tenaga pengelola work shop dan pengembangan
kemampuannya ?

c. Bagaimana perencanaan Fasilitas, alat, bahan, dan biaya operasional work
shop ?

... *

d. Bagaimana perencanaan pengembangan work shop ?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan work shop di SMK Negeri I Cilegon-Banten?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:

a. Bagaimana koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam proses pengelolaan
workshop?

b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengelolaan work shop dalam melayani
kebutuhan kegiatan pembelajaran ?

c.

Bagaimana optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang tersedia?

d.

Bagaimana pengawasan penggunaan alat dan bahan ?

e.

Bagaimana pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan ?

f.

Bagaimana pelaksanaan fungsi workshop sebagai sumber belajar ?

g.

Bagaimana pelaksanaan fungsi work shop sebagai sarana pendidikan ?

3. Bagaimana

pengawasan terhadap pengelolaan work shop di SMK Negeri I

Cilegon-Banten ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:

a. Siapa yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan workshop?
b. Bagaimana teknik pengawasan yang

dilakukan terhadap pengelolaan work

shop ?

4. Bagaimana Analisis SWOT tentang pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon ?

Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan work
shop ?
b. Faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman ?

5. Bagaimana output pengelolaan work shop di SMK Negeri I Cilegon ?

Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a.

Bagaimana output pengelolaan work shop dalam kinerja kegiatan belajar
mengajar ?

b. Bagimana output pengelolaan workshop pada hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum

c.

Bagaimana optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang tersedia?

d.

Bagaimana pengawasan penggunaan alat dan bahan ?

e.

Bagaimana pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan ?

f.

Bagaimana pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar ?

g.

Bagaimana pelaksanaan fungsi work shop sebagai sarana pendidikan ?

3. Bagaimana

pengawasan terhadap pengelolaan work shop di SMK Negeri I

Cilegon-Banten ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:

a. Siapa yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan workshop?
b. Bagaimana teknik pengawasan yang dilakukan terhadap pengelolaan work
shop ?

4. Bagaimana Analisis SWOT tentang pengelolaan work shop di SMK Negeri I
Cilegon ?

Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a. Faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan work
shop ?
b. Faktor apa saja yang menjadi peluang dan ancaman ?

5. Bagaimana output pengelolaan workshop di SMK Negeri I Cilegon ?
Pertanyaan ini diperinci sebagai berikut:
a.

Bagaimana output pengelolaan work shop dalam kinerja kegiatan belajar

mengajar ?

b.

Bagimana output pengelolaan workshop pada hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripi
dan

menarik

kesimpulan

serta

memprediksi

implikasinya

rekomendasi berdasarkan fenomena yang menjadi fokus pennasalahan

dengan efektivitas manajemen work shop dalam pelaksanaan program pembelajaran
mata diklat praktik kejuman di SMK Negeri I Cilegon-Banten.
b. Tujuan Khusus

Bertitik tolak dari tujuan umum di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan
sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tentang

pengelolaan work shop yang mencakup aspek

perencanaannya, meliputi: proses penyusunan rencana kegiatan work shop;
perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya; perencanaan

tentang fasilitas, peralatan, bahan, dan biaya opersional; dan perencanaan tentang

pengembangan work shop. Pada aspek pelaksanaan kegiatannya, mencakup:
proses koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan pengelolaan work
shop; pelaksanaan kegiatan

pembelajaran;

work shop dalam melayani kebutuhan kegiatan

optimalisasi penggunaan fasilitas, alat dan bahan yang telah

tersedia; pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan

alat dan bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan
pelaksanaan fungsi work shop sebagai sarana pendidikan. Kemudian pada aspek
pengawasannya, meliputi:

pelaksana pengawasan dan

teknik pengawasan

tersebut. Serta output pengelolaan work shop dalam aspek kinerja proses belajar

mengajar dan hasil belajar siswa.

2. Menganalisis tentang efektivitas pengelolaan work shop, yang meliputi aspek
perencanaannya, mencakup: proses penyusunan rencana kegiatan work shop;
perencanaan tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya; perencanaan

tentang fasilitas, alat, bahan, dan dana opersional kegiatan work shop; dan
perencanaan pengembangan work shop.

Aspek pelaksanaan kegiatannya,

mencakup: koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan work shop;

pelaksanaan kegiatan work shop dalam melayani kebutuhan kegiatan
pembelajaran; optimalisasi pemanfaatan fasilitas, alat dan bahan yang tersedia;
pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan alat dan
bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan pelaksanaan
fungsi work shop sebagai sarana pendidikan. Kemudian aspek pengawasannya,

yang mencakup: pelaksana pengawasan dan teknik pengawasan yang dilakukan.
Serta output pengelolaannya dalam aspek kinerja kegiatan belajar mengajar dan
hasil belajar siswa.

3. Menarik kesimpulan dan memprediksi implikasi dari fakta kelemahan-kelemahan

yang ditemukan dalam penelitian serta memberikan rekomendasi berdasarkan
hasil temuan penelitian dan pembahasan menjadi bahan masukan bagi pihak

manajemen sekolah dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan efektivitas
pengelolaan work shop sehingga betul-betul berfungsi optimal dalam proses
pencapaian tujuan pembelajaran mata diklat praktik kejuruan di SMK Negeri I
Cilegon.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis,

penelitian ini bermanfaat bagi peneliti pribadi dalam

meningkatkan wawasan tentang penelitian sosial dan tentang pola-pola pengelolaan
work shop yang efektif dalam pelaksanaan program pembelajaran mata pelajaran

praktik kejuruan. Kemudian penelitian ini juga bermanfaat bagi para pengelola
Sekolah Menengah Kejuruan khususnya dalam manajemen workshop, dan dapat pula

12

untuk memperkaya khasanah studi administrasi pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan Sekolah Menengah Kejunian mengingat masih langkanya penelitian yang

telah dilakukan yang mengambil kajian SMK khususnya di UPI.

Di samping itu

secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak
yang terkait dalam pengelolaan work shop di Sekolah Menengali Kejunian khususnya
SMK Negeri I Cilegon-Banten guna bahan-bahan evaluasi dan pengambilan
keputusan manajerial selanjutnya.

E. Paradigma Penelitian

Agar proses pembelajaran praktik berlangsung dengan efektif dan tujuan-

tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh para siswa sehingga siswa dapat
memperoleh keterampilan yang diharapkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses belajar dan motivasi siswa. Dalam hal ini faktor utama
yang terkait adalah pola-pola pengelolaan work shop sebagai tempat pembelajaran
praktik.

Sejauh mana pengelolaan work shop telah sesuai dengan kebutuhan-

kebutuhan pembelajaran dan sejauhmana pula efektivitas pengelolaannya sehingga
lebih jauh dapat memberikan suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif

sehingga dapat memberikan motivasi yang tinggi bagi siswa terhadap pembelajaran
praktik, kemudian berdasarkan motivasi yang tinggi dan pengelolaan work shop yang

optimal, maka tujuan keterampilan yang diharapkan akan dapat dicapai oleh siswa
secaraoptimal sesuai dengan yang telahditetapkan.

Ruang lingkup administrasi sekolah mencakup: administrasi kesiswaan;

kurikulum; personil (tenaga kependidikan); sarana-prasarana; keuangan; tatalaksana

pendidikan; dan hubungan masyarakat. Work shop sebagai tempat-berlangsungnya

kegiatan pembelajaran praktik dalam wilayah garapan administrasi sekolah berada

13

pada bidang sarana-prasarana.

Agar work shop berfungsi secara optimal dalam

pencapaian tujuan pembelajaran, maka semua komponen yang terdapat di dalamnya
harus dikelola dengan efektif.

Kajian penelitian berangkat dari aspek manajemen work shop yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada taliap perencanaan dilihat proses

penyusunan program pengelolaan work shop; perencanaan tenaga pengelola dan

pengembangan kemampuannya; perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya
operasional kegiatan work shop; serta perencanaan pengembangan work shop. Pada
aspek pelaksanaan dilihat tentang proses koordinasi dengan pihak yang terkait dalam

proses pengelolaan kegiatan work shop; pelaksanaan kegiatan pengelolaan work
shop dalam melayani kebutuhan kegiatan pembelajaran; optimalisasi penggunaan
fasilitas, alat dan bahan yang tersedia; pengwasan penggunaan alat dan bahan;

pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai
sumber belajar; dan pelaksanaan fungsi work shop sebagai sarana pendidikan.
Kemudian pada aspek pengawasan

berkenaan dengan pelaksana dan teknik

pengawasannya.

Ketiga aspek manajemen terkait yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan tersebut dianalisis, sejauhmana efektivitasrjya. Efektivitas pengelolaan
dapat teriihat paling tidak dari adanya indikator: efisiensi, akuntabilitas, tingkat

pencapaian tujuan pembelajaran, situasi pembelajaran yang kondusif, motivasi siswa,
dan tingkat kompetensi siswa.

Dengan analisis yang dilakukan diharapkan akan

diperoleh gambaran fenomena tingkat efektivitas pengelolaan work shop yang telah
ada.

Berdasarkan fenomena efektivitas pengelolaan yang ditemukan, kemudian

dilakuan analisis dengan menggunakan pola SWOT yang melihat faktor kekuatan

(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)

14

pada pengelolaan work shop untuk mendapatkan pola-pola alteniatif penyempumaan
terhadap kelemahan-kelemahan yang ada.

Hasil analisis yang dilakukan dapat

menjadi umpan balik bagi kepala sekolah dan jajaran yang terkait dalam manajemen
work shop yang berftingsi sebagai sumber belajar dan fungsi sarana pendidikan guna
mencapai kualitas output yang diharapkan, berupa kinerja proses belajar mengajar
yang kondusif dan tingkat keberhasilan belajar yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat

diilustrasikan dalam gambar paradigma penelitian pada halaman berikut:

15

MANAJEMEN

TATA

SARA-

KE-

LAKSA

PER-

NA-

UANG-

NA

HU-

SONIL

PRASA

AN

PENDI

MAS

KURI-

KESIS-

KULUM

WAAN

DIKAN

RANA

Umpan Balik

WORK

SHOP

PENGELOLAAN WORKSHOP

Perencanaan:

SWOT
* Kekuatan

Penomena

Proses penyusunan program

* Kelemahan

Pengelolaan Work
Shop

Tenaga
pengelola
dan
pengembangan kemampuannya
Fasilitas, alat, bahan, dan biaya
operasional
Pengembangan workshop.

* Peluang
* Ancaman

Tingkat Efektivitas:
* Perencanaan

* Pelaksanaan

* Pengawasan

Pelaksanaan:

Koordinasi pihak-pihak terkait
dalam kegiatan workshop
Pelavanan terhadap kebutuhan
KBM

Efektivitas

Optimalisasi
penggunaan
fasilitas, alat, dan bahan

Pengelolaan
Work Shop

dan bahan

MASALAH

Pengawasan penggunaan alat
Pemeliharaan dan pencatatan
alat dan bahan

Pelaksanaan fungsi work shop
sebagai sumber belajar
Pelaksanaan fungsi work shop
sebagai sarana pendidikan.
Meningkat:

* Kinerja KBM
* Hasil Belajar
Siswa

Pengawasan:
Pelaksana pengawasan

Teknik pengawasan.

Gambar 1: Paradigma Penelitian Efektivitas Pengelolaan Work Shop Pada
Sekolah Menengah Kejuruan.

100

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan menganalisis tentang keadaan

pengelolaan work shop di SMK Negeri I Cilegon-Banten. Data dan informasi yang
diperoleh dari temuan di lapangan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif analitik.

Penggunaan metode deskriptif dimaksudkan untuk

mendeskripsikan keadaan pengelolaan Work Shop di SMK Negeri I Cilegon-Banten
yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Berdasarkan objek penelitian yang hanya pada satu lembaga dan terfokus

kepada satu sub sistem dari lembaga tersebut yaitu work shop, maka jenis penelitian
ini mempakan studi kasus. Menumt Nana Sudjana dan Ibrahim (2001) studi kaus

mengisyaratkan pada penelitian kualitatif dan mempakan salah satu jenis penelitian
deskriptif. Studi kasus pada dasamya studi yang mempelajari objek penelitian yang
terfokus pada suatu objek (seseorang/lembaga) secara intensif dan mendalam serta
dalam waktu tertentu yang terkadang cukup lama. Mendalam artinya mengungkap

semua variabel yang terkait dengan objek/kasus yang diteliti. Guna mengungkap

persoalan yang diteliti, peneliti perlu mencari data yang berkenaan dengan persoalan
tersebut. Data diperoleh dari berbagai sumber, dan teknik memperoleh data sangat

komprehensif, seperti observasi, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan Iain-lain
bergantung kepada kasus yang dipelajari.

Ditetapkannya metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif mengacu

kepada konsep Bogdan dan Biklen (1982) yang menyatakan bahwa masalah aktivitas
manusia mempakan masalah sosial. Penyusun menganalogikan baliwa masalali sosial

101

ini bersifat naturalistik dalam situasi yang wajar (natural setting). Pemilihan metode

deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif dalam mencari kenetralan dan
kebenaran. Artinya serangkaian data yang diharapkan dan telah berhasil dihimpun
dan sesuai dengan kebutuhan penelitian dikumpulkan dan dianalisis dengan

melakukan penilaian secara komprehensif. Penggunaan metode dekriptif analitik
dengan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk menemukan altematifjawaban yang
dikembangkan dari masalah, terutama menilai tingkat efektivitas pengelolaan work
shop.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri I Cilegon Banten. Pertimbangan

dipilihnya lokasi penelitian ini, adalah pertama, peneliti sendiri pernah mengajar di
sana selama + satu setengah tahun sebelumnya, sehingga secara praktis lebih

memudahkan peneliti dalam berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terkait atau

yang menjadi subjek penelitian, serta dapat mempermudah upaya pendalaman analisis
dan keabsahan data karena keikutsertaan peneliti terhitung lebih lama pada lokasi

penelitian. Kedua, SMK Negeri I Cilegon terbilang relatif masih bam berdiri, yaitu

pada tahun 1997, dan hanya satu-satunya SMK kelompok teknologi dan industri
berstatus negeri di wilayah kota Cilegon, oleh karenanya SMK ini berstatus SMK

pembina di wilayah kota Cilegon. Peneliti berpandangan bahwa sudah saatnya ada
upaya penelaahan atau evaluasi terhadap proses pengelolaan SMK ini guna melihat
sejauhmana efektivitas manajemennya, apakah sudah dipandang memadai sebagai
SMK pembina atau belum.

Karenanya peneliti tertarik untuk menelaah aspek

pengelolaan work shop, di mana work shop mempakan komponen utama dalam
kerangka SMK kelompok teknologi dan industri

102

Sementara itu, berkaitan dengan subjek penelitian, menurut Suharsimi (1998:

115) populasi adalah keselumhan subjek penelitian. Karenanya populasi dalam
penelitian ini adalah semua pihak baik manusia maupun non-manusia yang dipandang

dapat memberikan data yang berhubungan dengan pengelolaan work shop, subjek
bempa manusia yaitu terdiri dari Kepala Sekolah, kepala seksi work shop masingmasing jumsan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan work shop secara

langsung, staf pengelola, tenaga pengajar, siswa, serta pihak-pihak lain yang terkait.
Sementara subjek non-manusia yaitu bempa dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan manajemen work shop, simbul-simbul, dan benda-benda lainnya.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan untuk menghimpun data dan
infonnasi yang berkaitan dengan pengelolaan work shop di SMK Negeri I CilegonBanten, sangat bergantung kepada model studi yang dikembangkan dalam penelitian
ini. Sumber data utama akan diusahakan diperoleh dari kepala sekolali yang menjadi

muara segala informasi dari berbagai bidang umsan yang ada pada garapan program
sekolah secara keselumhan, diperoleh dari kepala bagian work shop, penanggung

jawab jumsan yang berkaitan dengan penggunaan work shop, para gum yang terkait,
dan pihak-pihak lain termasuk siswa.

Kemudian secara khusus penelitian akan dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang bempa:

1. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab, tatap muka, atau mengkonfirmasikan

sampel penelitian dengan berpedoman kepada materi wawancara yang telah
dirancang. Wawancara ini bertujuan untuk menggali data dan informasi dari
sampel penelitian sesuai dengan pennasalahan yang diajukan.

103

2. Observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang pengelolaan work shop di SMK

Negeri I Cilegon yang berkaitan dengan proses perencanaan dan aktifitas
pelaksanaan.

3. Dokumentasi, bertujuan untuk melengkapi data yang bersumber bukan dari orang,
yang dapat mengecek kesesuaian data.

Sementara instnunen pengumpulan data berdasarkan teknik pengumpulan

data yang digunakan.

Ada tiga macam instnunen yang dipergunakan untuk

pengumpulan data, yaitu: pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman
studi dokumentasi.
/.

Pedoman wawancara

Pedoman wawancara disusun berdasarkan variabel penelitian, responden yang

ditetapkan yaitu: kepala sekolah, penanggungjawab work shop, tenaga pengajar,
dan siswa. Adapun sifat informasi yang ingin dicapai oleh pedoman ini adalali:

a. Deskripsi maupun refleksi responden tentang proses perencanaan kegiatan
work shop, mencakup: proses penyusunan program kegiatan work shop;
perencanaan

tenaga pengelola dan

pengembangan

kemampuannya;

perencanaan fasilitas, alat, bahan, dan biaya opersional work shop; dan
perencanaan pengembanganworkshop.

b. Deskripsi dan refleksi responden tentang pelaksanaan kegiatan work shop,
meliputi: koordinasi pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan work shop;

pelaksanaan kegiatan work shop dalam melayani kebutuhan KBM;
optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan bahan; pengawasan penggunaan
alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan alat dan bahan; pelaksanaan

fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan pelaksanaan fungsi work shop
sebagai sarana pendidikan.

104

c. Deskripsi tentang pengawasan

pengelolaan work shop, yang mencakup

pelaksana dan teknik pengawasan yang dilakukan.

d. Deskripsi tentang output pengelolaan work shop yang mencakup kinerja KBM
dan hasil belajar siswa.
2.

.

.

Pedoman Observasi

Instrumen ini digunakan sebagai pegangan untuk melakukan pengematan

langsung terhadap fokus penelitian agar proses pengamatan itu terarah. Pedoman
ini diupayakan cukup fleksibel agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
infonnasi di lapangan. Observasi akan dilakukan sendiri oleh peneliti agar tidak

ada penafsiran lain dari pihak lain tentang data yang diperoleh. Melalui instrumen
ini diharapkan dapat temngkap data dan infonnasi tentang:

a. Pelaksanaan kegiatan work shop. Mencakup: proses koordinasi pihak-pihak

yang terkait dalam kegiatan work shop; kegiatan work shop dalam melayani
kebutuhan KBM; optimalisasi penggunaan fasilitas, alat, dan balian;

pengawasan penggunaan alat dan bahan; pemeliharaan dan pencatatan alat dan
bahan; pelaksanaan fungsi work shop sebagai sumber belajar; dan pelaksanaan
fungsi workshop sebagai sarana pendidikan.

b. Pengawasan kegiatan work shop yang mencakup pelaksana dan teknik
pengawasan yang dilakukan.

c. Output pengelolaan work shop, yang berhubungan dengan kinerja kegiatan
belajar mengajar.
3. Pedoman Studi Dokumentasi

Instrumen ketiga yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan pengelolaan work shop baik yang berasal dari dalam

105

maupun dari luar lembaga. Melalui instmmen ini diharapkan diperoleh data
tentang:

a.

Perencanaan, yang mencakup: program kegiatan work shop; perencanaan

tenaga pengelola dan pengembangan kemampuannya; perencanaan fasilitas,
alat, balian, dan biaya operasional work shop; dan rencana pengembangan
work shop.

b.

Output pengelolaan work shop, yang menyangkut hasil belajar siswa.

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga taliap. Tahapan itu sebagaimana yang

dikemukakan oleh Nasution (1996: 33) yaitu: orientasi, eksplorasi, dan member
check.

Tahap orientasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum di
lapangan, untuk memperoleh hal itu kegiatan yang peneliti lakukan adalah pra-survey.
Peneliti melakukan kunjungan ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara awal

dengan pihak pengelola work shop guna memperoleh informasi yang luas mengenai
hal-hal yang umum di lapangan. Informasi yang diperoleh dianalis untuk menemukan

hal-hal yang menonjol, menarik, penting, dan berguna dalam penelitian selanjuttiya
secara mendalam.

Tahap eksplorasi dilakukan oleh peneliti bempa penelitian lapangan guna

memperoleh data secara empirik dengan cara yang lebih mendalam dan komprehensif
terhadap fokus penelitian.

Data diperoleh melalui wawancara dengan subjek

penelitian, observasi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan eksistensi dan
pengelolaan work shop.

Tahap member check dilakukan guna memperoleh validitas data per^hfkn,^ -V v
yaitu dengan melakukan pemeriksaan ulang terhadap data yang telali diperoleh guna
mengetahui keabsahan dan tingkat konsistensi infonnasi yang diperoleh.
Pemeriksaan ulang diusaliakan peneliti setiap kali selesai wawancara, dan dalam

pelaksanaan wawancara juga sedapat mungkin menarik kesimpulan bersama-sama
dengan responden. Hal ini dimaksudkan guna mengurangi kesalahfahaman dalam
menafsirkan informasi yang disampaikan. Selain itu catatan lapangan yang telah

diperoleh dalam kesempatan lain, hasilnya dimintai koreksi kepada nara sumber yang
bersangkutan. Sebagai tindak lanjut dilakukan observasi dan studi dokumentasi serta
triangulasi kepada responden maupun nara sumber tain yang berkompeten.
Sementara waktu pelaksanaan member check dilakukan seiring ketika tahap
eksplorasi.

E. Teknik Analisa Data

Secara opersional temuan data dan infonnasi akan dianalisis dengan mengikuti

apa yang diungkapkan oleh Nasution (1996: 129-130) yaitu menggunakan tiga
tahapan:

1. Tahap reduksi

Dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang dihimpun dari lapangan

sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti, kemudian

kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah mengumpulkan data dan
informasi dari catatan, hasil wawancara dan hasil pengamatan, serta mencari inti

atau pokok yang dianggap penting dari setiap aspek temuan penelitian.
2. Tahap display

107

Pada tahap ini akan dilakukan perangkuman terhadap temuan penelitian dalam

susunan yang sistematis untuk mengetahui kebennaknaan pengelolaan work shop

yang diteliti. Kegiatan telaah dalam tahap ini antara lain adalah membuat

rangkuman secara deskriptif dan sistematis, sehingga tenia sentral dapat diketahui
dengan mudah, kemudian memberi makna setiap rangkuman tersebut dengan
memperhatikan kesesuaian dengan materi penelitian.
3. Tahap perifikasi

Pada tahap ini akan dilakukan pengkajian tentang kesimpulan yang telali diambil
dengan data pembanding teori tertentu. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat
kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya.

Dalam hal ini langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah: menguji kesimpulan

yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori yang dikemukakan para

pakar, terutama teori yang relevan; melakukan proses pengecekan ulang, mulai
dari pelaksanaan pra survey, wawancara inti, pengamatan dari data dan informasi
yang telah dikumpulkan; membuat kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai
hasil dari penelitian yang nanti telah dilakukan.

F. Validasi Data Penelitian

Menumt Moleong (2000: 173) untuk dapat memeriksa keabsahan

(trustworthiness) data penelitian dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: (1) derajat

kepercayaan (credibility), dikenal dalam nonkualitatif dengan istilah "validitas
internal;" (2) keteralihan (transferbalitiy), Nasution (1996: 114) mempersamakan cara
ini dengan validitas eksternal dalam nonkualitatif; (3) kebergantungan

(dependability), mempakan substitusi istilali reliabilitas dalam penelitian yang

108

nonkualitatif; dan (4) kepastian (confirmability), dalam nonkualitatif dikenal dengan
istilah "objektivitas."

Sementara untuk mendapatkan keabsahan data yang dimaksud, peneliti

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang juga diungkapkan oleh
Moleong (2000: 175-181), yaitu sebagai berikut:
/. Perpanjangan keikutsertaan

Sebagaimana telah difahami bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif adalah
instrumen itu sendiri, karenanya keikutsertaan peneliti dalam masa waktu yang

panjang dipandang penting, peneliti menyadari akan hal ini. Sekalipun masa
penelitian secara resmi di lapangan berlangsung relatif tidak lama, namun

pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian peneliti
dapatkan dari kebersamaan ketika mengajar di tempat penelitian selama ± setahun
sebelumnya.
2. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari,
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci dan mendalam.

Karenanya peneliti berusaha mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan selama masa penelitian terhadap faktor-faktor yang

menonjol guna mendapatkan pemahaman yang biasa tentang faktor-faktor
tersebut.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang dimaksud. Denzin dalam Moleong (2000: 178)

109

membedakan empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori.

Patton (1987: 331)

mengemukakan bahwa triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu infonnasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berada dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan

jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
(2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apayang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4)
membandingkan keadaan dan perspektif