KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK.

(1)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA

DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni

Oleh

Reni Pratiwi Prabaningrum 1102713

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI

SEKOLAH PASCA SARJANA


(2)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

========================================================================

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK JAKARTA

DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9 - 11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

Oleh

Reni Pratiwi Prabaningrum

S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Reni Pratiwi Prabaningrum 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

RENI P. PRABANINGRUM

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I,

Dr. Ayat Suryatna, M.Si. NIP. 196401031989011001

Pembimbing II,

Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn. NIP.196707241997021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum. NIP. 196209171989031002


(4)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

RENI P. PRABANINGRUM

KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN

MELALUI PEMBELAJARAN MEMBATIK

Disetujui dan disahkan oleh Penguji: Penguji I,

Dr. Tri Karyono, M.Sn. NIP. 19661994021001

196401031989011001

Penguji II,

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum. NIP. 196209171989031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

Dr. Sukanta, S.Kar, M.Hum. NIP. 196209171989031002


(5)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9 - 11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik“ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas peryataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelangaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Depok, 12 Juni 2013 Yang membuat pernyataan,


(6)

i Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

RENI PRATIWI PRABANINGRUM, 2013:

“KONTRIBUSI KOMUNITAS PEMBATIK SETAPAK DI JAKARTA

DALAM PEMBENTUKAN WATAK ANAK USIA 9-11 TAHUN MELALUI

PEMBELAJARAN MEMBATIK”

Kata kunci : Komunitas, Watak, dan Batik.

Komunitas pembatik setapak merupakan sebuah komunitas yang berdiri di tengah perkotaan Kota Jakarta, tepatnya di Gang Setapak, Jalan Palbatu 2, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Komunitas ini telah memberikan kontribusi terhadap pembelajaran membatik bagi anak-anak di wilayah sekitar yang memberikan dampak dalam pembentukan karakter anak-anak khususnya rentang usia 9 – 11 tahun sebagai subjek penelitian.

Tujuan penelitian ini mencakup: 1) Mendeskripsikan persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang pembelajaran batik. 2) Mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik setapak. 3) Menganalisis dampak (hasil) pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan budaya. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan (observasi), studi pustaka, studi dokumentasi dan wawancara (interview) terhadap sejumlah informan. Sebagai analisis data dilakukan dengan cara mengolah dan menyusun secara sistematis transkrip wawancara.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ditemukan beberapa temuan, diantaranya: 1) Komunitas pembatik setapak merupakan sebuah fenomena pembelajaran membatik yang dilakukan oleh individu-individu yang terikat dengan seni batik dari asal kampung halamannya. Misi utamanya adalah memasyarakatkan batik dan membentuk aktivitas positif pada anak di tengah hiruk pikuknya kemajuan teknologi yang menjadi pilihan umumnya anak-anak Jakarta. 2) Persepsi dan pengetahuan membatik para anggota komunitas pembatik pada umumnya cukup luas, khususnya pengetahuan menganai batik tulis corak tradisional Jawa Tengah. 3) Pada umumnya anggota komunitas hanya menetapkan tujuan mencapai kemampuan yang berupa aspek pengenalan, penghargaan, dan kemampuan berkreasi membatik, khususnya dalam menambah konsentrasi, berkarya secara teliti, dan berlatih kesabaran dan ketekunan anak. 4) Pembelajaran membatik yang dilakukan komunitas pembatik Setapak telah berdampak positif bagi pembentukan kebiasaan dan watak anak-anak. Rekomendasi atau saran hasil penelitian ditujukan bagi pengelola komunitas pembatik setapak, pihak orang tua anak yang belajar di sanggar, dan pihak pendidikan dan kebudayaan se-Kota Jakarta Selatan.


(7)

ii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

RENI PRATIWI PRABANINGRUM, 2013:

“THE CONTRIBUTIONS OF SETAPAK BATIK COMMUNITY JAKARTA TO 9 – 11 YEAR OLD CHILDREN CHARACTER BUILDING THROUGH BATIK LEARNING ACTIVITY”

Keyword: Community, Character, Batik

The community of batik workers Setapak is a comunity that exist in Jalan Palbatu 2, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. This community has given contribution to teaching making batik for children around their area. The effect of teaching making batik is building the character of children in the ages 9-11 years old as a subject of this research.

The purpose of this research is consist: 1) Describing the perception of the batik workers Setapak community in the way to see the learning of batik. 2) Describing the construct and the way of learning batik done by batik Setapak community. 3) Analyze the effect of learning batik to the character of children in the ages of 9-11 years old.

This research using qualitative mothod with the nearness of culture. Collect the data through observation, journal study, documentary study, and the interview to several of the informan. To analyze the data, doing by configure and process by systematic the result of interview.

According to the result of this research and study, there are some conclusion: 1) The community of batik workers Setapak is a phenomena of learning batik that done by people that from banded by the art of the batik from their village. The main mission is representing batik and making the positive activity for kids in the happening era of the technology that usualy choosing by the children in Jakarta. 2) The preception and the knowledge of the member of this community quite good, especially about the motive of batik tulis motive Central Java. 3) Mostly the member of this community only decide the purpose to reach the ability that consist several aspect, appreciation, ability to create batik, especially to gain concentrate to making batik accurate, and rehearse the patiently and the perseverance of the kids. 4) Batik learning that done by the batik workers Setapak has a positive effect to build the habit and the character of the children. The recomendation or the result of this result is tended by the manager of batik workers Setapak community, the parents of the children which is learning batik, the stake holder of the government institution in cultural and education in South Jakarta.


(8)

v Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Penelitian... B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Signifikasi dan Manfaat penelitian... BAB II KAJIAN PUSTAKA... A. Konsep Seni Rupa dan Seni Batik... B. Konsep Komunitas Pembatik... C. Konsep Pembelajaran... D. Konsep Pembelajaran Batik... E. Karakteristik Anak dan Pembentukannya... BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Pendekatan dan Metode Penelitian... B. Teknik Pengumpulan Data... C. Lokasi dan Subjek Penelitian... D. Teknik Analisis Data...

E. Model Berpikir………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Gambaran Lokasi Penelitian... i ii iii iv v vii x xi 1 1 7 8 8 9 9 29 31 43 47 58 58 59 60 61 63 66 66 84 102


(9)

vi Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Persepsi Komunitas Pembatik Setapak dan Pembelajarannya... C. Pengolahan Pembelajaran Batik Sanggar Setapak-Jakarta... D. Dampak Pembelajaran Batik di Sanggar Detapak Jakarta... BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... A. Kesimpulan... B. Rekomendasi... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

123 136 136 137 139 149


(10)

vii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ragam Hias Geometris Nusantara... Gambar 2.2. Ragam Hias Organis Dengan Motif Manusia... Gambar 2.3. Ragam Hias Organis Dengan Motif Binatang... Gambar 2.3. Ragam Hias Organis Dengan Motif Tumbuhan... Gambar 2.4. Kain Batik Betawi... Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan... Gambar 4.2. Peta Wilayah Kecamatan Tebet... Gambar 4.3. Peta Wilayah Kecamatan Tebet... Gambar 4.4. Peta Lokasi Kampung Batik Palbatu... Gambar 4.5. Gang Setapak... Gambar 4.6. Salah satu gerai batik di Palbatu milik Oma Uban... Gambar 4.7. Tembok rumah penduduk disekeliling gang setapak... Gambar 4.8. Mural pada tembok didepan Sanggar Setapak... Gambar 4.9. Teras di Depan Sanggar Setapak... Gambar 4.10. Sanggar Setapak... Gambar 4.11. Kampung Batik Palbatu... Gambar 4.12. Motif Batik Diatas jalan... Gambar 4.13. Bagan Struktur Ortanisasi Sanggar Batik Setapak... 22 22 23 23 28 66 67 68 70 71 72 73 73 74 75 78 79 82 83 88 88


(11)

viii Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.14. Kegiatan Membatik... Gambar 4.15. Peralatan Gawangan... Gambar 4.16. Peralatan Wajan... Gambar 4.17. Peralatan Kompor... Gambar 4.18. Peralatan Canting... Gambar 4.19. Peralatan Pensil... Gambar 4.20. Mencanting (Batik Tulis)... Gambar 4.21. Contoh motif batik geometris (untuk pinggiran)... Gambar 4.22. Contoh motif batik bunga dan daun... Gambar 4.23. Contoh motif batik sulur... Gambar 4.24. Contoh motifbatikkombinasi yang sudahjadi... Gambar 4.25. Persiapan membatik... Gambar 4.26. Memilih motif... Gambar 4.27. Berlatih membatik diatas kertas... Gambar 4.28. Memilih motif ragam hias batik ... Gambar 4.29. Menjiplak motif ... Gambar 4.30. Mencanting... Gambar 4.31. Karya Batik buatan anak-anak Sanggar Batik Setapak... Gambar 4.32. Bimbingan langsung oleh pengajar... Gambar 4.33. Pemberian motivasi dan penguatan... Gambar 4.34. Batik ukuran saputangan... Gambar 4.35. Batik ukuran taplak meja...

89 89 90 90 91 91 92 92 116 117 117 118 118 119 119 120 120 121 122 122 125 130 133


(12)

ix Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.36. Batik ukuran kain panjang... Gambar 4.37. Meluangkan waktu luang bermain di sanggar... Gambar 4.38. Bermain di luar rumah... Gambar 4.39. Proses membatik anak-anak perempuan... Gambar 4 .40. Membatik batik tulis... Gambar 4.41. Tahapan proses berkarya batik……...……….

Gmbar 4.42. Tahapan ukuran Hasil karya batik………...……….

134 135 135


(13)

x Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Model Pembelajaran... Tabel 2.2. 18 (Delapan Belas) Pilar Nilai Karakter...

Tabel 3.1. Model Berpikir…...………

40 55 65


(14)

xi Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Observasi Fokus Pengamatan... Lampiran 2. Pedoman Wawancara (Interview) 1... Lampiran 3. Pedoman Wawancara (Interview) 2... Lampiran 4. Foto Hasil Wawancara... 150 151 152 153


(15)

1 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan seni salah satu pelaksananya melalui pembelajaran seni, aktifitas pembelajaran harus menampung kekhasan yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Pembelajaran batik merupakan bagian dari pelaksanaan pelajaran Seni Budaya/Seni Rupa bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya. 2. Menampilkan sikap apresiatif terhadap seni budaya. 3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya.

4. Meningkatkan peran serta seni budaya pada tingkat lokal, regional, amupun global.

5. Mengolah dan mengembangkan rasa humanistik.

Banyak anggapan bahwa seni merupakan pengalih perhatian yang positif, dapat mengurangi stres, kebosanan dan meningkatkan kualitas hidup. Seni juga bisa menjadi ruang mengekspresikan diri, dimana seseorang dapat menuangkan apa yang dipikirkan, dan dirasakannya. Selain itu, belajar seni juga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan melalui kegiatan sabil bermain. Menciptakan karya berarti mengeluarkan apa yang ada di pikiran dan perasaan karena didalamnya ada keterlibatan jiwa dan respon emosional termasuk didalamnya pengalaman ekstetik juga artistik.

Setiap anak memiliki kemampuan untuk berkreasi dalam bidang seni dan menjadi kreatif, namun beberapa faktor seperti lingkungan, aturan, dan kebiasaan cenderung mengubah perilaku kita untuk hidup terlalu serius dan berada di dalam tekanan. Sedangkan kreativitas adalah sesuatu yang


(16)

2

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membutuhkan ruang dan waktu yang cukup untuk bisa diwujudkan sehingga terkadang sulit bagi kita untuk mengurangi tekanan-tekanan tersebut dan menyalurkan emosi kita melalui sesuatu yang positif dan berguna.

Salah satu ancama terberat dalam era globalisasi saat ini adalah persatnya kemajuan teknologi informasi yang mudah diakses oleh siapa saja dan kapan saja yang tidak diimbangi dengan pemahaman, pengetahuan serta proteksi diri baik secara fisik maupun psikis. Siapa yang tidak kenal dengan

istilah “Internet, Google, Facebook, BBM, You Tube, Play Stasion dan

sebagainya” hampir semua orang pernah mencoba dan menggunakan aplikasi tersebut baik melalui media telepon genggam maupun komputer. Untuk sebagian orang dewasa yang sudah memiliki komitmen kehidupan yang tinggi misalnya jam kerja yang padat, hal-hal tersebut tentunya bukan merupakan ancaman yang cukup mengganggu siklus kehidupannya.

Semakin mudahnya semua orang khususnya anak-anak mengakses dunia internet, tentu memiliki dampak positif dan negatifnya. Biasanya para anak-anak mengunjungi dunia internet adalah untuk bermain games online Salah satunya pernah disampaikan oleh pakar pendidikan lulusan universitas Harvard dan Yale, Amerika Serikat, yang juga merupakan penulis buku Digital Game-Based Learning, bahwa anak-anak yang berusia 14 tahun ke bawah

merupakan sebagai “Digital Natives” atau “Penduduk Asli” yang menghuni dunia digital.

Dikutip dari Solo Pos online, seiring dengan terus berkembangnya teknologi, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai peringkat ketiga di Asia dengan 55 juta orang. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Sumberdaya Perangkat Pos dan Informatika (SDPP) Kemen Kominfo Budi Setiawan "Dari 245 juta penduduk Indonesia, pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang". Dari data terakhir pada Desember 2011, tercatat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 55 juta orang atau menguasai Asia sebesar 22,4% setelah Jepang.


(17)

3

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara itu, ujar dia, berdasarkan penelitian Nielsen, Indonesia juga masuk sebagai pengguna perangkat mobile tertinggi sebanyak 48%, diikuti oleh Thailand dan Singapura. Bahkan dari segi usia, lanjutnya, semakin banyak pengguna internet merupakan anak muda. "Mulai dari usia 15-20 tahun dan 10-14 tahun meningkat signifikan" menurut Budi Setiawan. Ia juga menambahkan Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar untuk teknologi informasi komunikasi (TIK), OS, gaming dan hardware (tablet, PC, dan netbook).

Berdasarkan data Kominfo April 2012, jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna twitter di Indonesia. "Indonesia menjadi negara kelima terbesar pengguna twitter di bawah Inggris dan negara besar lainnya."

Ditulis dari sebuah situs www.edukasi.kompasiana.com seorang guru di Kota Semarang, Ali Dulkamid merasa miris ketika memperhatikan cara bergaul serta perkembangan anak-anak kota itu,

Mereka lebih asyik berlama-lama memperhatikan “wall” FB nya dari pada mencermati serta memaknai pagelaran wayang yang syarat dengan nasehat dan sering diselenggarakan di Balai Kelurahan. Atau jemari mereka lebih terampil memainkan keypad Hp dari pada mencoba berlatih “membatik” semisalnya.”

Orang tua yang sibuk dan tidak mempunyai waktu luang dengan anak, biasanya akan menggantikan waktu-waktu tersebut dengan membelikan barang-barang yang sedang trend dan disukai anak, tanpa mempertimbangkan resiko, baik-buruk serta tingkat kebutuhan dari si anak tadi. Anak-anak yang menganggur (tidak memiliki kegiatan) tentu akan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menyalahgunakan fungsi positif dari kemajuan teknologi media digital dibandingkan dengan anak yang memiliki aktivitas padat (sekolah, kursus bahasa, keterampilan, bimbingan belajar, mengaji, dll). Orang tua juga akan mengalah jika anaknya sudah merengek untuk meminta bermain dan hal


(18)

4

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini membuat orang tua merasa „aman‟ dengan membiarkan anaknya tenang

bermain dengan berbagai alat berbasis multi media, mulai dari play station, internet dan dan lain-lain.

Anak yang sudah kecanduan multi media termasuk game akan sulit bersosialisasi dengan anak lain. Karena anak akan lebih nyaman dan senang dengan fokus perhatiannya hanya pada game, bukan dengan interaksi dengan temannya. Terkait dengan aspek sosial, bermain berbagai alat berbasis multi media yang melebihi batas dapat mengurangi kesempatan anak untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Begitu pula dengan aspek kognitif, sikap agresif akan menjadi bagian dari prilaku anak yang cenderung bermain dengan game bertemakan peperangan atau perkelahian. Kecenderungan demikian dapat ditemukan pada anak-anak yang mulai „kecanduan‟ mereka tidak segan-segan akan melawan orang tuanya jika dilarang bermain permainan berbasis multi media terutama game.

Berdasarkan kenyataan tersebut, aktifitas berbasis pendidikan di lingkungan sosial rumah sangat diperlukan. Dengan kegiatan yang positif, anak tidak hanya sekedar menganggur sehingga banyak waktu dan potensi yang tebuang. Aktifitas dalam hal ini berupa kegiatan yang dapat membina sikap, prilaku dan mental seorang anak agar secara psikologis dapat menjadi anak yang berbudi luhur dan memiliki kepekaan tinggi terhadap sesama. Tidak hanya itu, anak sudah bisa diajarkan bagaimana menyalurkan, mengendalikan emosi-emosi dan mengurangi tekanan emosi melalui suatu kegiatan, terutama kegiatan yang berhubungan dengan kreativitas. Mulai dari membina prilaku moral dan akhlak, semua harus terpenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang baik juga memperhatikan setiap kebutuhan anak, bukan hanya kebutuhan saat ini, tetapi kebutuhan ketika dewasa kelak.

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan khasanah budaya dan seni, salah satunya aktivitas membatik. Membatik sendiri dapat dijadikan sebagai wadah penyaluran aktivitas kesenian. Pembuatan batik, khususnya batik tulis, yang memakan waktu cukup lama dan mengandung makna kesabaran, ketelitian,


(19)

5

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan ketelatenan sehingga hasil yang didapat pun maksimal. Hal ini bisa juga diterapkan pada bagaimana seseorang menyalurkan emosi-emosi negatif yang ada pada dirinya. Selain itu hal tersebut juga dapat diterapkan bidang pekerjaan lainnya. Filosofi yang terkandung dalam seni membatik bisa kita gali dan kembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana pola kehidupan masyarakat pembatik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan, kegotong royongan, kebersamaan, toleransi, dan budi pekerti, kesenian batik juga kental oleh nilai-nilai luhur yang patut kita serap.

Batik adalah sebuah hasil karya klasik, yang saat ini sangat identik dengan seni tradisi Indonesia. Dunia internasionalpun sudah menetapkan batik sebagai warisan budaya dari Indonesia. Batik merupakan salah satu produk budaya yang sudah memasyarakat dan kegiatan membatik sejak dahulu sudah menjadi kegiatan masyarakat khususnya kaum perempuan. Batik merupakan sehelai kain panjang yang digunakan sebagai pakaian yang penggunaannya cukup dengan melingkarkan kain ke pinggang sampai menutupi kaki. Membatik penuh dengan tantangan, ketelitian, ketekunan serta tanggung jawab. Membatik juga bisa memberikan rasa pengendalian diri pada anak, karena tingkat kesulitan dan proses membatik yang panjang.

Kegiatan membatik dapat dilakukan dilingkungan rumah setelah pulang sekolah dengan suasana yang santai, tanpa ada paksaan maupun tuntutan nilai seperti di sekolah formal. Saat melakukan kegiatan membatik, anak dapat berkumpul dengan anak lain dan menciptakan suasana yang berbeda sambil bermain dan menyenengkan tidak seperti pertemuan di sekolah formal yang terkesan kaku dan tegang.

Pembelajaran batik merupakan pelaksanaan pendidikan seni. Pendidikan seni merupakan bagian dari rumpun pendidikan nilai. Pendidikan nilai adalah suatu proses budaya yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat manusia, membantu manusia berkembang dalam dimensi intelektual, moral, spiritual, dan estetika yang memuat nilai-nilai.


(20)

6

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran batik sebagai pelaksanaan pendidikan seni diberikan karena keunikan kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi. Peran ini tidak dapat diberikan oleh kegiatan lain non berbasis kebudayaan. Karena kebudayaan itu sendiri lahir dari buah pemikiran manusia yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, moral, kesenian, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain yang dapat diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

Pengalaman estetika yang diberikan pada pendidikan seni khususnya membatik pada prinsipnya berfungsi melatih dan mengembangkan kepekaan rasa. Dengan demikian rasa yang tinggi mental seseorang cenderung mudah diisi dengan nilai-nilai hidup dan kehidupan, seperti nilai religious, nilai moral, nilai budi pekerti, dan nilai kehidupan lainnya. Karena batik itu sendiri penuh dengan resiko sewaktu mengerjakannya, mulai dari resiko terkena cipratan malam panas, sampai karya yang belum tentu berhasil di buat.

Pendidikan seni kriya membatik mulai dari menyusun motif sampai pembatikannya. Batik sendiri dapat dikategorikan kedalam dua kategori, yang pertama batik untuk komoditas pedagangan dan batik untuk penghalusan karakter. Batik tradisioal pada awalnya hanya khusus dikerjakan dilingkungan keraton-keraton Jawa dan berkembang pada lingkungan itu saja, terutama wanita keraton yang diberikan kesempatan untuk mendalami dasar pendidikan seni kriya batik, tujuannya sebagai penghalusan karakter.

Dalam pengembangan pembelajaran membatik, anak diajarkan untuk mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggungjawab atas keputusan yang akan diambilnya. Selanjutnya menjadikan nilai-nilai tersebut sesuai dengan keyakinan diri. Kegiatan yang dimaksudkan ini untuk mengembangkan kemampuan anak dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong anak untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.


(21)

7

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunitas Setapak Batik, merupakan sebuah komunitas yang berdiri di tengah perkotaan Kota Jakarta, tepatnya di Jalan Palbatu, berada di Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Lokasi Jalan Palbatu sendiri terletak ditengah kawasan Setiabudi, Karet, Semanggi, Bendungan Hilir, Tanah Abang dan Palmerah. Siswanya siapa saja, termasuk anak-anak di wilayah tempat sanggar berada dan sekitarnya. Anak-anak di sekitar kawasan Palbatu juga memiliki masalah yang sama dengan maraknya pembangunan warnet yang makin menjamur dan marak di lingkungan sekitar. Menurut Harry, salah seorang penggagas Kampung Batik Palbatu. Komunitas Sanggar Batik Setapak secara aktif dan terus menerus akan berkonsentrasi untuk membidik peserta anak-anak sebagai kegiatan pengalih perhatian dari aplikasi berbasis multimedia (game online) yang tidak jarang membuang percuma waktu luang dan uang khususnya untuk anak-anak di wilayah Palbatu.

Penulis memilih penelitian dilakukan di Jakarta karena Jakarta sendiri memiliki seni batik namun tidak semua penduduk Jakarta dan Suku Betawi memiliki pengatahuan tentang membatik. Komunitas Setapak yang berada di perkotaan (Jakarta) dimana masyarakatnya adalah bukan pembatik kemudian anak-anak usia 9-11 diajarkan membatik. Komunitas Batik Setapak kedepannya mulai merintis sebagai kampung betawi dan telah dua kali menggelar festival batik di Jakarta,

1. Persepsi dari komunitas pembatik setapak dalam memandang proses pembelajaran membatik.

2. Rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik setapak.

3. Dampak (hasil) dari pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun.


(22)

8

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumusan masalah dalam penelitian ini merujuk kepada pengembangan model pembelajaran batik untuk meningkatkan minat siswa dalam kesenian tradisi serta membatik sebagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengisi waktu luang di rumah untuk anak usia 9-11 tahun. Selanjutnya karena keterbatasan waktu penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini hanya pada aspek pengelolaan dan sistem pembelajaran di sanggar. Secara garis besar, rumusan masalah penelitian yang akan diajukan adalah “Bagaimanakah komunitas pembatik sanggar setapak mengelola pembelajaran batik yang mengorientasikan pada pembentukan watak anak usia 9-11 tahun?” Berdasarkan masalah penelitian tersebut, peneliti dapat mengemukakan tiga pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang batik dan pembelajarannya?

2. Bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran batik yang dilakukan oleh komunitas pembatik setapak?

3. Dampak watak apa saja yang terbentuk dari pembelajaran batik pada anak usia 9-11 tahun?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang hadir dalam pertanyaan penelitian. Karena itu, rumusan tujuan penalitian mencakup:

1. Mendeskripsikan persepsi komunitas pembatik setapak dalam memandang pembelajaran batik?

2. Mendeskripsikan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran batik oleh komunitas pembatik setapak?

3. Menganalisis dan mendeskripsikan dampak (hasil) pembelajaran batik terhadap pembentukan watak anak usia 9-11 tahun?


(23)

9

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat secara intelektual, terutama dalam hal:

1. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang konsep pendidikan seni, khususnya kegaitan non formal di luar lingkungan sekolah dengan memanfaatkan sebuah kelompok atau komunitas yang membentuk sanggar dibidang pendidikan dan budaya. 2. Manfaat praktis, yaitu dengan memberikan masukan untuk pihak lain, yaitu:

Praktisi pendidikan seni di berbagai tempat baik di lembaga formal maupun non formal terutama yang berkonsentrasi terhadap kegiatan seni tradisi khususnya membatik dalam bidang budaya dan psikologi.

3. Manfaat penelitian, yaitu sebagai bahan untuk pembanding dan model (contoh) pembelajaran bagi peneliti untuk pembelajaran seni tradisi khususnya membatik.


(24)

58 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian yakni pendekatan budaya, yakni suatu pendekatan dalam penelitian yang lebih memperhatikan hubungan-hubungan fungsional dalam struktur yang bertingkat-tingkat, dimana antargejala satu sama lain saling berkaitan dan membentuk satau kesatuan yang holistik (Suparlan, l988). Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti, maka pola budaya belajar produktif ditempatkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aspek kehidupan kelompok masyarakat di sekitar Sanggar Batik Setapak Jakarta. Unsur yang berkaitan tersebut yakni keterampilan membatik dan keterampilan hidup. Unsur tersebut saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan.

Untuk memperoleh penjelasan mengenai hubungan antarunsur tersebut, maka diperlukan penggalian informasi yang meluas dan mendalam. Pengumpulan informasi yang menjadi serangkaian data penjelas dalam pendekatan ini harus berdasar pada pandangan masyarakat setempat sebagai landasan prinsipil yang harus ditaati dalam penelitia kualitatif. Dengan demikian posisi peneliti adalah menafsirkan situasi sosial budaya yang tampak berhubungan dengan tempat, waktu, obyek, pelaku, aktivitas, tindakan, dan perasaan-perasaan masyarakat yang bersangkutan mengenai pola budaya belajar masyarakat Jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.

Berdasarkan pandangan itu, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian itu yakni: 1. Teknik pengamatan atau observasi, yakni teknik yang menkankan pada kecermatan panca indra dalam mengamati gejala fisik yang berhubungan dengan budaya belajar produktif, keterampilan melukis dan keterampilan hidup kolektif. 2. Teknik pengamatan terlibat,


(25)

59

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yakni teknik yang pengamatan mengenai hubungan tindakan manusia dalam kaitanya dengan yang lain. Teknik ini membutuhkan interaksi sosial yang dilakukan dengan kerja sama dengan suatu kelompok sosial sebagaimana yang disarankan oleh Black & Champion (l992: 289). 3. Teknik wawancara berstruktur. Teknik wawancara penting dilakukan untuk melengkapi teknik observasi. Teknik wawancara berstruktur adalah wawancara yang dilakukan melalui sejumlah informan yang setara dengan cara struktur yang bertingkat-tingkat, yakni dengan menggunakan pedoman wawancara yang dirancang sebelum wawancara dilakukan mengenai suatu topik permasalahan; 4. Teknik wawancara mendalam atau deep interview yang digunakan untuk melengkapi teknik pengamatan terlibat, yakni dengan cara konfirmasi kembali kepada sumber lainnya yang dipandang tepat. Dalam wawancara mendalam memerlukan informan kunci (key informant) guna memperoleh validitas data yang telah diperoleh dari teknik pengamatan terlibat; dan 5. Teknik studi dokumen, yakni menggali informasi melalui dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dikaji.

B. Teknik Pengumpulan Data

Sumber informasi atau data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi lapangan, yakni melalui observasi atau pengamatan, baik berupa pengamatan biasa ataupun pengamatan terlibat. Sumber informasi pengamatan adalah keadaan dan kejadian yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat Jalan Palbatu, Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, seperti: 1. Peta pemukiman Jalan Palbatu; 2. Jenis bangunan yang ada pada Sanggar Batik Setapak; 3. Jalan-jalan yang saling menghubungkan wilayah di Jalan Palbatu; 4. Peralatan dan media belajar di Sanggar Batik Setapak; 5. Berbagai kegiatan pembelajaran di Sanggar Batik Setapak; 6. Kegiatan kegamaan di lingkungan Sanggar Batik Setapak tepatnya di Jalan Palbatu; 7. Kegiatan pembelajaran seni rupa khususnya membatik di lingkungan Sanggar Batik Setapak; 8. Kegiatan keterampilan


(26)

60

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup sehari-hari di Sanggar Batik Setapak. Observasi atau pengamatan terlibat digunakan untuk memperhatikan pada: 1. Suasana kehidupan disekitar wilayah Jalan Palbatu tepatnya di Sanggar Batik Setapak; 2. Suasana Sanggar Batik Setapak; 3. Proses pembelajaran keterampilan membatik di Sanggar Batik Setapak.

Interview atau wawancara penting dalam penggalian informasi dari para informan yang memiliki pengetahuan banyak mengenai pola budaya belajar yang akan mencapai keterampilan hidup kolektif. Wawancara dibagi dalam dua bagian, wawancara terstruktur, yakni dengan menggunakan pedoman wawancara secara berulang kepada informan mengenai suatu topik; dan wawancara mendalam yang digunakan untuk menggali suatu informasi penting di lapangan sehingga dapat mencapai pemahaman yang menyeluruh mengenai masalah yang diteliti. Informan yang ditetapkan dalam penelitian ini berada di lingkungan masyarakat Isi masing-masing lokus penelitian, diantaranya: 1. Para tokoh masyarakat yang berada di lingkungan Sanggar Batik Setapak; 2. Anggota dari komunitas Batik Setapak; 3. Staf pemerintahan termasuk pihak Rt-Rw; 4. Para pengajar; 5. Para orang tua yang anaknya belajar membatik di Sanggar Batik Setapak; 6. Anak didik Sanggar Batik Setapak; 7. Ahli pendidikan membatik.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sanggar Batik Setapak dengan sasaran yaitu pembelajaran membatik. Dalam penelitian kualitatif, istilah subjek lebih tepat digunakan dibandingkan dengan sampel. Istilah sampel bertolak dari asumsi bahwa setiap unsur dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, sedangkan dalam penelitian kualitatif seperti ini tidak semua subjek dari latar yang diteliti mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai subjek penelitian.

Dalam penelitian ini sampel berarti subjek orang, peristiwa, dan informasi yang dipilih untuk memberikan informasi yang terpercaya. Untuk


(27)

61

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu, penetapan subjek dilakukan melalui sampel internal. Bogdan dan Biklcn (1982: 62) menyebut sampel internal, yaitu keputusan yang diambil jika setelah memiliki gagasan umuln mengenai apa yang akan dikaji dengan siapa akan berbicara, kapan melakukan pengamatan, dan berapa banyak jenis dokumen yang akan ditinjau. Oleh Glaser dan Straus (1985: 102) disebut sampling teoritis dengan kriteria penentuan kapan berhenti membuat sampling kelompok-kelompok yang berbeda-beda untuk sebuah kategori adalah kejenuhan teoritis kategori itu. Orang memperoleh kejenuhan teoritis dengan cara mengumpulkan data sambil menganalisisnva. Bila suatu kategori tclah jenuh, tidak ada cara lain kecuali terus mencari kelompok baru dengan data dari kategori lain dan berusaha menjenuhkan kategori-kategori baru ini juga.

Pemilihan subjek informan, prosedurnya sesuai dengan saran Patton (1980: 205) yaitu penetiti memilih informan yang dipandang paling mengetahui masalah yang dikaji, dan pilihannya dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam pengumpulan data.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap studi pendahuluan dan studi implementasi model pembelajaran. Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, transkrip dokumen, dan catatan hasil pengamatan. Bahan-bahan tersebut memungkinkan peneliti melaporkan apa yang ditemukannya kepada pihak lain (Bogdan dan Biklen, 1982: 145). Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data menatanya menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan dipelajari serta memutuskan apa yang akan peneliti laporkan.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara berulang-ulang dan berkesinambungan antara pengumpulan dan analisis data, baik selarma


(28)

62

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data di lapangan maupun sesudah data terkumpul (Bogdan dan Biklen, 1982: 145). Pada tahap pertama terdiri atas tiga langkah, yaitu: (l) checking (2) organizing dan (3) coding (Kadir, 1992: l).

Checking, dimaksudkan untuk menentukan data yang diragukan, data yang perlu dicek lebih lanjut, data yang kurang lengkap, sumber informasi yang diragukan dan tidak diragukan kejujurannya, sumber informasi yang masih diperlukan, waktu dan tempat yang tepat untuk mengumpulkan data. Checking dimaksudkan untuk mengetahui apakah teknik pengumpulan data yang digunakan sudah tepat untuk mendapatkan data yang diharapkan dan tidak mengganggu subjek, dan data apa saja yang perlu diambil dengan triangulasi.

Organizing, dimaksudkan untuk mengelompokkan data ke dalanm bentuk yang memudahkan pengecekan sumber datanya, tempat dan tanggal data diambil, teknik pengumpulan dan jenis data, memberi tanda pada data yang sudah dicek kelengkapan akurasinya. Pengelompokan data dibuat dalam file/map yang berbeda antara hasil pengamatan, studi dokumen, dan hasil wawancara.

Coding, dimaksudkan untuk mengurangi jumlah data menjadi bagian kecil unit-unit analisis untuk memudahkan peneliti memfokuskan pengumpulan data berikutnya. Pengkodean data dilakukan diengan menciptakan skema umum yang tidak hanya terbatas pada konten, tetapi mengacu kepada domain-domain umum yang menampung kode yang dikembangkan secara inklusif. Setelah data disederhanakan melalui analisis tersebut, maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model analisis domain, taksonomi, komponen, dan tema (Spradley, 1980: 87).

Analisis domain, dilakukan baik dengan menggunakan folk terms, analytic terms, maupun mixed terms. Ada enam langkah yang ditempuh dalam penerapan analisis ini, yaitu: 1. Memilih hubungan semantik tunggal, 2. Mempersiapkan lembar kerja analisis, 3. Memilih sampel dari data lapangan, 4. Mencari terminologi peliput dan terminologi diliput yang cocok


(29)

63

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan hubungan semantik, 5. Mencari domain yang hubungan semantiknya berbeda, dan 6. Membuat daftar pengelompokan domain. Dalam analisis domain ini, selain melihat kode catatan lapangan, juga peneliti kembali membaca catatan lapangan untuk mencari hubungan semantik yang ada di dalamnya, daftar domain ini dibuat berdasarkan urutan pengelompokan Spradley (1980: 93).

Analisi taksonomis, sebagai kelanjutan dari analisis domain, maka kegiatan dalam tahapan ini adalah mengkategorikan domain berdasarkan hubungan semantik tunggal. Dalam hal ini dicari bagian-bagian dari kcgiatan belajar, hubungan di antara bagian-bagian dan hubungan keseluruhannya. Dari gambaran kegiatan belajar secara keseluruhan, selanjutnya diperikan bagian-bagian dasar dari domain dan unit lebih kecil yang membentuk suatu domain. Ada tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis ini, yaitu: 1. Mulai dengan memilih domain yang memuat informasi yang paling banyak. 2. Mencari persamaan berdasarkan hubungan semantik, 3. Mencari included terms tambahan, 4. Mencari domain yang lebih besar, lebih inclusif yang mungkin memuat sub-set dari domain yang sedang dianalisis, 5. Membentuk taksonomi sementara berdasarkan outline, 6. Melaksanakan pengamatan terfokus untuk mengecek hasil analisis, dan 7. Membentuk taksonomi yang komplit dan peneliti menghentikan pengumpulan data untuk analisis taksonomis.

Analisis komponensial, analisis ini dimaksudkan untuk mencari komponen pengertian secara sistematis yang berhubungan dengan kategori kegiatan belajar subjek. Ada delapan langkah yang ditempuh dalam analisis ini, yaitu: 1. Memilih satu domain untuk dianalisis, 2. Mencari seluruh kontras, 3. Mempersiapkan lembar kerja paradigma, 4. Mengidentifikasi dimensi kontras yang mempunyai pasangan nilai, 5. Menggabungkan dimensi-dimensi kontras yang berhubungan dekat menjadi satu dimensi yang mempunyai nilai multi, 6. Menyiapkan pertainyaan kontras untuk atribut yang


(30)

64

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hilang, 7. Melaksanakan pengamatan selektif untuk menemukan informasi yang kurang dan 8. Menyiapkan paradigma yang komplit.

E. Model Berpikir

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan, dalam penilitian ini yang menjadi model berpikir adalah konsep pembelajaran batik pada komunitas setapak, pembentukan watak anak usia 9-11 tahun dan pengelolaan pembelajaran. Menurut Goerge Jr (1955) karakteristik komunitas adalah hal yang dibangun dengan fisik atau lokasi geografi (Physical or geographical location) dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (need). Sedangkan Tujuan dari kegiatan komunitas pembatik menurut Biranul Anas (2007), adalah sebagai bagian lingkup religi dan adati serta batik sebagai komuditas perdagangan. Menurut Gusfield (1977), komunitas memiliki ciri-ciri: Shared spatial relations, Sense of community conventions, A sense of membership and boundaries, dan An ongoing rhythm of sense of community interaction. Sedangkan entasi dan dampak terhadap watak dari pembelajaran membatik. menurut Pusat Kurikulum, Balitbang (Badan Penelitian dan Pengembangan) Kemendikbud. Ada 18 karakter yang harus dikembangkan untuk anak didik di Indonesai dalam pembelajaran yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, madiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Model berpikir dapat dikembangkan menjadi sebagai berikut:


(31)

65

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Model Berpikir

Tujuan dari kegiatan komunitas pembatik adalah sebagai bagian lingkup religi dan adati serta batik sebagai komuditas perdagangan.

(Sumber: Biranul Anas (2007))

Ciri-ciri komunitas:

1. Shared spatial relations

2. Sense of community

conventions

3. A sense of membership and

boundaries, dan

4. An ongoing rhythm of sense

of community interaction (Sumber: Gusfield (1977))

1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif 7. Madiri 8. Demokratis 9. Rasa ingin tahu 10. Semangat kebangsaan 11. Cinta tanah air 12. Menghargai prestasi 13. Bersahabat/komunikatif 14. Cinta damai

15. Gemar membaca 16. Peduli lingkungan 17. Peduli sosial, dan 18. Tanggung jawab

(Sumber: Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendikbud.)

Komunitas

Pembatik Watak/Karakter

Pengelolaan:

0. Perencanaan Belajar 1. Pelaksanaan Belajar 2. Penilaian/Evaluasi

Belajar

(sumber: Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007)


(32)

136 Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyampiaka kesimpulan penelitian tentang “Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9 - 11 Tahun melalui Pembelajaran Membatik” adalah, sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Komunitas Pembatik Setapak adalah fenomena pembelajaran membatik yang dilakukan oleh individu-individu yang terikat dengan seni batik dari asal kampung halamannya. Meskipun ada di Kota Besar Jakarta yang kompleks namun masih bisa eksis. Sanggar Setapak dijadikan tempat berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama anggota sambil mengajarkan batik pada anak-anak di lingkungan Kampung Palbatu Menteng Dalam Tebet Jakarta. Misi utamanya adalah memasyarakatkan batik dan membentuk aktivitas positif pada anak di tengah hiruk pikuknya kemajuan teknologi yang menjadi pilihan umumnya anak-anak Jakarta.

1. Persepsi dan pengetahuan membatik para anggota komunitas pembatik pada umumnya cukup luas, khususnya pengetahuan menganai batik tulis corak tradisional Jawa Tengah. Persepsi yang baik mereka telah dipandu oleh pengetahuannya mengenai pengetahuan jenis batik, peralatan, bahan dan teknik dalam proses membatik tulis, selain juga pengetahuan dalam memelihara kelestarian seni batik tulis dan juga pengetahuan dalam memasarkan dan mempublikasikan batik. Berkenaan dengan persepsinya yang cukup memadai dalam memahami landasan dan falsafah pembelajaran membatik tulis, cara-cara mengajarkannya, kedalaman materi yang disamapaikan, pengetahuan mengenai metoda mengajar,


(33)

137

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan tentang dunia anak dan membangun watak anak-anak ke arah yang lebih positif.

2. Pengelolaan Pembelajaran Batik di Sanggar Batik Setapak tidaklah sama

persis dengan pembelajaran batik di sekolah. Pada umumnya anggota komunitas hanya menetapkan tujuan mencapai kemampuan yang berupa aspek pengenalan, penghargaan, dan kemampuan berkreasi membatik, khususnya dalam menambah konsentrasi, berkarya secara teliti, dan berlatih kesabaran dan ketekunan anak. Sumber dan materi pembelajaran diperoleh dari pengalaman sendiri, pelatihan-pelatihan dan buku-buku mengeni motif batik. Pendekatan, metoda, strategi dan teknik pembimbingan disesuikan dengan kondisi dan kebutuhan anak-anak. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah yang ditetapkan bersama.

3. Pembelajaran membatik yang dilakukan Komunitas Pembatik Sanggar

Setapak telah berdampak positif bagi pembentukan kebiasaan dan watak anak-anak. Berdasarkan data di lapangan dampak terbagi dua bagian, yakni dampak yang bersifat umum, yang berupa pemanfaatan waktu luang pada anak-anak dan variasi kegiatan mereka dalam keseharian. Selain itu juga kualitas bermain meningat dan tentunya menghasilkan karya batik. Selain itu pembelajaran batik juga berdampak secara khusus, yakni ((1) Mendorong rasa untuk keingin tahuan; (2) Mendorong kebiasaan/sikap untuk kreatif; (3) Melatih kemampuan bekerja keras dalam berkarya dan bekerja; dan (4) Menciptakan kebiasaan untuk lebih disiplin, tekun dan rajin dalam menyelesaikan tugas.

B. Rekomendasi

Rekomendasi atau saran hasil penelitian mengenai “Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta dalam Pembentukan Watak Anak Usia


(34)

138

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 - 11 Tahun” dapat disampaikan rekomendasi ke beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi pengelola Komunitas Pembatik Setapak untuk meningkatkan

kesungguhan dalam pola pembelajaran batik, khususnya sarana dan prasarana sanggar dan arah pembelajaran dalam mencapai perwatakkan anak.

2. Bagi pihak orang tua anak yang belajar membatik di Sanggar Setapak untuk memberi kontribusi yang memadai mengingat pembelajaran batik telah berdampak bagi perkembangan watak siswa secara signifikan, sehingga akan membentuk kepribadian anak yang lebih baik.

3. Bagi pihak Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kota Jakarta Selatan, untuk mendukung penuh mengenai pembelajaran batik, khususnya batik yang bermotif hias Betawi dalam memasyarakatkan seni budaya Batik Betawi pada satu sisi dan pembentuan karakter anak yang merupakan bagian dari pembentukan karakter bangsa.


(35)

139

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Allport, Gordon. W. (1937). Personality A Psychological Interoretation. New York: Henry Holt and Company.

Abrari Rusyan. (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja.

A.J, Soehardjo. (2005). Pendidikan Seni Dari Konsep Sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain Universitas Malang.

Ali, Matius. (2011). Estetika Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan. Jakarta: Sanggar Luxor.

Al-Hakim, Suparlan. (2002). Strategi Pembelajaran Berdasarkan

DeepDialogue/Critical Thinking (DD/CT). Jakarta: P3G Dirjen Dikdasmen.

Anas, B., Hasanudin, Panggabean, R., dan Sunarya, Y. (1997). Indonesia Indah Buku ke-8, Batik, Jakarta: Yayasan Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah, Perum Percetakan Negara RI.

Ari, Wulandari. (2011). Batik Indonesia. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, Suharsimi. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bawahi, Imam. (1985). Pengantar Ilmu Jiwa Perkembangan. Surabaya: Bina Ilmu.


(36)

140

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Black, James. A. dan Dean J. Champion (1992). Method and Issues in Social Research, terjemahan E. Koswara, dkk. Jakarta: Pt Eresco.

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methode. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Briggs, J. L. (1997) Instruction Design; Principle and Aplication. New York: Educational Technology Publication Inc.

Briner, M. (1999). What is Constructivism?. Colorado: University of Colorado at Denver School of Educatio.

Budiningsih, Asri C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Burton, William. (2005). The Guidance of Learning Activity. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Bell, Clive. (1960). Art. London: Chatto and Windus.

Bertenz, K. (2006) “Psikoanalisis Sigmund Freud“. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bruner, Jerome. (1977). The Process of Education. Cambridge, Mass.: Harvard University Press.

D, Singgih. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa. (1991). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.


(37)

141

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Darsono, Max. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dewey, John. (1961). Democracy and Education (1916). New York: Macmillan.

Depdikbud (1997). Himpunan Peraturan dan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Koperasi Pegawai Kanwil Depdikbud.

Dharmawan. (1988). Pegangan Pendidikan Seni Rupa SMA. Jakarta: CV. Armico.

Kartika, Dharsono. Sony dan Nanang Ganda Prawira. (2005). Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

Djelantik, A. A. M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Djuharie, O. Setiawan. (2001). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Yrama Widya.

Djumena, Nian S. (1990). Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan.

Diknas. (2004). Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Barbasis Kompetensi SMP, Mata Pejajaran Kesenian. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lanjutan Pertama.

E, Diane. Papila. dkk. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian I s/d IV.

Gage, N.L. dan Berliner, David, C. (1984). Educational Psychology. Ed. Boston: Houghton Mifflin Company.


(38)

142

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. (2000). Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS.

Glasser, Barney G. Dan Straus, Anselm. L. (1980). Discovery of Grounded Theory. Strategies for Qualitative Research. New York: Aldine Publishing Co.

Gusfield, J. 1975. The Community: A Critical Response. New York: Harper Colophon.

Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanudin, 2001. Batik Pesisiran (Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri Pada Ragam Hias Batik). Bandung: ITB.

Herbert, Read. (1974). Education Through Art. London: The Shenval Press.

Hudoyo. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Hurlock, Elizabeth B. (1980).Psikologi Perkembangan. Erlangga: Jakarta.

Kamaril, Cut. (2000). Buku SMP Kelas 1. Jakarta: Modul Universitas Terbuka.

Kuntjaraningrat, 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta; Gramedia.

Lanier, Vincent (1969). Teaching Secondary Art. Scraranton: Internasional Textbook Company.


(39)

143

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lowenfeld, Viktor dan W. Lambert Brittain.(1982).Creative and Mental Growth. New York:Macmillan.

Mahpudi dan Mamannoor. (1996). Bahasa Rupa Itu Hanya Instrumen. Bandung: Rekamedia Multiprakara Media Consultant.

Metta, Rr. P. Wardhani (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kulikuler Menggambar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Milyartini, Rita. (2009). Evaluasi Pendidikan Musik. Bandung: CV Bintang WarliArtika.

Mudhoffir, & Tjun Surjaman. (1999). Teknologi Instruksional, sebagai landasan Perencanaan dan penyusunan program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remadja Kosdakarya.

Patton, M.Q. (1980). Qualitative Evaluation Methods . Beverly Hills, CA: Sage Publication.

Poerwardarminta. (1979). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Rader, Melvin. (1960). A Modern Book of Esthetics. New York: Holt, Rinehart & Winston, Inc.,

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.


(40)

144

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Salim, Agus dkk. (2004). Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.

Schramm,Wilbur.(1977). Big Media, Little Media, Tools and Technologies for Instruction. London: Sage Publicatio.

Sipahelelut, A. & Petrussumadi. (1991). Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. (1993). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Sumardjo, Jakob. (2010). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Sunaryo, Aryo. (2009). Ornamen Nusantara (Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia). Semarang: Dahara Prize.

Soedewi, Sri. Samsi. (2011). Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo. Jakarta: Yayasan Titian Masa Depan (Titian Foundation).

Soepratno, B. A. 2000. Ornamen Ukir Kayu Tradisional. Jilid I. Cetakan ke V. Semarang: PT. Effhar Offset.

Spradley, James P. ( 1980 ). Participan Observation. New York: Holt Rinehart and Winston.


(41)

145

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsuddin, Abin. Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Toekio, M. Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo.

Jurnal

Dholakia, Utpal M., Richard P. Bagozzi, and Lisa Klein Pearo. (2004). A social influence model of consumer participation in network- and small-group-based virtual communities. International Journal of Research in Marketing, 21(3), 241-263.

Hillery, George Jr. 1955, "Definitions of Community: Areas of Agreement." RuralSociology 20: 111-122.

Muniz (2001). Brand Community, Journal of Consumer Research, Vol. 27, Maret, pp. 412-32.

Nahapiet J, Ghoshal S. 1998. Social Capital, Intellectual Capital and the Organizational Advantage. The Academy of Management Review 23(2): 242-267.


(42)

146

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bloom, B. S. (1956).Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. [Online] Tersedia: http://www.corrosion-doctor.org/Training/Bloom.htm. [3 September 2012].

Lusiandani, Eka. Koncara. (2013). Sekilas Tentang Pendidikan dan Pembelajran. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/15057544/Sekilas-Tentang-Pendidikan-Dan-Pembelajaran. [10 Mei 2013]

Kadir. (1992). BAB III Metoda Penelitian. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/t_seni_0809676_chapter3.pdf# page=1&zoom=auto,0,630 [19 Mei 2013].

Nature, Teratai (2011). .... [Online]. Tersedia: http://www.facebook.com/teratai. nature/posts/294710743877219. [3 Januari 2013]

Pribadi, (2004). Media Pembelajaran Sebuah Kajian Pustaka. [Online] Tersedia: http://www.infoskripsi.com/2013/01/media-pembelajaran-sebuah-kajian-pustaka.html. [10 Mei 2013].

Purwasasmita, Muliati (2013). Bahan Revisi Buku Media Pembelajaran. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1947 04171973032MULIATI_PURWASASMITA/Bahan_Revisi_Buku_Med ia_Pembelajaran_PLSx.pdf.[10 Mei 2013]

Suparlan. (2012). Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:

www.suparlan.com/2/2012/07/23/pendidikan-karakter [12 Juli 2013]

Yustiningsih, Rini. (2012). Pengguna Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia. [Online]. Tersedia: http://www.solopos.com/2012/11/02/pengguna-internet-indonesia-tertinggi-ketiga-di-asia-344095. [12 Desember 2012].


(43)

147

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://file.upi.edu [12 Desember 2012]

www.hariansumutpos.com [10 Mei 2013]

www.kompas.com [12 Desember 2012]

http://psg.uii.ac.id [12 Desember 2012]

http://tourismews.co.id/category/handycraft/batik-betawi-dahulu-dan-kini [12 Juli 2013]

Id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi [12 Juli 2013]

Sumber Lain-Lain

Hajar Pamadhi. (2009). “Model PendidikanEstetikadalamPembel-ajaranSenidalamSarwijiSuwandidanEdySuryanto (Ed.). Or-kestrasiKajianBahasa, Sastra, danPengajarannya. Surakarta: UNS Press. (kumpulan artikel)

Hidayat, Dayat. (2012). Pembelajaran Keterampilan Fungsional Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar Kejar Paket B di PKBM Harapan Desa Sukamulya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 11 No. 24 Ed.Sep - Nop 2012.

Mangunsong, Andreas. (2008) Pengembangan Model Media Interaktif Bonang Slendro untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Kesenian Tradisional.


(44)

148

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis Magister pada SPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Masnaini. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian Kuis Dengan Mencongkak di Awal Setiap Pertemuan Pada Siswa Kelas V SDN 353 Patalabunga. Skripsi Sarjana pada. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar: tidak diterbitkan.

Noerman, Rani. (2009). Mendidik Anak Tangguh di Era Digital. Makalah pada Seminar PARENTING Madrasah Istiqlal Jakarta, Jakarta.

Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007.

Pusat Kurikulum Balitbang (Balai Peneltian dan Pengembangan) Kemendikbud.

Suparlan, Parsudi. (1987) Kebudayaan, Kesenian dan Seni Rupa. Makalah pada Seminar Gerakan Seni Rupa Indonesia Sebuah Tanggapan atas Makalah Soetjipto Wirosarjono, Jakarta.

Supriawan, D. dan Surasega, A.B. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Diktat pada Kuliah: FPTK-IKIP Bandung, Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasionl. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.


(1)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lowenfeld, Viktor dan W. Lambert Brittain.(1982).Creative and Mental Growth. New York:Macmillan.

Mahpudi dan Mamannoor. (1996). Bahasa Rupa Itu Hanya Instrumen. Bandung: Rekamedia Multiprakara Media Consultant.

Metta, Rr. P. Wardhani (2007). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kulikuler Menggambar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Milyartini, Rita. (2009). Evaluasi Pendidikan Musik. Bandung: CV Bintang WarliArtika.

Mudhoffir, & Tjun Surjaman. (1999). Teknologi Instruksional, sebagai landasan Perencanaan dan penyusunan program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remadja Kosdakarya.

Patton, M.Q. (1980). Qualitative Evaluation Methods . Beverly Hills, CA: Sage Publication.

Poerwardarminta. (1979). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Rader, Melvin. (1960). A Modern Book of Esthetics. New York: Holt, Rinehart & Winston, Inc.,

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.


(2)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Salim, Agus dkk. (2004). Indonesia Belajarlah. Semarang: Gerbang Madani Indonesia.

Schramm,Wilbur.(1977). Big Media, Little Media, Tools and Technologies for Instruction. London: Sage Publicatio.

Sipahelelut, A. & Petrussumadi. (1991). Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. (1993). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Sumardjo, Jakob. (2010). Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Sunaryo, Aryo. (2009). Ornamen Nusantara (Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia). Semarang: Dahara Prize.

Soedewi, Sri. Samsi. (2011). Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya dan Solo. Jakarta: Yayasan Titian Masa Depan (Titian Foundation).

Soepratno, B. A. 2000. Ornamen Ukir Kayu Tradisional. Jilid I. Cetakan ke V. Semarang: PT. Effhar Offset.

Spradley, James P. ( 1980 ). Participan Observation. New York: Holt Rinehart and Winston.


(3)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syamsuddin, Abin. Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Toekio, M. Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo.

Jurnal

Dholakia, Utpal M., Richard P. Bagozzi, and Lisa Klein Pearo. (2004). A social influence model of consumer participation in network- and small-group-based virtual communities. International Journal of Research in Marketing, 21(3), 241-263.

Hillery, George Jr. 1955, "Definitions of Community: Areas of Agreement." RuralSociology 20: 111-122.

Muniz (2001). Brand Community, Journal of Consumer Research, Vol. 27, Maret, pp. 412-32.

Nahapiet J, Ghoshal S. 1998. Social Capital, Intellectual Capital and the Organizational Advantage. The Academy of Management Review 23(2): 242-267.


(4)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bloom, B. S. (1956).Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals: Handbook I, cognitive domain. [Online] Tersedia: http://www.corrosion-doctor.org/Training/Bloom.htm. [3 September 2012].

Lusiandani, Eka. Koncara. (2013). Sekilas Tentang Pendidikan dan Pembelajran. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/15057544/Sekilas-Tentang-Pendidikan-Dan-Pembelajaran. [10 Mei 2013]

Kadir. (1992). BAB III Metoda Penelitian. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/t_seni_0809676_chapter3.pdf# page=1&zoom=auto,0,630 [19 Mei 2013].

Nature, Teratai (2011). .... [Online]. Tersedia: http://www.facebook.com/teratai. nature/posts/294710743877219. [3 Januari 2013]

Pribadi, (2004). Media Pembelajaran Sebuah Kajian Pustaka. [Online] Tersedia: http://www.infoskripsi.com/2013/01/media-pembelajaran-sebuah-kajian-pustaka.html. [10 Mei 2013].

Purwasasmita, Muliati (2013). Bahan Revisi Buku Media Pembelajaran. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1947 04171973032MULIATI_PURWASASMITA/Bahan_Revisi_Buku_Med ia_Pembelajaran_PLSx.pdf.[10 Mei 2013]

Suparlan. (2012). Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: www.suparlan.com/2/2012/07/23/pendidikan-karakter [12 Juli 2013]

Yustiningsih, Rini. (2012). Pengguna Internet Indonesia Tertinggi Ketiga di Asia. [Online]. Tersedia: http://www.solopos.com/2012/11/02/pengguna-internet-indonesia-tertinggi-ketiga-di-asia-344095. [12 Desember 2012].


(5)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu http://file.upi.edu [12 Desember 2012]

www.hariansumutpos.com [10 Mei 2013]

www.kompas.com [12 Desember 2012]

http://psg.uii.ac.id [12 Desember 2012]

http://tourismews.co.id/category/handycraft/batik-betawi-dahulu-dan-kini [12 Juli 2013]

Id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi [12 Juli 2013]

Sumber Lain-Lain

Hajar Pamadhi. (2009). “Model PendidikanEstetikadalamPembel-ajaranSenidalamSarwijiSuwandidanEdySuryanto (Ed.). Or-kestrasiKajianBahasa, Sastra, danPengajarannya. Surakarta: UNS Press. (kumpulan artikel)

Hidayat, Dayat. (2012). Pembelajaran Keterampilan Fungsional Dalam Meningkatkan Keterampilan Warga Belajar Kejar Paket B di PKBM Harapan Desa Sukamulya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 11 No. 24 Ed.Sep - Nop 2012.

Mangunsong, Andreas. (2008) Pengembangan Model Media Interaktif Bonang Slendro untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Kesenian Tradisional.


(6)

Reni Pratiwi Prabaningrum, 2013

Kontribusi Komunitas Pembatik Setapak Jakarta Dalam Pembentukan Watak Anak Usia 9-11 Tahun Melalui Pembelajaran Membatik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tesis Magister pada SPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Masnaini. 2003. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian Kuis Dengan Mencongkak di Awal Setiap Pertemuan Pada Siswa Kelas V SDN 353 Patalabunga. Skripsi Sarjana pada. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar: tidak diterbitkan.

Noerman, Rani. (2009). Mendidik Anak Tangguh di Era Digital. Makalah pada Seminar PARENTING Madrasah Istiqlal Jakarta, Jakarta.

Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007.

Pusat Kurikulum Balitbang (Balai Peneltian dan Pengembangan) Kemendikbud.

Suparlan, Parsudi. (1987) Kebudayaan, Kesenian dan Seni Rupa. Makalah pada Seminar Gerakan Seni Rupa Indonesia Sebuah Tanggapan atas Makalah Soetjipto Wirosarjono, Jakarta.

Supriawan, D. dan Surasega, A.B. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Diktat pada Kuliah: FPTK-IKIP Bandung, Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasionl. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.