PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN
SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA
Disusun Oleh:
NOVITA RIZKY NUGRAHANI
J310100012
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN
SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA
NOVITA RIZKY NUGRAHANI
Program studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammmadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : [email protected]
ABSTRACT
Introduction: Quality of physical fitness and breakfast habit is one of the factors
which affect learning achievement. Breakfast who are thing boring or thing that
troublesome. Breakfast for school children aims to suffice energy needs during
the move. Objective: The aims of study is to determine the relationship between
the quality in of physical fitness and breakfast habits with learning achievement
children grade Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elemantary school. Methods
Research: That was used as methode in this study in addition observation with
cross sectional. The population of this research is students grade V
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elementary school. The number of samples
were 52 children who aged 10-12 year. Data quality physical fitness was obtained
with run 1000 meters and the data the of breakfast habits abtained with food
recall 24-hours during 7 days. The data using is analysed with statistical Pearson
Product Moment test. Results: Result of research showed by that there one no
relationship the quality of of physical fitness and learning achievement with
significant value amounting to 0.797 (p = 0.797> 0,05). However there is a
relationship breakfast habits and learning achievement, recording value
amounting to 0.022 (p = 0.022 0,05 berarti Ho
diterima maka tidak ada hubungan
yang signifikan antara variabel
independent
dengan
variabel
dependent.
a. Karakteristik Sampel Penelitian
1. Distribusi Umur Responden
Tabel 1. Distribusi Jenis
Kelamin Responden
Jenis
Jumlah
(%)
Kelamin
(n)
Laki-laki
24
46,15
Perempuan
28
53,85
Jumlah
52
100
Responden dalam penelitian
ini adalah siswa siswi kelas V SD
Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mencatat jenis kelamin responden.
Berdasarkan tabel jumlah subjek
yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 24 anak (46,15%) dan
yang perempuan sebanyak 28 anak
(53,85%).
2. Distribusi
Jenis
Kelamin
Responden
Tabel 2. Distribusi Umur
Responden
Umur
Jumlah
(%)
(n)
10
35
67,31
11
14
26,92
12
3
5,77
Jumlah
52
100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di
Sekolah Dasar Muhammadiyah 10
Tipes Surakarta. SD Muhammadiyah
10 terletak di desa Dipotrunan RT 02
RW XII kelurahan Tipes Kecamatan
Serengan Solo. SD Muhammadiyah
10 Tipes surakarta mempunyai letak
yang cukup kondusif untuk belajar.
Karena jauh dari keramaian kota dan
diampit
oleh
kampung
yang
memungkinkan
siswa
untuk
berinteraksi
langsung
dengan
masyarakat.
Kegiatan belajar mengajar SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
dimulai pada pukul 07.00 – 13.00.
Sekolah tidak mempunyai halaman
yang luas untuk melakukan kegiatan
olahraga, sehingga kegiatan olahraga
dilaksanakan di lapangan yang
berdekatan
dengan
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.
Kegiatan belajar mengajar
dengan interaksi antara guru dan
siswa.Dalam proses belajar mengajar
akan terjadi timbal balik artinya, tidak
siswa yang belajar namun guru juga
banyak memperoleh pelajaran dari
interaksi
ini.
Siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
berasal dari keluarga berpendidikan
sedang dan berekonomi menengah
ke bawah, sehingga pada umumnya
orang tua siswa mempunyai respon
yang cukup terhadap proses belajar
anak-anaknya.
Responden dalam penelitian
ini adalah siswa siswi kelas V SD
Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta.
Umur subjek dalam penelitian ini
adalah yang berusia 10-12 tahun dan
memenuhi
kriteria
inklusi.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mencatat tanggal lahir responden.
Dari
52
subjek
penelitian
menunjukkan bahwa kelompok umur
sebagian besar berumur 10 tahun
sebanyak 35 anak (67,31%) dan
sebagian kecil berumur 12 tahun 3
anak(5,77%).
7
b. Hasil Penelitian
1. Kualitas Kebugaran Jasmani
Tabel 3. Distribusi Kualitas
Kebugaran Jasmani
Kualitas
Jumlah
(%)
Kebugaran
(n)
Jasmani
Baik
13
25
Sedang
24
46,2
Kurang
10
19,2
Kurang sekali
5
9,6
Jumlah
52
100
sebanyak
36
anak
(69,2%)
mempunyai kebiasaan sarapan pagi
dan sebanyak 16 anak (30,8%)
mempunyai tidak biasa sarapan pagi.
Menurut Khomsan (2004)
mengungkapkan, kebiasaan sarapan
pagi dikategorikan biasa jika dalam
seminggu melakukan sarapan lebih
dari 4 kali dan mengandung energi
20-25% dari kebutuhan total sehari.
Kebiasaan
sarapan
pagi
dikategorikan tidak biasa jika dalam
seminggu melakukan sarapan kurang
dari 4 kali dan mengandung energi
kurang dari 20-25% dari kebutuhan
total sehari dan makan pagi yang
dikonsumsi mengandung zat tenaga,
zat pembangun, zat pengatur.
Berdasarkan hasil recall 24
jam selama 7 hari dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
melakukan sarapan pagi dengan
frekuensi paling sering 4-6 kali dalam
seminggu dan 3 kali dalam seminggu
hanya kadang-kadang. Hasil recall 24
jam di SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta sebagian besar anak
sekolah
mengkonsumsi
bahan
makanan yang mengandung zat
tenaga (karbohidrat) dalam bentuk
nasi, roti dan mie. Bahan makanan
yang mengandung zat pembangun
(protein) yang dikonsumsi anak
sekolah menurut hasil recall, seperti
ikan bandeng, telur, tahu dan tempe.
Menu sarapan pagi anak yang
kurang bervariasi seperti anak
konsumsi sarapan pagi dengan nasi
putih dan telur dadar. Lingkungan
keluarga mempunyai pengaruh agar
anak melakukan sarapan pagi.
Usia 6-12 tahun (anak usia
sekolah) banyak pengaruh kebiasaan
makan
mereka.
Pengalamanpengalaman baru, kegembiraan di
sekolah, rasa takut kalau terlambat,
menyebabkan
anak
sering
menyimpang dari kebiasaan makan
pagi (Moehji, 2003). Kebiasaan
Berdasarkan tabel 3 diperoleh
kualitas
kebugaran
jasmani
responden diperoleh yaitu kualitas
kebugaran jasmani baik sebanyak 13
anak (25%) dan kualitas kebugaran
jasmani kurang sekali sebanyak 5
anak (9,6%). Kualitas kebugaran
jasmani
pada
siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
berada pada kategori sedang dari
keseluruhan subjek penelitian.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
adanya
kualitas
kebugaran jasmani kategori kurang
dan kurang sekali yang disebabkan
karena rendahnya asupan kalori
sarapan pagi belum memenuhi
standar yang diperoleh dari recall.
Irianto
(2007)
mengungkapkan
bahwa kebugaran jasmani yang
belum optimal disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik, kurang
motivasi diri untuk mendapatkan
kebugaran jasmani yang optimal dan
rendahnya asupan sarapan pagi
yang belum mencukupi standar.
2. Kebiasaan Sarapan Pagi
Tabel 4. Distribusi
Kebiasaan Sarapan Pagi
Kebiasaan
Jumlah (%)
Sarapan Pagi
(n)
Biasa
36
69,2
Tidak Biasa
16
30,8
Jumlah
52
100
Berdasarkan tabel 4 diperoleh
kebiasaan sarapan pagi diperoleh
8
sarapan pagi pada siswa SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
memiliki kebiasaan sarapan pagi
yaitu
sebanyak
69,2%
dari
keseluruhan subjek penelitian.
3. Prestasi Belajar
Tabel 5. Distribusi Prestasi
Belajar
Prestasi
Jumlah
(%)
Belajar
(n)
Baik
49
94,2
Tidak Baik
3
5,8
Jumlah
52
100
prestasi dikatakan tidak baik jika nilai
< 70. SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta menggunakan kurikulum
2013.
Berdasarkan tabel 11 prestasi
belajar diperoleh bahwa dari 52 siswa
di SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta sebanyak 49 anak (94,2%)
dengan prestasi belajar baik dan
sebanyak 3 anak (5,8%) dengan
prestasi belajar tidak baik. Prestasi
belajar
pada
siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
memiliki prestasi belajar yang baik
yaitu 94,2%.
Adanya pretasi belajar yang
tidak baik dikarenakan kurangnya
memanfaatkan waktu untuk belajar
dirumah. Dalam kenyataanya masih
banyak anak sekolah yang tidak
belajar secara efektif. Kebanyakan
anak sekolah menganggap belajar itu
membosankan, sehingga banyak
siswa belajar tetapi tidak memperoleh
manfaat belajar itu sendiri (Slameto,
2003).
Prestasi
belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
dan
ketrampilan yang dikembangkan
dalam mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai ujian yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar
diambil dari rata-rata nilai ulangan
pengetahuan Tahun ajaran 2014
yang terdiri dari mata pelajaran
PPKN, Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
dan Matematika. Nilai prestasi belajar
dikatakan baik jika nilai ≥ 70 dan nilai
4. Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar
Tabel 6. Uji Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar
Variabel
Kualitas
Kebugaran
Jasmani
Prestasi
Belajar
Jumlah
Mean
SD.
Devia
tion
Maxi
mum
Mini
mum
52
6,77
1,04
8,55
5,03
52
76,19
4,63
90,7
69,5
P
r
0,797
0,037
maksimum
kualitas
kebugaran
jasmani yaitu 8,55 dan nilai minimum
yaitu 5,03. Prestasi belajar pada
siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta pada kategori baik dengan
mean 76,19 dan standar deviasiasi
4,63. Nilai maksimum prestasi belajar
yaitu 90,7 dan nilai minimum yaitu
69,5.
Berdasarkan tabel 6 diketahui
bahwa kualitas kebugaran jasmani
dibagi menjadi lima kategori yaitu
baik sekali, baik, sedang, kurang dan
kurang sekali. Kualitas kebugaran
jasmani
pada
siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
pada kategori sedang dengan mean
6,77 dan standar devisiasi 1,04. Nilai
9
Hasil bivariat dengan uji
statistik Pearson Product Moment
antara variabel kualitas kebugaran
jasmani dengan prestasi belajar
diperoleh nilai signifikan p 0,797.
Berdasarkan hasil tersebut Ho
diterima dikarenakan nilai p lebih
besar dari 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan
kualitas
kebugaran
jasmani dengan prestasi belajar.
Besarnya nilai koefisien korelasi
antara kualitas kebugaran jasmani
dengan prestasi belajar diperoleh
nilai 0,037. Besarnya koefisen
korelasi sebesar 0,037 berada pada
rentang 0,01-0,20 yang menyatakan
tingkat hubungan yang sangat lemah.
Hasil ini tidak sejalan dengan
Agus Mukholid (2004) dan Djamara
(2002) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara kesegaran jasmani
dengan prestasi belajar. Kebugaran
jasmani akan mendorong siswa untuk
melaksanakan tugas dalam belajar,
dan mampu melakukan aktifitas
lainnya tanpa ada kelelahan.
Tidak ada hubungan kualitas
kebugaran jasmani dengan prestasi
belajar karena kualitas kebugaran
jasmani tidak satu-satunya faktor
yang menentukan kenaikan ataupun
penurunan prestasi belajar. Asupan
makan dalam sehari yang tidak
sesuai dengan angka kecukupan gizi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi
fisik anak seperti factor menstruasi
pada kelompok perempuan, denyut
nadi.
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah faktor yang ada dari
luar individu dan faktor internal
adalah faktor yang ada dari dalam
individu. Faktor internal meliputi
faktor fisiologis misalnya faktor
kesehatan dan cacat tubuh. Faktor
fisiologis ini memiliki peran sangat
penting bagi keberhasilan belajar.
Proses belajar seseorang akan
terganggu jika berada pada kondisi
kurang sehat, cepat lelah, kurang
bersemangat,
mudah
pusing,
mengantuk ataupun gangguan fungsi
pada alat indera dan organ tubuh
yang lain. Motivasi dan semangat
dari orang tua atau lingkungan sekitar
akan berpengaruh juga terhadap
prestasi anak sekolah (Slameto,
2003).
Menurut Djoko, P (2004),
kualitas
kebugaran
jasmani
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu makan, olah raga dan istirahat.
Pada
dasarnya
setiap
orang
dianjurkan untuk makan dari makan
pagi sampai makan malam dengan
komposisi
makanan
yang
mengandung sumber tenaga atau
energi. Energi yang didapat dapat
digunakan untuk beraktivitas, belajar,
berolahraga dan melakukan kegiatan
yang bermanfaat. Setelah melakukan
berbagai aktivitas tubuh mengalami
kelelahan. Istirahat yang cukup akan
memulihkan tubuh agar dapat
beraktivitas kembali. Menurut Gilang
(2007),
kebugaran
jasmani
bermanfaat
untuk
membangun
kekuatan dan daya tahan otot,
meningkatkan daya tahan aerobik,
meningkatkan
fleksibilitas
serta
pembakaran kalori.
Kualitas kebugaran jasmani
yang diukur dengan lari jarak 1000
meter yaitu lari dengan jarak 1000
meter pada lintasan. Responden
akan berlari dengan start berdiri. Alat
pengukur dimatikan pada saat tubuh
responden telah melewati garis finish
10
Tubuh yang bugar akan
meningkatkan kemampuan anak
untuk berfikir secara jernih, penuh
kreativitas dan memiliki semangat
yang tinggi sehingga mendukung
pencapaian prestasi belajar yang
baik (Lutan, 2001). Cara belajar
seseorang
mempengaruhi
pencapaian hasil belajarnya. Belajar
tanpa memperhatikan teknik dan
faktor fisiologis, psikologis akan
memperoleh hasil yang kurang
optimal. Faktor orang tua juga
berpengaruh terhadap keberhasilan
anak. Tinggi rendahnya pendidikan
orang
tua,
besar
kecilnya
penghasilan,
cukup
kurangnya
perhatian orang tua dan bimbingan
orang tua akan mempengaruhi
prestasi belajar anak sekolah.
Keadaan sekolah tempat untuk anak
belajar turut menjadi pengaruh
keberhasilan
belajar,
contohnya
metode
belajar,
kualitas
guru
pengajar,
kesesuaian
kurikulum
dengan kemampuan anak, keadaan
fasilitas ruangan (Slameto, 2003).
dan dicatat waktu tempuhnya.
Keseriusan dalam melakukan lari
1000 meter akan mempengaruhi
kualitas kebugaran jasmaninya. Daya
tahan kardiorespirasi lebih banyak
ditentukan oleh aktivitas fisiknya.
Tetapi ada faktor lain yang juga
mempengaruhinya yaitu frekuensi
dan durasi latihan, umur model,
intensitas dan istirahat (Irianto, 2007).
Kebugaran jasmani dalam
Islam penting karena jasmani adalah
potensi
manusia
yang
harus
diperhatikan
dengan
cara
memberikan
hak-hak
dan
kebutuhannya dikembangkan sesuai
dengan potensinya. Jasmani didalam
Al Qur’an disebut kata jims.
Diterangkan dalam surat A- Baqarah
ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat
4 yang menunjukkan bahwa dalam
Islam
potensi
jasmani
dapat
dikembangkan.
“Nabi
berkata:
Sesungguhnya Allah telah memilih
rajamu dan menganugerahinya ilmu
yang luas dan tubuh yang perkasa.
5. Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar
Tabel 7. Uji Korelasi Kebiasaan sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar
Variabel
Kebiasaan
Sarapan pagi
Prestasi
Belajar
Jumlah
Mean
SD.
Devia
tion
Maxi
mu
m
Mini
mu
m
52
4,62
1,47
7
2
52
76,19
4,63
90,7
69,5
P
r
0,022
0,316
siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta
pada kategori biasa
sarapan pagi dengan mean 4,62 dan
standar
devisiasi
1,47.
Nilai
Berdasarkkan
tabel
7
diketahui bahwa kebiasaan sarapan
pagi dibagi menjadi dua kategori
yaitu biasa dan tidak biasa sarapan
pagi. Kebiasaan sarapan pagi pada
11
maksimum kebiasaan sarapan pagi
yaitu 7 dan nilai minimum yaitu 2.
Hasil bivariat dengan uji
statistik Pearson Product Moment
antara variabel kebiasaan sarapan
pagi
dengan
prestasi
belajar
diperoleh nilai signifikan p 0,022.
Berdasarkan hasil tersebut Ho ditolak
dikarenakan nilai p lebih kecil dari
0,05 yang berarti ada hubungan
kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi belajar. Besarnya nilai
koefisien korelasi antara kualitas
kebugaran jasmani dengan prestasi
belajar
diperoleh
nilai
0,316.
Besarnya koefisen korelasi sebesar
0,316 berada pada rentang 0,21-0,40
yang menyatakan tingkat hubungan
yang rendah.
Sarapan
pagi
yang
mengandung sumber karbohidrat
(glukosa) merupakan sumber energi
otak untuk melakukan kinerjanya
yaitu
meningkatkan
konsentrasi
belajar. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori Khomsan (2004) bahwa
aktivitas makan pagi secara tidak
langsung
akan
mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Hal ini
dikarenakan sarapan pagi yang
menyediakan
karbohidrat
siap
digunakan untuk meningkatkan kadar
gula darah. Adanya kadar gula darah
yang optimal maka konsentrasi
belajar akan lebih baik. Asupan
sarapan pagi yang menyediakan zat
gizi yang diperlukan oleh tubuh akan
bermanfaat
untuk
berfungsinya
proses fisiologis dalam tubuh.
Kalangan ahli Kedokteran dan agama
Islam menyebutkan, makan makanan
yang halalan thayyiban.
Diketahui dari hasil recall 24
jam rata-rata kebutuhan kalori
sarapan pagi sebesar 455,98 kalori,
kebutuhan protein sebesar 19,52
gram, kebutuhan lemak sebesar
47,82
gram
dan
kebutuhan
karbohidrat sebesar 155,14 gram.
Sarapan pagi akan menyumbangkan
zat gizi 20-25%. Jumlah tersebut
akan memenuhi kebutuhan tubuh
pagi hari. Energi sekitar 2000 kalori
dan protein 50 gr sehari untuk orang
dewasa, maka sarapan pagi akan
menyumbangkan 400-500 kalori dan
12,5 gram protein. Sisa kebutuhan
energi, protein dan gizi lainnya akan
dipengaruhi makan siang, makan
malam dan makanan selingan
(Khomsan, 2004).
Usia
10-12
tahun
membutuhkan zat-zat gizi yang
dibutuhkan cukup tinggi. Energi
didalam tubuh berfungsi untuk
pertumbuhan, yaitu untuk sintesis
senyawa-senyawa yang baru. Protein
memiliki
fungsi
untuk
proses
pertumbuhan
dan
pemeliharaan
tubuh. Protein juga berguna dalam
memelihara protein yang ada dan
menggunakan kembali asam amino
yang diperoleh dari pemecahan
jaringan untuk membangun kembali
jaringan yang sama atau jaringan
lain. fungsi dari karbohidrat adalah
sebagai sumber energi yang fungsi
utamanya
adalah
menyediakan
energi bagi tubuh (Almatsier, 2001).
Anak yang tidak sarapan pagi
sebesar 30,8% rentan terhadap
Hipoglikemia. Sarapan yang tidak
memadai
masih
memungkinkan
terjadinya Hipoglikemia pada anak.
Untuk mencapai kondisi tubuh yang
optimal di pagi hari, sarapan saja
tidak cukup, diperlukan sarapan
dengan menu lengkap, dalam arti
harus
mengandung
karbohidrat,
sayuran dan daging (Wiharyanti,
2006).
Kurangnya tingkat konsumsi
makan pagi menurut Ratnawati
(2001) dapat disebabkan karena
faktor ekonomi yang menengah
kebawah, sehingga tidak memenuhi
angka
kecukupan
gizi
yang
dianjurkan, keadaan orang tua yang
bekerja, sehingga pola makan
terabaikan, pemahaman bahwa jika
12
makan pagi terlalu banyak akan
menyebabkan
mengantuk,
kegemukan dan takut terlambat
sekolah.
Mencapai kebiasaan sarapan
pagi yang baik seyogyanya para
orang tua menyiapkan makanan yang
tepat dalam penyajian. Apabila waktu
di pagi hari terbatas bisa disiapkan 12 hari sebelumnya, bergantung pada
jenis makanannya. Sehingga pada
waktu
akan
dimakan,
tinggal
disiapkan. Apabila anak tidak sempat
sarapan pagi, sebaiknya orang tua
memberikan bekal pada anaknya
sehingga dapat memakannya di
sekolah (Ratnawati, 2001).
Sarapan merupakan makanan
khusus bagi otak dan berhubungan
dengan kecerdasan mental, sehingga
memberikan nilai positif terhadap
aktivitas otak mejadi lebih cerdas,
peka dan mudah berkonsentrasi.
Hasil penelitian dari Yuliartha (2009),
membuktikan
bahwa
kebiasaan
sarapan pagi berpengaruh terhadap
konsentrasi anak sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar
Ilmu
Gizi.
Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta
Atmodjo, 2008. Kebutuhan Gizi Anak.
Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum
Gizi Seimbang. Dirjen. Bina
Kesehatan Masyarakat :
Jakarta
Djamara, S. 2008. Psikologi Belajar.
Rineka Cipta : Banjarmasin
Djoko, P. 2004. Upaya Peningkatan
Derajat
Kebugaran
Jasmani Dan Kesehatan.
Andi Offset : Yogyakarta
Gilang, M. 2007.Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan
SMP Kelas VIII. Jakarta:
Ganeca Exact.
Irianto, D.P. 2007. Panduan Gizi
Lengkap Keluarga Dan
Olahragawan. Andi Offset :
Yogyakarta
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi
untuk
Kesehatan.
PT.
Rajagrafindo: Jakarta
Lutan, R. 2001.Asas-asas Pendidikan
Jasmani.
Departemen
Pendidikan
Nasional
:
Jakarta
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat
Untuk Balita dan Anak.
Gramedia
Pustaka
:
Jakarta
Mukholid ,A. 2004. Pendidikan
Jasmani,Jakarta:Yudhistira
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Papan
Sinar Sinanti : Jakarta
Nuraini,
R;
Herawati
I.
2010.Hubungan
Tingkat
Konsumsi Zat Besi dan
Vitamin
C
Dengan
Kesegaran Jasmani Anak
Sekolah Dasar.Jurnal.UMS
: Surakarta
KESIMPULAN DAN SARAN
1.Kesimpulan : Tidak ada hubungan
kualitas kebugaran jasmani dengan
prestasi belajar.
Ada hubungan kebiasaan sarapan
pagi dengan prestasi belajar.
2.Saran : Bagi orang tua diharapkan
memperhatikan dan meningkatkan
kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak
sekolah dasar khususnya pada
sarapan pagi guna membantu
aktivitas anak sekolah.
Bagi
guru
diharapkan
tidak
mengesampingkan
kebugaran
jasmani yaitu dengan olahraga.
Bagi siswa diharapkan siswa lebih
meningkatkan sarapan pagi bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan gizinya
dan kebugaran jasmani.
13
Yuliartha,
Dian. 2009. Hubungan
Antara
Makan
Pagi
Dengan
Kemampuan
Konsentrasi Belajar Anak
Sekolah.Jurnal, Universitas
Muhammadiyah Malang :
Malang
Yusnalaini.
2004.
Gizi
dan
Kesehatan. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Purwanto, N. 2002.Prestasi Belajar
Anak Sekolah. Rineka
Cipta : Jakarta
Ratnawati. 2001. Sehat Pangkal
Cerdas. Kompas : Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor
yang
Mempengaruhi.
Rineka Cipta : Jakarta
Sumarwan. 2007. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi.
Bumi
Aksara : Jakarta
Wiharyanti, R. 2006. Anak Yang
Sarapan Daya Ingat Lebih
Baik. Rineka Cipta :
Jakarta
14
HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN
SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA
Disusun Oleh:
NOVITA RIZKY NUGRAHANI
J310100012
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i
HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN
SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA
NOVITA RIZKY NUGRAHANI
Program studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammmadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : [email protected]
ABSTRACT
Introduction: Quality of physical fitness and breakfast habit is one of the factors
which affect learning achievement. Breakfast who are thing boring or thing that
troublesome. Breakfast for school children aims to suffice energy needs during
the move. Objective: The aims of study is to determine the relationship between
the quality in of physical fitness and breakfast habits with learning achievement
children grade Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elemantary school. Methods
Research: That was used as methode in this study in addition observation with
cross sectional. The population of this research is students grade V
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elementary school. The number of samples
were 52 children who aged 10-12 year. Data quality physical fitness was obtained
with run 1000 meters and the data the of breakfast habits abtained with food
recall 24-hours during 7 days. The data using is analysed with statistical Pearson
Product Moment test. Results: Result of research showed by that there one no
relationship the quality of of physical fitness and learning achievement with
significant value amounting to 0.797 (p = 0.797> 0,05). However there is a
relationship breakfast habits and learning achievement, recording value
amounting to 0.022 (p = 0.022 0,05 berarti Ho
diterima maka tidak ada hubungan
yang signifikan antara variabel
independent
dengan
variabel
dependent.
a. Karakteristik Sampel Penelitian
1. Distribusi Umur Responden
Tabel 1. Distribusi Jenis
Kelamin Responden
Jenis
Jumlah
(%)
Kelamin
(n)
Laki-laki
24
46,15
Perempuan
28
53,85
Jumlah
52
100
Responden dalam penelitian
ini adalah siswa siswi kelas V SD
Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mencatat jenis kelamin responden.
Berdasarkan tabel jumlah subjek
yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 24 anak (46,15%) dan
yang perempuan sebanyak 28 anak
(53,85%).
2. Distribusi
Jenis
Kelamin
Responden
Tabel 2. Distribusi Umur
Responden
Umur
Jumlah
(%)
(n)
10
35
67,31
11
14
26,92
12
3
5,77
Jumlah
52
100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di
Sekolah Dasar Muhammadiyah 10
Tipes Surakarta. SD Muhammadiyah
10 terletak di desa Dipotrunan RT 02
RW XII kelurahan Tipes Kecamatan
Serengan Solo. SD Muhammadiyah
10 Tipes surakarta mempunyai letak
yang cukup kondusif untuk belajar.
Karena jauh dari keramaian kota dan
diampit
oleh
kampung
yang
memungkinkan
siswa
untuk
berinteraksi
langsung
dengan
masyarakat.
Kegiatan belajar mengajar SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
dimulai pada pukul 07.00 – 13.00.
Sekolah tidak mempunyai halaman
yang luas untuk melakukan kegiatan
olahraga, sehingga kegiatan olahraga
dilaksanakan di lapangan yang
berdekatan
dengan
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.
Kegiatan belajar mengajar
dengan interaksi antara guru dan
siswa.Dalam proses belajar mengajar
akan terjadi timbal balik artinya, tidak
siswa yang belajar namun guru juga
banyak memperoleh pelajaran dari
interaksi
ini.
Siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
berasal dari keluarga berpendidikan
sedang dan berekonomi menengah
ke bawah, sehingga pada umumnya
orang tua siswa mempunyai respon
yang cukup terhadap proses belajar
anak-anaknya.
Responden dalam penelitian
ini adalah siswa siswi kelas V SD
Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta.
Umur subjek dalam penelitian ini
adalah yang berusia 10-12 tahun dan
memenuhi
kriteria
inklusi.
Pengumpulan data dilakukan dengan
mencatat tanggal lahir responden.
Dari
52
subjek
penelitian
menunjukkan bahwa kelompok umur
sebagian besar berumur 10 tahun
sebanyak 35 anak (67,31%) dan
sebagian kecil berumur 12 tahun 3
anak(5,77%).
7
b. Hasil Penelitian
1. Kualitas Kebugaran Jasmani
Tabel 3. Distribusi Kualitas
Kebugaran Jasmani
Kualitas
Jumlah
(%)
Kebugaran
(n)
Jasmani
Baik
13
25
Sedang
24
46,2
Kurang
10
19,2
Kurang sekali
5
9,6
Jumlah
52
100
sebanyak
36
anak
(69,2%)
mempunyai kebiasaan sarapan pagi
dan sebanyak 16 anak (30,8%)
mempunyai tidak biasa sarapan pagi.
Menurut Khomsan (2004)
mengungkapkan, kebiasaan sarapan
pagi dikategorikan biasa jika dalam
seminggu melakukan sarapan lebih
dari 4 kali dan mengandung energi
20-25% dari kebutuhan total sehari.
Kebiasaan
sarapan
pagi
dikategorikan tidak biasa jika dalam
seminggu melakukan sarapan kurang
dari 4 kali dan mengandung energi
kurang dari 20-25% dari kebutuhan
total sehari dan makan pagi yang
dikonsumsi mengandung zat tenaga,
zat pembangun, zat pengatur.
Berdasarkan hasil recall 24
jam selama 7 hari dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
melakukan sarapan pagi dengan
frekuensi paling sering 4-6 kali dalam
seminggu dan 3 kali dalam seminggu
hanya kadang-kadang. Hasil recall 24
jam di SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta sebagian besar anak
sekolah
mengkonsumsi
bahan
makanan yang mengandung zat
tenaga (karbohidrat) dalam bentuk
nasi, roti dan mie. Bahan makanan
yang mengandung zat pembangun
(protein) yang dikonsumsi anak
sekolah menurut hasil recall, seperti
ikan bandeng, telur, tahu dan tempe.
Menu sarapan pagi anak yang
kurang bervariasi seperti anak
konsumsi sarapan pagi dengan nasi
putih dan telur dadar. Lingkungan
keluarga mempunyai pengaruh agar
anak melakukan sarapan pagi.
Usia 6-12 tahun (anak usia
sekolah) banyak pengaruh kebiasaan
makan
mereka.
Pengalamanpengalaman baru, kegembiraan di
sekolah, rasa takut kalau terlambat,
menyebabkan
anak
sering
menyimpang dari kebiasaan makan
pagi (Moehji, 2003). Kebiasaan
Berdasarkan tabel 3 diperoleh
kualitas
kebugaran
jasmani
responden diperoleh yaitu kualitas
kebugaran jasmani baik sebanyak 13
anak (25%) dan kualitas kebugaran
jasmani kurang sekali sebanyak 5
anak (9,6%). Kualitas kebugaran
jasmani
pada
siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
berada pada kategori sedang dari
keseluruhan subjek penelitian.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
adanya
kualitas
kebugaran jasmani kategori kurang
dan kurang sekali yang disebabkan
karena rendahnya asupan kalori
sarapan pagi belum memenuhi
standar yang diperoleh dari recall.
Irianto
(2007)
mengungkapkan
bahwa kebugaran jasmani yang
belum optimal disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik, kurang
motivasi diri untuk mendapatkan
kebugaran jasmani yang optimal dan
rendahnya asupan sarapan pagi
yang belum mencukupi standar.
2. Kebiasaan Sarapan Pagi
Tabel 4. Distribusi
Kebiasaan Sarapan Pagi
Kebiasaan
Jumlah (%)
Sarapan Pagi
(n)
Biasa
36
69,2
Tidak Biasa
16
30,8
Jumlah
52
100
Berdasarkan tabel 4 diperoleh
kebiasaan sarapan pagi diperoleh
8
sarapan pagi pada siswa SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
memiliki kebiasaan sarapan pagi
yaitu
sebanyak
69,2%
dari
keseluruhan subjek penelitian.
3. Prestasi Belajar
Tabel 5. Distribusi Prestasi
Belajar
Prestasi
Jumlah
(%)
Belajar
(n)
Baik
49
94,2
Tidak Baik
3
5,8
Jumlah
52
100
prestasi dikatakan tidak baik jika nilai
< 70. SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta menggunakan kurikulum
2013.
Berdasarkan tabel 11 prestasi
belajar diperoleh bahwa dari 52 siswa
di SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta sebanyak 49 anak (94,2%)
dengan prestasi belajar baik dan
sebanyak 3 anak (5,8%) dengan
prestasi belajar tidak baik. Prestasi
belajar
pada
siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
memiliki prestasi belajar yang baik
yaitu 94,2%.
Adanya pretasi belajar yang
tidak baik dikarenakan kurangnya
memanfaatkan waktu untuk belajar
dirumah. Dalam kenyataanya masih
banyak anak sekolah yang tidak
belajar secara efektif. Kebanyakan
anak sekolah menganggap belajar itu
membosankan, sehingga banyak
siswa belajar tetapi tidak memperoleh
manfaat belajar itu sendiri (Slameto,
2003).
Prestasi
belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
dan
ketrampilan yang dikembangkan
dalam mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai ujian yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar
diambil dari rata-rata nilai ulangan
pengetahuan Tahun ajaran 2014
yang terdiri dari mata pelajaran
PPKN, Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
dan Matematika. Nilai prestasi belajar
dikatakan baik jika nilai ≥ 70 dan nilai
4. Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar
Tabel 6. Uji Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar
Variabel
Kualitas
Kebugaran
Jasmani
Prestasi
Belajar
Jumlah
Mean
SD.
Devia
tion
Maxi
mum
Mini
mum
52
6,77
1,04
8,55
5,03
52
76,19
4,63
90,7
69,5
P
r
0,797
0,037
maksimum
kualitas
kebugaran
jasmani yaitu 8,55 dan nilai minimum
yaitu 5,03. Prestasi belajar pada
siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta pada kategori baik dengan
mean 76,19 dan standar deviasiasi
4,63. Nilai maksimum prestasi belajar
yaitu 90,7 dan nilai minimum yaitu
69,5.
Berdasarkan tabel 6 diketahui
bahwa kualitas kebugaran jasmani
dibagi menjadi lima kategori yaitu
baik sekali, baik, sedang, kurang dan
kurang sekali. Kualitas kebugaran
jasmani
pada
siswa
SD
Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta
pada kategori sedang dengan mean
6,77 dan standar devisiasi 1,04. Nilai
9
Hasil bivariat dengan uji
statistik Pearson Product Moment
antara variabel kualitas kebugaran
jasmani dengan prestasi belajar
diperoleh nilai signifikan p 0,797.
Berdasarkan hasil tersebut Ho
diterima dikarenakan nilai p lebih
besar dari 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan
kualitas
kebugaran
jasmani dengan prestasi belajar.
Besarnya nilai koefisien korelasi
antara kualitas kebugaran jasmani
dengan prestasi belajar diperoleh
nilai 0,037. Besarnya koefisen
korelasi sebesar 0,037 berada pada
rentang 0,01-0,20 yang menyatakan
tingkat hubungan yang sangat lemah.
Hasil ini tidak sejalan dengan
Agus Mukholid (2004) dan Djamara
(2002) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara kesegaran jasmani
dengan prestasi belajar. Kebugaran
jasmani akan mendorong siswa untuk
melaksanakan tugas dalam belajar,
dan mampu melakukan aktifitas
lainnya tanpa ada kelelahan.
Tidak ada hubungan kualitas
kebugaran jasmani dengan prestasi
belajar karena kualitas kebugaran
jasmani tidak satu-satunya faktor
yang menentukan kenaikan ataupun
penurunan prestasi belajar. Asupan
makan dalam sehari yang tidak
sesuai dengan angka kecukupan gizi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi
fisik anak seperti factor menstruasi
pada kelompok perempuan, denyut
nadi.
Beberapa
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan menjadi dua yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal adalah faktor yang ada dari
luar individu dan faktor internal
adalah faktor yang ada dari dalam
individu. Faktor internal meliputi
faktor fisiologis misalnya faktor
kesehatan dan cacat tubuh. Faktor
fisiologis ini memiliki peran sangat
penting bagi keberhasilan belajar.
Proses belajar seseorang akan
terganggu jika berada pada kondisi
kurang sehat, cepat lelah, kurang
bersemangat,
mudah
pusing,
mengantuk ataupun gangguan fungsi
pada alat indera dan organ tubuh
yang lain. Motivasi dan semangat
dari orang tua atau lingkungan sekitar
akan berpengaruh juga terhadap
prestasi anak sekolah (Slameto,
2003).
Menurut Djoko, P (2004),
kualitas
kebugaran
jasmani
dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu makan, olah raga dan istirahat.
Pada
dasarnya
setiap
orang
dianjurkan untuk makan dari makan
pagi sampai makan malam dengan
komposisi
makanan
yang
mengandung sumber tenaga atau
energi. Energi yang didapat dapat
digunakan untuk beraktivitas, belajar,
berolahraga dan melakukan kegiatan
yang bermanfaat. Setelah melakukan
berbagai aktivitas tubuh mengalami
kelelahan. Istirahat yang cukup akan
memulihkan tubuh agar dapat
beraktivitas kembali. Menurut Gilang
(2007),
kebugaran
jasmani
bermanfaat
untuk
membangun
kekuatan dan daya tahan otot,
meningkatkan daya tahan aerobik,
meningkatkan
fleksibilitas
serta
pembakaran kalori.
Kualitas kebugaran jasmani
yang diukur dengan lari jarak 1000
meter yaitu lari dengan jarak 1000
meter pada lintasan. Responden
akan berlari dengan start berdiri. Alat
pengukur dimatikan pada saat tubuh
responden telah melewati garis finish
10
Tubuh yang bugar akan
meningkatkan kemampuan anak
untuk berfikir secara jernih, penuh
kreativitas dan memiliki semangat
yang tinggi sehingga mendukung
pencapaian prestasi belajar yang
baik (Lutan, 2001). Cara belajar
seseorang
mempengaruhi
pencapaian hasil belajarnya. Belajar
tanpa memperhatikan teknik dan
faktor fisiologis, psikologis akan
memperoleh hasil yang kurang
optimal. Faktor orang tua juga
berpengaruh terhadap keberhasilan
anak. Tinggi rendahnya pendidikan
orang
tua,
besar
kecilnya
penghasilan,
cukup
kurangnya
perhatian orang tua dan bimbingan
orang tua akan mempengaruhi
prestasi belajar anak sekolah.
Keadaan sekolah tempat untuk anak
belajar turut menjadi pengaruh
keberhasilan
belajar,
contohnya
metode
belajar,
kualitas
guru
pengajar,
kesesuaian
kurikulum
dengan kemampuan anak, keadaan
fasilitas ruangan (Slameto, 2003).
dan dicatat waktu tempuhnya.
Keseriusan dalam melakukan lari
1000 meter akan mempengaruhi
kualitas kebugaran jasmaninya. Daya
tahan kardiorespirasi lebih banyak
ditentukan oleh aktivitas fisiknya.
Tetapi ada faktor lain yang juga
mempengaruhinya yaitu frekuensi
dan durasi latihan, umur model,
intensitas dan istirahat (Irianto, 2007).
Kebugaran jasmani dalam
Islam penting karena jasmani adalah
potensi
manusia
yang
harus
diperhatikan
dengan
cara
memberikan
hak-hak
dan
kebutuhannya dikembangkan sesuai
dengan potensinya. Jasmani didalam
Al Qur’an disebut kata jims.
Diterangkan dalam surat A- Baqarah
ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat
4 yang menunjukkan bahwa dalam
Islam
potensi
jasmani
dapat
dikembangkan.
“Nabi
berkata:
Sesungguhnya Allah telah memilih
rajamu dan menganugerahinya ilmu
yang luas dan tubuh yang perkasa.
5. Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar
Tabel 7. Uji Korelasi Kebiasaan sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar
Variabel
Kebiasaan
Sarapan pagi
Prestasi
Belajar
Jumlah
Mean
SD.
Devia
tion
Maxi
mu
m
Mini
mu
m
52
4,62
1,47
7
2
52
76,19
4,63
90,7
69,5
P
r
0,022
0,316
siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes
Surakarta
pada kategori biasa
sarapan pagi dengan mean 4,62 dan
standar
devisiasi
1,47.
Nilai
Berdasarkkan
tabel
7
diketahui bahwa kebiasaan sarapan
pagi dibagi menjadi dua kategori
yaitu biasa dan tidak biasa sarapan
pagi. Kebiasaan sarapan pagi pada
11
maksimum kebiasaan sarapan pagi
yaitu 7 dan nilai minimum yaitu 2.
Hasil bivariat dengan uji
statistik Pearson Product Moment
antara variabel kebiasaan sarapan
pagi
dengan
prestasi
belajar
diperoleh nilai signifikan p 0,022.
Berdasarkan hasil tersebut Ho ditolak
dikarenakan nilai p lebih kecil dari
0,05 yang berarti ada hubungan
kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi belajar. Besarnya nilai
koefisien korelasi antara kualitas
kebugaran jasmani dengan prestasi
belajar
diperoleh
nilai
0,316.
Besarnya koefisen korelasi sebesar
0,316 berada pada rentang 0,21-0,40
yang menyatakan tingkat hubungan
yang rendah.
Sarapan
pagi
yang
mengandung sumber karbohidrat
(glukosa) merupakan sumber energi
otak untuk melakukan kinerjanya
yaitu
meningkatkan
konsentrasi
belajar. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori Khomsan (2004) bahwa
aktivitas makan pagi secara tidak
langsung
akan
mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Hal ini
dikarenakan sarapan pagi yang
menyediakan
karbohidrat
siap
digunakan untuk meningkatkan kadar
gula darah. Adanya kadar gula darah
yang optimal maka konsentrasi
belajar akan lebih baik. Asupan
sarapan pagi yang menyediakan zat
gizi yang diperlukan oleh tubuh akan
bermanfaat
untuk
berfungsinya
proses fisiologis dalam tubuh.
Kalangan ahli Kedokteran dan agama
Islam menyebutkan, makan makanan
yang halalan thayyiban.
Diketahui dari hasil recall 24
jam rata-rata kebutuhan kalori
sarapan pagi sebesar 455,98 kalori,
kebutuhan protein sebesar 19,52
gram, kebutuhan lemak sebesar
47,82
gram
dan
kebutuhan
karbohidrat sebesar 155,14 gram.
Sarapan pagi akan menyumbangkan
zat gizi 20-25%. Jumlah tersebut
akan memenuhi kebutuhan tubuh
pagi hari. Energi sekitar 2000 kalori
dan protein 50 gr sehari untuk orang
dewasa, maka sarapan pagi akan
menyumbangkan 400-500 kalori dan
12,5 gram protein. Sisa kebutuhan
energi, protein dan gizi lainnya akan
dipengaruhi makan siang, makan
malam dan makanan selingan
(Khomsan, 2004).
Usia
10-12
tahun
membutuhkan zat-zat gizi yang
dibutuhkan cukup tinggi. Energi
didalam tubuh berfungsi untuk
pertumbuhan, yaitu untuk sintesis
senyawa-senyawa yang baru. Protein
memiliki
fungsi
untuk
proses
pertumbuhan
dan
pemeliharaan
tubuh. Protein juga berguna dalam
memelihara protein yang ada dan
menggunakan kembali asam amino
yang diperoleh dari pemecahan
jaringan untuk membangun kembali
jaringan yang sama atau jaringan
lain. fungsi dari karbohidrat adalah
sebagai sumber energi yang fungsi
utamanya
adalah
menyediakan
energi bagi tubuh (Almatsier, 2001).
Anak yang tidak sarapan pagi
sebesar 30,8% rentan terhadap
Hipoglikemia. Sarapan yang tidak
memadai
masih
memungkinkan
terjadinya Hipoglikemia pada anak.
Untuk mencapai kondisi tubuh yang
optimal di pagi hari, sarapan saja
tidak cukup, diperlukan sarapan
dengan menu lengkap, dalam arti
harus
mengandung
karbohidrat,
sayuran dan daging (Wiharyanti,
2006).
Kurangnya tingkat konsumsi
makan pagi menurut Ratnawati
(2001) dapat disebabkan karena
faktor ekonomi yang menengah
kebawah, sehingga tidak memenuhi
angka
kecukupan
gizi
yang
dianjurkan, keadaan orang tua yang
bekerja, sehingga pola makan
terabaikan, pemahaman bahwa jika
12
makan pagi terlalu banyak akan
menyebabkan
mengantuk,
kegemukan dan takut terlambat
sekolah.
Mencapai kebiasaan sarapan
pagi yang baik seyogyanya para
orang tua menyiapkan makanan yang
tepat dalam penyajian. Apabila waktu
di pagi hari terbatas bisa disiapkan 12 hari sebelumnya, bergantung pada
jenis makanannya. Sehingga pada
waktu
akan
dimakan,
tinggal
disiapkan. Apabila anak tidak sempat
sarapan pagi, sebaiknya orang tua
memberikan bekal pada anaknya
sehingga dapat memakannya di
sekolah (Ratnawati, 2001).
Sarapan merupakan makanan
khusus bagi otak dan berhubungan
dengan kecerdasan mental, sehingga
memberikan nilai positif terhadap
aktivitas otak mejadi lebih cerdas,
peka dan mudah berkonsentrasi.
Hasil penelitian dari Yuliartha (2009),
membuktikan
bahwa
kebiasaan
sarapan pagi berpengaruh terhadap
konsentrasi anak sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar
Ilmu
Gizi.
Gramedia
Pustaka Utama : Jakarta
Atmodjo, 2008. Kebutuhan Gizi Anak.
Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum
Gizi Seimbang. Dirjen. Bina
Kesehatan Masyarakat :
Jakarta
Djamara, S. 2008. Psikologi Belajar.
Rineka Cipta : Banjarmasin
Djoko, P. 2004. Upaya Peningkatan
Derajat
Kebugaran
Jasmani Dan Kesehatan.
Andi Offset : Yogyakarta
Gilang, M. 2007.Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan
SMP Kelas VIII. Jakarta:
Ganeca Exact.
Irianto, D.P. 2007. Panduan Gizi
Lengkap Keluarga Dan
Olahragawan. Andi Offset :
Yogyakarta
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi
untuk
Kesehatan.
PT.
Rajagrafindo: Jakarta
Lutan, R. 2001.Asas-asas Pendidikan
Jasmani.
Departemen
Pendidikan
Nasional
:
Jakarta
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat
Untuk Balita dan Anak.
Gramedia
Pustaka
:
Jakarta
Mukholid ,A. 2004. Pendidikan
Jasmani,Jakarta:Yudhistira
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Papan
Sinar Sinanti : Jakarta
Nuraini,
R;
Herawati
I.
2010.Hubungan
Tingkat
Konsumsi Zat Besi dan
Vitamin
C
Dengan
Kesegaran Jasmani Anak
Sekolah Dasar.Jurnal.UMS
: Surakarta
KESIMPULAN DAN SARAN
1.Kesimpulan : Tidak ada hubungan
kualitas kebugaran jasmani dengan
prestasi belajar.
Ada hubungan kebiasaan sarapan
pagi dengan prestasi belajar.
2.Saran : Bagi orang tua diharapkan
memperhatikan dan meningkatkan
kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak
sekolah dasar khususnya pada
sarapan pagi guna membantu
aktivitas anak sekolah.
Bagi
guru
diharapkan
tidak
mengesampingkan
kebugaran
jasmani yaitu dengan olahraga.
Bagi siswa diharapkan siswa lebih
meningkatkan sarapan pagi bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan gizinya
dan kebugaran jasmani.
13
Yuliartha,
Dian. 2009. Hubungan
Antara
Makan
Pagi
Dengan
Kemampuan
Konsentrasi Belajar Anak
Sekolah.Jurnal, Universitas
Muhammadiyah Malang :
Malang
Yusnalaini.
2004.
Gizi
dan
Kesehatan. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Purwanto, N. 2002.Prestasi Belajar
Anak Sekolah. Rineka
Cipta : Jakarta
Ratnawati. 2001. Sehat Pangkal
Cerdas. Kompas : Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor
yang
Mempengaruhi.
Rineka Cipta : Jakarta
Sumarwan. 2007. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi.
Bumi
Aksara : Jakarta
Wiharyanti, R. 2006. Anak Yang
Sarapan Daya Ingat Lebih
Baik. Rineka Cipta :
Jakarta
14