NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KERUSAKAN PADA MESIN LARGE PRES 500 T MENGGUNAKAN METODE Analisis Kerusakan Pada Mesin Large Pres 500 Ton Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Di Pt Pamindo Tiga T.
NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS KERUSAKAN PADA MESIN LARGE PRES 500 T MENGGUNAKAN METODE
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)
PT. PAMINDO TIGA T
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
Nama : Tutur Widianto
NIM : D 600.090.034
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ANALISIS KERUSAKAN PADA MESIN LARGE PRES 500 T
MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
(OEE)
PT. PAMINDO TIGA T
1
Tutur Widianto, 2Ratnanto Fitriadi, ST, MT, 3Ahmad Kholid Al-Ghofahri,ST, MT
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417
Email: Thole [email protected]
Abstrak
Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam bidang manufaktur, kebutuhan akan nilai
produktifitas nilai yang tinggi menjadi sebuah tuntutan, maka perusahaan harus melakukan
perbaikan secara berkala untuk mendukung kelancaran proses produksinya. PT. Pamindo Tiga T
sebuah perusahaan joint venture yang bergerak dalam bidang engineering dan manufacturing. Objek
penelitian ini adalah mesin Large Press 500 T karena paling sering mengalami kerusakan. Tujuan
dari penelitian ini menghitung nilai OEE dan memberikan rekomendasi berupa usulan perbaikan.
Kegiatan awal penelitian ini menghitung nilai OEE kemudian dilanjut analisa menggunakan
metode FMEA dan LTA. Selanjutnya memberikan rekomendasi berupa usulan perbaikan.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai OEE 70,53%. Analisa perbaikan menggunakan FMEA
dan LTA yang menghasilkan failure mode dengan nilai RPN sebesar 75% komulatif adalah
Indikator lampu stand by mati kategori B, MC overload kategori B, Oli hydrolik utama mengalami
kebocoran kategori D/C, Indikator sensor mati kategori C, Bolster tidak bisa keluar masuk kategori
C.
Kata kunci: Overall Equipment Efectiveness (OEE), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Logic Tree Analysis (LTA)
PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam bidang manufaktur, maka perusahaan
harus melakukan perbaikan secara berkala untuk mendukung kelancaran proses produksinya. Salah
satu faktor yang perlu diperhatikan adalah sistem perawatan didalam perusahaan
PT. Pamindo Tiga T sebuah perusahaan joint venture yang bergerak dalam bidang
engineering dan manufacturing. Salah satu kegiatan vital yang dilakukan oleh PT. Pamindo Tiga T
adalah proses produksi. jika salah satu mesin tersebut mengalami kerusakan maka produksi akan
mengalami kendala dan target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat
produktivitas mesin yang beroperasi di PT. Pamindo Tiga T perlu dilakukan maintenance.
Untuk menentukan obyek penulis melakukan observasi dan dengan melakukan rekapitulasi data
kerusakan. Sehingga dapat diketahui bahwa mesin Large pres (L/P) 500 ton paling sering
mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan analisa perbaikan.
LANDASAN TEORI
Pemeliharaan
Suatu kombinasi kegiatan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau mesin sampai
suatu kondisi perbaikan yang bisa diterima. Pada umumnya kegiatan ini meliputi tindakan perbaikan
atau menjaga peralatan agar tidak mudah rusak.
Kebijakan perawatan
Breakdown maintenance kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah
terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi
dengan baik (Assauri,1993, hal:125).
Selain Breakdown maintenance perawatan Scheduled Maintenance juga dilakukan untuk mencegah
timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga.
Overall Equipment Efectivness (OEE)
Merupakan perhitungan keefektifan secara berkelanjutan untuk menggabungakan setiap
variabel yang diukur dengan availability, eveciency, yield. Ketentuan itu adalah sebuah gabungan
dengan pengukuran keefektifan mesin. (Moubray, Jhon 1997). Ada 3 fase dalam perhitungan
Overall Equipment Effectiveness yaitu
Downtime Losses, Speed Losses, Defect Losses
Six Big Loss Category
Equipment failure
OEE Loss Category
OEE Factor
Downtime losses
Availability (A)
Speed Losses
Performance (P)
Defect Losses
Quality (Q)
Setup and Adjustment
Idling & minor stoppages
Reduced Speed
Reduced Yield
Quality Dfect
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
Proses mengidentifikasi suatu kegagalan dari suatu komponen yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam fungsi ( (Tahril, dkk, 2009).
Ada 3 fase dalam pembuatan FMEA seperti gambar dibawah ini.
Fase
Identifikasi
Analisa
Tindakan
Pertanyaan
Apa yang salah
Bagaimana kegagalan terjadi &
konsekuensinya
Apa yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak dan sebab
dari kegagalan
apa
Hasil
Kegagalan sebab akibat
Evaluasi prioritas resiko
Redesain sistem, proses, modifikasi
SOP dan sebagainya
Risk Priority Number (RPN)
RPN merupakan nilai yang menunjukkan prioritas resiko harus ditangani supaya tidak terjadi
kegagalan yang lebih lanjut. RPN diperoleh dengan mengalikan rating keparahan dengan rating
kejadian dan rating deteksi yang telah ditentukan sebelumnya. (Nurkertamanda, dkk, 2009).
− Severity Rating : Tingkat keseriusan akibat dari failure modes tersebut dan diberikan rating
nilai antara 1 – 10.
− Occurrence Rating : Tingkat kegagalan selama masa guna sistem, desain atau proses, nilai
dalam bentuk rating antara 1 – 10 (1 : jarang terjadi hampir tidak pernah dan 10 : sulit untuk
dihindari terjadinya).
− Detection Rating : Tingkat kemudahan dalam mendeteksi suatu kegagalan, dan diberikan nilai
antara 1-10 (1: terjadinya pasti terdeteksi dan 10: kegagalan hampir pasti tidak terdeteksi).
Logic Tree Analysis (LTA)
Mengklarifikasikan failure mode kedalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan
masing – masing failure mode berdasarkan kategorinya. (Wilbert, Sinaga, dan M Rambe, 2013)
. Adapun Tiga pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Evident yaitu : Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi gangguan
dalam sistem ?
2. Safety yaitu : Apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?
3. Outage yaitu : Apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin
berhenti?
Berdasarkan LTA tersebut failure mode dapat digolongkan dalam empat kategori yaitu :
1. Kategori A, jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap personel maupun
lingkungan.
2. Kategori B, jika failure mode mempunyai konsekuensi terhadap operasional plant
(mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas output) yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi
secara signifikan.
3. Kategori C, jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun operasional plant dan hanya
menyebabkan kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk perbaikan.
4. Kategori D, jika failure mode tergolong sebagai hidden failure, yang kemudian digolongkan
lagi ke dalam kategori D/A, kategori D/B, dan kategori D/C (Tahril, dkk, 2009).
METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini adalah mesin large press 500 T yang berada di
PT. Pamindo Tiga T. Urutan langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Awal
a. Identifikasi Masalah
b. Tujuan Penelitian
2. Pengumpulan Data
a. Interview
b. Data stop mesin keseluruhan
c. Data stop mesin large press
d. Data produksi mesin Large pres 500 T dalam setahun
3. Pengolahan Data
a. Menghitung nilai OEE
b. Menganalisa menggunakan metode FMEA
c. Menentukan nilai RPN lanjut dengan LTA
PENGOLAHAN dan ANALISA DATA
1. Perhitungan nilai OEE
a. Availability
Loading Time
(hour)
Down Time (hour)
Operating time
Januari Februari
Maret
567.00
42.75
524.25
588.00 588.00
38.00 41.25
550.00 546.75
567.00
37.00
530.00
April
Mei
Juni
567.00 567.00
33.00 29.00
534.00 538.00
Juli
Agustus September Oktober Nopember Desember
Total
567.00 441.00
420.00 420.00
378.00
392.00 6,062.00
32.50
20.50
19.75
22.75
21.25
13.25
351.00
534.50 420.50
400.25 397.25
356.75
378.75 5,711.00
Availability Mesin Large Pres 500T
94.21
Keterangan
a. Data Loading time diperoleh dari data kegiatan produksi PT Pamindo Tiga T
b.Loading time adalah Waktu seharusnya mesin beroperasi.
c. Down time adalah Waktu tidak produktif (sia-sia) akibat mesin mengalami kerusakan.
d.Operating time adalah Waktu aktual ketika mesin beroperasi.
operating time= Loading time – Down time.
e. Rumus
=
x 100 %
Kesimpulan: Pada tahun 2012 nilai Availability mesin Large press 500 ton telah memenuhi
standar yang ditetapkan oleh world class oee sebesar 90% yaitu sebesar 94.21 %
b. Performance
Nama Part
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Panel side gate ( R ) (detik)
189151.41
127566.81
127277.85
142222.5
118220.76
Panel side gate ( L ) (detik)
183443.5
118898.9
118364.95
135921.95
123885.45
Rail side gate top ( R ) (detik)
223949.84
108233.73
131974.74
134732.99
121573.63
Rail side gate top ( L ) (detik)
163252.2
130599.75
100087.95
144508.95
141403.5
Panel tail gate ( L ) (detik)
0
0
98571.48
135350.67
118302.03
Panel tail gate ( S ) (detik)
0
0
127813.15
131396.95
95721.85
Spare wheel carrier body (detik)
144036.75
100793.55
105734.2
114114
98105.15
Gus quarter wheel house (detik)
187079.64
114698.49
114519.24
134172.21
141844.11
Half upper comp KWWX (detik)
174717.4
143375.25
119572.5
0
0
Plate front End PT-9 (detik)
263901.4
170599.68
160549.64
0
0
Body Upper TDH- 24 (detik)
0
102811.34
152778.76
0
0
Body Lower TDH- 25 (detik)
0
111728.25
151037.55
0
0
Tank Upper CJT- 1 (detik)
0
86708.85
0
0
85146.75
Tank Lower CJT- 2 (detik)
0
0
0
0
86210.7
Bracket torsion bar LH TDC-35 (detik)
0
0
0
0
0
Rail tail gate Top (detik)
0
0
134773.11
154572.33
125976.8
Stiff, Tail gate center (detik)
0
0
0
124687.05
125748.45
Body TX-8 (detik)
0
156456
0
0
0
424.87
409.02
456.40
375.47
383.93
Net Operating Time (hour)
Operating Time
Performance
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
JUMLAH
105967.05
97180.86
95799.27
97162.8
83247.57
44806.86
72528.96
127614.05
108464.25
108319.45
83015.65
74843.5
92119.95
63431.45
144913.44
93730.35
94743.38
98815.56
97963.01
81413.51
89467.6
98902.05
129263.1
87837
91826.85
87545.55
79073.4
71566.05
97027.35
98842.38
86985.99
83337.87
77676.06
71923.95
73468.08
131451.25
86617.55
96056.7
73784.65
82789.4
80183
80662.65
77105.6
100500.4
69083.3
76883.95
64056.85
33218.9
65401.05
111507.84
102036.27
97805.97
83781.45
91345.8
63182.04
65304.36
0
145014.25
106646.75
145528.3
161396.8
90316.35
74410.6
0
128100.36
146573.96
106675
141142.32
123612.48
101916.04
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80300.55
86346
57373.35
58664.85
55958.85
43443.6
50885.1
68086.65
73117.35
68867.7
56075.7
59495.1
45220.95
56377.05
122374.75
124168.5
0
0
0
83004.5
88806
111393.18
0
0
0
0
0
0
111794.7
117769.65
95150.85
90118.35
88938
81041.55
89761.5
0
0
0
0
0
0
0
385.68
414.21
336.46
318.24
324.00
281.27
290.00
4399.54
Operating Time
Performance
5711
0.77036
Keterangan:
a. Total produk adalah jumlah produk yang sebenarnya diproduksi pada tahun 2012.
b. Cycle time adalah Waktu yang dibutuhkan dalam membuat produk ketika mesin dalam
kondisi normal.
c. Net Operating Time adalah Waktu Aktual Mesin Beroprasi,
Net operating time = Cycle time x Total produk
d. Operating Time adalah Waktu aktual ketika mesin beroperasi sesungguhnya.
"#$ %'($)*+ ,)-#
e. Rumus
!
=
x 100%
%'($)*+ ,)-#
f. Kesimpulan: Pada tahun 2012 nilai Perfomance Rate mesin Large pres 500 ton dibawah
standar yang telah ditetapkan oleh world class oee sebesar 90% yaitu 77,03%.
c. Quality
PART NAME
Panel side gate ( R )
total produk
total reject
141249
2841
Panel side gate ( L )
145019
2862
Rail side gate top ( R )
138863
2863
Rail side gate top ( L )
129409
2518
Panel tail gate ( L )
104262
2624
Panel tail gate ( S )
106978
2025
Spare wheel carrier body
144062
2656
Gus quarter wheel house
179697
2629
Half upper comp KWWX
131793
1979
Plate front End PT-9
131109
2770
Body Upper TDH- 24
23831
604
Body Lower TDH- 25
24911
477
Tank Upper CJT- 1
96875
1471
Tank Lower CJT- 2
81982
1506
Bracket torsion bar LH TDC-35
40203
612
Rail tail gate Top
51956
558
Stiff, Tail gate center
99419
1675
Body TX-8
11654
154
NET Produk
1783272
1750448
Quality Rate
98.15933856
TOTAL
32824
Keterangan:
a. Part name adalah jenis part yang dibuat oleh mesin large press di line C pada tahun
2012.
b. Total produk adalah jumlah dari keseluruhan produk yang diproduksi dalam setahun
selama tahun 2012.
c. Total reject adalah jumlah dari keseluruhan produk yang mengalami kerusakan dalam
setahun selama tahun 2012.
d. Net produk adalah produk aktual
Net produk = Jumlah produk – Produk cacat
e. Rumus Quality Rate
x 100%
f. Kesimpulan pada tahun 2012 nilai quality rate sebesar 98,16%
d. Kesimpulan perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Melalui hasil perhitungan variabel OEE maka didapatkan hasil perhitungan OEE yaitu:
OEE = AR x PR x QR
= 0,9421 x 0,7730 x 0,9816
= 0,7148
= 71,48 %
Artinya nilai OEE belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh world class oee
sebesar 85 % dari ketiga variabel OEE, Performance Rate variabel yang nilainya dibawah
setandar world class oee.
2. Tabel Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
FMEA worksheet diperoleh dari ahasil pembahasan jenis dari failure-failur mode yang ada dan juga hasil dari interview dengan
bagian product engineering.
Failure Mode and Effect Analysis
NO
Functional
Failure
1
Daya tekan
pengepresan
kurang optimal
Failure Mode
Failure Cause
Failure Effect
Pipa retak
Oli hidrolik utama
mengalami kebocoran
Tabung oli mengalami retak
Membuat oli habis sehingga tidak ada oli yang bersikulasi
sehingga mengakibatkan mesin macet.
Weld retak
Beban bolster terlalu besar
Masa pakai yang sudah tua
Membuat mesin berhenti sehingga produksi selanjutnya harus
menunggu sampai rantai diperbaiki dan setting
Bolster tidak bisa keluar
masuk
Limit switch locking sering
ubnormal
Terjadi gangguan saat pemasangan cetakan, sehingga produksi
sehingga produksi harus menunggu
MC Overload
Kelebihan beban serta
dudukan hydrolik motor
goyang
Poros hydrolik patah terlalu besar beban yang diterima
Indikator lampu stand by
mati
Tekanan angin berkurang
sehingga listrik mati
Mesin tidak akan hidup, dikarenakan ada kesalahan atau
kerusakan yang timbul tanpa diketahui oleh operator
indikator sensor mati
Kabel putus / kontaktor rusak
Mesin akan berhenti bekerja,karena sensor tidak bisa membaca
obyek yang akan diterima.
Kabel limit switch putus
Masa pemakaian yang sudah
lama
Maka arus yang masuk tidak bisa dikendalikan sesuai kebutuhan,
dan tidak setabil sesuai dengan set poin yang ditentukan
4
Mesin tidak
bisa ATC
(Automatic
Tool Change)
Cetakan kurang presisi
Operator salah memasukan
program manual
Cetakan tidak bisa presisi sehingga bisa merusak benda kerja saat
beroperasi
5
Terjadi suara
kasar pada
Pipa hidrolik pecah
Weld retak
Terjadi kebocoran sehingga main press kurang,sehingga perlu
dilakukan perbaikan
2
3
Mengalami
kendala saat
pergantian
cetakan
Mesin mati
Rantai bolster putus
hidrolik
Oli hidrolik atas kurang
6
Penurunan
kapasitas oli
Oli sudah dibawah level
7
Cleaning pad
cushion
Banyak sekrap
Oli kebuang waktu ganti
main pump
Terjadi suara kasar dan daya pres menurun sehingga kualitas
produk tidak sesuai dengan standart
Terbuang saat perbaikan/saat
bekerja
Kurangnya teliti operator
membersihkan saat setelah
proses produksi
Tekanan menurun
penambahan oli
sehingga
operatur
perlu
melakukan
Terjadi ketidak sesuaian atau benda kerja mengalami kerusakan
seperti gelombang, ukuran tidak presisi.
3. Pengisian rating variabel FMEA
Setelah worksheet diketahui langkah selanjutnnya adalah membuat rating variabel FMEA yaitu Occurance, Seferity, dan
Detection. Pengisian rating berdasarkan keadaan nyata yang terjadi pada mesin large pres 500 ton yang diisi oleh bagian produk
Enggineering PT Pamindo tiga T.
Failure Mode and Effect Analysis
NO
Functional Failure
Failure Mode
Frequency
Of
Occurance
4
Degree
Of
Severity
6
Change
Of
Detection
5
RPN
RANK
120
3
1
Daya tekan pengepresan kurang optimal
Oli hidrolik utama mengalami kebocoran
Mengalami kendala saat pergantian
cetakan
Rantai bolster putus
2
3
5
3
45
7
Bolster tidak bisa keluar masuk
5
7
2
70
5
MC Overload
7
5
4
140
2
Indikator lampu stand by mati
6
6
4
144
1
indikator sensor mati
5
6
3
90
4
Kabel limit switch putus
4
6
2
48
6
2
4
3
24
10
Pipa hidrolik pecah
2
5
3
30
9
Oli hidrolik atas kurang
2
3
3
18
11
3
4
Mesin mati
Mesin tidak bisa ATC (Automatic Tool
Change)
Terjadi suara kasar pada hidrolik
5
Cetakan kurang presisi
6
Tambah oli hidrolik
Oli sudah dibawah level
2
2
2
8
13
7
Cleaning pad cushion
Banyak sekrap
4
2
2
16
12
4. Analisa prioritas penyelesaian menggunakan diagram pareto.
Setelah mendapatkan nilai RPN, selanjutnya menentukan prioritas failure mode yang akan dilakukan perbaikan. Cara menentukan
menggunakan diagram pareto.
#
'-
+
"
'
#
#
&
$
"
"
(
"
,
"
*
"
' #
#)
#
#
"
&
&
!
#
#
'
!
&
'
!
$ "
&
"
!
%
!
$
!
# "
"
!
#
!
5. Hasil analisa menggunakan LTA
Berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram pareto diketahui beberapa Janis failure mode yang diprioritaskan untuk dilakukan
analisa mengunakan Logic Tree Analysis.
NO
Functional Failure
1
Mesin mati
Indikator lampu stand by mati
2
Mesin mati
M/C Overload
Daya tekan pengepresan kurang
optimal
Mesin mati
Oli hidrolik utama mengalami kebocoran
3
4
5
Mengalami kendala saat
pergantian cetakan
Critical Analysis
Failure Mode
Indikator lampu sensor mati
Bolster tidak bisa keluar masuk
Efident
Iya
Safety
Tidak
Outage
Iya
Catagory
B
Iya
Tidak
Iya
B
Tidak
Tidak
Tidak
D/C
Iya
Tidak
Tidak
C
iya
Tidak
Tidak
C
Logic Tree Analysis merupakan pendekatan kualitatif dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan tujuan mengklasifikasikan failure
mode kedalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas dalam penangan masing-masing failure mode
berdasarkan kategorinya.
6. Usulan perbaikan dari hasil analisa FMEA dan LTA
NO
Functional Failure
Failure Mode
Failure Cause
RPN (Risk
Priority
Number)
144
Catagory
Suggestion of reparation
B
Pastikan bahwa tekanan angin masih pada garis batas
sehingga saat produksi tidak mengalami gangguan, sebisa
mungkin cek juga kbl control lampu stand by apakah ada
kejala kerusakan yang dapat menggagu jalanya proses
produksi.
1
Mesin mati
Indikator lampu stand by
mati
Tekanan angin
berkurang sehingga
menyebabkan listrik
mati
2
Mesin mati
M/C Over load
Kelebihan beban serta
dudukan hydrolik motor
goyang
140
B
Pastikan beban yang diproduksi tidak melebihi kapasitas
mesin itu sendiri, dan pastikan dudukan hydrolik sejajar
agar tidak terjadi goncangan saat beroperasi.
3
Daya tekan pengepresan
kurang optimal
Oli hidrolik utama
mengalami kebocoran
Terjadi retak pada pipa,
tabung oli mengalami
retak, weld retak
120
D/C
Lakukan pemeriksaan secara teratur pada themperatur,dan
pastikan kondisi dan ketinggian fluida adalah hal yang
amat sangat penting. Lakukan pembersihan seluruh
permukaan komponen dari system hydrolik supaya dalam
keadaan bersih, selain kebersihan kemungkinan adanya
gangguan dan kerusakan pada komponen dapat diketahui
lebih dini.
4
Mesin mati
indikator lampu sensor
mati
Kabel putus atau
kontaktor rusak
90
C
Pastikan bahwa kabel tersebut tidak terjadi masalah, misal
cek sambungan kabel agar tidak terjadi konsleting, agar
terhindar dari kotoran-kotoran hasil produksi. jika terjadi
kerusakan segera lapor kebagian maintenance.
5
Mengalami kendala saat
pergantian cetakan
Bolster tidak bisa keluar
masuk
Kabel limit switch
ubnormal
70
C
Lakukan pengecekan dini dan kebersihan khususnya pada
kabel limit swich agar operator tau terjadi kejala-kejala
kerusakan.
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin Large Pres 500 T di PT. PAMINDO
TIGA T adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2012 nilai Availibility mesin large pres 500 T, telah memenuhi standar JIPM
sebesar 90% yaitu 94,20 %.
b. Pada tahun 2012 nilai Performance mesin large press 500 T, tidah mencapai target dan
masih dibawah setandar JIPM sebesar 95% yaitu 77.03 %.
c. Pada tahun 2012 nilai Quality mesin large press 500 T, telah memenuhi standar JIPM
yaitu 98,16 %.
d. Nilai keseluruhan Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada mesin large pres 500 T
pada tahun 2012 sebesar 71,23 %. Artinya bahwa nilai OEE tahun 2012 dibawah standar
yang ditentukan 85% dan perlu dilakukan analisa perbaikan.
2. Akar masalah yang menyebabkan mesin large press 500 T sering mengalami kerusakan
antara lain:
a. Berhubungan dengan tekanan angin, apabila tekanan angin berkurang mengakibatkan
tekanan listrik mati sehingga mengakibatkan lampu Stand by mati
b. Terjadi kerusakan pada motor utama gak bisa jalan sehingga mengakibatkan M/C
overload.
c. Terjadi retak-retakan kecil pada pipa atau tabung oli sehingga Oli mengalami kebocoran
d. Dikarenakan saluran kabel mengalami putus atau kontaktor kecil mengalami rusak
sehingga mengakibatkan Lampu sensor mati.
e. Masa pakai yang sudah tua serta pengunci limit switch sering upnormal sehingga
mengakibatkan Bolster tidak bisa keluar masuk.
f. Nilai RPN masing-masing failure mode lampu Indikator Lampu Stand by mati (144),
M/C overload (140), Oli Hidrolik utama mengalami kebocoran (120), Lampu Indikator
Sensor mati (90), Bolster tidak bisa keluar masuk (70), Kabel limit switch putus (48),
Rantai bolster putus(45), Pipa hidrolik pecah (30), Salah langkah(24), Oli hidrolik atas
berkurang (18), dll.
g. Dari hasil analisa diagram pareto,failure mode yang dianalisa memiliki tingkat RPN
hingga mencapai 75 % secara keseluruhan: Failure tersebut adalah indicator lampu stand
by mati, M/C overload, Oli hidrolik utama mengalami kebocoran, Indikator sensor mati,
dan bolster tidak bisa keluar masuk.
h. Indikator lampu stand by mati merupakan kategori B artinya mode kerusakan ini dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas produk yang dapat menyebabkan kerugian
ekonomi secara signifikan.
i. M/C overload termasuk kategori B artinya mode kerusakan ini dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas produk yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara
signifikan.
j. Oli hidrolik utama mengalami kebocoran termasuk kategori D/C, artinya failure mede
tergolong sebagai hidden failure dan menimbulkan masalah ekonomi kecil dan tidak
berpengaruh.
k. Indikator sensor mati Kategori C artinya mode kerusakan ini tidak berdampak pada
safety maupun operasional plant, hanya saja dapat merugikan secara ekonomi yang
relatif kecil.
l. Bolster tidak bisa keluar masuk termasuk kategori C artinya mode kerusakan ini tidak
berdampak pada safety maupun operasional plant, hanya saja dapat merugikan secara
ekonomi yang relatif kecil.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis kesimpulan, maka ada beberapa saran dalam penelitian ini antara lain:
1. Melakukan penjadwalan yang teratur untuk general check up mesin large press 500T akan
sangan membantu meningkatkan kinerja mesin.
2. Sistem perawatan terjadwal sangat penting untuk menghindari kerusakan secara tiba-tiba.
3. Pada proses pemasangan scetakan serta set-up, pastikan operator memperhatikan kebersihan,
dan memberikan oli pelumas pada bantalan boster agar tidak terjadi karatan yang dapat
memicu kerusakan mesin.
4. Persediaan spare part mesin large press hendaknya diperbanyak, jika terjadi kerusakan
mendadak tidak susah untuk mencari spare part.
DAFTAR PUSTAKA
Hasriyono Miko, 2009. Evaluasi Evektivitas Mesin Dengan Penerapan Total Produktivitas
Maintenance (TPM) di PT. Hadi Baru : Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara.
Assauri, 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Moubray, Jhon, 1997. Reliability –Centered Mintenance. New York: Industrial Pres INC.
Aziz Tahril M, Suprawardana Salman dan Porwanto Pudji T, 2009. Penerapan Metode Realiability
Centered Maintenance (RCM) Berbasis Wab Pada System Pendingin Primer Direaktor
Serba Guna Ga. Siwabessy : Jurusan Teknik Mesin/Industri Universitas UGM Yogyakarta.
Nurkertamanda Denny, Wulandari Fauziyati. 2009. Analisa Moda dan Efek Kegagalan FMEA
(Failure Mode and Effect Analysis) Pada Kursi Lipat Chitose Yamato Haa : Program Studi
Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang.
Wilbert, Sinaga Tuti S & Rambe A jabar, 2013. Penerapan Preventive Maintenance Dengan
Menggunakan Metode Realiability Centered Maintenance (RCM) Dengan Mengaplikasikan
Grey FMEA pada PT. XWY : Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Sumatra Utara.
ANALISIS KERUSAKAN PADA MESIN LARGE PRES 500 T MENGGUNAKAN METODE
OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)
PT. PAMINDO TIGA T
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
Nama : Tutur Widianto
NIM : D 600.090.034
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ANALISIS KERUSAKAN PADA MESIN LARGE PRES 500 T
MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
(OEE)
PT. PAMINDO TIGA T
1
Tutur Widianto, 2Ratnanto Fitriadi, ST, MT, 3Ahmad Kholid Al-Ghofahri,ST, MT
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417
Email: Thole [email protected]
Abstrak
Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam bidang manufaktur, kebutuhan akan nilai
produktifitas nilai yang tinggi menjadi sebuah tuntutan, maka perusahaan harus melakukan
perbaikan secara berkala untuk mendukung kelancaran proses produksinya. PT. Pamindo Tiga T
sebuah perusahaan joint venture yang bergerak dalam bidang engineering dan manufacturing. Objek
penelitian ini adalah mesin Large Press 500 T karena paling sering mengalami kerusakan. Tujuan
dari penelitian ini menghitung nilai OEE dan memberikan rekomendasi berupa usulan perbaikan.
Kegiatan awal penelitian ini menghitung nilai OEE kemudian dilanjut analisa menggunakan
metode FMEA dan LTA. Selanjutnya memberikan rekomendasi berupa usulan perbaikan.
Hasil dari penelitian ini adalah nilai OEE 70,53%. Analisa perbaikan menggunakan FMEA
dan LTA yang menghasilkan failure mode dengan nilai RPN sebesar 75% komulatif adalah
Indikator lampu stand by mati kategori B, MC overload kategori B, Oli hydrolik utama mengalami
kebocoran kategori D/C, Indikator sensor mati kategori C, Bolster tidak bisa keluar masuk kategori
C.
Kata kunci: Overall Equipment Efectiveness (OEE), Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Logic Tree Analysis (LTA)
PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam bidang manufaktur, maka perusahaan
harus melakukan perbaikan secara berkala untuk mendukung kelancaran proses produksinya. Salah
satu faktor yang perlu diperhatikan adalah sistem perawatan didalam perusahaan
PT. Pamindo Tiga T sebuah perusahaan joint venture yang bergerak dalam bidang
engineering dan manufacturing. Salah satu kegiatan vital yang dilakukan oleh PT. Pamindo Tiga T
adalah proses produksi. jika salah satu mesin tersebut mengalami kerusakan maka produksi akan
mengalami kendala dan target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat
produktivitas mesin yang beroperasi di PT. Pamindo Tiga T perlu dilakukan maintenance.
Untuk menentukan obyek penulis melakukan observasi dan dengan melakukan rekapitulasi data
kerusakan. Sehingga dapat diketahui bahwa mesin Large pres (L/P) 500 ton paling sering
mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan analisa perbaikan.
LANDASAN TEORI
Pemeliharaan
Suatu kombinasi kegiatan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau mesin sampai
suatu kondisi perbaikan yang bisa diterima. Pada umumnya kegiatan ini meliputi tindakan perbaikan
atau menjaga peralatan agar tidak mudah rusak.
Kebijakan perawatan
Breakdown maintenance kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah
terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi
dengan baik (Assauri,1993, hal:125).
Selain Breakdown maintenance perawatan Scheduled Maintenance juga dilakukan untuk mencegah
timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga.
Overall Equipment Efectivness (OEE)
Merupakan perhitungan keefektifan secara berkelanjutan untuk menggabungakan setiap
variabel yang diukur dengan availability, eveciency, yield. Ketentuan itu adalah sebuah gabungan
dengan pengukuran keefektifan mesin. (Moubray, Jhon 1997). Ada 3 fase dalam perhitungan
Overall Equipment Effectiveness yaitu
Downtime Losses, Speed Losses, Defect Losses
Six Big Loss Category
Equipment failure
OEE Loss Category
OEE Factor
Downtime losses
Availability (A)
Speed Losses
Performance (P)
Defect Losses
Quality (Q)
Setup and Adjustment
Idling & minor stoppages
Reduced Speed
Reduced Yield
Quality Dfect
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
Proses mengidentifikasi suatu kegagalan dari suatu komponen yang dapat menyebabkan kegagalan
dalam fungsi ( (Tahril, dkk, 2009).
Ada 3 fase dalam pembuatan FMEA seperti gambar dibawah ini.
Fase
Identifikasi
Analisa
Tindakan
Pertanyaan
Apa yang salah
Bagaimana kegagalan terjadi &
konsekuensinya
Apa yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan dampak dan sebab
dari kegagalan
apa
Hasil
Kegagalan sebab akibat
Evaluasi prioritas resiko
Redesain sistem, proses, modifikasi
SOP dan sebagainya
Risk Priority Number (RPN)
RPN merupakan nilai yang menunjukkan prioritas resiko harus ditangani supaya tidak terjadi
kegagalan yang lebih lanjut. RPN diperoleh dengan mengalikan rating keparahan dengan rating
kejadian dan rating deteksi yang telah ditentukan sebelumnya. (Nurkertamanda, dkk, 2009).
− Severity Rating : Tingkat keseriusan akibat dari failure modes tersebut dan diberikan rating
nilai antara 1 – 10.
− Occurrence Rating : Tingkat kegagalan selama masa guna sistem, desain atau proses, nilai
dalam bentuk rating antara 1 – 10 (1 : jarang terjadi hampir tidak pernah dan 10 : sulit untuk
dihindari terjadinya).
− Detection Rating : Tingkat kemudahan dalam mendeteksi suatu kegagalan, dan diberikan nilai
antara 1-10 (1: terjadinya pasti terdeteksi dan 10: kegagalan hampir pasti tidak terdeteksi).
Logic Tree Analysis (LTA)
Mengklarifikasikan failure mode kedalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan
masing – masing failure mode berdasarkan kategorinya. (Wilbert, Sinaga, dan M Rambe, 2013)
. Adapun Tiga pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Evident yaitu : Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi gangguan
dalam sistem ?
2. Safety yaitu : Apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?
3. Outage yaitu : Apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin
berhenti?
Berdasarkan LTA tersebut failure mode dapat digolongkan dalam empat kategori yaitu :
1. Kategori A, jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap personel maupun
lingkungan.
2. Kategori B, jika failure mode mempunyai konsekuensi terhadap operasional plant
(mempengaruhi kuantitas ataupun kualitas output) yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi
secara signifikan.
3. Kategori C, jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun operasional plant dan hanya
menyebabkan kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk perbaikan.
4. Kategori D, jika failure mode tergolong sebagai hidden failure, yang kemudian digolongkan
lagi ke dalam kategori D/A, kategori D/B, dan kategori D/C (Tahril, dkk, 2009).
METODOLOGI PENELITIAN
Objek penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini adalah mesin large press 500 T yang berada di
PT. Pamindo Tiga T. Urutan langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Awal
a. Identifikasi Masalah
b. Tujuan Penelitian
2. Pengumpulan Data
a. Interview
b. Data stop mesin keseluruhan
c. Data stop mesin large press
d. Data produksi mesin Large pres 500 T dalam setahun
3. Pengolahan Data
a. Menghitung nilai OEE
b. Menganalisa menggunakan metode FMEA
c. Menentukan nilai RPN lanjut dengan LTA
PENGOLAHAN dan ANALISA DATA
1. Perhitungan nilai OEE
a. Availability
Loading Time
(hour)
Down Time (hour)
Operating time
Januari Februari
Maret
567.00
42.75
524.25
588.00 588.00
38.00 41.25
550.00 546.75
567.00
37.00
530.00
April
Mei
Juni
567.00 567.00
33.00 29.00
534.00 538.00
Juli
Agustus September Oktober Nopember Desember
Total
567.00 441.00
420.00 420.00
378.00
392.00 6,062.00
32.50
20.50
19.75
22.75
21.25
13.25
351.00
534.50 420.50
400.25 397.25
356.75
378.75 5,711.00
Availability Mesin Large Pres 500T
94.21
Keterangan
a. Data Loading time diperoleh dari data kegiatan produksi PT Pamindo Tiga T
b.Loading time adalah Waktu seharusnya mesin beroperasi.
c. Down time adalah Waktu tidak produktif (sia-sia) akibat mesin mengalami kerusakan.
d.Operating time adalah Waktu aktual ketika mesin beroperasi.
operating time= Loading time – Down time.
e. Rumus
=
x 100 %
Kesimpulan: Pada tahun 2012 nilai Availability mesin Large press 500 ton telah memenuhi
standar yang ditetapkan oleh world class oee sebesar 90% yaitu sebesar 94.21 %
b. Performance
Nama Part
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Panel side gate ( R ) (detik)
189151.41
127566.81
127277.85
142222.5
118220.76
Panel side gate ( L ) (detik)
183443.5
118898.9
118364.95
135921.95
123885.45
Rail side gate top ( R ) (detik)
223949.84
108233.73
131974.74
134732.99
121573.63
Rail side gate top ( L ) (detik)
163252.2
130599.75
100087.95
144508.95
141403.5
Panel tail gate ( L ) (detik)
0
0
98571.48
135350.67
118302.03
Panel tail gate ( S ) (detik)
0
0
127813.15
131396.95
95721.85
Spare wheel carrier body (detik)
144036.75
100793.55
105734.2
114114
98105.15
Gus quarter wheel house (detik)
187079.64
114698.49
114519.24
134172.21
141844.11
Half upper comp KWWX (detik)
174717.4
143375.25
119572.5
0
0
Plate front End PT-9 (detik)
263901.4
170599.68
160549.64
0
0
Body Upper TDH- 24 (detik)
0
102811.34
152778.76
0
0
Body Lower TDH- 25 (detik)
0
111728.25
151037.55
0
0
Tank Upper CJT- 1 (detik)
0
86708.85
0
0
85146.75
Tank Lower CJT- 2 (detik)
0
0
0
0
86210.7
Bracket torsion bar LH TDC-35 (detik)
0
0
0
0
0
Rail tail gate Top (detik)
0
0
134773.11
154572.33
125976.8
Stiff, Tail gate center (detik)
0
0
0
124687.05
125748.45
Body TX-8 (detik)
0
156456
0
0
0
424.87
409.02
456.40
375.47
383.93
Net Operating Time (hour)
Operating Time
Performance
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
JUMLAH
105967.05
97180.86
95799.27
97162.8
83247.57
44806.86
72528.96
127614.05
108464.25
108319.45
83015.65
74843.5
92119.95
63431.45
144913.44
93730.35
94743.38
98815.56
97963.01
81413.51
89467.6
98902.05
129263.1
87837
91826.85
87545.55
79073.4
71566.05
97027.35
98842.38
86985.99
83337.87
77676.06
71923.95
73468.08
131451.25
86617.55
96056.7
73784.65
82789.4
80183
80662.65
77105.6
100500.4
69083.3
76883.95
64056.85
33218.9
65401.05
111507.84
102036.27
97805.97
83781.45
91345.8
63182.04
65304.36
0
145014.25
106646.75
145528.3
161396.8
90316.35
74410.6
0
128100.36
146573.96
106675
141142.32
123612.48
101916.04
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80300.55
86346
57373.35
58664.85
55958.85
43443.6
50885.1
68086.65
73117.35
68867.7
56075.7
59495.1
45220.95
56377.05
122374.75
124168.5
0
0
0
83004.5
88806
111393.18
0
0
0
0
0
0
111794.7
117769.65
95150.85
90118.35
88938
81041.55
89761.5
0
0
0
0
0
0
0
385.68
414.21
336.46
318.24
324.00
281.27
290.00
4399.54
Operating Time
Performance
5711
0.77036
Keterangan:
a. Total produk adalah jumlah produk yang sebenarnya diproduksi pada tahun 2012.
b. Cycle time adalah Waktu yang dibutuhkan dalam membuat produk ketika mesin dalam
kondisi normal.
c. Net Operating Time adalah Waktu Aktual Mesin Beroprasi,
Net operating time = Cycle time x Total produk
d. Operating Time adalah Waktu aktual ketika mesin beroperasi sesungguhnya.
"#$ %'($)*+ ,)-#
e. Rumus
!
=
x 100%
%'($)*+ ,)-#
f. Kesimpulan: Pada tahun 2012 nilai Perfomance Rate mesin Large pres 500 ton dibawah
standar yang telah ditetapkan oleh world class oee sebesar 90% yaitu 77,03%.
c. Quality
PART NAME
Panel side gate ( R )
total produk
total reject
141249
2841
Panel side gate ( L )
145019
2862
Rail side gate top ( R )
138863
2863
Rail side gate top ( L )
129409
2518
Panel tail gate ( L )
104262
2624
Panel tail gate ( S )
106978
2025
Spare wheel carrier body
144062
2656
Gus quarter wheel house
179697
2629
Half upper comp KWWX
131793
1979
Plate front End PT-9
131109
2770
Body Upper TDH- 24
23831
604
Body Lower TDH- 25
24911
477
Tank Upper CJT- 1
96875
1471
Tank Lower CJT- 2
81982
1506
Bracket torsion bar LH TDC-35
40203
612
Rail tail gate Top
51956
558
Stiff, Tail gate center
99419
1675
Body TX-8
11654
154
NET Produk
1783272
1750448
Quality Rate
98.15933856
TOTAL
32824
Keterangan:
a. Part name adalah jenis part yang dibuat oleh mesin large press di line C pada tahun
2012.
b. Total produk adalah jumlah dari keseluruhan produk yang diproduksi dalam setahun
selama tahun 2012.
c. Total reject adalah jumlah dari keseluruhan produk yang mengalami kerusakan dalam
setahun selama tahun 2012.
d. Net produk adalah produk aktual
Net produk = Jumlah produk – Produk cacat
e. Rumus Quality Rate
x 100%
f. Kesimpulan pada tahun 2012 nilai quality rate sebesar 98,16%
d. Kesimpulan perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Melalui hasil perhitungan variabel OEE maka didapatkan hasil perhitungan OEE yaitu:
OEE = AR x PR x QR
= 0,9421 x 0,7730 x 0,9816
= 0,7148
= 71,48 %
Artinya nilai OEE belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh world class oee
sebesar 85 % dari ketiga variabel OEE, Performance Rate variabel yang nilainya dibawah
setandar world class oee.
2. Tabel Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
FMEA worksheet diperoleh dari ahasil pembahasan jenis dari failure-failur mode yang ada dan juga hasil dari interview dengan
bagian product engineering.
Failure Mode and Effect Analysis
NO
Functional
Failure
1
Daya tekan
pengepresan
kurang optimal
Failure Mode
Failure Cause
Failure Effect
Pipa retak
Oli hidrolik utama
mengalami kebocoran
Tabung oli mengalami retak
Membuat oli habis sehingga tidak ada oli yang bersikulasi
sehingga mengakibatkan mesin macet.
Weld retak
Beban bolster terlalu besar
Masa pakai yang sudah tua
Membuat mesin berhenti sehingga produksi selanjutnya harus
menunggu sampai rantai diperbaiki dan setting
Bolster tidak bisa keluar
masuk
Limit switch locking sering
ubnormal
Terjadi gangguan saat pemasangan cetakan, sehingga produksi
sehingga produksi harus menunggu
MC Overload
Kelebihan beban serta
dudukan hydrolik motor
goyang
Poros hydrolik patah terlalu besar beban yang diterima
Indikator lampu stand by
mati
Tekanan angin berkurang
sehingga listrik mati
Mesin tidak akan hidup, dikarenakan ada kesalahan atau
kerusakan yang timbul tanpa diketahui oleh operator
indikator sensor mati
Kabel putus / kontaktor rusak
Mesin akan berhenti bekerja,karena sensor tidak bisa membaca
obyek yang akan diterima.
Kabel limit switch putus
Masa pemakaian yang sudah
lama
Maka arus yang masuk tidak bisa dikendalikan sesuai kebutuhan,
dan tidak setabil sesuai dengan set poin yang ditentukan
4
Mesin tidak
bisa ATC
(Automatic
Tool Change)
Cetakan kurang presisi
Operator salah memasukan
program manual
Cetakan tidak bisa presisi sehingga bisa merusak benda kerja saat
beroperasi
5
Terjadi suara
kasar pada
Pipa hidrolik pecah
Weld retak
Terjadi kebocoran sehingga main press kurang,sehingga perlu
dilakukan perbaikan
2
3
Mengalami
kendala saat
pergantian
cetakan
Mesin mati
Rantai bolster putus
hidrolik
Oli hidrolik atas kurang
6
Penurunan
kapasitas oli
Oli sudah dibawah level
7
Cleaning pad
cushion
Banyak sekrap
Oli kebuang waktu ganti
main pump
Terjadi suara kasar dan daya pres menurun sehingga kualitas
produk tidak sesuai dengan standart
Terbuang saat perbaikan/saat
bekerja
Kurangnya teliti operator
membersihkan saat setelah
proses produksi
Tekanan menurun
penambahan oli
sehingga
operatur
perlu
melakukan
Terjadi ketidak sesuaian atau benda kerja mengalami kerusakan
seperti gelombang, ukuran tidak presisi.
3. Pengisian rating variabel FMEA
Setelah worksheet diketahui langkah selanjutnnya adalah membuat rating variabel FMEA yaitu Occurance, Seferity, dan
Detection. Pengisian rating berdasarkan keadaan nyata yang terjadi pada mesin large pres 500 ton yang diisi oleh bagian produk
Enggineering PT Pamindo tiga T.
Failure Mode and Effect Analysis
NO
Functional Failure
Failure Mode
Frequency
Of
Occurance
4
Degree
Of
Severity
6
Change
Of
Detection
5
RPN
RANK
120
3
1
Daya tekan pengepresan kurang optimal
Oli hidrolik utama mengalami kebocoran
Mengalami kendala saat pergantian
cetakan
Rantai bolster putus
2
3
5
3
45
7
Bolster tidak bisa keluar masuk
5
7
2
70
5
MC Overload
7
5
4
140
2
Indikator lampu stand by mati
6
6
4
144
1
indikator sensor mati
5
6
3
90
4
Kabel limit switch putus
4
6
2
48
6
2
4
3
24
10
Pipa hidrolik pecah
2
5
3
30
9
Oli hidrolik atas kurang
2
3
3
18
11
3
4
Mesin mati
Mesin tidak bisa ATC (Automatic Tool
Change)
Terjadi suara kasar pada hidrolik
5
Cetakan kurang presisi
6
Tambah oli hidrolik
Oli sudah dibawah level
2
2
2
8
13
7
Cleaning pad cushion
Banyak sekrap
4
2
2
16
12
4. Analisa prioritas penyelesaian menggunakan diagram pareto.
Setelah mendapatkan nilai RPN, selanjutnya menentukan prioritas failure mode yang akan dilakukan perbaikan. Cara menentukan
menggunakan diagram pareto.
#
'-
+
"
'
#
#
&
$
"
"
(
"
,
"
*
"
' #
#)
#
#
"
&
&
!
#
#
'
!
&
'
!
$ "
&
"
!
%
!
$
!
# "
"
!
#
!
5. Hasil analisa menggunakan LTA
Berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram pareto diketahui beberapa Janis failure mode yang diprioritaskan untuk dilakukan
analisa mengunakan Logic Tree Analysis.
NO
Functional Failure
1
Mesin mati
Indikator lampu stand by mati
2
Mesin mati
M/C Overload
Daya tekan pengepresan kurang
optimal
Mesin mati
Oli hidrolik utama mengalami kebocoran
3
4
5
Mengalami kendala saat
pergantian cetakan
Critical Analysis
Failure Mode
Indikator lampu sensor mati
Bolster tidak bisa keluar masuk
Efident
Iya
Safety
Tidak
Outage
Iya
Catagory
B
Iya
Tidak
Iya
B
Tidak
Tidak
Tidak
D/C
Iya
Tidak
Tidak
C
iya
Tidak
Tidak
C
Logic Tree Analysis merupakan pendekatan kualitatif dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan tujuan mengklasifikasikan failure
mode kedalam beberapa kategori sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat prioritas dalam penangan masing-masing failure mode
berdasarkan kategorinya.
6. Usulan perbaikan dari hasil analisa FMEA dan LTA
NO
Functional Failure
Failure Mode
Failure Cause
RPN (Risk
Priority
Number)
144
Catagory
Suggestion of reparation
B
Pastikan bahwa tekanan angin masih pada garis batas
sehingga saat produksi tidak mengalami gangguan, sebisa
mungkin cek juga kbl control lampu stand by apakah ada
kejala kerusakan yang dapat menggagu jalanya proses
produksi.
1
Mesin mati
Indikator lampu stand by
mati
Tekanan angin
berkurang sehingga
menyebabkan listrik
mati
2
Mesin mati
M/C Over load
Kelebihan beban serta
dudukan hydrolik motor
goyang
140
B
Pastikan beban yang diproduksi tidak melebihi kapasitas
mesin itu sendiri, dan pastikan dudukan hydrolik sejajar
agar tidak terjadi goncangan saat beroperasi.
3
Daya tekan pengepresan
kurang optimal
Oli hidrolik utama
mengalami kebocoran
Terjadi retak pada pipa,
tabung oli mengalami
retak, weld retak
120
D/C
Lakukan pemeriksaan secara teratur pada themperatur,dan
pastikan kondisi dan ketinggian fluida adalah hal yang
amat sangat penting. Lakukan pembersihan seluruh
permukaan komponen dari system hydrolik supaya dalam
keadaan bersih, selain kebersihan kemungkinan adanya
gangguan dan kerusakan pada komponen dapat diketahui
lebih dini.
4
Mesin mati
indikator lampu sensor
mati
Kabel putus atau
kontaktor rusak
90
C
Pastikan bahwa kabel tersebut tidak terjadi masalah, misal
cek sambungan kabel agar tidak terjadi konsleting, agar
terhindar dari kotoran-kotoran hasil produksi. jika terjadi
kerusakan segera lapor kebagian maintenance.
5
Mengalami kendala saat
pergantian cetakan
Bolster tidak bisa keluar
masuk
Kabel limit switch
ubnormal
70
C
Lakukan pengecekan dini dan kebersihan khususnya pada
kabel limit swich agar operator tau terjadi kejala-kejala
kerusakan.
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) mesin Large Pres 500 T di PT. PAMINDO
TIGA T adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2012 nilai Availibility mesin large pres 500 T, telah memenuhi standar JIPM
sebesar 90% yaitu 94,20 %.
b. Pada tahun 2012 nilai Performance mesin large press 500 T, tidah mencapai target dan
masih dibawah setandar JIPM sebesar 95% yaitu 77.03 %.
c. Pada tahun 2012 nilai Quality mesin large press 500 T, telah memenuhi standar JIPM
yaitu 98,16 %.
d. Nilai keseluruhan Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada mesin large pres 500 T
pada tahun 2012 sebesar 71,23 %. Artinya bahwa nilai OEE tahun 2012 dibawah standar
yang ditentukan 85% dan perlu dilakukan analisa perbaikan.
2. Akar masalah yang menyebabkan mesin large press 500 T sering mengalami kerusakan
antara lain:
a. Berhubungan dengan tekanan angin, apabila tekanan angin berkurang mengakibatkan
tekanan listrik mati sehingga mengakibatkan lampu Stand by mati
b. Terjadi kerusakan pada motor utama gak bisa jalan sehingga mengakibatkan M/C
overload.
c. Terjadi retak-retakan kecil pada pipa atau tabung oli sehingga Oli mengalami kebocoran
d. Dikarenakan saluran kabel mengalami putus atau kontaktor kecil mengalami rusak
sehingga mengakibatkan Lampu sensor mati.
e. Masa pakai yang sudah tua serta pengunci limit switch sering upnormal sehingga
mengakibatkan Bolster tidak bisa keluar masuk.
f. Nilai RPN masing-masing failure mode lampu Indikator Lampu Stand by mati (144),
M/C overload (140), Oli Hidrolik utama mengalami kebocoran (120), Lampu Indikator
Sensor mati (90), Bolster tidak bisa keluar masuk (70), Kabel limit switch putus (48),
Rantai bolster putus(45), Pipa hidrolik pecah (30), Salah langkah(24), Oli hidrolik atas
berkurang (18), dll.
g. Dari hasil analisa diagram pareto,failure mode yang dianalisa memiliki tingkat RPN
hingga mencapai 75 % secara keseluruhan: Failure tersebut adalah indicator lampu stand
by mati, M/C overload, Oli hidrolik utama mengalami kebocoran, Indikator sensor mati,
dan bolster tidak bisa keluar masuk.
h. Indikator lampu stand by mati merupakan kategori B artinya mode kerusakan ini dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas produk yang dapat menyebabkan kerugian
ekonomi secara signifikan.
i. M/C overload termasuk kategori B artinya mode kerusakan ini dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas produk yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara
signifikan.
j. Oli hidrolik utama mengalami kebocoran termasuk kategori D/C, artinya failure mede
tergolong sebagai hidden failure dan menimbulkan masalah ekonomi kecil dan tidak
berpengaruh.
k. Indikator sensor mati Kategori C artinya mode kerusakan ini tidak berdampak pada
safety maupun operasional plant, hanya saja dapat merugikan secara ekonomi yang
relatif kecil.
l. Bolster tidak bisa keluar masuk termasuk kategori C artinya mode kerusakan ini tidak
berdampak pada safety maupun operasional plant, hanya saja dapat merugikan secara
ekonomi yang relatif kecil.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis kesimpulan, maka ada beberapa saran dalam penelitian ini antara lain:
1. Melakukan penjadwalan yang teratur untuk general check up mesin large press 500T akan
sangan membantu meningkatkan kinerja mesin.
2. Sistem perawatan terjadwal sangat penting untuk menghindari kerusakan secara tiba-tiba.
3. Pada proses pemasangan scetakan serta set-up, pastikan operator memperhatikan kebersihan,
dan memberikan oli pelumas pada bantalan boster agar tidak terjadi karatan yang dapat
memicu kerusakan mesin.
4. Persediaan spare part mesin large press hendaknya diperbanyak, jika terjadi kerusakan
mendadak tidak susah untuk mencari spare part.
DAFTAR PUSTAKA
Hasriyono Miko, 2009. Evaluasi Evektivitas Mesin Dengan Penerapan Total Produktivitas
Maintenance (TPM) di PT. Hadi Baru : Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatra Utara.
Assauri, 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Moubray, Jhon, 1997. Reliability –Centered Mintenance. New York: Industrial Pres INC.
Aziz Tahril M, Suprawardana Salman dan Porwanto Pudji T, 2009. Penerapan Metode Realiability
Centered Maintenance (RCM) Berbasis Wab Pada System Pendingin Primer Direaktor
Serba Guna Ga. Siwabessy : Jurusan Teknik Mesin/Industri Universitas UGM Yogyakarta.
Nurkertamanda Denny, Wulandari Fauziyati. 2009. Analisa Moda dan Efek Kegagalan FMEA
(Failure Mode and Effect Analysis) Pada Kursi Lipat Chitose Yamato Haa : Program Studi
Teknik Industri Universitas Diponegoro Semarang.
Wilbert, Sinaga Tuti S & Rambe A jabar, 2013. Penerapan Preventive Maintenance Dengan
Menggunakan Metode Realiability Centered Maintenance (RCM) Dengan Mengaplikasikan
Grey FMEA pada PT. XWY : Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Sumatra Utara.