STATUS ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN ORANG TUA YANG WALI NIKAHNYA AYAH ANGKAT DITINJAU DARI UNDANG_UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.
STATUS ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN ORANG TUA YANG
WALI NIKAHNYA AYAH ANGKAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
ABSTRAK
Widya Harnis
110 110 110 108
Status anak bergantung pada status perkawinan orang tua pada
saat anak tersebut dilahirkan. Jika perkawinan orang tua sah, maka anak
yang lahir akibat perkawinan tersebut adalah anak sah dari orang tuanya.
Namun jika perkawinan orang tua tidak sah, maka anak yang lahir akibat
perkawinan tersebut adalah anak luar kawin. Perkawinan harus dilakukan
oleh wali nikah yang berwenang, jika wali nikah tidak memiliki wewenang
atau hubungan nasab maka perkawinan tidak sah. Begitu pula jika yang
menjadi wali nikah adalah ayah angkat yang tidak berwenang, maka
perkawinan yang dilaksanakan tidak sah dan anak yang dilahirkan akibat
perkawinan tersebut adalah anak luar kawin. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keabsahan perkawinan yang dilakukan oleh ayah
angkat sebagai wali nikah adalah sah dan status anak yang lahir akibat
dari perkawinan tersebut. Semua ini dikaji berdasarkan UU No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan metode yuridis
normatif yang menitikberatkan kepada penelitian terhadap asas dan
norma hukum yang bersifat deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan yang kemudian dianalisis secara yuridis kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa anak yang lahir dari
perkawinan orang tua yang wali nikahnya ayah angkat adalah anak sah
dan memiliki hubungan nasab dan keperdataan dengan kedua orang
tuanya, apabila sebelum perkawinan orang tua tersebut dilaksanakan
dilakukan taukil wali nikah atau pemberian kuasa dari wali nikah yang
berwenang kepada ayah angkat untuk menikahkan calon isteri. Jika
sebelumnya tidak dilakukan taukil wali nikah yang sah dan ayah angkat
tidak memiliki wewenang untuk menikahkan, maka perkawinan tersebut
adalah tidak sah, sehingga anak yang lahir akibat perkawinan tersebut
adalah anak luar kawin dan hanya memiliki hubungan nasab dan
hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya saja.
iv
WALI NIKAHNYA AYAH ANGKAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
ABSTRAK
Widya Harnis
110 110 110 108
Status anak bergantung pada status perkawinan orang tua pada
saat anak tersebut dilahirkan. Jika perkawinan orang tua sah, maka anak
yang lahir akibat perkawinan tersebut adalah anak sah dari orang tuanya.
Namun jika perkawinan orang tua tidak sah, maka anak yang lahir akibat
perkawinan tersebut adalah anak luar kawin. Perkawinan harus dilakukan
oleh wali nikah yang berwenang, jika wali nikah tidak memiliki wewenang
atau hubungan nasab maka perkawinan tidak sah. Begitu pula jika yang
menjadi wali nikah adalah ayah angkat yang tidak berwenang, maka
perkawinan yang dilaksanakan tidak sah dan anak yang dilahirkan akibat
perkawinan tersebut adalah anak luar kawin. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keabsahan perkawinan yang dilakukan oleh ayah
angkat sebagai wali nikah adalah sah dan status anak yang lahir akibat
dari perkawinan tersebut. Semua ini dikaji berdasarkan UU No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan metode yuridis
normatif yang menitikberatkan kepada penelitian terhadap asas dan
norma hukum yang bersifat deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan yang kemudian dianalisis secara yuridis kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa anak yang lahir dari
perkawinan orang tua yang wali nikahnya ayah angkat adalah anak sah
dan memiliki hubungan nasab dan keperdataan dengan kedua orang
tuanya, apabila sebelum perkawinan orang tua tersebut dilaksanakan
dilakukan taukil wali nikah atau pemberian kuasa dari wali nikah yang
berwenang kepada ayah angkat untuk menikahkan calon isteri. Jika
sebelumnya tidak dilakukan taukil wali nikah yang sah dan ayah angkat
tidak memiliki wewenang untuk menikahkan, maka perkawinan tersebut
adalah tidak sah, sehingga anak yang lahir akibat perkawinan tersebut
adalah anak luar kawin dan hanya memiliki hubungan nasab dan
hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya saja.
iv