MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI.

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA
LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI
Joice Sari Tampubolon1, I Putu Gede Adiatmika2
1. Joice Sari Tampubolon - Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Bali, Indonesia
2. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes. - Departemen Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Abstrak
Latar Belakang: Musculoskeletal disorder (MSD) adalah keluhan pada otot yang
disebabkan oleh faktor-faktor kerja dan lingkungan saat melakukan pekerjaan. MSD
merupakan masalah kesehatan yang paling sering terjadi dalam dunia industri termasuk
industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry berkembang
sangat pesat yang disebabkan oleh tingkat kesibukan yang sangat tinggi pada
masyarakat terutama masyarakat di kota besar. Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji
tentang distribusi muskuloskeletal disorders (MSD) pada pekerja laundry di Kecamatan
Denpasar Selatan, Bali.
Metode: Studi deskriptif cross sectional dilakukan dengan menggunakan kuesioner
Nordic Body Map yang dibagikan pada 30 orang pekerja di 26 tempat laundry yang
berada di Kecamatan Denpasar Selatan, Bali.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja berumur < 35 tahun

(63,33%), masa kerja 1-2 tahun (53,33%), durasi kerja 9-12 jam/hari (80%) dan lama
istirahat 1 jam (83,33%). Keluhan nyeri muskuloskeletal yang paling banyak yaitu bahu
kanan 22 orang (73,33%), betis kiri dan betis kanan masing-masing berjumlah 17 orang
(56,66%) serta pinggang dan bahu kiri masing-masing berjumlah 16 orang (53,33%).
Kesimpulan: Distribusi muskuloskeletal disorders (MSD) pada bagian tubuh pekerja
laundry yang paling sering adalah bahu kanan, betis kiri, betis kanan, bahu kiri dan
pinggang.
Kata Kunci: Musculosceletal disorder (MSD), pekerja, laundry

Abstract
Background: Musculosceletal disorder (MSD) is the complaint of the muscles caused
by work factors and the environment while doing the job. MSD is a health problem that
is most common in the industry including household laundry industry. Currently
household laundry industry is growing very rapidly due to the very high level of activity
in the community, especially people in urban. Therefore, the authors wanted to research
about distribution of a musculoskeletal disorder (MSD) at the laundry workers,in the
district of South Denpasar, Bali.
Methods: Descriptive cross-sectional study was conducted using questionnaires Nordic
Body Map that distributed to 30 laundry workers at 26 sites located in the district of
South Denpasar, Bali.

Results: The result of this study showed that the majority of workers were as follows:
age < 35 years (63,33%),period of work 1-2 years (53,33%), duration of work 9-12

1

hour/day (80%) and rest time 1 hour (83,33%). The most common musculoskeletal
disorder are right shoulder 22 people (73.33%), left calf and right calf amounted to 17
people (56.66%), waist and left shoulder each of 16 people (53.33%).
Conclusion: The most common distribution muskuloskeletal disorders (MSD) in the
laundry workers is right shoulder, left calf, right calf, left shoulder and waist.
Keywords: Musculosceletal disorder (MSD), laundry, worker

mudah terutama di kota-kota besar.

Latar Belakang
Musculoskeletal

(MSD)

disorder


merupakan masalah kesehatan yang
paling

sering

pekerjaan.

terjadi

dalam

Berdasarkan

data

dunia
dari

EASHW disebutkan bahwa banyak

pekerja

yang

mengalami

musculoskeletal disorder (MSD). Pada

27 negara di Uni Eropa didapatkan
sekitar 25% dari pekerjanya mengeluh
sakit punggung, 23% dilaporkan adanya
nyeri otot.
(MSD)

1

Musculoskeletal disorder

dalam


menyebabkan

pekerjaan
nyeri

akan
dan

Dahulu kebanyakan jasa laundry masih
dikelola oleh pihak hotel namun saat ini
telah menjadi peluang usaha bagi
masyarakat umum. Hal ini disebabkan
tingkat kesibukan yang sangat tinggi
pada masyarakat di kota besar sehingga
mereka

lebih

memanfaatkan


memilih
jasa

untuk

laundry

untuk

mencuci dan menyetrika pakaiannya.
Proses kerja yang dilakukan di laundry
dimulai dari penyortiran, penimbangan,
pencucian, pengeringan, finishing dan
pendistribusian.3,4

Pekerja

laundry

ketidaknyamanan dalam bekerja. Hal ini


umumnya

dapat memicu stress atau ketidakpuasan

mendorong

dalam bekerja, penurunan produktivitas,

(pulling), melipat (folding), mengangkat

ketidakmampuan

menyelesaikan

(lifting) dan mengangkut barang.2,5 Hal

kewajiban pekerjaan, bahkan kesulitan

tersebut dapat meningkatkan resiko


dalam beraktivitas di rumah.

2

terjadinya

melakukan

kegiatan

(pushing),

menarik

musculoskeletal

disorder

Salah satu industri yang memiliki


(MSD). Permasalahan ini timbul akibat

potensi

bahaya

sarana dan lingkungan kerja yang tidak

musculoskeletal disorder (MSD) adalah

ergonomis. Diperlukan desain stasiun

pada aktivitas pekerjaan industri rumah

kerja dan pola sikap kerja yang sesuai

tangga laundry. Saat ini industri rumah

agar dapat meningkatkan produktivitas.


tangga laundry

Oleh sebab itu, penulis ingin mengkaji

untuk

mengalami

berkembang sangat

pesat dan dapat kita temukan dengan
2

lebih

lanjut

tentang


distribusi

d

: tingkat ketetapan absolut yang

muskuloskeletal disorders (MSD) pada

dikehendaki (ditentukan peneliti

pekerja laundry di kecamatan Denpasar

= 10%)

Selatan, Bali.

Berdasarkan hasil penghitungan di atas
maka

Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Penelitian ini dilakukan

di beberapa tempat laundry yang berada
di kecamatan Denpasar Selatan, Bali.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
November 2013 sampai Januari 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah
pekerja laundry yang ada di kecamatan
Denpasar Selatan, Bali. Sampel dalam
penelitian ini dalah pekerja laundry
yang bersedia terlibat sebagai sampel

diperoleh

jumlah

subjek

penelitian minimal sebesar 28 orang.
Pengumpulan data responden dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yaitu
kuesioner

data

responden

untuk

mengetahui karakteristik responden dan
kuesioner Nordic Body Map untuk
mengetahui
disorder

sebaran

(MSD)

musculoskeletal

pada responden.

Variabel yang diukur dalam penelitian
ini meliputi umur, jenis kelamin, masa
kerja, durasi kerja dan lama istirahat,
indeks

massa

tubuh

(IMT),

dan

musculoskeletal disorder (MSD) .

dalam penelitian ini dan tidak sedang

Data

dalam keadaan mengalami cedera otot,

deskriptif dan disajikan dalam bentuk

sendi, dan/atau ligamen.

tabel, grafik, dan narasi.

dianalisis

dengan

statistik

Besar sampel penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus :
�∝2
�=
�2

Hasil
Karakteristik Lingkungan Kerja

Keterangan:

Penelitian dilakukan di beberapa tempat

n

: besar sampel

industri rumah tangga laundry yang



: 1,96

berada di Kecamatan Denpasar Selatan.

P

: proporsi penyakit atau keadaan

Tempat usaha laundry yang diobservasi

yang akan dicari (dari pustaka)

berjumlah 26 tempat dengan total

Q

: (1-P)

jumlah pekerja adalah 30 orang. Pada

3

setiap lokasi usaha laundry biasanya

sebanyak 19 orang (63,33%) sedangkan

hanya terdapat 1 orang pekerja dan

pekerja

terdapat beberapa tempat yang memiliki

sebanyak 11 orang (36,66%). Dari 30

2-3 orang pekerja.

responden didapatkan umur minimum

Setiap pekerja melakukan kegiatan yang

19, maksimum 50 dengan mean (rerata)

sama yang dilakukan di usaha laundry

30,3.

mulai dari penimbangan, penyortiran,
pencucian, pengeringan, penyetrikaan
sampai dengan pengemasan pakaian.
Peralatan yang digunakan di tempat
laundry berupa timbangan, mesin cuci,

setrika,

meja

setrika

dan

plastik

pembungkus pakaian yang telah bersih.
Beberapa tempat laundry ada yang
menggunakan

mesin

pengering

sedangkan tempat laundry yang tidak

dengan

usia



35

tahun

Sebagian besar responden memiliki
masa kerja 1-2 tahun yaitu sebanyak 16
orang (53,33%). Durasi kerja yang
terbanyak

adalah

9-12

jam/hari

berjumlah 24 orang (80%) dan durasi
kerja yang paling sedikit yaitu

< 8

jam/hari berjumlah 1 orang (3,33%).
Waktu istirahat pekerja sebagian besar 1
jam sebanyak 25 orang (83,33%).

memiliki mesin pengering biasanya

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian

hanya memanfaatkan tenaga matahari.

besar responden memiliki indeks massa
tubuh

Karakteristik Responden

(IMT)

sebanyak

20

normal
orang

yaitu

<

(83,33%)

25
dan

Karakteristik responden dicantumkan

responden dengan IMT ≥ 25 berjumlah

dalam tabel 1. Proporsi umur pekerja

5 orang (16,66%).

laundry tertinggi adalah < 35 tahun

Tabel 1. Karakteristik responden
Karakteristik
Umur (tahun)
< 35
≥ 35
Minimum
= 19
Maksimum
= 50
Mean (rerata) = 30,3
Standar deviasi = 8,043631
Masa Kerja
< 1 tahun

Jumlah

%

19
11

63,33
36,66

10

33,33

4

1-2 tahun
> 2 tahun
Durasi Kerja
< 8 jam
8 jam
9-12 jam
>12 jam
Lama Istirahat
30 menit
1 jam
> 1 jam
Total

16
4

53,33
13,33

1
3
24
2

3,33
10
80
6,66

3
25
2
30

10
83,33
6,66
100

Tabel 2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Pekerja di 26 Laundry sektor usaha informal
Kecamatan Denpasar Selatan, Bali
No.

IMT

Jumlah

%

1.
2.

< 25
≥ 25
Total

25
5
30

83,33
16,66
100

paling sering mengalami musculoskeletal

Gambaran Keluhan
Hampir

semua

responden

mengalami

musculoskeletal disorder (MSD)

disorder (MSD)

pada pekerja laundry

yaitu

adalah bahu kanan 22 orang (73,33%),

sebanyak 27 orang (90%). Gambaran

betis kiri dan betis kanan masing-masing

keluhan responden didapatkan berdasarkan

berjumlah

hasil dari kuesioner Nordic Body Map.

pinggang dan bahu kiri masing-masing

Tabel 3 menyajikan presentasi keluhan

berjumlah 16 orang (53,33%).(tabel 4)

nyeri muskuloskeletal pada bagian tubuh

Deskripsi keluhan responden dapat dilihat

pekerja laundry. Urutan bagian tubuh yang

pada gambar 1.

17

orang

(56,66%)

serta

Tabel 3. Distribusi Musculoskeletal Disorder (MSD) Pekerja di 26 Laundry
sektor usaha informal Kecamatan Denpasar Selatan, Bali
Tingkat Keluhan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Keluhan
Leher
Bahu kiri
Bahu kanan
Lengan atas kiri
Punggung
Lengan atas kanan
Pinggang

Tidak Sakit

Agak Sakit

Sakit

Sangat Sakit

16 (53,3%)
14 (46,6%)
8 (26,6%)
26 (86,6%)
16 (53,3%)
17 (56,6%)
14 (46,6%)

11 (36,6%)
7 (23,3%)
6 (20%)
2 (6,66%)
3 (10%)
1 (3,33%)
4 (13,3%)

3 (10%)
9 (30%)
15 (50%)
2 (6,66%)
9 (30%)
11 (36,6%)
11 (36,6%)

0
0
(3,33%)
0
2 (6,66%)
1 (3,33%)
1 (3,33%)

5

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Pantat
Siku kiri
Siku kanan
Lengan bawah kiri
Lengan bawah kanan
Pergelangan tangan kiri
Pergelangan tangan kanan
Tangan kiri
Tangan kanan
Paha kiri
Paha kanan
Lutut kiri
Lutut kanan
Betis kiri
Betis kanan
Pergelangan kaki kiri
Pergelangan kaki kanan
Kaki kiri
Kaki kanan

29 (96,6%)
29 (96,6%)
27 (90%)
30 (100%)
26 (86,6%)
27 (90%)
26 (86,6%)
29 (96,6%)
29 (96,6%)
29 (96,6%)
29 (96,6%)
28 (93,3%)
28 (93,3%)
13 (43,3%)
13 (43,3%)
24 (80%)
24 (80%)
30 (100%)
30 (100%)

0
0
1 (3,33%)
0
3 (10%)
2 (6,66%)
2 (6,66%)
1 (3,33%)
1 (3,33%)
0
0
1 (3,33%)
1 (3,33%)
2 (6,66%)
2 (6,66%)
3 (10%)
3 (10%)
0
0

1 (3,33%)
1 (3,33%)
2 (6,66%)
0
1 (3,33%)
1 (3,33%)
2 (6,66%)
0
0
1 (3,33%)
1 (3,33%)
1 (3,33%)
1 (3,33%)
15 (50%)
15 (50%)
3 (10%)
3 (10%)
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Tabel 4. Distribusi Musculoskeletal Disorder (MSD) Terbanyak Pekerja di 26 Laundry
sektor usaha informal Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30)
Keluhan
Jumlah
%
Bahu kanan
22
73,33
Betis kiri
17
56,66
Betis kanan
17
56,66
Pinggang
16
53,33
Bahu kiri
16
53,33

Deskripsi Keluhan Responden
16
14
12
10

tidak sakit

8

agak sakit

6

sakit

4

sangat sakit

2
0
bahu kanan

betis kiri

betis kanan

bahu kiri

pinggang

Gambar 1. Deskripsi Musculoskeletal disorder (MSD) pada Pekerja di 26 Laundry
sektor usaha informal Kecamatan Denpasar Selatan, Bali (n=30)

6

Pembahasan

ditempat kerja sehingga semakin tinggi

Dalam penelitian ini dapat diketahui

resiko terjadinya penyakit akibat kerja.3,9

bahwa dari 30 orang responden terdapat 19

Di Indonesia batas waktu kerja yang

orang (63,33%) responden yang berusia <

ditetapkan pemerintah adalah 8 jam/hari.

35 tahun dan responden dengan usia ≥ 35

Namun berdasarkan hasil penelitian dapat

tahun

dilihat

sebanyak

11

orang

(36,66%).

bahwa

kebanyakan

pekerja

Keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada

memiliki durasi kerja melebihi 8 jam/hari

usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan

(86,66%).

pertama biasanya dirasakan pada usia 35

dilakukan di Ingris diketahui pengalaman

tahun dan tingkat keluhan akan terus

kerja

meningkat sejalan dengan bertambahnya

menghasilkan output yang lebih tinggi tiap

usia. Hal ini terjadi karena pada usia

jam dan pekerjaan selesai lebih cepat

setengah baya, kekuatan dan ketahanan

dengan sedikit waktu istirahat. Sebaliknya,

otot mulai menurun sehingga resiko

jika pekerja bekerja lebih lama akan

terjadinya keluhan otot meningkat. Pada

menyebabkan tempo bekerja menurun dan

umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun

output per jam juga akan berkurang.3,8

sebesar 25%, kemampuan sensoris-motoris

Apabila jam kerja melebihi dari ketentuan

menurun sebanyak 60%. pengaruh umur

akan ditemukan hal-hal seperti penurunan

harus selalu dijadikan pertimbangan dalam

kecepatan kerja, gangguan kesehatan,

memberikan pekerjaan pada seseorang.6,8,9

angka absensi karena sakit meningkat,

Berdasarkan

dengan

waktu

survei

singkat

yang

akan

yang dapat mengakibatkan rendahnya
Masa

kerja

menunjukan

lamanya

tingkat produktivitas kerja.10

seseorang terkena paparan di tempat
kerja.9 Hasil penelitian menggambarkan

Waktu kerja harus diimbangi dengan

bahwa responden dengan masa kerja < 1

waktu istirahat. Pada hasil penelitian

tahun berjumlah 10 orang (33,33%);

diketahui 83,33% pekerja memiliki waktu

kategori masa kerja 1-2 tahun berjumlah

istirahat 1 jam/hari. Setiap fungsi tubuh

16 orang (53,33%); dan kategori > 2 tahun

manusia

berjumlah 4 orang (13,33%). Sehingga

keseimbangan ritmis

dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja

energi dan penggantian energi atau dengan

laundry memliki masa kerja ≥ 1 tahun

kata

lain

antara

bekerja

dengan

(66,66%). Semakin lama masa kerja

beristirahat.

Waktu

istirahat

sangat

seseorang, semakin lama terkena paparan

dibutuhkan sebagai kebutuhan fisiologis

dapat

dilihat

sebagai

antara konsumsi

7

tubuh dan efisiensi kerja. Oleh sebab itu

kerja

waktu

diberikan

posture), sikap kerja statis dan pekerjaan

secukupnya, baik antara waktu kerja

yang dilakukan berulang-ulang (repetitive)

maupun di luar jam kerja.3,8

dalam jangka waktu yang lama.

istirahat

harus

yang

tidak

natural

(awkward

2,7

Dilihat

dari bagian tubuh yang paling banyak
Dalam penelitian ini dapat diketahui

dikeluhkan adalah bagian bahu kanan

bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25

karena bagian tersebut merupakan bagian

(normal) berjumlah 20 orang (83,33%) dan

tubuh yang paling banyak digunakan saat

responden dengan IMT ≥ 25 berjumlah 5

menyetrika. Jika dihubungkan dari hasil

orang (16,66%). Hasil penelitian tersebut

kuesioner didapatkan bahwa aktivitas yang

menunjukkan bahwa kebanyakan IMT

paling sering menimbulkan keluhan pada

pekerja adalah normal. IMT merupakan

pekerja yaitu pada saat menyetrika. Selain

alat sederhana untuk memantau status gizi

itu, kebanyakan pekerja menyetrika dalam

orang dewasa khususnya berkaitan dengan

posisi berdiri sehingga keluhan tersering

kekurangan dan kelebihan berat badan,

berikutnya adalah pada betis kiri dan

maka mempertahankan berat badan normal

kanan pekerja.

dapat menghindari seseorang dari berbagai
macam penyakit. Walaupun pengaruhnya

Kesimpulan

relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan
massa otot tubuh merupakan faktor yang

Hampir semua pekerja laundry mengalami

dapat menyebabkan terjadinya keluhan

musculoskeletal

otot skeletal.9

Berdasarkan hasil dari penelitian ini

disorder

(MSD).

diketahui bahwa distribusi keluhan pada
Hasil dari pengisian kuesioner Nordic

bagian tubuh pekerja laundry yang paling

Body Map didapatkan bahwa bagian tubuh

banyak adalah bahu kanan, betis kiri, betis

yang paling banyak disebutkan dalam

kanan, bahu kiri dan pinggang.

keluhan pekerja adalah bahu kanan yaitu
sebanyak 22 orang (73,33%). Diikuti oleh

Saran

betis kiri dan betis kanan masing-masing

Penelitian

berjumlah 17 orang (56,66%) serta bahu

keluhan

kiri dan pinggang yang masing-masing

dirasakan pekerja laundry berdasarkan

berjumlah

kuesioner Nordic Body Map. Diperlukan

16

orang

(53,33%).

Musculoskeletal disorder (MSD)

dapat

disebabkan oleh berbagai hal seperti posisi

ini
nyeri

hanya

mengidentifikasi

muskuloskeletal

yang

studi lanjutan untuk menilai faktor resiko
yang

belum

diteliti

seperti

faktor
8

lingkungan kerja (suhu, pencahayaan,

ksafe/PDF/Infokits/Laundries_newslet

desain tempat kerja) dan pemeriksaan

ter.pdf

pekerja

6. Solichul Hadi AB. 2011. Managemen

sehingga dapat diketahui penyebab yang

Ergonomi. Manajemen Bisnis Syariah,

pasti

No: 02/Th.V.

lebih

detail

tentang

dan

dapat

keluhan

dilakukan

upaya

7. PSHSA.

pengendalian terhadap faktor resiko.

2010.

Disorders.

Diunduh

November

Daftar Pustaka

Musculoskeletal

pada

2013

19
dari

http://pshsa.ca/wp-content/uploads/

1. European Agency for Safety and

2013/01/MSDs.pdf

Health at Work. 2008. Work-related

8. Kroemer K.H.E. dan Grandjean E.

Musculoskeletal Disorder: Prevention

1997. Fitting the Task to The Human,

Report. Belgium.

5th edt. Taylor & Francis Inc. British.

2. Occupational
Agency

for

Health

and

Healthcare

Safety

9. Heru Septiawan. 2013. Faktor yang

BC.

Berhubungan dengan Keluhan Nyeri

in

2003.Guide Ergonomic for Hospital

Punggung

Laundries. British Columbia.

Bangunan di PT Mikroland Property

3. Laraswati, Hervita. 2009. Analisis
Resiko

Musculoskeletal

Disorders

Bawah

pada

Pekerja

Development Semarang Tahun 2012.

Universitas Negeri Semarang.

(MRDs) pada Pekerja Laundry Tahun

10. Tarwaka dkk, 2004, Ergonomi Untuk

2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja:

Produktivitas,

Depok.

press.

Surakarta:

UNIBA

4. Anonim. 2012. Sistem K3 di Instalasi
Laundry

RS.

November

Diunduh

pada

2013

19
dari

http://aneukngupi.wordpress.com/201
2/11/29/sistem-k3-di-instalasi-laundry
-rs-kesmas-stase-k3/
5. Anonim. 2009. OSH in Laundries and
Drycleaners.

November

Diunduh
2013

pada

20
dari

http://www.commerce.wa.gov.au/wor

9