PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL MAHASISWA PRAKTIKAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU PAMONG DI SMU KOTAMADYA CIREBON: Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong dan Kinerja Mahasiswa Praktek.

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESICNAL MAHASISWA

PRAKTIKAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU PAMONG
DI SMU KOTAMADYA CIREBON

(Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong
dan Kinerja Mahasiswa Praktek)
TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung Untuk

Memenuhi Sebagian dari Syarat Program
Pasca Sarjana Bidang Studi Adminisirasi
Pendidikan

Diajukan Oleh:
Hj. MINTARSIH DANUMIHARDJA
NIM. 9696012

PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PASCA SARJANA IKIP BANDUNG
1998

DISETUJUI

Prof. Dr. H. Tt\Abin Sy^msuddin Makmun, MA

Pembinibing II

L

Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA

MENGETAHUI

Ketua Program Administrasi Pendidikan

Prof. Dr. H. E. Kusmana

ABSTRAK


Peran guru sebagai pendidik dalam era globalisasi yang berlangsung
saat ini sangat penting LPTK, khususnya FKIP Unswagati sebagai lembaga
penyiapan calon-calon guru SI antara lain untuk SLTA diharapkan dapat

menghasilkan guru yang memiliki dedikasi tinggi, pantang menyerah dan
guru yang sanggup menjadi dinamisator, motivator, inovator, katalisator dan

juga tahu jati dirinya, serta betul-betul memiliki kompetensi baik profesional
pribadi maupun kompetensi sosial.

Penyiapan calon guru termaksud dalam praktek selama ini merupakan

tanggung jawab bersama, antara LPTK dan pihak lembaga pemakainya

(SLTA). Karena itu dalam pelaksanaan PPL guru pamong (di SLTA)
merupakan barisan terdepan yang memberikan bimbingan pengalaman

langsung dalam mengembangkan kemampuan profesional danperilaku yang
seharusnya dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon guru yang diharapkan.

Penelitian ini mengungkapkan "Kemampuan Profesional Guru Pamong
dalam Membimbing Mahasiswa Praktikan". Sebagai upaya mengidentifikasi
tentang kinerja guru pamong dan mahasiswa praktikan dalam rangka
meningkatkankualitas kinerja pengelolaanprogram PPL.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda
deskriptif analisis. Agar penelitian ini mampu mengungkap makna secara
kualitatif, maka peneliti menjadi instrumen dalam penelitian ini. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi peneHtian kualitatif yang
memadukan prosesemic dan etic (participatory observation)

Hasil penelitian menunjukan bahwa guru pamong belum sepenuhnya
melaksanakan tugas dan peran secara efektif (kinerja belum maksimal).

Namun demikian, dalam hal-hal tertentu sebagian besar guru pamong telah
melaksanakan tugas atau menampilkan kinerjanya dengan baik, walaupun
masih terbatas pada aspek pembinaan proses pembelajaran saja. Oleh karena


IV

itu, meskipun PPL secara tentatif telah cukup memberikan kontribusi yang
berarti terhadap pembinaan mahasiswa praktikan dalam meningkatkan
kemampuan mengajarnya tetapi masih jauh dibawah tuntutan persyaratan
profesional yang ideal. Efektif tidaknya pembinaan guru pamong terhadap
mahasiswa praktikan, tentu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain;
(1) penguasaan visi dan misi PPL, (2) persepsi keprofesian, (3) kemahiran

praktek pembinaan, (4) penilaian proses dan hasil, (5) kemampuan
komunikasi dengan mahasiswa praktikan, (6) persepsi mahasiswa praktikan
terhadap guru pamong, (7) responnya terhadap perlakuan guru pamong dan
(8) dampak pembinaannya.

Implikasi dari penelitian adalah : (1) untuk meningkatkan kuahtas

kinerja PPL perlu ada komitmen yang dijadikan sumber penggerak untuk
merealisasikan pembinaan kemampuan profesional, (2) untuk memenuhi
tenaga pendidikan yang profesional dimasa datang PPL perlu pembenahan


termasuk guru pamong sebagai ujung tombak yang ada di barisan terdepan,
perlu ditegakkan kriteria pengangkatannya berdasarkan kualifikasi
pendidikan dan pengalaman lapangannya, (3) UPT PPL FKIP perlu dibenahi

baik dalam sumber daya manusia maupun komponen lainnya agar
peningkatan kualitas calon guru dapat tercapai, (4) perlu kerja sama yang
lebih sinerjik antara semua pihak yang terkait dengan PPL.
Berkaitan dengan hasil implikasi hasil penelitian diatas, peneliti
merekomendasiakn antara lain: (1) perlunya pembinaan visi guru pamong
agar mampu merealisasikan misi yang diembannya, (2) mengutamakan guru
yang memadai syarat minimal berpendidikan SI, (3) untuk peningkatan
kuahtas guru pamong perlu pembinaan antara lain melalui diklat, seminar

dan lokakarya, (4) perlu dikembangkan suatu model program, LPTK
sebaiknya lebih proaktif dalam menjalin kerja sama dengan pihak terkait dan
meningkatkan insentif agar guru pamong lebih termotivasi untuk

melaksanakan tugas pembinaan dan idealnya memiliki sekolah latihan

sendiri, (5) kepada peneliti lain yang berminat diharapkan agar mengkaji


aspek-aspek pembinaan lainnya lebih dalam baik kendala maupun
kemampuan profesional guru pamong serta manajemen PPL pada umumnya.

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

i
ii
iv
vii
x
xii

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Fokus Penehtian
C. Tujuan dan Manfaat Penehtian

13
15

D. Paradigma Penehtian

17


BAB IITTNJAUAN KEPUSTAKAAN

20

A. Spektrum Pelaksanaan PPLdi PendidikanTinggi

20

1. Struktur Organisasi PPL

21

2. PPL & Kurikulum LPTK

23

3. Prosedur Pelaksanaan PPL Kependidikan
B. Pembinaan Kemampuan Profesional
1. Konsep Pembinaan Kemampuan Profesional
2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional


27
29
30
33

40
3. {Criteria Pemberian Kemampuan Profesional yang efektif
C. Pembinaan Mahasiswa Praktikan sebagai calon Guru Profesional 44
1. Kompetensi Profesional
2. Kompetensi Pribadi

45
45

3. Kompetensi Sosial/Kemasyarakatan
D. Konsep tentang Kinerja
1. Kinerja Guru Pamong

46

53
56

2. Konsep Kinerja Mahasiswa Praktikan

E. Kajian Hasil Penelitian yang relevan
BAB DJ PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penehtian

B. Lokasi dan Subyek Penehtian
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
E. Teknik Pengolahan dan Penafsiran Data

69


-

79
85
85

88
90
90
93
98

99
102

BAB IV HASIL PENELITIAN

106

A. Deskriptip Hasil Penehtian

106

B. Pembahasan Hasil Penehtian

131

C. Analisis KKPT (SWOT)

147

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

150

A. Kesimpulan
B. Implikasi

151
157

C. Rekomendasi

160

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

164
168
176

DAFTAR TABEL

TABEL

1. Daftar Penilaian/Aspek yang dinilai.
2. Tabel Nilai Ujian.
3. Jumlah Populasi Penehtian.

xn

DAFTAR GAMBAR

1. Paradigma Penelitian

Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan

yang dilakukan oleh Guru Pamong di SMU Kodya Cirebon.

2. Struktur Organisasi UPT PPL FKIP Unswagati Cirebon.
3. Tipologi Pengembangan Personal.

4. Pendidikan Pra Jabatan dalam Jabatan pada Sistem Pendidikan Guru
Terpadu.

5. Grafik tentang Penilaian Kinerja tanpa Stress.

XI11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

bangsa yang diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
serta kuahtas sumber daya manusia. Lebih jauh dalam GBHN 1993-1998
dinyatakan:

Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kuahtas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Realisasi tujuan di atas telah dituangkan pemerintah ke dalan UUSPN
Nomor 2 tahun 1989, di mana Pendidikan Nasional memegang peranan

penting dalam meningkatkan martabat bangsa, sehingga pada gilirannya
manusia Indonesia mampu berperan aktif sebagai agen pembaharuan dan
pemgembangan kehidupan nasional dan internasional.

Implikasi era globalisasi menuntut manusia berkualitas untuk mampu

memecahkan persoalan-persoalan dan memenuhi kebutuhan hidupnya
secara individual dan pada gilirannya dapat memberikan solusi dalam

mewujudkan sasaran kebijakan pembangunan bangsa, ia&h—-^e^cigtanya
masyarakat yang adil dan sejahtera.

Sasaran kebijakan nasional tersebut, dalam sektor pendidikan ditetapkan

melalui empat strategi pokok yakni : (1) pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan, (2) peningkatan relevansi (Link and Match), (3) peningkatan
kuahtas pada semua jenjang dan jenis pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi
perngelolaan pendidikan.

Salah satu barometer keberhasilan mewujudkan sasaran di atas dalam

kerangka program pembangunan PJP II, ditandai antara lain dengan
peningkatan kuahtas manusia, baik dilihat dari kuahtas pengetahuan, sikap,
moral maupun keterampilan yang lebih maju dan mandiri dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila denganpola kehidupan yang serba seimbang dan selaras, baik dalam
tatanan nasional maupun internasional. Strategi yang paling tepat untuk

membawa manusia agar mampu menapaki kuahtas hidupnya dapat dilakukan
dengan metode pembinaansecarasimultan, dan profesional.

Pembinaan kemampuan profesional bagi tenaga kependidikan di

jelaskan dalam PP No. 38 Tahun 1992, bahwa yang bertanggungjawab secara
makro tentang kuahtas tenaga kependidikan adalah Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dan Menteri lain dalam Departemen tertentu. Akan tetapi dari

perspektif administrasi pendidikan pembinaan kuahtas manusia merupakan
tanggung jawab bersama, termasuk para pelaku di posisi terdepan seperti

pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan terhadap calon guru
sebagaipendidik semenjak dalam persiapan atas pra jabatannya.
Pembinaan kuahtas kemampuan guru dapat dilakukan melalui

pendidikan Pra-Jabatan mencakup pembinaan kemampuan teroritis dan

pelatihan praktikum,

dan/atau

pendidikan dalam-jabatan,

mencakup

pembinaan langsung dari atasan atau rekan kerja serta pengembangkan
dirinya. Pembinaan tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk membentuk

kinerja yang profesional, guna mewujudkan perubahan dinamis sesuai dengan
kepentingan pemenuhan tunrutan kerjanya yang diharapkan.
Penyelenggaraan pembinaan guru dan tenaga kependidikan lainnya itu,
pada dasarnya dipercayakan kepada Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK:
IKIP, FKIP, STKIP, Fakultas Tarbiyah, dsb). Jika dilihat dari segi peran dan

fungsi Pendidikan Tinggi yang dituangkan dala PP No. 30/1990, sedikitnya

tedapat dua tujuan utama mehputi : (1) meyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis yang profesional, (2)

meyiapkan peserta didik yang dapat menerapkan, mengembangkan,
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Bagi LPTK peran dan
fungsi itu dilakukan juga.

Untuk memenuhi peranan dan fungsi itu LPTK mengemban tugas dan
mempunyai wewenang mengadakan program latihan/praktek kependidikan,

seperti yang dikenal dengan istilah praktek mengajar atau PPL, Implementasi

Program Pengalaman Lapangan sejak beberapa tahun terakhir menjadi lebih

kompleks. Di samping praktek mengajar bagi calon guru SLTP dan SMU, juga
terjadi perubahan kebijakan pemerintah tentang pengelolaan calon guru
Sekolah Dasar, dengan kualifikasi Diploma II, sudah barang tentu paket
program praktek mengajar mengharuskan Pendidikan Tinggi tertentu

melaksanakan PPL PGSD di Sekolah Dasar sesuai aturan yang berlaku. Namun
hingga saat ini permasalahan di sekitar pelaksanaan PPL SMU pun masih
belum dapat dituntaskan seutuhnya.

Bila dilihat dari sasaran, maka sesungguhnya PPL merupakan suatu
program pendidikan pra jabatan guru yang dirancang sebagai program praktek

kerja untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang
utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pelatihan mereka siap
untuk mengamban tugas secara mandiri. Artinya PPL merupakan kulminasi
atau muara program yang akan memberikan kesempatan pada calon guru

untuk berlatih secara bertahap dan sistematis sehingga memberikan

kemapanan dalam rangka mengakrabi lapangan kerjanya kelak. Dengan
demikian PPL dapat disamakan dengan latihan prajabatan profesional.
Latihan mengajar yang dilakukan sebagai inti dari pelaksanaan paket

PPL, secara makro merupakan proses awal menyiapkan calon guru yang
profesional dengan memberikan seperangkat kemampuan dasar guru, antara
lain; (1) tugas profesional seperti mendidik dan melatih, terutama berkaitan

dengan kelangsungan proses belajar mengajar, (2) tugas manusiawi seperti

mendidik diri sendiri, menempatkan diri pada kepentingan anak, (3) tugas
kemasyarakatan, terutama membentuk manusia sebagai warga negara yang
berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan GBHN, artinya menghantarkan anak
didik ke gerbang masa depan.

Bila dirinci lebih jauh lagi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

(1995) menjelaskan proses penyiapan calon guru melalui paket PPL bertujuan
untuk memberikan kemampuan praktis guru yang mencakup: (1) pengenalan
secara cermat lingkungan fisik, administratif, akademik dan lingkungan sosial

sekolah praktek, (2) penguasaan berbagai keterampilan mengajar, (3)
penerapan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam
situasi nyata di bawah bimbingan para pembimbing dan guru pamong, (4)
penerapan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi adalah

situasi sebenarnya dengan bimbingan minimal atau bahkan tanpa bimbingan,
(5) mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalaman selama
latihan.

Sebenarnya PPL hanya satu di antara ciri keberadaan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berfungsi setara dengan kuliah

lain, akan tetapi kelulusan mahasiswa mengikuti PPL ini sangat berpengaruh
dalam penyelesaian studi akhir. Demikian penting PPL bagi pihak-pihak yang
berkepenringan, terutama bagi mahasiswa dalam rangka menyelesaikan

terdepan dalam proses pembinaan kemampuan mengajar para calon guru.
Guru Pamong adalah guru pembimbing calon guru secara langsung dalam

kegiatan praktek, karena posisinya sebagai pembina, kepada Guru Pamong
diberikan wewenanguntuk membina dan mengarahkansegala bentuk kegiatan
yang berkaitan keterampilan mengajar calon guru ke arah peningkatan dan
pengembangan kemampuan yang profesional.

Besar dan kompleksnya tanggung jawab Guru Pamong dalam
pembentukan kemampuan profesional calon guru mengharuskan untuk

memiliki wawasan dan keterampilan memadai mengenai berbagai aspek-aspek
PPL. Prinsip-prinsip, konsep dasar dan keterampilan membimbing serta

pelaksanaanpenilaian terhadap kuahtas kinerja calon guru harus dimiliki Guru
Pamong, karena hal ini merupakan dasar berpijak dalam melakukan

pembinaan kemampuan profesional

calon guru

maupun

efektivitas

pelaksanaan PPL.

Penetapan Guru Pamong sebagai pembina calon guru yang berpraktek

disekolahnya berdasarkan ketentuan KepalaSekolahdengan persyaratan teknis
yang diajukan LPTK. Secara umum penetapan itu mengacu pada relevansi

kebijakan, bidang studi, kualifikasi, sertifikasi yang ditandai dengan

kemampuan keterampilan motorik, motivasi dan evaluatif. Penetapan sebagai
Guru Pamong bersifat sementara, artinya sepanjang paket PPL pada periode
tersebut dilaksanakan. Dari kondisi lain dapat dipahami bahwa setiap sekolah

memiliki karakteristik tertentu yang bisa berbeda dalam fasilitas dan kualitas

kemampuan tenaga pengajar. Perbedaan-perbedaan ini dijadikan bahan
pertimbangan penentuan sekolah tempat pelaksanaan paket pelatihan tersebut
bagi pengelola PPL.

Pada bagian lain, kerancuan istilah yang dipakai dalam sebutan Guru

Pamong dan Calon Guru masih mewarnai implementasinya. Di FKIP

Unswagati Cirebon misalnya, istilah yang diberikan untuk Guru Pamong dan

calon guru terlihat bervariasi. Sebagian di antaranya mengatakan Guru
Pembimbing untuk istilah Guru Pamong, dan guru praktek atau calon guru
untuk sebutan Mahasiswa Praktikan, namun untuk keseragaman istilah

selanjutnya ditetapkan bahwa Guru Pamong adalah sebutan bagi pembina
mahasiswa yang berpraktek dan Mahasiswa Praktikan untuk sebutan calon
guru atau guru praktek.

Problem istilah bukanlah hal mendasar, masalah yang cukup serius

justruterlihat dalam proses pembinaan yang dilakukan Guru Pamong terhadap
Mahasiswa Praktikan, terutama berkaitan dengan kuahtas pembinaan

merencanakan mengajar, mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang
menantang, mengelola hasil kerja siswa, dan menilai kegiatan belajar yang

optimal masih terdapat kelemahan tertentu. Pembinaan tersebut seharusnya
selalu dalam konteks program kerja dan pola terpadu, antara pembinaan
Kepala Sekolah, Dosen pembimbing, dan pihak lain yang berkepentingan.

Jika dilihat dari fungsi FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)

sebagai salah satu fakultas di hngkungan Unswagati Cirebon yang
menghasilkan tenaga kependidikan handal (bermutu tinggi) guna memenuhi
tuntutan pembangunan dalam sektor pendidikan, baik pada jabatan fungsional
seperti guru di berbagai sekolah maupun jabatan teknis atau struktural
diberbagai kantor seperti di kantor Dikbud atau di kantor Dinas P dan K.

Sedangkan dalam penyelenggaraan paket PPL, ditetapkan peran dan fungsi
sejumlah unsur. FKIP Unswagati Cirebon menetapkan fungsi Guru Pamong

(disadur dan dimodifikasi dari BPG IKIP Bandung, 1983) dalam rangka
memberikan pembinaan awal secara praktis kepada Mahasiswa Praktikan
mehputi hal-hal tersebut dibawah ini :

1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.

Pembinaan kemampuan penguasaan bahan;
Pembinaan kemampuan mengelola PBM;
Pembinaan kemampuan mengelola kelas;
Pembinaan kemampuan menggunakan media/sumber;
Pembinaan kemampuan menguasai landasan kependidikan;
Pembinaan kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar;
Pembinaan kemampuan menilai prestasi belajar siswa;
Pembinaan kemampuan mengenai fungsi dan program BP;
Pembinaan kemampuan mengenai dan menyelenggarakan administrasi
sekolah;

10. Pembinaan kemampuan mengembangkan
umumnya dan guru bidang studi khususnya.

kepribadian

guru-guru

Pembinaan kemampuan profesional Mahasiswa Praktikan yang

dilakukan di beberapa SMU Kotamadya Cirebon selama ini menunjukkan
adanya tanggung jawab dari unsur-unsur terkait, namun yang menjadi teka

10

teki di sini adalah kadar pembinaanya. Suara sumbang masih didengar baik

dari kalangan pembimbing maupun dari calon guru yang berpraktek. Indikator

yang dapat diungkapkan seperti, "bahwa Mahasiswa Praktikan diserahi tugas
sebagai tenaga pengajar pengganti" benarkah demikian? Sebenarnya jangan
menganggap kasus kecil ini sebuah teka-teki belaka, melainkan harus dinilai

dari dua sudut pandang. Pertama bagaimana kuahtas kinerja para Guru
Pamong sebenarnya, dan kedua bagaimana pula komitmen Mahasiswa

Praktikan terhadap kegiatan PPL, terutama persepsinya terhadap Guru
Pamong. Sebab ukuran kualitas guru pada saat ini bukan hanya mampu

menyampaikan materi atau menguasai bahan, atau memberikan bimbingan

berupa slogan verbalistik, akan tetapi justru mampu meningkatkan kuahtas
siswa untuk memacu prestasi maksimal dalam rangka memenangkan
persaingan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Dengan menyadari pernyataan Mahasiswa Praktikan akan kelemahan

berkisar kuahtas pembinaan yang dilakukan Guru Pamong, ada baiknya
ditayangkan beberapa fenomena kuahtas kinerja Guru Pamong berdasarkan
pengamatan yang dilakukan beberapa bulan terakhir dan kuahtas kinerja

Mahasiswa Praktikan yang dipantau berdasarkan pengamatan langsung
mehputi hal-hal berikut ini:

11

1. Di beberapa Sekolah Menengah Umum tertentu, terdapat indikasi yang
kurang mendukung pelaksanaan program PPL, antara lain keterbatasan

fasilitas, ketersediaan guru dengan permasalahan kualitas dan kuantitasnya.
2. Dari perspektif bimbingan Guru Pamong, terlihat arah dan kegiatan
pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan selama ini belum
terprogram, sehingga menimbulkan kesan pembinaan berjalan "sesuai
selera".

3. Keluhan Guru Pamong terhadap pengaturan waktu pembinaan yang selalu
tertunda akibat tugas sekolah lain yang harus dikerjakan sesuai waktu dan
target yang ditetapkan.

4. Keluhan Guru Pamong untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait

dalam rangka merealisasikan program pembinaan kemampuan mengajar
calon guru

yang

optimal,

terutama

sulitnya mengkordinasikan

permasalahan tertentu dengan Dosen Pembimbing akibat frekwensi
kunjungan yang relatif terbatas.

5. Selalu terjadi kesenjangan antara visi Guru Pamong dengan Dosen
Pembimbing terutama dalam melihat Mahasiswa Praktikan pada posisi dan
permasalahannya, sehingga upaya mencari solusi antisipasi dan perbaikan
pengajaran yang akan dilakukan Mahasiswa Praktikan masih diwarnai

kesenjangan tertentu.

12

6. Keluhan Mahasiswa Praktikan dalam memberikan pelayanan remedial dan
program pengayaan bagi siswa yang tergolong lemah, atau siswa dengan
kecepatan berpikir di atas rata-rata.

7. Mayoritas Mahasiswa Praktikan menampilkan pola dan mekanisme
pengajaran yang belum sistematis.

8.

Ada sebagian di antara Mahasiswa Praktikan terkesan lamban dalam

memberikan respon bimbingan dan pengarahan Guru Pamong, dan

implementasinya pun dilaksanakan belum sesuai dengan bimbingan
tersebut, akan tetapi kondisi ini dibiarkan berlarut tanpa respon.

Berdasarkan gejala di atas, ternyata permasalahan kuahtas calon guru di
sekitar implementasi PPL, merupakan mata rantai yang saling berkaitan,

sehingga bila tidak jeh memilah-milahkan akar permasahannya, maka akan
terjebak dalam penentuan solusi yang keliru. Dalam kepentingan penehtian ini,
gejala keluhan Guru Pamong dan kelemahan Mahasiswa Praktikan dalam

kegiatan belajar mengajar merupakan dasar utama sebagai pemicu rendahnya
kuahtas kinerja mereka. Kondisi tersebut dijadikan dasar yang melatar
belakangi pentingnya masalah ini diteliti.

Di samping itu, permasalahan kinerja Guru Pamong dan kinerja

Mahasiswa Praktikan sangat menarik untuk dijadikan bahan penehtian, karena
sesuai dengan materi Program Studi Administrasi Pendidikan, dan hasil
penehtian juga memberikan sumbangan solusi dalam menemukan akar

13

permasalahan sehubungan dengan faktor penghambat dalam rangka
meningkatkan kualitas kinerja Guru Pamong pada pihak pertama, dan

Mahasiswa Praktikan di pihak kedua, khususnya di lingkungan Sekolah
Menengah Umum.

Dari studi ini, diharapkan juga dapat memberikan jalan keluar terhadap

permasalahan yang terjadi di sekitar pelaksanaan PPL di Sekolah Menengah
Umum Kotamadya Cirebon, sehingga setiap unsur terkait terutama dari subjek
penehtian mengetahui kelemahan dan berupaya membenahi kondisi kerja
dengan cara mengefektifkan program pembinaan kemampuan profesional
secara maksimal.

B. Fokus Penelitian

Penehtian ini difokuskan pada kinerja Guru Pamong dan kinerja

Mahasiswa Praktikan yang digali berdasarkan gejala-gejala latar belakang
masalah sebelumnya. Rumusan masalah penehtian tersebut yakni: Bagaimana
kualitas kinerja Guru Pamong dalam membina kemampuan profesional

Mahasiswa Praktikan yang dilihat dari peningkatan kualitas kinerja dalam
proses belajar mengajar?

Masalah di atas dicari dan di kaji data empirisnya melalui jawaban atas
pertanyaan penehtian sebagai berikut ini:

14

1. Bagaimana visi dan misi Guru Pamong mengenai pembinaan kemampuan
mengajar Mahasiswa Praktikan?

2. Bagaimana sikap pandangan/persepsi Guru Pamong terhadap arti
pentingnya melaksanakan PPL bagi seriap mahasiswa FKIP ?

3. Kegiatan pembinaan yang bagaimana dilakukan oleh Guru Pamong
terhadap Mahasiswa Praktikan selama PPL?

4. {Criteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam

menilai kemampuan mengajar dan Ujian praktek mengajar?
5. Komunikasi yang bagaimana yang diyakini oleh

Guru Pamong dan

Mahasiswa Praktikan dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiwa Praktikan?

6. Bagaimana persepsi mahasiswa praktikan terhadap pembinaan yang
dilakukan Guru Pamong?

7. Bagaimana respon Mahasiswa Praktikan setelah diberikan bimbingan dan

petunjuk pelaksanaan kegiatan pengajaran yang efektif dari Guru Pamong?
8. Sejauh mana dampak pembinan yang dilakukan Guru Pamong terhadap
peningkatan kualitas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan ?

15

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan

Sesuai dengan problematik yang diajukan sebelumnya, maka secara

umum penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas

kinerja Guru Pamong dalam membina kemampuan profesional Mahasiswa
Praktikan dengan menemukan sekaligus menafsirkan indikator-indikator

kinerja dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Umum Kotamadya
Cirebon.

Tujuan khusus penehtian ini, menjawab semua problematik yang

diajukan dengan proses mengungkapkan, mendeskripsikan serta meng
evaluasi hal-hal berikut ini:

1. Visi Guru Pamong dalam membina kemampuan mengajar Mahasiswa
Praktikan.

2. Sikap pandangan/persepsi Guru Pamong terhadap arti pentingnya bahwa
setiap mahasiswa FKIP perlu melaksanakan PPL

3. Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pamong terhadap
Mahasiswa Praktikan selama PPL.

4. Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam menilai
kemampuan mengajar dan Ujianpraktek mengajar.

5. Komunikasi yang dilakukan Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan

dalam kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiwa Praktikan.

6. Persepsi mahasiswa praktikan terhadap pembinaan yang dilakukan Guru
Pamong.

7.

Respon Mahasiswa Praktikan setelah diberikan bimbingan dan petunjuk
pelaksanaan kegiatan pengajaran yang efektif dari Guru Pamong.

8. Dampak pembinan yang dilakukan Guru Pamong terhadap peningkatan
kuahtas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan.

b. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penehtian ini dapat memperkaya wawasan berpikir dan

khasanah keilmuan, terutama dalam memperdalam dan memperluas kajian
kinerja dalam kaitan dengan pembinaan kemampuan profesional sebagai
bagian dari materi disiplin ilmu administrasi pendidikan.
Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kemantapan peranan
Guru Pamong dalam

kemampuan

profesional

mengembangkan

Mahasiswa

fungsinya

Praktikan.

sebagai pembina

Jawaban

terhadap

problematik penehtian ini akan menjadi landasan yang lebih mantap untuk

membuktikan bahwa pembinaan yang dilakukan Guru Pamong memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja

17

Mahasiswa Praktikan sebagai calon guru yang akan menapaki karir
selanjutnya.

D. Paradigma Penelitian

Salah saru upaya awal meningkatkan kualitas calon guru dalam
memahami dan melaksanakan kegiatan pengajaran dilakukan melalui
program pelatihan prajabatan. Di Pendidikan Tinggi seperti LPTK

peningkatan

kemampuan profesional guru dilakukan melalui paket

pembinaan teknis seperti program pengalaman lapangan yang biasanya

disingkat PPL. Secara operasional terdapat sejumlah unsur yang memegang
peranan penting dan memiliki fungsi serta tanggung jawab tertentu dalam

proses pembinaan kemampuan profesional tersebut sesuai dengan tingkat
wewenang yang diberikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Guru Pamong merupakan unsur yang berada digaris terdepan, dan

berfungsi sebagai pembina langsung Mahasiswa Praktikan dalam praktek
mengajar

di

sekolahnya.

Keberhasilan

Mahasiswa

Praktikan dalam

memimpin proses belajar mengajar dipengaruhi oleh motivasi dan

pembinaan langsung dari Guru Pamong. Justru itu tingkat kuahtas kinerja
yang dimiliki Guru Pamong sebagai dasar melakukan proses pembinaan

dimulai daripemahaman akan konsep dasar, prinsip dan tujuan PPL.

Dalam pembinaan Mahasiswa Praktikan paling tidak terdapat empat
aspek yang dilakukan untuk mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.
Pertama, Guru Pamong harus memiliki visi yang jelas tentang PPL dan

Mahasiswa Praktikan. Kedua, harus memiliki program pencegahan untuk
mengatisipasi kesalahan tertentu. Ketiga, harus memiliki program perbaikan

terhadap kesalahan mahasiswa dalam praktek mengajar, dan keempat
melakukan koordinasi yang baik dengan Dosen Pembimbing.
Sedangkan sasaran pembinaan yang dilakukan dalam konteks PPL

oleh Guru pamong tersebut adalah kinerja Mahasiswa Praktikan. Indikasi

peningkatan akan terlihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan mengajar. Alur berpikir yang dijadikan dasar penentuan arah
dan fokus penehtian ini adalah sebagai berikut ini:

1. FKIP (UPT. PPL) merupakan lembaga yang mengelola PPL, sesuai
dengan misinya, menghasilkancalon guru yang profesional.
2. Sekolah latihan/SMU Kodya Cirebon, merupakan sekolah tempat
mahasiswa melaksanakan PPL. Sekolah ini di dukung oleh indikator
sebagai berikut: komitmen, fasilitas dan iklim kerja.

3. Mahasiswa Praktikan yang punya kemampuan teori dan akan
memperkaya kemampuan praktek melalui PPL.

4. Guru Pamong yang punya visi, misi, kapasitas dan aktifitas, untuk

membina mahasiswa praktikan agar menjadi calon guru yang profesional.

5. Proses pembinaan mehputi tujuan pembinaan, strategi pembinaan,
program pembinaan dan pelaksanaan pembinaan akan dijabarkan
berdasarkan pertanyaan penehtian.

Pernyataan diatas akan diilustrasikan pada gambar sebagai berikut ini:

LPTK

FKIP UNSWAGATI

SEKOLAH LATIHAN /SMU KODYA CIREBON

CIREBON

Komitmen
UPT PPL

Fasilitas

Iklim Ken'a

MAHASISWA PRAKTIKAN

* BekalKemampuan
Teoritis (K.T)
* Bekal Kemampuan
Praktis (K.P)

PROSES PEMBINAAN

KINERJA GURU PAMONG

- Tujuan Pembinaan
- Strategi Pembinaan
- Program Pembinaan

• Persepsi

- Pelaksanaan Pembinaan

• Kemampuan

- Pengawasan dan Monitoring

CALON GURU YANG
PROFESIONAL

Gambar 1.

Paradigma Penehtian

- Visi & Misi
• Aktivitas

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Apabila di Bab I telah dijelaskan kerangka berpikir untuk memperjelas
penehtian, sementara di Bab II dibahas tinjauan teoritis yang relevan dengan
fokus penehtian, maka pada Bab III ini dikemukakan prosedur penehtian, yang
terdiri atas : metode penehtian, populasi dan sampel penehtian, teknik

pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data.

A. Metode Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pertama, motode yang

digunakan dalam penehtian ini adalah metode kuahtatif. Hal ini berdasarkan
kepada rumusan masalah penehtian yang menuntut penehti untuk melakukan
eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang ditehti
melalui hubungan yang intensif dengan sumber data. Dalam penehtian ini,

penehti mengumpulkan data yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi
mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang ditehti persepsinya atau

pendapatnya dan aspek-aspek lain yang berkaitan yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uraian seperti itu biasanya

sangat suht untuk ditangani melalui prosedur statistik, tetapi menuntut

prosedur metode kuahtatif. Yang di maksud dengan metode kuahtatif menurut
Bogdan dan Taylor (1975) adalah sebagai prosedur dasar penehtian yang

85

86

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Kemudian, menurut S.Nasution
(1988:5),

"penehtian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran tentang dunia sekitarnya".

Lincoln dan Guba (1985:12), mengemukakan bahwa penehti yang

menggunakan pendekatan kuahtatif, disain penehtiannya bersifat "emergent
design". Hal ini disebabkan karena pada tahap awal penehtiannya,

kemungkinan penehti belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek
masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penehtian
sementara ia mengumpulkan data. Demikian pula penehti kuahtatif tidak

menghampiri masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penehtian yang
telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau melalui perumusan

hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Bogdan dan Biklen (1982:31)

mengemukakan bahwa sebagai penehti kuahtatif ia akan menaruh perhatiannya
untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan lain-lainnya

berdasarkan pandangan subyek yang ditehti sendiri. Oleh karena itu, penehti

kuahtatifmengumpulkan datanya melalui kontaklangsung dengan subyek yang
ditehti ditempat merekasehari-hari biasa berada dan biasa melakukan kegiatan.
Penehtian

kuahtatif

memiliki

sejumlah

karakteristik

yang

membedakannya dengan penehtian kuantitatif. Bogdan dan Biklen (1982:27-30),
mengemukakan beberapa karateristik penelitian kuahtatifsebagai berikut:

87

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data
and the researcher is the key instrument.
2. Qualitative research is descriptive.

3. Qualitative researchers are concerned with process rather than simply
with outcomes or products.

4. Qualitative researchers tend to analyze their data inducticely.

5. "Meaning" is of essential concern to the qualitative approach.
Karateristik-karateristik

tersebut

diatas

menjiwai

penehtian

ini.

Karateristik pertama, penehti sebagai intrumen utama mendatangi sendiri secara

langsung sumber datanya. Dalam penelitian ini, penehti mempelajari fenomena

sebagaimana adanya yang tambak dan yang terjadi di lapangan. Karateristik
kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penehtian ini

lebih cendrung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka. Jadi hasil

analisisnya berupa suatu uraian. Karateristik ketiga, keempat dan kelima,
menjelaskan bahwa penehtian kualitatif lebih menaruh perhatian kepada proses,
tidak semata-mata pada hasil; dan melalui analisis induktif penehti
mengungkapkan maknadari keadaanyang diamatinya itu.
Kemudian, Lincoln dan Guba (1985:39-44), mengemukakan karateristik
penehtian kuahtatif sebagai berikut:
1. Natural setting.
2.

Human instrument.

3. Utilization of tacit knowledge.
4. Qualitative methods.

5. Purposive sampling
6. Inductive data analysis.
7. Grounded theory.
8. Emergent design.
9. Negotiated outcomes.
10. Case study reporting model.
11. Idiographic interpretation.

88

12. Tentative aplication.
13. Focus-determined boundaries.

14. Special criteria for trustworhiness.

B. Lokasi dan Subject Penehtian

Penehtian ini mengambil lokasi Kotamadya Cirebon, tepatnya di beberapa

SMU tempat penyelenggaraan PPL yang dilaksanakan oleh FKIP Unswagati
Cirebon tahun 1998/1999. Sedangkan Subjek penehtian sebagai sumber data

akan diambil dari sejumlah Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan sebagai
sampel dengan berbagai jenis bidangstudi yang diajarkan.

Komposisi sementara subjek penehtian dan lokasi tempat praktek PPL
tersebut (SMU), dicantumkan pada tabel 1. Sebagai berikut.
JUMLAH

NO

LOKASI

SUBJEK PENELITIAN

1

SMU 2 Cirebon

Guru Pamong

3 Orang

2

SMU 2 Cirebon

Mahasiswa Praktikan

3 Orang

3

SMU 3 Cirebon

Guru Pamong

3 Orang

4

SMU 3 Cirebon

Mahasiswa Praktikan

3 Orang

5

SMU 4 Cirebon

Guru Pamong

3 Orang

6

SMU 4 Cirebon

Mahasiswa Praktikan

3 Orang

Jumlah

Tabel :1

Jumlah Populasi Penehtian

18 Orang

89

Sesuai dengan karateristik penelitian kuahtatif, sampel dalam penelitian
ini adalah "purposive sampling". Dengan pengambilan secara purposif, hal-hal

yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari
tampil secara menonjol dan lebih mudah dicari maknanya. Hasil yang dicapai
dengan pengambilan sampel ini bukan untuk mencari generalisasi, tetapi

mungkin dapat ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan Guba (1985:202)
mengemukakan bahwa "naturalistic sampling is, then, very different from
conventional sampling

Its purpose is to maximize information, not facilitate

generalization".

Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985:201-202) dalam penehtian

naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya, sesuai

denganciri-ciri khusus sampel purposif, yaitu "(1) emergent sampling design, (2)
serial selection of sample units, (3) continous adjusment or 'focusing' of the
sample, (4) selection to the point of redudancy".

Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan sampel dalam penehtian

ini dilakukan sementara penehtian berlangsung. Caranya, yaitu penehti memilih

guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa peserta program pengalaman
lapangan yang termasuk "daerah" penehtian dan menurut pertimbangan

penehti (sebagai human instrument) dapat memberikan informasi maksimum
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan program pengalaman
lapangan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari

90

sampel sebelumnya, penehti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang dapat
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit sampel yang dipilih
makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penehtian.
Dalam proses penentuan sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya karena

ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini, S. Nasution
(1988:32-33), menjelaskan bahwa penentuan unit sampel dianggap telah
memadai apabila telah sampai kepada taraf "redudancy" (ketuntasan atau
kejenuhan), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh
dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti.

C. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian
merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Oleh karena itu keberhasilan
suatu penehtian naturalistik sangat tergantung kepada ketehtian, kelengkapan

catatan (filed notes) yang disusun oleh penehti. Menurut Nasution (1988:56-89)
"catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi wawancara dan studi

dokumenter". Ketiga tehnik pengumpulan data tersebut digunakan dalam
penehtian ini untuk memperoleh informasi yang saling melengkapi dan
menunjang.
1.

Observasi

Dalam penehtian kualitatif, observasi merupakan salah satu tehnik yang
digunakan penehti untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan

91

konteks (hal-hal yang

berkaitan disekitarnya) sehingga peneliti dapat

memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Oleh karena itu dengan
menggunakan tehnik observasi peneliti dapat memperoleh manfaat seperti
dikemukakan Patton (1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:59-60), sebagai
berikut:

(1) dengan berada dilapangan penehti lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi.

(2) Pengalaman lansung memungkinkan penehti menggunakan pendekatan
induktif.

(3) Penehti dapat melihat hal-hal yang kTirang atau tidak diamati orang lain.
(4) Penehti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
oleh responden dalam wawancara.

(5) Penehti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden.
(6) Dalam lapangan penehti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan

tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Kemudian dibagian lain Nasution (1988:61-62), mengemukakan bahwa intensitas

partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu dari

partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif, sampai partisipasi penuh,

dengan mempertimbangkan kedudukan penehti dan sifat penehtian, maka
dalam penehtian ini peneliti melakukan observasi dengan tingkatan partisipasi

pasif dan partisipasi sedang. Dalam hal ini penehti melakukan obsevasi mulai

92

dari kegiatan sebagai penonton, kemudian sewaktu-waktu turut serta dalam
situasi atau kegiatan yang berlangsung.

Sesuai dengan masalah yang ditehti, maka data yang akan dikumpulkan
melalui observasi mehputi hal-hal sebagai berikut:

1. Dasar, kebijaksanaan dan tata tertib penyelenggaraan paket PPL FKIP

Unswagati Cirebon, termasuk visi, misi dan tujuan PPL yang dituangkan ke
dalam program kerja.

2. Persepsi Guru Pamong terhadap mahasiswa yang berpraktek.

3. Kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh UPT PPL dan Guru Pamong dalam
menilai praktek mengajar dan ujian praktek mengajar.

4. Jenis dan bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh Guru Pamong dan
Mahasiswa Praktikan dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiswa Praktikan.

5. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Guru Pamong dalam rangka
pembinaan Mahasiswa Praktikan.
6. Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pengalaman Lapangan.

7. Respon Mahasiswa Praktikan terhadap bimbingan, petunjuk pelaksanaan
kegiatan pengajaran yang efektif yang diberikan Guru Pamong.

8. Data-data yang berkaitan dengan dampak pembinaan Guru Pamong untuk
peningkatan kualitas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan.
Data-data tentang kinerja Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan yang

tertuang dihalaman sebelumnya akan dikumpulkan guna melihat kelemahan,

93

kekuatan, peluang dan tantangan, terutama dalam rangka pemberian makna

dari temuan dengan menganalisis atau menafsir berdasarkan teoritis pada bab
dua.

2. Wawancara

Dalam penehtian kuahtatif untuk mengetahui bagaimana persepsi

responden tentang dunia kenyataannya, penehti harus berkomunikasi langsung

dengan responden melalui wawancara oleh karena itu aspek penting dalam
penehtian kuahtatif yang berkaitan dengan tehnik wawancara adalah bahwa

peneliti harus berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia
dari segi perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya, yaitu informasi
"unic" Nasution (1988:71).

Dalam penehtian ini penehti melaksanakan wawancara tak berstruktur,

yaitu wawancara yang berfokus dan berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak
mempunyai struktur tertentu, akan tetapi terpusat kepada satu pokok masalah
tertentu, serta wawancara bebas yang berisi pertanyaan yang berpindah-pindah

dari satu pokok masalah yang lain, sepanjang berkaitan dengan aspek-aspek
masalah yang ditehti.

Dalam wawancara ini, penehti menyediakan pedoman wawancara,

meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut.
Secara garis besar, sesuai dengan masalah penelitian, data yang ingin
dikumpulkan melalui wawancara adalah :

I. KUALITAS KERJA GURU PAMONG
A. Proses Pembinaan

1. Bagaimana visi Guru Pamong terhadap program PPL yang dilaksanakan
di sekolah ini ?

2. Bagaimana persepsi Guru Pamong terhadap :
a. arti pentingnya PPL ?

b. misiGuru Pamong dalam membina mahasiswa praktikan ?

3. Bagaimana persepsi Guru Pamong terhadap mahasiswa praktikan ?
4. Sebelum program PPL disusun, apakah dilakukan analisis terhadap
kebutuhan pembinaan guru praktek ?

5. Apakah program PPL tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pengajaran guru praktek ?

6. Bagaimana proses pengendahan pembinaan yang dilakukan selama ini?
7. Apakah dilakukan evaluasi terhadap proses pembinaan melalui kegiatan
pencegahan tersebut ?

8. Sebelum program perbaikan disusun, apakah dilakukan analisis bantuan
pembinaan kemampuanmahasiwapraktikan ?

9. Apakah program perbaikan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan perbaikan pengajaranmahasiwa praktikan ?

10. Bagaimana proses pengendahan pembinaan yang dilakukan perbaikan
selama ini ?

95

11. Apakah dilakukan evaluasi terhadap proses pembinaan melalui kegiatan
perbaikan tersebut ? Bagaimana Guru Pamong melakukan evaluasi
terhadap mahasiwa ?

B. Koordinasi dengan Dosen Pembimbing

1. Apakah guru pamong selalu melakukan koordinasi dengan Dosen

Pembimbing dalam memberikanbantuan binaan terhadap guru praktek ?
2. Kelemahan dan keunggulan apa yang selama ini masih dirasakan dalam
pembinaan koordinasi ini ?

3. Jelaskan faktor penunjang dan penghambat program koordinasi dengan
dosen pembimbing ini ?

4. Bagaimana tindak lanjut perbaikan setelah diketahui kelemahan
koodinasi selama ini ?

5. Kegiatan apa yang dilakukan oleh Guru Pamong sebagai pembimbing
dan pembina program pengalaman lapangan dalam upaya pembentukan
kemampuan proses pembelajaran ?

6. Kriteria apa yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam
menilai proses pembelajaran (formatif) maupun ujian mengajar ?

C. Pemanfaatan Lingkungan guna Keperluan Pembinaan

1. Dalam keperluan pembinaan guru praktek apakah
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal ?

96

2. Apakah laboratorium dapat diberdayakan dalam keperluaan pembinaan
kemampuan pengajaran guru praktek ?

3. Apakah Pustaka digunakan sebagai alat bantu pembinaan ?
4. Pernakah memanfaatkan jasa guru lain dalam pembinaan itu ? Bagaimana

caranya ! dan kegiatan apa yang dilakukan ?

5. Kepala sekolah pernahkah diajak dalam pembinaan operasional ? Hal-hal
apa saja yang dilakukan Kepala Sekolah ?

6. Pernahkah guru pamong mehbatkan atau meminta bantuan tokoh atau
cerdik pandai dalam pembinaan moral dan lain sebagainya ? Jika pernah,
bagaimana teknisnya ?

7. Adakah fasilitas sekolah lain dipakai dalam keperluan pembinaan ini ?
Bagaimana teknisnya ?

D. Dampak Pembinaan (terutama dalam KBM)

1. Adakah dampak dinamis, pembinaan yang dilakukan terhadap

perkembangan pengetahuanguru praktekyang terlihardalam KBM ? Bila
ada, berikan contohnya !

2. Adakah dampak dinamis, pembinaanyang dilakukan terhadap perbaikan

sikap guru praktek yang terlihat dalam proses pembelajaran ? Bila ada,
berikan contohnya ?

3. Adakah dampak dinamis, pembinaan yang dilakukan terhadap perbaikan
keterampilan guru praktek yang terhhat dalam KBM ? Berikan contoh !

97

II. KINERJA MAHASISWA PRAKTIKAN

A. Persepsi Mahasiswa Praktikan

1. Bagaimana mahasiswa

praktikan

melihat

guru

pamong sebagai

pembinanya ? Jelaskan pandangan anda secara jujur !
2. Respon Mahasiswa Praktikan

1. Bagaimana motivasi mahasiswa praktikan merespon stimulus yang
diberikan guru pamong ?

2. Bagaimana pula mahasiswa praktikan merespon stimulus yang
diberikan, dilihat dari sudut cara melakukan pembinaan ?

3. Apakah ada keterkaitan antara respon mahasiswa praktikan dengan
sasaran pembinaan yang dilakukan sebelumnya ?
B. Kuahtas Kemampuan Profesional

1. Sebelum program pengajaran disusun, apakah anda merumuskan tujuan
instruksional khusus dengan baik dan terukur ?

2. Apakah selama PPL anda di beri kesempatan untuk memanfatkan
sumber-sumber materi dan belajar ?

3. Apakah dalam proses pembelajaran anda mengorganisasikan materi
pelajaran ?

4. Apakah sebelum mengajar anda membuat, memilih dan menggunakan
media pendidikan dengan tepat ?

5. Apakah selama PPL anda mendapat bimbingan untuk mengetahui dan
menggunakan assesimen siswa ?

6. Bagaimana anda mengelola interaksi belajar mengajar sehingga efektif
dan tidak membosankan bagi siswa ?

7. Apakah anda melakukan evaluasi dan mengadministrasikannya ?

98

8. Bagaimana cara anda mengembangkan kemampuan yang telah anda
miliki ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna ?
9. Apakah anda menguasai landasan kependidikan ?

3. Studi Dokumentasi

Meskipun data dalam penehtian maturalistik kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia melalui observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber

bukan manusia diantarariya adalah dokumen. Yang di maksud dengan dokumen
terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat dan dokumen resmi.

Sekahpun tulisan-tuhsan pribadi banyak mengandung unsur-unsur subyektif
dan dapat disangsikan kebenarannya, namun penehtian kuahtatif tidak begitu
menghiraukan apakan isinya benar dan obyektif, karena yang dipentingkan
ialah pandangan "emic" seseorang tentang dunia sekitarnya (Nasution 1988:8586).

Adapun dokumen yang ditehti dan data yang ingin di peroleh daripadanya
antara lain sebagai berikut:

a. Rencana kegiatan yang telah disusun, untuk memperoleh data tentang
kegiatan apa saja yang telah dan akan dilakukan oleh mahasiswa.

b. Catatan guru pamong dan dosen pembimbing untuk memperoleh data

tentang fakta-fakta yang mejadi perhatiannya selama memberikan bantuan
kepada mahasiswa.

99

c. Satuan pelajaran mahasiswa, untuk memperoleh data tentang bentuk dan isi
satuan pelajaran sebagai hasil bimbingan guru pamong.

d. Buku latihan praktek kependidikan, untuk mengetahui nilai yang diperoleh
mahasiswa, sebagai hasil yang diperoleh mahasiswa.

e. Berita acara format penilaian ujian praktek mengajar untuk mengetahui nilai
yang diberikan oleh setiap penilai (penguji)

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam penehtian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki
suatu pola yang pasti, sebab disain serta fokus penehtian dapat mengalami

perubahan yang bersifat "emergent" akan tetapi untuk mempermudah penehti
dalam

pengumpulan data, penehti mengikuti prosedur seperti yang

dikemukakan oleh Nasution (1988:33-34), yaitu
1. Tahap Orientasi

2. Tahap Eksplorasi
3. Tahap Pengecekan
1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk menentukan

permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang dilakukan dalam
kepentingan ini sebagai berikut:

(1) melakukan prasurvey dengan mengamati berbagai gejala yang terjadi

dalam proses pembinaan kemampuan profesional Mahasiswa Praktikan

100

yang dilakukan Guru Pamong di beberapa SMU Kodya Cirebon. Gejala
tersebut merupakan embrio permasalahan dalam pembuatan rancangan
penehtian.

(2) memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan dan mencari
tingkat permasalahan yang paling serius;

(3) menyusun rancangan penehtian sebagai salah satu langkah awal persiapan
menghadapi seminar desain;

(4) menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar setempat atau pihak lain
yang dianggap proporsional;

(5) menyiapkan perlengkapan penehtian, seperti pedoman penilaian dokumen
observasi, pedoman wawancara serta alat bantu lain seperti perekam
(tape) dan kamera.

(6) mengurus perizinan pelaksanaan penehtian, seperti izin IKIP Bandung,
Izin Kopertis (Unswagati Cirebon) dan izin SMU-SMU Kodya Cirebon
Propinsi Jawa Barat sebagai lokasi penehtian.
2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi ini proses pengumpulan data sehubungan dengan
kinerja Guru Pamong dan Kinerja Mahasiswa Praktikan dilakukan sesuai

dengan ketentuan pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi:
(1) mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan PPL yang disusun oleh
FKIP Unswagati Cirebon beserta program pembinaan kemampuan
profesional dan program pengajaran lainnya.

101

(2) mengobservasi pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional yang
dilakukan Guru Pamong dalam penyelenggaraan PPL, mulai dari

kegiatan perencanaan pembinaan kemampuan, pelaksanaan hingga
proses pengawasan

dan penilaian dalam rangka mencapai tingkat

profesional;

(3) melakukan wawancara dengan subjek penehtian dalam situasi obrolan
santai. Proses wawancara dapat dilakukan di kelas, di ruang majelis guru,

atau di pekarangan sekolah. Pelaksanaan wawancara akan berakhir jika
seluruh data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul.
3. Tahap Pengecekan

Dalam tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan

dicek ulang (penulis melakukan tri anggulasi), guna melihat sejauh mana

kelengkapan atau kesempurnaan

serta vahditas yang dapat dipercaya.

Pengecekan data-data ini dilakukan dengan kegiatan antara lain:

(1) mengecek ulang data-data yang sud