PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL MAHASISWA PRAKTIKAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU PAMONG DI SMU KOTAMADYA CIREBON: Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong dan Kinerja Mahasiswa Praktek.
PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESICNAL MAHASISWA
PRAKTIKAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU PAMONG
DI SMU KOTAMADYA CIREBON
(Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong
dan Kinerja Mahasiswa Praktek)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung Untuk
Memenuhi Sebagian dari Syarat Program
Pasca Sarjana Bidang Studi Adminisirasi
Pendidikan
Diajukan Oleh:
Hj. MINTARSIH DANUMIHARDJA
NIM. 9696012
PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PASCA SARJANA IKIP BANDUNG
1998
DISETUJUI
Prof. Dr. H. Tt\Abin Sy^msuddin Makmun, MA
Pembinibing II
L
Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA
MENGETAHUI
Ketua Program Administrasi Pendidikan
Prof. Dr. H. E. Kusmana
ABSTRAK
Peran guru sebagai pendidik dalam era globalisasi yang berlangsung
saat ini sangat penting LPTK, khususnya FKIP Unswagati sebagai lembaga
penyiapan calon-calon guru SI antara lain untuk SLTA diharapkan dapat
menghasilkan guru yang memiliki dedikasi tinggi, pantang menyerah dan
guru yang sanggup menjadi dinamisator, motivator, inovator, katalisator dan
juga tahu jati dirinya, serta betul-betul memiliki kompetensi baik profesional
pribadi maupun kompetensi sosial.
Penyiapan calon guru termaksud dalam praktek selama ini merupakan
tanggung jawab bersama, antara LPTK dan pihak lembaga pemakainya
(SLTA). Karena itu dalam pelaksanaan PPL guru pamong (di SLTA)
merupakan barisan terdepan yang memberikan bimbingan pengalaman
langsung dalam mengembangkan kemampuan profesional danperilaku yang
seharusnya dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon guru yang diharapkan.
Penelitian ini mengungkapkan "Kemampuan Profesional Guru Pamong
dalam Membimbing Mahasiswa Praktikan". Sebagai upaya mengidentifikasi
tentang kinerja guru pamong dan mahasiswa praktikan dalam rangka
meningkatkankualitas kinerja pengelolaanprogram PPL.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda
deskriptif analisis. Agar penelitian ini mampu mengungkap makna secara
kualitatif, maka peneliti menjadi instrumen dalam penelitian ini. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi peneHtian kualitatif yang
memadukan prosesemic dan etic (participatory observation)
Hasil penelitian menunjukan bahwa guru pamong belum sepenuhnya
melaksanakan tugas dan peran secara efektif (kinerja belum maksimal).
Namun demikian, dalam hal-hal tertentu sebagian besar guru pamong telah
melaksanakan tugas atau menampilkan kinerjanya dengan baik, walaupun
masih terbatas pada aspek pembinaan proses pembelajaran saja. Oleh karena
IV
itu, meskipun PPL secara tentatif telah cukup memberikan kontribusi yang
berarti terhadap pembinaan mahasiswa praktikan dalam meningkatkan
kemampuan mengajarnya tetapi masih jauh dibawah tuntutan persyaratan
profesional yang ideal. Efektif tidaknya pembinaan guru pamong terhadap
mahasiswa praktikan, tentu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain;
(1) penguasaan visi dan misi PPL, (2) persepsi keprofesian, (3) kemahiran
praktek pembinaan, (4) penilaian proses dan hasil, (5) kemampuan
komunikasi dengan mahasiswa praktikan, (6) persepsi mahasiswa praktikan
terhadap guru pamong, (7) responnya terhadap perlakuan guru pamong dan
(8) dampak pembinaannya.
Implikasi dari penelitian adalah : (1) untuk meningkatkan kuahtas
kinerja PPL perlu ada komitmen yang dijadikan sumber penggerak untuk
merealisasikan pembinaan kemampuan profesional, (2) untuk memenuhi
tenaga pendidikan yang profesional dimasa datang PPL perlu pembenahan
termasuk guru pamong sebagai ujung tombak yang ada di barisan terdepan,
perlu ditegakkan kriteria pengangkatannya berdasarkan kualifikasi
pendidikan dan pengalaman lapangannya, (3) UPT PPL FKIP perlu dibenahi
baik dalam sumber daya manusia maupun komponen lainnya agar
peningkatan kualitas calon guru dapat tercapai, (4) perlu kerja sama yang
lebih sinerjik antara semua pihak yang terkait dengan PPL.
Berkaitan dengan hasil implikasi hasil penelitian diatas, peneliti
merekomendasiakn antara lain: (1) perlunya pembinaan visi guru pamong
agar mampu merealisasikan misi yang diembannya, (2) mengutamakan guru
yang memadai syarat minimal berpendidikan SI, (3) untuk peningkatan
kuahtas guru pamong perlu pembinaan antara lain melalui diklat, seminar
dan lokakarya, (4) perlu dikembangkan suatu model program, LPTK
sebaiknya lebih proaktif dalam menjalin kerja sama dengan pihak terkait dan
meningkatkan insentif agar guru pamong lebih termotivasi untuk
melaksanakan tugas pembinaan dan idealnya memiliki sekolah latihan
sendiri, (5) kepada peneliti lain yang berminat diharapkan agar mengkaji
aspek-aspek pembinaan lainnya lebih dalam baik kendala maupun
kemampuan profesional guru pamong serta manajemen PPL pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
ii
iv
vii
x
xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Fokus Penehtian
C. Tujuan dan Manfaat Penehtian
13
15
D. Paradigma Penehtian
17
BAB IITTNJAUAN KEPUSTAKAAN
20
A. Spektrum Pelaksanaan PPLdi PendidikanTinggi
20
1. Struktur Organisasi PPL
21
2. PPL & Kurikulum LPTK
23
3. Prosedur Pelaksanaan PPL Kependidikan
B. Pembinaan Kemampuan Profesional
1. Konsep Pembinaan Kemampuan Profesional
2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional
27
29
30
33
40
3. {Criteria Pemberian Kemampuan Profesional yang efektif
C. Pembinaan Mahasiswa Praktikan sebagai calon Guru Profesional 44
1. Kompetensi Profesional
2. Kompetensi Pribadi
45
45
3. Kompetensi Sosial/Kemasyarakatan
D. Konsep tentang Kinerja
1. Kinerja Guru Pamong
46
53
56
2. Konsep Kinerja Mahasiswa Praktikan
E. Kajian Hasil Penelitian yang relevan
BAB DJ PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penehtian
B. Lokasi dan Subyek Penehtian
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
E. Teknik Pengolahan dan Penafsiran Data
69
-
79
85
85
88
90
90
93
98
99
102
BAB IV HASIL PENELITIAN
106
A. Deskriptip Hasil Penehtian
106
B. Pembahasan Hasil Penehtian
131
C. Analisis KKPT (SWOT)
147
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
150
A. Kesimpulan
B. Implikasi
151
157
C. Rekomendasi
160
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
164
168
176
DAFTAR TABEL
TABEL
1. Daftar Penilaian/Aspek yang dinilai.
2. Tabel Nilai Ujian.
3. Jumlah Populasi Penehtian.
xn
DAFTAR GAMBAR
1. Paradigma Penelitian
Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan
yang dilakukan oleh Guru Pamong di SMU Kodya Cirebon.
2. Struktur Organisasi UPT PPL FKIP Unswagati Cirebon.
3. Tipologi Pengembangan Personal.
4. Pendidikan Pra Jabatan dalam Jabatan pada Sistem Pendidikan Guru
Terpadu.
5. Grafik tentang Penilaian Kinerja tanpa Stress.
XI11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari pembangunan
bangsa yang diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
serta kuahtas sumber daya manusia. Lebih jauh dalam GBHN 1993-1998
dinyatakan:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kuahtas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Realisasi tujuan di atas telah dituangkan pemerintah ke dalan UUSPN
Nomor 2 tahun 1989, di mana Pendidikan Nasional memegang peranan
penting dalam meningkatkan martabat bangsa, sehingga pada gilirannya
manusia Indonesia mampu berperan aktif sebagai agen pembaharuan dan
pemgembangan kehidupan nasional dan internasional.
Implikasi era globalisasi menuntut manusia berkualitas untuk mampu
memecahkan persoalan-persoalan dan memenuhi kebutuhan hidupnya
secara individual dan pada gilirannya dapat memberikan solusi dalam
mewujudkan sasaran kebijakan pembangunan bangsa, ia&h—-^e^cigtanya
masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sasaran kebijakan nasional tersebut, dalam sektor pendidikan ditetapkan
melalui empat strategi pokok yakni : (1) pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan, (2) peningkatan relevansi (Link and Match), (3) peningkatan
kuahtas pada semua jenjang dan jenis pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi
perngelolaan pendidikan.
Salah satu barometer keberhasilan mewujudkan sasaran di atas dalam
kerangka program pembangunan PJP II, ditandai antara lain dengan
peningkatan kuahtas manusia, baik dilihat dari kuahtas pengetahuan, sikap,
moral maupun keterampilan yang lebih maju dan mandiri dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila denganpola kehidupan yang serba seimbang dan selaras, baik dalam
tatanan nasional maupun internasional. Strategi yang paling tepat untuk
membawa manusia agar mampu menapaki kuahtas hidupnya dapat dilakukan
dengan metode pembinaansecarasimultan, dan profesional.
Pembinaan kemampuan profesional bagi tenaga kependidikan di
jelaskan dalam PP No. 38 Tahun 1992, bahwa yang bertanggungjawab secara
makro tentang kuahtas tenaga kependidikan adalah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri lain dalam Departemen tertentu. Akan tetapi dari
perspektif administrasi pendidikan pembinaan kuahtas manusia merupakan
tanggung jawab bersama, termasuk para pelaku di posisi terdepan seperti
pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan terhadap calon guru
sebagaipendidik semenjak dalam persiapan atas pra jabatannya.
Pembinaan kuahtas kemampuan guru dapat dilakukan melalui
pendidikan Pra-Jabatan mencakup pembinaan kemampuan teroritis dan
pelatihan praktikum,
dan/atau
pendidikan dalam-jabatan,
mencakup
pembinaan langsung dari atasan atau rekan kerja serta pengembangkan
dirinya. Pembinaan tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk membentuk
kinerja yang profesional, guna mewujudkan perubahan dinamis sesuai dengan
kepentingan pemenuhan tunrutan kerjanya yang diharapkan.
Penyelenggaraan pembinaan guru dan tenaga kependidikan lainnya itu,
pada dasarnya dipercayakan kepada Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK:
IKIP, FKIP, STKIP, Fakultas Tarbiyah, dsb). Jika dilihat dari segi peran dan
fungsi Pendidikan Tinggi yang dituangkan dala PP No. 30/1990, sedikitnya
tedapat dua tujuan utama mehputi : (1) meyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis yang profesional, (2)
meyiapkan peserta didik yang dapat menerapkan, mengembangkan,
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Bagi LPTK peran dan
fungsi itu dilakukan juga.
Untuk memenuhi peranan dan fungsi itu LPTK mengemban tugas dan
mempunyai wewenang mengadakan program latihan/praktek kependidikan,
seperti yang dikenal dengan istilah praktek mengajar atau PPL, Implementasi
Program Pengalaman Lapangan sejak beberapa tahun terakhir menjadi lebih
kompleks. Di samping praktek mengajar bagi calon guru SLTP dan SMU, juga
terjadi perubahan kebijakan pemerintah tentang pengelolaan calon guru
Sekolah Dasar, dengan kualifikasi Diploma II, sudah barang tentu paket
program praktek mengajar mengharuskan Pendidikan Tinggi tertentu
melaksanakan PPL PGSD di Sekolah Dasar sesuai aturan yang berlaku. Namun
hingga saat ini permasalahan di sekitar pelaksanaan PPL SMU pun masih
belum dapat dituntaskan seutuhnya.
Bila dilihat dari sasaran, maka sesungguhnya PPL merupakan suatu
program pendidikan pra jabatan guru yang dirancang sebagai program praktek
kerja untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang
utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pelatihan mereka siap
untuk mengamban tugas secara mandiri. Artinya PPL merupakan kulminasi
atau muara program yang akan memberikan kesempatan pada calon guru
untuk berlatih secara bertahap dan sistematis sehingga memberikan
kemapanan dalam rangka mengakrabi lapangan kerjanya kelak. Dengan
demikian PPL dapat disamakan dengan latihan prajabatan profesional.
Latihan mengajar yang dilakukan sebagai inti dari pelaksanaan paket
PPL, secara makro merupakan proses awal menyiapkan calon guru yang
profesional dengan memberikan seperangkat kemampuan dasar guru, antara
lain; (1) tugas profesional seperti mendidik dan melatih, terutama berkaitan
dengan kelangsungan proses belajar mengajar, (2) tugas manusiawi seperti
mendidik diri sendiri, menempatkan diri pada kepentingan anak, (3) tugas
kemasyarakatan, terutama membentuk manusia sebagai warga negara yang
berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan GBHN, artinya menghantarkan anak
didik ke gerbang masa depan.
Bila dirinci lebih jauh lagi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(1995) menjelaskan proses penyiapan calon guru melalui paket PPL bertujuan
untuk memberikan kemampuan praktis guru yang mencakup: (1) pengenalan
secara cermat lingkungan fisik, administratif, akademik dan lingkungan sosial
sekolah praktek, (2) penguasaan berbagai keterampilan mengajar, (3)
penerapan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam
situasi nyata di bawah bimbingan para pembimbing dan guru pamong, (4)
penerapan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi adalah
situasi sebenarnya dengan bimbingan minimal atau bahkan tanpa bimbingan,
(5) mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalaman selama
latihan.
Sebenarnya PPL hanya satu di antara ciri keberadaan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berfungsi setara dengan kuliah
lain, akan tetapi kelulusan mahasiswa mengikuti PPL ini sangat berpengaruh
dalam penyelesaian studi akhir. Demikian penting PPL bagi pihak-pihak yang
berkepenringan, terutama bagi mahasiswa dalam rangka menyelesaikan
terdepan dalam proses pembinaan kemampuan mengajar para calon guru.
Guru Pamong adalah guru pembimbing calon guru secara langsung dalam
kegiatan praktek, karena posisinya sebagai pembina, kepada Guru Pamong
diberikan wewenanguntuk membina dan mengarahkansegala bentuk kegiatan
yang berkaitan keterampilan mengajar calon guru ke arah peningkatan dan
pengembangan kemampuan yang profesional.
Besar dan kompleksnya tanggung jawab Guru Pamong dalam
pembentukan kemampuan profesional calon guru mengharuskan untuk
memiliki wawasan dan keterampilan memadai mengenai berbagai aspek-aspek
PPL. Prinsip-prinsip, konsep dasar dan keterampilan membimbing serta
pelaksanaanpenilaian terhadap kuahtas kinerja calon guru harus dimiliki Guru
Pamong, karena hal ini merupakan dasar berpijak dalam melakukan
pembinaan kemampuan profesional
calon guru
maupun
efektivitas
pelaksanaan PPL.
Penetapan Guru Pamong sebagai pembina calon guru yang berpraktek
disekolahnya berdasarkan ketentuan KepalaSekolahdengan persyaratan teknis
yang diajukan LPTK. Secara umum penetapan itu mengacu pada relevansi
kebijakan, bidang studi, kualifikasi, sertifikasi yang ditandai dengan
kemampuan keterampilan motorik, motivasi dan evaluatif. Penetapan sebagai
Guru Pamong bersifat sementara, artinya sepanjang paket PPL pada periode
tersebut dilaksanakan. Dari kondisi lain dapat dipahami bahwa setiap sekolah
memiliki karakteristik tertentu yang bisa berbeda dalam fasilitas dan kualitas
kemampuan tenaga pengajar. Perbedaan-perbedaan ini dijadikan bahan
pertimbangan penentuan sekolah tempat pelaksanaan paket pelatihan tersebut
bagi pengelola PPL.
Pada bagian lain, kerancuan istilah yang dipakai dalam sebutan Guru
Pamong dan Calon Guru masih mewarnai implementasinya. Di FKIP
Unswagati Cirebon misalnya, istilah yang diberikan untuk Guru Pamong dan
calon guru terlihat bervariasi. Sebagian di antaranya mengatakan Guru
Pembimbing untuk istilah Guru Pamong, dan guru praktek atau calon guru
untuk sebutan Mahasiswa Praktikan, namun untuk keseragaman istilah
selanjutnya ditetapkan bahwa Guru Pamong adalah sebutan bagi pembina
mahasiswa yang berpraktek dan Mahasiswa Praktikan untuk sebutan calon
guru atau guru praktek.
Problem istilah bukanlah hal mendasar, masalah yang cukup serius
justruterlihat dalam proses pembinaan yang dilakukan Guru Pamong terhadap
Mahasiswa Praktikan, terutama berkaitan dengan kuahtas pembinaan
merencanakan mengajar, mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang
menantang, mengelola hasil kerja siswa, dan menilai kegiatan belajar yang
optimal masih terdapat kelemahan tertentu. Pembinaan tersebut seharusnya
selalu dalam konteks program kerja dan pola terpadu, antara pembinaan
Kepala Sekolah, Dosen pembimbing, dan pihak lain yang berkepentingan.
Jika dilihat dari fungsi FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
sebagai salah satu fakultas di hngkungan Unswagati Cirebon yang
menghasilkan tenaga kependidikan handal (bermutu tinggi) guna memenuhi
tuntutan pembangunan dalam sektor pendidikan, baik pada jabatan fungsional
seperti guru di berbagai sekolah maupun jabatan teknis atau struktural
diberbagai kantor seperti di kantor Dikbud atau di kantor Dinas P dan K.
Sedangkan dalam penyelenggaraan paket PPL, ditetapkan peran dan fungsi
sejumlah unsur. FKIP Unswagati Cirebon menetapkan fungsi Guru Pamong
(disadur dan dimodifikasi dari BPG IKIP Bandung, 1983) dalam rangka
memberikan pembinaan awal secara praktis kepada Mahasiswa Praktikan
mehputi hal-hal tersebut dibawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembinaan kemampuan penguasaan bahan;
Pembinaan kemampuan mengelola PBM;
Pembinaan kemampuan mengelola kelas;
Pembinaan kemampuan menggunakan media/sumber;
Pembinaan kemampuan menguasai landasan kependidikan;
Pembinaan kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar;
Pembinaan kemampuan menilai prestasi belajar siswa;
Pembinaan kemampuan mengenai fungsi dan program BP;
Pembinaan kemampuan mengenai dan menyelenggarakan administrasi
sekolah;
10. Pembinaan kemampuan mengembangkan
umumnya dan guru bidang studi khususnya.
kepribadian
guru-guru
Pembinaan kemampuan profesional Mahasiswa Praktikan yang
dilakukan di beberapa SMU Kotamadya Cirebon selama ini menunjukkan
adanya tanggung jawab dari unsur-unsur terkait, namun yang menjadi teka
10
teki di sini adalah kadar pembinaanya. Suara sumbang masih didengar baik
dari kalangan pembimbing maupun dari calon guru yang berpraktek. Indikator
yang dapat diungkapkan seperti, "bahwa Mahasiswa Praktikan diserahi tugas
sebagai tenaga pengajar pengganti" benarkah demikian? Sebenarnya jangan
menganggap kasus kecil ini sebuah teka-teki belaka, melainkan harus dinilai
dari dua sudut pandang. Pertama bagaimana kuahtas kinerja para Guru
Pamong sebenarnya, dan kedua bagaimana pula komitmen Mahasiswa
Praktikan terhadap kegiatan PPL, terutama persepsinya terhadap Guru
Pamong. Sebab ukuran kualitas guru pada saat ini bukan hanya mampu
menyampaikan materi atau menguasai bahan, atau memberikan bimbingan
berupa slogan verbalistik, akan tetapi justru mampu meningkatkan kuahtas
siswa untuk memacu prestasi maksimal dalam rangka memenangkan
persaingan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Dengan menyadari pernyataan Mahasiswa Praktikan akan kelemahan
berkisar kuahtas pembinaan yang dilakukan Guru Pamong, ada baiknya
ditayangkan beberapa fenomena kuahtas kinerja Guru Pamong berdasarkan
pengamatan yang dilakukan beberapa bulan terakhir dan kuahtas kinerja
Mahasiswa Praktikan yang dipantau berdasarkan pengamatan langsung
mehputi hal-hal berikut ini:
11
1. Di beberapa Sekolah Menengah Umum tertentu, terdapat indikasi yang
kurang mendukung pelaksanaan program PPL, antara lain keterbatasan
fasilitas, ketersediaan guru dengan permasalahan kualitas dan kuantitasnya.
2. Dari perspektif bimbingan Guru Pamong, terlihat arah dan kegiatan
pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan selama ini belum
terprogram, sehingga menimbulkan kesan pembinaan berjalan "sesuai
selera".
3. Keluhan Guru Pamong terhadap pengaturan waktu pembinaan yang selalu
tertunda akibat tugas sekolah lain yang harus dikerjakan sesuai waktu dan
target yang ditetapkan.
4. Keluhan Guru Pamong untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait
dalam rangka merealisasikan program pembinaan kemampuan mengajar
calon guru
yang
optimal,
terutama
sulitnya mengkordinasikan
permasalahan tertentu dengan Dosen Pembimbing akibat frekwensi
kunjungan yang relatif terbatas.
5. Selalu terjadi kesenjangan antara visi Guru Pamong dengan Dosen
Pembimbing terutama dalam melihat Mahasiswa Praktikan pada posisi dan
permasalahannya, sehingga upaya mencari solusi antisipasi dan perbaikan
pengajaran yang akan dilakukan Mahasiswa Praktikan masih diwarnai
kesenjangan tertentu.
12
6. Keluhan Mahasiswa Praktikan dalam memberikan pelayanan remedial dan
program pengayaan bagi siswa yang tergolong lemah, atau siswa dengan
kecepatan berpikir di atas rata-rata.
7. Mayoritas Mahasiswa Praktikan menampilkan pola dan mekanisme
pengajaran yang belum sistematis.
8.
Ada sebagian di antara Mahasiswa Praktikan terkesan lamban dalam
memberikan respon bimbingan dan pengarahan Guru Pamong, dan
implementasinya pun dilaksanakan belum sesuai dengan bimbingan
tersebut, akan tetapi kondisi ini dibiarkan berlarut tanpa respon.
Berdasarkan gejala di atas, ternyata permasalahan kuahtas calon guru di
sekitar implementasi PPL, merupakan mata rantai yang saling berkaitan,
sehingga bila tidak jeh memilah-milahkan akar permasahannya, maka akan
terjebak dalam penentuan solusi yang keliru. Dalam kepentingan penehtian ini,
gejala keluhan Guru Pamong dan kelemahan Mahasiswa Praktikan dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan dasar utama sebagai pemicu rendahnya
kuahtas kinerja mereka. Kondisi tersebut dijadikan dasar yang melatar
belakangi pentingnya masalah ini diteliti.
Di samping itu, permasalahan kinerja Guru Pamong dan kinerja
Mahasiswa Praktikan sangat menarik untuk dijadikan bahan penehtian, karena
sesuai dengan materi Program Studi Administrasi Pendidikan, dan hasil
penehtian juga memberikan sumbangan solusi dalam menemukan akar
13
permasalahan sehubungan dengan faktor penghambat dalam rangka
meningkatkan kualitas kinerja Guru Pamong pada pihak pertama, dan
Mahasiswa Praktikan di pihak kedua, khususnya di lingkungan Sekolah
Menengah Umum.
Dari studi ini, diharapkan juga dapat memberikan jalan keluar terhadap
permasalahan yang terjadi di sekitar pelaksanaan PPL di Sekolah Menengah
Umum Kotamadya Cirebon, sehingga setiap unsur terkait terutama dari subjek
penehtian mengetahui kelemahan dan berupaya membenahi kondisi kerja
dengan cara mengefektifkan program pembinaan kemampuan profesional
secara maksimal.
B. Fokus Penelitian
Penehtian ini difokuskan pada kinerja Guru Pamong dan kinerja
Mahasiswa Praktikan yang digali berdasarkan gejala-gejala latar belakang
masalah sebelumnya. Rumusan masalah penehtian tersebut yakni: Bagaimana
kualitas kinerja Guru Pamong dalam membina kemampuan profesional
Mahasiswa Praktikan yang dilihat dari peningkatan kualitas kinerja dalam
proses belajar mengajar?
Masalah di atas dicari dan di kaji data empirisnya melalui jawaban atas
pertanyaan penehtian sebagai berikut ini:
14
1. Bagaimana visi dan misi Guru Pamong mengenai pembinaan kemampuan
mengajar Mahasiswa Praktikan?
2. Bagaimana sikap pandangan/persepsi Guru Pamong terhadap arti
pentingnya melaksanakan PPL bagi seriap mahasiswa FKIP ?
3. Kegiatan pembinaan yang bagaimana dilakukan oleh Guru Pamong
terhadap Mahasiswa Praktikan selama PPL?
4. {Criteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam
menilai kemampuan mengajar dan Ujian praktek mengajar?
5. Komunikasi yang bagaimana yang diyakini oleh
Guru Pamong dan
Mahasiswa Praktikan dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiwa Praktikan?
6. Bagaimana persepsi mahasiswa praktikan terhadap pembinaan yang
dilakukan Guru Pamong?
7. Bagaimana respon Mahasiswa Praktikan setelah diberikan bimbingan dan
petunjuk pelaksanaan kegiatan pengajaran yang efektif dari Guru Pamong?
8. Sejauh mana dampak pembinan yang dilakukan Guru Pamong terhadap
peningkatan kualitas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan ?
15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Sesuai dengan problematik yang diajukan sebelumnya, maka secara
umum penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas
kinerja Guru Pamong dalam membina kemampuan profesional Mahasiswa
Praktikan dengan menemukan sekaligus menafsirkan indikator-indikator
kinerja dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Umum Kotamadya
Cirebon.
Tujuan khusus penehtian ini, menjawab semua problematik yang
diajukan dengan proses mengungkapkan, mendeskripsikan serta meng
evaluasi hal-hal berikut ini:
1. Visi Guru Pamong dalam membina kemampuan mengajar Mahasiswa
Praktikan.
2. Sikap pandangan/persepsi Guru Pamong terhadap arti pentingnya bahwa
setiap mahasiswa FKIP perlu melaksanakan PPL
3. Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pamong terhadap
Mahasiswa Praktikan selama PPL.
4. Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam menilai
kemampuan mengajar dan Ujianpraktek mengajar.
5. Komunikasi yang dilakukan Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan
dalam kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiwa Praktikan.
6. Persepsi mahasiswa praktikan terhadap pembinaan yang dilakukan Guru
Pamong.
7.
Respon Mahasiswa Praktikan setelah diberikan bimbingan dan petunjuk
pelaksanaan kegiatan pengajaran yang efektif dari Guru Pamong.
8. Dampak pembinan yang dilakukan Guru Pamong terhadap peningkatan
kuahtas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan.
b. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penehtian ini dapat memperkaya wawasan berpikir dan
khasanah keilmuan, terutama dalam memperdalam dan memperluas kajian
kinerja dalam kaitan dengan pembinaan kemampuan profesional sebagai
bagian dari materi disiplin ilmu administrasi pendidikan.
Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kemantapan peranan
Guru Pamong dalam
kemampuan
profesional
mengembangkan
Mahasiswa
fungsinya
Praktikan.
sebagai pembina
Jawaban
terhadap
problematik penehtian ini akan menjadi landasan yang lebih mantap untuk
membuktikan bahwa pembinaan yang dilakukan Guru Pamong memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja
17
Mahasiswa Praktikan sebagai calon guru yang akan menapaki karir
selanjutnya.
D. Paradigma Penelitian
Salah saru upaya awal meningkatkan kualitas calon guru dalam
memahami dan melaksanakan kegiatan pengajaran dilakukan melalui
program pelatihan prajabatan. Di Pendidikan Tinggi seperti LPTK
peningkatan
kemampuan profesional guru dilakukan melalui paket
pembinaan teknis seperti program pengalaman lapangan yang biasanya
disingkat PPL. Secara operasional terdapat sejumlah unsur yang memegang
peranan penting dan memiliki fungsi serta tanggung jawab tertentu dalam
proses pembinaan kemampuan profesional tersebut sesuai dengan tingkat
wewenang yang diberikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Guru Pamong merupakan unsur yang berada digaris terdepan, dan
berfungsi sebagai pembina langsung Mahasiswa Praktikan dalam praktek
mengajar
di
sekolahnya.
Keberhasilan
Mahasiswa
Praktikan dalam
memimpin proses belajar mengajar dipengaruhi oleh motivasi dan
pembinaan langsung dari Guru Pamong. Justru itu tingkat kuahtas kinerja
yang dimiliki Guru Pamong sebagai dasar melakukan proses pembinaan
dimulai daripemahaman akan konsep dasar, prinsip dan tujuan PPL.
Dalam pembinaan Mahasiswa Praktikan paling tidak terdapat empat
aspek yang dilakukan untuk mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.
Pertama, Guru Pamong harus memiliki visi yang jelas tentang PPL dan
Mahasiswa Praktikan. Kedua, harus memiliki program pencegahan untuk
mengatisipasi kesalahan tertentu. Ketiga, harus memiliki program perbaikan
terhadap kesalahan mahasiswa dalam praktek mengajar, dan keempat
melakukan koordinasi yang baik dengan Dosen Pembimbing.
Sedangkan sasaran pembinaan yang dilakukan dalam konteks PPL
oleh Guru pamong tersebut adalah kinerja Mahasiswa Praktikan. Indikasi
peningkatan akan terlihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan mengajar. Alur berpikir yang dijadikan dasar penentuan arah
dan fokus penehtian ini adalah sebagai berikut ini:
1. FKIP (UPT. PPL) merupakan lembaga yang mengelola PPL, sesuai
dengan misinya, menghasilkancalon guru yang profesional.
2. Sekolah latihan/SMU Kodya Cirebon, merupakan sekolah tempat
mahasiswa melaksanakan PPL. Sekolah ini di dukung oleh indikator
sebagai berikut: komitmen, fasilitas dan iklim kerja.
3. Mahasiswa Praktikan yang punya kemampuan teori dan akan
memperkaya kemampuan praktek melalui PPL.
4. Guru Pamong yang punya visi, misi, kapasitas dan aktifitas, untuk
membina mahasiswa praktikan agar menjadi calon guru yang profesional.
5. Proses pembinaan mehputi tujuan pembinaan, strategi pembinaan,
program pembinaan dan pelaksanaan pembinaan akan dijabarkan
berdasarkan pertanyaan penehtian.
Pernyataan diatas akan diilustrasikan pada gambar sebagai berikut ini:
LPTK
FKIP UNSWAGATI
SEKOLAH LATIHAN /SMU KODYA CIREBON
CIREBON
Komitmen
UPT PPL
Fasilitas
Iklim Ken'a
MAHASISWA PRAKTIKAN
* BekalKemampuan
Teoritis (K.T)
* Bekal Kemampuan
Praktis (K.P)
PROSES PEMBINAAN
KINERJA GURU PAMONG
- Tujuan Pembinaan
- Strategi Pembinaan
- Program Pembinaan
• Persepsi
- Pelaksanaan Pembinaan
• Kemampuan
- Pengawasan dan Monitoring
CALON GURU YANG
PROFESIONAL
Gambar 1.
Paradigma Penehtian
- Visi & Misi
• Aktivitas
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Apabila di Bab I telah dijelaskan kerangka berpikir untuk memperjelas
penehtian, sementara di Bab II dibahas tinjauan teoritis yang relevan dengan
fokus penehtian, maka pada Bab III ini dikemukakan prosedur penehtian, yang
terdiri atas : metode penehtian, populasi dan sampel penehtian, teknik
pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data.
A. Metode Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pertama, motode yang
digunakan dalam penehtian ini adalah metode kuahtatif. Hal ini berdasarkan
kepada rumusan masalah penehtian yang menuntut penehti untuk melakukan
eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang ditehti
melalui hubungan yang intensif dengan sumber data. Dalam penehtian ini,
penehti mengumpulkan data yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi
mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang ditehti persepsinya atau
pendapatnya dan aspek-aspek lain yang berkaitan yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uraian seperti itu biasanya
sangat suht untuk ditangani melalui prosedur statistik, tetapi menuntut
prosedur metode kuahtatif. Yang di maksud dengan metode kuahtatif menurut
Bogdan dan Taylor (1975) adalah sebagai prosedur dasar penehtian yang
85
86
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Kemudian, menurut S.Nasution
(1988:5),
"penehtian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran tentang dunia sekitarnya".
Lincoln dan Guba (1985:12), mengemukakan bahwa penehti yang
menggunakan pendekatan kuahtatif, disain penehtiannya bersifat "emergent
design". Hal ini disebabkan karena pada tahap awal penehtiannya,
kemungkinan penehti belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek
masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penehtian
sementara ia mengumpulkan data. Demikian pula penehti kuahtatif tidak
menghampiri masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penehtian yang
telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau melalui perumusan
hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Bogdan dan Biklen (1982:31)
mengemukakan bahwa sebagai penehti kuahtatif ia akan menaruh perhatiannya
untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan lain-lainnya
berdasarkan pandangan subyek yang ditehti sendiri. Oleh karena itu, penehti
kuahtatifmengumpulkan datanya melalui kontaklangsung dengan subyek yang
ditehti ditempat merekasehari-hari biasa berada dan biasa melakukan kegiatan.
Penehtian
kuahtatif
memiliki
sejumlah
karakteristik
yang
membedakannya dengan penehtian kuantitatif. Bogdan dan Biklen (1982:27-30),
mengemukakan beberapa karateristik penelitian kuahtatifsebagai berikut:
87
1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data
and the researcher is the key instrument.
2. Qualitative research is descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with process rather than simply
with outcomes or products.
4. Qualitative researchers tend to analyze their data inducticely.
5. "Meaning" is of essential concern to the qualitative approach.
Karateristik-karateristik
tersebut
diatas
menjiwai
penehtian
ini.
Karateristik pertama, penehti sebagai intrumen utama mendatangi sendiri secara
langsung sumber datanya. Dalam penelitian ini, penehti mempelajari fenomena
sebagaimana adanya yang tambak dan yang terjadi di lapangan. Karateristik
kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penehtian ini
lebih cendrung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka. Jadi hasil
analisisnya berupa suatu uraian. Karateristik ketiga, keempat dan kelima,
menjelaskan bahwa penehtian kualitatif lebih menaruh perhatian kepada proses,
tidak semata-mata pada hasil; dan melalui analisis induktif penehti
mengungkapkan maknadari keadaanyang diamatinya itu.
Kemudian, Lincoln dan Guba (1985:39-44), mengemukakan karateristik
penehtian kuahtatif sebagai berikut:
1. Natural setting.
2.
Human instrument.
3. Utilization of tacit knowledge.
4. Qualitative methods.
5. Purposive sampling
6. Inductive data analysis.
7. Grounded theory.
8. Emergent design.
9. Negotiated outcomes.
10. Case study reporting model.
11. Idiographic interpretation.
88
12. Tentative aplication.
13. Focus-determined boundaries.
14. Special criteria for trustworhiness.
B. Lokasi dan Subject Penehtian
Penehtian ini mengambil lokasi Kotamadya Cirebon, tepatnya di beberapa
SMU tempat penyelenggaraan PPL yang dilaksanakan oleh FKIP Unswagati
Cirebon tahun 1998/1999. Sedangkan Subjek penehtian sebagai sumber data
akan diambil dari sejumlah Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan sebagai
sampel dengan berbagai jenis bidangstudi yang diajarkan.
Komposisi sementara subjek penehtian dan lokasi tempat praktek PPL
tersebut (SMU), dicantumkan pada tabel 1. Sebagai berikut.
JUMLAH
NO
LOKASI
SUBJEK PENELITIAN
1
SMU 2 Cirebon
Guru Pamong
3 Orang
2
SMU 2 Cirebon
Mahasiswa Praktikan
3 Orang
3
SMU 3 Cirebon
Guru Pamong
3 Orang
4
SMU 3 Cirebon
Mahasiswa Praktikan
3 Orang
5
SMU 4 Cirebon
Guru Pamong
3 Orang
6
SMU 4 Cirebon
Mahasiswa Praktikan
3 Orang
Jumlah
Tabel :1
Jumlah Populasi Penehtian
18 Orang
89
Sesuai dengan karateristik penelitian kuahtatif, sampel dalam penelitian
ini adalah "purposive sampling". Dengan pengambilan secara purposif, hal-hal
yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari
tampil secara menonjol dan lebih mudah dicari maknanya. Hasil yang dicapai
dengan pengambilan sampel ini bukan untuk mencari generalisasi, tetapi
mungkin dapat ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan Guba (1985:202)
mengemukakan bahwa "naturalistic sampling is, then, very different from
conventional sampling
Its purpose is to maximize information, not facilitate
generalization".
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985:201-202) dalam penehtian
naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya, sesuai
denganciri-ciri khusus sampel purposif, yaitu "(1) emergent sampling design, (2)
serial selection of sample units, (3) continous adjusment or 'focusing' of the
sample, (4) selection to the point of redudancy".
Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan sampel dalam penehtian
ini dilakukan sementara penehtian berlangsung. Caranya, yaitu penehti memilih
guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa peserta program pengalaman
lapangan yang termasuk "daerah" penehtian dan menurut pertimbangan
penehti (sebagai human instrument) dapat memberikan informasi maksimum
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan program pengalaman
lapangan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari
90
sampel sebelumnya, penehti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang dapat
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit sampel yang dipilih
makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penehtian.
Dalam proses penentuan sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya karena
ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini, S. Nasution
(1988:32-33), menjelaskan bahwa penentuan unit sampel dianggap telah
memadai apabila telah sampai kepada taraf "redudancy" (ketuntasan atau
kejenuhan), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh
dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian
merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Oleh karena itu keberhasilan
suatu penehtian naturalistik sangat tergantung kepada ketehtian, kelengkapan
catatan (filed notes) yang disusun oleh penehti. Menurut Nasution (1988:56-89)
"catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi wawancara dan studi
dokumenter". Ketiga tehnik pengumpulan data tersebut digunakan dalam
penehtian ini untuk memperoleh informasi yang saling melengkapi dan
menunjang.
1.
Observasi
Dalam penehtian kualitatif, observasi merupakan salah satu tehnik yang
digunakan penehti untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan
91
konteks (hal-hal yang
berkaitan disekitarnya) sehingga peneliti dapat
memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Oleh karena itu dengan
menggunakan tehnik observasi peneliti dapat memperoleh manfaat seperti
dikemukakan Patton (1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:59-60), sebagai
berikut:
(1) dengan berada dilapangan penehti lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi.
(2) Pengalaman lansung memungkinkan penehti menggunakan pendekatan
induktif.
(3) Penehti dapat melihat hal-hal yang kTirang atau tidak diamati orang lain.
(4) Penehti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
oleh responden dalam wawancara.
(5) Penehti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden.
(6) Dalam lapangan penehti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan
tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.
Kemudian dibagian lain Nasution (1988:61-62), mengemukakan bahwa intensitas
partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu dari
partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif, sampai partisipasi penuh,
dengan mempertimbangkan kedudukan penehti dan sifat penehtian, maka
dalam penehtian ini peneliti melakukan observasi dengan tingkatan partisipasi
pasif dan partisipasi sedang. Dalam hal ini penehti melakukan obsevasi mulai
92
dari kegiatan sebagai penonton, kemudian sewaktu-waktu turut serta dalam
situasi atau kegiatan yang berlangsung.
Sesuai dengan masalah yang ditehti, maka data yang akan dikumpulkan
melalui observasi mehputi hal-hal sebagai berikut:
1. Dasar, kebijaksanaan dan tata tertib penyelenggaraan paket PPL FKIP
Unswagati Cirebon, termasuk visi, misi dan tujuan PPL yang dituangkan ke
dalam program kerja.
2. Persepsi Guru Pamong terhadap mahasiswa yang berpraktek.
3. Kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh UPT PPL dan Guru Pamong dalam
menilai praktek mengajar dan ujian praktek mengajar.
4. Jenis dan bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh Guru Pamong dan
Mahasiswa Praktikan dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiswa Praktikan.
5. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Guru Pamong dalam rangka
pembinaan Mahasiswa Praktikan.
6. Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pengalaman Lapangan.
7. Respon Mahasiswa Praktikan terhadap bimbingan, petunjuk pelaksanaan
kegiatan pengajaran yang efektif yang diberikan Guru Pamong.
8. Data-data yang berkaitan dengan dampak pembinaan Guru Pamong untuk
peningkatan kualitas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan.
Data-data tentang kinerja Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan yang
tertuang dihalaman sebelumnya akan dikumpulkan guna melihat kelemahan,
93
kekuatan, peluang dan tantangan, terutama dalam rangka pemberian makna
dari temuan dengan menganalisis atau menafsir berdasarkan teoritis pada bab
dua.
2. Wawancara
Dalam penehtian kuahtatif untuk mengetahui bagaimana persepsi
responden tentang dunia kenyataannya, penehti harus berkomunikasi langsung
dengan responden melalui wawancara oleh karena itu aspek penting dalam
penehtian kuahtatif yang berkaitan dengan tehnik wawancara adalah bahwa
peneliti harus berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia
dari segi perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya, yaitu informasi
"unic" Nasution (1988:71).
Dalam penehtian ini penehti melaksanakan wawancara tak berstruktur,
yaitu wawancara yang berfokus dan berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak
mempunyai struktur tertentu, akan tetapi terpusat kepada satu pokok masalah
tertentu, serta wawancara bebas yang berisi pertanyaan yang berpindah-pindah
dari satu pokok masalah yang lain, sepanjang berkaitan dengan aspek-aspek
masalah yang ditehti.
Dalam wawancara ini, penehti menyediakan pedoman wawancara,
meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut.
Secara garis besar, sesuai dengan masalah penelitian, data yang ingin
dikumpulkan melalui wawancara adalah :
I. KUALITAS KERJA GURU PAMONG
A. Proses Pembinaan
1. Bagaimana visi Guru Pamong terhadap program PPL yang dilaksanakan
di sekolah ini ?
2. Bagaimana persepsi Guru Pamong terhadap :
a. arti pentingnya PPL ?
b. misiGuru Pamong dalam membina mahasiswa praktikan ?
3. Bagaimana persepsi Guru Pamong terhadap mahasiswa praktikan ?
4. Sebelum program PPL disusun, apakah dilakukan analisis terhadap
kebutuhan pembinaan guru praktek ?
5. Apakah program PPL tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pengajaran guru praktek ?
6. Bagaimana proses pengendahan pembinaan yang dilakukan selama ini?
7. Apakah dilakukan evaluasi terhadap proses pembinaan melalui kegiatan
pencegahan tersebut ?
8. Sebelum program perbaikan disusun, apakah dilakukan analisis bantuan
pembinaan kemampuanmahasiwapraktikan ?
9. Apakah program perbaikan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan perbaikan pengajaranmahasiwa praktikan ?
10. Bagaimana proses pengendahan pembinaan yang dilakukan perbaikan
selama ini ?
95
11. Apakah dilakukan evaluasi terhadap proses pembinaan melalui kegiatan
perbaikan tersebut ? Bagaimana Guru Pamong melakukan evaluasi
terhadap mahasiwa ?
B. Koordinasi dengan Dosen Pembimbing
1. Apakah guru pamong selalu melakukan koordinasi dengan Dosen
Pembimbing dalam memberikanbantuan binaan terhadap guru praktek ?
2. Kelemahan dan keunggulan apa yang selama ini masih dirasakan dalam
pembinaan koordinasi ini ?
3. Jelaskan faktor penunjang dan penghambat program koordinasi dengan
dosen pembimbing ini ?
4. Bagaimana tindak lanjut perbaikan setelah diketahui kelemahan
koodinasi selama ini ?
5. Kegiatan apa yang dilakukan oleh Guru Pamong sebagai pembimbing
dan pembina program pengalaman lapangan dalam upaya pembentukan
kemampuan proses pembelajaran ?
6. Kriteria apa yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam
menilai proses pembelajaran (formatif) maupun ujian mengajar ?
C. Pemanfaatan Lingkungan guna Keperluan Pembinaan
1. Dalam keperluan pembinaan guru praktek apakah
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal ?
96
2. Apakah laboratorium dapat diberdayakan dalam keperluaan pembinaan
kemampuan pengajaran guru praktek ?
3. Apakah Pustaka digunakan sebagai alat bantu pembinaan ?
4. Pernakah memanfaatkan jasa guru lain dalam pembinaan itu ? Bagaimana
caranya ! dan kegiatan apa yang dilakukan ?
5. Kepala sekolah pernahkah diajak dalam pembinaan operasional ? Hal-hal
apa saja yang dilakukan Kepala Sekolah ?
6. Pernahkah guru pamong mehbatkan atau meminta bantuan tokoh atau
cerdik pandai dalam pembinaan moral dan lain sebagainya ? Jika pernah,
bagaimana teknisnya ?
7. Adakah fasilitas sekolah lain dipakai dalam keperluan pembinaan ini ?
Bagaimana teknisnya ?
D. Dampak Pembinaan (terutama dalam KBM)
1. Adakah dampak dinamis, pembinaan yang dilakukan terhadap
perkembangan pengetahuanguru praktekyang terlihardalam KBM ? Bila
ada, berikan contohnya !
2. Adakah dampak dinamis, pembinaanyang dilakukan terhadap perbaikan
sikap guru praktek yang terlihat dalam proses pembelajaran ? Bila ada,
berikan contohnya ?
3. Adakah dampak dinamis, pembinaan yang dilakukan terhadap perbaikan
keterampilan guru praktek yang terhhat dalam KBM ? Berikan contoh !
97
II. KINERJA MAHASISWA PRAKTIKAN
A. Persepsi Mahasiswa Praktikan
1. Bagaimana mahasiswa
praktikan
melihat
guru
pamong sebagai
pembinanya ? Jelaskan pandangan anda secara jujur !
2. Respon Mahasiswa Praktikan
1. Bagaimana motivasi mahasiswa praktikan merespon stimulus yang
diberikan guru pamong ?
2. Bagaimana pula mahasiswa praktikan merespon stimulus yang
diberikan, dilihat dari sudut cara melakukan pembinaan ?
3. Apakah ada keterkaitan antara respon mahasiswa praktikan dengan
sasaran pembinaan yang dilakukan sebelumnya ?
B. Kuahtas Kemampuan Profesional
1. Sebelum program pengajaran disusun, apakah anda merumuskan tujuan
instruksional khusus dengan baik dan terukur ?
2. Apakah selama PPL anda di beri kesempatan untuk memanfatkan
sumber-sumber materi dan belajar ?
3. Apakah dalam proses pembelajaran anda mengorganisasikan materi
pelajaran ?
4. Apakah sebelum mengajar anda membuat, memilih dan menggunakan
media pendidikan dengan tepat ?
5. Apakah selama PPL anda mendapat bimbingan untuk mengetahui dan
menggunakan assesimen siswa ?
6. Bagaimana anda mengelola interaksi belajar mengajar sehingga efektif
dan tidak membosankan bagi siswa ?
7. Apakah anda melakukan evaluasi dan mengadministrasikannya ?
98
8. Bagaimana cara anda mengembangkan kemampuan yang telah anda
miliki ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna ?
9. Apakah anda menguasai landasan kependidikan ?
3. Studi Dokumentasi
Meskipun data dalam penehtian maturalistik kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia melalui observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber
bukan manusia diantarariya adalah dokumen. Yang di maksud dengan dokumen
terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat dan dokumen resmi.
Sekahpun tulisan-tuhsan pribadi banyak mengandung unsur-unsur subyektif
dan dapat disangsikan kebenarannya, namun penehtian kuahtatif tidak begitu
menghiraukan apakan isinya benar dan obyektif, karena yang dipentingkan
ialah pandangan "emic" seseorang tentang dunia sekitarnya (Nasution 1988:8586).
Adapun dokumen yang ditehti dan data yang ingin di peroleh daripadanya
antara lain sebagai berikut:
a. Rencana kegiatan yang telah disusun, untuk memperoleh data tentang
kegiatan apa saja yang telah dan akan dilakukan oleh mahasiswa.
b. Catatan guru pamong dan dosen pembimbing untuk memperoleh data
tentang fakta-fakta yang mejadi perhatiannya selama memberikan bantuan
kepada mahasiswa.
99
c. Satuan pelajaran mahasiswa, untuk memperoleh data tentang bentuk dan isi
satuan pelajaran sebagai hasil bimbingan guru pamong.
d. Buku latihan praktek kependidikan, untuk mengetahui nilai yang diperoleh
mahasiswa, sebagai hasil yang diperoleh mahasiswa.
e. Berita acara format penilaian ujian praktek mengajar untuk mengetahui nilai
yang diberikan oleh setiap penilai (penguji)
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Dalam penehtian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki
suatu pola yang pasti, sebab disain serta fokus penehtian dapat mengalami
perubahan yang bersifat "emergent" akan tetapi untuk mempermudah penehti
dalam
pengumpulan data, penehti mengikuti prosedur seperti yang
dikemukakan oleh Nasution (1988:33-34), yaitu
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Eksplorasi
3. Tahap Pengecekan
1. Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk menentukan
permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang dilakukan dalam
kepentingan ini sebagai berikut:
(1) melakukan prasurvey dengan mengamati berbagai gejala yang terjadi
dalam proses pembinaan kemampuan profesional Mahasiswa Praktikan
100
yang dilakukan Guru Pamong di beberapa SMU Kodya Cirebon. Gejala
tersebut merupakan embrio permasalahan dalam pembuatan rancangan
penehtian.
(2) memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan dan mencari
tingkat permasalahan yang paling serius;
(3) menyusun rancangan penehtian sebagai salah satu langkah awal persiapan
menghadapi seminar desain;
(4) menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar setempat atau pihak lain
yang dianggap proporsional;
(5) menyiapkan perlengkapan penehtian, seperti pedoman penilaian dokumen
observasi, pedoman wawancara serta alat bantu lain seperti perekam
(tape) dan kamera.
(6) mengurus perizinan pelaksanaan penehtian, seperti izin IKIP Bandung,
Izin Kopertis (Unswagati Cirebon) dan izin SMU-SMU Kodya Cirebon
Propinsi Jawa Barat sebagai lokasi penehtian.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi ini proses pengumpulan data sehubungan dengan
kinerja Guru Pamong dan Kinerja Mahasiswa Praktikan dilakukan sesuai
dengan ketentuan pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi:
(1) mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan PPL yang disusun oleh
FKIP Unswagati Cirebon beserta program pembinaan kemampuan
profesional dan program pengajaran lainnya.
101
(2) mengobservasi pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional yang
dilakukan Guru Pamong dalam penyelenggaraan PPL, mulai dari
kegiatan perencanaan pembinaan kemampuan, pelaksanaan hingga
proses pengawasan
dan penilaian dalam rangka mencapai tingkat
profesional;
(3) melakukan wawancara dengan subjek penehtian dalam situasi obrolan
santai. Proses wawancara dapat dilakukan di kelas, di ruang majelis guru,
atau di pekarangan sekolah. Pelaksanaan wawancara akan berakhir jika
seluruh data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul.
3. Tahap Pengecekan
Dalam tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan
dicek ulang (penulis melakukan tri anggulasi), guna melihat sejauh mana
kelengkapan atau kesempurnaan
serta vahditas yang dapat dipercaya.
Pengecekan data-data ini dilakukan dengan kegiatan antara lain:
(1) mengecek ulang data-data yang sud
PRAKTIKAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU PAMONG
DI SMU KOTAMADYA CIREBON
(Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong
dan Kinerja Mahasiswa Praktek)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung Untuk
Memenuhi Sebagian dari Syarat Program
Pasca Sarjana Bidang Studi Adminisirasi
Pendidikan
Diajukan Oleh:
Hj. MINTARSIH DANUMIHARDJA
NIM. 9696012
PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PASCA SARJANA IKIP BANDUNG
1998
DISETUJUI
Prof. Dr. H. Tt\Abin Sy^msuddin Makmun, MA
Pembinibing II
L
Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA
MENGETAHUI
Ketua Program Administrasi Pendidikan
Prof. Dr. H. E. Kusmana
ABSTRAK
Peran guru sebagai pendidik dalam era globalisasi yang berlangsung
saat ini sangat penting LPTK, khususnya FKIP Unswagati sebagai lembaga
penyiapan calon-calon guru SI antara lain untuk SLTA diharapkan dapat
menghasilkan guru yang memiliki dedikasi tinggi, pantang menyerah dan
guru yang sanggup menjadi dinamisator, motivator, inovator, katalisator dan
juga tahu jati dirinya, serta betul-betul memiliki kompetensi baik profesional
pribadi maupun kompetensi sosial.
Penyiapan calon guru termaksud dalam praktek selama ini merupakan
tanggung jawab bersama, antara LPTK dan pihak lembaga pemakainya
(SLTA). Karena itu dalam pelaksanaan PPL guru pamong (di SLTA)
merupakan barisan terdepan yang memberikan bimbingan pengalaman
langsung dalam mengembangkan kemampuan profesional danperilaku yang
seharusnya dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon guru yang diharapkan.
Penelitian ini mengungkapkan "Kemampuan Profesional Guru Pamong
dalam Membimbing Mahasiswa Praktikan". Sebagai upaya mengidentifikasi
tentang kinerja guru pamong dan mahasiswa praktikan dalam rangka
meningkatkankualitas kinerja pengelolaanprogram PPL.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda
deskriptif analisis. Agar penelitian ini mampu mengungkap makna secara
kualitatif, maka peneliti menjadi instrumen dalam penelitian ini. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi peneHtian kualitatif yang
memadukan prosesemic dan etic (participatory observation)
Hasil penelitian menunjukan bahwa guru pamong belum sepenuhnya
melaksanakan tugas dan peran secara efektif (kinerja belum maksimal).
Namun demikian, dalam hal-hal tertentu sebagian besar guru pamong telah
melaksanakan tugas atau menampilkan kinerjanya dengan baik, walaupun
masih terbatas pada aspek pembinaan proses pembelajaran saja. Oleh karena
IV
itu, meskipun PPL secara tentatif telah cukup memberikan kontribusi yang
berarti terhadap pembinaan mahasiswa praktikan dalam meningkatkan
kemampuan mengajarnya tetapi masih jauh dibawah tuntutan persyaratan
profesional yang ideal. Efektif tidaknya pembinaan guru pamong terhadap
mahasiswa praktikan, tentu berkaitan dengan berbagai faktor antara lain;
(1) penguasaan visi dan misi PPL, (2) persepsi keprofesian, (3) kemahiran
praktek pembinaan, (4) penilaian proses dan hasil, (5) kemampuan
komunikasi dengan mahasiswa praktikan, (6) persepsi mahasiswa praktikan
terhadap guru pamong, (7) responnya terhadap perlakuan guru pamong dan
(8) dampak pembinaannya.
Implikasi dari penelitian adalah : (1) untuk meningkatkan kuahtas
kinerja PPL perlu ada komitmen yang dijadikan sumber penggerak untuk
merealisasikan pembinaan kemampuan profesional, (2) untuk memenuhi
tenaga pendidikan yang profesional dimasa datang PPL perlu pembenahan
termasuk guru pamong sebagai ujung tombak yang ada di barisan terdepan,
perlu ditegakkan kriteria pengangkatannya berdasarkan kualifikasi
pendidikan dan pengalaman lapangannya, (3) UPT PPL FKIP perlu dibenahi
baik dalam sumber daya manusia maupun komponen lainnya agar
peningkatan kualitas calon guru dapat tercapai, (4) perlu kerja sama yang
lebih sinerjik antara semua pihak yang terkait dengan PPL.
Berkaitan dengan hasil implikasi hasil penelitian diatas, peneliti
merekomendasiakn antara lain: (1) perlunya pembinaan visi guru pamong
agar mampu merealisasikan misi yang diembannya, (2) mengutamakan guru
yang memadai syarat minimal berpendidikan SI, (3) untuk peningkatan
kuahtas guru pamong perlu pembinaan antara lain melalui diklat, seminar
dan lokakarya, (4) perlu dikembangkan suatu model program, LPTK
sebaiknya lebih proaktif dalam menjalin kerja sama dengan pihak terkait dan
meningkatkan insentif agar guru pamong lebih termotivasi untuk
melaksanakan tugas pembinaan dan idealnya memiliki sekolah latihan
sendiri, (5) kepada peneliti lain yang berminat diharapkan agar mengkaji
aspek-aspek pembinaan lainnya lebih dalam baik kendala maupun
kemampuan profesional guru pamong serta manajemen PPL pada umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
i
ii
iv
vii
x
xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Fokus Penehtian
C. Tujuan dan Manfaat Penehtian
13
15
D. Paradigma Penehtian
17
BAB IITTNJAUAN KEPUSTAKAAN
20
A. Spektrum Pelaksanaan PPLdi PendidikanTinggi
20
1. Struktur Organisasi PPL
21
2. PPL & Kurikulum LPTK
23
3. Prosedur Pelaksanaan PPL Kependidikan
B. Pembinaan Kemampuan Profesional
1. Konsep Pembinaan Kemampuan Profesional
2. Strategi Pembinaan Kemampuan Profesional
27
29
30
33
40
3. {Criteria Pemberian Kemampuan Profesional yang efektif
C. Pembinaan Mahasiswa Praktikan sebagai calon Guru Profesional 44
1. Kompetensi Profesional
2. Kompetensi Pribadi
45
45
3. Kompetensi Sosial/Kemasyarakatan
D. Konsep tentang Kinerja
1. Kinerja Guru Pamong
46
53
56
2. Konsep Kinerja Mahasiswa Praktikan
E. Kajian Hasil Penelitian yang relevan
BAB DJ PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penehtian
B. Lokasi dan Subyek Penehtian
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
E. Teknik Pengolahan dan Penafsiran Data
69
-
79
85
85
88
90
90
93
98
99
102
BAB IV HASIL PENELITIAN
106
A. Deskriptip Hasil Penehtian
106
B. Pembahasan Hasil Penehtian
131
C. Analisis KKPT (SWOT)
147
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
150
A. Kesimpulan
B. Implikasi
151
157
C. Rekomendasi
160
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
164
168
176
DAFTAR TABEL
TABEL
1. Daftar Penilaian/Aspek yang dinilai.
2. Tabel Nilai Ujian.
3. Jumlah Populasi Penehtian.
xn
DAFTAR GAMBAR
1. Paradigma Penelitian
Kemampuan Profesional Mahasiswa Praktikan
yang dilakukan oleh Guru Pamong di SMU Kodya Cirebon.
2. Struktur Organisasi UPT PPL FKIP Unswagati Cirebon.
3. Tipologi Pengembangan Personal.
4. Pendidikan Pra Jabatan dalam Jabatan pada Sistem Pendidikan Guru
Terpadu.
5. Grafik tentang Penilaian Kinerja tanpa Stress.
XI11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari pembangunan
bangsa yang diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia
serta kuahtas sumber daya manusia. Lebih jauh dalam GBHN 1993-1998
dinyatakan:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kuahtas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Realisasi tujuan di atas telah dituangkan pemerintah ke dalan UUSPN
Nomor 2 tahun 1989, di mana Pendidikan Nasional memegang peranan
penting dalam meningkatkan martabat bangsa, sehingga pada gilirannya
manusia Indonesia mampu berperan aktif sebagai agen pembaharuan dan
pemgembangan kehidupan nasional dan internasional.
Implikasi era globalisasi menuntut manusia berkualitas untuk mampu
memecahkan persoalan-persoalan dan memenuhi kebutuhan hidupnya
secara individual dan pada gilirannya dapat memberikan solusi dalam
mewujudkan sasaran kebijakan pembangunan bangsa, ia&h—-^e^cigtanya
masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sasaran kebijakan nasional tersebut, dalam sektor pendidikan ditetapkan
melalui empat strategi pokok yakni : (1) pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan, (2) peningkatan relevansi (Link and Match), (3) peningkatan
kuahtas pada semua jenjang dan jenis pendidikan, dan (4) peningkatan efisiensi
perngelolaan pendidikan.
Salah satu barometer keberhasilan mewujudkan sasaran di atas dalam
kerangka program pembangunan PJP II, ditandai antara lain dengan
peningkatan kuahtas manusia, baik dilihat dari kuahtas pengetahuan, sikap,
moral maupun keterampilan yang lebih maju dan mandiri dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila denganpola kehidupan yang serba seimbang dan selaras, baik dalam
tatanan nasional maupun internasional. Strategi yang paling tepat untuk
membawa manusia agar mampu menapaki kuahtas hidupnya dapat dilakukan
dengan metode pembinaansecarasimultan, dan profesional.
Pembinaan kemampuan profesional bagi tenaga kependidikan di
jelaskan dalam PP No. 38 Tahun 1992, bahwa yang bertanggungjawab secara
makro tentang kuahtas tenaga kependidikan adalah Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri lain dalam Departemen tertentu. Akan tetapi dari
perspektif administrasi pendidikan pembinaan kuahtas manusia merupakan
tanggung jawab bersama, termasuk para pelaku di posisi terdepan seperti
pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan terhadap calon guru
sebagaipendidik semenjak dalam persiapan atas pra jabatannya.
Pembinaan kuahtas kemampuan guru dapat dilakukan melalui
pendidikan Pra-Jabatan mencakup pembinaan kemampuan teroritis dan
pelatihan praktikum,
dan/atau
pendidikan dalam-jabatan,
mencakup
pembinaan langsung dari atasan atau rekan kerja serta pengembangkan
dirinya. Pembinaan tersebut pada prinsipnya bertujuan untuk membentuk
kinerja yang profesional, guna mewujudkan perubahan dinamis sesuai dengan
kepentingan pemenuhan tunrutan kerjanya yang diharapkan.
Penyelenggaraan pembinaan guru dan tenaga kependidikan lainnya itu,
pada dasarnya dipercayakan kepada Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK:
IKIP, FKIP, STKIP, Fakultas Tarbiyah, dsb). Jika dilihat dari segi peran dan
fungsi Pendidikan Tinggi yang dituangkan dala PP No. 30/1990, sedikitnya
tedapat dua tujuan utama mehputi : (1) meyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis yang profesional, (2)
meyiapkan peserta didik yang dapat menerapkan, mengembangkan,
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Bagi LPTK peran dan
fungsi itu dilakukan juga.
Untuk memenuhi peranan dan fungsi itu LPTK mengemban tugas dan
mempunyai wewenang mengadakan program latihan/praktek kependidikan,
seperti yang dikenal dengan istilah praktek mengajar atau PPL, Implementasi
Program Pengalaman Lapangan sejak beberapa tahun terakhir menjadi lebih
kompleks. Di samping praktek mengajar bagi calon guru SLTP dan SMU, juga
terjadi perubahan kebijakan pemerintah tentang pengelolaan calon guru
Sekolah Dasar, dengan kualifikasi Diploma II, sudah barang tentu paket
program praktek mengajar mengharuskan Pendidikan Tinggi tertentu
melaksanakan PPL PGSD di Sekolah Dasar sesuai aturan yang berlaku. Namun
hingga saat ini permasalahan di sekitar pelaksanaan PPL SMU pun masih
belum dapat dituntaskan seutuhnya.
Bila dilihat dari sasaran, maka sesungguhnya PPL merupakan suatu
program pendidikan pra jabatan guru yang dirancang sebagai program praktek
kerja untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang
utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pelatihan mereka siap
untuk mengamban tugas secara mandiri. Artinya PPL merupakan kulminasi
atau muara program yang akan memberikan kesempatan pada calon guru
untuk berlatih secara bertahap dan sistematis sehingga memberikan
kemapanan dalam rangka mengakrabi lapangan kerjanya kelak. Dengan
demikian PPL dapat disamakan dengan latihan prajabatan profesional.
Latihan mengajar yang dilakukan sebagai inti dari pelaksanaan paket
PPL, secara makro merupakan proses awal menyiapkan calon guru yang
profesional dengan memberikan seperangkat kemampuan dasar guru, antara
lain; (1) tugas profesional seperti mendidik dan melatih, terutama berkaitan
dengan kelangsungan proses belajar mengajar, (2) tugas manusiawi seperti
mendidik diri sendiri, menempatkan diri pada kepentingan anak, (3) tugas
kemasyarakatan, terutama membentuk manusia sebagai warga negara yang
berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan GBHN, artinya menghantarkan anak
didik ke gerbang masa depan.
Bila dirinci lebih jauh lagi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(1995) menjelaskan proses penyiapan calon guru melalui paket PPL bertujuan
untuk memberikan kemampuan praktis guru yang mencakup: (1) pengenalan
secara cermat lingkungan fisik, administratif, akademik dan lingkungan sosial
sekolah praktek, (2) penguasaan berbagai keterampilan mengajar, (3)
penerapan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi dalam
situasi nyata di bawah bimbingan para pembimbing dan guru pamong, (4)
penerapan berbagai kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi adalah
situasi sebenarnya dengan bimbingan minimal atau bahkan tanpa bimbingan,
(5) mampu menarik pelajaran dari penghayatan dan pengalaman selama
latihan.
Sebenarnya PPL hanya satu di antara ciri keberadaan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berfungsi setara dengan kuliah
lain, akan tetapi kelulusan mahasiswa mengikuti PPL ini sangat berpengaruh
dalam penyelesaian studi akhir. Demikian penting PPL bagi pihak-pihak yang
berkepenringan, terutama bagi mahasiswa dalam rangka menyelesaikan
terdepan dalam proses pembinaan kemampuan mengajar para calon guru.
Guru Pamong adalah guru pembimbing calon guru secara langsung dalam
kegiatan praktek, karena posisinya sebagai pembina, kepada Guru Pamong
diberikan wewenanguntuk membina dan mengarahkansegala bentuk kegiatan
yang berkaitan keterampilan mengajar calon guru ke arah peningkatan dan
pengembangan kemampuan yang profesional.
Besar dan kompleksnya tanggung jawab Guru Pamong dalam
pembentukan kemampuan profesional calon guru mengharuskan untuk
memiliki wawasan dan keterampilan memadai mengenai berbagai aspek-aspek
PPL. Prinsip-prinsip, konsep dasar dan keterampilan membimbing serta
pelaksanaanpenilaian terhadap kuahtas kinerja calon guru harus dimiliki Guru
Pamong, karena hal ini merupakan dasar berpijak dalam melakukan
pembinaan kemampuan profesional
calon guru
maupun
efektivitas
pelaksanaan PPL.
Penetapan Guru Pamong sebagai pembina calon guru yang berpraktek
disekolahnya berdasarkan ketentuan KepalaSekolahdengan persyaratan teknis
yang diajukan LPTK. Secara umum penetapan itu mengacu pada relevansi
kebijakan, bidang studi, kualifikasi, sertifikasi yang ditandai dengan
kemampuan keterampilan motorik, motivasi dan evaluatif. Penetapan sebagai
Guru Pamong bersifat sementara, artinya sepanjang paket PPL pada periode
tersebut dilaksanakan. Dari kondisi lain dapat dipahami bahwa setiap sekolah
memiliki karakteristik tertentu yang bisa berbeda dalam fasilitas dan kualitas
kemampuan tenaga pengajar. Perbedaan-perbedaan ini dijadikan bahan
pertimbangan penentuan sekolah tempat pelaksanaan paket pelatihan tersebut
bagi pengelola PPL.
Pada bagian lain, kerancuan istilah yang dipakai dalam sebutan Guru
Pamong dan Calon Guru masih mewarnai implementasinya. Di FKIP
Unswagati Cirebon misalnya, istilah yang diberikan untuk Guru Pamong dan
calon guru terlihat bervariasi. Sebagian di antaranya mengatakan Guru
Pembimbing untuk istilah Guru Pamong, dan guru praktek atau calon guru
untuk sebutan Mahasiswa Praktikan, namun untuk keseragaman istilah
selanjutnya ditetapkan bahwa Guru Pamong adalah sebutan bagi pembina
mahasiswa yang berpraktek dan Mahasiswa Praktikan untuk sebutan calon
guru atau guru praktek.
Problem istilah bukanlah hal mendasar, masalah yang cukup serius
justruterlihat dalam proses pembinaan yang dilakukan Guru Pamong terhadap
Mahasiswa Praktikan, terutama berkaitan dengan kuahtas pembinaan
merencanakan mengajar, mengembangkan kegiatan belajar mengajar yang
menantang, mengelola hasil kerja siswa, dan menilai kegiatan belajar yang
optimal masih terdapat kelemahan tertentu. Pembinaan tersebut seharusnya
selalu dalam konteks program kerja dan pola terpadu, antara pembinaan
Kepala Sekolah, Dosen pembimbing, dan pihak lain yang berkepentingan.
Jika dilihat dari fungsi FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
sebagai salah satu fakultas di hngkungan Unswagati Cirebon yang
menghasilkan tenaga kependidikan handal (bermutu tinggi) guna memenuhi
tuntutan pembangunan dalam sektor pendidikan, baik pada jabatan fungsional
seperti guru di berbagai sekolah maupun jabatan teknis atau struktural
diberbagai kantor seperti di kantor Dikbud atau di kantor Dinas P dan K.
Sedangkan dalam penyelenggaraan paket PPL, ditetapkan peran dan fungsi
sejumlah unsur. FKIP Unswagati Cirebon menetapkan fungsi Guru Pamong
(disadur dan dimodifikasi dari BPG IKIP Bandung, 1983) dalam rangka
memberikan pembinaan awal secara praktis kepada Mahasiswa Praktikan
mehputi hal-hal tersebut dibawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembinaan kemampuan penguasaan bahan;
Pembinaan kemampuan mengelola PBM;
Pembinaan kemampuan mengelola kelas;
Pembinaan kemampuan menggunakan media/sumber;
Pembinaan kemampuan menguasai landasan kependidikan;
Pembinaan kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar;
Pembinaan kemampuan menilai prestasi belajar siswa;
Pembinaan kemampuan mengenai fungsi dan program BP;
Pembinaan kemampuan mengenai dan menyelenggarakan administrasi
sekolah;
10. Pembinaan kemampuan mengembangkan
umumnya dan guru bidang studi khususnya.
kepribadian
guru-guru
Pembinaan kemampuan profesional Mahasiswa Praktikan yang
dilakukan di beberapa SMU Kotamadya Cirebon selama ini menunjukkan
adanya tanggung jawab dari unsur-unsur terkait, namun yang menjadi teka
10
teki di sini adalah kadar pembinaanya. Suara sumbang masih didengar baik
dari kalangan pembimbing maupun dari calon guru yang berpraktek. Indikator
yang dapat diungkapkan seperti, "bahwa Mahasiswa Praktikan diserahi tugas
sebagai tenaga pengajar pengganti" benarkah demikian? Sebenarnya jangan
menganggap kasus kecil ini sebuah teka-teki belaka, melainkan harus dinilai
dari dua sudut pandang. Pertama bagaimana kuahtas kinerja para Guru
Pamong sebenarnya, dan kedua bagaimana pula komitmen Mahasiswa
Praktikan terhadap kegiatan PPL, terutama persepsinya terhadap Guru
Pamong. Sebab ukuran kualitas guru pada saat ini bukan hanya mampu
menyampaikan materi atau menguasai bahan, atau memberikan bimbingan
berupa slogan verbalistik, akan tetapi justru mampu meningkatkan kuahtas
siswa untuk memacu prestasi maksimal dalam rangka memenangkan
persaingan memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Dengan menyadari pernyataan Mahasiswa Praktikan akan kelemahan
berkisar kuahtas pembinaan yang dilakukan Guru Pamong, ada baiknya
ditayangkan beberapa fenomena kuahtas kinerja Guru Pamong berdasarkan
pengamatan yang dilakukan beberapa bulan terakhir dan kuahtas kinerja
Mahasiswa Praktikan yang dipantau berdasarkan pengamatan langsung
mehputi hal-hal berikut ini:
11
1. Di beberapa Sekolah Menengah Umum tertentu, terdapat indikasi yang
kurang mendukung pelaksanaan program PPL, antara lain keterbatasan
fasilitas, ketersediaan guru dengan permasalahan kualitas dan kuantitasnya.
2. Dari perspektif bimbingan Guru Pamong, terlihat arah dan kegiatan
pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan selama ini belum
terprogram, sehingga menimbulkan kesan pembinaan berjalan "sesuai
selera".
3. Keluhan Guru Pamong terhadap pengaturan waktu pembinaan yang selalu
tertunda akibat tugas sekolah lain yang harus dikerjakan sesuai waktu dan
target yang ditetapkan.
4. Keluhan Guru Pamong untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait
dalam rangka merealisasikan program pembinaan kemampuan mengajar
calon guru
yang
optimal,
terutama
sulitnya mengkordinasikan
permasalahan tertentu dengan Dosen Pembimbing akibat frekwensi
kunjungan yang relatif terbatas.
5. Selalu terjadi kesenjangan antara visi Guru Pamong dengan Dosen
Pembimbing terutama dalam melihat Mahasiswa Praktikan pada posisi dan
permasalahannya, sehingga upaya mencari solusi antisipasi dan perbaikan
pengajaran yang akan dilakukan Mahasiswa Praktikan masih diwarnai
kesenjangan tertentu.
12
6. Keluhan Mahasiswa Praktikan dalam memberikan pelayanan remedial dan
program pengayaan bagi siswa yang tergolong lemah, atau siswa dengan
kecepatan berpikir di atas rata-rata.
7. Mayoritas Mahasiswa Praktikan menampilkan pola dan mekanisme
pengajaran yang belum sistematis.
8.
Ada sebagian di antara Mahasiswa Praktikan terkesan lamban dalam
memberikan respon bimbingan dan pengarahan Guru Pamong, dan
implementasinya pun dilaksanakan belum sesuai dengan bimbingan
tersebut, akan tetapi kondisi ini dibiarkan berlarut tanpa respon.
Berdasarkan gejala di atas, ternyata permasalahan kuahtas calon guru di
sekitar implementasi PPL, merupakan mata rantai yang saling berkaitan,
sehingga bila tidak jeh memilah-milahkan akar permasahannya, maka akan
terjebak dalam penentuan solusi yang keliru. Dalam kepentingan penehtian ini,
gejala keluhan Guru Pamong dan kelemahan Mahasiswa Praktikan dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan dasar utama sebagai pemicu rendahnya
kuahtas kinerja mereka. Kondisi tersebut dijadikan dasar yang melatar
belakangi pentingnya masalah ini diteliti.
Di samping itu, permasalahan kinerja Guru Pamong dan kinerja
Mahasiswa Praktikan sangat menarik untuk dijadikan bahan penehtian, karena
sesuai dengan materi Program Studi Administrasi Pendidikan, dan hasil
penehtian juga memberikan sumbangan solusi dalam menemukan akar
13
permasalahan sehubungan dengan faktor penghambat dalam rangka
meningkatkan kualitas kinerja Guru Pamong pada pihak pertama, dan
Mahasiswa Praktikan di pihak kedua, khususnya di lingkungan Sekolah
Menengah Umum.
Dari studi ini, diharapkan juga dapat memberikan jalan keluar terhadap
permasalahan yang terjadi di sekitar pelaksanaan PPL di Sekolah Menengah
Umum Kotamadya Cirebon, sehingga setiap unsur terkait terutama dari subjek
penehtian mengetahui kelemahan dan berupaya membenahi kondisi kerja
dengan cara mengefektifkan program pembinaan kemampuan profesional
secara maksimal.
B. Fokus Penelitian
Penehtian ini difokuskan pada kinerja Guru Pamong dan kinerja
Mahasiswa Praktikan yang digali berdasarkan gejala-gejala latar belakang
masalah sebelumnya. Rumusan masalah penehtian tersebut yakni: Bagaimana
kualitas kinerja Guru Pamong dalam membina kemampuan profesional
Mahasiswa Praktikan yang dilihat dari peningkatan kualitas kinerja dalam
proses belajar mengajar?
Masalah di atas dicari dan di kaji data empirisnya melalui jawaban atas
pertanyaan penehtian sebagai berikut ini:
14
1. Bagaimana visi dan misi Guru Pamong mengenai pembinaan kemampuan
mengajar Mahasiswa Praktikan?
2. Bagaimana sikap pandangan/persepsi Guru Pamong terhadap arti
pentingnya melaksanakan PPL bagi seriap mahasiswa FKIP ?
3. Kegiatan pembinaan yang bagaimana dilakukan oleh Guru Pamong
terhadap Mahasiswa Praktikan selama PPL?
4. {Criteria apakah yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam
menilai kemampuan mengajar dan Ujian praktek mengajar?
5. Komunikasi yang bagaimana yang diyakini oleh
Guru Pamong dan
Mahasiswa Praktikan dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiwa Praktikan?
6. Bagaimana persepsi mahasiswa praktikan terhadap pembinaan yang
dilakukan Guru Pamong?
7. Bagaimana respon Mahasiswa Praktikan setelah diberikan bimbingan dan
petunjuk pelaksanaan kegiatan pengajaran yang efektif dari Guru Pamong?
8. Sejauh mana dampak pembinan yang dilakukan Guru Pamong terhadap
peningkatan kualitas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan ?
15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Sesuai dengan problematik yang diajukan sebelumnya, maka secara
umum penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas
kinerja Guru Pamong dalam membina kemampuan profesional Mahasiswa
Praktikan dengan menemukan sekaligus menafsirkan indikator-indikator
kinerja dalam proses belajar mengajar di Sekolah Menengah Umum Kotamadya
Cirebon.
Tujuan khusus penehtian ini, menjawab semua problematik yang
diajukan dengan proses mengungkapkan, mendeskripsikan serta meng
evaluasi hal-hal berikut ini:
1. Visi Guru Pamong dalam membina kemampuan mengajar Mahasiswa
Praktikan.
2. Sikap pandangan/persepsi Guru Pamong terhadap arti pentingnya bahwa
setiap mahasiswa FKIP perlu melaksanakan PPL
3. Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pamong terhadap
Mahasiswa Praktikan selama PPL.
4. Kriteria yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam menilai
kemampuan mengajar dan Ujianpraktek mengajar.
5. Komunikasi yang dilakukan Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan
dalam kaitannya dengan upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiwa Praktikan.
6. Persepsi mahasiswa praktikan terhadap pembinaan yang dilakukan Guru
Pamong.
7.
Respon Mahasiswa Praktikan setelah diberikan bimbingan dan petunjuk
pelaksanaan kegiatan pengajaran yang efektif dari Guru Pamong.
8. Dampak pembinan yang dilakukan Guru Pamong terhadap peningkatan
kuahtas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan.
b. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penehtian ini dapat memperkaya wawasan berpikir dan
khasanah keilmuan, terutama dalam memperdalam dan memperluas kajian
kinerja dalam kaitan dengan pembinaan kemampuan profesional sebagai
bagian dari materi disiplin ilmu administrasi pendidikan.
Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kemantapan peranan
Guru Pamong dalam
kemampuan
profesional
mengembangkan
Mahasiswa
fungsinya
Praktikan.
sebagai pembina
Jawaban
terhadap
problematik penehtian ini akan menjadi landasan yang lebih mantap untuk
membuktikan bahwa pembinaan yang dilakukan Guru Pamong memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja
17
Mahasiswa Praktikan sebagai calon guru yang akan menapaki karir
selanjutnya.
D. Paradigma Penelitian
Salah saru upaya awal meningkatkan kualitas calon guru dalam
memahami dan melaksanakan kegiatan pengajaran dilakukan melalui
program pelatihan prajabatan. Di Pendidikan Tinggi seperti LPTK
peningkatan
kemampuan profesional guru dilakukan melalui paket
pembinaan teknis seperti program pengalaman lapangan yang biasanya
disingkat PPL. Secara operasional terdapat sejumlah unsur yang memegang
peranan penting dan memiliki fungsi serta tanggung jawab tertentu dalam
proses pembinaan kemampuan profesional tersebut sesuai dengan tingkat
wewenang yang diberikan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Guru Pamong merupakan unsur yang berada digaris terdepan, dan
berfungsi sebagai pembina langsung Mahasiswa Praktikan dalam praktek
mengajar
di
sekolahnya.
Keberhasilan
Mahasiswa
Praktikan dalam
memimpin proses belajar mengajar dipengaruhi oleh motivasi dan
pembinaan langsung dari Guru Pamong. Justru itu tingkat kuahtas kinerja
yang dimiliki Guru Pamong sebagai dasar melakukan proses pembinaan
dimulai daripemahaman akan konsep dasar, prinsip dan tujuan PPL.
Dalam pembinaan Mahasiswa Praktikan paling tidak terdapat empat
aspek yang dilakukan untuk mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.
Pertama, Guru Pamong harus memiliki visi yang jelas tentang PPL dan
Mahasiswa Praktikan. Kedua, harus memiliki program pencegahan untuk
mengatisipasi kesalahan tertentu. Ketiga, harus memiliki program perbaikan
terhadap kesalahan mahasiswa dalam praktek mengajar, dan keempat
melakukan koordinasi yang baik dengan Dosen Pembimbing.
Sedangkan sasaran pembinaan yang dilakukan dalam konteks PPL
oleh Guru pamong tersebut adalah kinerja Mahasiswa Praktikan. Indikasi
peningkatan akan terlihat dari perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan mengajar. Alur berpikir yang dijadikan dasar penentuan arah
dan fokus penehtian ini adalah sebagai berikut ini:
1. FKIP (UPT. PPL) merupakan lembaga yang mengelola PPL, sesuai
dengan misinya, menghasilkancalon guru yang profesional.
2. Sekolah latihan/SMU Kodya Cirebon, merupakan sekolah tempat
mahasiswa melaksanakan PPL. Sekolah ini di dukung oleh indikator
sebagai berikut: komitmen, fasilitas dan iklim kerja.
3. Mahasiswa Praktikan yang punya kemampuan teori dan akan
memperkaya kemampuan praktek melalui PPL.
4. Guru Pamong yang punya visi, misi, kapasitas dan aktifitas, untuk
membina mahasiswa praktikan agar menjadi calon guru yang profesional.
5. Proses pembinaan mehputi tujuan pembinaan, strategi pembinaan,
program pembinaan dan pelaksanaan pembinaan akan dijabarkan
berdasarkan pertanyaan penehtian.
Pernyataan diatas akan diilustrasikan pada gambar sebagai berikut ini:
LPTK
FKIP UNSWAGATI
SEKOLAH LATIHAN /SMU KODYA CIREBON
CIREBON
Komitmen
UPT PPL
Fasilitas
Iklim Ken'a
MAHASISWA PRAKTIKAN
* BekalKemampuan
Teoritis (K.T)
* Bekal Kemampuan
Praktis (K.P)
PROSES PEMBINAAN
KINERJA GURU PAMONG
- Tujuan Pembinaan
- Strategi Pembinaan
- Program Pembinaan
• Persepsi
- Pelaksanaan Pembinaan
• Kemampuan
- Pengawasan dan Monitoring
CALON GURU YANG
PROFESIONAL
Gambar 1.
Paradigma Penehtian
- Visi & Misi
• Aktivitas
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Apabila di Bab I telah dijelaskan kerangka berpikir untuk memperjelas
penehtian, sementara di Bab II dibahas tinjauan teoritis yang relevan dengan
fokus penehtian, maka pada Bab III ini dikemukakan prosedur penehtian, yang
terdiri atas : metode penehtian, populasi dan sampel penehtian, teknik
pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data.
A. Metode Penelitian
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pertama, motode yang
digunakan dalam penehtian ini adalah metode kuahtatif. Hal ini berdasarkan
kepada rumusan masalah penehtian yang menuntut penehti untuk melakukan
eksplorasi dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang ditehti
melalui hubungan yang intensif dengan sumber data. Dalam penehtian ini,
penehti mengumpulkan data yang berupa uraian yang kaya akan deskripsi
mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang ditehti persepsinya atau
pendapatnya dan aspek-aspek lain yang berkaitan yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uraian seperti itu biasanya
sangat suht untuk ditangani melalui prosedur statistik, tetapi menuntut
prosedur metode kuahtatif. Yang di maksud dengan metode kuahtatif menurut
Bogdan dan Taylor (1975) adalah sebagai prosedur dasar penehtian yang
85
86
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Kemudian, menurut S.Nasution
(1988:5),
"penehtian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran tentang dunia sekitarnya".
Lincoln dan Guba (1985:12), mengemukakan bahwa penehti yang
menggunakan pendekatan kuahtatif, disain penehtiannya bersifat "emergent
design". Hal ini disebabkan karena pada tahap awal penehtiannya,
kemungkinan penehti belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek
masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penehtian
sementara ia mengumpulkan data. Demikian pula penehti kuahtatif tidak
menghampiri masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penehtian yang
telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau melalui perumusan
hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Bogdan dan Biklen (1982:31)
mengemukakan bahwa sebagai penehti kuahtatif ia akan menaruh perhatiannya
untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan lain-lainnya
berdasarkan pandangan subyek yang ditehti sendiri. Oleh karena itu, penehti
kuahtatifmengumpulkan datanya melalui kontaklangsung dengan subyek yang
ditehti ditempat merekasehari-hari biasa berada dan biasa melakukan kegiatan.
Penehtian
kuahtatif
memiliki
sejumlah
karakteristik
yang
membedakannya dengan penehtian kuantitatif. Bogdan dan Biklen (1982:27-30),
mengemukakan beberapa karateristik penelitian kuahtatifsebagai berikut:
87
1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data
and the researcher is the key instrument.
2. Qualitative research is descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with process rather than simply
with outcomes or products.
4. Qualitative researchers tend to analyze their data inducticely.
5. "Meaning" is of essential concern to the qualitative approach.
Karateristik-karateristik
tersebut
diatas
menjiwai
penehtian
ini.
Karateristik pertama, penehti sebagai intrumen utama mendatangi sendiri secara
langsung sumber datanya. Dalam penelitian ini, penehti mempelajari fenomena
sebagaimana adanya yang tambak dan yang terjadi di lapangan. Karateristik
kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam penehtian ini
lebih cendrung dalam bentuk kata-kata daripada angka-angka. Jadi hasil
analisisnya berupa suatu uraian. Karateristik ketiga, keempat dan kelima,
menjelaskan bahwa penehtian kualitatif lebih menaruh perhatian kepada proses,
tidak semata-mata pada hasil; dan melalui analisis induktif penehti
mengungkapkan maknadari keadaanyang diamatinya itu.
Kemudian, Lincoln dan Guba (1985:39-44), mengemukakan karateristik
penehtian kuahtatif sebagai berikut:
1. Natural setting.
2.
Human instrument.
3. Utilization of tacit knowledge.
4. Qualitative methods.
5. Purposive sampling
6. Inductive data analysis.
7. Grounded theory.
8. Emergent design.
9. Negotiated outcomes.
10. Case study reporting model.
11. Idiographic interpretation.
88
12. Tentative aplication.
13. Focus-determined boundaries.
14. Special criteria for trustworhiness.
B. Lokasi dan Subject Penehtian
Penehtian ini mengambil lokasi Kotamadya Cirebon, tepatnya di beberapa
SMU tempat penyelenggaraan PPL yang dilaksanakan oleh FKIP Unswagati
Cirebon tahun 1998/1999. Sedangkan Subjek penehtian sebagai sumber data
akan diambil dari sejumlah Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan sebagai
sampel dengan berbagai jenis bidangstudi yang diajarkan.
Komposisi sementara subjek penehtian dan lokasi tempat praktek PPL
tersebut (SMU), dicantumkan pada tabel 1. Sebagai berikut.
JUMLAH
NO
LOKASI
SUBJEK PENELITIAN
1
SMU 2 Cirebon
Guru Pamong
3 Orang
2
SMU 2 Cirebon
Mahasiswa Praktikan
3 Orang
3
SMU 3 Cirebon
Guru Pamong
3 Orang
4
SMU 3 Cirebon
Mahasiswa Praktikan
3 Orang
5
SMU 4 Cirebon
Guru Pamong
3 Orang
6
SMU 4 Cirebon
Mahasiswa Praktikan
3 Orang
Jumlah
Tabel :1
Jumlah Populasi Penehtian
18 Orang
89
Sesuai dengan karateristik penelitian kuahtatif, sampel dalam penelitian
ini adalah "purposive sampling". Dengan pengambilan secara purposif, hal-hal
yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari
tampil secara menonjol dan lebih mudah dicari maknanya. Hasil yang dicapai
dengan pengambilan sampel ini bukan untuk mencari generalisasi, tetapi
mungkin dapat ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan Guba (1985:202)
mengemukakan bahwa "naturalistic sampling is, then, very different from
conventional sampling
Its purpose is to maximize information, not facilitate
generalization".
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985:201-202) dalam penehtian
naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya, sesuai
denganciri-ciri khusus sampel purposif, yaitu "(1) emergent sampling design, (2)
serial selection of sample units, (3) continous adjusment or 'focusing' of the
sample, (4) selection to the point of redudancy".
Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan sampel dalam penehtian
ini dilakukan sementara penehtian berlangsung. Caranya, yaitu penehti memilih
guru pamong, dosen pembimbing dan mahasiswa peserta program pengalaman
lapangan yang termasuk "daerah" penehtian dan menurut pertimbangan
penehti (sebagai human instrument) dapat memberikan informasi maksimum
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan program pengalaman
lapangan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari
90
sampel sebelumnya, penehti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang dapat
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit sampel yang dipilih
makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penehtian.
Dalam proses penentuan sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya karena
ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini, S. Nasution
(1988:32-33), menjelaskan bahwa penentuan unit sampel dianggap telah
memadai apabila telah sampai kepada taraf "redudancy" (ketuntasan atau
kejenuhan), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh
dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian
merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Oleh karena itu keberhasilan
suatu penehtian naturalistik sangat tergantung kepada ketehtian, kelengkapan
catatan (filed notes) yang disusun oleh penehti. Menurut Nasution (1988:56-89)
"catatan lapangan tersebut disusun melalui observasi wawancara dan studi
dokumenter". Ketiga tehnik pengumpulan data tersebut digunakan dalam
penehtian ini untuk memperoleh informasi yang saling melengkapi dan
menunjang.
1.
Observasi
Dalam penehtian kualitatif, observasi merupakan salah satu tehnik yang
digunakan penehti untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan
91
konteks (hal-hal yang
berkaitan disekitarnya) sehingga peneliti dapat
memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan. Oleh karena itu dengan
menggunakan tehnik observasi peneliti dapat memperoleh manfaat seperti
dikemukakan Patton (1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:59-60), sebagai
berikut:
(1) dengan berada dilapangan penehti lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi.
(2) Pengalaman lansung memungkinkan penehti menggunakan pendekatan
induktif.
(3) Penehti dapat melihat hal-hal yang kTirang atau tidak diamati orang lain.
(4) Penehti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
oleh responden dalam wawancara.
(5) Penehti dapat menemukan hal-hal diluar persepsi responden.
(6) Dalam lapangan penehti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan
tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.
Kemudian dibagian lain Nasution (1988:61-62), mengemukakan bahwa intensitas
partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam lima tingkatan, yaitu dari
partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif, sampai partisipasi penuh,
dengan mempertimbangkan kedudukan penehti dan sifat penehtian, maka
dalam penehtian ini peneliti melakukan observasi dengan tingkatan partisipasi
pasif dan partisipasi sedang. Dalam hal ini penehti melakukan obsevasi mulai
92
dari kegiatan sebagai penonton, kemudian sewaktu-waktu turut serta dalam
situasi atau kegiatan yang berlangsung.
Sesuai dengan masalah yang ditehti, maka data yang akan dikumpulkan
melalui observasi mehputi hal-hal sebagai berikut:
1. Dasar, kebijaksanaan dan tata tertib penyelenggaraan paket PPL FKIP
Unswagati Cirebon, termasuk visi, misi dan tujuan PPL yang dituangkan ke
dalam program kerja.
2. Persepsi Guru Pamong terhadap mahasiswa yang berpraktek.
3. Kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh UPT PPL dan Guru Pamong dalam
menilai praktek mengajar dan ujian praktek mengajar.
4. Jenis dan bentuk komunikasi yang dipergunakan oleh Guru Pamong dan
Mahasiswa Praktikan dalam upaya pembentukan kemampuan mengajar
Mahasiswa Praktikan.
5. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Guru Pamong dalam rangka
pembinaan Mahasiswa Praktikan.
6. Persepsi Mahasiswa terhadap Program Pengalaman Lapangan.
7. Respon Mahasiswa Praktikan terhadap bimbingan, petunjuk pelaksanaan
kegiatan pengajaran yang efektif yang diberikan Guru Pamong.
8. Data-data yang berkaitan dengan dampak pembinaan Guru Pamong untuk
peningkatan kualitas kemampuan pengajaran Mahasiswa Praktikan.
Data-data tentang kinerja Guru Pamong dan Mahasiswa Praktikan yang
tertuang dihalaman sebelumnya akan dikumpulkan guna melihat kelemahan,
93
kekuatan, peluang dan tantangan, terutama dalam rangka pemberian makna
dari temuan dengan menganalisis atau menafsir berdasarkan teoritis pada bab
dua.
2. Wawancara
Dalam penehtian kuahtatif untuk mengetahui bagaimana persepsi
responden tentang dunia kenyataannya, penehti harus berkomunikasi langsung
dengan responden melalui wawancara oleh karena itu aspek penting dalam
penehtian kuahtatif yang berkaitan dengan tehnik wawancara adalah bahwa
peneliti harus berusaha mengetahui bagaimana responden memandang dunia
dari segi perspektifnya, menurut pikiran dan perasaannya, yaitu informasi
"unic" Nasution (1988:71).
Dalam penehtian ini penehti melaksanakan wawancara tak berstruktur,
yaitu wawancara yang berfokus dan berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak
mempunyai struktur tertentu, akan tetapi terpusat kepada satu pokok masalah
tertentu, serta wawancara bebas yang berisi pertanyaan yang berpindah-pindah
dari satu pokok masalah yang lain, sepanjang berkaitan dengan aspek-aspek
masalah yang ditehti.
Dalam wawancara ini, penehti menyediakan pedoman wawancara,
meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu terikat pada pedoman tersebut.
Secara garis besar, sesuai dengan masalah penelitian, data yang ingin
dikumpulkan melalui wawancara adalah :
I. KUALITAS KERJA GURU PAMONG
A. Proses Pembinaan
1. Bagaimana visi Guru Pamong terhadap program PPL yang dilaksanakan
di sekolah ini ?
2. Bagaimana persepsi Guru Pamong terhadap :
a. arti pentingnya PPL ?
b. misiGuru Pamong dalam membina mahasiswa praktikan ?
3. Bagaimana persepsi Guru Pamong terhadap mahasiswa praktikan ?
4. Sebelum program PPL disusun, apakah dilakukan analisis terhadap
kebutuhan pembinaan guru praktek ?
5. Apakah program PPL tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
pengajaran guru praktek ?
6. Bagaimana proses pengendahan pembinaan yang dilakukan selama ini?
7. Apakah dilakukan evaluasi terhadap proses pembinaan melalui kegiatan
pencegahan tersebut ?
8. Sebelum program perbaikan disusun, apakah dilakukan analisis bantuan
pembinaan kemampuanmahasiwapraktikan ?
9. Apakah program perbaikan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan perbaikan pengajaranmahasiwa praktikan ?
10. Bagaimana proses pengendahan pembinaan yang dilakukan perbaikan
selama ini ?
95
11. Apakah dilakukan evaluasi terhadap proses pembinaan melalui kegiatan
perbaikan tersebut ? Bagaimana Guru Pamong melakukan evaluasi
terhadap mahasiwa ?
B. Koordinasi dengan Dosen Pembimbing
1. Apakah guru pamong selalu melakukan koordinasi dengan Dosen
Pembimbing dalam memberikanbantuan binaan terhadap guru praktek ?
2. Kelemahan dan keunggulan apa yang selama ini masih dirasakan dalam
pembinaan koordinasi ini ?
3. Jelaskan faktor penunjang dan penghambat program koordinasi dengan
dosen pembimbing ini ?
4. Bagaimana tindak lanjut perbaikan setelah diketahui kelemahan
koodinasi selama ini ?
5. Kegiatan apa yang dilakukan oleh Guru Pamong sebagai pembimbing
dan pembina program pengalaman lapangan dalam upaya pembentukan
kemampuan proses pembelajaran ?
6. Kriteria apa yang menjadi dasar pertimbangan Guru Pamong dalam
menilai proses pembelajaran (formatif) maupun ujian mengajar ?
C. Pemanfaatan Lingkungan guna Keperluan Pembinaan
1. Dalam keperluan pembinaan guru praktek apakah
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal ?
96
2. Apakah laboratorium dapat diberdayakan dalam keperluaan pembinaan
kemampuan pengajaran guru praktek ?
3. Apakah Pustaka digunakan sebagai alat bantu pembinaan ?
4. Pernakah memanfaatkan jasa guru lain dalam pembinaan itu ? Bagaimana
caranya ! dan kegiatan apa yang dilakukan ?
5. Kepala sekolah pernahkah diajak dalam pembinaan operasional ? Hal-hal
apa saja yang dilakukan Kepala Sekolah ?
6. Pernahkah guru pamong mehbatkan atau meminta bantuan tokoh atau
cerdik pandai dalam pembinaan moral dan lain sebagainya ? Jika pernah,
bagaimana teknisnya ?
7. Adakah fasilitas sekolah lain dipakai dalam keperluan pembinaan ini ?
Bagaimana teknisnya ?
D. Dampak Pembinaan (terutama dalam KBM)
1. Adakah dampak dinamis, pembinaan yang dilakukan terhadap
perkembangan pengetahuanguru praktekyang terlihardalam KBM ? Bila
ada, berikan contohnya !
2. Adakah dampak dinamis, pembinaanyang dilakukan terhadap perbaikan
sikap guru praktek yang terlihat dalam proses pembelajaran ? Bila ada,
berikan contohnya ?
3. Adakah dampak dinamis, pembinaan yang dilakukan terhadap perbaikan
keterampilan guru praktek yang terhhat dalam KBM ? Berikan contoh !
97
II. KINERJA MAHASISWA PRAKTIKAN
A. Persepsi Mahasiswa Praktikan
1. Bagaimana mahasiswa
praktikan
melihat
guru
pamong sebagai
pembinanya ? Jelaskan pandangan anda secara jujur !
2. Respon Mahasiswa Praktikan
1. Bagaimana motivasi mahasiswa praktikan merespon stimulus yang
diberikan guru pamong ?
2. Bagaimana pula mahasiswa praktikan merespon stimulus yang
diberikan, dilihat dari sudut cara melakukan pembinaan ?
3. Apakah ada keterkaitan antara respon mahasiswa praktikan dengan
sasaran pembinaan yang dilakukan sebelumnya ?
B. Kuahtas Kemampuan Profesional
1. Sebelum program pengajaran disusun, apakah anda merumuskan tujuan
instruksional khusus dengan baik dan terukur ?
2. Apakah selama PPL anda di beri kesempatan untuk memanfatkan
sumber-sumber materi dan belajar ?
3. Apakah dalam proses pembelajaran anda mengorganisasikan materi
pelajaran ?
4. Apakah sebelum mengajar anda membuat, memilih dan menggunakan
media pendidikan dengan tepat ?
5. Apakah selama PPL anda mendapat bimbingan untuk mengetahui dan
menggunakan assesimen siswa ?
6. Bagaimana anda mengelola interaksi belajar mengajar sehingga efektif
dan tidak membosankan bagi siswa ?
7. Apakah anda melakukan evaluasi dan mengadministrasikannya ?
98
8. Bagaimana cara anda mengembangkan kemampuan yang telah anda
miliki ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna ?
9. Apakah anda menguasai landasan kependidikan ?
3. Studi Dokumentasi
Meskipun data dalam penehtian maturalistik kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia melalui observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber
bukan manusia diantarariya adalah dokumen. Yang di maksud dengan dokumen
terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat dan dokumen resmi.
Sekahpun tulisan-tuhsan pribadi banyak mengandung unsur-unsur subyektif
dan dapat disangsikan kebenarannya, namun penehtian kuahtatif tidak begitu
menghiraukan apakan isinya benar dan obyektif, karena yang dipentingkan
ialah pandangan "emic" seseorang tentang dunia sekitarnya (Nasution 1988:8586).
Adapun dokumen yang ditehti dan data yang ingin di peroleh daripadanya
antara lain sebagai berikut:
a. Rencana kegiatan yang telah disusun, untuk memperoleh data tentang
kegiatan apa saja yang telah dan akan dilakukan oleh mahasiswa.
b. Catatan guru pamong dan dosen pembimbing untuk memperoleh data
tentang fakta-fakta yang mejadi perhatiannya selama memberikan bantuan
kepada mahasiswa.
99
c. Satuan pelajaran mahasiswa, untuk memperoleh data tentang bentuk dan isi
satuan pelajaran sebagai hasil bimbingan guru pamong.
d. Buku latihan praktek kependidikan, untuk mengetahui nilai yang diperoleh
mahasiswa, sebagai hasil yang diperoleh mahasiswa.
e. Berita acara format penilaian ujian praktek mengajar untuk mengetahui nilai
yang diberikan oleh setiap penilai (penguji)
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Dalam penehtian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki
suatu pola yang pasti, sebab disain serta fokus penehtian dapat mengalami
perubahan yang bersifat "emergent" akan tetapi untuk mempermudah penehti
dalam
pengumpulan data, penehti mengikuti prosedur seperti yang
dikemukakan oleh Nasution (1988:33-34), yaitu
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Eksplorasi
3. Tahap Pengecekan
1. Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk menentukan
permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang dilakukan dalam
kepentingan ini sebagai berikut:
(1) melakukan prasurvey dengan mengamati berbagai gejala yang terjadi
dalam proses pembinaan kemampuan profesional Mahasiswa Praktikan
100
yang dilakukan Guru Pamong di beberapa SMU Kodya Cirebon. Gejala
tersebut merupakan embrio permasalahan dalam pembuatan rancangan
penehtian.
(2) memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan dan mencari
tingkat permasalahan yang paling serius;
(3) menyusun rancangan penehtian sebagai salah satu langkah awal persiapan
menghadapi seminar desain;
(4) menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar setempat atau pihak lain
yang dianggap proporsional;
(5) menyiapkan perlengkapan penehtian, seperti pedoman penilaian dokumen
observasi, pedoman wawancara serta alat bantu lain seperti perekam
(tape) dan kamera.
(6) mengurus perizinan pelaksanaan penehtian, seperti izin IKIP Bandung,
Izin Kopertis (Unswagati Cirebon) dan izin SMU-SMU Kodya Cirebon
Propinsi Jawa Barat sebagai lokasi penehtian.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi ini proses pengumpulan data sehubungan dengan
kinerja Guru Pamong dan Kinerja Mahasiswa Praktikan dilakukan sesuai
dengan ketentuan pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi:
(1) mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan PPL yang disusun oleh
FKIP Unswagati Cirebon beserta program pembinaan kemampuan
profesional dan program pengajaran lainnya.
101
(2) mengobservasi pelaksanaan pembinaan kemampuan profesional yang
dilakukan Guru Pamong dalam penyelenggaraan PPL, mulai dari
kegiatan perencanaan pembinaan kemampuan, pelaksanaan hingga
proses pengawasan
dan penilaian dalam rangka mencapai tingkat
profesional;
(3) melakukan wawancara dengan subjek penehtian dalam situasi obrolan
santai. Proses wawancara dapat dilakukan di kelas, di ruang majelis guru,
atau di pekarangan sekolah. Pelaksanaan wawancara akan berakhir jika
seluruh data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul.
3. Tahap Pengecekan
Dalam tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan
dicek ulang (penulis melakukan tri anggulasi), guna melihat sejauh mana
kelengkapan atau kesempurnaan
serta vahditas yang dapat dipercaya.
Pengecekan data-data ini dilakukan dengan kegiatan antara lain:
(1) mengecek ulang data-data yang sud